Oleh : Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok 8 9 10 11 Proses pembuatan baki dangkal dan kultur rendam pada pembuatan : 1. Asam sitrat 2. Asam asetat 3. Asam laktat Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan buah tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang baik dan alami, selain digunakan sebagai penambah rasa masam pada makanan dan minuman ringan. Dalam biokimia, asam sitrat dikenal sebagai senyawa antara dalam siklus asam sitrat yang terjadi di dalam mitokondria, yang penting dalam metabolisme makhluk hidup. Zat ini juga dapat digunakan sebagai zat pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan. Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun ditemukan pada konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8% bobot kering, pada jeruk lemon dan limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk purut). Limun, jeruk dan buah-buahan semacam ini mengandung banyak asam sitrat. Penggunaan utama asam sitrat saat ini adalah sebagai zat pemberi cita rasa dan pengawet makanan dan minuman, terutama minuman ringan. Kode asam sitrat sebagai zat aditif makanan (E number ) adalah E330. Garam sitrat dengan berbagai jenis logam digunakan untuk menyediakan logam tersebut (sebagai bentuk biologis) dalam banyak suplemen makanan. Sifat sitrat sebagai larutan penyangga digunakan sebagai pengendali pH dalam larutan pembersih dalam rumah tangga dan obat-obatan. Kemampuan asam sitrat untuk meng-kelat logam menjadikannya berguna sebagai bahan sabun dan deterjen. Dengan meng-kelat logam pada air sadah, asam sitrat memungkinkan sabun dan deterjen membentuk busa dan berfungsi dengan baik tanpa penambahan zat penghilang kesadahan. 1. Fermentasi Dapat dilakukan menggunakan 2 macam metode fermentasi : permukaan (surface process) dan bawah permukaan (submerged process) • Pada tahap tropofase, sebagian dari glukosa digunakan untuk membentuk miselium dan respirasi • Pada tahap idiofase, sisa glukosa diubah menjadi asam organik, termasuk asam sitrat • Produksi berkisar antara 40‐69% dalam bentuk asam sitrat‐1‐hidrat (123 g per 100 g sukrosa) atau asam sitrat anhidrat (112 g per 100 g sukrosa). Medium untuk metode ini dapat berupa substrat padat atau cair • Substrat padat : wheat bran, amilum ubi (sweet potato) • Setelah disterilisasi, substrat ditaburkan dalam loyang setebal 3‐5 cm lalu diinkubasi pada 28 °C • Pertumbuhan dapat dipercepat dengan penambahan enzim amilase • Proses fermentasi berlangsung 5‐8 hari 80% produksi asam sitrat di dunia menggunakan metode ini • Waktu fermentasi 8 hari • 3 parameter yang menentukan keberhasilan proses : kualitas fermentor, struktur miselium, pasokan oksigen. Mikrobia Saat ini produksi asam sitrat secara komersial menggunakan mutan Aspergillus niger, dan ada pula yang menggunakan Saccharomyces lipolytica, Penicillium simplicissimum, dan A. foeitidus. Untuk meningkatkan kemampuan produksi sering dilakukan proses mutasi. Mutasi yang umum dilakukan adalah dengan iradiasi ultraviolet (1,6 X 102 J/m2/dt) dan nitrosamine (100 mg/ml) selama 5 – 45 menit. Kultur dipelihara dalam medium PDA. Komposisi Nutrisi Media Media fermentasi untuk biosintesis asam sitrat terdiri dari substrat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroorganisme, terutama terdiri dari substrat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroorgaisme terutama sumber karbon, nitrogen dan fosfor. 2. KULTUR RENDAM proses produksi asam sitrat yang sampai saat ini lazim digunakan, biakan kapang Aspergillus niger diberi sukrosa agar membentuk asam sitrat. Setelah kapang disaring dari larutan yang dihasilkan, asam sitrat diisolasi dengan cara mengendapkannya dengan kalsium hidroksida membentuk garam kalsium sitrat. Asam sitrat di-regenerasi-kan dari kalsium sitrat dengan penambahan asam sulfat. Asam asetat merupakan senyawa organik yang mengandung gugus asam karboksilat. Asam asetat juga merupakan senyawa kimia organik yang memberikan rasa asam dan bau tajam pada vinegar termasuk asam lemah yang bersifat korosif dan dapat menyebabkan iritasi pada mata dan hidung. 1. Fermentasi Aerob 2. Fermentasi Anaerob 3. Kultur rendam Fermentasi Aerob Acetobacter aceti C6H12O6 glukosa 2 C2H5OH etanol Fermentasi Anaerob 2 CH3COOH + H2O + 116 kal cuka asam Clostridium thermoaceticum C6H12O6 glukosa 3 CH3COOH asam asetat a. Metoda lambat (Slow Methods) a. Metoda cepat (Quick Methods) atau German process Bahan baku berupa buah-buahan Etanol tidak banyak bergerak atau mengalir karena proses dilakukan pada suatu tangki batch Memasukan jus buah, yeast, dan bakteri vinegar ke dalam tangki Sebagian jus buah terfermentasi menjadi etanol (11-13 % alkohol) setelah beberapa hari Etanol yang ada di permukaan tangki terfermentasi menjadi asam asetat Bakteri vinegar di permukaan larutan yang membentuk lapisan agar-agar tipis mengubah etanol menjadi asam asetat atau vinegar (asetifikasi) Temperatur 21- 29 oC Kelebihan Metoda lambat (Slow Methods) : Proses sangat sederhana Kekuranagan Metoda lambat (Slow Methods) : Proses relative lama berminggu-minggu atau berbulan-bulan Jatuhnya lapisan tipis agar-agar dari bakteri vinegar akan memperlambat asetifikasi Bahan baku berupa etanol cair Bahan baku untuk basis 1 ton asam asetat(100%) Proses fermentasi terjadi di dalam tangki pembentukan (Frings generator) yang terbuat dari kayu atau besi Bagian-bagian dari tangki pembentukan : Bagian atas, tempat alkohol dimasukkan Bagian tengah, terdapat bahan isian (berupa: kayu, tongkol jagung, rottan) Bagian bawah, digunakan sebagai tempat mengumpulkan produk vinegar. Mendistribusikan campuran etanol cair (10,5 %), vinegar(1 %), dan nutrisi melalui bagian atas tangki dengan alat sparger Udara dialirkan secara countercurrent melalui bagian bawah tangki Panas yang timbul akibat reaksi oksidasi diambil dengan pendingin. Temperatur operasi dipertahankan pada rentang suhu 30-35 oC Produk yang terkumpul di bagian bawah tangki mengandung asam asetat optimum sebesar 10- 10,5 %. Sebagian produk direcycle dan sebagian yang lain di keluarkan dari tangki Bahan baku 2.500 gal dengan produk 10,5 % asam asetat memerlukan waktu proses 8-10 hari Waktu tinggal terlalu lama bila dibandingkan Metoda Perendaman (Submerged Method) Pembersihan tangki cukup sulit Biaya proses rendah Konsentrasi produk asam asetat besar Tangki proses membutuhkan sedikit tempat peletakannya Penguapan sedikit Bakteri Clostridium thermoaceticum Mampu mengubah gula menjadi asam asetat Temperatur proses sekitar 45- 65 oC; pH 2-5 Memerlukan nutrisi yang mengandung karbon, nitrogen dan senyawa anorganik Mengubah gula menjadi sama asetat dengan satu langkah Bakteri tumbuh dengan baik pada temperatur 60 oC. Perbedaan temperatur yang besar antara suhu media dengan suhu air pendingin memudahkan dalam pembuangan panas Kontaminasi dengan organisme yang membutuhkan O2 bisa diminimalisasi karena bekerja pada kondisi anaerob Organisme yang hanya dapat hidup dalam kondisi mendekati pH netral akan mati karena operasi fermentasi dilakukan pada kondisi asam pH 4,5 Kosentarasi asam asetat lebih rendah dibandingkan dengan proses aerob Biaya proses lebih mahal dibandingkan dengan proses aerob Umpan yang mengandung 8-12 % etanol diinokulasi dengan Acetobacter acetigenum Temperatur proses 24-29 oC Bakteri tumbuh di dalam suspensi(gelembung udara dan cairan yang difermentasi) Umpan di masukan melewati bagian atas tangki Udara didistribusikan dalam cairan yang difermentasi sehingga membentuk gelembung- gelembung gas. Udara keluar tangki melewati bagian atas tangki Temperatur proses dipertahankan dengan menggunakan koil pendingin stainless steel Defoamer yang terpasang di bagian atas tangki membersihkan busa yang terbentuk dengan sistem mekanik Kelebihan : Hampir disemua bagian tangki terjadi fermentasi Kontak antar reaktan dan bakteri semakin besar Kekurangan : Biaya operasi relatif mahal Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Pengatur keasaman pada industri makanan Pelunak air Minuman fungsional misal: cuka apel Sebagai bahan baku Vinil asetat, Selulosa asetat, Asetat Anhidrit, Ester Asetat, dan Garam Asetat Asam laktat merupakan produk hasil metabolisme karbohidrat tanpa menggunakan oksigen (metabolisme anaerob). Asam laktat diproduksi di sel otot saat suplai oksigen tidak mencukupi untuk menunjang produksi energi. Produk asam laktat normal terdapat di dalam tubuh manusia. Pada awalnya asam laktat dianggap sebagai zat sisa. Asam laktat yang diproduksi kemudian menumpuk di otot dan dicurigai menyebabkan kelelahan selama olahraga dan kram otot setelah selesai olahraga. Sekarang dengan hasil yang terbaru, asam laktat bukan merupakan “musuh” dari otot. Asam laktat merupakan bahan energy yang penting selama olahraga yang berlangsung lama. Hal ini karena asam laktat yang dibentuk oleh sel otot dapat digunakan oleh sel otot lain nuntuk membentuk energy. Saat olahraga permintaan oksigen melebihi suplai sehingga timbul metabolisme anaerob yang menghasilkan asam laktat. Asam laktat ini kemudia akan diserap oleh sel otot untuk djadikan bahan bakar. Pada orang yang rutin berolahraga atau atlet, terjadi peningkatan efektivitas pemakaian asam laktat sehingga mereka mampu berolahraga dalam jangka waktu lebih lama. Dibandingkan membuat lelah, asam laktat justru memperlambat terjadinya kelelahan dan meningkatkan kemampuan dalam olahraga. Fermentasi asam laktat merupakan proses dimana sel-sel otot kita berhubungan dengan piruvat selama respirasi anaerobik. Sel-sel mengubah piruvat, produk glikolisis menjadi asam laktat. Ketika sel-sel kita membutuhkan energi, mereka memecah molekul sederhana seperti glukosa. Proses untuk memecah glukosa secara anaerobik disebut glikolisis. Glikolisis terjadi dalam sitosol sel dan tidak melibatkan oksigen. Ketika glikolisis selesai, dua molekul piruvat yang tersisa. Biasanya, mereka piruvat akan berubah dan akan memasuki mitokondria. Setelah di mitokondria, respirasi aerobik akan istirahat mereka pecah lebih lanjut, melepaskan lebih banyak energi. Namun, ada kalanya sel otot kita tidak menerima oksigen yang mereka butuhkan untuk melakukan respirasi aerobik. Hal ini terjadi ketika kita mempekerjakan mereka terlalu keras. Mereka masih membutuhkan energi, sehingga mereka melakukan glikolisis, tetapi mereka tidak dapat kemudian melakukan respirasi aerobik. Ini adalah ketika mereka beralih ke fermentasi asam laktat. proses fermentasi asam laktat adalah sebagai berikut: C6H12O6 + ENZIM = 2 C2H5OCOOH + ENERGI 1. Proses fermentasi Homolactic Pada proses ini terjadi perubahan glukosa mnjadi piruvat. Lalu terbentuklah 2 molekul asam lktat. Proses ini menggunakan enzim laktat Dehidrogenase. 2. Proses Fermentasi Heterofermentatif Proses inin menggunakan piruvat sebagai penghasil asam laktat, etanol dan karbon dioksida sebagai hasil bawa bentuan enzim dehidrogenanse laktat dan piruvat dekarboksilase