10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank Menurut Budisantoso,Triandaro (2006:84): “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Sedangkan Menurut (Latumaerissa:2011:135) pengertian Bank yaitu: ” Suatu badan Usaha yang Kegiatan utamanya menerima simpanan dari masyarakat dan atau pihak lainnya, kemudian mengalokasikannya kembali untuk memperoleh keuntunga serta menyediakan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran”. Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat dan mengalokasikannya kembali untuk memperoleh keuntungan dan menyediakan jasa-jasa keuangan. 2.1.1 Fungsi Bank Fungsi utama bank menurut (Latumaerissa:2011:135) yaitu sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Dalam menghimpun dana, bank menyediakan beberapa layanan jasa diantaranya: penerimaaan tabungan, giro, dan deposito. Selain fungsi pokok terdapat beberapa fungsi lain bank diantaranya : 11 a. Agent Of Trust Fungsi ini menunjukan bahwa aktifitas intermediasi yang dilakukan oleh dunia perbankan dilakukan berdasarkan asas kepercayaan, dalam pengertian bahwa kegiatan pengumpulan dana yang dilakukan oleh bank tentu harus di dasari rasa percaya dari masyarakat atau nasabah terhadap kredibilitas dan eksistensi dari masing- masing bank, karena tanpa rasa percaya masyarakat tidak akan menitipkan dana nya di bank yang bersangkutan. b. Agent of Development Fungsi ini sangat berkaitan dengan tanggung jawab bank dalam menunjang kelancaran transaksi ekonomi yang dilakukan oleh setiap pelaku ekonomi. c. Agent of Service Sebagai bank, disamping memberikan pelayanan jasa keuangan sebagai mana kegiatan intermediasi yang selalu dilakukan, maka bank juga turut serta dalam memberikan jasa pelayanan yang lain seperti jasa transfer (Payment order), jasa kotak pengaman (Safety box),jasa penagihan, atau jasa inkaso (collection). Dalam Pasal empat (4) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 menjelaskan bahwa : ”Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak”. 12 Meninjau lebih dalam terhadap kegiatan usaha bank, maka bank (perbankan) Indonesia dalam melakukan usahanya harus didasarkan atas asas demokrasi ekonomi yang menggunakan prinsip kehati-hatian. Hal ini, jelas tergambar, karena secara filosofis bank memiliki fungsi makro dan mikro terhadap proses pembangunan bangsa (id.wikipedia.org). 2.1.2 Peran Bank Menurut Budisantoso,Triandaro (2006:11) Bank memiliki peran yang penting dalam sistem keuangan yaitu : a. Pengalihan Aset (Asset transmulation) Bank akan memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana dalam jangka waktu tertentu yang telah di sepakati. Sumber dana pinjaman tersebut diperoleh dari pemilik dana yaitu unit surplus yang jangka waktunya dapat diatur sesuai keinginan pemilik dana. Dalam hal ini bank telah berperan sebagai pengalih asset yang likuid dari unit surplus (lenders) kepada unit deficit (borrowers) b. Transaksi (Transaction) Bank memberikan berbagai macam kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan jasa. c. Likuiditas ( Liquidity) Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk produk- produk berupa giro, tabungan, deposito dan sebagainya. 13 d. Efisiensi (Effisiency) Bank dapat menurunkan biaya transaksi dengan jangkauan pelayanan. Peran bank sebagai broker adalah menemukan peminjam dan pengguna modal tanpa mengubah produknya. 2.2 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat Landasan hukum Bank Perkreditan Rakyat adalah UU No.7/1992 tentang Perbankan sebagai mana telah di rubah dengan UU No. 10/1998. Bentuk hukum BPR dapat berupa perseroan terbatas, perusahaan daerah, atau koperasi. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah salah satu jenis bank yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil, dan menengah dengan lokasi yang pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan (Latumaerissa,2011:300) Pada mulanya tugas pokok BPR diarahkan untuk menunjang pertumbuhan dan mordenisasi ekonomi pedesaan serta mengurangi praktek – praktek ijon dan para pelepas uang. Dengan semakin berkembangnya kebutuhan masyarakat, tugas BPR tidak hanya di tujukan bagi masyarakat pedesaan, tetapi juga mencakup pemberian jasa perbankan bagi masyarakat golongan ekonomi lemah di daerah perkotaan. Untuk memperoleh izin usahanya, BPR wajib memenuhi persyaratan sekurang- kurangnya tentang susunan organisasi dan kepengurusan, permodalan, kepemilikan, keahlian di bidang perbankan dan kelayakan rencana kerja. 14 Pendirian BPR dapat di lakukan oleh: 1. WNI 2. Badan Hukum Indonesia yang seluruh kepemilikannya oleh WNI 3. Pemerintah daerah 4. Dua Pihak atau lebih sebagaimana di maksud dalam angka (1), (2), (3) Modal di setor untuk mendirikan BPR di terapkan sekurang – kurangnya sebesar: a. Rp. 5 Milyar untuk BPR yang di dirikan di DKI Jakarta b. Rp. 2 Milyar untuk BPR yang didirikan di wilayah ibu kota provinsi di pulau jawa dan bali dan di wilayah kabupaten atau kotamadya bogor, depok, tanggerang, dan Bekasi. c. Rp. 1 Milyar untuk BPR yang didirikan di ibukota Provinsi di luar pulau jawa dan bali dan wilayah pulau jawa dan bali di luar wilayah sebagaimana disebut dalam point (a) dan (b). d. Rp. 500 juta untuk BPR yang di wilayah lain di luar wilayah sebagaimana di sebut dalam point (a), (b) dan (c). 2.2.1 Fungsi dan Tujuan Bank Perkreditan Rakyat Fungsi BPR tidak hanya sekedar menyalurkan kredit kepada para pengusaha mikro, kecil, dan menengah, tetapi juga menerima simpanan dari masyarakat. Dalam penyaluran Kredit kepada masyarakat, BPR menggunakan Prinsip 3T yaitu Tepat waktu, Tepat jumlah, dan Tepat sasaran karena proses kreditnya yang relative cepat, persyaratan lebih sederhana dan sangat mengerti kebutuhan nasabah. Sedangkan 15 Tujuan dari Bank Perkreditan Rakyat adalah Menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, penumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak (Latumaerissa,2011:300). 2.2.2 Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat Menurut Budisantoso,Triandaro (2006:86) menyatakan bahwa kegiatan – kegiatan yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat diantaranya yaitu: a. Kegiatan usaha yang dapat dilaksanakan oleh Bank Perkreditan Rakyat adalah: Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Memberikan kredit. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip Syariah,sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain. b. Kegiatan usaha yang tidak dapat di lakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat antara lain: 16 Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalulintas pembayaran. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing kecuali sebagai pedagang valuta asing (dengan izin Bank Indonesia). Melakukan penyertaan modal. Melakukan usaha perasuransian dan Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana disebutkan pada kegiatan usaha yang dapat dilakukan BPR. 2.2.3 Sasaran Bank Perkreditan Rakyat Melayani kebutuhan petani, peternak, nelayan, pedagang, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan karena sasaran ini belum dapat terjangkau oleh bank umum dan untuk lebih mewujudkan pemerataan layanan perbankan, pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan, dan agar mereka tidak jatuh ke tangan para pelepas uang (rentenir dan pengijon). 2.2.4 Ketentuan Kehati- hatian Bank Perkreditan Rakyat. 2.2.4.1 Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) BMPK adalah batas maksimum penyedian dana yang di perkenankan untuk dilakukan oleh BPR kepada peminjam atau kelompok peminjam tertentu. 1. Pelampauan BMPK adalah selisih lebih sesuai dengan rumus sebagai berikut: 17 Penyediaan dana pada tanggal pelaporan BMPK X 100% - (BMPK) Modal pada tanggal laporan BMPK 2. Pelanggaran BMPK adalah selisih lebih sesuai dengan rumus sebagai berikut: Penyediaan dana pada tanggal pelaporan BMPK X 100% - (BMPK) Modal pada tanggal laporan BMPK 3. BMPK untuk satu peminjam maupun satu kelompok peminjam yang tidak terkait dengan BPR di tetapkan setinggi tingginya 20 % dari modal BPR. 4. BMPK bagi pihak yang terkait dengan BPR secara individu maupun secara keseluruhan di tetapkan setinggi tingginya sebesar 10 % dari modal BPR. 5. Terhadap pelampauan BMPK, BPR di wajibkan menyampaikan action plan kepada bank Indonesia dan dikenakan sanksi dalam penilaian tingkat kesehatan sementara terhadap pelanggaran BMPK di kenakan sanksi dalam penilaian tingkat kesehatan dan dapat dikenakan sanksi pidana. 2.2.4.2 Kualitas Aset Produktif, PPAP dan Restrukturisasi kredit. Aset produktif adalah penanaman dana BPR dalam bentuk kredit, SBI, dan penempatan dana antar bank dengan menerapkan prinsip kehati – hatian dimana pengurus BPR wajib menilai, memantau dan mengambil langkah – langkah yang di perlukan agar kualitas aset produktif senantiasa lancar. Kualitas aset produktif dalam bentuk kredit di tetapkan dalam 4 golongan, yaitu lancar ,kurang lancar,diragukan dan macet yang penilaiannya berdasarkan ketepatan membayar dan atau kemampuan membayar kewajiban oleh debitur. 18 PPAP ( penyisihan penghapusan aset produktif ) adalah penyisihan yang wajib di bentuk oleh BPR untuk menutupri resiko kerugian. Besarnya PPAP umum adalah miniman 0,5% dari aset produktif yang di golongkan lancar (tidak termasuk ( SBI). Bsarnya PPAP khusus di tetapkan minimal: a. 10 % dari aset produktif dengan kualitas kurang lancar setelah di kurangi dengan nilai agunan. b. 50% dari aset produktif dengan kualitas diragukan setelah di kurangi dengan nilai agunan. c. 100% dari aset produktif dengan kualitas macet setelah di kurangi dengan nilai agunan. Agunan yang dapat di perhitungkan sebagai faktor pengurang dalam perhitungan PPAP adalah sebesar: 1. 100 % dari agunan yang bersifat liquid, berupa sertifikat Bank Indonesia , tabungan dan deposito yang di blokir pada bank yang bersangkutan disertai dengan surat kuasa pencairan emas dan logam mulia. 2. 80 % dari nilai hak tanggungan untuk agunan berupa tanah, bangunan dan rumah bersetifikat hak milik (SHM) atau hak guna bangunan (SHGB) yang di ikat dengan hak tanggungan. 3. 60 % dari nilai jual objek pajak untuk agunan berupa tanah, bangunan dan rumah bersertifikat hak milik (SHM) atau hak guna bangunan (SHGB), hak pakai tanpa hak tanggungan. 19 4. 50% dari nilai jual objek pajak untuk agunan berupa tanah dengan bukti kepemilikan berupa Surat Girik (Letter C) yang di lampiri SPPT. 5. 50% dari nilai pasar untuk agunan berupa kendaraan bermotor yang disertai bukti kepemilikan dan di ikat sesuai ketentuan yang berlaku. Restrukturisasi kredit dapat dilakukan terhadap debitur yang mengalami kesulitan pembayaran pokok dan atau bunga kredit dan debitur yang memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi kewajiban setelah kredit di restrukturisasi. BPR di larang melakukan restrukturisasi kredit dengan tujuan hanya untuk menghindari penurunan penggolongan kredit, peningkatan pembentukan PPAP, dan atau penghentian pengakuan pendapatan bunga secara akrual. Kualitas kredit yang di restrukturisasi adalah maksimum kurang lancar untuk kredit yang sebelum di restrukturisasi memiliki kualitas di ragukan atau macet dan tidak berubah untuk kredit yang sebelum direstrukturisasi memiliki kualitas lancar atau kurang lancar. 2.2.5 Ketentuan Mengenai Tingkat Kesehatan BPR. Tingkat kesehatan BPR dinilai dengan atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu BPR yang meliputi aspek Permodalan, Kualitas aset produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas, (CAMEL) serta memepertimbangkan faktor- faktor yang lain yang dapat menurunkan dan atau menggugurkan tingkat kesehatan bank. Hal- hal yang terkait dengan penilaian tersebut antara lain : 1. Hasil penilaian di tetapkan dalam empat predikat yaitu : Sehat, Cukup sehat, Kurang sehat dan tidak sehat. 20 2. Bobot setiap faktor CAMEL adalah: a. Permodalan 30% b. Kualitas aset produktif 30% c. management 20% d. rentabilitas 10% e. liquiditas 10% 3. Pelaksanaan ketentuan yang sanksinya dikaitkan dengan penilaian tingkat kesehatan BPR meliputi pelanggaran dan atau pelampauan terhadap ketentuan BMPK, pelanggaran ketentuan penerapan prinsip mengenal nasabah, pelanggaran ketentuan transparansi informasi produk BPR dan penggunaan data pribadi nasabah. 4. Faktor- faktor yang dapat menggugurkan penilaian tingkat kesehatan BPR menjadi tidak sehat yaitu perselisihan internal, campur tangan pihak di luar manajemen BPR, window dressing, praktik bank dalam bank, kesulitan keuangan , dan praktik perbankan lain yang dapat membahayakan kelangsungan usaha BPR. 2.3 Pengertian Laporan Keuangan. Laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang diambil oleh para pengguna laporan keuangan untuk tujuan tertentu. Tujuan dari laporan keuangan merupakan salah satu media penyampaian dari suatu perusahaan terhadap para pengguna laporan keuangan salah satunya adalah bank. Informasi yang dihasilkan tersebut untuk memudahkan bank dalam menentukan keputusan kredit yang diajukan oleh pihak perusahaan. 21 Menurut Kieso et al (2011:7) mengungkapkan pengertian dari laporan keuangan (financial statements): “Financial statements are the principal means through which a company communicates its financial informations to those outside it. These statements provide a company’s history quantified in money terms.” Pengertian dan tujuan laporan keuangan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (Revisi 2009) yaitu : “Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.” 2.3.1 Komponen Laporan Keuangan Laporan keuangan yang lengkap menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (Revisi 2009) terdiri dari komponen - komponen berikut ini: (1) laporan posisi keuangan pada akhir periode; (2) laporan laba rugi komprehensif selama periode; (3) laporan perubahan ekuitas selama periode; (4) laporan arus kas selama periode; (5) catatan atas laporan keuangan; dan (6) laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif. 22 2.3.2 Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan Sebagai hasil akhir dari suatu proses akuntansi, laporan keuangan lebih dititik beratkan pada tujuannya untuk memenuhi kebutuhan pihak ekstern, yang terdiri dari banyak pihak dengan kepentingan yang berbeda -beda, oleh karena itu dalam penyajian laporan keuangan perlu memperhatikan tujuan - tujuan dan syarat - syarat yang harus dipenuhi, maka laporan keuangan harus memiliki standar yang sering disebut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (Revisi 2009), menyatakan bahwa: “Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi”. Dari definisi di atas, maka tujuan dari laporan keuangan pada pokoknya adalah memberikan informasi mengenai kondisi keuangan, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan kepada pihak - pihak yang memerlukannya, untuk membantu mereka dalam pengambilan keputusan-keputusan yang berhubungan dengan kepentingannya, juga untuk menilai kinerja manajemen yang bersangkutan. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan akan memberikan berbagai manfaat kepada berbagai pihak. Masing - masing pihak mempunyai kepentingan yang berbeda - beda terhadap laporan keuangan tersebut. Adapun pihak - pihak yang memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan yang diterbitkan oleh suatu perusahaan adalah sebagai berikut: 23 1. Investor Investor membutuhkan informasi untuk membantu mereka mengambil keputusan membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut.Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuaan perusahaan untuk membayar dividen. 2. Karyawan Informasi dari Laporan keuangan tersebut penting untuk para karyawan. Hal ini dapat memicu kinerja karyawan untuk bekerja lebih baik entah itu dalam keadaan laporan keuangan yang buruk atau baik. Pada saat laporan keuangan perusahaan tersebut buruk bisa memperingatkan kepada karyawan untuk bekerja lebih baik dan pada saat keadaan laporan keuangan perusahaan baik, karyawan mempertahankan keadaan laporan keuangan tersebut bahkan membuatnya menjadi lebih baik dan handal. Karyawan dapat menilai kemampuan perusahaannya dalam memberikan balas jasa, manfaat pension, dan kesempatan kerja. 3. Kreditur Informasi dari laporan keuangan juga sangat penting ketika kreditur ingin memberikan pinjaman. Pada saat kreditur akan memutuskan untuk memberikan pinjaman kepada suatu perusahaan tentu mereka melihat kondisi perusahaan tersebut dengan melihat kondisi laporan keuangannya.Informasi tersebut dilihat untuk memprediksi kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pinjaman tepat pada waktunya. 24 4. Pemasok dan kreditur usaha lain Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi dalam laporan keuangan adalah untuk memprediksi apakah perusahaan tersebut dapat membayar kredit dari barang yang dipasok dan mengembalikan pinjaman tepat pada saat jatuh tempo yang telah ditentukan. 5. Pelanggan Pelanggan memerlukan informasi dalam laporan keuangan adalah untuk melihat apakah perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan dalam jumlah tertentu dan waktu yang telah ditetapkan dalam kontrak perjanjian antara perusahaan dan pelanggan. 6. Pemerintah Pemerintah membutuhkan informasi untuk mengukur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistic pendapatan nasional. 7. Masyarakat Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya. Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. 25 2.3.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2012) terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu: 1. Dapat Dipahami Informasi yang berkualitas adalah informasi yang dapat dipahami oleh para pengguna. informasi dalam laporan keuangan akan mudah dipahami informasinya jika disajikan dengan baik dan di gunakan oleh pengguna yang memiliki pengetahuan tentang aktivitas ekonomi, bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi. 2. Relevan Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi penggunaan dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa ini, atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi, hasil evaluasi penggunaan di masa lalu. 3. Keandalan Agar bermanfaat informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (faithfull representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. 26 4. Dapat diperbandingkan. Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan,kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Para pengguna laporan keuangan tentunya memerlukan informasi yang mudah dipahami. Bukan hanya mudah dipahami, tapi informasi dalam laporan keuangan juga harus relevan untuk memprediksi kondisi perusahaan di masa depan. Keandalan dalam laporan keuangan juga sangat diperlukan untuk menghindari informasi yang menyesatkan bagi para penggunanya. Kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dalam laporan keuangan dengan melihat kinerja keuangan dalam laporan keuangan,pengguna dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif. 2.4 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan dapat memberikan informasi yang berguna mengenai posisi dan kondisi keuangan suatu perusahaan apabila dipelajari, diperbandingkan, dan dianalisis. Subramanyam dan John (2012) mengungkapkan bahwa: 27 “Analisis laporan keuangan dilakukan dengan cara menelaah neraca, laporan laba rugi, atau laporan arus kas yang berurutan dari satu periode ke periode berikutnya yaitu meliputi penelaahan perubahan saldo tiap - tiap akun dari tahun ke tahun atau selama beberapa tahun”. Jadi informasi ataupun data keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan bisa berguna apabila dianalisis. Dengan kata lain laporan keuangan suatu perusahaan perlu dianalisis karena dengan analisis tersebut diperoleh semua jawaban yang berhubungan dengan masalah posisi keuangan serta hasil - hasil yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Menurut Bowlin et al (1990:13), menyatakan bahwa: “In general, financial analysis provides a method for assessing the financial strenghs and weakness of the firm, using information found in its financial statement”. Pengertian analisis laporan keuangan menurut Harahap (2009) yaitu: “Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non - kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.” Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa analisis laporan keuangan digunakan sebagai alat untuk membantu dalam pengambilan keputusan melalui informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan. Analisis laporan keuangan ini membantu mendapatkan pengertian keuangan yang lebih baik tentang keadaan keuangan perusahaan. Karena analisis ini digunakan sebagai salah satu dasar untuk 28 pengambilan keputusan, maka hasil analisis ini harus disajikan dengan jelas dan dapat dimengerti. 2.4.1 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan yang dilakukan bertujuan untuk menambah informasi yang ada dalam laporan keuangan. Tujuan dari analisis laporan keuangan menurut Harahap (2009:195) adalah: 1. Dapat memberikan informasiyang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa. 2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit) 3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan 4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dariluar perusahaan. 5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan modelmodel dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating) 6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan juga merupakan tujuan analisis laporan keuangan yang antara lain: 29 a. Dapat menilai prestasi perusahaan b. Dapat memproyeksi keuangan perusahaan c. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masasekarang dari aspek waktu tertentu d. Menilai perkembangan dari waktu ke waktu e. Melihat komposisi struktur keuangan, arus kas 7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis. 8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal. 9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, dan struktur keuangan. 10. Memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang. 2.4.2 Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Metode dan teknik analisis digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan. Sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu, atau diperbandingkan dengan alat-alat pembanding lainnya, misalnya diperbandingkan dengan laporan keuangan yang dianggarkan atau dengan laporan keuangan perusahaan lainnya. Menurut Munawir (2007) ada dua metode analisis yang digunakan, yaitu: 30 1. Analisis Horizontal (Analisis Dinamis) Adalah analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga dapat diketahui perkembangannya. 2. Analisis Vertikal (Analisis Statis) Adalah analisis terhadap laporan keuangan satu periode tertentu atau satu saat saja, yaitu dengan membandingkan antara satu pos dengan pos lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja. Teknik -teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan Adalah metode dan teknik analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih. Bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi, dan melakukan penelitian lebih lanjut terhadap perusahaan tersebut. Dengan melakukan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode akan diketahui sifat dan kecenderungan perubahan yang terjadi dalam perusahaan. Perbandingan ini ditunjukkan dalam: a. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah b. Kenaikan dan penurunan dalam jumlah rupiah c. Kenaikan atau penurunan dalam persentase d. Perbandingan yang dinyatakan dengan rasio e. Dinyatakan dalam persentase dari total 31 2. Trend atau Tendensi Posisi dan Kemajuan Keuangan Perusahaan Adalah suatu metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan perusahaan,apakah menunjukkan tendensi tetap, naik, atau turun. Metode atau teknik analisis ini dinyatakan dalam prosentase (trend percentage analysis). Untuk menganalisis laporan keuangan yang lebih dari tiga tahun digunakan angka indeks, semua data laporan keuangan uang dianalisis dihubungkan dengan indeks tersebut yang dinyatakan dalam prosentase. Tahun dasar digunakan sebagai pengukurannya, biasanya data laporan keuangan tahun yang paling awal dianggap sebagai tahun dasar. Setiap pos dalam laporan keuangan yang digunakan sebagai tahun dasar diberi angka indeks 100, sedangkan pos-pos yang sama pada periode yang dianalisis dihubungkan dengan pos yang sama dalam laporan keuangan yang dipilih sebagai tahun dasar. Jumlah rupiah setiap pos dalam periode yang dianalisis dibagi dengan jumlah rupiah dari pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar. 3. Laporan dengan Prosentase Per Komponen (Common Size Statement) Adalah suatu metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing - masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur modalnya dan komposisi pembiayaan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya. Untuk memperoleh ukuran yang dapat digunakan sebagai perbandingan, maka laporan keuangan disajikan dalam persentase, yaitu persentase dari masing - masing pos pasiva terhadap total pasivanya dan pos laba rugi terhadap total penjualan bersih. Dengan memahami laporan dalam persentase yang menunjukkan persentase dari total 32 aktiva yang telah diinvestasikan dalam masing - masing jenis aktiva, dan membandingkan terhadap rata - rata perusahaan yang sejenis akan diketahui apakah investasi dalam suatu aktiva telah melebihi batas - batas umum (over investment) atau masih terlalu kecil (under investment). 4. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber - sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab - sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu. Analisis ini penting bagi penganalisis intern dan ekstern, karena modal kerja ini sangat erat hubungannya dengan operasi perusahaan sehari - hari dan menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety). Dengan analisis sumber dan penggunaan modal kerja dapat diketahui bagaimana perusahaan mengelola dana yang dimilikinya, dan untuk mengetahui unsur - unsur modal kerja selama periode yang bersangkutan. Analisis ini dimulai dari penyusunan neraca yang disusun atas dasar dua neraca pada saat yang berbeda, sehingga dapat diketahui perubahan yang terjadi pada masing - masing pos neraca. Berdasarkan laporan neraca, disusun laporan sumber dan penggunaan dana. 5. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Statement of Cashflow Analysis) Adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaann uang kas selama periode tertentu. Sumber dan penggunaan kas menunjukkan perubahan kas selama satu periode dan menerangkan sebab terjadinya perubahan kas tersebut dengan 33 menunjukkan sumber-sumber kas dan penggunaannya. Analisis ini dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan kas atau arus kas di masa yang akan datang. Bagi bank berdasarkan analisis ini dapat menilai kemampuan perusahaan untuk membayar pinjaman beserta bunganya. Munawir (2007) menyatakan bahwa bagi eksternal analisis, penyusunan laporan sumber dan penggunaan kas dapat dilakukan dengan menganalisis perubahan yang terjadi dalam laporan keuanan yang diperbandingkan antara dua waktu atau akhir periode serta informasi -informasi yang lain mendukung perubahan tersebut. 6. Analisis Perubahan Laba Kotor (Gross Profit Analysis) Adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dianggarkan untuk periode tersebut, sehingga dapat mengambil kesimpulan dan atau tindakan yang dibutuhkan untuk periode - periode berikutnya. 7. Analisis Break-Even Adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis break-even juga dapat diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan. 8. Analisis Rasio Keuangan Adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam laporan posisi keuangan atau laporan laba rugi secara individu atau 34 kombinasi dari kedua laporan tersebut. Rasio menggambarkan suatu hubungan matematis antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Menurut Arifin (2006) analisis rasio keuangan merupakan alat analisis yang dinyatakan dalam arti relatif maupun absolute untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yang satu dengan elemen yang lain dalam suatu laporan keuangan (financial statement). Analisis rasio keuangan memerlukan ukuran yang biasa disebut dengan istilah rasio. Rasio mempunyai pengertian alat yang dinyatakan dalam arithmetical terms yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan dua macam data. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Dalam menafsirkan rasio keuangan, Diperlukan alat pembanding agar rasio itu bermakna dan dapat kita nilai prestasi atau posisi perusahaan. Alat pembanding ini disebut sebagai yardstick atau standar.Harahap (2009) mengemukakan bahwa untuk mendapatkan rasio pembanding atau yardstick dapat digunakan: a. Rasio perusahaan yang terbaik dalam industri yang bersangkutan b. Anggaran (budget) perusahaan c. Standar Ilmiah d. Rasio yang dikeluarkan lembaga atau badan pengatur (regulator) e. Rata-rata industri (industryial norm). Teknik analisis rasio ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan teknis analisis lainnya. Keunggulan tersebut adalah: 35 a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain d.Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (z-score) e. Menstandarisir ukuran (size) perusahaan f. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. g. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik (time series). Di samping keunggulan yang dimiliki analisis rasio, teknik ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar tidak terjadi kesalahan. Beberapa keterbatasan dari analisis rasio adalah: a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya. b. Keterbatasan yang dimiliki rasio atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini, seperti: 1.) Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai subjektif. 2.) Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio. 36 3.) Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda-beda oleh perusahaan yang berbeda pula. c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio. d. Sulit untuk dilakukan jika data yang tersedia tidak sinkron. e. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan. Setiap analisis mempunyai tujuan atau kegunaan yang menentukan perbedaan penekanan yang sesuai dengan tujuan tersebut. Gibson (2011), menggolongkan rasio keuangan menjadi empat jenis: 1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya bila jatuh tempo. a. Current Ratio Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar, atau dapat juga disebut sebagai suatu kemampuan daripada aktiva lancar yang dimiliki oleh suatu perusahaan dalam menjamin utang-utang lancar yang mereka miliki. b. Quick Ratio Merupakan suatu rasio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar utang-utang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang 37 lebih liquid (quick assets), atau kemampuan aktiva lancar selain daripada inventory yang dimiliki oleh perusahaan dalam menjamin utang lancarnya. c. Cash Ratio Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan . Jika cash ratio besar berarti perusahaan memiliki kemampuan yang baik untuk melunasi hutang jangka pendeknya. Sebaliknya apabila cash ratio kecil berarti perusahaan memiliki kemampuan yang kurang baik dalam melunasi hutang jangka pendeknya. 2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio) Mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut dilikuidasi. a. Total Debt to Equity Ratio Menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang. b. Total Debt to Total Assets Merupakan bagian dari keseluruhan dana yang dibelanjakan dengan utang, atau bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. 38 c. Time Interest Earned Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi beban tetapnya . 3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio) Mengukur efektivitas manajemen perusahaan dalam mengelola dan menggunakan sumber-sumber dana. a. Total Assets Turn over Menunjukkan kemampuan dana yang diinvestasikan dalam aktiva pada periode tertentu, atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan pendapatan. b. Receivable Turnover Merupakan kemampuan dana yang tertanam pada perputaran piutang dalam periode tertentu. c. Inventory Turnover Merupakan kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan berputar pada suatu periode tertentu, atau likuiditas dari persediaan dan kecenderungan adanya overstock. 39 d. Fixed Asset Turn Over Menunjukkan bagaimana perusahaan menggunakan aktiva tetapnya dan mengukur efisiensi penggunaan aktiva tetap. Semakin tinggi perputaran aktiva tetap maka penggunaan aktiva tetap sudah efisien. e. Average Collection Period Menunjukkan seberapa lama perusahaan melakukan penagihan piutang. Semakin pendek periode pengumpulan piutang semakin baik perusahaan dalam menagih piutang. Semakin panjang periode pengumpulan piutang berarti perusahaan kurang efektif dalam menagih piutangnya, sehingga kegiatan perusahaan menjadi kurang efektif. 4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Yaitu mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh laba. a. Profit Margin Menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. b. Return on Investment (ROI) Menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. c. Return on Equity (ROE) 40 Yaitu menunjukkan kemampuan modal dari perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Metode dan teknik analisis manapun yang digunakan, semuanya merupakan awal dari proses analisis yang diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan dan setiap metode analisis mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat data -data yang tersedia lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. 2.5 Pengertian Kredit Pengertian kredit yang menjadi dasar perkreditan di Indonesia tercantum dalam Undang -Undang Republik Indonesia No. 10 Tentang Perbankan Tahun 1998, sebagai berikut: “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. 2.5.1 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit Dalam setiap pemberian kredit diperlukan adanya pertimbangan serta kewaspadaan agar kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam kredit benarbenar terwujud, sehingga kredit yang diberikan sesuai dengan sasaran dan terjaminnya pemberian kredit tersebut tepat waktu sesuai perjanjian. Penghasilan bunga dari kredit-kredit yang diberikan merupakan sumber utama dari pendapatan bank, sehingga untuk terjaminnya kelancaran pembalian pokok, maka sudah 41 sewajarnya apabila pemberian kredit tersebut memerlukan perhitungan-perhitungan yang teliti dan sesuai dengan prinsip-prinsip pemberian kredit. Prinsip-prinsip pemberian kredit terdiri dari prinsip 5C, prinsip 7P dan prinsip 3R. Antara prinsip 5C dengan prinsip 7P hampir tidak ada perbedaan, karena prinsip 7P berlandaskan pada prinsip 5C, dan untuk prinsip yang lebih umum digunakan adalah prinsip 5C. Menurut Kasmir (2009) adapun penjelasan untuk analisis dengan 5C adalah sebagai berikut: 1. Character Dasar dari suatu pemberian kredit adalah atas dasar kepercayaan, yaitu adanya keyakinan dari pihak bank bahwa peminjam mempunyai moral, watak, ataupun sifat sifat pribadi yang positif dan kooperatif dan juga mempunyai rasa tanggung jawab yang baik dalam kehidupan pribadi sebagai manusia,kehidupan sebagai anggota masyarakat ataupun dalam menjalankan kegiatan usahanya. 2. Capacity Yaitu suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang akan atau sedang dilakukannya. Jadi penilaian capacity dilakukan untuk menilai sampai sejauh mana hasil yang diperoleh calon debitur dalam mengelola perusahaannya untuk melunasi utangutangnya pada waktu yang telah ditetapkan. 3. Capital Yaitu jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur. Hal ini terlihat kontradiktif dengan tujuan kredit yang berfungsi sebagai penyedia dana, 42 namun demikian halnya dalam kaitan bisnis murni, semakin kaya seseorang ia semakin dipercaya untuk memperoleh kredit. Dan secara rasional hal ini tentu tidaklah mengherankan, sebab seorang calon debitur yang telah menanamkan dananya dalam proporsi yang besar dibandingkan dengan kredit yang diperolehnya dari bank, akan terlihat melakukan usahanya dengan penuh kesungguhan. 4. Collateral Yaitu barang-barang jaminan yang diserahkakn oleh peminjam/ debitur sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya. Manfaat collateral yaitu sebagai alat pengaman apabila usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut gagal atau dikarenakan sebab-sebab lain di mana debitur tidak mampu melunasi kreditnya dari hasil usahanya yang normal. 5. Condition of Economy Yaitu suatu situasi dan kondisi politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk jangka waktu tertentu yang kemungkinannya akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh kredit. Penilaian dengan prinsip 7P diuraikan sebagai berikut: 1. Personality Yaitu menilai nasabah dari kepribadiannya atau tingkah laku sehari-harinya maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. 43 2. Party Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya, sehingga nasabah dapat digolongkan ke dalam suatu golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda dari bank. 3. Purpose Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacammacam, sebagai contoh apakah modal kerja atau investasi,konsumtif atau produktif, dan lain sebagainya. 4. Prospect Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa memiliki prospek, bukan hanya bank yang akan rugi tetapi juga nasabah. 5. Payment Yaitu ukuran bagaimana nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengambilan kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi dari sektor lainnya. 44 6. Profitability Yaitu untuk menganalisis bagaimana perusahaan mendapatkan laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang diperoleh. 7. Protection Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi. Sedangkan penilaian dengan prinsip 3R adalah sebagai berikut: 1. Return Penilaian atas hasil yang akan dicapai oleh perusahaan debitur dengan kreditnya, apakah hasil tersebut dapat menutup pengembalian pinjamannya dan perusahaan bisa terus berkembang atau sebaliknya. 2. Repayment Bank harus menilai kemampuan perusahaan untuk membayar kembali pinjamannya pada saat-saat kredit harus dicicil atau dilunasi. 3. Risk Bearing Ability Bank harus menilai sampai sejauh mana perusahaan mampu menanggung risiko kegagalan apabila terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. 2.5.2 Prosedur Pemberian Kredit Prosedur pemberian kredit adalah tahap-tahap yang harus dilalui oleh suatu calon debitur sejak permohonan kredit diajukan oleh nasabah sampai disetujui oleh 45 bank, kemudian kredit tersebut digunakan oleh nasabah, dan pada akhirnya dilunasi oleh nasabah. Tujuan prosedur pemberian kredit adalah untuk memastikan kelayakan suatu kredit, diterima atau ditolak. Dalam menentukan kelayakan suatu kredit, maka dalam setiap tahap selalu dilakukan penilaian yang mendalam. Menurut Kasmir (2006), langkah-langkah permohonan kredit sebagai berikut: 1. Pengajuan proposal Dibuat secara tertulis dan dilengkapi dokumen-dokumen yang dipersyaratkan. Isi proposal antara lain: riwayat perusahaan, tujuan pengambilan kredit, besarnya kredit dan jangka waktunya, cara pemohon mengembalikan kredit, jaminan kredit. Proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang dipersyaratkan seperti: a. Akte Pendirian Perusahaan, b. Bukti diri (KTP) para pengurus dan pemohon kredit, c. Tanda Daftar Perusahaan (TDP), d. NPWP, e. Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Laba Rugi 3 tahun terakhir, f. Fotocopy sertifikat yang dijadikan jaminan, g. Daftar penghasilan bagi perseroan, dan h. Kartu keluarga bagi perseorangan. 2. Penyelidikan Berkas Pinjaman Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Dalam penyelidikan berkas 46 hal-hal yang perlu diperhatikan adalah membuktikan kebernaran dan keaslian dari berkas-berkas yang ada. 3. Penilaian Kelayakan Kredit Penilaian kelayakan suatu kredit dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip 5C dan 7P namun kredit yang lebih besar jumlahnya perlu dilakukan metode penilaian dengan studi kelayakan. Studi kelayakan meliputi: aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran, aspek keuangan, aspek teknis, aspek manajemen, aspek ekonomi sosial, dan aspek keamanan. 4. Wawancara Pertama Tujuannya adalah untuk mendapatkan keyakinan apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti yang diinginkan pihak bank dan juga untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya. 5. Peninjauan ke Lokasi Hasil dari peninjauan lokasi dicocokkan dengan hasil wawancara pertama. Hendaknya peninjauan dilakukan tanpa sepengetahuan nasabah sehingga kondisi laporan keuangan sesuai dengan yang sebenarnya. 6. Wawancara Kedua Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangankekurangan pada saat setelah dilakukan peninjauan di lapangan. 7. Keputusan Kredit Setelah melalui berbagai penilaian maka langkah selanjutnya adalah keputusan kredit. Keputusan 47 kredit mencakup: perjanjian kredit yang akan ditandatangani, jumlah uang yang diterima, jangka waktu kredit, dan biaya yang harus dibayar. 8. Penandatanganan Perjanjian Kredit Sebelum kredit dicairkan maka calon nasabah terlebih dahulu menandatangani perjanjian kredit, kemudian mengikat jaminan kredit dengan hipotik atau surat perjanjuan yang dianggap perlu. 9. Realisasi Kredit Dilakukan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan. Jadi dana kredit dapat dilakukan melalui rekening yang telah dibuka. 2.6 Pengertian Efektivitas Pemberian Kredit Pihak bank memberikan kredit dengan maksud dan tujuan tertentu yang dikehendakinya. Pemberian kredit ini dikatakan efektif apabila menimbulkan akibat atau maksud serta tujuan yang dikehendaki oleh pihak bank, yaitu kredit diberikan sesuai dengan prinsip dan prosedur yang telah ditetapkan, kredit diberikan pada debitur aman, pemanfaatan kredit digunakan sesuai dengan tujuan semula, dan yang paling penting adalah kredit tersebut dikembalikan tepat pada waktunya. Selain sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pihak bank, pemberian kredit ini juga harus menguntungkan para debitur yang diberi kredit. Apabila hal-hal tersebut belum dapat dipenuhi oleh pihak bank, maka perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan efektivitas pemberian kredit. 48 2.7 Kerangka Penelitian dan Hipotesis Bank Perkreditan Rakyat sebagai lembaga keuangan yang salah satu usahanya adalah memberikan kredit yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Hasil keuntungan ini di peroleh dalam bentuk bunga yang di terima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah, keuntungan ini penting untuk kelanjutan hidup bank dan juga dapat membesarkan usaha bank. (Kasmir, 2002:105). Bank adalah salah satu lembaga yang aktivitas usahanya bergerak dalam bidang keuangan. Salah satu fungsi bank adalah untuk menyalurkan kredit bagi para nasabahnya. Bagi suatu bank, kredit merupakan salah satu sumber penghasilan utama, yaitu pendapatan bunga, tetapi kredit juga sekaligus menjadi risiko terbesar bagi pihak bank. Sebagian besar dana operasional bank diputarkan dalam kredit nasabahnya. Pengertian kredit sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (Kasmir, 2002:102) : “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. Kredit diberikan oleh pihak bank kepada pihak pemohon pinjaman dengan melihat kemampuan pihak pemohon kredit dalam mengembalikan pinjaman ditambah dengan bunga yang menjadi pendapatan bagi pihak bank. Keputusan pemberi kredit tergantung pada fungsi pokok bank yang bersangkutan, karena setiap bank 49 mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Fungsi pokok di bank sesuai dengan yang tercantum dalam anggaran dasar pendiriannya. Dalam hal ini fungsi pokok Bank Perkreditan Rakyat adalah menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Berkembangnya suatu perusahaan berarti terjadi perubahan dalam ukuran operasi perusahaan untuk menunjang operasi dan kegiatan yang semakin kompleks. Untuk menentukan apakah permohonan kredit dapat diterima atau tidak, menurut lembaga pengembangan perbankan Indonesia dikenal adanya lima faktor yang harus diperhatikan yang lebih dikenal dengan analisis 5C, yaitu: character, capacity, capital, collateral,condition of economy. Selain itu, dalam menganalisa permohonan kredit terdapat analisis 7P yaitu mencakup: personality, party, purpose, prospect, payment, profitability, dan protection. Selain itu terdapat analisis 3R yaitu: return, repayment, dan risk bearing ability (Kasmir, 2009). Namun di samping analisis 5C dan 7P di dalam pemberian kredit, bank akan memperhatikan aspek-aspek pertimbangan kredit untuk menilai kelayakan suatu usaha yang akan dibiayai oleh kredit bank. Secara umum aspek pertimbangan kredit tersebut meliputi aspek manajemen, aspek pemasaran, aspek teknik, aspek legal atau hukum, aspek jaminan, dan aspek keuangan. Aspek keuangan lebih banyak didasarkan kepada penilaian prestasi keuangan pemohon kredit pada beberapa tahun lalu yang sedang berjalan maupun beberapa tahun yang akan datang. Dalam analisis ini, titik berat analisis dilakukan terhadap laporan keuangan pemohon kredit (Munawir, 2007:236). 50 Menurut Hadiwijaya (2000:72), dalam pelaksanaannya, analisis kredit belum tentu meneliti semua aspek tersebut dalam menganalisis permohonan kredit, karena semuanya tergantung pada seberapa besar risiko yang akan ditanggung atau dihadapi oleh bank. Aspek keuangan merupakan aspek yang paling penting. Dengan melakukan penilaian terhadap aspek keuangan akan dapat diketahui informasiinformasi sebagai berikut: 1. Likuiditas, yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi atau pada saat ditagih. 2. Profitabilitas atau rentabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. 3. Solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik kewajiban finansial jangka pendek maupun jangka panjang. Munawir (2004:2) berpendapat bahwa laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi mengenai keadaan keuangan dan operasional dari suatu pihak tertentu. Ketersediaan informasi menjadi faktor yang sangat penting untuk menilai proses dan kualitas hasil keputusan yang diambil untuk manajemen. Makin sedikit dan makin tidak akurat informasi yang dipakai, makin besar resiko kesalahan terhadap keputusan yang dibuat. Dalam menganalisis suatu permohonan kredit dari calon debitur, pihak bank menggunakan informasi yang salah satunya dilihat dari laporan keuangan perusahaan sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan 51 pemberian kredit agar berjalan dengan efektif sehingga tujuan dari kedua belah pihak dapat saling terpenuhi dengan baik. UU No. 1/1995 tentang Perseroan Terbatas (PT) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan suatu alat pertanggungjawaban pengelolaan perusahaan oleh pengurus perusahaan (Direksi dan Komisaris). Sebagai alat pertanggungjawaban, laporan keuangan wajib disampaikan kepada pemilik. Namun dengan semakin besar keterlibatan pihak lain, maka laporan keuangan menjadi bagian penting informasi kepada pihak lain non pemilik, seperti kreditur,supplier, pemerintah, karyawan, dan sebagainya. Oleh karena itu setiap permohonan kredit harus selalu menyerahkan laporan keuangan terakhirnya kepada bank. Hal ini digunakan oleh bank untuk melihat kondisi keuangan permohonan tersebut.Atas dasar laporan keuangan perusahaan, bank menilai keadaan finansial perusahaan serta mempertimbangkan aspek-aspek lainnya yang berhubungan dengan perusahaan. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang akan dibiayai, dapat diketahui berapa besar kebutuhan dana dalam pembiayaan perusahaan dan kemampuan berkembangnya usaha calon debitur di masa-masa yang akan datang termasuk kemampuan debitur dalam membayar kreditnya kelak kepada bank. Analisis terhadap laporan keuangan memegang pengaruh penting untuk menghasilkan informasi mengenai posisi keuangan dan hasil yang telah dicapai oleh debitur. Hasil analisis ini akan menjadi salah satu bentuk pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan penilaian kredit sehingga dapat meminimalisir adanya kredit 52 macet dan membuat penilaian permohonan kredit lebih efektif. Dengan demikian tujuan pemberian kredit yang diharapkan oleh perusahaan dapat tercapai. Beberapa penelitian terdahulu seperti penelitian yang dilakukan oleh Anisa Rizkiana Fitri (2014) yang meneliti mengenai Pengaruh Informasi Laporan Keuangan dan non keuangan perusahaan terhadap pengambilan keputusan pemberian kredit investasi. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa Informasi Laporan Keuangan dan non keuangan perusahaan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan pemberian kredit investasi pada PT. Bank Panin Bandung. Sedangkan penelitian yang di lakukan oleh Calvin Yudianto (2014) yang meneliti tentang peranan analisis laporan keuangan calon debitur terhadap efektivitas pemberia kredit. Hasil penelitian menunjukan bahwa Analisis laporan keuangan calon debitur berperan terhadap efektivitas pemberian kredit. Dari penjelasan diatas, maka dapat digambarkan sebuah skema kerangka pemikiran sebagai bentuk alur pemikiran dari peneliti adalah sebagai berikut: Analisis Laporan Keuangan Perusahaan Efektifitas Penilaian Permohonan Kredit Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti (2007;137), menyatakan bahwa : 53 “Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah ( belum tentu kebenarannya) sehingga harus diuji secara empiris.”. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Karena jawaban yang diberikan peneliti adalah baru berdasarkan pada teori yang peneliti peroleh, belum berdasarkan pada fakta-fakta yang diperoleh melalui pengumpulan dan analisis data. Oleh karena itu, berdasarkan teori dan kerangka pemikiran maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ho : β = 0 Analisis Laporan Keuangan tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Efektivitas Penilaian Permohonan Kredit. Ha : β ≠ 0 Analisis Laporan Keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Efektivitas Penilaian Permohonan Kredit.