34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil Perusahaan Adisty Batik Alas Penggaron adalah salah satu UMKM yang bergerak dalam bidang pengerajin batik cap, batik tulis. Untuk batik cap pembuatan dengan sistem pesanan yang diminta seperti apa yang diinginkan oleh pelanggan. Adisty Batik Alas Penggarn bertempat di Jl. Panjaitan 112 – A Wana Wisata Alas Penggaron, Ungaran, Semarang. Batik milik Ibu adisty didirikan sejak tahun 2010, dan dirintis dari awal oleh Ibu Adisty. Untuk kualitas batik milik Ibu Adisty tidak perlu diragukan lagi karena pembuatan dengan bahan yang berkualitas dan mempunyai ciri khas tersendiri karena mengeksplor flora yang ada di Alas Penggaron. Perkembangan batik milik Ibu Adisty disorot oleh pemerintah Kabupaten Semarang dan dibantu untuk promosi melalui pameran – pameran batik yang diselenggarakan baik nasional maupun internasional. Karena kualitas yang tidak diragukan lagi Ibu Adisty mampu menembus para PNS yang ada di Kabupaten Semarang untuk memesan kain seragam batik buatan Ibu Adisty. Adisty Batik Alas Penggaron hingga saat ini memiliki 5 karyawan. Menurut Ibu Adisty dengan 5 karyawannya mampu memenuhi pesanan batik cap, karena Ibu Adisty memilih karyawannya yang mempunyai kemampuan dan keahlian sesuai bidangnya. 35 4.1.2 Struktur Organisasi Adisty Batik Alas Penggaron Dalam UMKM Adisty Batik Alas Penggaron untuk stuktur organisasinya bisa di bilang cukup sederhana karena hanya memiliki 5 karyawan. Dengan struktur organisasi Ibu Adisty sebagai pemilik dan bertindak sebagai pemimpin UMKM yang membawahi 5 karyawannya dan mengontrol aktifitas karyawannya dalam proses produksi batik. Adapun kerangka struktur organisasi Adisty Batik Alas Penggaron dapat dilihat pada gambar 3.1. PEMILIK UMKM ADISTY BATIK ALAS PENGGARO IBU ADISTY BAGIAN BAGIAN PENGECAPAN 1 PENGECAPAN 2 111 1211 BAGIAN PEWARNAAN 1 BAGIAN PEWARNAAN 2 BAGIAN PEREBUSAN GAMBAR 3.1 : Struktur Organisasi Adistry Batik Alas Penggaron 36 Pada gambar 3.1 setiap bagian memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda antara bagian yang satu dengan yang lain, dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Pemimpin UMKM Pemimpin pada UMKM AdistyBatik Alas Penggaron adalah Ibu Adisty selaku pemilik, sekretaris, bendahara UMKM miliknya. Sebagai pemimpin Ibu Adisty memiliki tanggung jawan dan wewenang atas keputusan yang terjadi dan diambil dalam UMKMnya. 2. Karyawan bagian pengecapan Karyawan bagian pengecapan merupakan bagian awal dari sebuah proses membatik. Bagian in bertugas untuk membentuk pola yang ada dibatik dengan menggunakan canting cap dengan kain polos sebagai medianya. Bagian ini merupakan bagian terpenting karena bila tidak ada bagian pengecapan produksi akan berhenti atau tidak bisa melakukan produksi. 3. Karyawan bagian pewarnaan Karyawan bagian pewarnaan melanjutkan bagian pengecapan yang telah kering akan diberi warna sesuai permintaan pemesan. Bagian ini juga tidak kalah pentingnya karena harus menggunakan perhitungan dalam mencampurkan satu bahan dengan bahan lain, bila pencampuran tidak sesuai maka hasil warna tidak maksimal. 4. Karyawan bagian perebusan Karyawan bagian ini bertugas untuk merebus kain yang sudah diberi warna guna untuk melepas lilin yang ada dikain pada saat pengecapan. 37 Perebusan berfungsi untuk melepas lilin agar warna kain terlihat dan kembali seperti aslinya, dengan proses perebusan maka pola pada kain batik akan terlihat dan membentuk batik yang sudah dicap pada proses awal. 4.1.3 Tahap Produksi Batik Cap Pada dasarnya proses pembuatan batik cap antara satu produk dengan produk lain mempunyai cara yang sama, hanya dibedakan berapa cap yang akan digunakan dan seberapa banyak warna yang akan digunakan. Semakin banyak cap dan warna yang digunakan maka akan semakin lama proses pembuatan karena pewarnaan yang lebih dari satu warna hanya bisa dilakukan satu persatu dan warna tidak dapat dilakukan secara bersamaan. Semakin banyak menggunakan pola cap dan warna semakin banyak pula waktu yang dibutuhkan dengan begitu dapat mempengaruhi harga batik tersebut. Berikut adalah tahapan produksi Adisty Batik Alas Penggaron pada gambar 3.2: 38 Tahap Awal Menyiapkan bahan baku dan alat yang akan digunakan untuk membatik Tahap Pengecapan Pengecapan mengunakan canting cap sesuai permintaan konsumen Tahap Pewarnaan Pewarnaan dilakukan setelah pengecapan selesai dengan warna pilihan konsumen Tahap Perebusan Perebusan dilakukan untuk melepas lilin agar terlihat warna asli kain tersebut TTAfsfsfsfsfs Tahap Pengemasan GAMBAR 3.2: Tahap Produksi Batik 1. Tahap Awal Tahap awal adalah mempersiapkan produksi dengan mempersiapkan bahan baku pembatikan dan alat – alat yang akan digunakan dalam proses membatik. Persiapan dilakukan untuk memulai sebuah proses membantik dari kain yang akan digunakan lilin untuk pengecapan dancanting cap yang digunakan sesuai permintaan konsumen. Dengan mempersiapkan alat dan 39 bahan yang akan digunakan dapat mempermudah dan memperlancar proses membantik karena alat dan bahan yang akan digunakan sudah tersedia. 2. Tahap Pengecapan Tahap pengecapan adalah proses awal terbentuknya batik. Dari bahan mentah yang sudah dipersiapkan pada tahap awal. Tahap pengecpan dilakukan dengan menggunakan kain putih polos yang sudah di persiapkan dan pengecapan dilakukan dengan canting cap sesuai permintaan konsumen. Tahap pengecapan dilakukan dengan lilin yang sudah dipanasi dan menggunakan canting cap sebagai alat pengecapan dan kain putih sebagai medianya. 3. Tahap Pewarnaan Tahap pewarnaan melanjutkan tahap pengecapan yang sudah dilakukan sebelumnya.tahap pewarnaan dilakukan pada kain putih yang sudah dicap dengan lilin guna memberi warna pada kain sesuai permintaan. Dengan tahap pewarnaan berfungsi untuk menimbulkan bentuk yang sudah dicap agar dapat terlihat dengan baik. 4. Tahap Perebusan Pada tahap perebusan berfungsi untuk melepas lilin yang ada dan dilakukan pada tahap pengecapan. Tahap perebusan dilakukan untuk menimbulkan warna asli kain yang sudah ditutup lilin pada tahap awal. Pelepasan lilin hanya bisa dilakukan dengan cara direbus karena dengan direbus dapat melelehkan lilin yang ada pada kain dan warna asli kain dapat terlihat. Setelah selesai dengan proses perebusan kain dijemur biasa agar kering dan siap di bungles 40 5. Tahap Pengemasan Tahap ini adalah tahap terakhir ada proses batik sebelum diambil oleh konsumen. Tahap pengemasan berfungsi untuk memudahkan konsumen membawa barang pesanannya yang sudah dikemas dengan rapi dan siap dibawa oleh konsumen. 4.2 Data Penelitian 4.2.1 Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk proses membatik meliputi: 1. Kain Kain yang gunakan adalah kain primisima. Kain ini yang sering digunakan untuk menjadi media membatik, baik batik cap, batik tulis¸ atau batik print. 2. Lilin Lilin yang digunakan adalah bahan lilin khusus untuk membatik. Lilin ini berfungsi untuk menutupi warna dasar kain sebelum proses pewarnaan. Dengan lilin warna dasar kain tidak ikut berubah warna saat proses pewarnaan. 3. Pewarna Tekstil Pewarna teksil digunakan untuk mewarnai kain yang sudah diberi lilin, pewarnaan dengan mengikuti selera konsumen dan sesuai permintaan konsumen. Pada penelitian ini konsumen menggunakan 2 warna yang berbeda yaitu pewarna A dan pewarna B. 41 4.2.2 Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan pada Adisty Batik alas Penggaron hanya 5 orang karyawan. Setiap karyawan memiliki keahlian dan tugas masing – masing dalam proses membatik. 4.2.3 Jam Kerja Sistem jam kerja pada Adisty Batik Alas Penggaron dimulai pada pukul 08.00 sampai 17.00, dengan jeda istirahat dari pukul 12.00 sampai 13.00. 4.2.4 Upah Kerja Sistem upah yang digunakan menggunakan sistem harian. Setiap karyawan memiliki upah yang berbeda, tergantung tingkat kesulitan dalam proses membatik. Berikut pembagian upah setiap karyawan: Tabel 4.1 : Upah Kerja No Jenis Pekerjaan Upah 1 Pengecapan 60.000 2 Pewarnaan 50.000 3 Perebusan 50.000 4.2.5 Peralatan Yang Digunakan Selain bahan baku, proses produksi juga didukung oleh peralatan lain guna menunjang proses produksi antara lain: 42 Tabel 4.2 : Peralatan Produksi Jenis Jumlah Fungsi Sebagai alat untuk mengecap dengan bahan Canting Cap 3 kuningan, agar kuat terhadap panas dan memiliki hasil yang baik Ender 1 Tempat untuk melelehkan lilin Media dasar untuk meletakkan kain yang siap Meja Cap 1 dicap Kompor Gas 1 Untuk memanaskan ender agar lilin mencair Alat untuk membersihkan canting cap bila Cupit Canting 1 terdapat kotoran Ember untuk pemberi warna pada kain yang Ember Pewarna 1 sudah diberi lilin Untuk Tungku memanaskan pada saat proses 1 perebusan 4.3 Perhitungan Harga Pokok Produksi Metode UMKM UMKM Adisty Batik Alas Penggaron melakukan perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode sederhana dan belum terperinci seluruh biaya yang dilkuarkan dalam proses produksi. Perhitungan yang dilakukan belum memasukan perhitungan biaya overhead UMKM. Biaya overhead yang dibebankan biaya pembungkus, gas dan listrik. Hal ini dapat 43 mempengaruhi penetapan harga pokok produksi untuk menentukan laba yang dihasilkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 5: Table 4.3 : Perhitungan Harga Pokok Produksi Adisty Batik Alas Penggaron Kebutuhan/ No Keterangan Harga/pcs Jumlah Biaya/pcs pesanan 1 Kain Primisima 200 pcs Rp. 15.000 Rp. 6.000.000 Rp. 30.000 2 Lilin 20 kg Rp. 20.000 Rp. 400.000 Rp. 2.000 3 Pewarna A 30 kg Rp. 150.000 Rp. 4.500.000 Rp. 22.500 4 Pewarna B 30 kg Rp. 150.000 Rp. 4.500.000 Rp. 22.500 5 BTK Pengecapan 2 Org/20 hari Rp. 60.000 Rp. 2.400.000 Rp. 12.000 6 BTK Pewarnaan 2 Org/10 hari Rp. 50.000 Rp. 1.000.000 Rp. 5.000 7 BTK Perebusan 1 Org/10 hari Rp. 50.000 Rp. 500.000 Rp. 2.500 8 Biaya listrik 3 minggu Rp. 300.000 Rp. 1.500 9 Pembungkus 200 pcs Rp. 200 Rp. 40.000 Rp. 200 10 Gas 2 @3kg Rp. 19.000 Rp. 38.000 Rp. 190 Rp. 19.678.000 Rp. 98.390 Total Biaya Dari table 4.3 dapat diketahui bahwa pehitungan harga pokok produksi Adisty Batik Alas Penggaron adalah Rp. 98.390/pcs dengan total biaya 200 potong Rp. 19.678.000. 44 4.4 Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan metode JOC Metode Job Order Costingg perhitungan harga pokok yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi kealam harga pokok produksi, antara lain biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead baik tepat mau pun variabel. 4.4.1 Perhitungan Biaya Bahan Baku Perhitungan biaya bahan baku yang dilakukan adisty batik alas penggaron untuk memproduksi batik cap adalah kain primisima, lilin, pewarna A, dan pewarna B. Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 4.4: Tabel 4.4 : Harga Pokok Bahan Baku Per satuan No Jenis Bahan Baku Satuan Harga 1 Kain Primisima 1 x 1,25 m 15.000 2 Lilin Kg 20.000 3 Pewarna A Kg 150.000 4 Pewarna B Kg 150.000 Adapun rincian dari pemakaian bahan baku untuk pemesanan batik yang dipesan oleh PNS dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini : 45 Tabel 4.5 : Perhitungan Biaya Bahan Baku Pesanan PNS No Ukuran Harga/ Unit Jumlah Pesan Total (1) (2) (3) 1x2x3 Jenis Bahan Baku 1 Kain Primisima 2 x 1,25 m 15.000 200 6.000.000 2 Lilin 0,1 kg/pcs 20.000/kg 200 400.000 3 Pewarna A 0,15 kg/pcs 150.000/kg 200 4.500.000 4 Pewarna B 0,15 kg/pcs 150.000/kg 200 4.500.000 Total 15.400.000 Dari tabel 4.5 diatas dapat terlihat bahwa kebutuhan bahan baku yang dikeluarkan untuk memenuhi pesanan sebanyak 200 kain sebesar Rp. 15.400.000. Dapat disimpulkan setiap 1(satu) batik membutuhkan biaya sebesar Rp 77.000. 4.4.2 Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Adisty Batik Alas Penggaron menggolongkan biaya tenaga kerja menjadi tiga bagian yaitu : pengecapan, pewarnaan dan perebusan. Biaya dihitung berdasarkan banyaknya hari kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja. Berikut tabel perhitungan upah tenaga kerja : 46 Tabel 4.6 : Perhitungan Upah Tenaga Kerja Jumlah Karyawan Jam Kerja (hari) Upah/Hari Total (1) (2) (3) 1x2x3 Pengecapan 2 orang 20 hari 60.000 2.400.000 Pewarnaan 2 orang 10 hari 50.000 1.000.000 Perebusan 1 orang 10 hari 50.000 500.000 3.900.000 Total Dari tabel 4.6 dapat diketahui upah tenaga kerja yang diberikan untuk mengerjakan 200 batik adalah sebesar Rp 3.900.000, untuk 5 karyawan yang bekerja dan setiap karyawan memiliki upah yang berbeda beda. Untuk menentukan harga pokok produksi/pcs dihitung dengan cara : Total Biaya Tenaga Kerja 3.900.000 = = 19.500 200 200 Jadi biaya per pcs dapat diketahui 19.500 untuk biaya tenaga kerja. 4.4.3 Biaya Overhead UMKM 1. Biaya Overhead Variabel 1.1 Biaya Bahan Penolong Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bahan pokok produksi. Bahan penolong pada UMKM Adisty Batik Alas Penggaron adalah: 47 a. Gas Untuk proses pelelehan lilin digunakan kompor gas agar mempercepat proses pelehan. Tabel 4.7 : Biaya Gas No 1 Pemakaian 2 tabung @3kg Harga Total Rp. 19.000 Rp. 38.000 Untuk menentukan bebas persatusuan dapat dihitung dengan cara: Total pengeluaran gas 38.000 = = 190 200 200 Beban yang dibebankan pada gas adalah 190/pcs. b. Pembungkus Kain Batik Pembungkus digunakan untuk membungkus batik yang siap dijual atau siap diberikan untuk konsumen. Biaya yang keluarkan Rp. 40.000. Perhitungan dengan rinci dapat dilihat pada tabel 4.8: Tabel 4.8 : Biaya Pembungkus Kain Batik No 1 Pemakaian 200 Harga Rp. 200 Total Rp. 40.000 Untuk menentukan beban persatuan dapat dihitung dengan cara: jumlah pengeluaran biaya pembungkus 40.000 = = 200 200 200 Beban yang dibebankan pada pembungkus adalah 200/pcs. 48 1.2 Biaya Listrik Pengeluan biaya listrik untuk Adisty Batik Alas Penggaron adalah Rp. 300.000. untuk menentukan beban persatuan dapat dihitung dengan cara : Pengeluaran listrik 300.000 = = 1.500 200 200 Beban yang dibebankan pada listrik adalah Rp. 1.500/pcs. 2. Biaya Overhead Tetap 2.1 Biaya Penyusutan Alat – Alat Dalam kegiatan produksi yang menggunakan alat akan menimbulkan biaya penyusutan alat. Penyusutan alat tersebut akan dihitung dengan metode umur ekonomis. Metode penyusutan yang telah diatur oleh peraturan perundang – undangan perpajakan yang sebagaimana telah diatur pada pasal 11 undang – undang pajak penghasilan sebagai berikut: Beban Penyusutan = (Harga Beli-Nilai Sisa) Umur Ekonomis 49 Tabel 4.9 : Biaya Penyusutan Alat – alat Harga/ Harga Keterangan Jumlah unit Umur Penyusutan/ Penyusutan/ ekonomis bulan tahun Nilai sisa beli Canting Cap 300.000 3 900.000 90.000 4 202.500 16.875 Ender 300.000 1 300.000 30.000 4 67.500 5.625 Meja Cap 500.000 1 500.000 50.000 4 112.500 9.375 Kompor 150.000 1 150.000 15.000 4 33.750 2.812 15.000 1 15.000 1500 4 3.375 281 Ember Pewarna 500.000 1 500.000 50.000 4 122.500 9.375 Tungku 200.000 1 200.000 20.000 4 45.000 3.750 577.125 31.235 Cupit Canting Total Biaya Penyusutan Dari tabel 4.9 dapat dijelakan bahwa biaya penyusutan peralatan pertahun adalah Rp. 577.125 dan biaya penyusutan perbulan Rp. 31.235. Jika dihitung beban yang tanggung oleh pemesan batik cap dapat dihitung dengan cara : penyusutan perbulan 31.235 = = 156 200 200 Dari data diatas dapat disimpulkan beban yang ditanggung untuk 1pcs kain batik yang dibebankan sebesar Rp. 156 2.2 Penyusutan Bangunan Biaya penyusutan bangunan adalah biaya penurunan nilai bangunan akibat penggunaan bangunan tesebut dengan periode tertentu. Penentuan biaya ditentukan dari luas bangunan, bahan bangunan dan luas bangunan. Bangunan yang digunakan Adisty Batik Alas Penggaron seluas 600m2. Dengan nilai bangunan Rp. 500.000.000. 50 Penyusutan Bangunan = = 500.000.000 – 50.000.000 20 tahun = Rp. 22.500.000/ tahun = Rp 1.875.000/ bulan Untuk membebankan biaya penyusutan bangunan untuk per produk dapat menggunakan cara : 1.875.000 = 9.375 200 pcs Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa beban yang di tanggung per produk untuk biaya penyusutan bangunan adalah Rp. 9.375. 4.5 Perbandingan Hasil Perhitungan HPP Dengan Metode UMKM dan Metode Job Order Costing Berdasarkan metode perhitungan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dilakukan analisis pembanding antara perhitungan harga pokok produksi metode Job Order Costing dengan netode UMKM. 51 Tabel 4.10 : Perbandingan HPP metode UMKM dan Metode Job Order Costing Keterangan HPP UMKM HPP JOC Biaya bahan baku Rp 77.000 Rp 77.000 Biaya Tenaga Kerja Rp.14.500 Rp.14.500 Biaya bahan penolong Rp. Rp. Biaya listrik Rp. 1.500 Biaya Overhead 390 390 Rp. 1.500 Biaya Penyusutan Alat Rp. 156 Biaya Penyusutan Bangunan Rp. 9.375 Harga Pokok Produksi Rp. 98.390 Rp. 107.921 Harga Jual Rp. 150.000 Rp. 150.000 Banyak Laba Rp. 51.610 Rp. 42.079 Dari tabel 4.10 terlihat bahwa terdapat selilih harga pokok produksi antara HPP UMKM sebesar Rp. 98.390 dan HPP Metode JOC Rp. 107.920.hal ini disebabkan karena UMKM tidak menghitung biaya penyusutan alat dan biaya penyusutan bangunan. Dengan tidak membebankan biaya penyusutan alat dan biaya penyusutan bangunan mempengaruhi besarnya laba yang didapat. 52 4.6 Temuan Dari penelitian yang ditemukan pada Adisty Batik Alas Penggaron perbedaan harga pokok produksi yang ditentukan oleh UMKM dan dengan metode Job Order Costing. 1. Perhitungan Biaya Bahan Baku Dari perhitungan biaya bahan baku memiliki kesamaan dalam perhitungan. Dengan metode UMKM untuk biaya bahan baku adalah Rp.77.000 dan dengan perhitungan Metode Job Order Costing biaya bahan baku adalah Rp. 77.000 2. Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Dari perhitungan biaya tenaga kerja dengan metode UMKM adalah Rp. 19.500 dan bila dihitung dengan Metode Job Order Costing adalah Rp. 19.500. 3. Perhitungan biaya Overhead Dari perhitungan biaya overhead dapat terlihat perbedaan pada perhitungan UMKM dan Perhitungan dengan Metode Job Order Costing. Dalam perhitungan UMKM biaya Overhead adalah Rp. 1.890 dan perhitungan menggunakan Metode Job Order Costing adalah Rp.11.421. Hal ini disebabkan karena UMKM tidak menghitung biaya penyusutan alat dan biaya penyusutan bangunan yang ada pada perhitungan dengan Metode Job Order Costing