KREDIT MACET PADA PERBANKAN SYARIAH

advertisement
KREDIT MACET PADA PERBANKAN SYARIAH
Disusun Oleh :
ERMAWATI
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2000
1
ABSTRAK
Bank Syariah adalah bank yang berbasis bagi hasil setara bunga, antara 12 % sampai
dengan 14%, dengan sistem kualitas pelayanan nasabah prima dan nuansa yang islami.
Didalam pemberian kredit, bank syariah telah mengeluarkan tiga buku pedoman hirarkhi
kebijakan pembiayaan yang diterapkan disemua lini atau tingkat organisasi antara lain adalah
kebijakan ilmu pembiayaan, pedoman produk pembiayaan, dan prosedur umum pelaksaan
pembiayaan. Yang berisi tentang aturan dan prosedur pembiayaan yang harus dipatuhi oleh
semua pejabat yang terkait dengan pembiayaan. Berdasarkan hasil analisis tentan perubahan
perkembangan pemberian kredit dan pengaruhnya terhadap kredit macet pada suatu bank
syariah baik dari perubahan jumlah total nominal maupun dalam bentuk presentase
menunjukkan perubahan yang berfluktuasi, jika terdapat masalah kredit macet pada suatu
bank yang cukup besar akan mengakibatkan struktur keuangan perusahaan menjadi lemah
karena perusahaan mengalami kerugian yang cukup besar dan dampaknya nilai kekayaan
perusahaan menjadi berkurang.
Pembiayaan bermasalah atau kredit macet terjadi disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Faktor internal perusahaan nasabah debitur yang meliputi:
a.Side streaming
pembiayaan
yaitu beberapa penyalahgunaan beberapa penyalahgunaan
atau kredit oleh nasabah debitur.
b. Mis Management perusahaan nasabah debitur seperti pembiayaan modal kerja
digunakan
untuk investasi.
2. Faktor Eksternal perusahaan nasabah debitur yang meliputi:
a. Kondisi ekonomi makro, seperti krisis ekonomi dan politik yang berkepanjangan.
b. Kondisi usaha ekonomi nasabah
Jika terjadi kenaikan biaya bunga lebih besar dibandingkan kenaikan pendapata bunga, mau
tak mau bank harus menanggung suatu kerugian, dan mengakibatkan struktur pemodalan
bank menjadi lemah dalam melaksanakan oprasional sehari – hari untuk masa yang akan
datang.
2
PENDAHULUAN
Fungsi utama bank didalam melaksanakan fungsi dan tugas pokok sehari – hari
adalah pemberian kredit kepada peminjam yang dapat dipercaya. Sejak dari permulaan,
pendiri bank didorong oleh kesempatan yang diberikan oleh fungsi pemberian pinjaman, dan
izin pendiri diberikan oleh pemerintah terutama karena adanya kebutuhan kredit pada suatu
lingkungan.
Didalam pemberian kredit, bank telah melaksanakan pelayanan sosial yang benar
yaitu melalui kegiatannya produksi dapat ditingkatkan, investasi barang modal diperluas dan
standar hidup yang lebih tinggi dapat dicapai, dengan catatan apabila tujuan daari pada
pemberian itu dilaksanakan sesuai dengan prosedur, ketentuan dam prinsip – prinsip kehati –
hatian perbankan.
Berbagai resiko dalam pemberian pinjaman dapat menyebabkan tidak dilunasinya
pinjaman ketika tiba saat pelunasan. Kerugian kadang – kadang terjadi karena bencana alam,
perubahan permintaan konsumen, perubahan teknologi, perubahan siklus dunia usaha, dan
faktor pribadi peminjam tersebut.
Salah satu resiko dari pemberian pinjaman kepadea debitur adalah kredit macet dan
terganggunya likuiditas bank dalam memenuhi kewajibannya yang segera jatuh tempo.
Resiko kredit macet dan terganggunya likuiditas dapat mengganggu pelaksanaan operasional
bank sehari – hari. Resiko ini dapat diperkirakan dengan menggunakan suatu proses yang
disebut dengan analisis kredit.
Apabila analasis kredit ini oleh bank dilaksanakan dengan baik yaitu menentukan
kesanggupan dan kesungguhan seseorang peminjam untuk membayar kembali pinjaman
sesuai dengan persyaratan yang terdapat dalam perjanjian pinjaman hal ini akan mengurangi
kredit macet dan mencegah terganggunya likuiditas bank.
Masalah pinjaman, kecuali macet dan likuiditas akan mempengaruhi kondisi
keuangan dan kemampuan bank
didalam memberikan pinjaman dan untuk membayar
kembali kewajibannya yang segera jatuh tempo serta kemampuan untuk mendapat
keuntungan. Dimana ke 3 (tiga) msalah tersebut saat ini merupakan permasalahan dunia
perbankan di Indonesia dan apakah pada bank syariah hal – hal tersebut merupakan masalah
utama pula didalam pengelolaan operasional sehari – hari.
3
Berdasarkan uraian tersbeut diatas bahwa pemberian pinjaman merupakan kegiatan
utama dari bank dan apanya resiko kredit macet serta terganggunya likuiditas bank.
Keberhasilan sebuah bank didalam melaksanakan operasional sehari – hari sangat
tergantung kepada program pemberian pinjaman yang berasal dari kebijaksanaan kredit yang
dirumuskan dengan baik. Pemberian pinjaman adalah kegiatan utama bank dan menunjukkan
bahwa pinjaman merupakan sumber pendapatan terbesar dari pada perbankan.
4
LANDASAN TEORI
Sejarah perbankan modern di Indonesia dimulai pada tahun 1827 dengan didirikannya
De Javasche Bank. Walaupun bank ini milik swasta, namun Pemerintah Hindia Belanda
Memberikan wewenang kepadanya utnuk mengedarkan uang kertas dan uang logam di
wilayah Indonesia. Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17
Agustus 1945. Pemerintah Republik Indonesia mendirikan Bank Negara Indonesia sebagai
Bank Sentral pada tahun 1946. Namun, selama diadakan perungdingan – perundingan ke arah
pengakuan kedaulatan Indonesia dengan pihak Belanda pada akhir tahun 1949, ditetapkan
bahwa De Javasche Bank akan berfungsi sebagai Bank Sentarl Indonesia.
Pada tahun 1950, uang yang beredar di Indonesia dikeluarkan oleh De Javasche Bank.
Jadi, Bank Negara Indonesia berhenti berfungsi sebagai Bank Sentral dan menjadi Bank
Umum.
Pada tahun 1951, de Javasche Bank dinasionalisasi dan namanya diganti menjadi
Bank Indonesia yang merupakan Bank Sentral. Setelah jatuhnya Pemerintahan Orde Lama
dan setelah dimulainya Pemerintahan Presiden Suharto, berlakulah peraturan – peraturan
perbankan baru, yakni Undang – Undang No. 14 tahun 1967 tentang Pokok – Pokok
Perbankan di Indo nesia, Undang – Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan Atas
Undang – Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan yang didalamnya tercantum pula
mengenai pengakuan keberadaan “Bank Syariah” di indonesia.
Dibawah iini akan diuraikan te ntang beberapa pengertian teori perbankan menurut
beberpa ahli adalh sebagai berikut:
1. Menurut A. Abdurrahman dalam Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan
Perdagangan, sebagaimana yan dikutip oleh Drs. Thomas Suyanto dkk,
menyatakan, Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang
melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberi pinjaman,
mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak
sebagai tempat penyimpanan benda – benda berharga, membiayai usaha
perusahaan – perusahaan dan lain – lain.
2. Menurut Undang – Undang No. 14 tahun 1967 tentang Pokok – Pokok
Perbankan Pasal 1, Bank adalah “Lembaga Keuangan yang usaha
pokoknya
5
memberikan kredit dan jasa – jasa dalam lalu lintas pembayaran
dan
peredaran
uang”.
3. Menurut Prof. G. M. Verryn Stuart dalam bukunya Bank Politik,
sebagaimana yang dikutip oleh Drs. Thomas Suyanto, dkk, dalam bukunya
Kelembagaan Perbankan edisi kedua tahun 1997, menyatakan, Bank
adalah suatu badan, baik yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan
kredit, baik dengan alat – alat pembayarannya sendiri atau dengan uang
yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan
alat – alat penukar baru berupa yang giral.
4. Berdasarkan Undang – Undang No. 14 tahun 1967, tentang Pokok – Pokok
Perbankan Pasal 1 yang dimaksud dengan Bank Umum ialah Bank yang
didalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam
bentuk giro dan deposito dan dalam usahnya terutama memberikan kredit
jangka pendek. Bank Umum terdiri dari bank – bank umum pemerintah,
bank – bank umum swasta, bank – bank umum asing dan bank umum
koperasi.
5. Menurut Undang – Undang No.10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang – Undang N0.7 tahun 1992 tentang Perbankan Pasal 1 Butir 2 dan
3. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk kredit dan/atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan Bank Umum adalah
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau
berdasarkan Prinsip Syariah yang didalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu linta pembayaran.
6. Berdasarkan Undang – Undang No. 18 tahun 1998 tentang Perubahan
Atas Undang – Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan Pasal 1 butir
12 dan butir 13, menyatakan, Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank dengan pihak lain
6
yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengebembalikan uang atau
tagihan tersebut setalah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi
hasil. Sedangkan Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan
hukum Islam antar Bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan/atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai
dengan syariah, antara lain, pembayaran berdasarkan prinsip bagi hasil
(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal
(musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa
murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan
kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak Bank oleh pihak lain
(Ijarah wa iqtina).
Dilihat dari fungsinya pula berbagai macam definisi tentang bank itu dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga):
1. Bank dilihat sebagai penerima kredit. Dalam pengertian ini bank menerima uang serta dana
– dana lainnya dari masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito berjangka, dan rekening
koran.
2. Bank dilihat sebagai pemberi kredit. Jadi, fungsi bank terutama dilihat sebagai pemberi
kredit, tanpa mempermasalahkan apakah kredit itu berasal dari deposito atau tabungan yang
diterimanya atau bersumber pada penciptaan kredit yang dilakukan oleh bank itu sendiri.
3. Bank dilihat sebagai pemberi kredit bagi masyarakat melalui sumber yang berasal dari
modal sendiri, tabungan masyarakat maupun melalui penciptaan uang bank.
4. Bank dilihat sebagai fungsi terakhirnya secara umum berfungsi sebagai berikut:
a. Bertindak sebagai pelaksana (Executor) dalam pengaturan dan
pengawasan harta benda/milik perorangan yang telah meninggal dunia,
sepanjang orang tersebut membuat surat wasiat dan menyerahkan/
mempercayakan pelaksanaannya kepada bank.
7
b. Lembaga Kepercayaan yakni mencantumkan berbagai macam jasa kepada
perusahaan – perusahaan, seperti pelaksanaan rencana – rencana
pensiun dan pembagian keuntungan yang timbul dengan pesat akhir –
akhir ini.
c. Bertindak sebagai wali dalam hubungan dengan penerbitan obligasi, dan
sebagai agen transfer serta pendaftar untuk perusahaan – perusahaan.
d. Mengurus/mengelola dana yang dikumpulkan oleh pemerintah, perusahaan
dari sumber dan kegiatan – kegiatan lain sehubungan dengan penerbitan
dan perusahaan – perusahaan dan obligasi.
Dari usaha diatas bertambah jelaslah bahwa selain mengemban tugas sebagai agen
pembangunan dalam kaitannya dengan kredit yang diberikan, bank juag bertindak selaku
agen kepercayaan, yakni dalam kaitannya dengan pelayanan atau jasa – jasa yang diberikan
baik kepada perorangan maupun kelompok atau perusahaan.
Setelah sebuah bank membuat persediaan yang cukup untuk likuiditas melalui
cadangan – cadanganya yang primer dan sekunder, maka prioritas berikutnya ialah
memberikan pinjaman – pinjaman atau kredit. Sudah jelas bahwa pengusaha bank sendiri
menganggap kegiatan – kegiatan mereka memberikan pinjaman – pinjaman itu terletak
dijantung perbankan dagang.
Pemberian pinjaman – pinjaman itu tidak hanya merupakan aktiva yang sangat
menguntungkan bagi bank untuk disimpan dalam arti daya kekuatan yang menghasilkan
pendapatan atau keuntungan tambahan untuk menarik deposito – deposito dan memberikan
pelayanan yang perlu kepada masyarakat. Selain itu pengusaha bank harus sangat mendesak
mutu – mutu dan standar – standar yang tinggi dari kelayakan memperoleh kredit dan jadwal
– jadwal kembali yang ditetapkan untuk pinjaman – pinjaman jangka panjang.
Pembatasan yang diberlakukan oleh Undang – Undang statuter dan Ketentuan
administratif tidak memberikan jawaban bagi banyak pertanyaan tentang keamanan,
kesehatan dan keuntungan pemberian pinjaman bank. Demikian untuk itu sangat baik adanya
suatu kebijaksanaan pemberian pinjaman yang jelas untuk memberikan petunjuk dan
penggunaan dana dari pemegang saham, penabung dan lainnya, guna mengawasi komposisi
dan besarnya portofolio dan untuk menentukan keadaan umum yang tepat untuk memberikan
pinjaman.
8
Menurut Edward W. Reed dan Edward K. Gill, kebijaksanaan pemberian kredit
adalah memberikan pedoman pada npejabat kredit dan dengan demikian menciptakan kadar
keseragaman yang lebih besar dalam melakukan pemberian pinjaman. Karena Pemberian
pinjaman penting bagi bank maupun komunitas yang dilayaninya, kebijaksanaan pinjaman
harus dibuat dengan cermat dengan mempertimbangkan banyak faktor.
Pada umumnya faktor yang mempengaruhi kebijaksanaan pemberian pinjaman bank
yang paling penting adalah sebagai berikut
1. Posisi Modal
2. Risiko dan laba berbagai jenis pinjaman
3. Stabilitas deposit
4. Kondisi ekonomi
5. Pengaruh kebijaksanaan moneter dan fiskal
6. Kemampuan dan pengalaman petugas bank
7. Kebutuhan kredit wilayah yang dilayani
Kebijaksanaan tertulis tentang pinjaman berlainan dari bank yang satu dengan bank
yang lainnya, baik mengenai hal yang terdapat didalamanya mampu sampai berapa jauh hal –
hal tersebut diterangkan. Setelah kebijaksanaan pinjaman bank dirumuskan, ketentuan untuk
pelaksanaannya harus dibuat. Petugas tertentu harus melakukan kebijaksanaan pinjaman
tersebut dan ketentuan tertentu harus ditinjau ulang secara teratur dan diperbaiki dimana
perlu.
Hal – hal yang perlu diperhatikan didalama pelaksanaan kebijaksanaan pinjaman
adalh bagaimana kebijaksanaan pinjaman dipergunakan sebagai pedoman dalam memberikan
kredit, bukannya sebagai ketentuan
yang baku. Perubahan keadaan ekonomi akan
menyebabkan perubahan kebijaksanaan pinjaman kredit secara teratur, kebiasaan portfolio
pinjaman dan kredit harus dibandingkan dengan kebijaksanaan pinjaman untuk menentukan
apakah harus diadakan perubahan atau masih dapat dipergunakan.
Untuk operasi yang berhasil bagi sebuah bank, semua bank mempertimbangkan faktor
penting tersebut diatas dalam merumuskan kebijaksanaan pinjaman. Sebagian bank mungkin
memberikan tekanan lebih pada pendapatan dibandignkan dengan bank lainnya. Bak yang
memiliki kebutuhan yang lebih besar untuk memperoleh laba dapat melaksanakan
kebijaksanaan kredit yang lebih aggresif dibandingkan dengan bank yang tidak menganggpa
laba terlalu penting. Kebijaksanaan yang aggresif mungkin mengharuskan pemberian kredit
9
yang lebih besar pada jangka menengah atau konsumsi, yang biasanya memberikan suku
bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan pinjaman perumahan untuk jangka pendek.
Secara keseluruhan, pemberian pinjaman merupakan aktiva – aktiva bank paling
banyak mengandung risiko, yakni paling tunguk atau tergantung kepada kekurangan.
Berbagai risiko dalam pemberian pinjaman dapat menyebabkan tidak dilunasinya pinjaman
ketika tiba saatnya pelunasan. Kerugian kadang – kadang terjadi karena bencana alam,
perubahan permintaan konsumen, perubahan teknologu, pemogokan, dan perubahan siklus
dunia usaha serta risiko yang timbul karena faktor pribadi yang sulit untuk dijelaskan.
Didalam menentukan apakah akan memberikan suatu pinjaman atau tidak seseorang bankir
harus berusaha untuk mengukur resiko pinjaman macet.
Untuk melaksanakan pinjaman sejak bertahun – tahun petugas menggunakan lima
faktor yang disebut juga dengan “5 C”, yaitu:
a. Capacity (Kemampuan)
Bank tidak hanya tertarik atas kemampuan peminjam untuk membayar
kembali, tetapi juga berkepentingan dengan kapasitas legalnya untuk
melakukan pinjaman.
b. Character (Karakter)
Konsep karakter, dalam kaitannya dnegan transaksi kredit, berarti tidak
hanya kesediaan untuk melunasi kredit tapi juga memiliki keinginan yang
kuat untuk menepati kewajiban sesuai dengan persyaratan perjanjian.
c. Capital (Modal)
Untuk menilai kemampuan peminjaman untuk menghasilkan penghasilan
yang cukup untuk melunasi pinjaman, maka masalah kecukupan modal
penting
untuk
dinilai.
d. Collateral (Jaminan)
Yang dimaksud dengan jaminan adalah jaminan dalam arti luas yaitu yang
bersifat meteriil maupun yang bersifat immateriil. Fungsi dari pemberian
tersebut adalah guna memberikan hak dan kekuasaan kepada
mendapatkan pelunasan dnegan barang – barang jaminan
janji tidak membayar kembali hutangnya
bank
jaminan
nuntuk
tersebut, bila debitur bercidera
pada waktu yang telah ditetapkan dalam
perjanjian.
e. Conditional (Kondisi)
10
Kondisi perekonomian mempengaruhi kemampuan pinjaman untuk
membayar kembali kewajiban keuangan, tetapi berada di luar kekuasan
peminjam dan pemberi pinjaman. Peminjam mungkin mempunyai karakter
yang baik, seseorang yang mempunyai kemampuan untuk menciptakan
pendapatan, dan aktiva yang cukup, tetapi kondisi perekonomian mungkin
menyebabkan pemberian kredit yang berakibat tidak baik atau kredit
macet, maka seseorang pejabat pinjaman harus menjadi seorang peramal
ekonomi.
Pinjaman yang diberikan ialah penyediaan uang atau tagihan – tagihan yang dapat
disama dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan lain pihak
dalam hal, pihak meminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan jumlah bunga atau bagi hasil yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tujuan utama analisis kredit adalah untuk menentukan kesangguan dan kesungguhan
seorang peminjam
untuk membayar kembali pinjaman sesuai dengan persyaratan yang
terdapat dalam perjanjian pinjaman.
Bank harus menentukan kader resiko yang akan dipikulnya dalam setiap kasus dan
jumlah kredit yang dapat diberikan mengingat resiko yang dihadapi. Selain itu, jika akan
memberikan suatu pinjaman, perlu untuk menentukan sayart pemberian pinjaman tersebut.
Sebagian faktor yang mempengaruhi kesanggupan seorang peminjam untuk melunasi suatu
pinjaman sangat sulit untuk dinilai, tapi ini harus dihadapi dengan sebaik mungkin dalam
membuat proyeksi keuangan. Ini mencangkup pengalaman masa lalu dengan peminjam
maupun dalam melakukan ramalan ekonomi.
Jadi pejabat kredit bank harus berusaha utuk memproyeksikan peminjam dan
lingkungan, termasuk kemungkinan ancaman yang dapat mempengaruhinya, kemasa datang
untuk menentukan apakah pinjaman akan dibayar kembali dalam rangka kegiatan bisnis
yang normal. Pinjaman tidak harus didasarkan seluruhnya pada masa lalu dan nama baik
peminjam hal tersebut mungkin sedang surut sekarang, tetapi pinjaman akan dibayar dimasa
datang.
Pekerjaan analisis kredit pada dasarnya sama disemua bank, tetapi fungsi tertentu
mungkin ditekankan sampai batas tertentu pada sebagian bank dibandingkan dengan bank
alinnya. Pada umumnya, anilisis kredit mencakup pengumpulan informasi yang mempunyai
pengaruh atas evaluasi kredit, pembuatan dan analisis informasi untuk keperluan masa datang
11
Analisis rasio dapat membantu perbankan dalam menilai prestasi manajemen masa
lalu dan prospeknya dimasa yang akan datang. Dengan analisis rasio ini dapat diketahui
kekuatan dan dapat memberikan indikasi apakah perusahaan atau bank tersebut untuk
memenuhi kondisi keuangan yang sehat dan mengalami perubahan yang baik, sehingga
tujuan memaksimalkan kemakmuran para pemegang saham dapat dicapai dan dapat
dipertahankan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan atau bank.
Dengan menganalisis tentang prestasi kondisi keuangan, maka akan dapat menilai
apakah kinerja perbankan dalam melakukan rencanan dan melaksanakan kegiatan ke dalam
setiap tindakan secara konsisten dengan tujuan untuk mencapai kemaksimalan kemakmuran
para pemegang saham. Selain itu, analisis ini juga dapat dipergunakan oleh pihak lain seperti
nasabah atau kreditornya untuk memiliki apakah cukup beralasan (layak) unutk memberikan
tambahan dana atau tidak, serta untuk dapat memproyeksikan prospek perusahaan untuk
masa yang akan datang.
Ddalam melakukan analisisrasio ini yakni8 dengan cara membandingkan prestasi satu
periode dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga diketahui adanya kecenderungan
atau perubahan selama periode tertentu. Didalam pembahasan ini maka akan digunakan
beberapa analisis rasio, terutama adalah rasio likuiditas dan rasio aktivitas.
Menurut Sartono, Rasio likuiditas menunjukan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan yang berjangka pendek tepat pada waktunya. Rasio Aktivitas
menunjukkan sejauh mana efisien perusahaan dalam menggunakan aktiva – aktiva untuk
memperoleh penjualan/ mecnciptakan pinjaman. Adapun rasio likuiditas dan rasio aktivitas
yang akan digunakan dalam analisis ini adalah sebagai berikut:
1. Ratio Likuiditas = Total Pinjaman.
Tabungan + Deposito
Semakin tinggi ratio likuiditas ini berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek.
2. Perputaran Total Aktiva = Total Pinjaman
Total Aktiva
Perputaran total aktiva, ialah menunjukan bagaiman efektivitas perusahaan menggunakan
keseluruhan aktiva untuk menciptakan pinjaman dan mendapatkan laba. Tingkat perputaran
ini juga ditentukan oleh perputaran elemen aktiva itu sendiri.
3. Ratio Selisih Bunga Netto = Pendapatan Bunga – Biaya Bunga
12
(Net Interest Margain)
Total Aktiva
Selisih bunga bersih dihitung dengan mengurangi biaya bunga bank dari pendapatan bunga
setelah dikurangi dengan kerugian pinjaman dan dibagi dengan aset netto yang menghasilkan
bunga. Selisih bunga netto diperhatikan denan teliti oleh manajemen bank, karena ukuran ini
mengisyaratkan laba bank. Jika selisih antara biaya bunga netto dengan pendpaatan bunga
netto mengecil, jelaslah bahawa jika ingin mencapai tingkat laba tertentu, maka perlu
dilakukan tindakan untuk menaikkan pendapatan dengan cara apapun yang tersedia atau
mengurangi biaya.
Salah satu tujuan manajer kauangan peusahaan adalah menentukan seberapa besar
efesiensi investasi pada berbagai aktiva, atau dengan kata alin, rasio aktivitas menunjukkan
bagaiman sumber daya telah dimanfaatkan secara optimal dalam rangka mencapai tujuan
perusahaan.
Mengingat perbankan merupakan lembaga perantara keuangan, dimana sebagian
besar aktivanya bersumber dari luar perusahaan, maka didalam pembahasan ini akan
digunakan juga analisis rasio financial leverage yakni menunjukkan proporsi atas penggunaan
utang untuk membiayai investasinya. Adapun analisis yang akan digunakan dalam rasio ini
adalah sebagai beriut:
Time Interest Earned Ratio= Laba Sebleum Bunga dan Pajak
Beban Bunga
Time Interest Earned Ratio, adalah rasio antara laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan
beban bunga. Rasio in mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi beban tetapnya
berupa bunga, atau mengukur seberapa jauh laba dapat berkurang tanpa perusahaan
mengalami kesulitan keuangan karena tidak mampu membayar bunga.
Dengan demikian bagi investor maupun nasabah lainnya serta para pemegang saham
akan sangat berkepentingan terhadap analisis rasio likuiditas dan rasio aktivitas, termasuk
juga rasio financial leverage. Dimana dengan melihat rasio – rasio tersebut mereka dapat
menganalisis kondisi keuangan perbankan dan bagaimana prospeknya untuk masa yang akan
datang. Bagi investor atau nasabah, menilai apakah dana yang mereka investasikan atau
simpan di bank tersebut aman dan memberikan asil atau tidak, dan bagi para pemegang
13
saham bank akan melihat apakah bank tersebut akan memberikan keuntungan berupa deviden
dan capital gain, apabila saham yang dimiliki dijual di pasar modal atau pasar uang.
14
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pembiayaan bermasalah atau kredit macet disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain sebagai berikut .
a. Faktor Internal perusahaan nasabah debitur yang meliputi :
 Side streaming yaitu beberapa penyalahgunaan pembiayaan atau kredit
oleh nasabah debitur.
 Mis manajemen perusahaan nasabah debitur
b. Faktor eksternal perusahaan nasabah debitur yang meliputi :
 Kondisi ekonomi makro, seperti krisis ekonomi dan politik yang
berkepanjangan.
 Kondisi usaha ekonomi nasabah.
2. Suatu bank untuk melakukan penyelesaian pembiayaan bermasalah atau kredit macet
dan atau untuk mnyehatkan kembali para nasabah debitur yang bermasalah digunakan
3 cara yaitu : reschuduling, restructuring, dan reconditioning.
3. Jika kenaikan biaya bunga lebih besar dibandingkan dengan kenaikan pendapatan
bunga, maka mau tak mau bank harus menanggung tingkat kerugian yang cukup besar
dan pengaruhnya adalah struktur permodalan bank menjadi lemah dalam
melaksanakan operasional sehari – hari untuk masa yang akan datang.
Saran
1. Manajemen sumber dan penggunaan dana perusahaan supaya reaktif dan proaktif
dalam meningkatkan pembiayaan maupun penyaluran pembiayaan kepada nasabah
debitur, tanpa meninggalkan prinsip – prinsip kelayakan bisnis yang berdasarkan
kepada konsep bank syariah yang berbasis prinsip bagi hasil.
2. Meningkatkan ketelitian dalam pelaksanaan kebijakan pembiayaan maupun
penyaluran pembiayaan kepada nasabah debitur.
15
DAFTAR PUSTAKA
Indriyo, G., 1999 Manajemen Operasional. Edisi Pertama, Cetakan Pertama. Penerbit BPFE,
Yogyakarta.
Kuntoro K. Dan C.L. Trisnadi, 1987. Analisa Keputusan; Pendekatan sistim dalam
Manajemen Usaha dan Proyek. Edisi keempat. Penerbit Ganaca Exact, Bandung.
Lincolin Arsyad, 1988, Ekonomi Manajerial; Penerapan Ekonomi Mikro Dalam Manajemen
Bisnis. Edisi pertama. Penerbit BPFE, Yogyakarta.
P.C. Suroso, 1997. Perekonomian Indonesia. Edisi Keempat. Penerbit P.T. Gramedia Pustaka
Umum, Jakarta.
16
Download