PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT

advertisement
JURNAL ILMIAH RANGGAGADING
Volume 11 No. 1, April 2011 : 1 - 11
PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT
LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS
(Studi Kasus pada PT Timah, Tbk. dan PT Antam, Tbk.)
Oleh
* Yoyon Supriyadi dan Fani Fazriani
* Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Bogor
ABSTRACT
This research is concerning company’s working capital measured by financial ratio and working capital
turnover that was occuring during the period of five years, that is during 2004 – 2087. The writers did this
research to find out more about how the condition of working capital rotation at PT Timah Tbk. And PT
Antam Tbk. The instrument used by the writers is ratio of working capital with its indicators: liquidity and
profitability.
Based on the result of calculation, working capital rotation at the two companies can be found out through the
acquisition ratio variable, although the company’s average cost increases year after year. It’s influenced by the
acquisition of each post at the ratio.
The result shows that the condition of working capital at PT Timah Tbk. as measured by the regression test
has effect of 98,6% of the company’s liquidity. The rest, 1,4%, was influenced by other factors. And the
condition of working capital at PT Antam Tbk., measured by the regression test, has effect of 96% of the
company’s liquidity. The remaining, 4%, was influenced by other factors.
It’s not so with the profitability of the two companies. From both, the working capital condition at PT Timah
Tbk. measured by regression test has influence 67,1% to the company’s liquidity, as measured by the
indicators of the remaining 32,9%. And the working capital condition at PT Antam Tbk. measured by
regression test has influence as high as 37,8% of the company’s liquidity, as measured by the indicators of the
larger remaining 62’% influenced by other factors.
Key words: working capital; liquidity; profitability
PENDAHULUAN
Dalam daur kehidupan suatu perusahaan,
banyak
terjadi
perubahan-perubahan
organisatoris. Dengan bertambah dewasanya
perusahaan,
perusahaan
juga
dapat
berkembang
untuk
dapat
memenuhi
kebutuhan pasar yang berubah-ubah dan
bersaing untuk memperoleh manajemen
berkemampuan terbaik. Kondisi finansial dan
perkembangan perusahaan yang sehat dan
mencerminkan
efisiensi
dalam
kinerja
perusahaan menjadi tuntutan utama untuk bisa
bersaing dengan perusahaan lainnya. Dengan
berkembangnya teknologi dan semakin
meningkatnya spesialisasi dalam perusahaan,
semakin banyak perusahaan-perusahaan yang
menjadi besar, dimana faktor produksi modal
mempunyai arti penting.
Pengelolaan perusahaan pada dasarnya
merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelian
(pembelanjaan), produksi, pemasaran dan
pengelolaan sumber daya manusia. Sedangkan
1
SUPRIYADI dan FAZRIANI, Pengaruh Modal Kerja terhadap Likuiditas dan Profitabilitas
yang paling sering menjadi permasalahan
adalah masalah pembelanjaan perusahaan yang
mana menyangkut masalah keseimbangan
keuangan (financial) yang ada dalam perusahaan
tersebut, yang berarti manajemen perusahaan
hanya dapat menyeimbangkan antara harta
(aktiva) dengan hutang (pasiva) perusahaan.
Peranan manajemen perusahaan sangatlah
penting, karena dalam setiap perusahaan
membutuhkan dana atau modal kerja yang
digunakan
untuk
membiayai
kegiatan
operasionalnya dan untuk mengadakan
pengembangan usahanya.
Dalam arti modal kerja sangat penting bagi
perusahaan sebagai motor penggerak dalam
sistem keuangan perusahaan. Mengingat
pentingnya modal kerja dalam perusahaan,
manajemen
keuangan
harus
dapat
merencanakan dengan baik besarnya jumlah
modal kerja yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan perusahaan, karena jika terjadi
kelebihan atau kekurangan dana hal ini akan
mempengaruhi
tingkat
profitabilitas
perusahaan.
Selain itu juga perusahaan harus dapat
memilih sumber-sumber dana yang baik dan
dapat mengalokasikan dana tersebut secara
efisien. Sumber-sumber dana dapat diperoleh
perusahaan melalui modal sendiri, keuntungan
yang diperoleh (laba), hutang jangka pendek
dan hutang jangka panjang.
Manajemen perusahaan haruslah perlu
untuk
mengusahakan
dan
menjaga
keseimbangan
dalam
mengatur
siklus
perputaran modal kerja, karena didalam
pengelolaan modal kerja itu sendiri ada
beberapa kontradiksi yang dialami perusahaan
yaitu antara modal kerja yang menitikberatkan
pada usaha untuk menjaga likuiditas dan modal
kerja yang menitikberatkan pada usaha untuk
mendapatkan keuntungan (profitabilitas).
Profitabilitas
merupakan
kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dalam
hubungannya penjualan, total aktiva maupun
modal sendiri sering digunakan untuk
mengukur efisiensi penggunaan modal suatu
perusahaan dengan memperbandingkan antara
laba dengan modal yang digunakan dalam
operasi, oleh karena itu keuntungan yang besar
tidak menjamin atau bukan merupakan ukuran
bahwa
perusahaan
tersebut
dapat
melangsungkan hidupnya secara kontinu.
2
Jika perusahaan hanya menitikberatkan
pada likuiditasnya saja dan untuk rasa aman
(safety) dengan hanya menyediakan dana tanpa
ditanamkan pada aktiva lain yang dapat
memberikan tambahan pendapatan akan
menyebabkan rendahnya keuntungan, karena
luas operasi perusahaan kecil atau sedikit akan
menimbulkan kerugian. Begitu pula sebaliknya,
jika perusahaan hanya menitikberatkan pada
profitabilitas saja dengan hanya menyediakan
sedikit alat-alat likuid maka akan mengurangi
kepercayaan
kreditur.
Disitulah
guna
manajemen
perusahaan,
harus
dapat
menyeimbangkan modal kerja antara likuiditas
perusahaan dan profitabilitas perusahaan, agar
tidak menimbulkan masalah bagi perusahaan
dan mencapai tingkat efisiensi yang tinggi
dengan menggunakan modal kerja yang
dimilikinya.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini penulis menggunakan
metode deskriptif. Jenis dan sumber data yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah
Data Sekunder (Secondary Data)
Prosedur data yang penulis kumpulkan
guna untuk keperluan penyusunan skripsi ini
adalah melalui beberapa jenis prosedur
pengumpulan data, prosedur pengumpulan
tersebut adalah sebagai berikut : (1) Study
Kepustakaan (Library Research); (2) Internet
Browsing
Teknik yang digunakan dalam menganalisis
pengaruh modal kerja terhadap tingkat
pengendalian liluiditas dan profitabilitas
dengan menggunakan data yang akan diperoleh
di dalam laporan keuangan pada perusahaan
yang akan diteliti : (1) Analisis Rasio; (2) Uji
Asumsi Klasik dengan (a) Koefisien Korelasi;
(b) Koefisien Determinasi ; (3) Analisis Regresi
Linear Sederhana.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh
Perputaran
Modal
Kerja
Terhadap Rasio Lancar Pada PT. TIMAH,
Tbk dan PT. ANTAM, Tbk
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 11 No. 1, April 2011
Uji Regresi pada PT. TIMAH, Tbk
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat nilai
koefesien korelasi (R) sebesar 0.993 atau
sebesar 99.3%. Nilai 0.993 atau 99.3% ini
menunjukkan bahwa hubungan antara rasio
perputaran modal kerja (Work Capital Turn
Over) dengan rasio lancar (Current Ratio)
memiliki hubungan korelasi positif yang kuat,
hal ini menunjukkan bahwa eratnya hubungan
variabel Rasio perputaran modal kerja (Work
Capital Turn Over) dengan rasio lancar (Current
Ratio).
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat nilai
koefesien determinasi (R2), yaitu sebesar 0.986
atau sebesar 98.6%. Nilai 0.986 atau 98.6%
artinya adalah 0.986 atau 98.6% keragaman
rasio lancar (Current Ratio) dapat dipengaruhi
oleh perputaran modal kerja (Work Capital Turn
Over), oleh karena itu 0.986 atau
98.6%perputaran modal kerja mempengaruhi
rasio lancar (Current Ratio) sedangkan sisanya
yaitu sebesar 0.014 atau sebesar 1.4%
dipengaruhi oleh beban usaha seperti beban
penjualan, biaya umum dan administrasi, biaya
eksplorasi, pendapatan bunga dan juga beban
pajak .
Pada tabel 2 dapat menunjukkan nilai Fhitung
yaitu sebesar 209.661 dengan memiliki tingkat
signifikant sebesar 0,001 atau sebesar 1%.
Tingkat signifikant sebesar 0,001 atau sebesar
1% lebih kecil dari tingkat signifikan yang
ditentukan yaitu 10%, hal ini menunjukkan
bahwa Perputaran Modal Kerja (Work Capital
Turn Over) sebagai variabel bebas (Independent
Value) dengan Rasio Lancar (Current Ratio)
sebagai variabel terikat (Dependent Value)
memiliki pengaruh yang signifikant diantara
keduanya, sehingga dapat dikatakan bahwa
variabel yang dibangun diantara keduanya ini
adalah baik.
Dari tabel 3, dapat diketahui koefesien
regresi pada kasus hubungan antara Perputaran
Modal Kerja pada Rasio Lancar pada
perusahaan PT. TIMAH, Tbk. Persamaan
regresi adalah sebagai berikut :
Y1 = 0.466 +0.382X
Keterangan :
Y1 = Rasio Lancar (Current Ratio)
X = Perputaran Modal Kerja
(Work Capital Turn Over)
Pada kasus perusahaan PT. TIMAH, Tbk
memiliki nilai yang positif yaitu alpha (α) 0.466
dan nilai beta positif (β) 0.382, sehingga
persamaan regresi diatas menggambarkan
bahwa perputaran modal kerja memiliki
pengaruh yang positif terhadap rasio lancar
perusahaan. Hal ini berarti, jika perputaran
modal kerja naik sebesar Rp. 1, maka rasio
lancar (Current Ratio) bergerak berbanding lurus
mengalami kenaikan sebesar 0.382.
Berdasarkan hasil uji t yang terdapat pada
tabel 3 adalah sebesar 14.480 sedangkan ttabel
pada tingkat signifikansi 10% dengan derajat
bebas (df) adalah 3, maka nilai dari ttabel adalah
2.353. Dari pengujian antara uji thitung dengan
ttabel, hal ini dapat disimpulkan bahwa thitung
lebih besar dari ttabel atau 14.480 > 2.353, maka
Ho ditolak
dan Ha diterima. Hal ini
menyatakan bahwa Perputaran Modal Kerja
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Rasio Lancar (Current Ratio).
Pada tabel 2 dapat diketahui juga hasil uji F
yaitu sebesar 209.661 dengan tingkat
signifikansi 10%, sedangkan pada tingkat
signifikansi 10% dengan derajat bebas (df)
adalah 3 maka nilai dari Ftabel adalah 10.13.
Dari pengujian antara Fhitung dengan Ftabel hal
ini dapat disimpulkan bahwa Fhitung lebih besar
dari Ftabel atau Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak
dan Ha diterima yang berarti bahwa
Perputaran Modal Kerja memiliki hubungan
dengan Rasio Lancar (Current Ratio).
Tabel 1. Uji Regresi Perputaran Modal Kerja Terhadap
Rasio Lancar PT. TIMAH, Tbk
Model Summary
Adjusted
Std. Eror of
Model
R
R Square
R Square The Estimate
.986
.981
.07555
1
.993a
a Predictors: (Constant), Working Capital Turn Over
3
SUPRIYADI dan FAZRIANI, Pengaruh Modal Kerja terhadap Likuiditas dan Profitabilitas
Tabel 2
ANOVAb
Sum of
Squares
df
Mean Squre
1
1.197
1.197
Regression
Residual
.017
3
.006
Total
1.214
4
a Predictors: (Constant), Working Capital Turn Over
b Dependent Variable: Current Ratio
Model
1
F
209.661
Sig.
.001a
Tabel 3
Coefficientsa
Model
1
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
Working Capital Turn Over
a Dependent Variable: Current Ratio
Uji Regresi pada PT. ANTAM, Tbk
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat nilai
koefesien korelasi (R) sebesar 0.980 atau
sebesar 98.0%. Nilai 0.980 atau 98.0% ini
menunjukkan bahwa hubungan antara rasio
perputaran modal kerja (Work Capital Turn
Over) dengan rasio lancar (Current Ratio)
memiliki hubungan korelasi positif yang kuat,
hal ini menunjukkan bahwa eratnya hubungan
variabel Rasio perputaran modal kerja (Work
Capital Turn Over) dengan rasio lancar (Current
Ratio).
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat nilai
koefesien determinasi (R2), yaitu sebesar 0.960
atau sebesar 96.0%. Nilai 0.960 atau 96.0%
artinya adalah 0.960 atau 96.0% keragaman
rasio lancar (Current Ratio) dapat dipengaruhi
oleh perputaran modal kerja (Work Capital Turn
Over), oleh karena itu 0.960 atau 96.0%
perputaran modal kerja mempengaruhi rasio
lancar (Current Ratio) sedangkan sisanya yaitu
sebesar 0.040 atau sebesar 4% dipengaruhi
oleh penurunan aktiva tetap, kenaikan biatya
tangguhan, kenaikan hutang pajak dan beban
bunga.
Pada tabel 5 dapat menunjukkan nilai Fhitung
yaitu sebesar 71.242 dengan memiliki tingkat
signifikan sebesar 0.003 atau sebesar 3%.
Tingkat signifikant sebesar 0.003 atau sebesar
3% lebih kecil dari tingkat signifikan yang
4
.466
.382
.129
.026
Standardized
Coefficients
Beta
.993
t
3.625
14.480
Sig.
.036
.001
ditentukan yaitu 10%, hal ini menunjukkan
bahwa Perputaran Modal Kerja (Work Capital
Turn Over) sebagai variabel bebas (Independent
Value) dengan Rasio Lancar (Current Ratio)
sebagai variabel terikat (Dependent Value)
memiliki pengaruh yang signifikant diantara
keduanya, sehingga dapat dikatakan bahwa
variabel yang dibangun diantara keduanya ini
adalah baik.
Dari tabel 6, dapat diketahui koefesien
regresi pada kasus hubungan antara Perputaran
Modal Kerja pada Rasio Lancar pada
perusahaan PT. ANTAM, Tbk. Persamaan
regresi adalah sebagai berikut :
Y1 = 0.736 + 0.543X
Keterangan :
Y1 = Rasio Lancar (Current Ratio)
X = Perputaran Modal Kerja
(Work Capital Turn Over)
Pada kasus perusahaan PT. ANTAM, Tbk
memiliki nilai yang positif yaitu alpha (α) 0.736
dan nilai beta positif (β) 0,543 sehingga
persamaan regresi diatas menggambarkan
bahwa perputaran modal kerja memiliki
pengaruh yang positif. Jika setiap perubahan
perputaran modal kerja naik sebesar Rp. 1,
maka rasio lancar (Current Ratio) bergerak
berbanding lurus yang berarti bahwa setiap
kenaikan Perputaran Modal Kerja akan
mengalami kenaikan sebesar 0.543.
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 11 No. 1, April 2011
Pada tabel 5 dapat diketahui juga hasil uji F
yaitu sebesar 71.242 dengan tingkat signifikansi
10%, sedangkan pada tingkat signifikansi 10%
dengan derajat bebas (df) adalah 3 maka nilai
dari Ftabel adalah 10.13. Dari pengujian antara
Fhitung dengan Ftabel hal ini dapat disimpulkan
bahwa Fhitung lebih besar dari Ftabel atau Fhitung >
Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang
berarti bahwa Perputaran Modal Kerja
memiliki hubungan dengan Rasio Lancar
(Current Ratio).
Berdasarkan hasil uji t yang terdapat pada
tabel 6 adalah sebesar 8.441 sedangkan ttabel
pada tingkat signifikansi 10% dengan derajat
bebas (df) adalah 3, maka nilai dari ttabel adalah
2.353. Dari pengujian antara uji thitung dengan
ttabel, hal ini dapat disimpulkan bahwa thitung
lebih besar dari ttabel atau 8.441 > 2.353, maka
Ho ditolak
dan Ha diterima. Hal ini
menyatakan bahwa Perputaran Modal Kerja
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Rasio Lancar (Current Ratio).
Tabel 4. Uji Regresi Perputaran Modal Kerja Terhadap
Rasio Lancar PT. ANTAM, Tbk
Model Summary
Adjusted
Std. Eror of
Model
R
R Square
R Square The Estimate
.960
.946
.52735
1
.980a
a Predictors: (Constant), Working Capital Turn Over
Tabel 5
ANOVAb
Sum of
Squares
df
Mean Squre
19.812
1
19.812
Regression
Residual
.834
3
.278
Total
20.646
4
a Predictors: (Constant), Working Capital Turn Over
b Dependent Variable: Current Ratio
Model
1
F
71.242
Sig.
.003a
Tabel 6
Model
1
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
Working Capital Turn Over
a Dependent Variable: Current Ratio
Pengaruh
Perputaran
Modal
Kerja
Terhadap Marjin Laba Operasi Pada PT.
TIMAH, Tbk dan PT. ANTAM, Tbk
Uji Regresi pada PT. TIMAH, Tbk
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat nilai
koefesien korelasi (R) sebesar 0.819 atau
sebesar 81.9%. Nilai 0.819 atau 81.9% ini
menunjukkan bahwa hubungan antara rasio
.736
.543
.470
.064
Standardized
Coefficients
Beta
.980
T
1.565
8.441
Sig.
.216
.003
perputaran modal kerja (Work Capital Turn
Over) dengan marjin laba operasi (Operating
Profit Margin) memiliki hubungan korelasi
positif yang kuat, hal ini menunjukkan bahwa
eratnya hubungan variabel Rasio perputaran
modal kerja (Work Capital Turn Over) dengan
marjin laba operasi (Operating Profit Margin).
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat nilai
koefesien determinasi (R2), yaitu sebesar 0.671
atau sebesar 67.1%. Nilai 0.671 atau 67.1%
5
SUPRIYADI dan FAZRIANI, Pengaruh Modal Kerja terhadap Likuiditas dan Profitabilitas
artinya adalah 0.671 atau 67.1% keragaman
marjin laba operasi (Operating Profit Margin)
dapat dipengaruhi oleh perputaran modal kerja
(Work Capital Turn Over), oleh karena itu 0.671
atau 67.1% perputaran modal kerja
mempengaruhi marjin laba operasi (Operating
Profit Margin) sedangkan sisanya yaitu sebesar
0.329 atau sebesar 32.9% dipengaruhi oleh
penurunan laba kotor yang mengakibatkan
penurunan laba usaha, kenakan piutang lainlain, kenaikan pajak dan biaya yang masih
harus dibayar .
Pada tabel 8 dapat menunjukkan nilai Fhitung
yaitu sebesar 6.127 dengan memiliki tingkat
signifikant sebesar 0.090 atau sebesar 9%.
Tingkat signifikan sebesar 0,090 atau sebesar
9% lebih kecil dari tingkat signifikan yang
ditentukan yaitu 10%, hal ini menunjukkan
bahwa Perputaran Modal Kerja (Work Capital
Turn Over) sebagai variabel bebas (Independent
Value) dengan marjin laba operasi (Operating
Profit Margin) sebagai variabel terikat (Dependent
Value) memiliki pengaruh yang signifikan
diantara keduanya, sehingga dapat dikatakan
bahwa variabel yang dibangun diantara
keduanya ini adalah baik.
Dari tabel 9, dapat diketahui koefesien
regresi pada kasus hubungan antara Perputaran
Modal Kerja pada Marjin Laba Operasi pada
perusahaan PT. TIMAH, Tbk. Persamaan
regresi adalah sebagai berikut :
Y2 = -0.138 + 0.063X
Keterangan :
Y2 = Marjin Laba Operasi
(Operating Profit Margin)
X = Perputaran Modal Kerja
(Work Capital Turn Over)
Tabel 7
Uji Regresi Perputaran Modal kerja Terhadap
Marjin Laba Operasi PT. TIMAH, Tbk
Model Summary
Adjusted
Std. Eror of
Model
R
R Square
R Square The Estimate
.671
.562
.07327
1
.819a
a Predictors: (Constant), Working Capital Turn Over
Tabel 8
ANOVAb
Sum of
Squares
df
Mean Squre
.033
1
.033
Regression
Residual
.016
3
.005
Total
.049
4
a Predictors: (Constant), Working Capital Turn Over
b Dependent Variable: Operating Profit Margin
Model
1
F
6.127
Sig.
.090a
Tabel 9
Coefficientsa
Model
1
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
-.138
Working Capital Turn Over
.063
a Dependent Variable: Operating Profit Margin
6
.125
.026
Standardized
Coefficients
Beta
.819
T
-1.106
2.475
Sig.
.349
.090
Pada kasus perusahaan PT. TIMAH, Tbk
memiliki nilai yang negatif yaitu alpha (α) 0.138 sedangkan nilai beta positif (β) 0.063,
sehingga
persamaan
regresi
diatas
menggambarkan bahwa perputaran modal
kerja memiliki pengaruh yang positif. Jika
setiap perubahan perputaran modal kerja naik
sebesar Rp. 1, maka marjin laba operasi
(Operating Profit Margin) bergerak berbanding
lurus yang berarti bahwa setiap kenaikan
Perputaran Modal Kerja akan mengalami
kenaikan sebesar 0.063, namun sebaliknya jika
Perputaran
Modal
Kerja
mengalami
penurunan, maka marjin laba operasi akan
mengalami penurunan sebesar 0.063.
Berdasarkan hasil uji t yang terdapat pada
tabel 9 adalah sebesar 2.475 sedangkan ttabel
pada tingkat signifikansi 10% dengan derajat
bebas (df) adalah 3, maka nilai dari ttabel adalah
2.353. Dari pengujian antara uji thitung dengan
ttabel, hal ini dapat disimpulkan bahwa thitung
lebih besar dari ttabel atau 2.475 > 2.353, maka
Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini
menyatakan bahwa Perputaran Modal Kerja
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
marjin laba operasi (Operating Profit Margin).
Pada tabel 8 dapat diketahui juga hasil uji F
yaitu sebesar 6.127 dengan tingkat signifikansi
10%, sedangkan pada tingkat signifikansi 10%
dengan derajat bebas (df) adalah 3 maka nilai
dari Ftabel adalah 10.13. Dari pengujian antara
Fhitung dengan Ftabel hal ini dapat disimpulkan
bahwa Fhitung lebih besar dari Ftabel atau Fhitung >
Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang
berarti bahwa Perputaran Modal Kerja
memiliki hubungan dengan marjin laba operasi
(Operating Profit Margin).
Uji Regresi pada PT. ANTAM, Tbk
Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat nilai
koefesien korelasi (R) sebesar 0.615 atau
sebesar 61.5%. Nilai 0.615 atau 61.5% ini
menunjukkan bahwa hubungan antara rasio
perputaran modal kerja (Work Capital Turn
Over) dengan marjin laba operasi (Operating
Profit Margin) memiliki hubungan korelasi
positif yang kuat, hal ini menunjukkan bahwa
eratnya hubungan variabel Rasio perputaran
modal kerja (Work Capital Turn Over) dengan
marjin laba operasi (Operating Profit Margin).
Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat nilai
koefesien determinasi (R2), yaitu sebesar 0.378
atau sebesar 37.8%. Nilai 0.378 atau 37.8%
artinya adalah 0.378 atau 37.8% keragaman
marjin laba operasi (Operating Profit Margin)
dapat dipengaruhi oleh perputaran modal kerja
(Work Capital Turn Over), oleh karena itu 0.378
atau 37.8% perputaran modal kerja
mempengaruhi marjin laba operasi (Operating
Profit Margin) sedangkan sisanya yaitu sebesar
0.622 atau sebesar 62.2% dipengaruhi oleh
variabel lainnya seperti : ketidakstabilan kas
dan setara kas tiap tahunnya, kenaikan kas yang
dibatasi, piutang usaha pihak ketiga yang
meningkat, piutang lain-lain yang meningkat
tiap tahun, kenaikan pada biaya eksplorasi dan
biaya tangguhan, kenaikan pajak tangguhan
bersih, jiga adanya hutang usaha pihak ketiga
dan hutang pajak yang meningkat, juga
pinjaman investasi, beban pokok penjualan
yang meningkat, juga adanya beban pajak
penghasilan yang menyebabkan variabel lain
lebih mempengaruhi dari pada perputaran
modal kerja, dimana adanya dana yang lebih
besar pada margin laba operasinya.
Pada tabel 11 dapat menunjukkan nilai
Fhitung yaitu sebesar 1.822 dengan memiliki
tingkat signifikant sebesar 0.270 atau sebesar
27%. Tingkat signifikan sebesar 0.270 atau
sebesar 270% lebih besar dari tingkat
signifikan yang ditentukan yaitu 10%, hal ini
menunjukkan bahwa Perputaran Modal Kerja
(Work Capital Turn Over) sebagai variabel bebas
(Independent Value) dengan marjin laba operasi
(Operating Profit Margin) sebagai variabel terikat
(Dependent Value) tidak memiliki pengaruh
yang signifikan diantara keduanya, sehingga
dapat dikatakan bahwa variabel yang dibangun
diantara keduanya ini adalah tidak baik.
Keadaan tidak signifikan tersebut dapat
dipengaruhi dari faktor internal dan eksternal
perusahaan. Seperti halnya penjualan yang
menurun cukup besar pada tahun 2007 ke
tahun 2008 yang mengakibatkan laba usaha
ikut menurun, biaya-biaya yang meningkat
menjadi faktor pendukung margin laba operasi
menurun, juga beban-beban yang ikut
meningkat seperti beban umum dan
administrasi, beban pemasaran dan eksplorasi
7
SUPRIYADI dan FAZRIANI, Pengaruh Modal Kerja terhadap Likuiditas dan Profitabilitas
yang menyebabkan margin laba operasi pada
perputaran modal kerja tidak signifikan.
Dari tabel yang tersedia pada 12 dapat
diketahui koefesien regresi pada kasus
hubungan antara Perputaran Modal Kerja pada
Marjin Laba Operasi pada perusahaan PT.
ANTAM, Tbk. Persamaan regresi adalah
sebagai berikut :
Y2 = 0.520 – 0.023X
Keterangan :
Y2 = Marjin Laba Operasi
(Operating Profit Margin)
X = Perputaran Modal Kerja
(Work Capital Turn Over)
Pada kasus perusahaan PT. TIMAH, Tbk
memiliki nilai yang positif yaitu alpha (α) 0.520
sedangkan nilai beta negatif (β) -0.023,
sehingga
persamaan
regresi
diatas
menggambarkan bahwa perputaran modal
kerja memiliki pengaruh yang negatif. Jika
setiap perubahan perputaran modal kerja naik
sebesar Rp. 1, maka marjin laba operasi
(Operating Profit Margin) bergerak berbanding
terbalik yang berarti bahwa setiap kenaikan
Perputaran Modal Kerja akan mengalami
penurunan sebesar 0.023, namun sebaliknya
jika Perputaran Modal Kerja mengalami
penurunan, maka marjin laba operasi akan
mengalami kenaikan sebesar 0.023.
Berdasarkan hasil uji t yang terdapat pada
tabel 12 adalah sebesar -1.350 sedangkan ttabel
pada tingkat signifikansi 10% dengan derajat
bebas (df) adalah 3, maka nilai dari ttabel adalah
2.353. Dari pengujian antara uji thitung dengan
ttabel, hal ini dapat disimpulkan bahwa thitung
lebih besar dari ttabel atau -1.350 < 2.353, maka
Ho diterima
dan Ha ditolak. Hal ini
menyatakan bahwa Perputaran Modal Kerja
tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap marjin laba operasi (Operating Profit
Margin).
Tabel 10. Uji Regresi Perputaran Modal kerja Terhadap
Marjin Laba Operasi PT. ANTAM, Tbk
Model Summary
Adjusted
Std. Eror of
Model
R
R Square
R Square The Estimate
.378
.171
.13836
1
.615a
a Predictors: (Constant), Working Capital Turn Over
Tabel 11
ANOVAb
Sum of
Squares
df
Mean Squre
.035
1
.035
Regression
Residual
.057
3
.019
Total
.092
4
a Predictors: (Constant), Working Capital Turn Over
b Dependent Variable: Operating Profit Margin
Model
1
F
1.822
Sig.
.270a
Tabel 12
Coefficientsa
Model
1
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
.520
Working Capital Turn Over
-.023
a Dependent Variable: Operating Profit Margin
8
.123
.017
Standardized
Coefficients
Beta
-.615
T
4.214
-1.350
Sig.
.024
.270
Pada tabel 11 dapat diketahui juga hasil uji
F yaitu sebesar 1.822 dengan tingkat
signifikansi 10%, sedangkan pada tingkat
signifikansi 10% dengan derajat bebas (df)
adalah 3 maka nilai dari Ftabel adalah 10.13.
Dari pengujian antara Fhitung dengan Ftabel hal
ini dapat disimpulkan bahwa Fhitung lebih besar
dari Ftabel atau Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak
dan Ha diterima yang berarti bahwa
Perputaran Modal Kerja memiliki hubungan
dengan marjin laba operasi (Operating Profit
Margin).
KESIMPULAN
Di dalam bab ini penulis akan menarik
beberapa kesimpulan berdasarkan identifikasi
masalah yang ada pada bab sebelumnya, yaitu
sebagai berikut :
1.
Modal Kerja Perusahaan.
Perputaran Modal Kerja PT. TIMAH, Tbk
Berdasarkan hasil perhitungan rasio
perputaran modal kerja (Work Capital Turn
Over), dimana hasil perhitungan diperoleh dari
laporan keuangan selama 5 tahun, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut : perputaran
modal kerja PT. TIMAH Tbk, mengalami
penurunan dari tahun ke tahun. Dari hasil
pengolahan data diatas, maka perputaran
modal kerja PT. TIMAH Tbk, mengalami
penurunan dari tahun ke tahun. Modal kerja
pada tahun 2004 sebesar 5.15 lalu turun
sebesar 1.36 pada tahun 2005 menjadi 3.79 dan
turun kembali pada tahun 2006 sebesar 1.05,
yang disebabkan oleh kewajiban lancar yang
terus meningkat yang kurang diimbangi oleh
penjualan, akan tetapi pada tahun 2007
meningkat kembali menjadi 6.33 dan kembali
turun pada tahun 2008 sebesar 0.81 menjadi
5.52 yang disebabkan karena meningkatnya
hutang jangka pendek dan biaya lain yang
masih harus dibayar, yang menyebabkan
kewajiban lancar naik dengan penjualan yang
hanya sedikit mengimbangi.
Perputaran Modal Kerja PT. ANTAM, Tbk
Berdasarkan hasil perhitungan rasio
perputaran modal kerja (Work Capital Turn
Over), dimana hasil perhitungan diperoleh dari
laporan keuangan selama 5 tahun, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
PT. ANTAM Tbk, mengalami kenaikan
terus menerus dari tahun ke tahun. Dari tahun
2004 ke tahun 2005 mengalami kenaikan
sebesar 1.47 menjadi 4.22, dan naik kembali
pada tahun 2006 menjadi 4.77 dan terus
meningkat pada 2007 sebesar 1.91 menjadi
6.68 itu terjadi karena penjualan yang
meningkat terus menerus dan stabil hingga
mengimbangi kewajiban lancarnya, sehingga
perputaran modal kerja sangat bagus, dan
kembali meningkat drastis pada tahun 2008
sebesar 6.53 menjadi 13.21.
2.
Tingkat Likuiditas
Perusahaan
dan
Profitabilitas
Tingkat Likuiditas PT. TIMAH, Tbk
Berdasarkan hasil perhitungan rasio lancar
(Current Ratio), dimana hasil perhitungan
diperoleh dari laporan keuangan selama 5
tahun, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut: Tingkat Likuiditas PT. TIMAH Tbk,
lebih banyak mengalami penurunan. Pada
tahun 2004 ke tahun 2005 mengalami
penurunan dari 2.38 menjadi 1.83 yang berarti
menurun 0.55 yang disebabkan karena aktiva
lancar yang meningkat dan juga kewajiban
lancar yang ikut naik,. Dan pada tahun 2006
turun kembali 0.25, disebabkan oleh kewajiban
lancar yang meningkat dikarenakan naiknya
pinjaman jangka pendek, hutang pajak dan
kewajiban lain-lain, pada tahun 2007 sempat
mengalami kenaikan sebesar 1.33 menjadi 2.91
karena menurunnya hutang usaha. Akan tetapi
turun kembali pada 2008 sebesar 0.29 menjadi
2.62 karena naiknya biaya masih harus dibayar
dan hutang pihak ketiga.
Tingkat Likuiditas PT. ANTAM, Tbk
Berdasarkan hasil perhitungan rasio lancar
(Current Ratio), dimana hasil perhitungan
diperoleh dari laporan keuangan selama 5
tahun, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut: Tingkat Likuiditas PT. ANTAM Tbk,
mengalami kenaikan dalam rasio lancar. Pada
tahun 2004 rasio lancar PT. ANTAM Tbk,
2.88 dan sempat mengalami penurunan pada
tahun 2005 sebesar 0.2 menjadi 2.81 yang
diakibatkan menurunnya aktiva lancar yang
disebabkan menurunnya kas dan setara kas dan
aktiva lancar lainnya,dan juga penurunan pada
kewajiban lancar dikarenakan naiknya hutang
pihak ketiga dan beban yang harus dibayar juga
pinjaman investasi, akan tetapi kembali naik
9
SUPRIYADI dan FAZRIANI, Pengaruh Modal Kerja terhadap Likuiditas dan Profitabilitas
0.13 pada tahun 2006 menjadi 2.81 dan terus
meningkat pada tahun 2007 sebesar 1.66
menjadi 4.47 dan meningkat terus pada tahun
2008 sebesar 3.55 menjadi 8.02 yang
dikarenakan penurunan pada kewajiban lancar
dan aktiva lancar mengimbanginya dengan
baik.
Tingkat Profitabilitas PT. TIMAH, Tbk
Berdasarkan hasil perhitungan Marjin Laba
Operasi (Operating Profit Margin), dimana hasil
perhitungan diperoleh dari laporan keuangan
selama 5 tahun, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
Marjin laba operasi PT. TIMAH Tbk,
mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Marjin laba operasi pada tahun 2004 sebesar
5.10 lalu turun sebesar 0.04 pada tahun 2005
menjadi 0.06 dikarenakan laba usaha yang
menurun, dan sempat naik pada tahun 2006
sebesar 0.03 menjadi 0.09, dan meningkat
drastis menjadi 0.32 pada tahun 2007
dikarenakan penjualan yang meningkat drastis
dan laba yang ikut meningkat, lalu kembali
turun pada tahun 2008 sebesar 0.09 menjadi
0.23, walaupun penjualan naik akan tetapi laba
usaha menurun yang dikarenakan beban usaha
yang meningkat, Ini menunjukkan penggunaan
aktiva perusahaan kurang efektif dan efisien.
Tingkat Profitabilitas PT. ANTAM, Tbk
Berdasarkan hasil perhitungan Marjin Laba
Operasi (Operating Profit Margin), dimana
hasil perhitungan diperoleh dari laporan
keuangan selama 5 tahun, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
Tingkat Profitabilitas PT. ANTAM Tbk,
mengalami naik turun. Pada tahun 2004 ke
tahun 2005 mengalami penurunan dari 0.38
menjadi 0.35 yang berarti menurun 0.03 yang
dikarenakan laba usaha meningkat, dan pada
tahun 2006 kembali meningkat 0.08 menjadi
0.43, dan terus naik sebesar 0.14 menjadi 0.57
pada tahun 2007, akan tetapi turun pada 2008
sebesar 0.42 menjadi 0.15 karena laba usaha
yang menurun akibat dari beban usaha yang
meningkat, hal ini menunjukkan kurangnya
efisiensi pengelolaan keuangan, sehingga
mengakibatkan laba perusahaan mengalami
penurunan.
3.
10
Pengaruh Modal Kerja Terhadap Tingkat
Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan
Pengaruh Modal Kerja Terhadap Rasio Lancar
PT. TIMAH, Tbk
Berdasarkan hasil penelitian, maka
pengaruh modal kerja terhadap rasio lancar
PT. TIMAH Tbk, memiliki hubungan positif
yang kuat sebesar 0.993 terhadap rasio lancar,
dan memiliki keeratan hubungan sebesar
98.6% oleh variable modal kerja, sedangkan
1.4% modal kerja dipengaruhi variable lain,
yaitu aktiva tetap, persediaan, dan lain-lain.
Pada tabel Anova diketahui bahwa hasil
signifikan sebesar 0.001 atau 1% lebih kecil
dari tingkat signifikan yaitu sebesar 10%,
dengan demikian maka dapat disimpulkan
bahwa modal kerja memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap rasio lancar, yang berarti
jika modal kerja naik Rp 1 maka rasio lancar
akan naik sebesar 0.382.
Pengaruh Modal Kerja Terhadap Marjin Laba
Operasi PT. TIMAH, Tbk
Berdasarkan hasil penelitian, maka
pengaruh modal kerja terhadap marjin laba
operasi PT. TIMAH Tbk, memiliki hubungan
positif yang kuat sebesar 0.819 terhadap marjin
laba operasi, dan memiliki keeratan hubungan
sebesar 67.1% oleh variable modal kerja,
sedangkan 32.9% modal kerja dipengaruhi
variable lain. Pada tabel Anova diketahui
bahwa hasil signifikan sebesar 0.090 atau 9%
lebih kecil dari tingkat signifikan yaitu sebesar
10%, dengan demikian maka dapat
disimpulkan bahwa modal kerja memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap marjin laba
operasi.
Pengaruh Modal Kerja Terhadap Rasio Lancar
PT. ANTAM, Tbk
Berdasarkan hasil penelitian, maka
pengaruh modal kerja terhadap rasio lancar
PT. ANTAM Tbk, memiliki hubungan positif
yang kuat sebesar 0.980 terhadap rasio lancar,
dan memiliki keeratan hubungan sebesar 96%
oleh variable modal kerja, sedangkan 4%
modal kerja dipengaruhi variable lain, yaitu
aktiva tetap, persediaan, dan lain-lain. Pada
tabel Anova diketahui bahwa hasil signifikan
sebesar 0.003 atau 3% lebih kecil dari tingkat
signifikan yaitu sebesar 10%, dengan demikian
maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja
memiliki pengaruhyang signifikan terhadap
rasio lancar, yang berarti jika modal kerja naik
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 11 No. 1, April 2011
Rp 1 maka rasio lancar akan naik sebesar
0.543. hal ini menunjukkan bahwa rasio lancar
perusahaan adalah dinamis, dalam arti
mengikuti jumlah modal kerja yang
dibutuhkan.
Pengaruh Modal Kerja Terhadap Marjin Laba
Operasi PT. ANTAM, Tbk
Berdasarkan hasil penelitian, maka
pengaruh modal kerja terhadap marjin laba
operasi PT. ANTAM Tbk, memiliki hubungan
positif yang kuat sebesar 0.615 terhadap marjin
laba operasi, dan memiliki keeratan hubungan
sebesar 37.8% oleh variable modal kerja,
sedangkan 62.2% modal kerja dipengaruhi
variable lain. Pada tabel Anova diketahui
bahwa hasil signifikan sebesar 0.270 atau 27%
lebih besar dari tingkat signifikan yaitu sebesar
10%, dengan demikian maka dapat
disimpulkan bahwa modal kerja tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap marjin laba
operasi.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti,
Dewi. 2002. Manajemen Keuangan
Perusahaan. Ghalia Indonesia. Jakarta
Bodie, ZVI dan Robert G. Merton. 2000.
Finance. Prentice – Hall, Inc., New
Jersey
Budi
Rahardjo. 2005, Laporan Keuangan
Perusahaan, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Brigham Eugene F. And Michael C Enhardt.
2002. Financial Management Theory and
Practice. 10th Edition.
Harahap, Sofyan Syafri. 2006. Analisis Kritis
atas Laporan Keuangan. PT Raja Grafindo
Persada: Jakarta.
Martono dan D. Agus Harjito. 2003. Manajemen
Keuangan. Ekonosia: Yogyakarta.
Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim. 2003,
Analisis Laporan Keuangan. Edisi Revisi,
Unit Penerbit dan Percetakan AMP –
YKPN.
M.
Manulang, Drs. 2001. Dasar-dasar
Manajemen, Ghalia Indonesia. Jakarta
Raharjo, Budi. 2002. Laporan Keuangan
Perusahaan, Gajahmada Universitas.
Yogyakarta
Simangunsong. 2004 Dasar-Dasar Akuntansi
Keuangan, FEUI, Jakarta.
Suad Husnan. 2000. Manajemen Keuangan. UPPAMP YKPN. Yogyakarta.
Sundjaja, Ridwan S. 2003. Manajemen Keuangan
I. PT. Prenhallindo, Jakarta
Syamsudin, Lukman. 2004. Manajemen Keuangan
Perusahaan.
Tampubolon, Manahan P. 2005. Manajemen
Keuangan (Financial Management) :
Konseptual, Problem dan Studi Kasus,
Ghalia Indonesia : Bogor
Tribuwono, Iwan dan Hendry. 2002. Akuntansi
Ekuitas.
Yunus, Harnanto Hadori. 2000. Akuntansi
Keuangan
Lanjutan.
Univeritas
Gajahmada. Yogyakarta
Warren. Carl S, Reeve James. M, and Fess
Philip E. 2005. Accounting. Thomson:
Ohio.
11
Download