BioSMART Volume 5, Nomor 1 Halaman: 13-16 ISSN: 1411-321X April 2003 Aktivitas Antioksidasi Ampas Tahu Terfermentasi terhadap Oksidasi Minyak Kedelai Antioxidative activity of fermented solid-waste soybean on soybean oil oxidation TJAHJADI PURWOKO, NURKHAYATI, RETNO ARUMSARI Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta 57126 Diterima: 16 Desember 2002. Disetujui: 31 Desember 2002 ABSTRACT Soybean and soyfoods were known to contained isoflavones that had antioxidative activity. Solid-waste soybean was the unextracted soybean in the tofu processing. Solid-waste soybeans were fermented with Neurospora sitophila, Rhizopus oligosporus, and R. oryzae for 5 days. The fermented solid-waste soybeans were extracted with 80% methanol and defatted with 50% methanol-hexane (1:2;v/v). The methanol extracts were dried into dried extracts and added into soybean oils. The soybean oil oxidation was obtained based on weighing method. The dried extracts (100, 200, 300, and 400 ppm) of 2, and 3 days fermented solid-waste soybeans with N. sitophila, R. oligosporus, and R. oryzae that showed strongest inhibited of lipid oxidation were added into soybean oils and oxidized at 170°C for 15 min. The antioxidative activities of fermented solid-waste soybeans were calculated. The antioxidative activities of fermented solidwaste soybeans were increased following increased of the dried extract concentrations of fermented solid-waste soybeans in soybean oil. The antioxidative activity of 400 ppm fermented solid-waste soybeans with N. sitophila, R. oligosporus, and R. oryzae were 97.7, 98.0, and 95.3%, respectively. Keywords: antioxidative activity, fermented solid-waste soybean, Neurospora, Rhizopus. PENDAHULUAN Salah satu penyebab kerusakan makanan adalah oksidasi lemak yang terjadi karena makanan terpapar oksigen atau mengalami pemanasan. Oksidasi lemak, secara praktis, ditandai dengan timbulnya aroma tengik pada makanan. Tengik merupakan aroma aldehida, yang terbentuk dari degradasi asam lemak akibat oksidasi lemak (Wilbraham dan Matta, 1992). Di antara aldehida, malonaldehida (MDA) merupakan aldehida yang banyak dihasilkan oksidasi lemak dan hanya dihasilkan dari oksidasi asam lemak tidak jenuh (Kishida dkk., 1993). Jika manusia mengonsumsi makanan yang mengalami oksidasi lemak, maka dapat menaikkan risiko terserang beberapa penyakit, misalnya aterosklerosis, jantung koroner, dan kanker (Peterson dan Barnes, 1991; Jacob, 1994). Kedelai mengandung isoflavon yang mempunyai aktivitas antioksidatif. Isoflavon banyak dijumpai pada tanaman Leguminoceae tropis. Hal itu karena tanaman tersebut mempunyai enzim kalkon isomerase yang mampu mengubah 2(R)-naringenin menjadi 2-hidroksidaidzein (Coward dkk., 1993). Dua kelompok isoflavon dijumpai pada kedelai adalah isoflavon glikosidik dan aglikon (bebas). Isoflavon glikosidik dalam kedelai adalah daidzin, glisitin, dan genistin, sedangkan isoflavon aglikon adalah daidzein, glisitein, dan genistein. Aktivitas antioksidatif isoflavon aglikon lebih kuat daripada isoflavon glikosidik. Hal itu karena gugus hidroksi lebih banyak dijumpai pada isoflavon aglikon daripada isoflavon glikosidik. Salah satu makanan hasil olahan kedelai adalah tahu. Proses pembuatan tahu menghasilkan limbah padat yang disebut ampas tahu. Ampas tahu dapat diolah menjadi makanan terfermentasi, yaitu oncom dan tempe gembus. Mikroba dalam pembuatan oncom adalah Neurospora sitophila dan Rhizopus oligosporus, sedangkan dalam pembuatan tempe gembus adalah R. oryzae dan R. oligosporus. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur aktivitas antioksidatif ampas tahu terfermentasi N. sitophila, R. oligosporus, dan R. oryzae. BAHAN DAN METODE Ampas tahu diperoleh dari perajin tahu. N. sitophila, R. oligosporus dan R. oryzae diisolasi dari oncom dan tempe. Minyak kedelai tanpa antioksidan (Happy Salad Oil) diperoleh dari pasar lokal. Metanol, etanol, heksana, asam klorida (HCl), dan asam trikloroasetat (TCA) diperoleh dari Merck Chemical Co., Jerman. Asam tiobarbiturat (TBA), tetra etoksi propana (TEP), dan butilat hidroksi toluen (BHT) diperoleh dari Sigma Chemical Co., Jerman. Pembuatan ampas tahu terfermentasi. Ampas tahu (30 g) direndam dalam air selama 2 jam dan disaring, kemudian disterilisasi (121oC, 15 menit). Ampas tahu diinokulasi, masing-masing dengan N. sitophila, R. oligosporus, dan R. oryzae. Jumlah inokulasi adalah ± 4 ×103 cfu per gram ampas tahu. Ampas tahu terfermentasi diinkubasi pada suhu 30oC selama 5 hari. © 2003 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta 14 BioSMART Vol. 5, No. 1, April 2003, hal. 13-16 Ekstraksi tempe gembus. Ampas tahu terfermentasi dipotong dengan ukuran 5x5x10 mm dan dikeringkan dengan oven (60oC, 24 jam). Ampas tahu kering (30 g) diblender, kemudian diekstraksi dalam 150ml metanol 80% (60oC, 1 jam) dengan stirrer. Setelah disaring, bagian padat diekstrak lagi dalam 30ml metanol 80% (60oC, 30 menit). Kedua filtrat dikumpulkan dan dievaporasi dengan rotary evaporator (40oC, kondisi vakum) sampai kering. Lemak dihilangkan secara partisi, yaitu melarutkan residu dalam 30ml metanol 50%-heksana (1:2; v/v) dua kali. Ekstrak metanol tanpa lemak diambil dan dievaporasikan dengan rotary evaporator (40o C), dengan kondisi vakum sampai kering. Residu dilarutkan dalam 5 ml metanol dan disentrifus (12.000 g, 5 menit). Supernatan diambil dan dikeringkan sampai menjadi ekstrak kering. Penghambatan oksidasi minyak kedelai. Oksidasi minyak kedelai diukur berdasarkan metode berat (Esaki dkk., 1998). Selengkapnya sebagai berikut: minyak kedelai ditambah 200 ppm ekstrak ampas tahu terfermentasi dari masing-masing umur fermentasi, sehingga diperoleh berat akhir sebesar 5 g, kemudian minyak kedelai dibiarkan pada suhu 40°C sampai beratnya menjadi 5,5 g. Ampas tahu terfermentasi yang paling lama menambah berat minyak kedelai, dipakai dalam penentuan aktivitas antioksidatif dengan uji TBA. Uji TBA dan aktivitas antioksidatif ampas tahu terfermentasi. Minyak kedelai (10ml) ditambah 100, 200, 300, dan 400 ppm ekstrak ampas tahu terfermentasi yang mempunyai aktivitas antioksidatif berdasarkan metode berat, kemudian dioksidasi (dipanaskan) pada suhu 170oC, selama 15 menit. Setelah didinginkan selama 15 menit, 100 µL minyak kedelai teroksidasi ditambah 1ml BHT 20% dalam etanol dan 3ml larutan TBA (TBA 0,375%, TCA 15%, dan HCl 0,25N). Campuran tersebut dipanaskan dengan pemanas air (100oC, 5 menit), sehingga terbentuk warna merah. Setelah didinginkan dalam air mengalir selama 5 menit, campuran disentrifus (6.000 g, 5 menit). Supernatan diambil dan diukur nilai absorbansinya dengan spektrofotometer [UV-1601PC, Shimadzu, Japan] pada panjang gelombang 530 nm. Nilai absorbansi tersebut dikonversikan ke nilai TBA berdasarkan persamaan regresi senyawa ETP yang merupakan prekursor MDA. Aktivitas antioksidatif diukur berdasarkan rumus sebagai berikut: % aktivitas antioksidatif = [1-(Tc-Tk0)/(Tk1-Tk0)]x100 Tc : nilai TBA minyak kedelai cuplikan teroksidasi. Tk0 : nilai TBA minyak kedelai kontrol (sebelum oksidasi). Tk1 : nilai TBA minyak kedelai kontrol teroksidasi . HASIL DAN PEMBAHASAN Metanol 80% merupakan salah satu pelarut optimum dalam mengekstrak isoflavon dari kedelai (Coward dkk., 1993; Susanto dkk., 1998). Selain metanol 80%, etanol 70% juga mampu mengekstrak isoflavon secara optimal (Kudou dkk., 1991). Kandungan isoflavon dalam kedelai dapat mencapai 3 mg/g berat kering (Kudou dkk., 1991). Isoflavon dalam kedelai sebagian besar merupakan isoflavon glikosidik. Proses perendaman dan fermentasi kedelai mampu menaikkan kadar isoflavon aglikon (Coward dkk., 1993). Enzim β-glukosidase mampu mengubah isoflavon glikosidik menjadi isoflavon aglikon. Enzim tersebut dimiliki sebagian besar mikroba (Purwoko dkk., 2001). Oksidasi lemak menghasilkan senyawa peroksida lemak. Senyawa peroksida lemak mudah terdekomposisi menjadi lemak rantai pendek dan senyawa karbonil, yaitu alkohol, aldehida, dan asam karboksilat. Secara kulitatif, lemak teroksidasi dapat diketahui dengan timbulnya aroma tengik. Secara kuantitatif, lemak teroksidasi dapat diketahui dengan mengukur penambahan berat dan nilai TBA lemak teroksidasi. TBA dapat bereaksi dengan aldehida dan keton, tetapi warna merah dihasilkan dari reaksi TBA dengan dialdehida. Karena dialdehida dihasilkan dari oksidasi asam lemak tidak jenuh, maka penelitian ini menggunakan minyak yang mengandung relatif banyak asam lemak tidak jenuh, yaitu minyak kedelai. Oksidasi lemak dapat dipicu oleh logam berat, radikal bebas, dan pemanasan. Suhu 170°C merupakan suhu optimum dalam penggorengan. Purwoko dkk. (2001) melaporkan, bahwa minyak kedelai yang teroksidasi pada suhu 170°C selama 30 menit mempunyai nilai TBA mendekati nilai TBA maksimum minyak kedelai teroksidasi, sehingga pemanasan dilakukan selama 15 menit. Minyak kedelai teroksidasi juga dipanaskan pada saat uji TBA, sehingga minyak kedelai dapat teroksidasi lagi. Oksidasi lanjutan itu dapat dihambat dengan menambahkan BHT, suatu antioksidan sintetik yang telah digunakan secara komersial pada makanan. Penghambatan oksidasi minyak kedelai. Penghambatan oksidasi minyak kedelai oleh ampas tahu terfermentasi dapat diperiksa pada Gambar 1. Ampas tahu mampu menghambat oksidasi minyak kedelai sampai 16 hari. Ampas tahu terfermentasi N. sitophila, R. oligosporus, dan R. oryzae mampu menghambat oksidasi minyak kedelai lebih lama daripada ampas tahu pada semua umur fermentasi. semakin lama umur fermentasi ampas tahu oleh N. sitophila dan R. oligosporus, maka semakin lama oksidasi minyak kedelai terhambat dan mencapai maksimum, masing-masing pada umur fermentasi 2 dan 3 hari. Pada umur fermentasi selanjutnya, kemampuan menghambat oksidasi minyak kedelai ampas tahu terfermentasi N. sitophila dan R. oligosporus semakin menurun. Ampas tahu terfermentasi N. sitophila umur 2 hari fermentasi dan R. oligosporus umur 3 hari mampu menghambat oksidasi lemak selama 27 dan 28 hari. N. sitophila dan R. oligosporus pada ampas tahu mulai bersporulasi pada umur 2 dan 3 hari. Pada saat itu pula diperoleh kemampuan menghambat oksidasi minyak kedelai tertinggi. Hal itu menunjukkan, bahwa kandungan tertinggi isoflavon aglikon pada ampas tahu terfermentasi N. sitophila dan R. oligosporus terjadi pada awal sporulasi. Ampas tahu terfermentasi R. oryzae umur 1 hari mampu menghambat oksidasi minyak kedelai lebih besar daripada umur 2 hari (Gambar 1). Akan tetapi, ampas tahu terfermentasi R. oryzae umur 3 hari menghambat oksidasi PURWOKO dkk. – Aktivitas antioksidasi ampas tahu terfermentasi 15 isoflavon glikosidik (Wang dkk., 1998). Isoflavon aglikon diperoleh dari transformasi isoflavon 25 23 glikosidik dan diperantarai enzim β-glukosidase dan 22 22 22 20 20 perendaman kedelai dalam suasana asam (Kudou 20 dkk., 1991). Glukosa yang terdapat dalam isoflavon 16 glikosidik diperlukan mikroba dalam 15 pertumbuhannya. Oleh karena itu, mikroba menyintesis enzim β-glukosidase yang dapat 10 memecah isoflavon glikosidik menjadi isoflavon aglikon dan glukosa. 5 Oksidasi lemak menghasilkan radikal bebas. 0 Radikal bebas dapat stabil, jika memperoleh hidrogen. Hidrogen diperoleh dari asam lemak lain atau antioksidan. Isoflavon berkompetisi dengan asam lemak dalam memberikan hidrogen. Oleh Gambar 1. Oksidasi minyak kedelai ampas tahu terfermentasi pada karena itu, aktivitas antioksidatif ampas tahu minyak kedelai. Keterangan: At: ampas tahu; N.s.: N. sitophila; R.o.: R. terfermentasi diekspresikan dalam prosentase. oligosporus; R.or.: R. oryzae; angka 1-5 menunjukkan umur fermentasi. Aktivitas antioksidatif ampas tahu terfermentasi berdasarkan uji TBA diekspresikan dalam minyak kedelai lebih kuat daripada umur 1 hari. Pada saat persentase dan dapat dilihat pada Gambar 2. Aktivitas itu dicapai nilai maksimum penghambatan oksidasi minyak antioksidatif semakin naik seiring kenaikan kadar ekstrak kedelai, yaitu 26 hari. Hal itu karena R. oryzae mampu ampas tahu terfermentasi dalam minyak kedelai. Hal itu mengubah genistein menjadi isoflavon lain, yang diduga terlihat pada ampas tahu terfermentasi 3 mikroba tersebut. mempunyai aktivitas antioksidatif lebih kuat daripada Nilai maksimum aktivitas antioksidatif diperoleh pada genistein (Purwoko, 2001). Isoflavon lain itu kemungkinan kadar tertinggi, yaitu 400 ppm ekstrak ampas tahu dibentuk pada awal sporulasi dan mencapai jumlah terfermentasi. Aktivitas antioksidatif 400 ppm ampas tahu maksimum pada akhir sporulasi, karena sporulasi R. oryzae terfermentasi N. sitophila, R. oligosporus, dan R. oryzae, mencapai maksimum pada umur 3 hari dan pada saat itu masing-masing sebesar 97,7%, 98,0%, dan 95,3%. Hal itu penghambatan oksidasi minyak kedelai oleh ampas tahu menunjukkan, bahwa N. sitophila, R. oligosporus, dan R. terfermentasi R. oryzae mencapai maksimum. Esaki dkk. oryzae menghambat kuat (lebih dari 95%) oksidasi minyak (1998) menemukan, bahwa Aspergillus saitoi mampu kedelai. mengubah daidzein dan genistein menjadi 8-hidroksi Aktivitas antioksidatif ampas tahu terfermentasi R. daidzein dan 8-hidroksi genistein pada saat sporulasi dan oryzae sedikit lebih kecil daripada ampas tahu aktivitas antioksidatif 8-hidroksi daidzein dan 8-hidroksi terfermentasi R. oligosporus. Jumlah daidzein dan genistein genistein lebih kuat daripada daidzein dan genistein. pada tempe terfermentasi R. oligosporus sekitar dua kali lipat lebih banyak daripada tempe terfermentasi R. oryzae Aktivitas antioksidatif ampas tahu terfermentasi. (Purwoko dkk., 2001). Dengan demikian semakin kuat Aktivitas antioksidatif ampas tahu terfermentasi tidak dugaan, bahwa terdapat senyawa lain yang mempunyai terlepas dari kemampuan mikroba dalam menghasilkan aktivitas antioksidatif lebih kuat daripada daidzein dan isoflavon aglikon, karena ampas tahu masih mengandung genistein, pada ampas tahu terfermentasi R. oryzae. 28 26 26 R.or.-5 R.or.-4 R.or.-3 24 R.or.-2 R.o.-5 R.or.-1 24 R.o.-3 R.o.-1 N. s.-5 N. s.-3 24 N. s.-2 At N. s.-1 Kontrol 24 25 R.o.-4 26 R.o.-2 27 N. s.-4 Hari 30 KESIMPULAN Gambar 2. Aktivitas antioksidatif ekstrak ampas tahu terfermentasi (Ns-2, ampas tahu terfermentasi N. sitophila umur 2 hari; Ro-3, ampas tahu terfermentasi R. oligosporus umur 3 hari fermentasi; Ror-3, ampas tahu terfermentasi R. oryzae umur 3 hari). Ampas tahu terfermentasi mempunyai aktivitas antioksidatif tertinggi pada saat mikroba bersporulasi. Aktivitas antioksidatif tertinggi ampas tahu terfermentasi N. sitophila dan R. oligosporus terjadi pada awal sporulasi, yaitu pada umur 2 dan 3 hari fermentasi. Aktivitas antioksidatif tertinggi ampas tahu terfermentasi R. oryzae terjadi pada akhir sporulasi, yaitu umur 3 hari. Aktivitas antioksidatif ampas tahu terfermentasi (400 ppm) N. sitophila, R. oligosporus, dan R. oryzae terhadap oksidasi minyak kedelai, masing-masing sebesar 97,7; 98,0; dan 95,3%. 16 BioSMART Vol. 5, No. 1, April 2003, hal. 13-16 DAFTAR PUSTAKA Coward, L., N.C. Barnes, K.D.R. Setchell, dan S. Barnes. 1993. Genistein, daidzein, and their β-glucoside conjugates: antitumor isoflavones in soybean foods from American and Asian diets. Journal of Agricultural Food Chemistry 41: 1961-1967. Esaki, H., H. Onozaki, Y. Morimitsu, S. Kawakishi, dan T. Osawa. 1998. Potent antioxidative isoflavones isolated from soybeans fermented with Asspergilus saitoi. Bioscience Biotechnology and Biochemistry 62 (4): 740-746. Jacob, R.A. 1994. Nutrition, health and antioxidants. INFORM. 5: 12711275. Kishida, E., S. Tokumaru, Y. Ishitani, M. Yamamoto, M. Oribe, H. Iguchi, dan S. Kojo. 1993. Comparison of the Formation of Malondialdehyde and Thiobarbituric Acid Reactive Substances from Autoxidized Fatty Acid Based on Oxigen Consumption. Journal of Agricultural Food Chemistry 41: 1598-1600. Kudou, S., Y. Fleury, D. Welti, D. Magnolato, T. Uchida, K. Kitamura, dan K. Ukobo. 1991. Malonyl Isoflavone Glycosides in Soybean Seeds (Glycine max Merrill). Agricurture, Biology and Chemistry 55: 2227-2233. Peterson, G. dan S. Barnes. 1991. Genistein nhibition of the Growth of Human Breast Cancer: Independence from Estrogen Receptors and Multidrug Resistance Gene. Biochemistry and Biophysics Research Communication 179: 661-667 Purwoko, T. 2001. Biotransformasi Isoflavon oleh Rhizopus oryzae UlCC 524 dan Rhizopus microsporus var chinensis UICC 521 pada Fermentasi Tempe dan Aktivitas Antioksidan Isoflavon Aglikon terhadap Oksidasi Minyak Kedelai. [Tesis]. Jakarta: PPS Biologi FMIPA UI. Purwoko, T., S. Pawiroharsono, dan I. Gandjar. 2001. Biotransformasi isoflavon oleh Rhizopus oryzae UICC 524. BioSMART 3 (2): 7-12. Susanto, T., E. Zubaidah dan S. B. Wijanarko. 1998. Studi tentang aktivitas antioksidan pada tempe terhadap lama fermentasi jenis pelarut dan ketahanan terhadap proses pemanasan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pangan dan Gizi. Yogakarta 15 Desember 1998. Wang, C., Q. Ma, S. Pangadala, M.S. Sherrard, dan P.G. Khrisnan. 1998. Changes of Isoflavones during Processing of Soy Protein Isolates. Journal of American Oil Chemistry Society 75: 337-341. Wilbraham, A. L dan M. S. Matta. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Penerjemah: Achmadi, S. Bandung: Penerbit ITB.