ANALISIS HUBUNGAN MANIPULASI AKTIVITAS RIIL

advertisement
ANALISIS HUBUNGAN MANIPULASI AKTIVITAS RIIL DAN KINERJA
OPERASI MASA DEPAN: BUKTI DARI PENCAPAIAN EARNINGS
BENCHMARK
Juliana Tarigan
Sylvia Veronica Siregar
Universitas Indonesia
Abstrak
The focus of this study is to analyze and to give an empirical result of real
activities manipulation, meeting earnings benchmark, and future
performance. The observation sample consists of manufacturing firms in
Indonesia from 2008-2010. This research aims to analyze whether firms
meet their earning benchmark by engaging real activities manipulation, and
how it influences the future performance. Real activities manipulation in
this research includes decreasing discretionary SG&A expense, timing the
sale of fixed assets to report gains, and overproduction reflecting an
intention to cut prices or extend more lenient credit terms to boost sales and
⁄ or overproduction to decrease COGS expense. The result of this study
shows that manufacturing firms in Indonesia do not engage in real activities
manipulation to meet their earnings benchmark. Besides, this research also
finds that there is no significant consequence between meeting earning
benchmark by engaging real activities manipulation on future performance.
Keywords: Earnings Benchmark, Real Activities Manipulation, Future
Operating Performance
1.
Pendahuluan
Untuk mengambil keputusan dalam suatu perusahaan, pelaku pasar modal
memerlukan informasi dari laporan keuangan. Seringkali dalam melakukan pengukuran
atas kinerja perusahaan, laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan
menjadi sumber informasi utama. Salah satu cara yang dilakukan oleh manajemen
dalam proses penyusunan laporan keuangan yang dapat mempengaruhi tingkat laba
yaitu dengan manajemen laba (earnings management) yang diharapkan dapat
meningkatkan kinerja perusahaan. Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba
sebagai intervensi tujuan dalam proses pelaporan keuangan eksternal, dengan tujuan
untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Beberapa studi sebelumnya (Hayn,
1995; Burgstahler, 1997; Degeorge et al., 1999) dalam Xu, Taylor, dan Dugan (2007)
telah mengidentifikasi tiga tujuan dari manajemen laba, antara lain: untuk menghindari
pelaporan kerugian perusahaan, keinginan untuk melaporkan peningkatan pada laba,
dan untuk memenuhi ekspektasi laba yang dilakukan oleh analis.
Manajemen laba dapat dilakukan dengan cara manipulasi akrual murni (pure
accrual) yang tidak memiliki pengaruh terhadap arus kas secara langsung
(Roychowdhury, 2006). Cara lain yang dapat dilakukan dalam manajemen laba ialah
dengan memanipulasi aktivitas riil (real activities manipulation). Manipulasi aktivitas
riil adalah kegiatan manajemen laba yang menyimpang dari praktik bisnis normal, yang
diambil dengan tujuan utama pencapaian batas laba tertentu (Roychowdhury, 2006).
Graham et al. (2005) menemukan bahwa manajer lebih memilih aktivitas
manajemen laba riil dibandingkan dengan manajemen laba berdasarkan akrual. Menurut
Roychowdhury (2006), keberadaan
manipulasi aktivitas riil dapat dilacak dari
penjualan yang meningkat secara abnormal yang tidak seiring dengan arus kas operasi
yang rendah, rendahnya beban diskresioner yang abnormal relatif terhadap penjualan,
seperti: beban riset dan pengembangan, beban iklan atau promosi, dan beban penjualan,
umum, dan administratif. Selain itu, manipulasi aktivitas riil juga dapat dilihat dari
rendahnya beban per unit persediaan, disebabkan adanya produksi berlebih, serta
penjualan aset secara abnormal.
Beberapa penelitian sebelumnya membuktikan bahwa perusahaan
Indonesia juga menerapkan
publik di
praktik manipulasi aktivitas riil. Penelitian tersebut
diantaranya dilakukan oleh Achmad, Subekti, dan Atmini (2007), Rahman (2007), dan
Oktorina (2008). Terdapat pula beberapa penelitian di Indonesia yang menganalisis
dampak dari adanya manipulasi aktivitas riil. Beberapa dari penelitian tersebut
diantaranya adalah penelitian yang meneliti hubungan antara manipulasi aktivitas riil
dan kinerja pasar, seperti dalam penelitian Oktarina (2008), hubungan antara manipulasi
aktivitas riil dan tingkat dividend payout (Vita dan Rachmawati, 2010), dan hubungan
antara manipulasi aktivitas riil dengan kinerja masa mendatang (Afif, 2009).
Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Gunny (2010), penelitian ini
menguji apakah perusahaan yang berhasil memenuhi earnings tresholds terlibat dalam
manipulasi aktivitas riil. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis kinerja operasional
masa mendatang dari perusahaan yang berhasil memenuhi earnings tresholds dan
secara bersamaan terlibat dalam
manipulasi aktivitas riil. Penelitian ini menguji
masing-masing jenis manipulasi aktivitas riil secara spesifik.
Penelitian ini menguji secara spesifik perusahaan yang mencapai earnings
benchmark, dan yang terlibat dalam manipulasi aktivitas riil dan hubungannya dengan
kinerja di masa mendatang. Gunny (2010) dan Roychowdhury (2006) dalam
penelitiannya juga berfokus pada perusahaan yang diduga kuat merupakan pelaku
manipulasi aktivitas riil, yaitu perusahaan yang berada pada right immediate zero pada
suatu interval laba. Tujuan dari fokus pada suspect firms ialah menghindari adanya bias
interpretasi.
2.
Pengembangan Hipotesis
Aktivitas riil yang diteliti dalam penelitian ini ialah aktivitas yang terkait dengan
kegiatan produksi berlebih, pengurangan beban diskresioner (beban penjualan, umum,
dan administrasi), dan kegiatan penjualan aset dan investasi jangka panjang, seperti
yang terdapat dalam penelitian Gunny (2010) dan Roychowdhury (2006).
Penelitian yang dilakukan oleh Gunny (2010) menunjukkan bukti bahwa
perusahaan-perusahaan yang berhasil mencapai dan mengalahkan tolak ukur labanya
(diukur dari kinerja perusahaan tahun lalu) terlibat dalam manipulasi aktivitas riil.
Gunny (2010) menunjukkan bahwa literatur sebelumnya, seperti Hayn (1995);
Burgstahler dan Dichev (1997); Degeorge, Patel, dan Zeckhauser (1999); Jacob dan
Jorgensen (2007) telah terlebih dahulu menunjukkan bukti adanya diskontinuitas di
sekitar laba nol dan laba tahun lalu. Adanya diskontinuitas di sekitar laba nol dan laba
tahun lalu (zero and last year’s earnings) ini diinterpretasikan sebagai bukti adanya
manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan.
Perusahaan yang memiliki diskontinuitas di sektitar laba nol (zero earnings) dan
laba tahun lalu dinilai sebagai perusahaan yang memiliki insentif tinggi dalam
melakukan manajemen laba. Oleh karena itu, penelitian ini mengajukan hipotesis
pertama sebagai berikut:
H1a : Perusahaan yang mencapai atau berhasil melampaui tolak ukur laba (zero
earnings dan laba tahun lalu) menunjukkan bukti adanya manipulasi
aktivitas riil melalui beban penjualan, umum, dan administrasi.
H1b : Perusahaan yang mencapai atau berhasil melampaui tolak ukur laba (zero
earnings dan laba tahun lalu) menunjukkan bukti adanya manipulasi
aktivitas riil melalui penjualan aset.
H1c : Perusahaan yang mencapai atau berhasil melampaui tolak ukur laba (zero
earnings dan laba tahun lalu) menunjukkan bukti adanya manipulasi
aktivitas riil melalui beban produksi.
Gunny (2010) menguji kinerja perusahaan di masa mendatang dari perusahaan
yang menggunakan manipulasi aktivitas riil untuk mencapai tolak ukur laba. Hubungan
negatif antara pencapaian tolak ukur laba dengan manipulasi aktivitas riil dan kinerja
mendatang perusahaan mendukung penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa
manajemen bersifat oportunis dan menggunakan diskresi akuntansi dan operasional
untuk mengelabui pemegang saham. Perusahaan yang melakukan manipulasi aktivitas
riil juga memiliki
kecenderungan mengabaikan arus kas masa depan guna
meningkatkan laba saat ini (Graham, Harvey, dan Rajgopal, 2005). Penelitian yang
dilakukan oleh Gunny (2005) menunjukkan adanya asosiasi negatif antara tindakan
manipulasi aktivitas riil dengan kinerja masa mendatang, sementara dalam Gunny
(2010) ditemukan bukti bahwa perusahaan yang terlibat dalam manipulasi aktivitas riil
untuk mencapai earnings benchmark memiliki kinerja positif di masa mendatang.
Asosiasi positif antara pencapaian tolak ukur laba dengan manipulasi aktivitas
riil dan kinerja mendatang dapat dijelaskan melalui dua penjelasan. Pertama, tindakan
pencapaian tolak ukur laba melalui manipulasi aktivitas riil dapat memberikan
keuntungan bagi perusahaan yang memungkinkan kinerja yang lebih baik pada masa
mendatang. Penjelasan ini didukung oleh penelitian Bartov (1993) yang menunjukkan
bukti adanya penjualan aset tetap oleh perusahaan dengan tujuan menghindari
pelanggaran terhadap kontrak utang.
Penelitian lain oleh Bartov et al. (2002) menunjukkan manfaaat dari pencapaian
ekspektasi laba termasuk untuk memaksimalkan harga saham, meningkatkan
kredibilitas
manajemen
untuk
memenuhi
ekspektasi
pemangku
kepentingan
(stakeholder) perusahaan, dan mengindari litigasi. Pendukung lain dari alasan ini
ditemukan dalam penelitian Graham et al. (2005) yaitu 86,3% eksekutif yang disurvey
yakin bahwa pencapaian tolak ukur laba dapat membangun kredibilitas perusahaan di
pasar modal. Pemegang saham akan memperoleh manfaat yang lebih besar dari
tindakan pencapaian tolak ukur laba dibanding dengan beban yang dihasilkan oleh
manipulasi aktivitas riil.
Pendekatan kedua yang menjadi penjelasan atas asosiasi positif antara praktik
manipulasi aktivitas riil dan kinerja operasional mendatang perusahaan konsisten
dengan pemberian sinyal atas kompetensi eksekutif atau kinerja mendatang perusahaan
(Bartov et al. 2002; Lev 2003). Beberapa studi menemukan bahwa pencapaian tolak
ukur laba dapat mendorong kredibilitas dan reputasi perusahaan bagi pemangku
kepentingan perusahaan, seperti kreditor, supplier, dan konsumen (Burgstahler dan
Dichev 1997). Selain itu Subramanyam (1996) dalam Gunny (2010) menemukan bukti
adanya penggunaan diskresional akrual untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Gunny (2010) juga menyebutkan bahwa tidak adanya asosiasi antara pencapaian
earnings benchmark dengan manipulasi aktivitas riil dan kinerja masa mendatang
konsisten dengan penelitian yang gagal menyimpulkan adanya manipulasi aktivitas riil.
Hal ini dijelaskan dalam tiga penjelasan. Pertama, tidak adanya asosiasi konsisten antara
suatu aktivitas operasi
yang tidak optimal yang dikategorikan sebagai tindakan
manipulasi aktivitas riil. Sebagai contoh, majaner yang memotong beban riset dan
pengembangan dengan dasar proyeksi net present value negatif atas beban R&D
tersebut. Dalam hal ini, terdapat kemungkinan kinerja perusahaan di masa mendatang
berbeda dengan perusahaan dalam industri sejenis, namun hal ini tidak tepat
disimpulkan sebagai tindakan manipulasi aktivitas riil.
Penjelasan kedua atas tidak adanya asosiasi antara pencapaian earnings
benchmark dengan manipulasi aktivitas riil dan kinerja masa mendatang ialah adanya
kemungkinan konsekuensi dari manipulasi aktivitas riil yang dilakukan hanya
berdampak kecil, sehingga tidak dapat dideteksi. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh
Graham (2005) yang mendokumentasikan adanya keinginan dari direktur keuangan
untuk melakukan manipulasi aktivitas riil sepanjang pengorbanan riil untuk melakukan
manipulasi aktivitas riil tidak besar.
Penjelasan terakhir ialah bahwa dampak dari manipulasi aktivitas riil yang
dilakukan oleh manajemen dengan tujuan oportunistik maupun memberikan sinyal pada
pasar memberi dampak yang saling mengoffset satu sama lain. Adanya dua argumen
yang berbeda ini mengarahkan kepada hipotesis sebagai berikut:
H2a : Pencapaian earnings benchmark dengan manipulasi aktivitas riil melalui
beban penjualan, umum, dan administrasi berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja operasi (ROA) 1 tahun, 2 tahun, dan 3 tahun mendatang.
H2b : Pencapaian earnings benchmark dengan manipulasi aktivitas riil melalui
keuntungan penjualan aset berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
operasi (ROA) 1 tahun, 2 tahun, dan 3 tahun mendatang.
H2c : Pencapaian earnings benchmark dengan manipulasi aktivitas riil melalui
beban produksi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja operasi
(ROA) 1 tahun, 2 tahun, dan 3 tahun mendatang.
H2d : Pencapaian earnings benchmark dengan manipulasi aktivitas riil melalui
beban penjualan, umum, dan administrasi berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja operasi (CFO) 1 tahun, 2 tahun, dan 3 tahun mendatang.
H2e : Pencapaian earnings benchmark dengan manipulasi aktivitas riil melalui
keuntungan penjualan aset berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
operasi (CFO) 1 tahun, 2 tahun, dan 3 tahun mendatang.
H2f : Pencapaian earnings benchmark dengan manipulasi aktivitas riil melalui
beban produksi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja operasi
(CFO) 1 tahun, 2 tahun, dan 3 tahun mendatang.
3.
Metode Penelitian
Penelitian ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Gunny (2010)
dengan penyesuaian konteks Indonesia. Sebelum melakukan pengujian hipotesis,
terlebih dahulu dilakukan regresi dari model pengukuran tiga manipulasi aktivitas riil.
Penyimpangan dari nilai normal, yaitu nilai residual hasil output dari regresi model
pengukuran manipulasi aktivitas riil melalui beban penjualan, umum, dan administrasi;
beban produksi; keuntungan penjualan aset.
•
Model pengukuran pertama mengukur tingkat normal beban penjualan, umum,
dan administrasi.
•
Model pengukuran kedua mengukur tingkat normal keuntungan penjualan aset.
•
Model pengukuran ketiga mengukur tingkat normal beban produksi dengan
menggunakan model berikut:
Tabel 1. Keterangan Variabel Model Pengukuran
Variabel
SGA
A
MV
Q
INT
S
DD
GainA
ASales
ISales
PROD
ε
Keterangan
beban penjualan, umum, dan administrasi
total aset
natural log dari nilai pasar
Tobin’s Q
pendanaan internal
total penjualan bersih
variabel indikator, bernilai 1 ketika penjualan mengalami penurunan
antara t-1 hingga t, dan bernilai 0 jika dalam kondisi lain
pendapatan yang berasal dari penjualan aset
penjualan long- lived asset
penjualan long-lived investment
COGS ditambah perubahan pada persediaan
error
Model penelitian ini mengadaptasi model penelitian yang digunakan oleh Gunny
(2010) yang merupakan acuan utama dari penelitian ini. Di dalam penelitian ini,
terdapat dua model utama yang digunakan dalam menguji hipotesis. Model pertama
akan digunakan untuk menguji hipotesis pertama, untuk melihat apakah perusahaan
yang berhasil memenuhi tolak ukur laba
menunjukkan adanya praktik manipulasi
aktifitas riil. Model yang dibangun oleh Gunny (2010) adalah sebagai berikut:
Model utama kedua dari penelitian ini mengukur hubungan / asosiasi antara
penggunaan manipulasi aktivitas riil untuk memenuhi/ mencapai benchmark laba dan
kinerja perusahaan masa mendatang. Dalam melakukan uji atas hipotesis kedua, Gunny
(2010) menggunakan model berikut:
Variabel
BENCH
SIZE
MTB`
ROA
i
AdjROA
CFO
BENCH
BEAT
JUSTMISS
Tabel 2. Keterangan Variabel Model Penelitian
Keterangan
suatu variabel indikator yang bernilai satu jika (a) laba bersih dibagi
total aset berada pada kisaran 0 dan 0.01 , (b) perubahan nilai laba
bersih dibagi total aset pada periode t-1 dan t berada pada kisaran
nilai 0 dan 0.01, dan bernilai 0 jika dalam kondisi lain
logaritma natural dari total aset
Market to Book ratio
Return on Asset
Error
1,2,3
ROA yang disesuaikan dengan industri (menggunakan perbedaan
antara nilai ROA perusahaan dan nilai median ROA industri pada
tahun yang sama)
CFO yang disesuaikan dengan industri (menggunakan perbedaan
antara nilai CFO perusahaan dan nilai median CFO industri pada
tahun yang sama)
variabel indikator, bernilai 1 ketika (a) laba bersih dibagi total aset
berada pada kisaran nilai 0 dan 0.01 , (b) perubahan nilai laba
bersih dibagi total aset pada periode t-1 dan t berada pada kisaran
nilai 0 dan 0.01, dan bernilai 0 jika dalam kondisi lain
variabel indikator, bernilai 1 ketika (a) laba bersih dibagi total aset
bernilai lebih besar dari 0.01 , (b) perubahan nilai laba bersih dibagi
total asset pada periode t-1 dan t bernilai lebih besar dari 0.01, dan
bernilai 0 jika dalam kondisi lain
variabel indikator, bernilai 1 ketika (a) laba bersih dibagi total aset
bernilai lebih besar dan sama dengan - 0.01 namun lebih kecil dari
0 , (b) perubahan nilai laba bersih dibagi total asset pada periode t-1
dan t bernilai lebih besar dan sama dengan - 0.01 namun lebih kecil
dari 0, (c) BENCH atau BEAT tidak sama dengan satu , dan
bernilai 0 jika dalam kondisi lain
abnormal return perusahaan
Return
RM
merupakan
RM SGA
variabel indikator, bernilai 1 ketika nilai residual dari model model
pengukuran tingkat normal beban penjualan, umum, dan
administrasi berada pada kuantil terendah, dan bernilai 0 jika dalam
kondisi lain
RM ASSET variabel indikator, bernilai 1 ketika nilai residual dari model
pengukuran tingkat normal keuntungan penjualan aset dikalikan
dengan (-1) berada pada kuantil terendah, dan bernilai 0 jika dalam
kondisi lain
RM PROD variabel indikator, bernilai 1 ketika nilai residual dari model tingkat
normal beban produksi dikalikan dengan (-1) berada pada kuantil
terendah, dan bernilai 0 jika dalam kondisi lain
RM
variabel indikator, bernilai 1 ketika jumlah nilai residual dari model
AGGRT
pengukuran tingkat normal beban penjualan, umum, dan
administrasi,dan model tingkat normal beban produksi dikalikan
dengan ( -1) berada pada kuantil terendah, dan bernilai 0 jika dalam
kondisi lain
Adapun sampel dalam penelitian ini ialah seluruh perusahaan manufaktur
menurut klasifikasi Bursa Efek Indonesia yang terdaftar dari tahun 2008-2011.
Eliminasi sampel berikutnya juga dilakukan untuk perusahaan yang memiliki tanggal
akhir pelaporan akuntansi selain tanggal 31 Desember.
Eliminasi sampel juga
dilakukan ketika terdapat keterbatasan atau ketiadaan data yang dibutuhkan dalam
operasionalisasi variabel.
Masa penelitian dibatasi hingga masa tiga tahun mendatang. Hal ini mengacu
pada penelitian yang dilakukan oleh Afif (2009) dan Bhojraj et al. (2009), sehingga
hasil penelitian dapat dibandingkan. Perbedaan fokus waktu yaitu, masa t+1, t+2, dan
t+3 berdampak jumlah sampel yang berbeda dalam tiga pengujian tersebut. Adapun
model pengukuran atas manipulasi aktivitas riil yang berbeda-beda menyebabkan
adanya jumlah sampel yang berbeda dalam tiap pengujian manipulasi aktivitas riil.
Tabel 3 Ikhtisar Pemilihan Sampel
Kriteria
Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2008 hingga tahun 2010
Jumlah perusahaan yang menggunakan tanggal tutup buku selain
tanggal 31 Desember
Perusahaan dengan data laporan keuangan yang tidak dapat
diakses dan tidak lengkap
Perusahaan yang diambil menjadi sampel
Tahun Penelitian
Total
Perusahaan dengan data laporan keuangan yang tidak dapat
diakses dan tidak lengkap pada tahun 2007
Total Sampel Akhir
4.
Jumlah
Perusahaan
125
1
1
123
3
369
6
363
Analisis Hasil dan Pembahasan
Tabel 4 memberikan gambaran deskriptif data setelah dilakukan treatment
winsorizing. Variabel imbal hasil atas aset yang sudah disesuaikan (AdjROA) di masa
mendatang (ROA(t+1), ROA(t+2), ROA(t+3)) memiliki nilai rata- rata positif. Akan
tetapi terdapat hasil yang berbeda pada kinerja operasional masa mendatang yang
diukur melalui arus kas yang berasal dari kegiatan operasional yang sudah disesuaikan
(AdjCFO), yang diproksi dengan CFO(t+1) CFO(t+2) CFO(t+3). Variabel AdjCFO
memiliki nilai rata- rata yang positif pada Adj CFO(t+1), sementara pada (t+2), dan
(t+3), indikator kinerja operasional ini bernilai negatif. Dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa pada periode (t+2), dan (t+3) lebih banyak perusahaan observasi yang
memiliki nilai CFO yang lebih rendah dibanding dengan rata-rata CFO industri.
Tabel 4 Deskriptif Model Utama
Mean
Median
Std.Deviasi Minimum Maksimum
0,01119
-0.0034
.01233
-.3966
.4020
AdjROA(t+1)
0.0172
0.0055
0.0083
-0.3965
0.4320
AdjROA(t+2)
0.0344
0.0193
0.0134
-0.4644
0.5325
AdjROA(t+3)
0.0110
0.0006
0.0074
-0.4476
0.4591
AdjCFO(t+1)
-0.0012
-0.0134
0.0096
-0.4322
0.4964
AdjCFO(t+2)
-0.0027
-0.0125
0.1532
-0.5205
0.5219
AdjCFO(t+3)
-0.0019
-0.0380
0.1226
-0.3665
0.3851
RM SGA
-0.0001
-0.0006
0.0056
-0.0221
0.0221
RM ASSET
-0.0006
-0.0214
0.1808
-0.5588
0.5694
RM PROD
47,802,923 909,907
816,545,536 901
15,680,542,000
Size
2.1758
0.86
0.2953
-20.18
31.0940
MTB
0.0413
-0.0442
0.0448
-1.5510
3.3032
Return
ROA(t+1) adalah kinerja operasi dinilai dari ROA 1 tahun mendatang; ROA(t+2) adalah
kinerja operasi dinilai dari ROA 2 tahun mendatang; ROA(t+3) adalah kinerja operasi dinilai
dari ROA 3 tahun mendatang; CFO(t+1) adalah kinerja operasi dinilai dari CFO 1 tahun
mendatang; CFO(t+2) adalah kinerja operasi dinilai dari CFO 2 tahun mendatang; CFO(t+3)
adalah kinerja operasi dinilai dari CFO 3 tahun mendatang; RM SGA adalah residual
abnormal beban penjualan, umum, dan administrasi; RM ASSET adalah residual abnormal
penjualan aset; RM PROD adalah residual abnormal beban produksi; Size adalah nilai total
asset (dalam jutaan rupiah); MTB adalah Market to Book ratio; Return adalah nilai
abnormal return perusahaan yang disesuaikan dengan pasar.
Nilai masing- masing proksi manipulasi aktivitas riil (diukur dari nilai
residualnya) menunjukkan adanya penyimpangan terhadap nilai nol. Hal ini
menunjukkan bahwa pada periode 2008 hingga 2010, perusahaan manufaktur di
Indonesia terlibat dalam manipulasi aktivitas riil melalui beban penjualan, umum, dan
administrasi, keuntungan penjualan aset, dan beban produksi (SGA, ASSET, dan
PROD).
Variabel pengendali ukuran perusahaan diproksi dengan variabel SIZE, dan
dihitung dengan menggunakan proksi logaritma natural dari total aset. Pada tabel di atas
dapat dilihat bahwa rerata total aset ialah 47.803 miliar rupiah dengan perusahaan
observasi yang paling besar memiliki total aset sebesar 15.680.542 miliar rupiah
sedangkan perusahaan observasi dengan nilai ukuran total aset paling kecil sebesar 901
juta rupiah..
Pertumbuhan
perusahaan
dipertimbangkan
sebagai
suatu
hal
yang
mempengaruhi kinerja operasional masa mendatang perusahaan, yang diproksi dengan
variabel MTB. Nilai rerata MTB perusahaan manufaktur dalam penelitian ini ialah 2.17
dengan nilai maksimumnya ialah 31 dan nilai minimumnya sebesar -20. Hal ini berarti
perusahaan manufaktur di Indonesia memiliki variasi yang cukup tinggi dalam hal
tingkat potensi pertumbuhan.
Imbal hasil atas saham, yang diproksi dengan variabel RETURN, menunjukkan
nilai minimum pada angka -1.55, dengan nilai maksimumnya berkisar 3.3. Hal ini
menunjukkan adanya volatilitas pada imbal hasil saham untuk perusahaan manufaktur
di Indonesia.
Hasil uji hipotesis penelitian 1 dalam penelitian ini menunjukkan secara konsisten
bahwa tidak cukup bukti untuk menyimpulkan perusahaan yang berhasil memenuhi
target laba (meet the earnings benchmark) terlibat dalam manipulasi aktivitas riil, baik
melalui beban penjualan, umum, dan administrasi, penjualan aset, beban produksi,
maupun manipulasi aktivitas riil melalui beban penjualan, umum, dan administrasi, dan
beban produksi . Dari seluruh hipotesis yang dibangun dalam model penelitian pertama,
seluruh hipotesis dalam penelitian ini ditolak.
Sesuai dengan hasil penelitian Perez dan Hemmen (2010), untuk konteks
Indonesia, yang menganut sistem hukum code law, manipulasi akuntansi cenderung
menjadi
pilihan
manajemen.
Dalam
penelitiannya,
Leuz
et
al.,
(2003)
mengklasifikasikan Indonesia sebagai negara dengan tingkat proteksi investor yang
rendah.
Leuz et al., (2003) mengemukakan bahwa perusahaan dengan tingkat
perlindungan investor yang rendah memiliki tingkat manajemen laba akrual yang tinggi.
Dengan demikian argumen yang bisa disimpulkan dari penelitian Leuz et al., (2003)
ialah bahwa untuk Indonesia, perusahaan menggunakan manipulasi akrual untuk
mencapai target laba.. Selain itu, terdapat kemungkinan bahwa manajemen melakukan
manajemen laba yang melampaui indikator seperti yang ditetapkan pada penelitian ini,
yaitu perusahaan yang termasuk dalam ukuran right immediate dari interval laba untuk
memenuhi ekspektasi analis yang lebih tinggi.
Hasil penelitian yang menemukan hubungan yang tidak signifikan antara
perusahaan yang mencapai tolak ukur laba zero earnings dan last year’s earnings
sejalan dengan hasil penelitian Rahman (2007) terhadap perusahaan yang melakukan
IPO di Indonesia, dan tidak dapat membuktikan adanya dugaan adanya manipulasi
aktivitas riil. Penelitian Sahabu (2009) dalam Vita dan Rahmawati (2008) juga tidak
dapat membuktikan adanya manipulasi aktivitas riil pada beban produksi dan beban
diskresioner.
Tabel 5 Hasil Regresi Model Penelitian Pertama
Variabe
l
Exp.
Sign
?
MTB
+
?
Abnormal
Abnormal
Abnormal
Abnormal
*(-1)
*(-1)
Koef.
.0009
Prob.
0.288
Koef.
-.0180
Prob.
0.410
(SGA + Prod*(1))
Koef.
Prob.
-.0224 503
0.014 ** .0002
0.460
-.0167
0.005***
-.0372
0.144
0.828
0.015**
0.770
.0014
.2001
0.306
0.002***
.00289
.5220
Koef.
.0111
1
.0101
Prob.
0.462
.0017
.0099
-.0001
-.0007
0.000**
*
0.264
0.000**
*
1.00
0.000**
*
0.0000
.2699 0.017** -.0047 0.461
.4528
0.006***
Intercep +
t
Prob (F-statistic)
0.0952
0.0826
0.0015
*Signifikan pada α= 10%, ** Signifikan pada α= 5%, *** Signifikan pada α= 1%
RM SGA adalah residual abnormal beban penjualan, umum, dan administrasi; RM ASSET adalah
residual abnormal penjualan aset; RM PROD adalah residual abnormal beban produksi; RM
AGGRT adalah residual abnormal agregat; BENCH adalah indikator keberhasilan perusahaan
memenuhi tolak ukur laba tahun lalu; SIZE adalah ukuran perusahaan; MTB adalah Market to
Book ratio; ROA adalah Return on ASSET.
Tabel 6 Hasil Regresi Model Penelitian Kedua
Panel A: Kinerja Operasi t+1
Variabel
Model Kinerja Operasi Masa Depan yang diukur dengan AdjROA t+1
Exp RM SGA
RM ASSET
RM PROD
RM AGGRT
.
sign
Koef. Prob.
Koef.
Prob.
Koef.
Prob.
Koef.
Prob.
+
.0361 0.044 **
.0307
0.217
.0367
0.048 ** .0343
0.057*
?
0.571
.0216
0.374
-.0312 0.524
-.0305 0.553
.0291
?
.0022 0.914
.0076
0.782
.0075
0.717
.0076
0.710
?
0.214
.0364
0.158
.0030
0.858
-.0163 0.292
.0147
?
.0215 0.252
-.0373
0.214
-.0075 0.790
-.0117 0.670
+
.3814
0.000 ***
.3411
+
.0115
0.002 ***
.0096
+
+
.0021
.0166
0.048**
0.004***
.0021
.0193
-
-.2734
F Statistic
Prob (F Stat)
0.002***
.3278
11.91
0.0000
10.07
0.0000
10.96
0.0000
11.60
0.0000
R-squared
0.3688
0.3353
0.3654
0.3707
C
0.000**
*
0.071*
.3913
0.076*
0.003**
*
0.079*
.0018
.0159
.0117
-.3359
0.000**
*
0.001**
*
0.056 *
0.005**
*
0.001**
*
.3813
0.000***
.0117
.0021
.0169
0.001
***
0.048**
0.004***
-.3318
0.002***
Variabel
C
Model Kinerja Operasi Masa Depan yang diukur dengan AdjCFO t+1
Exp RM SGA
RM ASSET
RM PROD
RM AGGRT
.
sign
Koef. Prob.
Koef. Prob.
Koef.
Prob.
Koef.
Prob.
+
.0251 0.228
.0658 0.002** .0274
0.128
.0246
0.245
*
?
.0368 0.292
.0975 0.010** .1216
0.040 ** .0340
0.280
*
?
.0012 0.960
.0492 0.035 ** .0018
0.931
-.0015 0.952
?
.0113 0.495
.0540 0.023** -.0427
0.014**
-.0108 0.568
?
0.843
0.341
.0345
0.316
.0117
0.718
.0055
.0537
+
.4280 0.000** .3777 0.000** .4646
0.000*** .4226
0.000***
*
*
+
.0152 0.000** .0114 0.028** .0185
0.000*** .0155
0.000***
*
+
.0018 0.169
.0009 0.560
.0011
0.337
.0017
0.172
+
.0039 0.539
0.623
-.0131
0.074*
.0050
0.435
.0046
0.001** 0.010** -.5208
0.000 *** 0.001***
.4270 *
.3779 *
.42860
6.87
8.57
NA
7.83
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.2915
0.2643
NA
0.2913
F Statistic
Prob (F Stat)
R-squared
Keterangan :
*Signifikan pada α= 10%, ** Signifikan pada α= 5%, *** Signifikan pada α= 1%
adalah indikator keberhasilan melampaui target laba tahun lalu;
adalah indikator kondisi
hampir memenuhi target laba tahun lalu;
indikator keberhasilan mencapai target laba tahun
adalah proksi manipulasi aktivitas riil;
adalah variabel manipulasi aktivitas riil dan
lalu;
keberhasilan memenuhi target laba tahun lalu;
adalah kinerja operasional roa yang disesuaikan
adalah kinerja operasional roa yang disesuaikan dengan industri pada t;
dengan industri pada t+1;
adalah ukuran perusahaan;
market to book ratio ;
adalah abnormal return; C adalah
konstanta.
Panel B: Kinerja Operasi t+2
Model Kinerja Operasi Masa Depan yang diukur dengan AdjROA t+2
Variabel
Exp RM SGA
RM ASSET
RM PROD
RM AGGRT
.
sign
Koef. Prob.
Koef. Prob.
Koef.
Prob.
Koef.
Prob.
+
.0250 0.266
.0623 0.007** .0642
0.002** .0277
0.218
*
*
?
0.029
0.620
-.0749 0.260
-.1633 0.025**
.1590 **
.0378
?
.0119 0.651
.0398 0.143
.0308
0.192
.0221
0.404
?
.0372 0.112
0.038 ** .0135
0.606
.0478
0.049**
.0489
?
0.285
.0368 0.376
.0360
0.406
-.0864 0.044**
.0486
+
.2213 0.000** .3656 0.000** .3958
0.000** .2245
0.000**
*
*
*
*
+
.0037 0.463
.0206 0.000** .0079
0.080 *
.0036
0.468
*
+
0.026
.0026 0.102
.0002
0.916
-.0042 0.014**
.0039 **
+
.0071 0.511
.0036 0.741
-.0072 0.469
.0066
0.540
0.499
0.000** -.2427 0.052 * -.0939 0.493
C
.0931
.5891 *
F Statistic
NA
11.60
10.58
NA
Prob (F Stat)
0.0002
0.0000
0.0000
0.0001
R-squared
NA
0.3778
0.2936
NA
Adjusted R-squared
NA
0.3452
0.2659
NA
Variabel
C
Model Kinerja Operasi Masa Depan yang diukur dengan AdjCFO t+2
Exp RM SGA
RM ASSET
RM PROD
RM AGGRT
.
sign
Koef. Prob.
Koef. Prob.
Koef.
Prob.
Koef.
Prob.
+
.0623 0.012
.0520 0.111
.0613
0.010** .0615
0.014**
*
**
?
0.281
0.245
-.0988 0.199
-.0848 0.295
.0865
.1260
?
.0181 0.529
.0241 0.532
.0398
0.145
.0356
0.228
?
0.797
.0073 0.825
.0383
0.207
-.0095 0.725
.0066
?
.0889 0.075 *
.0792 0.178
-.0248 0.621
-.0051 0.915
+
.2806
+
.0176
+
.0032
+
0.632
.0057
0.000**
.5314 *
6.87
0.0000
0.2915
-
0.000**
*
0.001**
*
0.100*
.4233
0.000***
.4293
.0252
0.001
***
0.441
.0017
0.216
.0189
0.000
.7365 ***
8.57
0.0000
0.2643
.2737
0.000***
.0096
0.000**
*
0.063*
.0181
0.001***
.0015
0.518
.0034
0.072**
-.0097
0.417
-.0048
0.689
-.3122
0.030**
-.5446
0.000
***
F Statistic
NA
7.83
Prob (F Stat)
0.0000
0.0000
R-squared
NA
0.2913
Keterangan :
*Signifikan pada α= 10%, ** Signifikan pada α= 5%, *** Signifikan pada α= 1%
adalah indikator keberhasilan melampaui target laba tahun lalu;
adalah indikator
kondisi hampir memenuhi target laba tahun lalu;
indikator keberhasilan mencapai target
adalah proksi manipulasi aktivitas riil;
adalah variabel manipulasi
laba tahun lalu;
adalah kinerja operasional
aktivitas riil dan keberhasilan memenuhi target laba tahun lalu;
roa yang disesuaikan dengan industri pada t+1;
adalah kinerja operasional roa yang
disesuaikan dengan industri pada t;
adalah ukuran perusahaan;
market to book ratio ;
adalah abnormal return; C adalah konstanta.
Panel C: Kinerja Operasi t+3
Variabel
Model Kinerja Operasi Masa Depan yang diukur dengan AdjROA t+3
Exp RM SGA
RM ASSET
RM PROD
RM AGGRT
.
sign
Koef. Prob.
Koef. Prob.
Koef.
Prob.
Koef.
Prob.
+
.1189 0.003** .1479 0.003
.1149
0.005
.1261
0.002**
*
***
***
*
?
0.197
.0636
0.671
-.1122
0.246
-.1245
0.199
?
.1266
.1162
0.012**
*
.1487
0.011**
*
.0978
0.038**
*
.1229
0.008**
*
?
.0359
0.334
0.405
-.0230
0.492
.0509
0.143
?
.0653
.3158
0.324
.0348
.0489
.2790
0.669
-.0114
0.882
-.0780
0.279
0.003**
*
.2985
0.000**
*
.3136
0.000**
*
.0111
.0004
.0481
.3819
4.96
0.0000
0.2965
0.2367
0.172
0.806
0.125
0.085 *
.0105
.0003
.0398
.3685
3.04
0.0035
0.2550
0.1712
0.304
0.863
0.309
0.183
.0122
.0003
.05230
-.3984
0.111
0.837
0.089 *
0.056 *
.0115
.0003
.0487
-.4012
0.159
0.838
0.117
0.071*
+
C
+
+
+
-
F Statistic
Prob (F Stat)
R-squared
Adjusted R-squared
0.000**
*
4.95
0.0000
0.2938
0.2344
NA
0.0000
NA
NA
Variabel
C
Model Kinerja Operasi Masa Depan yang diukur dengan AdjCFO t+3
Exp RM SGA
RM ASSET
RM PROD
RM AGGRT
.
sign
Koef. Prob.
Koef. Prob.
Koef. Prob.
Koef.
Prob.
+
0.918
0.624
-.0097 0.852
.1261
0.002***
.0059
.0502
?
0.044
0.009*** -.1346 0.040** -.125
0.199
.1290 **
.2171
?
0.312
0.230
-.0711 0.221
.1229
0.008*
.0671
.1211
?
0.649
.0183 0.725
-.0091 0.774
.0509
0.143
.0132
?
.0810 0.244
.2014 0.214
.1420 0.151
-.0780 0.279
+
.3087
+
.0255
+
+
-
.0014
.0690
.7015
3.42
0.0010
0.2009
0.009**
*
0.019 **
.4154
0.001***
.3138
.0395
0.005***
.0246
0.509
0.108
0.011
**
.0002
.0111
1.032
2.98
0.0041
0.2510
0.936
0.854
0.003
***
.0011
.0581
-.6670
0.006**
*
0.009**
*
0.582
0.178
0.006**
*
.3136
0.000***
.0115
0.159
.0003
.0487
-.4012
0.838
0.117
0.071 *
F Statistic
3.49
5.14
Prob (F Stat)
0.0008
0.0000
R-squared
0.2145
0.3037
Keterangan :
*Signifikan pada α= 10%, ** Signifikan pada α= 5%, *** Signifikan pada α= 1%
adalah indikator keberhasilan melampaui target laba tahun lalu;
adalah indikator
kondisi hampir memenuhi target laba tahun lalu;
indikator keberhasilan mencapai target
laba tahun lalu;
adalah proksi manipulasi aktivitas riil;
adalah variabel manipulasi
adalah kinerja operasional
aktivitas riil dan keberhasilan memenuhi target laba tahun lalu;
adalah kinerja operasional roa yang
roa yang disesuaikan dengan industri pada t+1;
disesuaikan dengan industri pada t;
adalah ukuran perusahaan;
market to book ratio ;
adalah abnormal return; C adalah konstanta.
Hasil uji hipotesis kedua dalam penelitian menunjukkan secara konsisten bahwa
tidak terdapat cukup bukti untuk menyimpulkan bahwa perusahaan yang berhasil
mencapai earnings benchmark dengan melakukan manipulasi aktivitas riil, baik melalui
beban penjualan, umum, dan administrasi, melalui keuntungan penjualan aset, dan
melalui beban produksi memiliki pengaruh terhadap kinerja masa mendatang
perusahaan yang diukur dengan Return on Asset, dan Cash Flow from Operation pada
masa satu tahun, dua tahun, dan tiga tahun mendatang.
Pengecualian terdapat pada uji manipulasi aktivitas riil melalui beban penjualan,
umum, dan administrasi pada pengujian dua tahun mendatang. Pengujian ini
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan kinerja masa mendatang yang
diukur dengan arus kas operasioanl perusahaan. Pada pengujian ini, meeting benchmark
dengan manipulasi aktivitas riil melalui beban penjualan, umum, dan administrasi
memberi pengaruh signifikan pada arus kas masa mendatang (t+2). Dengan demikian,
manipulasi aktivitas riil ini dikategorikan efisien.
Hasil yang tidak signifikan dalam hipotesis kedua, seperti halnya dijelaskan
dalam Gunny (2010) dapat dijelaskan dengan beberapa alasan. Pertama, tindakan
manipulasi aktivitas riil, yang diukur dalam penelitian ini, memiliki kemungkinan
dilakukan oleh manajemen bukan karena adanya intensi manajemen laba, namun justru
hanya karena pertimbangan ekonomis. Hal ini dapat mengakibatkan tiadanya asosiasi
pengukuran manajemen laba dengan kinerja masa mendatang. Kemungkinan lainnya
ialah dampak dari manipulasi aktivitas riil yang dilakukan oleh manajemen sangat kecil,
sehingga sulit untuk dideteksi. Penjelasan akhir mengapa tidak ditemukan asosiasi
antara pencapaian earnings benchmark dengan manipulasi aktivitas riil dengan kinerja
masa mendatang ialah karena adanya pengaruh saling offset, antara meeting earnings
benchmark yang memberi sinyal positif pada pasar, dan tindakan manipulasi aktivitas
riil yang oportunis.
5.
Kesimpulan, Keterbatasan, dan Saran
Pengujian pertama dalam penelitian ini menguji keterlibatan perusahaan yang
memenuhi target laba pada dengan tindakan manipulasi aktivitas riil. Hasil dari
penelitian ini membuktikan bahwa tidak terdapat cukup bukti untuk menyimpulkan
bahwa perusahaan yang merupakan suspect firms, yaitu perusahaan yang berada pada
tingkat immediate right zero dari interval last year’s earnings terlibat dalam tindakan
manipulasi aktivitas riil, baik melalui pengurangan beban penjualan, umum, dan
administrasi, penyesuaian waktu penjualan aset, dan manipulasi beban produksi. Hasil
yang konsisten juga ditemui pada manipulasi aktivitas riil melalui beban penjualan,
umum, dan administrasi, dan manipulasi beban produksi secara bersamaan.
Pengujian kedua dalam penelitian ini menganalisis konsekuensi dari adanya
pencapaian earnings benchmark dengan manipulasi aktivitas riil terhadap kinerja masa
mendatang perusahaan. Hasil penelitian kedua dari penelitian ini menunjukkan bahwa
tidak cukup bukti untuk menyimpulkan bahwa perusahaan yang mencapai target laba
dengan melakukan manipulasi aktivitas riil bersifat oportunistik, maupun efisien. Hasil
penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara meeting benchmark
dengan keterlibatan manipulasi aktivitas riil dengan kinerja di masa mendatang, baik
yang diukur dengan ukuran ROA, maupun CFO. Akan tetapi, terdapat pengecualian
pada pengujian manipulasi aktivitas riil melalui beban penjualan, umum, dan
administrasi dengan arus kas operasional pada masa dua tahun mendatang, yang
menunjukkan pengaruh positif secara signifikan.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, terdapat keterbatasan data
atas nilai beban riset dan pengembangan di Indonesia. Hal ini menyebabkan manipulasi
aktivitas riil melalui beban riset dan pengembangan tidak diteliti dalam penelitian ini.
Untuk penelitian berikutnya dapat dilakukan pengujian atas manipulasi aktivitas riil
melalui pengurangan beban riset dan pengembangan apabila terdapat kesediaan data
.Kedua, perusahaan manufaktur Indonesia tidak lengkap dalam pengungkapan nilai
keuntungan dari penjualan aset jangka panjang perusahaan, sementara mencantumkan
nilai penjualan aset. Untuk mengatasi masalah data, maka penelitian ini memberi nilai
nol bagi nilai keuntungan penjualan aset, pada perusahaan yang terlibat transaksi
penjualan aset dan
investasi jangka panjang, namun tidak mengungkapkan nilai
keuntungan atas transaksi tersebut.
Ketiga, penelitian ini tidak memasukkan variabel kontrol atas kemuungkinan
probabilitas yang diproksi dengan Zscore. Variabel ini mengkontrol adanya
kemungkinan kebangkrutan perusahaan dengan kinerja operasional mendatang (Gunny,
2010). Hal ini dikarenakan konteks Zscore dirasa kurang relevan untuk diaplikasikan
pada perusahaan Indonesia. Untuk penelitian selanjutnya, dapat menggunakan variabel
lain .
Keempat, penelitian ini tidak memberikan perlakuan yang berbeda atas adanya
subsektor industri manufaktur. Penelitian berikutnya dapat juga melakukan perlakuan
atas subsektor industri, misal dengan melakukan penyesuaian atas nilai AdjROA, dan
AdjCFO dengan nilai rata-rata subsektor untuk tiap tahunnya. Kelima, penelitian ini
hanya mencakup masa penelitian dari tahun 2008 hingga tahun 2010. Penelitian dengan
tahun pengujian yang lebih lama dapt dilakukan dalam penelitian selanjutnya.
Daftar Referensi
Achmad, Subekti, dan Atmini. (2007). Investigasi Motivasi dan Strategi Manajemen
Laba pada Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X.
Afif , Rizqa. (2009).
Analisis Pengaruh Manajemen Laba Melalui Aktivitas Riil
terhadap Kinerja Operasi Masa Depan : Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Sarjana Program
Studi Strata Satu Akuntansi FE UI.
Bartov, E. (1993). The timing of asset sales and earnings manipulation. Accounting
Review 68 (4): 840–55.
Bartov, E., D. Givoly, and C. Hayn. (2002). The rewards to meeting or beating earnings
expectations. Journal of Accounting and Economics 33 (2): 173–204.
Bhojraj, S. et al.(2009). Making Sense of Cents: An Examination of Firms That
Marginally Miss or Beat Analyst Forecasts. The Journal of Finance, 64(5),
pp.2361–2388.
Burgstahler, D., and I. Dichev. (1997). Earnings management to avoid earnings
decreases and losses. Journal of Accounting and Economics 24 (2): 99–126.
Degeorge, F., J. Patel, and R. Zeckhauser. (1999). Earnings management to exceed
thresholds. Journal of Business 72 (1): 1–33.
Graham, J., R. Harvey, and S. Rajgopal. (2005). The economic implications of
corporate financial reporting. Journal of Accounting and Economics 40 (1–3): 3–
73.
Gunny, K. (2005). What are the consequences of real earnings management? Working
paper. University of Colorado at Boulder.
Gunny, Katherine A. (2010). The Relation Between Earnings Management Using Real
Activities Manipulation and Future Performance: Evidence from Meeting
Earnings Benchmarks. Contemporary Accounting Research, 27 (3), 855-888.
Hayn, C.(1995). The information content of losses. Journal of Accounting and
Economics 20 (2): 125–49.
Jacob, J., and B. Jorgensen. (2007). Earnings management and accounting income
aggregation. Journal of Accounting and Economics 43 (2 ⁄ 3): 369–90.
Leuz, C., Nanda, D. and Wysocki, P. D. (2003) Earnings management and investor
protection: an international comparison. Journal of Financial Economics, 69(3),
pp. 505–528.
Lev, B. (2003). Corporate earnings: Fact and fiction. Journal of Economic Perspectives
17 (2): 27–50.
Oktorina, Megawati. (2008). Analisis Arus Kas dalam Mendeteksi Manipulasi Aktivitas
Riil dan Dampaknya Terhadap Kinerja Pasar. Tesis Pascasarjana Program Studi
Ilmu Akuntansi FEUI.
Perez, Gonzalo Rodriguez e Hemmen, Stevan van. (2010). Debt, diversification and
earnings management. Journal of Accounting Public Policy, Vol.29, pp. 138-159.
Rahman, Annisaa.(2007) Earnings Management melalui Accrual dan Real Activities
Manipulation pada Initial Public Offerings dan Kinerja Jangka Panjang : Studi
Empiris pada Bursa Efek Jakarta. Tesis Pascasarjana Program Studi Ilmu
Akuntansi FEUI.
Roychowdhury, S. (2006). Earnings management through real activities manipulation.
Journal of Accounting and Economics 42 (3): 335–70.
Sahabu, Supardi. (2009). Manajemen Laba Melalui Akrual Dan Manipulasi Aktivitas
Nyata dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perusahaan Yang Melakukan Right
Issue. Tesis Yang Dipublikasikan.
Schipper, K. (1989). Earnings management. Accounting Horizons 3 (1): 91–102.
Subramanyam, K. R. (1996). The pricing of discretionary accruals. Journal of
Accounting and Economics 22 (1–3): 249–81.
Subramanyam, K. R. (1996). The pricing of discretionary accruals. Journal of
Accounting and Economics 22 (1–3): 249–81.
Xu, Randall Z., Gary K. Taylor, and Michael T. Dugan. (2007). Review of Real
Earnings Management Literature. Journal of Accounting Literature Vol.26: 195228.
Download