3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agroforestri Menurut Winarto (2006), agroforestri (wanatani) merupakan manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian pada unit pengelolaan lahan yang sama, dengan memperhatikan kondisi lingkungan, sosial ekonomi, dan budaya masyarakat yang berperan serta. Selain itu juga agroforestri merupakan suatu sistem penanaman tanaman hutan dengan tanaman tumpang sari tanaman pangan/ perkebunan yang ditanam. Andayani (2005) menyatakan bahwa agroforestri dapat diartikan sebagai suatu bentuk kolektif (collective name) dari sebuah sistem nilai masyarakat yang berkaitan dengan model-model penggunaan lahan lestari. Oleh karena itu, agroforestri dalam bentuk implementasinya dapat berbentuk seperti : 1. Agrisilvikultur, yaitu penggunaan lahan secara sadar dan dengan pertimbangan yang masak untuk memproduksi sekaligus hasil-hasil pertanian dari hutan. 2. Sylvopastural, yaitu sistem pengelolaan hutan dimana hutan dikelola untuk menghasilkan kayu sekaligus juga untuk memelihara ternak. 3. Agrosylvo-pastoral, yaitu sistem dimana lahan dikelola untuk memproduksi hasil pertanian dan hasil kehutanan secara bersamaan dan sekaligus memelihara hewan ternak. 4. Multipurpose forest tree production system, yaitu sistem dimana berbagai jenis kayu ditanam dan dikelola, tidak saja untuk menghasilkan kayu tetapi juga dedaunan dan buah-buahan yang dapat digunakan sebagai bahan makanan manusia maupun dijadikan makanan ternak. Dalam bahasa Indonesia, kata agroforestri dikenal dengan istilah wanatani atau agroforestri yang arti sederhananya adalah menanam pepohonan di lahan pertanian. Agroforestri dapat dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem agroforestri sederhana dan sistem agroforestri kompleks (De Forestra dan Michon 1997). Sistem agroforestri sederhana adalah suatu sistem pertanian dimana pepohonan ditanam secara tumpang sari dengan satu atau lebih jenis tanaman 4 semusim. Sistem agroforestri kompleks adalah suatu sistem pertanian menetap yang melibatkan banyak jenis tanaman pohon (berbasis pohon) baik sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara alami pada sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti pola tanam dan ekosistemnya menyerupai hutan, contoh dari bentuk agroforestri kompleks adalah kebun dan agroforest. 2.2. Sentang (Melia excelsa Jack.) 2.2.1. Taksonomi Tanaman sentang merupakan tanaman dari suku Meliaceae yang dikenali sebagai Melia excelsa Jack. Tanaman ini juga dikenali dengan nama „morenggo‟ di Filipina, sentang di Semenanjung Malaysia, „ranggu‟ di Sarawak dan „thiem‟ atau „elephant neem‟ di Thailand. Sentang adalah jenis tanaman yang tumbuh di hutan tropika selatan Thailand, Malaysia, Burma, India, Pakistan, Borneo, Filipina dan Indonesia. Joker (2000) mengemukakan taksonomi dari tanaman sentang sebagai berikut: Dunia : Plantae Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Rutales Suku : Meliaceae Marga : Melia Jenis : excelsa Nama lain : Azadirachta integrifolia Merr., Azedarach excelsa (Jack) Kuntze, M. excelsa Jack, Trichilia excelsa (Jack) Spreng. Nama umum : Sentang (nama dagang), kayu bawang (Indonesia) 2.2.2. Penyebaran dan habitat Sentang merupakan jenis hutan lembab dataran rendah di Asia TenggaraPasifik. Sentang tumbuh di hutan sekunder tua atau hutan yang telah ditebang lama, juga ditemukan di hutan dipterokarpa primer. Sentang merupakan jenis asli Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Filipina kepulauan Aru dan Papua New Guinea. Sentang dapat dijumpai di Jawa Barat, yaitu di Kebun Percobaan Dramaga, Carita, Pasirhantap, dan Pasirawi. Sentang ditemukan sampai ketinggian 200-300 m dpl. Tumbuh paling baik di daerah bercurah hujan 5 tahunan lebih 2.000 mm, suhu rata-rata tahunan 22–27°C, dan musim kering tidak lebih 2–3 bulan. Selain itu, sentang membutuhkan tanah subur, menyukai tanah geluh berpasir, drainase dan aerasi baik serta merupakan spesies dataran rendah dengan pH tanah 5,0–6,5 (Joker 2002). 2.2.3. Deskripsi botani Pohon merangas dan tidak berbanir. Tinggi pohon mencapai 50 m dengan diameter sampai 125 cm (Joker 2002). Kulitnya sedikit beralur dangkal dan mengelupas kecil-kecil tipis. Kulitnya berbau bawang (Prawira dan Oetja 1978). Pohon sentang memiliki daun majemuk tunggal dengan anak daun tanpa tangkai daun atau tangkai daun sangat pendek. Anak daun berbentuk bulat telur memanjang dengan pangkal membulat, tidak simetris dan ujungnya lancip. Ukuran anak daun dapat mencapai lebar 5 cm dan panjang 11 cm. Poros utama tempat kedudukan anak-anak daun dapat mencapai panjang 40 cm (Prawira dan Oetja 1978). Tulang daun berjumlah 6−11 pasang pada setiap sisinya. Waktu pembungaan dan pembuahan bervariasi. Di Thailand Utara, daun gugur bulan Januari−Februari, dan daun baru muncul segera sesudahnya, pembungaan terjadi Februari−Maret. Di Thailand, buah masak antara Juni−Juli pada lintang rendah berbatasan dengan Malaysia, sedangkan pada lintang yang lebih tinggi, buah akan masak lebih awal, yaitu pada bulan Mei dan Juni. Produksi benih melimpah setiap tahun (Joker 2002). Bunga sentang berwarna putih kehijauan dan berbau, mempunyai 5 kelopak yang berwarna putih berukuran panjang 5−5,6 mm dan lebar 1,5−2,5 mm. Panjang putik 4 mm. Bagian dalam bunga ditutupi bulu-bulu halus. Ovari terdiri dari 3 karpel dengan 2 lokus dan 1 kepala putik (Zuhaidi dan Noor 2000). Bungabunga tersusun dalam kedudukan malai. Poros utama serta cabang-cabangnya ditutupi bulu-bulu halus (Prawira dan Oetja 1978). Panjang malai dapat mencapai 70 cm (Joker 2002). Buah masak pada bulan Mei sampai Juni. Buah mengandung satu benih, berbentuk lonjong dengan panjang 2,4−3,2 cm dan lebar 1,3−1,6 cm (Zuhaidi dan Noor 2000). Buah memiliki kulit buah berdaging. Buah muda berwarna hijau, berubah kuning jika masak. Panjang benih 20−25 mm, lebar 10−12 mm. Dalam 1 kg terdapat 500 benih (Joker 2002). 6 2.2.4. Teknik silvikultur Permudaan alam sentang banyak terdapat di hutan primer, terutama di dekat tanaman induk secara berkelompok atau menyebar (Prawira dan Oetja 1978). Penyebaran buah sentang dibantu oleh burung atau kelelawar. Buah yang disebarkan oleh agen penyebar dapat mencapai jarak 500−800 m dari tanaman induk (Zuhaidi dan Noor 2000). Permudaan buatan sentang dengan biji dapat dilakukan dengan menaburkan benih di bedeng atau langsung ditanam ke kantong plastik. Jarak tabur di bedeng adalah 20 cm antar larikan dan 5 cm dalam larikan benih. Setelah perkecambahan, semai memerlukan 50 % naungan dan kemudian secara bertahap mulai dikurangi sampai akhirnya tanpa naungan pada saat semai mencapai tinggi 30 cm (Joker 2002). Permudaan buatan sentang tidak hanya dengan biji, tetapi dapat pula menggunakan teknik pembiakan vegetatif. Pembiakan vegetatif tersebut yaitu stek, cangkok, sambungan dan kultur jaringan. 2.2.5. Pemanfaatan Kayu sentang mempunyai berat jenis 0,60 dan tergolong dalam kelas awet III-IV. Kayu sentang banyak dipergunakan untuk bangunan rumah dan perahu. Kayu sentang tergolong kuat, awet dan mudah dikerjakan (Prawira dan Oetja 1978). Kayu sentang sangat berguna untuk konstruksi ringan, mebel, panel dan vinir. Tunas muda dan bunganya dikonsumsi sebagai sayuran. Biasanya ditanam di sepanjang jalan, batas peternakan atau batas kebun karet. Seperti neem, bijinya mengandung azadirachtin, digunakan sebagai insektisida. Pada agroforestri, pertanaman M. excelsa muda ditanam tumpangsari dengan padi, kacang tanah, buncis, kedelai dan sayuran (Joker 2002). Daun sentang dapat digunakan sebagai obat sakit perut dan gangguan pada suara. Florido dan Mesa (2001) mengelompokkan kegunaan tanaman sentang berdasarkan bagian tanaman. Hampir semua bagian tanaman sentang mempunyai kegunaan (Tabel 1). 7 Tabel 1 Kegunaan tanaman sentang Bagian tanaman Kegunaan Kayu Konstruksi, langit-langit, jendela, pintu, meubel dan ukirukiran Biji Ekstraksi minyak neem, sabun, produk, obat-obatan, kosmetik dan dipakai pada industri pasta gigi Daun Insektisida/anti serangga, ekstrak daunnya dapat dipakai sebagai kontrasepsi laki-laki Bunga Dapat dimakan, sebagai obat bagi penyakit yang berkaitan dengan perut dan hidung Kayu gubal Obat untuk penyakit kantong empedu Kayu teras Pencegah gangguan penyakit pencernaan Tanaman Pemecah angin, tanaman pinggir jalan, tanaman pagar dan kayu bakar