BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Millennium Devolopment Goals (MDGs) merupakan salah satu indikator yang mengukur kondisi pembangunan manusia dalam suatu negara. Kesehatan ibu dan anak merupakan dua dari enam sasaran pencapaian tujuan MDGs. Indonesia mempunyai target, menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup. Akan tetapi kematian ibu dan anak tetap menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Berdasarkan hasil Survey Demografi & Kesehatan Indonesia (SDKI) dalam 20 tahun terakhir jumlah kematian ibu per 100.000 kelahiran mengalami penurunan yang tidak signifikan dari 390 kematian ibu di tahun 1991, menjadi 228 di tahun 2007 dan 220 di tahun 2010, rata-rata penurunan hanya 0,1%. Pada tahun 2012 angka kematian ibu meningkat sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup (Bappenas, 2011; Depkes, 2014). Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan propinsi yang memiliki angka kematian ibu dan anak tinggi dibandingkan propinsi lainnya di Indonesia. Pada tahun 2007, angka kematian ibu mencapai 271 per 100.000 kelahiran hidup. Faktor utama yang menyebabkan kematian ibu dan bayi di Propinsi NTT adalah tingginya penanganan kelahiran oleh keluarga (77,7%). Penyebab lainnya adalah persalinan yang dilakukan di rumah lebih banyak dibandingkan di fasilitas kesehatan (43,4%). Hal ini menyebabkan pendarahan pada ibu dan kematian bayi 1 2 baru lahir (DinKes Pemprop. NTT, 2014). Pada tahun 2009, pemerintah NTT mengeluarkan kebijakan Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak (Revo-KIA) yang mewajibkan semua proses persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan yang memadai dan ditangani oleh tenaga kesehatan yang berkualitas. Indikator keberhasilan akhir dari program Revo-KIA adalah penurunan kematian ibu dan anak sesuai dengan target nasional atau minimal mendekati target nasional (Pemprop. NTT, 2014) Meskipun demikian, bukan berarti program Revo-KIA ini berjalan dengan lancar. Hal itu dibuktikan dengan penurunan angka kematian ibu dan anak di Propinsi NTT belum mencapai target Rencana Strategi Nasional (Restra) tahun 2014. Angka kematian bayi di Propinsi NTT tahun 2012 adalah 45 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan angka kematian bayi nasional tahun 2012 adalah 32 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Propinsi NTT tahun 2010 mencapai 536 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian ibu nasional di tahun 2010 adalah 259 per 100.000 (Pemprop. NTT, 2014). Hasil evaluasi terhadap program Revo KIA, menunjukkan bahwa hambatan dalam pemenuhan pelayanan kesehatan ibu dan anak masih tetap terjadi karena pola perawatan kehamilan dan kelahiran merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat (Raflizar et al., 2012). Budaya lokal di Propinsi NTT terkait kepercayaan kehamilan/persalinan, pengambilan keputusan oleh keluarga besar, status dan posisi perempuan yang tidak setara, prioritas anggaran keluarga untuk kesehatan/pendidikan yang masih rendah berdampak negatif terhadap aspek kesehatan ibu dan anak (Triratnawati, 2013) 3 Beberapa penelitian telah menggambarkan bahwa adat dan kebiasaan mempunyai pengaruh yang negatife dan positif terhadap perilaku kesehatan maternal. Beberapa praktik budaya menyebabkan terjadinya perdarahan pada ibu nifas, infeksi pada ibu dan bayi, serta infeksi saluran pernapasan atas pada bayi (Fahik, 2004; Buka, 2005; Uduk, 2006; Raven et al., 2006; Njakarta, 2009; Sumarni, 2013). Praktik budaya juga menyebabkan hambatan dalam pemenuhan gizi pada masa nifas akibat adanya pantangan-pantangan terhadap makanan yang harus dilakukan ibu saat menjalani suatu tradisi (Baumali, 2009; Liu, 2006). Akan tetapi terdapat beberapa praktik budaya yang memberikan dampak positif terhadap kesehatan ibu dan bayi. Beberapa budaya yang menganjurkan ibu untuk meningkatkan asupan makanan tinggi protein selama masa nifas serta mewajibkan ibu melakukan vulva hygiene dan perineal hygiene secara rutin selama masa nifas (Raven et al, 2006) Desa Wajomara yang merupakan lokasi penelitian, berada di wilayah kerja Puskesmas Jawakisa, Kecamatan Aesesa Selatan, Kabupaten Nagekeo, Propinsi NTT. Masyarakat Desa Wajomara memiliki tradisi dalam perawatan nifas dan bayi baru lahir yang dikenal dengan budaya ka’o ma’u. Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat setempat, budaya ka’o ma’u merupakan budaya pengasingan ibu selama 11 hari tanpa keluar rumah. Perawatan yang dijalani ibu nifas dalam budaya ka’o ma’u meliputi perawatan perineum menggunakan ramuan khusus serta perawatan tali pusat bayi menggunakan ramuan khusus. Ibu diharuskan untuk melakukan pantangan segala jenis makanan makan kecuali jagung dan kacang, serta ibu diwajibkan mandi 4 menggunakan ramuan daun-daun tertentu. Praktik budaya pengasingan terhadap ibu pasca persalinan telah dilakukan oleh beberapa budaya di Indonesia. Masyarakat Etnik Ngalung, Propinsi Papua mempunyai tradisi untuk mengasingkan wanita selama proses persalinan dan masa nifas di sebuah tempat khusus yang disebut sukam selama 7 hari serta perawatan menggunakan ramuan dan menjalani pantangan-pantangan. Tujuan pengasingan adalah untuk menghindari pengaruh iblis akibat bau tubuh ibu dan bayi setelah persalinan (Kurniawan, 2012). Tradisi mengasingkan ibu juga dijalankan oleh Suku Timor, propinsi NTT yang disebut budaya se’i. Setelah proses persalinan ibu nifas di Suku Timor wajib menjalankan pengasingan selama 40 hari di sebuah rumah bulat disertai pemanggangan, pemberian kompres hangat (tatobi), serta pantangan terhadap beberapa makanan (Baumali, 2009). Tradisi pengasingan juga dijalankan oleh ibu nifas di Kabupaten Sumba Timur, Propinsi NTT. Tradisi pengasingan yang disebut budaya padarang merupakan pengasingan terhadap ibu pasca persalinan selama 30 hari disertai pemanggangan atau menghangatkan ibu di dekat api, serta perawatan bayi dan ibu menggunakan ramuan tertentu (Njakatara, 2009; Sumarni, 2013). Perbedaan praktik budaya pengasingan yang dijalani oleh masyarakat Desa Wajomara dengan beberapa praktik budaya yang dilakukan di beberapa tempat tersebut adalah terletak pada lama pengasingan serta aktifitas yang dilakukan ibu selama proses pengasingan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, proses pengasingan terhadap ibu pasca persalinan merupakan tradisi dilaksanakan oleh masyarakat di beberapa daerah di 5 Kabupaten Nagekeo. Wajomara merupakan salah satu desa di Kabupaten Nagekeo yang masih melestarikan budaya ka’o ma’u. Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Komplikasi pada masa puerperium merupakan penyebab kedua kematian Ibu di Indonesia yaitu sebesar 31%. Komplikasi masa puerperium meliputi infeksi dan perdarahan pada masa nifas. Pemerintah berupaya menurunkan komplikasi nifas, melalui peningkatan cakupan pelayanan kesehatan pada masa nifas. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar yang dilakukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada 6 jam sampai dengan 3 hari pasca persalinan, pada hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan (Depkes, 2013). Berdasarkan hasil wawancara terhadap petugas kesehatan di puskesmas Jawakisa, didapatkan data bahwa dampak yang dirasakan akibat adanya pengasingan dalam budaya ka’o ma’u adalah ibu nifas tidak melakukan kunjungan nifas (Kf-3) dan kunjungan neonatus pertama (KN1). Cakupan kunjungan nifas dan kunjungan neonatus pertama di Puskesmas Jawakisa hanya mencapai 45%. Hal ini sesuai dengan data SDKI 2014, yang menunjukkan bahwa cakupan perlayanan nifas tahun 2012 di Propinsi NTT baru mencapai 66%. Selain itu NTT merupakan salah satu propinsi dengan cakupan kunjungan neonatus pertama, terendah yaitu 75,51% dan masih jauh dari target restra 2013 yaitu 89% (Depkes, 2013). Puskesmas Jawakisa merupakan puskesmas yang memiliki angka kesakitan bayi tertinggi di Kabupaten Nagekeo (35%), dengan 6 jenis penyakit terbanyak adalah ISPA (50%) dan masih ditemukan kejadian tetanus neonatorum (5%). Sedangkan angka kesakitan ibu di Puskesmas Jawakisa yaitu 20%, dengan keluhan terbanyak adalah Mastitis (Dinkes Kab. Nagekeo, 2014) Berdasarkan hasil wawancara terhadap terhadap staf dinas kesehatan Kabupaten Nagekeo, menyatakan bahwa belum ada kajian ilimiah mengenai praktik budaya ka’o ma’u yang dijalani oleh masyarakat Wajomara. Kepercayaan dan praktik budaya mempengaruhi perilaku keluarga dalam melakukan perawatan kesehatan ibu dan anak, selain itu perbedaan budaya mempengaruhi proses interaksi ibu dan tenaga kesehatan. Pengetahuan tentang kebudayaan dapat membantu perawat dalam melakukan pengkajian yang akurat serta menentapkan diagnosa dan intervensi yang tepat. Pemahaman perawat mengenai nilai, kepercayaan, dan budaya ibu akan membantu perawat menyediakan perawatan yang sensitif budaya dengan tetap mempertahankan prinsip asuhan keperawatan dalam konteks situasi transkultural (Perry et al., 2014) Berdasarkan uraian di atas maka penelitian mengenai perawatan ibu nifas dan bayi baru lahir dalam budaya ka’o ma’u mengenai di masyarakat Desa Wajomara menjadi penting sehingga dapat dijadikan landasan dalam pemberian asuhan keperawatan dalam konteks dan situasi transkultural. 7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengalaman perawatan ibu nifas dan bayi baru lahir berdasarkan budaya ka’o ma’u di Desa Wajomara, Kecamatan Aesesa Selatan, Kabupaten Nagekeo, Propinsi NTT? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengalaman ibu dalam melakukan perawatan masa nifas dan bayi baru lahir berdasarkan budaya ka’o ma’u di Desa Wajomara, Kecamatan Aesesa Selatan, Kabupaten Nagekeo, Propinsi NTT. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan pengalaman ibu di Desa Wajomara dalam melakukan perawatan pada masa nifas berdasarkan budaya ka’o ma’u meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, aktivitas dan istirahat, aktivitas seksual, mandi, perawatan perineum, perawatan payudara, dukungan sosial 2) Mendeskripsikan pengalaman ibu di Desa Wajomara dalam melakukan perawatan pada bayi baru lahir berdasarkan budaya ka’o ma’u pemberian ASI esklusif, perawatan tali pusat, dan mandi meliputi 8 D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi bagian pelayanan kesehatan ibu dan anak dinas kesehatan Kabupaten Nagekeo Hasil penelitian dapat dijadikan suatu evidence based yang menjadi landasan dalam pengambilan kebijakan terkait program kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Nagekeo. 2.Bagi bidan dan perawat puskesmas Hasil penelitian dapat dijadikan bahan masukan untuk memodifikasi pemberian pelayanan kesehatan kesehatan ibu dan anak dengan mempertimbangkan aspek budaya dan tradisi masyarakat setempat. 3.Bagi masyarakat setempat Hasil penelitian dapat dijadikan informasi sehingga dapat meningkatkan pemahaman masyarakat terkait praktik budaya dan kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan ibu dan Anak. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini difokuskan pada perawatan ibu nifas dan bayi baru lahir dalam budaya ka’o ma’u di Desa Wajomara wilaya kerja Puskesmas Jawakisa, Kecamatan Aesesa Selatan, Kabupaten Nageko, Propinsi NTT belum pernah diteliti sebelumnya. Akan tetapi ada beberapa penelitian sejenis yang telah dilakukan. Perbedaan dan persamaan antara penelitian ini dengan penelitian tersebut ditampilkan di tabel 1. 9 Tabel 1. Pengaruh Budaya Terhadap Perawatan Nifas Dan Bayi Baru Lahir Peneliti Judul Tujuan Metodelogi Hasil Persamaan Perbedaan Fahik, V Faktor budaya hatuka ha’i dalam perawatan masa nifas pada masyarakat suku Tetun di Kecamatan Tasifeto Penelitian ini bertujuan untuk menggambarka n perawatan ibu nifas dalam budaya hatuka ha’i pada masyarakat suku Tetun di kecamatan Tasifeto Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan ibu memilih hatuka ha’i dalam perawatan masa nifas karena alasan ekonomi, lebih nyaman berada di rumah sendiri,serta karena tingkat keberhasilan penolong persalinan. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada metodelogi penelitian dan pada salah tema penelitian Perbedaan dengan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah: pada penelitian ini hanya menggambarka n perawatan pada ibu nifas saja, selain itu perbedaannya terletak pada karakteristik budaya. Studi Mengambarka Metodelogi yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenolo gi. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, metode pengumpula n data menggunak an wawancara mendalam Metodelogi Hasil penelitian Persamaan dengan Perbedaan (2004) Uduk, E 10 (2006) kualitatif tentang kebudayaa n hatuka ha’i pada perawatan bayi baru lahir di Pedesaan Kateri,keca matan Malaka Tengah Betun Kabupaten Belu , NTT n perawatan bayi baru lahir dalam kebudayaan hatuka ha’i Liu, N et al (2006) Postpartum pratice of puerperal women and their influencing Tujuan dari penelitian ini adalah mengekplorasi diet pascapartum yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenolo gi. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, metode pengumpula n data menggunak an wawancara mendalam Metodelogi penelitian ini adalah cross sectional retrospektif menunjukkan bahwa budaya hatuka ha’i merupakan budaya pengasingan selama 40 hari. Pemotongan dan perawatan tali pusat tidak sesuai dengan kesehatan karena menggunakan teknik yang tidak steril. Cara memandikan bayi dalam tradisi ini menyebabkan tubuh bayi sakit. penelitian ini adalah metodelogi penelitian yang digunakan, serta tema dalam penelitian penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada penelitian ini hanya menggambarka n perawatan pada bayi baru lahir, selain itu perbedaannya terletak pada karakteristik budaya. Diet pascsapartum dan perawatan kesehatan secara tradisional masih tetap populer di kalangan wanita di Hubei. Faktor yang Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada salah Perbedaan terletak pada metodelogi yang digunakan serta 11 Raven, JH et al (2006) factors in three regions of Hubei Cina dan praktik kesehatan pada wanita puerperium serta mengidentifika si faktor yang mempengaruhi nya, Tradisional belief dan practices in the postpartum period in Fujian Province, Cina: a Qualitative study Mengeksploras i tradisi zuo yuezi pada postpartum dilihat dari status sosial, kultur, dan perspektif pengobatan barat Metodelogi penelitian ini adalah studi kualitatif berhubungan dengan praktik perawatan pascapartum secara tradisional adalah kurangnya pendidikan kesehatan. Perlu adanya informasi kesehatan terkait diet pascapartum dan perawatan kesehatan pascapartum Tradisi zuo yuezi bertujuan untuk mengembalikan kesehatan ibu pascapartum dan menjaga kesehatan ibu di masa depan. Tradisi zuo yuezi meliputi diet yaitu meningkatkan intake makanan serta menolak mengkonsumsi makanan dingin; pantangan perilaku meliputi tetap tinggal di dalam rumah, satu tujuan penelitian yaitu diet pascapartum dan praktik kesehatan pada wanita puerperium karakteristik budaya Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada salah satu tujuan penelitian yaitu perawatan pascapartum yang dipengaruhi oleh praktik budaya Perbedaan terletak pada karakteristik budaya 12 menolak pekerjaan rumah dan membatasi jumlah pengunjung, higiene meliputi tidak mandi dan mengosok gigi; praktik yang berkaitan dengan menyusui meliputi: pemberian suplemen menyusui dan memberikan madu pada bayi. Responden melaporkan bahwa alasan melaksanakan tradisi ini adalah sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi dan mengikuti anjuran dari leluhur. Tradisi zuo yuezi yang menguntungkan bagi kesehatan meliputi peningkatan asupann makanan, diet tinggi protein, tidak melakukan pekerjaan 13 Njakatara (2009) Pengaruh budaya padarang terhadap kesehatan ibu postpartum dan bayi di wilayah kerja puskesmas Rambangar u kecamatan Hahar kabupaten Sumba Timur, Mengetahui pengaruh budaya padarang terhadap kesehatan ibu postpartum dan bayi Metodelogi yang digunakan adalah Kualitatif dengan rancangan survey etnografi. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Pengumpula n data rumah serta melakukan perawatan perineum dan vulva setiap hari. Tradisi zuo yuezi yang berpotensi membahayakan kesehatan yaitu pemberian madu dan tidak menyikat gigi Hasil penelitian menunjukkanbahwa budaya padarang dalam perawatan masa postpartum memberikan pengaruh yang bermanfaat secara ekonomi dan sosial kemasyarakatan dan memberikan efek yang merugikan kesehatan ibu dan bayi karena perilaku dan lingkungan yang kurang sehat. Persamaan dengan penelitian ini adalah teknik pengungumpulan sampel, serta pada tema penelitian Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada tujuan penelitian yang melihat pengaruh budaya sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggambarka n perawatan , selain itu perbedaannya 14 NTT Baumali, A (2009) Pemenuhan zat gizi ibu nifas dalam budaya se’i pada masyarakat suku Timor dan Dawan di kecamatan Molo selatan menggunak an wawancara mendalam dan observasi Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran pemenuhan zat gizi nifas dalam pelaksanaan budaya se’i pada suku Dawan dan Timor. Metodelogi penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenalo gi. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Pengumulan data menggunak an Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan gizi ibu ifas dalam budaya se’i tidak mencukupi kebutuhan ibu nifas sehingga perlu dilakukan upaya meningkatkan jumlah gizi dengan mengkonsumsi makanan lain yang menggandung zat gizi. Persamaan dengan penelitian ini adalah salah satu tujuan penelitian yaitu pemenuhan kebutuhan nutrisi serta teknik pengumpulan sampel. terletak pada karakteristik budaya, serta pendekatan metode penelitian yaitu etnografi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tujuan penelitian ini hanya membahas mengenai pemenuhan kebutuhan nutrisi, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan tujuannya tidak hanya berfokus pada nutrisi melainkan perawatan ibu 15 Choudhury, et al (2011) Maternal Care Practices Among the Ultra Poor Households in Rural Bangladesh :a Qualitative Explorator y Study Tujuan penelitian ini adalah mengeksploras i praktik perawatan ibu pada wanita di pedalaman Bangladesh Buar, M &Jauro, YS (2013) Home births and postnatal practice in Madagali NorthEastern Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan porposi dan alasan persalinan di wawancara mendalam, observasi, dan food recall 24 jam. Metodelogi penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif eksplorasi Metodelogi penelitian yang digunakan adalah deskripsi cross Hasil penelitian menunjukkan kepercayaan dan norma budaya mempunyai pengaruh yang kuat praktik perawatan ibu. Beberapa praktik seperti kepercayaan akan pantangan beberapa aktivitas dan makanan dapat membahayakan kesehatan ibu. Tingginya angka persalinan di rumah dan perawatan oleh tenaga yang tidak terlatih. Perawatan perineum sesuai dengan anjuran tenaga Persamaan dengan penelitian ini terletak pada salah satu tema penelitian Persaman penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada salah satu tujuan penelitian lebih luas, selain perbedaannya terletak pada karakteristik budaya. Perbedaan terletak pada metodelogi, serta karakterisitik budaya. Perbedaan terletak pada metodelogi yang digunakan serta karakteristik 16 Nigeria DW, Sumarni, et al (2013) Perawatan Nifas Budaya Padarang dan Revolusi KIA di Kabupaten Sumba Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur rumah, serta evaluasi praktik budaya selama nifas di Madagali North-Eastern Nigeria Tujuan penelitian ini adalah untk mengetahui proses perawatan ibu nifas serta pengaruhnya terhadap gangguan kesehatan ibu dan bayi yang menjalani perawatan ibu nifas dalam budaya padarang sectional studi kesehatan. yaitu praktik perawatan nifas budaya Metodelogi penelitian adalah dengan penelitian kualitatif dan kuantitatif (cross sectional) Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya padarang dibedakan atas 3 yaitu perawatan masa nifas budaya padarang 3 bulan, budaya padarang 30-40 hari, dan budaya padarang modifikasi. Gangguan kesehatan yang muncul adalah infeksi perineum, anemia, postpartum blues, ISPA, infeksi tali pusat, diare dan lingkungan yang tidak sehat Persamaan dengan penelitian ini adalah salah satu tujuan penelitian yaitu perawatan masa nifas dan salah satu metodelogi penelitian Perbedaannya terletak pada karakteristik budaya.