Nyan Hai... Sirup Boh Jambee Kleng Karya

advertisement
Nyan Hai... Sirup Boh Jambee
Kleng Karya Mahasiswa Unsyiah
Sirum jambee kleng (jumlang).
BANDA ACEH – Jamblang atau dalam bahasa Aceh disebut boh jambee kleng umumnya
tumbuh alami di kebun tak bertuan atau di pinggir jalan. Buah berbentuk bulat berukuran
relatif kecil ini berwarna hitam dan biasanya dikonsumsi dengan cara dimakan menggunakan
garam dan cabai atau pun dicampur larutan khusus yang umumnya juga berwarna hitam
pekat. Namun di tangan mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian (THP) Fakultas Pertanian (FP)
Universitas Syiah Kuala, buah ini bisa dijadikan sirup yang memiliki cita rasa khas.
Bernama latin syzygium cumini buah ini memiliki pohon yang kokoh, berkayu dan tidak
menggugurkan daun. Kadang-kadang berbatang bengkok. Bercabang rendah dan bertajuk
bulat atau tidak beraturan. Seringkali, pohon jenis ini tidak dibudidayakan oleh pertanian
namun hanya sebatas tumbuh di beberapa titik dan biasanya tak terawat.
Melalui Pekan Kreatifitas Mahasiswa, Maulidiya Izzati bersama teman-temannya yang
berasal dari Fakultas Pertanian mencoba berinovasi dengan menjadikan ekstrak jamblang ini
menjadi sirup yang bisa dinikmati kapan pun.
“Pas dibawa ke nasional, orang-orang tanya, kok bisa ya, jamblang yang punya rasa begitu
dijadikan sirup,” ucap dara yang akrab disapa Moli ini saat berbincang
dengan portalsatu.com di kampus Unsyiah, 18 Mei 2016.
Menurut Moli, ide itu muncul dari karya ilmiah kakak kelasnya di FP. Ia pun yang
beranggotakan dirinya, Bambang Aji Nagan, Rizki Febriani, Yeni Chandra Dewi dan M.
Haris ini mulai mewujudkan sirup berbahan baku jamblang ini.
“Jamblang itu kan sering tak terjual maksimal dan juga dia memiliki musim berbuahnya.
Nah, dengan adanya sirup ini kita bisa menikmati jamblang kapan pun,” ucap dara kelahiran
Banda Aceh ini.
Pembuatannya pun sangat mudah. Mulanya buah jamblang dipisahkan bijinya kemudian
diperas dan dicampur gula. Setelah itu disaring kemudian dicampur carboxymethyl
cellulose yang merupakan bahan kimia untuk mengentalkan cairan.
“Konsumsinya ya seperti sirup pada umumnya. Rasanya pun seperti jamblang itu, asam,
manis, sepat ya seperti jamblang lah,” kata dia.
Ternyata karya tersebut dilirik banyak pihak. Menurut Moli, produk mereka itu mendapat
pujian di tingkat nasional bahkan ada beberapa pihak dari luar negri yang kagum dengan
inovasi mereka. “Waktu itu ada orang dari Malaysia dan beberapa dari negara lain juga yang
memuji produk ini,” ucapnya.
Namun sangat disayangkan, produk unggulan ini belum direspon oleh pemerintah. Menurut
Moli, ada beberapa halangan sehingga produk ini belum dipasarkan secara luas. Hambatan
paling utama adalah belum adanya industri botol di Aceh.
“Kendala utama itu adalah karena di Aceh tidak ada pabrik botol. Kalau butuh kita harus
kirim dari Bandung. Ongkos pengiriman ini pun sangat mahal, jika ada yang pecah mereka
pun tak mau ganti,” kata dia.
Tak hanya botol, ternyata alat produksi pun mereka tak punya. Hanya berbekal rebusan
manual dan beberapa alat praktik di laboratorium kampus mereka berproduksi. “Kalau
sekarang kan pakai botol bekas, jadi sterilkan itu pakai alat di lab. Ngak mungkin kan kita
pakai alat di sana terus,” kata dia.
Ia dan timnya sangat berharap agar produk ini bisa menjadi kebanggaan Unsyiah, Aceh, dan
bahkan Indonesia. Pasalnya produk ini belum ada di Indonesia bahkan dunia. “Kita sering
mengatakan bahwa UI punya ini, UGM punya itu, IPB produksi ini, nah, dengan produk ini
kita harus berani mengatakan bahwa Unsyiah juga mampu berinovasi dalam teknologi hasil
pertanian,” ucapnya.[](tyb)
Sumber : http://portalsatu.com/berita/nyan-hai-sirup-bohjambee-klengkarya-mahasiswaunsyiah-11714 / Kamis, 26 Mei 2016 | 09:54 WIB
Download