PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 BAB 1 huluanhuluan 1.1 Latar Belakang Seiring bertambahnya jumlah penduduk di dunia, semakin tingggi pula tingkat pembangunan fasilitas yang mendukung untuk segala kebutuhan manusia. Salah satu kebutuhan tersebut adalah kebutuhan papan yang meliputi kebutuhan akan tempat tinggal. Pada masa sekaran, lahan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan papan semakin sedikit diakibatkan kepadatan penduduk yang semakin tinggi. Oleh karena itu pembangunan sarana tempat tinggal diarahkan kepada pembangunan vertical, sehingga muncullah pembangunan-pembangunan gedung bertingkat yang berfungsi sebagai tempat tinggal seperti rumah susun, apartemen, ataupun rumah permanen biasa. Kota Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia. Peningkatan kegiatan ekonomi diiringi pula dengan bertambahnya jumlah penduduk yang bertempat tinggal di Kota Bandung. Hal ini menyebabkan semakin meningkatnya kebutuhan akan sebuah tempat hunian yang nyaman dan berada di tengah Kota. Namun, untuk membangun sebuah hunian di kawasan Kota Bandung diperlukan biaya yang besar seiring mahalnya harga tanah di dalam kota. Tingginya kebutuhan hunian di Kota Bandung selama ini masih dipenuhi dari penyediaan perumahan konvensional yang dibangun dikawasan pinggiran Kota Bandung. Oleh karenanya, Bina Karya Propertindo Group bekerja sama dengan Istana Group menghadirkan suatu konsep hunian baru dengan konsep hunian vertikal yang berada di tengah kota dan dekat dengan pusat bisnis dan aktivitas masyarakat yang diyakini dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. 1.2 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan laporan ini adalah: 1. Mengetahui manajemen yang dibutuhkan dalam sebuah proyek. PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 2. Mengkaji manajemen dalam proyek pembangunan apartemen gateway@ bandung mulai dari tahap inisiasi, perencanaan, pelaksanaan, kontrol dan penutupan proyek. 1.3 Metodologi Penulisan Metodologi penulisan yang dilakukan adalah dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap pelaksanaan proyek pembangunan apartemen gateway @Bandung di lapangan dan didukung oleh studi literature dari buku dan artikel internet. 1.4 Ruang Lingkup Laporan Manajemen Proyek ini disusun berdasarkan hasil pengamatan di lokasi proyek pembangunan apartemen Gateway @Bandung selama 1 bulan. Laporan ini meliputi seluruh manajemen proyek mulai dari kegiatan inisiasi proyek, perencanaan proyek, pelaksanaan proyek, kontrol proyek dan penutupan proyek. 1.1 Sistematika Penulisan Sistem penulisan laporan Manajemen Proyek Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung ini, secara garis besar adalah sebagai berikut : Bab 1 Pendahuluan Membahas mengenai latar belakang kerja praktik, tujuan dilakukannya kerja praktik, metode penulisan laporan, ruang lingkup laporan, dan sistematika penulisan laporan. Bab 2 Gambaran Umum Proyek Membahas mengenai latar belakang pembangunan proyek, tujuan proyek, lokasi proyek, data-data umum proyek, data-data teknis proyek, lingkup pekerjaan yang dilakukan secara umum. Selain itu juga membahas mengenai struktur organisasi proyek, koordinasi, dan tanggung jawab staf, manajemen waktu, pengendalian mutu, sumber daya proyek, dan standar keselamatan kerja yang diterapkan di proyek. 2 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Bab 3 Project Initiation Membahas mengenai manajemen yang dilakukan selama kegiatan Project Initiation, yaitu manajemen lingkup proyek. Bab 4 Project Planning Membahas mengenai manajemen yang dilakukan selama Project Planning, terdiri dari manajemen integrasi proyek, manajemen lingkup proyek, manajemen waktu proyek, manajemen kualitas proyek, manajemen sumber daya manusia proyek, manajemen komunikasi proyek, manajemen resiko proyek, manajemen pengadaan proyek, manajemen biaya proyek, manajemen keselamatan proyek, manajemen lingkungan proyek, manajemen finansial proyek dan manajemen klaim proyek. Bab 5 Project Execution Membahas mengenai manajemen yang dilakukan selama Project Execution. Manejemen dalam tahap ini terdiri dari manajemen kualitas proyek, manajemen sumber daya manusia proyek, manajemen komunikasi proyek, manajemen pengadaan proyek, manajemen keselamatan proyek, manajemen lingkungan proyek, dan manajemen finansial proyek. Bab 6 Project Control Membahas mengenai manajemen yang dilakukan selama Project Control. Manajemen yang dilakukan selama kegiatan kontrol proyek yaitu manajemen integrasi proyek, manajemen lingkup proyek, manajemen waktu proyek, manajemen biaya proyek, manajemen kualitas proyek, manajemen sumber daya manusia proyek, manajemen komunikasi proyek, manajemen resiko proyek, manajemen lingkungan proyek, manajemen finansial proyek, dan manajemen klaim proyek. 3 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Bab 7 Project Closing Membahas mengenai manajemen yang dilakukan selama Project Control. Manejemen selama penutupan proyek terdiri dari manajemen komunikasi proyek, manajemen pengadaan proyek, manajemen keselamatan proyek, dan manajemen finansial proyek. 4 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 BAB 2 MBARAN UMUM PROYEKMBARAN UMUM PROYEK 2.1 TUJUAN PROYEK Proyek pembangunan apartemen Gateway @Bandung ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hunian di tengah Kota Bandung dengan berbagai fasilitas yang dapat menciptakan kenyamanan bagi masyarakat dan dengan konsep hunian vertikal untuk mengatasi tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk perumahan konvensional. 2.2 DATA UMUM PROYEK Nama Proyek : Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung Lokasi : Jalan Ahmad Yani No 669 Bandung Konsultan Perencana : Ketira Engineering Konsultan Pengawas : PT Binakarya propertindo Group dan Istana Group 2.3 Kontraktor Pelaksana : PT. Graha Perkasa Abadi Subkontraktor Tiang Pancang : PT Palu Mas Sejati Subkontraktor Beton Ready Mix : PT Pioneer Waktu Pelaksanaan : Juni 2011 – Februari 2012 DATA TEKNIS PROYEK Luas Bangunan : 6590,78 m2 Tinggi Bangunan : 62,85 meter Struktur Gedung terdiri atas : PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Tower Saphire dan Emerald Fungsi No Lantai Elevasi 1 Lower Ground -0,8 Parkir 120 kendaraan, Toko 2 Upper Ground +2,35 Parkir 120 Kendaraan, Toko 3 Ground +6,05 Hunian 4 Lantai 2 +9,05 Hunian 5 Lantai 3 +11,85 Hunian 6 Lantai 4 +14,65 Hunian 7 Lantai 5 +17,45 Hunian 8 Lantai 6 +20,25 Hunian 9 Lantai 6a +23,05 Hunian 10 Lantai 7 +25,85 Hunian 11 Lantai 8 +28,65 Hunian 12 Lantai 8a +31,45 Hunian 13 Lantai 9 +34,25 Hunian 14 Lantai 10 +37,05 Hunian 15 Lantai 11 +39,85 Hunian 16 Lantai 12 +42,65 Hunian 17 Lantai 13 +45,65 Hunian 18 Lantai 14 +48,45 Hunian 19 Lantai 15 +51,45 Hunian 6 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 20 Lantai 16 +54,25 Hunian 21 Lantai 17 +57,25 Hunian 22 Lantai 18 +59,85 Hunian 23 Roof +62,85 Tabel 2.1 Elevasi Tower Saphire dan Emerald 2.4 LOKASI DAN BATAS WILAYAH PROYEK Proyek pembangunan Apartemen Gateway @Bandung berada di Jalan A. Yani No. 669 Bandung. Berikut adalah gambaran lokasi proyek : Gambar 2.1 Denah Lokasi Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung 7 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Gambar 2.2 Lokasi Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung Tampak Depan 8 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 SITE PLAN 9 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 2.5 LINGKUP UMUM PEKERJAAN PROYEK Secara umum pekerjaan keseluruhan dari proyek Pembangunan Apartment Gate way @Bandung adalah sebagai berikut : a. Pekerjaan Struktur yang meliputi : Pondasi Struktur Bawah Struktur Atas b. Pekerjaan Arsiterktur yang meliputi : - Pekerjaan Dinding - Pekerjaan pembuatan lift - Pekerjaan tangga - Pekerjaan lantai c. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal Pekerjaan mekanikal dan elektrikal meliputi pemasangan sparing untuk saluran air bersih, air kotor, listrik, dll Sedangkan perkerjaan yang diamati selama kerja praktek pada proyek Pembangunan Apartemen gateway @Bandung ini yaitu : Pekerjaan Ground Water Tank Pekerjaan Pile Cap Pekerjaan Pengukuran Pekerjaan Kolom Pekerjaan Balok dan Plat lantai PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 BAB 3 MBARAN UMUM PROYEKMBARAN PROJCT INITIATION 3.1 GAMBARAN UMUM MANAJEMEN LINGKUP PROYEK Manajemen lingkup proyek termasuk di dalamnya proses untuk memastikan bahwa proyek mencakup seluruh pekerjaan yang dibutuhkan agar proyek dapat berjalan dengan sukses. Kegiatan manajemen lingkup proyek meliputi: 3.2 Perencanaan Lingkup Penentuan Lingkup Verifikasi Lingkup Kontrol Perubahan Lingkup PENGUMPULAN PERSYARATAN (INISIASI) Pengumpulan persyaratan merupakan proses mendefinisikan dan mendokumentasikan kebutuhan stakeholders untuk memenuhi tujuan proyek. Keberhasilan proyek ini secara langsung dipengaruhi oleh perawatan dan pengelolaan proyek serta persyaratan produk. Persyaratan termasuk kebutuhan yang diukur dan didokumentasikan dan harapan sponsor, pelanggan, dan stakeholders lainnya. Persyaratan ini perlu diperoleh, dianalisis, dan dicatat secara rinci untuk dapat diukur sekali pelaksanaan proyek dimulai. Persyaratan ini akan menjadi dasar dari penyusunan WBS serta biaya, jadwal, dan kualitas perencanaan semua dibangun di atas persyaratan. Pengembangan persyaratan dimulai dengan analisis informasi yang terkandung dalam project charter dan kebutuhan stakeholder. Persyaratan proyek dapat mencakup kebutuhan bisnis, persyaratan manajemen proyek, persyaratan pengiriman, informasi mengenai persyaratan teknis, persyaratan keamanan, persyaratan kinerja dan sebagainya. Project charter dan kebutuhan stakeholder merupakan input dalam menentukan persyaratan pelaksanaan proyek. Output yang dihasilkan yaitu dokumen persyaratan. Format dokumen persyaratan dapat berkisar dari daftar dokumen sederhana berisi semua persyaratan yang dikategorikan oleh stakeholder dan berdasarkan prioritas, untuk bentuk yang lebih rumit berisi ringkasan eksekutif, deskripsi rinci, dan lampiran. PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Peyusunan persyaratan ini mencakup: Persyaratan untuk kebutuhan bisnis, peluang, tujuan, dan tujuan; Persyaratan untuk tujuan proyek; Persyaratan untuk lingkup proyek / WBS kiriman; Persyaratan untuk desain produk; Persyaratan untuk pengembangan produk; Persyaratan untuk menguji strategi dan skenario uji; dan tingkat tinggi persyaratan untuk persyaratan lebih rinci. 12 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 BAB 4 Error! Reference source not found.Error! Reference source not found. MBARAN UMUM PROYEKMBARAN PROJCT INITIATIONJECT PLANNING 4.1 Project Integration Management Gambaran Umum Manajemen Integrasi Proyek Manajemen integrasi merupakan tahapan utama dari proyek yang paling awal, yaitu sebuah proses untuk mengintegrasikan keseluruhan dari tahapan sebuah proyek, dari awal hingga akhir. Integrasi mencakup tahapan proyek dari inisiasi sampai pada closing atau penutupan proyek. Daerah pengetahuan dari manajemen integrasi proyek terdiri dari proses dan aktivitas yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi, mendefinisikan, mengkombinasikan, dan menyeragamkan berbagai proses proyek dengan aktivitas manajemen proyek. Manajemen integrasi proyek terdiri dari beberapa aktivitas, yaitu : 1. Pengembangan perencanaan proyek 2. Pelaksanaan perencanaan proyek 3. Kontrol perubahan keseluruhan Manajemen integrasi proyek perlu membuat pilihan menganai alokasi sumber daya, membuat trade-off antara tujuan yang bersaing dan alternatifnya dan mengelola ketergantungan antar pengetahuan manajemen proyek. Proses manajemen proyek biasanya terdapat sebagai proses disktrit dengan pendefinisian interface, sedangkan dalam praktiknya, saling tumpang tindih dan cara interaksi tidak dapat dipenuhi secara detail. Manajemen Integrasi Proyek dibutuhkan dalam situasi di mana masingmasing proses berinteraksi. Sebagai contoh, perkiraan biaya yang diperlukan untuk rencana kontingensi melibatkan pengintegrasian proses dalam biaya, waktu, dan resiko. Ketika resiko tambahan yang terkait dengan berbagai alternatif staf diidentifikasi, maka satu atau lebih dari proses-proses dapat ditinjau kembali. Manajemen Integrasi Proyek juga mencakup kegiatan yang diperlukan 13 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 pengelolaan dokumen proyek untuk memastikan konsistensi dengan manajemen rencana proyek serta produk yang dihasilkan. Proses Manejemen Integrasi Proyek terdiri dari menurut PMBok terdiri dari: 1. Pengembangan Project Charter 2. Pengembangan Rencana Manajemen Proyek 3. Pelaksanaan dan Manajemen Proyek 4. Pengawasan dan Kontrol Pekerjaan Proyek 5. Penutupan Proyek atau Fase Gambar 4.1Manajemen Integrasi Proyek Pengembangan Project Charter Pengembangkan Project Charter atau piagam proyek adalah proses pengembangan dokumen yang secara formal mengotorisasi suatu proyek atau fase dan mendokumentasikan persyaratan awal yang memenuhi kebutuhan dan harapan stakeholder. Pada proses ini juga ditetapkan kemitraan antara organisasi melakukan dan organisasi pemohon (atau pelanggan, dalam kasus proyek eksternal). Piagam proyek yang disetujui secara resmi menunjukkan dapat dimulainya suatu proyek. 14 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Untuk menghasilkan dokumen kontrak, diperlukan input berupa 1. Pernyataan proyek, meliputi kebutuhan secara bisnis, definisi lingkup hasil konstruksi, dan renaca strategi dalam proyek. 2. Kasus bisnis, maksudnya adalah pertimbangan terhadap kebutuhan pasar, permintaan pelanggan, pengembangan teknologi dan persyaratan legal. 3. Kontrak 4. Faktor lingkungan 5. Aset proses organisasi Sebelum pelaksanaan Proyek Pembangunan Apartemen Gateway @ Bandung, dilakukan pengajuan dokumen kontrak yang melibatkan pemilik, pengelola dan kontraktor. Dalam dokumen kontrak tersebut diatur mengenai: Luasan pekerjaan yang harus dilaksanakan dan memuat uraian tentang pekerjaan serta syarat-syarat pekerjaan yang disertai gambar dilengkapi dengan uraian-uraian tentang material dan alat-alat yang akan dipergunakan. Penentuan harga borongan. Penentuan tentang jangka waktu penyelesaian pekerjaan. Sanksi apabila terjadi permasalahan. Penyelesaian bila terjadi perselisihan. Hak dan kewajiban pihak-pihak yang tertera dalam perjanjian. Dalam penyusunan dokumen kontrak harus melibatkan para ahli agar sesuai dengan tujuan proyek dan tidak merugikan salah satu pihak sehingga dalam pelaksanaannya tidak ditemui hambatan. Dokumen kontrak harus disetujui oleh semua pihak yang terlibat dalam proyek. Setiap pihak dalam proyek memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaan proyek yang harus dijalankan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati. 15 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Gambar 4.2 Proses Pengembangan Project Charter Project Charter mendokumentasikan kebutuhan bisnis, pemahaman kebutuhan pelanggan, produk baru, layanan, atau hasil yang dimaksudkan untuk memuaskan, seperti: Tujuan proyek atau pembenaran, Tujuan proyek dan kriteria keberhasilan terkait yang terukur, Persyaratan, Deskripsi proyek, Resiko Penjadwalam, Anggaran. Pengembangan Rencana Manajemen Proyek Rencana Pengembangan Manajemen proyek merupakan proses dokumentasi kegiatan untuk mendefinisikan, menyiapkan, mengintegrasikan, dan mengkoordinasi semua perencanaan. Rencana manajemen proyek merupakan bagaimana proyek dilaksanakan, dimonitor dan dikontrol, serta ditutup. Isi dari rencana manajemen proyek bervariasi tergantung dari wilayah aplikasi dan kompleksitas proyek. Manajemen proyek dikembangkan melalui tahapan proses integrasi sampai penutupan proyek. Proses dalam pengembangan rencana manajemen proyek terdiri dari input, alat dan proses, serta output. Hasil kesepakatan yang terdapat dalam project charter proyek Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung merupakan input dalam perencanaan manajemen proyek. Di dalam project charter tersebut selain berisi mengenai kontrak proyek dijelaskan mengenai tujuan pelaksanaan proyek. Hal tersebutlah yang menjadi input atau masukan dalam penyusunan rencana manajemen proyek. Output dari rencana manajemen proyek Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung meliputi: Memenuhi kebutuhan masyarakat, sponsor dan stakeholder 16 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Tujuan proyek: Untuk memenuhi kebutuhan hunian di tengah Kota Bandung dengan berbagai fasilitas yang dapat menciptakan kenyamanan bagi masyarakat dan dengan konsep hunian vertikal untuk mengatasi tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk perumahan konvensional. Uraian lingkup proyek : Lingkup proyek Warehouse dengan struktur baja mulai dari proses pembuatan desain, tahapan persiapan dan konstruksi beserta manajemen proyek, dan operasional serta maintanance proyek. Lokasi proyek: Jl. di Jalan A. Yani No. 669 Bandung Durasi proyek : Juni 2011 – februari 2012 Pimpinan proyek : pemilik proyek adalah PT. Bina Karya Propertindo Jadwal proyek : terlampir Stakeholders : - Project Manager : seseorang yang mengatur seluruh pelaksanaan proyek. - Anggota regu proyek : kelompok yang sedang melakukan/ menyelenggarakan pekerjaan proyek. - Pemerintah Daerah atau Walikota Bandung : bagian yang menyetujui dilaksanakannya proyek Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung Puninar. - PT. Binakarya Propertindo Group: sebagai owner atau pemilik proyek dan pengawas - PT. Istana Group : sebagai pengawas - Kontraktor dan konsultan MK: PT Graha Perkasa Abadi dan PT Ketira Engineering - Konsultan : seseorang yang mengarahkan pengembangan proyek, konsultan pada proyek ini dilakukan secara langsung oleh PT Bina Karya Propertindo Group - Vendor : supplier atau penyedia bahan proyek, misalnya supplier pasir, batu, besi tulangan, tanah urug, baja. Organisasi fungsional : merupakan organisasi dari pihak kontraktor yang melaksanakan proyek. Dalam proyek ini, susunan kepengurusan organisasi terdiri dari project manager, quality control, serta fungsi lain yaitu quality 17 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 surveyor; engineering; site manager yang membawahi supervisor dan mandor; keuangan, logistik dan HRD; gudang, mekanik, dan K3L. Rincian proyek - Luas Proyek: Proyek Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung memilik luas 6590,78 m2 4.2 Kontrak proyek Project Scope Management (Perencanaan Lingkup Proyek) Perencanaan lingkup proyek merupakan tahap yang penting dalam perencanaan proyek. Perencanaan proyek adalah proses penyusunan rencana lingkup proyek yang mendokumentasikan bagaimana lingkup proyek akan didefinisikan, diverifikasi, dikendalikan, dan bagaimana Work Breakdown Structures (WBS) akan disusun dan didefinisikan. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan persyaratan merupakan proses pendefinisian dan pendokumentasian kebutuhan stakeholder untuk memperoleh tujuan proyek. Persyaratan perlu diperoleh, dianalisis, dan dicatat secara rinci untuk dapat diukur saat pelaksanaan proyek dimulai. Pengumpulan persyaratan terdiri dari pendefinisian dan pengelolaan harapan pelanggan. Persyaratan menjadi dasar dari WBS. Biaya, jadwal, dan perencanaan kualitas semua dibangun di atas persyaratan yang telah ditentukan. Pengumpulan persyaratan mempertimbangkan project charter yang telah disepakati oleh pihak yang terlibat dalam proyek. Perencanaan lingkup adalah salah satu komponen penting dalam suatu manajemen proyek, dimana mengandung gambaran mengenai persiapan detail dari Project Scope Statement, termasuk juga didalamnya bagaimana lingkup tersebut akan dijabarkan, diuji, dan dikontrol. Perencanaan Lingkup meliputi identifikasi pendekatan alternatif untuk mencapai sasaran hasil proyek dan analisa biaya alternatif. Output perencanaan lingkup adalah pernyataan lingkup dengan detail yang mendukung dan rencana manajemen lingkup. Pernyataan lingkup menggambarkan sasaran hasil proyek, lingkup, hasil akhir proyek, asumsi, batasan, dan pertimbangan proyek. Pernyataan dalam proyek ini meliputi: 1. Deskripsi proyek 18 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Proyek pembangunan Apartemen Gateway @Bandung 2. Deskripsi fase Merupakan pendeskripsian kegiatan yang dilakukan selama proyek berlangsung. Fase proyek pembangunan Apartemen Gateway @Bandung ini terdiri dari tahap persiapan, pekerjaan tanah, pekerjaan struktur sipil, pekerjaan struktur, pekerjaan arsitektur dan pekerjaan mekanikal dan elektrikal. Masing-masing fase atau tahapan dikerjaan dengan berpedoman pada manajemen proyek. 3. Produk proyek Terdiri dari produk proyek dan dokumentasi yang dibutuhkan. Produk proyek ini adalah Apartemen Gateway @Bandung. Dokumen pelaksanaan proyek terdiri dari dokumen desain bangunan, rencana pemantauan dan pemeliharaan. 4. Objektif proyek Merupakan kriteria yang dapat dikuantifikasi, termasuk ukuran kualitas, jadwal, dan biaya proyek. Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung dengan luas 6590,78 m2 dengan tinggi bangunan 62,85 meter. Proyek direncanakan selama kurang lebih 5 bulan dengan anggaran Rp 65.517.028.000,-. 5. Batasan dan Asumsi Proyek Batasan pelaksanaan proyek tergantung pada ketersediaan staf, teknologi, dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan keseluruhan proyek hingga tahap pemeliharaan bangunan. 6. Deskripsi lingkup fungsi Deskripsi lingkup menunjukkan jelas batasan-batasan fungsi dari lingkup proyek. Fungsi dari proyek ini bangunan yang digunakan sebagai rumah tinggal. 7. Deskripsi lingkup organisasi Deskripsi lingkup organisasi berisi susunan organisisi, hubungan antar jabatan dan tenaga kerja, serta klasifikasi kerja. Organisasi proyek terdiri dari beberapa pihak yang mendukung pelaksanaan proyek yaitu owner atau pemilik, pengawas dan pengelola proyek, serta kontraktor yang terdiri dari 19 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 manajer proyek, 7 manajer fungsi (Quality Surveyor; Engineering; Site Manager; Keuangan, logistik dan HRD; gudang, mekanik dan K3L). Masing-masing jabatan dalam organisasi dilengkapi dengan staf dengan fungsi dan tanggung jawab yang berbeda. 8. Deskripsi lingkup geografis Deskripsi wilayah yang mendukung pelaksanaan proyek konstruksi. 9. Deskripsi faktor resiko proyek Merupakan penilaian secara kualitatif potensi munculnya resiko dan dampak yang berpengaruh terhadap mutu pekerjaan, jadwal pelaksanaan proyek dan biaya yang dihabiskan untuk proyek. Resiko proyek extentio 20 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN GATEWAY @BANDUNG PEKERJAAN PENDAHULUAN DAN PERSIAPAN PENDAHULUAN PEKERJAAN STRUKTUR BANGUNAN BAWAH PEKERJAAN TANAH PERSIAPAN DI LAPANGAN Pekerjaan Galian Pekerjaan Tiang Pancang Pekerjaan Lantai Kerja PEKERJAAN STRUKTUR BANGUNAN ATAS Pekerjaan Bekisting RWT, CWT, Retaining Wall Pekerjaan Pile Cap dan Pelat Lantai, dan Pit Lift Perencanaan Site Plan Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya Pembuatan pagar proyek dan pos satpam Pelaksanaan Pemancangan Pembuatan Shop Drawing Pengadaan Material dan Mobilisasi Peralatan Pembersihan Lahan Uji Pembebanan Pembesian Pile Cap Pengukuran Pemotongan Tiang Pancang dan Penjangkaran Pekerjaan Pembesian Penyelidikan Tanah Pengecoran Pile Cap dan Tie Beam TOWER EMERALD LANTAI LG, UG, GF/1, LANTAI 2-19 LANTAI LG, UG, GF/1, LANTAI 2-19 PEKERJAAN KOLOM PEKERJAAN KOLOM Pembesian Tie Beam PEKERJAAN PELAT LANTAI DAN BALOK PEKERJAAN PELAT LANTAI DAN BALOK Pembesian Pit Lift PEKERJAAN SEPARATOR BEAM PEKERJAAN SEPARATOR BEAM PEKERJAAN SPARING ME PEKERJAAN SPARING ME Pembanguan Bedeng Pekerja dan Kantor Proyek Pemasangan Tower Crane Gambar 4.3 Diagram Pelaksanaan Proyek 21 Pekerjaan Pengecoran TOWER SAPHIRE PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 4.3 Project Time Management. Gambaran Umum Manajemen Waktu Manajemen waktu merupakan proses perencanaan dan penjadwalan setiap aktivitas dalam suatu proyek hingga meliputi proses kontrol dari penjadwalan tersebut. Manajemen waktu berkaitan dengan perencanaan waktu atau penjadwalan pelaksanaan pekerjaan dimana sumber daya yang ada mulai melaksanakan kegiatan yang ada sampai dengan menyelesaikan keseluruhan proyek. Penjadwalan merupakan landasan yang penting dalam perencanaan dan pengendalian proyek. Kegiatan penjadwalan menyatukan berbagai informasi dari beberapa aspek proyek. Misalnya, perkiraan durasi kegiatan, hubungan antar kegiatan, ketersediaan sumber daya dan budget, dan mungkin deadline kegiatan, sehingga jadwal kerja dapat dijadikan patokan dalam melakukan perencanaan, fungsi eksekutif dan monitoring atau pengendalian. Berdasarkan A Guide To The Project Management Body Of Knowledge, manajemen waktu proyek dibagi dalam beberapa proses utama, yaitu: Identifikasi Aktivias Urutan Aktivitas Estimasi Sumber Daya Aktivitas Estimasi Durasi Aktivitas Pengembangan Jadwal Pengontrolan Jadwal Identifikasi Kegiatan Identifikasi aktivitas merupakan proses mengidentifikasikan aktifitas dari paket–paket pekerjaan dalam suatu proyek. Proses identifikasi aktivitas memerlukan beberapa hal utama dalam suatu proyek yaitu: Faktor-faktor lingkungan usaha Work Breakdown Structure (WBS) Rencana manajemen proyek 22 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Berdasarkan teknik template proyek sebelumnya, daftar aktivitas proyek Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung secara garis besar meliputi meliputi: Pekerjaan pondasi Pekerjaan tanah Pekerjaan beton Pekerjaan baja Pekerjaan arsitektur Pekerjaan mekanikal elektrikal Gambar 4.4 Proses Identifikasi Kegiatan Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008) Urutan Kegiatan Proses ini merupakan proses mengidentifikasi hubungan ketergantungan antar tiap–tiap berdasarkan urutannya. Proses mengurutkan aktivitas dalam sebuah proyek harus dilakukan sesuai dengan urutan kerjanya. Proses mengurutkan aktivitas memerlukan beberapa hal utama dalam suatu proyek yaitu: List aktivitas Atribut aktivitas List milestone Pernyataan lingkup proyek Aset-aset proses organisasi Proses selanjutnya adalah melakukan identifikasi tipe keterkaitan dari aktivitas proyek, dapat berbentuk finish to start, start to start, finish to finish, start to start, semuanya termasuk dengan penundaan atau dengan tumpang tindih antar 23 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 aktivitas lain. Identifikasi tersebut berperan penting untuk menentukan diagram urutan aktivitas yang selanjutnya akan digunakan dalam proyek. Diagram urutan aktivitas dapat berupa Activity on Node atau Activity on Arrow. Setiap aktivitas memiliki ketergantungan satu dengan yang lainnya. Berdasarkan A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008), terdapat dua jenis standar ketergantungan yang harus dipertimbangkan ketika mengurutkan kegiatan proyek Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung PT. Puninar Sarana Raya: Ketergantungan Wajib (Mandatory dependencies) Ketergantungan yang melekat pada sifat pekerjaan yang diselesaikan. Sebagai contoh, pendefinisian permintaan dilakukan sebelum proses desain dilakukan. Tetapi tidak semua pendefinisian permintaan harus diselesaikan sebelum desain dimulai. Oleh karena itu, ketergantungan antara pekerjaan harus didefinisikan pada tingkat yang lebih detil. Ketergantungan Kebijaksanaan (Discretionary dependencies) Ketergantungan yang didefinisikan secara sukarela oleh manajer proyek dengan tujuan, misalnya, mendukung kegunaan dari latihan terbaik, membatasi paralelitas dan kekompleksitan dalam perencanaan proyek. Gambar 4.5 Presedence Diagraming Metho Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008) 24 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Tabel 4.1 Urutan Aktivitas Proyek Apartemen Gateway @Bandung Sumber : Manajemen Proyek Nusa Raya Cipta, 2011 Gambar 4.6 Proses Urutan Kegiatan Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008) 25 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Estimasi Sumber Daya Kegiatan Perkiraan Sumber Daya Kegiatan adalah proses memperkirakan jenis dan jumlah material, orang, peralatan, atau perlengkapan yang dibutuhkan untuk melakukan setiap kegiatan. Proses estimasi sumber daya kegiatan proyek Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung memerlukan beberapa hal utama dalam suatu proyek yaitu: List kegiatan Atribut setiap kegiatan Jadwal sumber daya Faktor lingkungan Aset organisasi Tahapan selanjutnya adalah proses estimasi sumber daya yang dibutuhkan dalam proyek ini dengan menggunakan beberapa teknik, yaitu: Pendugaan ahli Analisis alternatif Software manajemen proyek Pada proyek ini, estimasi sumber daya yang digunakan adalah dengan menggunakan dugaan para ahli. Ahli dalam hal ini adalah site manager, serta para engineering, dan bagian logistik proyek. Ketiga ahli tersebut selanjutnya melakukan dugaan estimasi sumber daya dalam proyek ini. Selain itu, proses estimasi tidak terlalu sulit untuk dilakukan, sebab proyek sejenis telah dilakukan satu tahun sebelumnya. Sehingga referensi yang memadai telah ada dalam hal sumber daya maupun waktu. Gambar 4.7 Proses Estimasi Sumber Daya Kegiatan Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008) 26 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Estimasi Durasi Kegiatan Estimasi durasi kegiatan adalah proses pendekatan jumlah periode kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan dengan sumber daya diperkirakan. Memperkirakan jangka waktu kegiatan menggunakan informasi pada lingkup kegiatan pekerjaan, diperlukan jenis sumber daya, jumlah sumber daya yang diperkirakan, dan kalender sumber daya. Masukan untuk perkiraan durasi aktivitas berasal dari orang atau kelompok pada tim proyek yang paling akrab dengan sifat pekerjaan dalam kegiatan tertentu. Estimasi durasi kegiatan mensyaratkan bahwa jumlah usaha pekerjaan yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan yang diperkirakan dan jumlah sumber daya yang diterapkan untuk menyelesaikan aktivitas. Hal ini selanjutnya digunakan untuk memperkirakan jumlah periode kerja (durasi aktivitas) yang diperlukan untuk menyelesaikan aktivitas. Semua data dan asumsi yang mendukung estimasi durasi didokumentasikan untuk setiap perkiraan durasi aktivitas. Proses estimasi durasi kegiatan proyek Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung PT. Puninar Sarana Raya memerlukan beberapa hal utama dalam suatu proyek yaitu: List kegiatan Atribut setiap kegiatan Jadwal sumber daya Faktor lingkungan Aset organisasi Pada proyek ini, estimasi durasi yang digunakan adalah dengan menggunakan dugaan para ahli. Ahli dalam hal ini adalah site manager, serta para engineering. Para ahli tersebut selanjutnya melakukan dugaan estimasi durasi dalam proyek ini. Selain itu, proses estimasi tidak terlalu sulit untuk dilakukan, sebab proyek sejenis telah dilakukan satu tahun sebelumnya. Sehingga referensi yang memadai telah ada dalam hal sumber daya maupun waktu. 27 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Tabel 4.1 Estimasi Durasi Proyek Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung Sumber : Manajemen Proyek Nusa Raya Cipta, 2011 Gambar 4.8 Proses Estimasi Durasi Kegiatan Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008) Pengembangan Jadwal Pengembangan jadwal adalah proses menganalisis urutan kegiatan, jangka waktu, kebutuhan sumber daya, dan jadwal kendala untuk membuat jadwal proyek. Proses memasukan kegiatan, jangka waktu, dan sumber daya ke dalam alat penjadwalan menghasilkan jadwal dengan tanggal yang direncanakan untuk menyelesaikan kegiatan proyek. Pengembangan jadwal proyek sering kali merupakan proses iteratif. Hal ini menentukan awal direncanakannya suatu proyek dan tanggal selesai untuk kegiatan proyek, serta tenggat waktu. Jadwal pengembangan dapat meminta review dan revisi estimasi durasi dan sumber daya memperkirakan untuk membuat jadwal proyek yang disetujui yang dapat berfungsi sebagai dasar untuk memperkirakan kemajuan suatu proyek. Proses pengembangan jadwal kegiatan proyek Pembangunan Apartemen Gateway @Bandunf memerlukan beberapa hal utama dalam suatu proyek yaitu: List kegiatan Atribut setiap kegiatan Diagram jaringan jadwal proyek Sumber daya kegiatan Estimasi durasi kegiatan 28 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 List milestone Pernyataan lingkup proyek Aset-aset proses organisasi Penjelasan lingkup proyek Pengembangan jadwal proyek dapat dilakukan dengan berupa bar chart atau gantt chart, sehingga akan dengan mudah melihat jadwal kegiatan proyek yang harus dilakukan. Pengembangan jadwal dapat menentukan kapan sebuah aktivitas proyek dimulai atau selesai. Gambar 4.9 Proses Pengembangan Jadwal Kegiatan Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008) Jalur Kritis Proyek Jalur kritis merupakan urutan tugas dalam sebuah proyek yang merupakan jalur yang paling panjang dan paling lama. Jalur kritis menentukan penyelesaian paling awal yang mungkin dilakukan. Oleh karena itu jalur kritis harus benarbenar diatur dengan hati-hati karena jika salah satu tugas dari jalur kritis tertunda, maka pelaksanaan keseluruhan proyek akan tertunda. Jalur kritis juga dapat ditentukan dengan menghitung float yang dimiliki oleh setiap kegiatan. Kegiatan kritis merupakan kegiatan yang floatnya adalah 0 (nol). Float adalah waktu yang tersedia untuk menunda suatu kegiatan tanpa 29 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 memperlambat pekerjaan proyek. Cara menghitung float adalah dengan mengurangi waktu mulai paling akhir (LS) dengan waktu mulai paling awal (ES) sama dengan mengurangi waktu selesai paling akhir (LF) dengan waktu selesai paling awal (EF). 30 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Gambar 4.10 Gantt Chart Proyek Apartemen Gateway @Bandung 31 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 4.4 Project Quality Management Gambaran Umum Manajemen Kualitas Manajemen Kualitas proyek mencakup proses dan kegiatan organisasi yang menentukan kebijakan kualitas, tujuan, dan tanggung jawab sehingga proyek akan memenuhi kebutuhan yang memenuhi standard yang diperlukan. Manajemen ini menerapkan sistem manajemen mutu melalui kebijakan dan prosedur yang dilakukan secara periodik. Manajemen Mutu Proyek alamat berlaku untuk semua proyek, terlepas dari sifat produk mereka. Kualitas produk, langkah-langkah, dan teknik yang khusus untuk jenis produk yang dihasilkan oleh proyek tersebut. Penerapan manajemen kualitas proyek, cukup penting untuk beberapa hal utama yaitu: kepuasaan pelanggan, pencegahan dari sebuah inspeksi lapangan, peningkatan kualitas, dan manajemen tanggung jawab. Pendekatan dasar untuk manajemen kualitas diuraikan dalam bagian ini dimaksudkan agar kompatibel dengan ISO. Hal ini kompatibel dengan pendekatan yang sesuai untuk manajemen mutu seperti yang direkomendasikan oleh Deming, Juran, Crosby, dan lainnya, dan non-eksklusif pendekatan seperti Total Quality Management (TQM), Six Sigma, modus kegagalan dan analisis efek (FMEA), desain review, suara pelanggan, Cost of Quality (COQ), dan perbaikan terus-menerus. Cost of Quality (COQ) mengacu pada total biaya dari semua upaya yang terkait dengan mutu di seluruh hidup produk siklus. Keputusan proyek dapat mempengaruhi biaya operasional kualitas sebagai akibat dari pengembalian produk, dan klaim garansi. Oleh karena itu, karena sifat sementara proyek, organisasi sponsor dapat memilih untuk berinvestasi dalam peningkatan kualitas produk, terutama pencegahan cacat dan penilaian, untuk mengurangi biaya kualitas. Berdasarkan A Guide To The Project Management Body Of Knowledge, manajemen kualitas proyek dibagi dalam beberapa proses utama, yaitu: 32 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Perencanaan Kualitas Pelaksaanaan Kualitas Kontrol Kualitas Perencanaan Kualitas Perencanaan kualitas adalah proses identifikasi persyaratan kualitas dan/atau standar untuk proyek dan produk, dan mendokumentasikan bagaimana proyek akan menunjukkan suatu kepatuhan terhadap setandar tersebut. Perencanaan kualitas harus dilakukan secara paralel atau sinergis dengan proses perencanaan proyek lainnya. Sebagai contoh, perubahan yang diusulkan dalam produk untuk memenuhi standar kualitas diidentifikasi mungkin membutuhkan penyesuaian biaya atau jadwal. Secara garis besar, rencana kualitas proyek Pembangunan Apartemen Gateway @Bandunge ini adalah sebuah gudang dapat bertahan selama 50 tahun. Selain itu, gudang tersebut tahan terhadap berbagai kondisi bencana alam, seperti banjir. Kualitas utama yang akan terlihat secara langsung adalah kekuatan lantai gudang yang akan digunakan untuk menopang ratusan mobil yang akan disimpan didalamnya. Bobot mobil yang cukup besar, tentunya membutuhkan pekerjaan lantai dengan standar kualitas tertentu sehingga mampu menopang beban yang cukup berat diatasnya. Pada proyek ini terdapat beberapa standar pekerjaan, yang digunakan untuk menjamin mutu dari suatu pekerjaan tertentu. Standar pekerjaan yang digunakan bervariasi, yaitu: Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983. Peraturan Gempa Indonesia untuk Gedung 1987. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1991. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983. Standar Industri Indonesia SII. American Society for Testing and Materials (ASTM). Building Code Requirements for Reinforced Concrete (ACI 318-93). 33 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 American Institute Of Steel Construction (AISC) British Standard AASHTO Gambar 4.11 Proses Perencanaan Kualitas Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008) 4.5 Project Human Resource Management Gambaran Umum Manajemen Sumber Daya Manusia Mengembangkan rencana sumber daya manusia adalah proses mengidentifikasi dan mendokumentasikan peran Proyek,tanggung jawab, dan keterampilan yang diperlukan, pelaporan hubungan dan menciptakan rencana manajemen staf. Manajemen sumber daya manusia meliputi kegiatan perencanaan atas sumber daya manusia yang akan mengerjakan proyek, perekrutan tenaga kerja, serta pembangunan team. 34 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Gambar 4.12 Proses Perencanaan Sumber Daya Manusia Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008) Sumber Daya Manusia (SDM) adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu proyek (disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan). Sumber Daya Manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya. Sumber Daya Manusia (SDM) adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi sebagai modal (non material/non finansial) di dalam proyek, yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan tujuan dari suatu proyek. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia menurut Mary Parker Follett adalah suatu seni untuk mencapai tujuantujuan melalui pengaturan orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan, atau dengan kata lain tidak melakukan pekerjaanpekerjaan itu sendiri. Menurut Edwin B. Flippo Manajemen Sumber Daya Manusia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan proyek Tenaga Kerja a. Tenaga Kerja Kontraktor utama (PT. Nusa Raya Cipta) Tenaga kerja merupakan unsur yang juga penting dalam pelaksanaan proyek karena berpengaruh cukup besar terhadap biaya dan waktu penyelesaian pekerjaan proyek. 35 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan suatu proyek karena pengaruhnya yang cukup besar terhadap biaya dan waktu penyelesaian suatu pekerjaan proyek. Pekerjaan konstruksi termasuk pekerjaan yang mempunyai resiko bahaya yang cukup tinggi sehingga dalam UU Nomor 28 Tahun 2000 Pasal 15 ayat 1 disebutkan bahwa Tenaga kerja konstruksi harus mengikuti sertifikasi keterampilan kerja atau sertifikasi keahlian kerja yang dilakukan oleh Lembaga, yang dinyatakan dengan sertifikat. Dalam manajemen tenaga kerja diperlukan pengelolaan tenaga kerja dan proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan: Penentuan ukuran dan jumlah tenaga kerja. Recruitment dan pembagian tenaga kerja kedalam kelompok kerja. Komposisi tenaga kerja untuk setiap jenis pekerjaan. Pengendalian jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan selama proyek berlangsung. Perencanaan, penjadwalan, pengarahan dan pengawasan kegiatan tenaga kerja. Untuk prosedur pengadaan tenaga kerja pada proyek Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung ini, pihak kontraktor menentukan mandor untuk setiap jenis pekerjaan. Mandor tersebut kemudian mencari pekerja sesuai dengan bidang pekerjaannya dengan jumlah yang dibutuhkan sesuai dengan volume pekerjaan yang harus dikerjakan. Untuk pekerjaan yang dikerjakan oleh subkontraktor, jumlah tenaga kerja yang terlibat dan upah menjadi tanggung jawab subkontraktor yang bersangkutan. Berikut adalah jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk setiap jenis pekerjaan yaitu: Tabel 4.2 -3 Jumlah Tenaga Kerja Tenaga Kerja Jumlah Tenaga kerja pembesian 20 orang kolom 36 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Tenaga Kerja Pembesian 80orang balok dan plat lantai Tenaga Kerja Bekisting 120 orang Tenaga Kerja Pengecoran 15 orang Tenaga ME 10 orang Total 245 orang Upah tenaga kerja dihitung berdasarkan volume pekerjaan yang dilakukan yang dibayarkan setiap minggu. pekerjaan yang diserahkan kepada sub kontraktor, penyediaan tenaga kerja dilakukan oleh sub kontraktor tersebut. 4.6 Project Communication Management Meliputi kegiatan perencanaan komunikasi atas level sumber daya, distribusi informasi, laporan kemajuan proyek dan pembuatan administrasi akhir proyek sebelum diserah terimakan. Perencanaan komunikasi Gambar 4.13 Perencanaan Komunikasi Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008) Salah satu kunci keberhasilan untuk kesuksesan proyek adalah komunikasi yang efektif, Kurangya komunikasi yang baik secara signifikan memberikan pengaruh yang negatif pada kualitas koordinasi kerja. Oleh karena itu, untuk menjaga komunikasi di lingkungan proyek, perlu adanya manajemen proyek. Manajemen komunikasi adalah salah satu fungsi yang esensial dalam keberlangsungan sebuah 37 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 proyek. Beberapa alasan yang menyebabkan perlunya manajemen komunikasi proyek yaitu: 1. Untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pemangku kebijakan proyek. 2. Untuk melaporkan pelaksanaan proyek. 3. Untuk menghasilkan dokumen formal. Distribusi informasi meliputi pembuatan informasi yang dibutuhkan stakeholder tersedia dengan tepat waktu. Hal ini termasuk implementasi dari rencana manajemen komunikasi, sebagai respon terhadap permintaan informasi yang tidak diduga. Distribusi informasi dapat dilakukan dengan metode rapat, distribusi dokumen, dan akses yang diberikan kepada data-base elektronik yang dijaringkan. Komunikasi dalam suatu proyek mencakup komunikasi eksternal dan internal yang dapat dilakukan melalui rapat-rapat. Berikut adalah komunikasi eksternal dan internal yang dilakukan pada proyek. 1. Komunikasi eksternal Komunikasi eksternal merupakan komunikasi yang dilakukan antar pihak yang terlibat dalam proyek. a. Kick of Meeting Tujuan dari kick of meeting ini yaitu Membangun tim proyek agar seluruh seluruh pihak dapat menjalankan fungsinga sesuai dengan struktur organisasi dan uraian kerja serta memahami tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Menyamakan persepsi tentang jadwal, kualitas dan anggaran proyek. Menyatukan langkah, agar masing-masing unit tidak berjalan sendiri-sendiri dalam menjalankan tugasnya. Mengikuti SOP (Standard Operating Procedure ) yang berlaku. Agenda dalam kick of meeting ini biasanya meliputi 38 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Penjelasan menyeluruh dari menajer proyek tentang target keuntungan yang hendak dicapai, target waktu penyelesaian proyek dan target mutu kerja Pembagian tugas pekerjaan Menyusun Standard Operating Procedure Target jangka pendek (1-2 minggu) yang hendak dicapai Kick of Meeting dilaksanakan saat kegiatan proyek akan dimulai dan kalau belum bisa dilokasi proyek, dilaksanakan sedekat mungkin dengan lokasi. b. Tool Box Meeting Rapat tool box meeting dilakukan pembahasan mengenai pelaksanaan suatu bagian pekerjaan tertentu. Peserta rapat terdiri dari Manajer Operasi Lapangan, Kepala Pelaksana, Mandor, dan Subkontraktor. Agenda yang dibahas dalam rapat diantaranya: metode kerja yang ditetapkan Personil atau unit kerja masing-masing yang terkait Rute dan Lay-out peralatan dan bahan Jadwal rapat dilakukan setiap akan dimulai pekerjaan pokok seperti Pekerjaan pondasi Pekerjaan tanah dan pasir Pekerjaan pengecoran Pekerjaan Atap Pekerjaan Arsitektur 2. Komunikasi internal a. Rapat harian Peserta Rapat: Diikuti oleh Kepala Pelaksana, Pelaksana Lapangan, Subkontraktor, Mandor, dan bila perlu staf terkait 39 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Rapat harian dipimpin oleh Manajer Operasi Agenda dalam rapat yaitu melakukan evaluasi apakah target yang ditetapkan tercapai, dan menetapkan target untuk besok hari. Jadwal Rapat yaitu pada sore hari pukul 17.00, dimana para pekerja telah mengerjakan program harian. b. Rapat Mingguan Rapat mingguan adalah rapat untuk merencanakan apa yang harus dikerjakan pada minggu selanjutnya, serta memantau apa yang telah dikerjakan pada minggu tersebut untuk mengetahui apakah sesuai dengan rencana kerja mingguan. Rapat mingguan dilaksanakan pada hari Senin pukul 10.00 Peserta rapat yaitu Site Manajer, Manajer Teknik, Manajer Operasi, Manajer Administrasi, dan staf Rapat mingguan dipimpin oleh Manajer Proyek Agenda Rapat Mengevaluasi progress dan pencapaian pekerjaan yang ditargetkan minggu yang lalu Membahas target penyelesaian pekerjaan seminggu yang akan datang c. Rapat bulanan Rapat bulanan bertujuan untuk memperoleh keterangan pertama dari pihak pimpinan proyek (kontraktor, konsultan, maupun pemilik), perihal kemajuan pelaksanaan, kendala-kendala yang dihadapi, mendengarkan pembahasan dan usulan yang diajukan, kemudian memberikan keputusan dan petunjuk kebijakan untuk dilaksanakan di bulan-bulan selanjutnya. Rapat ini diadakan setiap minggu ke-3 pada hari Kamis pukul 10.00. Peserta 40 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 dalam rapat ini yaitu Manajer Proyek, Manajer lapangan, Manajer Teknik, Manajer Operasi, Manajer Administrasi, dan staf Agenda Rapat Meninjau notulen rapat bulan sebelumnya Pembahasan pencapaian program Kerja Proyek, antara lain : – EBPP (Evaluasi Biaya Pelaksanaan Proyek) – Kinerja – Quality Target (mutu produk, house keeping, safety) – Potential problem – Custumer Complaint – Masalah SDM – Cash flow (termin, dropping, pembayaran hutang, jurnal akuntansi dan keuangan) – Lain-lain (inovasi, sistem dokumentasi) Selain melalui rapat, komunikasi dalam proyek juga dilakukan dengan pesan-pesan harian berupa memo atau pesan lisan dari pengawas atau pelaksana lapangan terhadap mandor dan juga administrasi proyek. Selain itu, terdapat laporan yang dapat menjadi sarana komunikasi tentang hasil kinerja proyek. Jenis laporan yang ada diantaranya: 1. Laporan perubahan-perubahan gambar yang terjadi di gambar kerja terhadap realisasi dilapangan, dari kontraktor ke konsultan MK dan juga pendesain, dan juga hal sebaliknya. 2. Laporan harian pelaksanaan proyek yang dibuat oleh para pengawas kepada pelaksana utama atau site manager. 3. Laporan mingguan pelaksanaan proyek yang dibuat oleh para koordinator pengawas atau pelaksana utama kepada site manager atau project manager 4. Laporan bulanan hasil usaha proyek atau operasional pelaksanaan proyek, yang dibuat oleh site manager kepada perusahaan atau direksi. 41 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 5. Laporan untuk pengendalian operasional proyek secara tidak langsung, termasuk diantaranya: Lembar permintaan barang yang diajukan dari pelaksana utama kepada manajer proyek Lembar permintaan dana operasional proyek terhadap perusahaan atau direksi Lembar monitoring dan evaluasi yang dibuat proyek. 4.7 Project Risk Management (Perencanaan Manajemen Resiko) Rencana Manajemen Resiko adalah proses mendefinisikan bagaimana melakukan kegiatan manajemen resiko untuk sebuah proyek. Perencanaan yang cermat dan eksplisit meningkatkan probabilitas keberhasilan yang lain lima proses manajemen resiko. Perencanaan proses manajemen resiko adalah penting untuk memastikan bahwa gelar, jenis, dan visibilitas manajemen resiko yang sepadan dengan baik resiko dan pentingnya proyek kepada organisasi. Perencanaan juga penting untuk menyediakan sumber daya yang cukup dan waktu untuk manajemen resiko kegiatan, dan untuk membangun dasar yang disepakati untuk mengevaluasi resiko. Perencanaan manajemen resiko bertujuan untuk mendapatkan perencanaan yang baik dan terukur mengenai cara penanganan suatu resiko yang mungkin terjadi dalam suatu proyek. Bagian terpenting dari manajemen resiko adalah perencanaan manajemen resiko karena dengan rencana manajemen resiko, proyek manajer dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya resiko dan meminimalkan dampak negatif hal itu. Rencana manajemen resiko merupakan dokumen rencana prosedur untuk mengelola resiko seluruh proyek. Perencanaan manajemen resiko meliputi bagaimana cara penanganannya, apakah perlu dilakukan suatu tindakan khusus ataukah dibiarkan saja, sampai kepada siapa yang bertanggung jawab menangani resiko tersebut. Selain mendokumentasikan hasil identifikasi dan analisis resiko tahapan, bagaimana resiko akan dilacak 42 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 sepanjang waktu proyek, bagaimana kemungkinan rencana akan dilaksanakan, dan bagaimana proyek cadangan akan dialokasikan untuk menangani resiko. Gambar 4.14 Proses Perencanaan Manajemen Resiko Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008) Identifikasi Resiko Identifikasi resiko adalah proses penentuan yang dapat mempengaruhi resiko proyek dan mendokumentasikan karakteristiknya. Pemangku kepentingan dalam kegiatan identifikasi resiko dapat mencakup sebagai berikut: manajer proyek, anggota tim proyek, manajemen resiko tim (jika ditugaskan), pelanggan, subyek ahli dari luar tim proyek, pengguna akhir, manajer proyek lainnya, stakeholder, dan manajemen resiko ahli. Sementara para personel merupakan peserta kunci untuk identifikasi resiko, semua personel proyek harus didorong untuk mengidentifikasi resiko. Identifikasi resiko adalah proses berulang-ulang, karena resiko baru dapat berkembang selama proyek berlangsung. Format laporan resiko harus konsisten untuk memastikan kemampuan untuk membandingkan relatif efek dari satu kejadian resiko terhadap orang lain pada proyek tersebut. Proses ini harus melibatkan tim proyek sehingga mereka dapat mengembangkan dan mempertahankan rasa kepemilikan dan tanggung jawab atas resiko dan respon resiko yang terkait tindakan. Stakeholder di luar tim proyek dapat memberikan tambahan informasi yang obyektif. Langkah pertama dalam perencanaan manajemen resiko adalah untuk mengidentifikasi dan mengukur, untuk sedapat mungkin, potensi resiko yang terkait 43 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 dengan proyek. Identifikasi resiko terdiri dari menentukan resiko yang mungkin mempengaruhi proyek dan mendokumentasikan karakteristik resiko. Semua kemungkinan resiko yang dapat mempengaruhi proyek tidak harus diidentifikasi. Tetapi kemungkinan untuk terjadi sesuatu harus disertakan dalam analisis. Resiko identifikasi dan penilaian ulang adalah tugas yang harus dilakukan di seluruh proyek untuk setiap tahap perencanaan proyek dan kontrol. Gambar 4.15 Risk Breakdown Struture (RBS) Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008) 44 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Gambar 4.16 Risk Breakdown Struture (RBS) Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008) 45 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Tabel 4.4 Identifikasi Resiko Proyek Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung ASPEK SUMBER DAYA Manusia Material Alat Metode (Teknis) Dana Manajemen Lingkungan KEMUNGKINAN RESIKO Jumlah Pekerja (minim) Kemampuan pekerja (terbatas) Produktifitas pekerja (tidak optimal) Kecelakaan kerja Keterlambatan Material tidak sesuai spesifikasi Material tidak memadai Pemakaian berlebihan Kerusakan Keterlambatan kedatangan alat Keterlambatan proses Ketidaksesuaian metodologi Gangguan dari daerah sekitar proyek Keterlambatan struktur baja Akses crane untuk erection Inflasi Kenaikan suku bunga pinjaman Keterlambatan pembayaran Keterlambatan pencairan dana Penambahan volume pekerjaan Krisis keuangan lokal Koordinasi (minim) Monitoring (lemah) Kontrol (lemah) Cuaca Sosial masyarakat Kerusuhan Akses lalu lintas proyek Bencana alam Sumber : Hasil Analisis (2011) Analisis Resiko Analisis resiko kualitatif adalah proses memprioritaskan resiko untuk analisis lebih lanjut atau tindakan dengan menilai dan menggabungkan probabilitas terjadinya dan dampak. Suatu organisasi dapat meningkatkan kinerja proyek dengan berfokus pada prioritas tinggi resiko. Analisis resiko kualitatif menilai prioritas resiko 46 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 diidentifikasi dengan menggunakan probabilitas relatif mereka atau kemungkinan terjadinya, yang sesuai dengan tujuan proyek jika terjadi resiko, serta faktor-faktor lain seperti kerangka waktu untuk respon dan toleransi resiko organisasi yang terkait dengan kendala biaya proyek, jadwal, lingkup, dan kualitas. Penilaian tersebut mencerminkan sikap dari tim proyek dan stakeholder lainnya untuk suatu resiko tertentu. Analisis resiko kualitatif biasanya adalah cara yang cepat untumenetapkan prioritas untuk rencana respon resiko dan landasan untuk melakukan analisis resiko kuantitatif, jika diperlukan. Gambar 4.17 Proses Analisis Resiko Kualitatif Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008) Analisis resiko kuantitatif adalah proses numerik menganalisis pengaruh resiko yang telah diidentifikasi pada tujuan proyek secara keseluruhan. Analisis resiko kuantitatif dilakukan pada resiko yang telah diprioritaskan oleh proses analisis resiko kualitatif yang berpotensi dan berdampak substansial terhadap tuntutan proyek. Proses analisis kuantitatif dapat digunakan untuk menetapkan peringkat numerik untuk resiko-resiko secara individual atau untuk mengevaluasi efek dari semua resiko yang mempengaruhi proyek. Hal ini juga menyajikan pendekatan kuantitatif untuk membuat keputusan di hadapan ketidakpastian. Analisis resiko kuantitatif umumnya mengikuti proses analisis resiko kualitatif. Pada beberapa kasus, analisis resiko kuantitatif mungkin tidak diperlukan untuk 47 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 mengembangkan respon resiko yang efektif. Ketersediaan waktu dan anggaran, dan kebutuhan untuk laporan kualitatif atau kuantitatif tentang resiko dan dampak, akan menentukan metode analisis resiko untuk digunakan pada proyek tertentu. Analisis resiko kuantitatif harus diulang setelah tanggapan rencana resiko, serta bagian dari monitor dan pengendalian resiko, untuk menentukan apakah resiko proyek secara keseluruhan telah telah menurun secara signifikan. Tren dapat mengindikasikan perlunya tindakan manajemen yang lebih atau kurang beresiko. Gambar 4.18 Proses Analisis Resiko Kuantitatif Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008) Setelah resiko telah diidentifikasi maka perlu diukur. Hal yang pertama adalah masalah kemungkinan terjadinya. Sedangkan beberapa orang dapat mencoba untuk menetapkan persentase kendala kejadian, hal ini dapat menyiratkan tingkat presisi yang mungkin tidak realistis. Pendekatan yang lebih masuk akal untuk dapat menetapkan tinggi, menengah atau rendah kendala, dengan kualifikasi beberapa kata yang menjelaskan kondisi di mana resiko kemungkinan besar akan terjadi. Mengetahui kondisi tersebut dapat membantu dalam pemantauan resiko. Hal yang kedua adalah aspek kuantifikasi potensi dampak pada kualitas, jadwal dan biaya. Hal ini dapat dilakukan di urutan besarnya tingkat. Hasil kuantifikasi resiko merupakan keseluruhan proyek penilaian resiko dan penetapan jadwal dan biaya kontingensi untuk proyek. Persentase kemungkinan akan bergantung pada tahapan proyek. 48 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Tabel 4.5 Analisis Resiko Proyek Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung ASPEK SUMBER DAYA Manusia Material Alat Metode (Teknis) Dana Manajemen Lingkungan KEMUNGKINAN RESIKO Jumlah Pekerja (minim) Kemampuan pekerja (terbatas) Produktifitas pekerja (tidak optimal) Kecelakaan kerja Keterlambatan Material tidak sesuai spesifikasi Material tidak memadai Pemakaian berlebihan Kerusakan Keterlambatan kedatangan alat Keterlambatan proses Ketidaksesuaian metodologi Gangguan dari daerah sekitar proyek Keterlambatan struktur baja Akses crane untuk erection Inflasi Kenaikan suku bunga pinjaman Keterlambatan pembayaran Keterlambatan pencairan dana Penambahan volume pekerjaan Krisis keuangan lokal Koordinasi (minim) Monitoring (lemah) Kontrol (lemah) Cuaca Sosial masyarakat Kerusuhan Akses lalu lintas proyek Bencana alam FREKUENSI DAMPAK 3 4 2 2 3 1 2 2 2 2 3 1 2 2 1 1 2 2 3 1 1 1 2 3 2 2 3 2 1 2 2 2 3 4 4 2 2 3 3 3 4 1 2 1 2 2 3 4 1 2 3 3 1 3 4 4 2 4 F.D Level 6 8 4 6 12 4 4 4 6 6 9 4 2 4 1 2 4 6 12 1 2 3 6 3 6 8 12 4 4 Medium Tinggi Rendah Medium Ekstrim Rendah Rendah Rendah Medium Medium Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Medium Ekstrim Rendah Rendah Rendah Medium Medium Medium Tinggi Ekstrim Rendah Rendah Sumber : Hasil Analisis (2011) Respon Resiko (Mitigasi Resiko) Tanggapan rencana resiko (respon resiko atau mitigasi resiko) adalah proses pilihan pengembangan dan tindakan untuk meningkatkan peluang dan untuk mengurangi ancaman suatu resiko terhadap tujuan proyek. Proses ini mengikuti 49 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 proses analisis resiko kualitatif dan analisis resiko kuantitatif. Selain itu, hal ini mencakup identifikasi dan penugasan seseorang untuk mengambil tanggung jawab untuk setiap penanggulangan resiko dan pendanaannya. Rencana Tanggapan Resiko membahas resiko dengan prioritas mereka, memasukkan sumber daya dan kegiatan ke dalam anggaran, jadwal dan proyek rencana pengelolaan yang diperlukan. Respon resiko direncanakan harus sesuai dengan signifikansi resiko, biaya yang efektif, realistis dalam konteks proyek, disepakati oleh semua pihak yang terlibat, dan dimiliki oleh seorang yang bertanggung jawab terhadap resiko tersebut. Mereka juga harus tepat waktu. Memilih resiko respon terbaik dari beberapa pilihan sering diperlukan. Respon resiko merupakan bagian yang menyajikan pendekatan yang biasa digunakan untuk perencanaan respon terhadap resiko. Resiko termasuk ancaman dan peluang yang dapat mempengaruhi keberhasilan proyek, dan respon yang dibahas untuk masing-masing resiko. 50 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Tabel 4.6 Respon Resiko Proyek Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung ASPEK SUMBER DAYA Manusia Material Alat Metode (Teknis) Dana Manajemen Lingkungan KEMUNGKINAN RESIKO RESPON RESIKO Jumlah Pekerja (minim) Kemampuan pekerja (terbatas) Produktifitas pekerja (tidak optimal) Kecelakaan kerja Keterlambatan Material tidak sesuai spesifikasi Material tidak memadai Pemakaian berlebihan Kerusakan Keterlambatan kedatangan alat Keterlambatan proses Ketidaksesuaian metodologi Gangguan dari daerah sekitar proyek Keterlambatan struktur baja Akses crane untuk erection Inflasi Kenaikan suku bunga pinjaman Keterlambatan pembayaran Keterlambatan pencairan dana Penambahan volume pekerjaan Krisis keuangan lokal Koordinasi (minim) Monitoring (lemah) Kontrol (lemah) Cuaca Sosial masyarakat Kerusuhan Akses lalu lintas proyek Bencana alam Mencari SDM Training pekerja Motivasi pekerja Sosialisasi safety plan Cari material sementara Tukar material Tambah material Sosialisasi efisiensi Cari alternatif penyewaan Cari alternatif penyewaan Optimalkan kinerja pekerja Perbaikan metode Sesuaikan desain Optimalkan pekerjaan lainnya Desain jalan akses Penghematan anggaran Penghematan anggaran Komunikasi dengan pemilik Penundaaan pengeluaran Komunikasi dengan pemilik Komunikasi dengan pemilik Menjaga koordinasi Monitoring diperketat Kontrol diperketat Menunggu Komunikasi masyarakat Menunggu kondisi tenang Sosialisasi safety plan Menunggu Sumber : Hasil Analisis (2011) Gambar 4.19 Proses Respon Resiko Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008) 51 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Perencanaan Kontingensi Respon resiko merupakan kegiatan preventif secara alami, sedangkan perencanaan kontingensi adalah rencana aksi yang akan dilakukan jika resiko yang diidentifikasikan tersebut terjadi. Jika dibuat rencana aksi yang baik benarbenar diterapkan pada resiko yang terjadi, maka dampak dari resiko tersebut akan terminimalisir. Ada beberapa situasi di mana tidak realistis dapat dilakukan untuk mencegah atau berurusan dengan resiko. Dalam hal ini, proyek harus diatur sedemikian rupa yang kemungkinan dari kejadian ini diminimalkan. Jika terjadi peristiwa, manajer proyek harus memperbarui rencana proyek untuk mencakup dampak dari masalah. Langkah berikutnya adalah merencanakan penanganan dari resiko-resiko tersebut berdasarkan prioritasnya. Beberapa kemungkinan cara penanganan suatu resiko adalah: diabaikan, apabila resikonya sangat kecil dialihkan/dialokasikan, yaitu dengan memberikan/mengalihkan pekerjaan tersebut kepada pihak lain yang lebih berpengalaman. Pilihannya dapat dengan menggunakan subkontraktor atau dengan asuransi. dikurangi/dieliminir, apabila tidak memungkinkan untuk menghilangkannya dihilangkan sepenuhnya dengan penanganan khusus 4.8 Project Procurement Management Gambaran Umum Manajemen Procurement Manajemen procurement proyek mencakup proses-proses yang diperlukan untuk membeli atau memperoleh produk, jasa, atau hasil yang dibutuhkan dari luar tim proyek. Organisasi dapat berupa pembeli atau penjual produk, jasa, atau hasil dari suatu proyek. Manajemen procurement proyekmeliputi manajemen kontrak dan proses perubahan kontrol dibutuhkan untuk mengembangkan dan mengelola kontrak atau pesanan pembelian yang dikeluarkan oleh anggota proyek yang berwenang tim. Manajemen procurement proyekjuga mencakup pemberian kontrak yang dikeluarkan 52 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 oleh organisasi luar (pembeli) yang mendapatkan proyek dari organisasi yang melakukan (penjual), dan administrasi kewajiban kontraktual ditempatkan pada tim proyek dalam kontrak. Proses manajemen procurement proyek kontrak yang melibatkan dokumendokumen hukum antara pembeli dan penjual. Sebuah kontrak perjanjian saling mewakili, serta mengikat yang mewajibkan penjual untuk menyediakan produk tertentu, jasa, atau hasil, dan mewajibkan pembeli untuk memberikan uang atau lainnya yang berharga pertimbangan. Perjanjian tersebut dapat sederhana atau kompleks, dan dapat mencerminkan kesederhanaan atau kompleksitas kiriman dan upaya yang diperlukan. Sebuah proyek yang cukup kompleks dapat mengelola beberapa kontrak atau subkontrak secara bersamaan. Dalam kasus tersebut, masing-masing siklus hidup suatu proyek dapat mengakhiri kontrak selama setiap fase dari siklus hidup proyek tersebut. Manajemen procurement proyek dibahas dalam perspektif hubungan pembeli-penjual. Hubungan pembeli dan penjual bisa ada di berbagai tingkatan pada setiap proyek satu, dan antara organisasi internal untuk dan eksternal untuk organisasi memperoleh. Tergantung pada area aplikasi, penjual bisa disebut kontraktor, subkontraktor, vendor, layanan penyedia, atau pemasok. Tergantung pada posisi pembeli dalam siklus akuisisi proyek, pembeli dapat disebut klien, pelanggan, kontraktor utama, kontraktor, organisasi memperoleh, instansi pemerintah, layanan pemohon, atau pembeli. Penjual dapat dilihat selama siklus hidup kontrak pertama sebagai penawar, kemudian sebagai sumber yang dipilih, dan kemudian dikontrak sebagai pemasok atau vendor. Berdasarkan A Guide To The Project Management Body Of Knowledge, manajemen procurement proyek dibagi dalam beberapa proses utama, yaitu: Plan Procurements Conduct Procurements Administer Procurements 53 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Close Procurements Plan Procurement (Rencana Pengadaan) Rencana pengadaan adalah proses pendokumentasian keputusan proyek pembelian, menentukan pendekatan, dan mengidentifikasi penjual yang potensial. Hal tersebut mengidentifikasi kebutuhan proyek yang paling dapat, atau harus dipenuhi proyek, dibandingkan dengan mereka kebutuhan proyek yang dapat dicapai oleh tim proyek. Rencana pengadaan proses juga mencakup pertimbangan penjual potensial, terutama jika pembeli ingin menganalisa pengaruh atau kontrol atas keputusan akuisisi. Pertimbangan juga harus diberikan kepada siapa yang bertanggung jawab untuk memperoleh atau memegang izin relevan dan lisensi profesional yang mungkin diperlukan oleh undang-undang, peraturan, atau kebijakan organisasi dalam melaksanakan proyek tersebut. Persyaratan jadwal proyek secara signifikan dapat mempengaruhi strategi selama rencana pengadaan. Keputusan yang dibuat dalam mengembangkan rencana manajemen pengadaan juga dapat mempengaruhi proyek jadwal dan terintegrasi dengan pengembangan jadwal, perkiraan sumber daya kegiatan, dan pengambilan keputusan. Rencana pengadaan mencakup pertimbangan risiko yang terlibat dengan setiap keputusan membuat atau membeli suatu produk. Hal ini juga termasuk meninjau jenis kontrak rencananya akan digunakan sehubungan dengan mengurangi risiko, atau terkadang mentransfer risiko kepada penjual. Pada proyek pembangunan apartemen gateway @ Bandung, rencana pengadaan barang dan jasa diatur oleh bagian logistik PT.Graha Perkasa Abad. Bagian logistik akan merencanakan pembelian sekaligus penerimaan barang yang akan digunakan dalam proyek ini. Selama proyek berlangsung, bagian logistik berkoordinasi dengan supervisor dan site manager untuk pengadaan barang dan jasa dalam proyek tersebut. 54 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Gambar 4.20 Proses Perencanaan Pengadaan Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008) Penentuan Lingkup Pembelian Identifikasi barang dan jasa yang akan dibeli merupakan tahap awal proyek, ketika pengembangan WBS. Barang yang akan dibeli harus diturunkan menjadi komponen yang paling kecil, untuk memudahkan pembayaran agar lebih fleksibel dan membuat pembelian lebih mudah dimanage sehingga pembelian akan lebih mudah dikontrol. Lingkup pembelian menunjukkan informasi penting tentang kebutuhan dan strategi proyek yang harus dipertimbangkan selama perencanaan pengadaan. 55 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Penentuan Permintaan Pengguna Memahami apa yang sebenarnya dibutuhkan dan kebutuhan yang dibutuhkan untuk pemenuhan hal tersebut merupakan kunci dari pengadaan yang efektif. Kebutuhan harus didokumentasikan dan dibuat prioritasnya. Dalam pengembangan kebutuhan, membedakan dengan jelas antara apa yang penting bagi kebutuhan bisnis dan apa yang hanya peningkatan/modifikasi saja yang dapat meningkatkan pengeluaran tanpa perubahan yang signifikan. Seorang manajer proyek harus dapat menentukan permintaan yang butuh untuk dimiliki dan permintaan yang bagus untuk dimiliki. Dalam pengembangan kebutuhan dan spesifikasi, pilihan sulit harus di buat karena keterbatasan dana. Analisis biaya juga berguna untuk menghilangkan hal-hal dan komponen yang tidak dibutuhkan dan menyederhanakan desain sistem akhir. Ketika mengembangkan spesifikasi, standar kota harus dipertimbangkan. Dengan mengikuti standar yang diberikan kota, spesifikasi yang dibuat akan meningkatkan kompetisi. Tipe Kontrak Fixed Price Kontrak biasanya baik untuk pembelian dengan ketidakpastian dan resiko rendah. Ketika harga yang telah ditentukan yang digunakan, vendor mengambil semua resiko dan akan mengganti kerugian dari resiko yang diambil ini. Hasilnya proposal akan memiliki estimasi biaya dengan kontingensi yang besar. Cost Plus Incentive Fee Kontrak akan menetapkan target biaya dan pengaturan untuk mambagi biaya yang dijalankan atau disimpan. Biaya akhir adalah target harga dikurangi pembagian untuk disimpan atau pembagian untuk dijalankan. Biaya target adalah estimasi biaya pada kondisi bisnis normal. Fixed Price Plus Incentive Fee Insentif Jadwal : sebuah jadwal berdasarkan biaya insentif yang mendorong vendor untuk melengkapi proyek dalam waktu yang ditunjukkan. 56 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Insentif Pendapatan/Penyimpanan : pembagian penyimpanan atau meningkatkan pendapatan dengan membariskan tujuan vendor dan keberhasilan yang lebih dekat dengan tujuan kota. Jenis kontrak yang disepakati pada proyek Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung adalah lump sum fixed price. Lump sum fixed price adalah kontrak konstruksi dimana sistem pengadaan barang dan jasa untuk penyelesaian seluruh pekerjaan ditentukan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti tetap, sedangkan resiko pelaksanaan adalah tanggung jawab kontraktor. Kontrak lump sum yang berlaku pada proyek ini berdasarkan pada gambar rencana, spesifikasi material, dan berita acara penjelasan yang dibuat selama proses tender. Secara umum kontrak dalam sistem lump sum ini saling menguntungkan kedua belah pihak. Pihak owner cukup menyediakan total biaya yang dibutuhkan tanpa harus memikirkan perubahan biaya yang terjadi karena harga kontrak yang mengikat. Sedangkan kontraktor dapat mengatur sendiri pelaksanaan kontruksi dengan menggunakan sumber daya seefisien mungkin untuk mendapatkan keuntungan. Kontrak lump sum fixed price yang disepakati pada proyek Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung meliputi: Luasan pekerjaan yang harus dilaksanakan dan memuat uraian tentang pekerjaan serta syarat-syarat pekerjaan yang disertai gambar (bestek) dilengkapi dengan uraian-uraian tentang material dan alat-alat yang akan dipergunakan. Penentuan harga borongan Penentuan tentang jangka waktu penyelesaian pekerjaan Sanksi apabila terjadi permasalahan Penyelesaian bila terjadi perselisihan Hak dan kewajiban pihak-pihak yang tertera dalam perjanjian Secara umum kontrak dengan sistem lump sum memiliki keuntungan dan kerugian bagi masing-masing pihak. Bagi pemilik keuntungannya yaitu cukup 57 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 menyediakan total biaya yang dibutuhkan tanpa harus memikirkan perubahan biaya yang terjadi karena permasalahan tersebut ditangani oleh kontraktor. Kerugianya, pemilik harus mengawasi secara cermat pelaksanaan proyek dari awal hingga berakhirnya masa kontrak. Selain itu, kenaikan harga material dan konatruksi yang signifikan akan mengakibatkan kerugian bagi pemilik. Bagi kontraktor, penurunan biaya material dan kelebihan biaya pada pelaksanaan proyek di luar upah (fee) menjadi keuntungan mutlak. 4.9 Project Cost Management Gambaran Umum Manajemen Biaya Manajemen biaya proyek meliputi proses yang terlibat dalam memperkirakan biaya, penganggaran, dan pengendalian sehingga proyek dapat diselesaikan dalam anggaran yang telah disepakati sebelumnya. Manajemen biaya proyek harus mempertimbangkan berbagai persyaratan stakeholder. Setiap stakeholder akan mengukur biaya proyek dengan cara yang berbeda dan pada waktu yang berbeda. Sebagai contoh, biaya dari sebuah item yang diperoleh dapat diukur ketika keputusan akuisisi dibuat atau dilakukan, pesanan ditempatkan, pada item proyek yang dikirim, atau biaya yang sebenarnya terjadi untuk tujuan akuntansi proyek. Manajemen biaya proyek terutama berkaitan dengan biaya sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan proyek. Manajemen biaya proyek juga harus mempertimbangkan efek dari suatu keputusan proyek. Sebagai contoh, membatasi jumlah tinjauan desain dapat mengurangi biaya proyek tapi bisa melakukannya dengan meningkatkan pelanggan biaya operasi. Pada banyak organisasi, memprediksi dan menganalisis kinerja keuangan suatu calon proyek dilakukan di luar proyek tersebut. Berdasarkan A Guide To The Project Management Body Of Knowledge, manajemen waktu proyek dibagi dalam beberapa proses utama, yaitu: Perkiraan Biaya 58 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Perencanaan Biaya Pengendalian Biaya Perkiraan Biaya Perkiraan biaya adalah proses pengembangan perkiraan sumber daya moneter yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan proyek. Perkiraan biaya adalah prediksi yang didasarkan pada informasi yang diketahui pada suatu titik waktu tertentu. Ini mencakup identifikasi dan pertimbangan biaya alternatif untuk memulai dan menyelesaikan proyek. Biaya trade-off dan risiko harus dipertimbangkan, seperti membuat dengan membeli, membeli dibandingkan sewa, dan berbagi sumber daya dalam rangka mencapai biaya yang optimal untuk proyek tersebut. Estimasi biaya umumnya dinyatakan dalam satuan mata uang dari beberapa (yaitu, dolar, euro, yen, dll), meskipun dalam beberapa unit contoh ukuran lainnya, seperti jam atau hari staf staf, digunakan untuk memfasilitasi perbandingan dengan menghilangkan efek dari fluktuasi mata uang. Perkiraan biaya perlu diperbaiki selama proyek berlangsung untuk mencerminkan detail tambahan karena menjadi tersedia. Akurasi dari estimasi proyek yang akan meningkatkan sebagai proyek berlangsung melalui siklus proyek. Biaya yang diperkirakan untuk semua sumber daya yang akan dibebankan kepada proyek. Hal ini mencakup, tenaga kerja, bahan, peralatan, layanan, dan fasilitas, serta kategori khusus seperti tunjangan inflasi atau biaya kontingensi. Sebuah perkiraan biaya adalah penilaian kuantitatif dari kemungkinan biaya untuk sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas. Pada proyek pembangunan apartemen gateway @bandung ini, perkiraan biaya dilakukan oleh PT. Graha Perkasa Abadi, untuk tender proyek. Nilai tender yang diajukan berdasarkan perkiraan biaya dari gambar kerja yang telah disiapkan. 59 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Gambar 4.21 Proses Estimasi Biaya Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008) Perencanaan Anggaran Biaya Perencanaan anggaran biaya adalah proses menjumlahkan estimasi biaya kegiatan individu atau bekerja paket untuk mendirikan dasar biaya resmi. Dasar ini mencakup semua anggaran resmi, tetapi tidak termasuk manajemen cadangan biaya. Tujuan dari perencanaan biaya adalah untuk mengembangkan biaya pokok ketika pencapaian proyek sudah dapat diukur. Input dari perencanaan biaya ialah estimasi biaya tiap aktivitas, jadwal proyek, dan pembiayaan yang disetujui oleh dewan. Sedangkan outputnya ialah detail perencanaan biaya yang berdasarkan detail jadwal kegiatan atau disebut dengan biaya panduan. Bagian penting dari perencanaan biaya yaitu menetapkan struktur penghitungan biaya yang akan digunakan untuk mengumpulkan biaya aktual untuk dibandingkan dengan biaya panduan. Hal ini perlu menetapkan permintaan kerja sistem penghitungan biaya untuk mengumpulkan jam dan biaya tiap aktivitas di WBS yang dibutuhkan untuk manajemen. Perencanaan biaya adalah sebuah manajemen proses, karena keputusan manajemen dibutuhkan ketika estimasi dari proses bawah ke atas tidak sama dengan dana yang dimiliki. Ini sangat berhubungan karena keputusan manajemen tergantung dari perubahan definisi aktivitas, sumber daya, estimasi biaya, dan jadwal proyek. Dimana perencanaan biaya dapat dilihat sebagai proses alokasi biaya, mengalokasikan dana yang dimiliki untuk aktivitas proyek. Dana tersebut sangat 60 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 penting untuk mengetahui kontingensi yang mungkin terjadi. Jumlah kontingensi tergantung dari fase proyek dan level dalam definisi kebutuhan proyek, dan mengerti dengan pasti apa yang perlu dilakukan pada fase tersebut. Dana pembangunan proyek yang telah dirancang oleh pemilik (owner), tidak sepenuhnya langsung dibayarkan kepada pihak kontraktor. Pada umumnya, sebelum kegiatan proyek berlangsung, pemilik melakukan pembayaran Down Payment sebesar beberapa persen keseluruhan anggaran proyek, sehingga untuk membiayai kekurangan dana yang dibutuhkan, kontraktor melakukan pinjaman bank dengan jaminan. Pengalokasian dana disesuaikan dengan jumlah kebutuhan material untuk setiap pekerjaan. Kebutuhan material tersebut dihitung oleh bidang logistik sehingga bidang keuangan dapat menghitung biaya yang dibutuhkan untuk tiap pekerjaan. Rancangan anggaran biaya yang telah disusun sebelumnya oleh pihak pemilik dapat berubah. Perubahan anggaran ini dapat disebabkan oleh perubahan pekerjaan, keterlambatan pekerjaan maupun perubahan material, sehingga pihak kontraktor perlu menyusun revisi anggaran sesuai dengan kenyataan di lapangan. Pembiayaan proyek harus dikendalikan agar proyek selesai tanpa melebihi anggaran yang direncanakan. Gambar 4.22 Proses Perencanaan Biaya Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008) 61 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Detail Perencanaan Biaya Dengan tujuan untuk menggunakan biaya panduan untuk mengukur jalanya proyek, biaya pedoman harus dikembangkan lebih detail dari yang dibutuhkan untuk proposal pendanaan proyek. Pertama, rencana biaya proyek harus disusun tiap bulan. Kedua, biaya pedoman harus dikembangkan untuk setiap aktivitas dalam WBS. Estimasi harus berdasarkan pada ukuran, kompleksitas, kritis, resiko proyek, dan ketepatan estimasi dalam estimasi biaya secara detail. Tingkatan WBS dimana biaya pedoman sebaiknya dikembangkan bergantung pada kemampuan untuk melengkapi biaya aktual pada tingkat yang sama. Dimana biaya aktual hanya bisa diperoleh pada tingkat yang tinggi, dimana penggunaan sumber daya (jam kerja) dapat digunakan untuk project tracking pada level WBS. Perencanaan biaya dalam proyek terdapat dalam lampiran. Tinjauan Kontrak Proyek Sebelum proyek dilaksanakan terlebih dahulu diadakan perjanjian antar pihak yang terlibatdalam proyek. Perjanjian tersebut dimuat dalam sebuah kontrak konstruksi yang disepakati bersama. Kontrak konstruksi adalah dokumen yang mempunyai kekuatan hukum yang memuat persetujuan bersama secara sukarela. Perjanjian yang termasuk di dalam kontrak tersebut diantaranya jenis kontrak, definisi lingkup kerja, spesifikasi material, peralatan, sistem pembayaran, jaminan pelaksanaan dan waktu pelaksanaan. Berkaitan dengan kemungkinan adanya permasalahan selama pelaksanaan proyek, maka dalam dokumen juga disepakati tentang jaminan pelaksanaan. Jaminan pelaksanaan adalah jaminan yang diberikan kepada pemilik sebagai tanda bahwa kontraktor akan melaksanakan kewajibannya sesuai dengan yang telah disepakati dalam kontrak dengan konsekuensi bahwa jaminan tersebut bisa hilang jika kewajiban yang dimaksud tidak dilaksanakan. 62 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Jenis kontrak yang disepakati pada proyek Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung adalah lump sum fixed price. Lump sum fixed price adalah kontrak konstruksi dimana sistem pengadaan barang dan jasa untuk penyelesaian seluruh pekerjaan ditentukan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti tetap, sedangkan resiko pelaksanaan adalah tanggung jawab kontraktor. Kontrak lump sum yang berlaku pada proyek ini berdasarkan pada gambar rencana, spesifikasi material, dan berita acara penjelasan yang dibuat selama proses tender. Secara umum kontrak dalam sistem lump sum ini saling menguntungkan kedua belah pihak. Pihak owner cukup menyediakan total biaya yang dibutuhkan tanpa harus memikirkan perubahan biaya yang terjadi karena harga kontrak yang mengikat. Sedangkan kontraktor dapat mengatur sendiri pelaksanaan kontruksi dengan menggunakan sumber daya seefisien mungkin untuk mendapatkan keuntungan. Kontrak lump sum fixed price yang disepakati pada proyek Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung meliputi: Luasan pekerjaan yang harus dilaksanakan dan memuat uraian tentang pekerjaan serta syarat-syarat pekerjaan yang disertai gambar (bestek) dilengkapi dengan uraian-uraian tentang material dan alat-alat yang akan dipergunakan. Penentuan harga borongan Penentuan tentang jangka waktu penyelesaian pekerjaan Sanksi apabila terjadi permasalahan Penyelesaian bila terjadi perselisihan Hak dan kewajiban pihak-pihak yang tertera dalam perjanjian Secara umum kontrak dengan sistem lump sum memiliki keuntungan dan kerugian bagi masing-masing pihak. Bagi pemilik keuntungannya yaitu cukup menyediakan total biaya yang dibutuhkan tanpa harus memikirkan perubahan biaya yang terjadi karena permasalahan tersebut ditangani oleh kontraktor. Kerugianya, pemilik harus mengawasi secara cermat pelaksanaan proyek dari awal hingga 63 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 berakhirnya masa kontrak. Selain itu, kenaikan harga material dan konatruksi yang signifikan akan mengakibatkan kerugian bagi pemilik. Bagi kontraktor, penurunan biaya material dan kelebihan biaya pada pelaksanaan proyek di luar upah (fee) menjadi keuntungan mutlak. Isi kontrak pada proyek ini mencakup kesepakatan proses pelaksanaan dan pemeliharaan, antara lain: Luasan pekerjaan yang harus dilaksanakan dan memuat uraian pekerjaan serta syarat pekerjaan Penentuan harga borongan Sanksi apabila terjadi permasalahan Penyelesaian apabila terjadi perselisihan Progress payment Hak melaksanakan quality control. Hak mendapatkan laporan berkala Peraturan-peraturan mengenai addendum Penunjukan Subkontraktor Hak dan kewajiban pihak-pihak yang terkait Ketentuan-ketentuan resiko khusus yang bukan tanggung jawab kontraktor Sebelum proyek dilaksanakan, pemilik memberikan Down Payment sebesar 10% dari total kontrak yang disepakati. Untuk merealisasikan pembayaran atas progres yang dicapai oleh kontraktor pembayaran oleh pemilik dilakukan dengan sistem Monthly Payment Progres, yaitu pembayaran dilakukan per bulan sesuai progres pekerjaan dengan ketentuan bahwa kontraktor telah memenuhi progres pekerjaan minimum bulanan yang telah disepakati. Progres bulanan minimum yang disepakati pada proyek Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung Puninar Nagrak yaitu sebesar 27%. Apabila dalam sebulan pembangunan tidak mencapai progres minimum, maka pembayaran dilakukan sesuai dengan presentase progres pada bulan tersebut. Penahanan biaya sebagai jaminan sebesar 5% dari keseluruhan kontrak, dibayarkan setelah tahap operasional selesai. 64 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 4.10 Project Safety Management Manajemen keselamatan proyek adalah Proses yang dibutuhkan untuk mengelola dan memastikan bahwa aktivitas proyek konstruksi telah ditangani dengan benar sebagai bentuk tindakan pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya kecelakaan secara ringan maupun yang berat yang akan terjadi baik terhadap karyawan / properti yang ada. Manajemen keselamatan kerja lebih sering dikenal dengan sebutan Keelamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Proses yang dibutuhkan untuk mengelola dan memastikan bahwa Kegiatan pengelolaan tersebut antara lain dengan adanya ; • perencanaan K3 (safety plan), • penanganan K3 dan • pelaksanaan administrasi dan pelaporan Perencanaan keselamatan adalah melakukan analisa adanya resiko bahaya (hazard) pada pekerjaan-pekerjaan merupakan lingkup kontrak pada proyek yang bersangkutan, sehingga dapat dirumuskan cara pencegahan dan penanggulangannya secara efektif. Analisa tersebut termasuk : • Survey geografik dan resiko bahaya fisik di site proyek • Antisipasi resiko bahaya yang sering terjadi pada tipikal konstruksi • Peraturan dan perundangan pemerintah yang menyangkut K3 • Persyaratan dari owner yang sudah tertuang dalam kontrak tentang K3 Untuk merencanakan sebuah perencanaan keselamatan, maka perlu dibuat peraturan yang mengatur tentang batasan-batasan keselamatan kerja. K3 juga harus disosialisasikan dengan baik pada para pekerja. Namun, di samping itu, pera pekerja sendiri perlu memiliki kesadaran dan kedisiplinan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan masing-masing. 65 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 4.11 Project Environmental Management Sebuah proyek yang baik tentunya harus memeperhatikan dampak yang akan diakibatkan terhadap lingkungan disekitarnya. Di sinilah peran manajemen lingkungan proyek sebagai sistem yang mengatur bagaimana jalannya sebuah proyek agar memberikan dampak sekecil mungkin terhadap lingkungannya. Dampakdampak yang diakibatkan adanya suatu proyek akan memepengaruhi beberapa aspek seperti, aspek sosial, budaya, ekonomi, sumber daya, rona lingkungan, vegetasi dan lain-lain. Sebuah Sistem Manajemen Lingkungan Proyek meliputi: Pengembangan dan pelaksanaan prosedur pengelolaan lingkungan hidup; »Pemantauan dampak lingkungan; »Tinjauan sistem mutu, dan Review dari prosedur untuk memastikan perbaikan berkelanjutan. Elemen-elemen kunci dari sistem manajemen lingkungan proyek untuk fasilitas yang diusulkan meliputi: Komitmen kebijakan lingkungan oleh owner proyek menunjukkan komitmen mereka terhadap pelaksanaan sistem manajemen lingkungan proyek ini; Sumber daya, Kebijakan terhadap sumber daya akan memastikan sumber daya yang memadai tersedia untuk memungkinkan pelaksanaan kebijakan sistem manajemen lingkungan proyek ini. Kepatuhan, Pemantauan dan Tindakan Koreksi- Inspeksi Regular dan audit akan dilakukan untuk memastikan kepatuhan dengan tindakan-tindakan pengelolaan lingkungan. Penilaian Risiko-Risiko penilaian dilakukan untuk memungkinkan Rencana Manajemen Lingkungan harus disesuaikan untuk memenuhi tingkat risiko yang terkait dengan masing-masing kepedulian lingkungan yang mungkin; dan Rencana Pengelolaan Lingkungan-Manajemen Konstruksi dan Rencana Lingkungan Operasional 66 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Manajemen lingkungan proyek pada proyek Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung Puninar Raya kali ini telah mengacu pada ISO 9000 untuk memungkinkan perbaikan secara terus menerus yang diperlukan pada sistem manajemen 4.12 Project Financial Planning Management Mengidentifikasi isu-isu kunci atau informasi penting yang terkait dengan masalah keuangan, berupa; peraturan keuangan yang berlaku, besaran keuangan, proses-proses keuangan dan persyaratan keuangan, yang dapat dimanfaatkan untuk mendanai proyek sehingga proyek dapat berjalan sesuai dengan schedule yang ditetapkan dan dapat menghasilkan cost pendanaan yang paling murah. Menentukan budget adalah proses penyatuan dari biaya yang diestimasikan tiap2 aktivitas untuk membuat cost baseline. Membuat budget terutama untuk sebuah proyek dengan nilai kapitalisasi cukup besar seperti bisnis pertambangan dibutuhkan bukan hanya pemahaman aspek keuangan (financial aspect) tapi juga pemahaman dalam dunia pertambangan (Mining Aspect). Biasanya ada 3 aspek yang akan dilihat seseorang dari sebuah budget proyek : 1. Profit and Loss (PL – Laba Rugi) 2. Cashflow (CF – Aliran Kas) 3. Balance Sheet (BS – Neraca Keuangan) Dari ketiga aspek ini, 2 hal yang paling sering dimunculkan dalam pembuatan budget sebuah proyek adalah PnL dan CF. Sedangkan Balance Sheet biasanya lebih berbicara kepada aspek corporate secara keseluruhan (jarang dimasukkan dalam budget proyek – lebih kepada budget tahunan corporate). 1. Profit and Loss Laporan Laba Rugi hanyalah berbicara tentang biaya ataupun pendapatan yang ditarik dalam periode saat ini. Artinya, bilamana biaya (expense) sudah terjadi, tapi 67 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 belum dibayarkan kepada pihak penerima manfaat (vendor alat berat, catering, dll), maka dalam laporan PnL, expensetersebut sudah harus dimasukkan / dibiayakan. Demikian halnya dengan pendapatan (revenue). Bila mana dalam bulan tertentu katakan Agustus perusahaan mampu menghasilkan produksi batubara sejumlah 100.000 ton, maka pendapatan atas produksi tersebut sudah harus dimasukkan dalam laporan PnL periode Agustus, meskipun mungkin pada kenyataannya invoice baru akan terbayarkan di bulan Oktober. Cara termudah membuat PnL adalah dengan menghitung total pendapatan dalam periode akuntansi tertentu dikurangi dengan total biaya sehingga didapatkan gross income / EBITDA (Earn Before Interest Tax Depreciation and Amortization). Langkah-langkah perhitungan seperti tertera di bawah ini : Total Expense Total Revenue EBITD Deperesiasi & Amortisasi EBIT Interest EBT Tax EAT EAT (Earn After Tax) inilah yang merupakan pendapatan bersih (Net Revenue) dari sebuah proyek. Dalam perhitungan ini, lebih jauh harus dipahami tentang bagaimana menghitung total expense dan mendapatkan total revenue dari sebuah proyek pertambangan, pengertian depresiasi, amortisasi, bunga bank yang berlaku, serta pajak yang dikenakan. 68 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Gambar 4.23 Perencanaan Finansial Proyek 2. Cash Flow Cash Flow atau aliran kas merupakan laporan keuangan yang menggambarkan kondisi riil dari perputaran uang yang ada.Hal ini menjadi penting dalam pembuatan budget, karena akan diketahui berapa biaya modal kerja (working capital) yang dibutuhkan. Semakin cepat pembayaran dari pihak owner, makaworking capital dari perusahaan kontraktor akan semakin kecil, begitupun sebaliknya. Dalam budget cash flow biasanya akan tercakup hal-hal di bawah ini : 1. Total Biaya Modal, baik Capital Expenditure (Capex – Belanja Modal/asset)), maupun Working Capital (Modal Kerja) 2. Payback Period = Periode Waktu Pengembalian Modal 3. Net Present Value (NPV) = Nilai bersih dari selisih antara pemasukan dan pengeluaran selama umur proyek yang telah didiskonto dengan social opportunity cost of capital/rate bunga tertentu. Dengan singkat kata, nilai keuntungan di masa depan ditarik ke periode masa sekarang. Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat laju pengembalian investasi dalam sebuah proyek (dinyatakan dalam presentasi). Hasil perhitungan IRR akan menjadi acuan keputusan manajemen ataupun shareholder untuk memutuskan layak tidaknya sebuah bisnis dijalankan. Pada umumnya IRR minimal atau yang biasa disebut Minimum Acceptable Rate of Return(MARR) dari usaha pertambangan dan sejenisnya adalah sekitar 20% (usaha padat modal, high risk high return). 69 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 4.13 Project Claim Management 4.1.1 Claim Identification Dimulai dengan bekal pengetahuan yang mencukupi terhadap lingkup dan item kontrak untuk diperhatikan ketika beberapa aktivitas muncul sebagai bentuk perubahan pada lingkup atau beberapa kondisi penyesuaian kontrak yang disyaratkan. 4.1.2 Claim Quantification Melakukan pengukuran dampak dan pengaruh pada item-item yang biasanya merupakan kompensasi tambahan atau waktu tambahan untuk penyelesaian kontrak atau tanggal tenggang waktu (milestone). 70 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 BAB 5 PROJECT EXECUTION 5.1. Project Quality Management Salah satu yang paling penting dalam perkembangan manajemen mutu di beberapa dekade terakhir adalah mengubah fokus dari produk untuk proses pemeriksaan manajemen. Kualitas tidak dapat diteliti menjadi sebuah produk. Project Quality Management adalah suatu kegiatan dimana di dalamnya mencakup sebuah proses yang meyakinkan sebuah proyek akan memenuhi persyaratan sebagaimana proyek tersebut dibangun berdasarkan kebutuhan tertentu. Project Quality Management haruslah ditujukan baik itu untuk manajemen dari proyek dan produk dari proyek tersebut. Project Quality Management mencakup segala aktivitas keseluruhan fungsi manajemen yang menentukan kualitas dari kebijakan, tujuan, dan tanggungjawab serta mengimplementasikan kesemua faktor tersebut, dengan urutan aktivitas sebagai berikut : 1. Quality Planning Quality planning berhubungan dengan identifikasi standar kualitas yang relevan dengan proyek dan menentukan upaya untuk pemenuhannya. 2. Quality Assurance Quality Assurance adalah sebuah perencanaan dan aktivitas sistematik yang diimplementasikan ke dalam quality system untuk mendukung keyakinan bahwa proyek tersebut akan memenuhi standar kualitas yang relevan. 3. Quality Control Quality Control berhubungan dengan kegiatan monitoring pada hasil suatu proyek yang spesifik untuk menentukan apakah sudah sesuai dengan standar kualitas yang 71 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 relevan dan mengidentifikasikan pula upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi hasil yang kurang memuaskan 5.1.1 Konsep Total Kualitas dan Aplikasi Pada Proyek Jaminan kualitas sebagai fungsi manajemen proyek adalah berdasarkan konsep kualitas total. Total kualitas berarti manajemen kualitas merupakan tugas penting sepanjang siklus hidup sistem pembangunan, bukan hanya dalam tahap pengujian. Total kualitas juga berarti bahwa kualitas adalah tanggung jawab, tidak hanya pekerjaan dari kualitas manajer. Kualitas manajemen adalah suatu kerangka utama manajemen mutu dan komponen interrelationships mereka. Berhasil kualitas proses selalu berusaha untuk melihat kualitas melalui mata pelanggan. Kualitas definisi menghasilkan output sebagai berikut: • Kualitas atribut : Setelah persyaratan tersebut dipahami, satu set kualitas atribut dapat ditentukan. Kualitas atribut harus ditetapkan agar mereka mencerminkan semua aspek proyek. Secara khusus, kualitas atribut dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori berikut: 1. Aribut dari produk akhir: Ini adalah atribut yang menentukan fungsi dan kinerja dari produk akhir. Contohnya termasuk pelanggan menunggu waktu, kemudahan operasi, kegagalan pemulihan kemampuan dan waktu, dll. 2. Atribut deliverables pertengahan: Untuk menjamin kualitas hasil akhir, kualitas harus diukur di antara poin tertentu selama siklus pengembangan sistem. Atribut kualitas dari antara kiriman termasuk pengguna membeli disyaratkan, desain potensi kemampuan untuk memenuhi persyaratan, dan kecukupan cakupan dari tes rencana dari persyaratan. • Matriks Kualitas: Proyek tim harus mengoperasionalkan kualitas atribut dengan menentukan bagaimana setiap atribut kualitas akan diukur. Matriks kualitas 72 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 yang terukur secara kuantitatif Pengukuran, termasuk cara mengukur dan kondisi, harus ditetapkan dengan jelas. 5.1.2 Pengawasan Pelaksanaan Konstruksi Pekerjaan Penulangan Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pekerjaan penulangan (rebar) diantaranya adalah : Pemasangan tulangan harus tepat sesuai dengan gambar yang tertera pada shop drawing. Ketepatan itu meliputi dimensi tulangan, jarak dan panjang serta jumlah tulangan. Overlapping yang terjadi harus diperhitungkan dengan baik-baik. Pengikatan tulangan dengan menggunakan kawat baja harus diperhatikan dengan baik-baik, hal ini dilakukan agar tulangan tidak berubah kedudukannya sewaktu pekerjaan pengecoran. Pemasangan beton decking pada jarak-jarak yang ditentukan. Pemasangan besi kaki ayam harus maksimal 45 cm agar pada saat pengecoran tulangan tetap berada pada posisinya. Pekerjaan Beton Dalam pekerjaan beton, hal-hal yang harus diperhatikan adalah : Pemasangan tulangan dan bekisting yang harus sudah tepat Lama waktu pengiriman beton ready mix dari supplier ke lokasi proyek untuk mencegah pengerasan beton sebelum proses pengecoran Pemilihan sarana pengecoran yang harus sesuai dengan objek pengecoran. Ada dua sarana pengecoran yang dapat diambil yaitu dengan menggunakan concrete pump atau dengan menggunakan bucket. Bila pekerjaan pengecoran memerlukan volume beton yang besar atau pekerjaan pengecoran sudah sangat terlambat, maka concrete pump dapat digunakan, namun bila volume beton yang akan digunakan tidak terlalu besar maka penggunaan bucket tampaknya lebih diutamakan. Pada pekerjaan pengecoran dengan menggunakan bucket 73 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 harus diperhatikan keselamatan dari kru concrete yang mengoperasikan bucket, karena tidak jarang kru tersebut diangkat bersama dengan bucketnya sampai puluhan meter dengan menggunakan tower crane. Beton harus digetarkan dengan baik selama berlangsungnya pengecoran. Pekerjaan penggetaran harus dilakukan dengan tujuan melepaskan udara yang terperangkap dalam beton sekaligus untuk memadatkan beton. Kesalahan dalam proses penggetaran dapat berakibat fatal yang menurunkan mutu dari beton tersebut. Penggetaran dilakukan pada kedalaman pengecoran 5.2. Project Human Resource Management Project Human Resources Management (Manajemen Sumber Daya Manusia Proyek) meliputi proses-proses yang diperlukan untuk membuat penggunaan personil yang terlibat dalam proyek lebih ekektif. Hal ini meliputi semua stakeholder proyek, sponsor/pendukung, pelanggan, mitra kerja, kontributor individu, dan lain-lain. Proses – proses utama dalam manajemen sumber daya manusia, yaitu : 1. Organizational Planing, yaitu identifikasi, dokumentasi, dan penetapan peran atau tugas proyek, tanggung jawab, dan hubungan pelaporan. 2. Staff Acquisition, yaitu mendapatkan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk bekerja di dalam proyek. 3. Team Development, yaitu pengembangan kompetensi individu dan kelompok untuk mempertinggi kinerja proyek. 1. Organizational Planning Perencanaan organisasi meliputi identifikasi, dokumentasi, penetapan peran dan tugas proyek, tanggung jawab, dan hubungan pelaporan. Aturan, tanggungjawab dan hubungan pelaporan mungkin ditetapkan terhadap individu atau kelompok. Individu atau kelompok mungkin adalah bagian dari organisasi yang melaksanakan proyek, atau mungkin dari pihak luar. Jika organisasi awal tidak lagi efektif, maka harus dilakukan perubahan atau perbaikan tepat pada waktunya. Perencanaan organisasi seringkali dikaitkan erat dengan perencanaan komunikasi, karena struktur 74 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 organisasi proyek akan mempunyai pengaruh besar pada kebutuhan komunikasi proyek. Pengertian organisasi pada umumnya adalah sekelompok orang yang melakukan kegiatan dalam wadah dan cara tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan proyek juga bisa diartikan bahwa organisasi proyek merupakan sekumpulan orang dari berbagai latar belakang ilmu, yang terorganisir dan terkoordinir dalam wadah tertentu yang melaksanakan tugas dengan cara tertentu untuk mencapai tujuan bersama. Tugas yang dimaksud di sini adalah mengelola pelaksanaan proyek dengan harapan pekerjaan bisa berlangsung dengan lancar dan dapat mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan berupa keuntungan bagi perusahaan dan kepuasan pelanggan. Organisasi kontraktor pelaksana di proyek Pembangunan Apartemen Gateway ini adalah seperti yang terlihat di bawah ini : 75 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Gambar 5.1 Organisasi kontraktor pelaksana di proyek Pembangunan Apartemen Gateway Berikut ini adalah rincian tugas dan tanggung jawab dan wewenang dari setiap jabatan yang terlibat dalam proyek Pembangunan Apartemen Gateway ini, yaitu : 1. Project Manager / Manager Proyek Tugas dan tanggung jawab Manager Proyek antara lain : 1. Menetapkan sasaran dan menjelaskan cara mencapai sasaran proyek, menentukan orang-orang yang tepat sesuai dengan kewenangannya, serta pelatihan (training) yang dibutuhkan. 76 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 2. Mendemonstrasikan kepemimpinan (leadership) serta memberikan motivasi kepada seluruh staf jajarannya. 3. Melakukan evaluasi atas kemajuan pelaksanaan dan mengambil tindakan yang tepat bila terjadi deviasi terhadap sasaran yang telah ditetapkan. 4. Bertanggung jawab mengintegrasikan usaha dari sekelompok orang yang berasal dari berbagai fungsi untuk mencapai sasaran proyek yang spesifik. 5. Memimpin personil proyek untuk koordinasi dengan pihak Konsultan, MK, dan Pelanggan (Owner). 6. Memimpin dan melaksanakan koordinasi antar personil proyek maupun dengan pemasok / kontraktor pilihan yang dikelola secara efektif. 7. Bertanggung jawab atas terlaksananya Kebijakan Mutu, Sasaran Mutu Perusahaan yang tertuang dalam Manual Mutu dan Sasaran Mutu Spesifik Proyek yang tertuang dalam Rencana Mutu Proyek tersebut. 8. Bertanggung jawab atas terlaksananya mutu sesuai spesifikasi teknis kontrak proyek, Instruksi Kerja, dan Rencana Inspeksi dan Tes. 9. Bertugas dan bertanggung jawab membina dan mendidik bawahannya melalui pelatihan yang insentif di proyek. 10. Memimpin dalam pengendalian Non Conformance Product (Ketidaksesuaian Produk) dan bertugas melakukan tindakan pencegahan dengan membuat perencanaan yang efektif. 11. Memimpin dan senantiasa meningkatkan implementasi Manual Mutu, Prosedur Sistem Mutu ISO 9001 dan Instruksi Kerja. 12. Memimpin Rapat Tinjauan Manajemen di Proyek. 2. K3 (Safety) Tugas dan tanggung jawab K3 dan House Keeping antara lain : 1. Perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja (safety plan) 77 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 2. Bertugas membuat dan menjaga agar lingkungan proyek tetap dalam keadaan bersih sebelum dan sesudah suatu pekerjaan konstruksi dilakukan 3. Menjaga fasilitas-fasilitas proyek tetap dalam keadaan bersih dan nyaman 4. Merapikan, mengatur, dan menjaga agar material dan peralatan proyek dalam keadaan rapi 5. Menyediakan semua fasilitas-fasilitas kerja yang dibutuhkan selama proses konstruksi berlangsung 6. Mengusahakan agar lingkungan proyek aman bagi semua orang dari segala bahaya kecelakaan yang mungkin terjadi baik sebelum, selama, dan sesudah pekerjaan konstruksi berlangsung. 7. Melakukan inspeksi K3. 8. Menjalankan program peningkatan kesadaran K3. 9. Mengadakan safety meeting bulanan 10. Mengadakan safety patrol. 11. Dalam hal operasional lapangan, Satpam dioptimalkan dalam hal mengontrol secara ketat seluruh pekerja, karyawan dan tamu yang akan memasuki Project Site dengan memastikan seluruh perlengkapan safety sudah dipakai. 12. Memonitor pelaksanaan pembersihan diKeet Proyek 13. Gudang, Barak pekerja, Los Kayu dan Los Besi. 14. Memonitor pembersihan saran KM / Toilet pekerja. 15. Memonitor pembersihan diseluruh area proyek. 16. Memonitor pembersihan jalan depan proyek. 78 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 17. Melakukan pengecekan penumpukan Material. 18. Melakukan pengecekan terhadap instalasi air. 19. Melakukan penyemprotan nyamuk secara rutin, minimal dua minggu sekali dilokasi Keet Proyek, Barak pekerja dan diseluruh area proyek. 20. Memastikan kegiatan pekerja Housekeeping berjalan dengan lancar. 21. Memastikan Lingkungan diseluruh area proyek Bersih, Rapi dan Sehat. 3. Site Manager Manager Teknik bertugas memimpin unit engineering dan berwenang mengelola urusan yang menyangkut fungsi perencanaan teknik dan pengendalian, antara lain : 1) Bertanggung jawab secara umum terhadap gambar kerja untuk pencapaian mutu produk sesuai spesifikasi yang ditetapkan. 2) Bertanggung jawab secara umum terhadap proses transformasi gambar kerja kehasil akhir pekerjaan sesuai dengan metode pelaksanaan dan spesifikasi mutu produk yang ditetapkan. 3) Bertanggung jawab terhadap seluruh supporting equipment/ peralatan di proyek dalam hal kelancaran fungsi mekanikal dan elektrikal. 4) Menginstruksikan kepada drafter untuk membuat dan mengoreksi gambar kerja. 5) Memastikan kesesuaian antara gambar kerja arsitek, struktur, dan ME. 6) Memastikan tersedianya gambar kerja dan metode pelaksanaan pekerjaan. 7) Pra-konstruksi : mempelajari gambar kerja dan metode pelaksanaan pekerjaan. 8) Memastikan tersedianya sumber tenaga listrik, air dan line telpon untuk kegiatan proyek. 9) Berdasarkan jadwal mingguan membuat detail perencanaan material, alat dan lokasi tenaga kerja. 10) Memastikan tersedianya persetujuan material dari pemberi tugas. 79 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 11) Memastikan kesiapan lapangan, ketersediaan material serta alat kerja untuk pelaksanaan pekerjaan. 12) Mengajukan dan memastikan tersedianya ijin pelaksanaan pekerjaan yang disetujui oleh PM dan pemberi tugas. 13) Memastikan kesiapan tenaga kerja (mandor atau sub Kontraktor) dalam jumlah yang cukup. 14) Melakukan pemeriksaan lapangan untuk memastikan setiap proses konstruksi di lapangan sesuai dengan metode pelaksanaan yang tercantum dalam project quality plan dan sesuai dengan gambar kerja revisi baru. 15) Membuat laporan harian dan mingguan untuk diserahkan kepada PM (Project Manager). 16) Berkoordinasi dengan equipment kantor pusat untuk masalah kalibrasi alat ukur perbaikan alat. 4. Superintendent Superintendent memiliki tugas dan tanggung jawab meliputi : a. Bertanggung jawab terhadap perencanaan proyek b. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan, dan pengawasan pekerjaan di lapangan sesuai schedule c. Memberikan laporan/progress kepada bagian terkait 5. Administration Project Administration Project memiliki tugas dan tanggung jawab meliputi : 1. Menyiapkan urusan administrasi penagihan kepada Pemilik Proyek. 2. Melakukan pencatatan transaksi ke dalam jurnal (media pembukuan). 3. Melakukan verifikasi seluruh dokumen transaksi pembayaran. 4. Mengurus masalah perpajakan dan asuransi 80 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 5. Mengurus masalah umum seperti pengadaan konsumsi untuk staf proyek 6. Menangani masalah keamanan baik orang maupun barang di dalam dan sekitar proyek 5.2.1 Sumber Daya Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan suatu proyek karena pengaruhnya yang cukup besar terhadap biaya dan waktu penyelesaian suatu pekerjaan proyek. Namun perlu diperhatikan juga bahwa manusia merupakan sumber daya yang kompleks dan sulit diprediksi sehingga diperlukan adanya usaha dan pemikiran lebih mendalam dalam pengelolaan tenaga kerja. Dalam manajemen tenaga kerja terdapat proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan: 1. Penentuan ukuran dan jumlah tenaga kerja. 2. Recruitment dan pembagian tenaga kerja kedalam kelompok kerja. 3. Komposisi tenaga kerja untuk setiap jenis pekerjaan. 4. Pengendalian jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan selama proyek berlangsung. 5. Perencanaan, penjadwalan, pengarahan dan pengawasan kegiatan tenaga kerja. Adapun prosedur pengadaan tenaga kerja pada proyek Pembangunan Apartemen Gateway Perdagangan ini adalah sebagai berikut: 6. Membuat rencana pengadaan tenaga kerja dengan berdasarkan Detail Schedule (dilakukan oleh supervisor) 7. Memberi penjelasan seperlunya oleh Manager Konstruksi mengenai beberapa hal yaitu : Struktur organisasi proyek Pembagian pekerjaan Rencana kerja/time schedule 81 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Pengaturan site facilities Instruksi kerja Rencana penggunaan alat dan material Keselamatan kerja Koordinasi di lapangan Hal-hal lain yang dianggap perlu. Pada pelaksanaannya, untuk pengadaan tenaga kerja di proyek ini tergantung pada bagaimana setiap mandor membutuhkan jumlah tenaga kerja berdasarkan penjelasan dari pengawas tentang volume pekerjaan yang haruis dikerjakan. Rapat koordinasi antara pihak pengawas dengan pelaksana juga diadakan secara rutin setiap paginya untuk mengontrol dan mengkoordinasikan proses pekerjaan. Pada proyek ini, sebagian besar tenaga kerja direkrut dan menjadi tanggung jawab pihak Kontraktor. Namun, jika suatu bagian pekerjaan proyek diserahkan kepada subkontraktor, maka tenaga kerja yang terlibat menjadi tanggung jawab subkontraktor tersebut sehingga mengenai upah dan perekrutan menjadi permasalahan subkontraktor tersebut. Adapun jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk setiap pekerjaan adalah sebagai berikut : Tenaga Kerja Pembesian Kolom : 20 orang Tenaga kerja Pembesian balok dan Plat lantai : 80 orang Tenaga Kerja Bekisting : 120 orang Tenaga Pengecoran : 15 orang Tenaga ME : 10 orang Tenaga Kebersihan : 5 orang Tenaga kerja pada proyek ini dibagi dalam 3 shift antara lain: Shift 1 mulai dari jam 08.00-15.00 WIB 82 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Shift 2 mulai dari jam 15.00-22.00 WIB Shift 3 mulai dari jam 22.00-03.00 WIB 5.3. Project Communication Management Manajemen komunikasi keberlangsungan sebuah adalah proyek. salah Dalam satu fungsi sebuah yang proyek esensial dalam konstruksi dapat dikatakan bahwa 80% dari aktivitas memanaje sebuah proyek adalah komunikasi. Manajemen Komunikasi di dalam suatu proyek mempunyai peranan yang sangat penting, dalam hal ini berkaitan dengan penyampaian informasi dari masingmasing bagian dari proyek, kepada mereka yang berkaitan dengan kepentingan kemajuan proyek ini yaitu owner, organisasi proyek, dan semua pihak yang berkepentingan atas terselesaikannya proyek ini. Manajemen komunikasi erat sekali hubungannya dengan struktur organisasi dari proyek sehingga apabila pengaturan komunikasinya dapat terjalin secara baik sekali, baik itu antar departemen, antar disiplin ilmu, dan antar spesialisasi yang dimiliki antar personel, maka tingkat keberhasilan dari proyek juga akan semakin besar. Seorang manajer proyek harus membuat sebuah rencana komunikasi yang efektif yang menggambarkan dua buah fungsi yang utama, yaitu mengumpulkan data yang akurat informasi dalam jangka waktu yang lama. Untuk membuat semuanya berjalan secara efektif, subuah tim dalam sebuah proyek harus membuat sebuah standar untuk mengindikasi kebutuhan dari para stakeholder, media komunikasi yang baik, jadwal komunikasi yang stabil, dan mengatur arus informasi baik itu ke dalam ataupun keluar. Hal ini merupakan peluang untuk menciptakan hubungan yang efektif antara para stakeholder, mendesain dan mengimplementasikan strategi berkomunikasi, dan mempersiapkan laporan yang efektif untuk para pihak yang terkait (stakeholder) dalam proyek. 5.3.1 Pelaporan (Reporting) Fungsi dari pelaporan adalah pertanggung jawaban dari pihak kontraktor setelah semua tahap fase selesai sehingga dalam tahap ini laporan dapat berfungsi sebagai catatan referensi untuk masa yang akan datang sehingga kesalahan pada 83 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 proyek ini tidak terjadi pada proyek-proyek selanjutnya. Laporan yang dibuat merupakan laporan harian dan laporan mingguan yang disusun oleh pihak kontraktor dan diserahkan ke pihak konsultan pengawas. Yang perlu dilaporkan dalam laporan harian adalah : 1. detail pekerjaan yang telah dilakukan 2. volume pekerjaan dan mutu materialnya 3. penggunaan tenaga kerja 4. evaluasi terhadap target harian 5. peralatan yang digunakan Yang dilaporkan dalam laporan mingguan adalah : 1. waktu pelaksanaan pekerjaan, termasuk penambahan maupun pengurangan jam kerja beserta tanggal. 2. pembagian wilayah dan jenis pekerjaan yang telah dilakukan beserta tanggal. 3. kemajuan pekerjaan dibandingkan dengan minggu sebelumnya. 4. evaluasi terhadap target mingguan. Pada proyek ini, pelaporan juga dilakukan dalam bentuk rapat yang dilakukan setiap hari senin yang dihadiri oleh pihak owner, kontraktor, dan konsultan perencana. Pada rapat yang dilakukan setiap minggu ini dilakukan evaluasi terhadap proyek yang telah dilakukan selama satu minggu dan pemberitahuan apabila ada perubahan-perubahan yang akan terjadi pada kegiatan konstruksi yang akan datang. 5.4. Project Safety Management Proyek konstruksi memiliki resiko yang sangat tinggi ,karena memiliki beberapa ciri yang khusus seperti : • Banyak kegiatan yang sifatnya rawan celaka • Jenis kegiatan yang tidak standar 84 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 • Tingginya turn over pekerja • Perkembangan science dan teknologi konstruksi yang menimbulkan tantangan baru . Oleh karena itu dibutuhkan manajemen keselamatan proyek untuk melindungi pekerja dari kecelakaan kerja. Manajemen keselamatan proyek adalah Proses yang dibutuhkan untuk mengelola dan memastikan bahwa aktivitas proyek konstruksi telah ditangani dengan benar sebagai bentuk tindakan pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya kecelakaan secara ringan maupun yang berat yang akan terjadi baik terhadap karyawan / properti yang ada. Manajemen keselamatan kerja lebih sering dikenal dengan sebutan Keelamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Proses yang dibutuhkan untuk mengelola dan memastikan bahwa Kegiatan pengelolaan tersebut antara lain dengan adanya ; • perencanaan K3 (safety plan), • penanganan K3 dan • pelaksanaan administrasi dan pelaporan 5.4.1 Sasaran dan Program K3L Sasaran dan program K3L proyek pembangunan apartemen gateway @Bandung yaitu : 1. Accident Target untuk kecelakaan yang ingin dicapai oleh PT Graha Perkasa Abadi tidak ada fatality dalam setiap kegiatan proyeknya 2. Kesehatan - Jamsostek - Penyediaan fasilitas clinic on site - Fogging atau penyemprotan nyamuk setiap satu minggu 3 kali untuk mencegah penyakit yang bida ditimbulkan 3. Kotak P3K 85 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Penempatan kotak P3K disediaan di setiap pos jaga keamanan agar tiap terjadi kecelaaan yang sifatnya kecil dapat segera diberi pertolongan dan tercatat 4. Safety Induction Pemberian Pengenalan peraturan safety proyek setiap karyawan dan sub kontraktor serta pekerja / madnor yang baru terlibat dalam proyek ini untuk partisipasimdan tanggung jawab terhadapa pelaksanaan keselamatan kerja oleh semua pihak. 5. Ketertiban dan Keamanan Untuk menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan proyek di aktifkan security internal untuk menertibkan pekerja yang keluar masuk tanpa ID Card dan APD yang disyaratkan, serta melakukan patroli lapangan untuk mencegah terjadinya kegiatan kriminal dan tindakan yang tidak aman di dalam lingkungan proyek. 6. Pemeriksaan ID Card Pekerja dan APD Pemeriksaan ini dilakukan secara berkala setiap pagi antara petugas K3 dan petugas security di pintu masuk pekerja. 7. Kebersihan Aktifitas pembersihan dan perapian didalam area sekitar proyek serta barak pekerja untuk menunjang kebersihan proyek 8. Safety Inspection Melakukan inspeksi setiap harinya meliputi proteksi lingkungan,unsafe condition, unsafe action dan kebersihan lingkungan yang dilakukan oleh safety staf 9. Penutupan Void Penutupan void dilakukan untuk menangkap benda jatuh dari pekerjaan pembongkaran di lantai atasnya dan dilakUkan setiap lima lantai mulai dari lantai satu. 86 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Gambar 5.2 Penutupan Void 10. Equipment Inspecton Melakukan pemeriksaan terhadap setiap peralatan yang digunakan didalam proyek mulai dari kelayakan operasi, safety equipment yang disyaratkan dan ijin penggunaan yang dilakukan setiap satu bulan sekali 11. Tabung Apar Tabung apar ditempatkan di setiap lokasi yang beresikountuk timbulnya apo/kebakaran agar penanggulangan dapat segera ditangani, sedangkan untuk di area tower disediakan tabung apar setiap 1 lantai. Jenis tabung disesuaikan dengan jenis api yang mungkin timbul. 12. Talk Box Safety Meeting Memberikan pengarahan kepada setiap pekerja yang terlibat dan untuk menjadikan K3 sebagai suatu kebutuhan dalam bekerja serta memberikan informasi tentang cara kerja yang baik dan aman. 13. Access kerja Disediakan access kerja bagi para pekerja yang akan naik atau turun dengan menggunakan tangga scaffolding temporary atau dengan passenger hoist yang dilengkapi dengan shelter. 87 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Dalam menjalankan program-progam yang ada di dalam housekeeping and safety maka : Setiap kepala unit harus dapat mengatur anggotanya dalam kegiatan lapangan khususnya yang berkaitan dengan housekeeping dan safety. Setiap anggota yang terlibat dalam struktur organisasi harus menghadiri safety meeting sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan Mengadakan program kegiatan sabtu bersih yang harus dihadiri oleh semua anggota Di lapangan satpam harus mengontrol secara ketat pekerja, karyawan dan tamu yang akan memasuki project site dengan memastiken semua perlengkapan safety sudah terpakai Gambar 5.3 Papan Peringatan K3L 88 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Gambar 5.4 5.5. Project Environmental Management Manajemen lingkungan adalah proses yang dibuat untuk memastikan bahwa dampak yang diakibatkan oleh konstruksi yang sedang berjalan tidak mengganggu lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang dipengaruhi tersebut antara lain berupa : • Sosial • Budaya • Ijin • Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) • Peraturan lain yang sah dan mengikat Manajemen lingkungan pada perencanaan terdiri atas proses eksekusi, yaitu : Environmental Assurance Environmental Assurance Adalah memastikan bahwa segala bentuk aktivitas dan kegiatan yang sudah diimplementasikan di proyek dapat membuat seluruh SDM di proyek akan merasa nyaman dengan standar lingkungan yang relevan. Kepastian akan jaminan bahwa proyek sudah melaksanakan aktivitasnya tanpa mempengaruhi lingkungan secara ekstrim atau sudah sesuai dengan standard yang ada, harus didukung oleh seluruh 89 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 stakeholder proyek, karena konservasi lingkungan sudah menjadi masalah kepentingan global. 5.6. Project Finance Management Manajemen finansial proyek adalah proses untuk memperoleh dan mengelola sumber daya keuangan pada proyek, terutama pada penghasilan (revenue) dari sumber daya tersebut, dan menganalisa / updating arus kas bersih untuk proyek konstruksi yang lebih dari sekedar pengelolaan biaya. Industri konstruksi telah mengalami perkembangan jenis dan bentuk pembayaran untuk penyelesaian proyek, dimana hal tersebut akan sangat membutuhkan pengelolaan di bidang keuangan, bentuk dan kegiatan pembayaran tersebut antara lain : • Design-build-own-operate (DBOO) • Design-build-own-maintain (DBOM) • Lease-back provision • Joint operation partners • Proyek yang diprivatisasikan Proses manajemen financial proyek terdiri dari dua bagian dalam proses eksekusi, yaitu : 1. Financial Control 2 Administration and Records 5.6.1 Financial Control Kontrol finansial adalah kegiatan memonitor hal-hal yang penting terhadap pelaksanaan pendanaan sesuai dengan rencana cash flow / pendanaan yang sudah dibuat. Identifikasi sebab-sebab penyimpangan yang dapat berdampak negatif maupun positif yang mempengaruhi hal-hal pada item financial planning, dilakukan untuk pelaksanaan continual improvement untuk memperbaiki kinerja keuangan. Output : tindak lanjut perbaikan 5.6.2 Administrations and Records Adminiatrasi dan pencatatan adalah aktivitas untuk mendesain dan memelihara 90 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 informasi keuangan sebagai bahan masukan pada database untuk memudahkan pengendalian keuangan sehingga proses keuangan akan berjalan dengan lancar. Output : ketelusuran dari sistem keuangan, pemahaman dari aturan-aturan yang berlaku 91 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 BAB 6 PROJECT CONTROL 6.1. Project Integration Management Overall change merupakan proses formal yang didokumentasikan yang menjelaskan kapan dan bagaimana dokumen proyek dan pekerjaan dapat dirubah. Juga menjelaskan siapa yang berwenang untuk membuat perubahan dan bagaimana merubahnya. Kontrol perubahan secara keseluruhan memiliki output berupa rencana proyek yang diperbaharui, tindakan koreksi, dan pelajaran yang diperoleh. Inti dari bagian ini adalah bagaimana memanajemen perubahan yang terjadi selama keberlangsungan proyek. Dalam struktur organisasi proyek perpipaan dengan sistem jacking ini, terdapat bagian khusus yang bertanggunga jawab dalam mengawasi jalannya proyek agar proyek tetap berlangsung sesuai rencana. Bagian yang dimaksud adalah bagian pengontrolan yang disebut Project Planning and Control (PPC). 6.2. Project Scope Management Kontrol terhadap lingkup proyek dilaksanakan pada permasalahan permasalahan pada proyek yang muncul dalam rincian sebagai berikut: Permasalahan 1 : Lantai Kerja Amblas Pada pelaksanaan konstruksi terdapat permasalahan yakni lantai kerja amblas akibat pemadatan urugan yang kurang padat. Hal tersebut menyebabkan diperlukannya beton yang lebih banyak untuk mengisi kekosongan pada lantai kerja 92 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Gambar 6.1 Gambar lantai kerja yang rusak Oleh karena itu, untuk mencegah hal tersebut terulang kembali pada pembuatan lantai kerja, tanah harus dipadatkan dengan baik menggunakan compactor. Permasalahan 2 : Peletakan Stek Kolom yang Tidak Tepat Kasus selanjutnya yang terjadi selama proses konstruksi adalah adanya stek kolom yang tidak tepat akibat dari kesalahan pada saat pengukuran dan marking. Solusi dari permasalahan ini adalah digunakannya produk hilti yang merupakan produk yang berfungsi dalam pengeboran pada lokasi baru untuk memasukkan tulangan sambungan ke balok tulangan dan diberi zat kimia agar melekat ke beton kolom. Permasalahan 3 : Terjadi Hujan saat Pengecoran Pada saat hujan, bagian yang telah dilakukan pengecoran tidak ditutupi oleh terpal sehingga pasir pada campuran beton ready mix naik ke permukaan. 93 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Gambar 6.2 Gambar penutupan hasil cor dengan terpal ketika hujan Oleh karena itu, untuk menyelesaikan masalah tersebut, ditaburkan semen diatas bagian yang tidak ditutupi terpal sehingga material yang terdapat dalam beton dapat terikat kembali. V.4 Permasalahan 4 : Kesalahan pada Bentuk dan Dimensi Kolom Pada perencanaan kolom di lift, digunakan kolom berbentuk L. Namun pada pelaksanaannya, terdapat kesalahan pada bentuk dan dimensi kolom di mana kolom yang dibuat adalah kolom I. 94 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Gambar 6.3 Gambar dimensi kolom yang mengalami kesalahan dimensi Solusi dari permasalahan tersebut adalah bentuk dari kolom yang mengalami kesalahan dimensi adalah kolom dengan bentuk I sehingga diubah menjadi L dengan hilti. Permasalahan 5: Tulangan Kolom terkena Campuran Beton Permasalahan selanjutnya adalah besi kolom tidak ditutup sehingga pada saat dilakukan pengecoran pile cap, tulangan kolom terkena campuran beton. Oleh karena itu, dibuat temporary recovering pada kolom yang belum dicor Permasalahan 6: Kurangnya Panjang Penyaluran Tiang Pancang Permasalahan yang terjadi pada proses pemancangan adalah panjang penyaluran dari tiang pancang kurang akibat dari posisi dari tanah keras yang terlalu dalam. 95 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Gambar 6.4 Gambar tulangan besi pada pile cap Adapun solusi dari permasalahan tersebut adalah dibuat tulangan besi yang menyerupai pile cap mini yang memutupi tiang pancang tersebut. Permasalahan 7 : Pondasi Lama Penghambat Pemancangan Adanya pondasi lama dari bangunan sebelumnya yaitu bangunan pabrik yang menghambat proses pemancangan tiang pancang Gambar 6.5 Pondasi 96 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Gambar 76. Gambar pondasi lama Solusi yang dapat dilakukan adalah pondasi lama tersebut harus dihancurkan terlebih dahulu. Permasalahan 8: Penurunan Elevasi Tanah Permasalahan selanjutnya adalah penurunan elevasi tanah dikarenakan permintaan dari arsitek sehingga terjadi penambahan pekerjaan .Oleh karena itu, untuk mencegah bertambahnya pekerjaan akibat perubahan gambar, maka sebaiknya dilakukan fiksasi denah dan elevasi bangunan sebelum pekerjaan galian dan timbunan Permasalahan 9: Tiang Pancang Berada di Buttom Pile Cap Pada proses pemancangan tiang, tiang pancang berada di buttom pile cap sehingga tidak bisa dibuat panjang penjangkaran Gambar 6.6 Gambar penggalian setempat pada tiang pancang Oleh karena itu, dilakukan galian setempat pada tiang pancang sampai bisa dibuat penjangkaran tiang Permasalahan 10: Penambahan Jumlah Lantai 97 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Pada saat berlangsungnya proses konstruksi, terjadi penambahan jumlah lantai akibat peningkatan permintaan konsumen apartemen. Oleh karena itu terjadi penambahan beban akibat berat bangunan dan berubahnya perilaku struktur bangunan. Untuk mengatasi perubahan tersebut, dilakukan upaya peningkatan kinerja struktur. Adapun solusi yang dilakukan antara lain: 1. Penambahan jumlah tulangan 2. Penambahan dimensi tie beam dan kolom 3. Penambahan tebal plat dari 25cm ke 30cm 6.3. Project Time Management Dalam Proyek ini, digunakan Kurva S untuk mengontrol pelaksanaan dari proyek, dengan rincian sebagai berikut: Pembuatan kurva S Adapun penjelasan pembuatan kurva S yang dianalisis oleh Tim Penulis dibatasi pada pekerjaan di bulan Juni dengan uraian pekerjaan sebagai berikut: Uraian pembuatan kurva S pada pekerjaan di atas adalah sebagai berikut: 1. Bobot untuk pekerjaan persiapan adalah 13,69 % yang proses pekerjaannya berlangsung selama 27 minggu. 2. Dari data di atas, dicari bobot pekerjaan persiapan per minggu, yakni: 3. Bobot untuk pekerjaan tanah adalah 3,12% yang berlangsung selama 8 minggu. Bobot pekerjaan tanah per minggu adalah: 4. Bobot untuk pekerjaan pembuatan lantai Lower Ground adalah 5,2% ytang berlangsung selama 8 minggu. Bobot pekerjaan pembuatan lantai Lower Ground per minggu adalah: 98 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 5. Bobot untuk pekerjaan bangunan bawah adalah sebesar 13,75% yang berlangsung selama 8 minggu. Bobot pekerjaan bangunan bawah per minggu adalah 6. Pada minggu pertama bulan Juni, hanya dilakukan pekerjaan persiapan, sehingga bobot pekerjaan pada minggu tersebut adalah sebesar 0,5%. 7. Pada minggu kedua bulan Juni hanya dilakukan pekerjaan persiapan, sehingga bobot pekerjaan pada minggu tersebut adalah sebesar 0,5%. 8. Pada minggu ketiga bulan Juni dilakukan pekerjaan persiapan dan pekerjaan tanah. Sehingga bobot pekerjaan pada minggu tersebut adalah sebesar : 0,5 % + 0,39 % = 0,89% 9. Pada minggu keempat bulan Juni dilakukan pekerjaan persiapan, pekerjaan tanah, dan pekerjaan struktur bawah. Sehingga bobot pekerjaan pada minggu tersebut adalah sebesar: 0,5% + 0,39% + 1,72% = 2,6 % 10. Pada minggu kelima bulan Juni dilakukan pekerjaan persiapan, pekerjaan tanah, pekerjaan struktur bawah, dan pekerjaaan lantai LG. Sehingga bobot pekerjaan pada minggu tersebut adalah sebesar: 0,5% + 0,39% + 1,72% + 0,65% = 3,1 % 11. Sehingga didapatkan bobot pekerjaan kumulatif per minggu adalah sebagai berikut: Minggu I : 0,5 % Minggu II : 0,5 % + 0,5 % = 1 % Minggu III : 1 % + 0,89 % = 1,89% = 1,9 % Minggu IV : 1,9 % + 2,6 % = 4,5 % Minggu V : 4,5 % + 3,1 % = 7,6 % 12. Setelah itu, diplot grafik dengan sumbu y adalah bobot kumulatif dalam satuan persen dan sumbu x adalah waktu dalam satuan minggu 99 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 13. Adapun plot grafik yang didapatkan adalah sebagai berikut: 6.4. Project Control Management Pada pengendalian biaya beberapa hal yang perlu dilakukan adalah : Input : Input yang digunakan pada pengendalian biaya ini adalah berdasarkan WBS, perkiraan biaya, dan dasar pembiayaan. Bagian – bagian dari input tersebut adalah : 1. Dasar penetapan biaya (Cost baseline) 2. Laporan proyek (Performance report) 3. Perubahan (Change request) 4. Rencana pembiayaan (Cost management plan) 100 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Tools dan Techniques Pada tools dan techniques yang digunakan adalah berdasarkan prosedur pengendalian biaya, prosedur dari perkiraan proyek berlangsung. Bagian – bagian dari tools dan techniques tersebut adalah : 1. Perubahan sistem pengendalian pembiayaan (Cost change control system) 2. Perkiraan pekerjaan berlangsung (Performance measurement) 3. Tambahan perencanaan (Additional planning) 4. Alat perhitungan (Computerized Tools) Output Pada output prosedur yang digunakan adalah prosedur peninjauan perkembangan proyek, koreksi, tindakan, dan perkembangan proyek, studi biaya dan dokumen yang dipelajari. Bagian – bagian dari output tersebut adalah : 1. Perkiraan biaya meningkat 2. Informasi tentang harga terbaru 3. Tindakan penyesuaian 4. Perkiraan penyelesaian 5. Kajian pembelajaran Tujuan Pengendalian Biaya 1. Tindakan, upaya memengaruhi semua factor yang menyebabkan perubahan terhadap “cost baseline” dan memastikan semua perubahan tersebut bermanfaat. 2. Menetapkan perubahan tersebut terjadi dan disertakan ke dalam cost baseline 3. Mengelola semua perubahan aktual pada saat perubahan terjadi. 101 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Gambar 6.7 Diagram Proses Pengendalian Biaya 6.5. Project Quality Management Quality Control (QC) adalah bagian dari penjaminan mutu (QA) yang memberikan petunjuk dan cara-cara untuk mengendalikan mutu material, struktur, komponen atau sistem agar memenuhi keperluan yang telah ditentukan Kontrol kualitas diperlukan karena pada semua proses manajemen, sasaran harus ditetapkan oleh organisasi untuk mengukur kesuksesan atau kegagalan suatu proses. Manajemen dibebani tanggung jawab kualitas dan pencapaian standar yang diinginkan menuju kesempurnaan. Kesempurnaan merupakan standar yang akan dicapai, tetapi karena adanya toleransi dalam proses konstruksi, maka kesempurnaan ini akan selalu tidak tercapai. Perbedaan antara kesempurnaan dan kualitas yang dihasilkan dapat diukur dan dibandingkan. Apabila kualitas diperkirakan dengan cara ini, maka kualitas ini akan dapat dikendalikan. 102 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Sasaran pengendalian kualitas adalah : • Untuk mencapai kualitas desain dan pemenuhan keinginan klien, baik pada saat pemindahtanganan maupun selama masa penggunaannya. Hal ini dapat terjadi dengan biaya yang serendah mungkin. Monitoring hasil produk secara khusus untuk memastikan bahwa hasil produk sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan dan identifikasi cara untuk menghilangkan penyebab ketidaksempurnaan produk. Output dari pengendalian kualitas ini adalah form instruksi kerja. Tindakan yang dapat dilakukan untuk pelaksanaan pengendalian kualitas ini adalah : 1. Berupa pengetesan, pengukuran, dan pemeriksaan untuk mengetahui/membuktikan bahwa engineering dan design telah sesuai dengan kriteria yang telah digariskan. 2. Material, peralatan dan instalasi telah dibuat, dibeli dan dibangun sesuai prosedur, gambar, dan spesifikasi proyek. Upaya – upaya tersebut dilakukan untuk mewujudkan preventif dan korektif pada pengendalian kualitas. Tindakan preventif dilakukan dengan menanggulangi sedini mungkin kesalahan pada pekerjaan pembesian. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melakukan inspeksi dini secara berkesinambungan terhadap setiap detail tahapan / proses pembesian ini yang dimulai dari saat penerimaan tulangan pembesian. Namun jika telah terjadi kesalahan pada pekerjaan ini, maka diharapkan untuk langsung memberikan tindakan koreksi agar kesalahan yang terjadi tidak semakin buruk dan juga tidak terlalu berdampak pada pekerjaan lain, terutama pada segi waktu dan biaya keseluruhan proyek, terlebih lagi jika proyek yang dilaksanakan adalah proyek yang terdiri dari pekerjaan-pekerjaan kritis. Dan setelah dilakukan perbaikan terhadap kesalahan tersebut, maka perlu dilakukan pemeriksaan ulang apakah perbaikan tersebut sudah memenuhi rencana. Tindakan – tindakan preventif yang dapat dilakukan adalah : • Menentukan potensi ketidaksesuaian dan penyebabnya 103 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 • Mengevaluasi kebutuhan tindakan untuk mencegah ketidaksesuaian terjadi • Menentukan dan menerapkan tindakan yang dibutuhkan • Merekam hasil dari tindakan yang dilakukan – Rekaman mutu harus ditetapkan dan dipelihara sebagai bukti kesesuaian dengan persyaratan dan efektifitas operasi SMM – Rekaman mutu harus terbaca, teridentifikasi dan mudah didapat – Harus ditetapkan prosedur terdokumentasi yang menjelaskan pengendalian yang dibutuhkan untuk identifikasi, penyimpanan, perlindungan, pengambilan, masa simpan dan pemusnahan rekaman mutu. • Meninjau tindakan pencegahan yang dilakukan. • 6.6. Project Human Resources Tim building Proses pengembangan tim proyek adalah kegiatan untuk mengembangkan kompetensi individu dan tim dalam upaya meningkatkan kinerja dalam proyek. Pengembangan tim proyek meliputi mempertinggi kemampuan stakeholder untuk berkontribusi secara individu dan boleh dikatakan mempertinggi kemampuan kelompok untuk berfungsi sebagai kelompok. Pengembangan individu (manajerial dan teknis) adalah pondasi yang dibutuhkan untuk pengembangan team/kelompok. Pengembangan sebagai suatu team/kelompok adalah kritis terhadap kemampuan proyek untuk mencapai sasarannya. Tools dan techniques dalam pengembangan tim anatara lain adalah : • Aktivitas pengembangan tim proyek. 104 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 • Kemampuan umum manajemen. • Reward dan recognition system • Collocation. • Melakukan pelatihan. Training (pelatihan) adalah kegiatan yang meliputi semua aktivitas yang direncanakan untuk meningkatkan kompetensi dari team/ kelompok proyek. Beberapa ahli membedakan antara training (pelatihan), education (pendidikan) dan development (pengembangan), tapi perbedaan tidak konsisten dan diterima secara luas. Pelatihan dapat secara formal (misalnya pelatihan di ruangan kelas, pelatihan berbasis komputer), atau informal (misalnya umpan balik dari anggota team lainnya). Perbaikan atau peningkatan kinerja team dapat datang dari berbagai sumber dan dapat mempengaruhi banyak bidang dalam kinerja proyek, misalnya : • Peningkatan pada ketrampilan individu dapat memberikan personil tertentu untuk melakukan aktivitas yang diberikan dengan lebih efektif. • Peningkatan dalam lingkungan proyek (misalnya dalam penyelesaian konflik) memberikan anggota team proyek untuk mencurahkan persentase upaya yang lebih besar pada aktivitas teknis. • Peningkatan dalam kompetensi individu atau team/ kelompok dapat memfasilitasi identifikasi dan pengembangan metoda atau cara yang lebih baik dalam mengerjakan atau melaksanakan proyek. 6.7. Project Communication Management Dalam tahap pelaksanaan, manajemen komunikasi meliputi dua komponen yaitu mengadakan rapat progress dan pendistribusian infornasi. 105 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 6.7.1 Mengadakan Rapat Progress Rapat progres merupakan salah satu cara komunikasi antara tim proyek dengan para stakeholder. Tujuannya adalah mendistribusikan informasi kinerja yaitu status laporan, pengukuran progress dan peramalan. Laporan kinerja meliputi pengumpulan dan pendistribusian informasi kinerja kepada stakeholder tentang bagaimana sumber daya yang digunakan dalam proyek untuk mencapai sasaran proyek. Rapat progres dilakukan bersama dengan rapat kordinasi yang dilakuka seminggu satu kali. Selain itu, rapat progress dapat dilakukan sesuai dengan permintaan owner. 6.7.2 Distribusi Informasi Distribusi informasi dalam tahapan ini adalah membuat informasi yang dibutuhkan tersedia untuk stakeholder proyek tepat pada waktunya. Hal ini termasuk implementasi dari rencana manajemen komunikasi, sebagai respon terhadap permintaan informasi yang tidak diduga. Distribusi informasi dapat dilakukan dengan berbagai metode contohnya mengadakan rapat baik secara periodik atau pun tidak, pendistribusian dukumen, pendistribusian gambar kerja, memo, fax, email, telepon, dan lainnya. Dalam menyampaikan informasi, komunikasi dapat dilakukan secara : • Formal dan non-formal : Secara formal, komunikasi dilakukan dalam rapat- rapat. Pelaksanaan rapat ada yang sifatnya periodik dan ada pula yang sifatnya insidental. Sedangkan komunikasi nonformal bias dilakukan oleh sesama anggota tim proyek untuk keperluan kordinasi. • Tertulis tak tertulis Komunikasi tertulis dapat dilakukan dengan membuat memo, surat perintah, atau dokumen laporan progres. • Vertikal dan horizontal Komunikasi secaa vertikal adalah komunikasi yang dilakukan oleh orang-orang yang berada pada tingkatan yang berbeda. 106 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Sedangkan komunikasi horizontal dilakukan oleh orang-orang yang berada pada divisi yang sama, antar divisi, atau antar departemen. Jenis komunikasi dalam proyek harus dibedakan menjadi dua yaitu komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi yang terbatas hanya bagi anggota tim yang terlibat dalam proyek saja. Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan antar stakeholder yang memiliki kepentingan terhadap proyek ini. Gambar 6.8 Bagan Distribusi Dalam Proyek Sumber : Mata Kuliah Manajemen Proyek 2011 Komunikasi internal dan eksternal selalu dilakukan oleh anggota tim proyek untuk jalannya proyek ini. Komunikasi yang secara periodic selalu dilakukan adalah rapat kordinasi yang dilakukan setiap minggunya. Rapat kordinasi seluruh anggota tim kontraktor dilakukan setiap hari senin dan rapat kordinasi tim K3 dilakukan setiap hari kamis. Pendistribusian informasi harus disertakan bukti penyerahan dan penerimaan yang disimpan oleh anggota administrasi proyek. Di laporan bukti tersebut, terdapat informasi tentang apa yang didistribusika, siapa yang menyerahkan 107 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 (sumber informasi), dan siapa saja yang harus menerimannya, dan kapan informasi tersebut didistribusikan. Sebagian besar distribusi informasi secara tertulis merupakan tanggung jawab bagian administrasi. Laporan bukti distribusi tersebut bertujuan sebagai dokumentasi untuk menghindari ada pihak-pihak yang seharusnya mendapat informasi menjadi tidak mendapatkannya. Sehingga arus komunikasi, khususnya komunikasi tertulis menjadi jelas. Informasi yang akan akan disebarkan baik untuk internal ataupun eksternal dapat melalui metode manual atau menggunakan software (electronic database), sehingga anggota tim dapat dengan dengan mudah mengakses informasi tersebut. Metode ini terutama digunakan untuk data-data teknis seperti engineering drawing, gambar kerja, spesifkasi desain, dan lainnya. 6.8. Project Risk Management Project Control Risk Management ( Kontrol Risiko) bertujuan untuk mengeksekusi risk management plan dengan tujuan untuk menanggapi risk even atas kesuksesan proyek. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk risk control yaitu : a. Risk avoidance : kontraktor menghindari semua pekerjaan yang beresiko sangat tinggi dan penawaran yang ditawarkan terpasang " aman". Dengan menghindari resiko, kontraktor tidak akan mengalami kerugian besar yang dapat terjadi. Tetapi kontraktor akan kehilangan kesempatan dalam bergabung. Contohnya kontraktor dapat menghindari resiko politik dan finansial yang berpengaruh pada proyek, terutama pada negara yang tidak stabil yaitu dengan tidak memberi penawaran pada negara tersebut. b. Risk Absorbtion : kontraktor menghendaki adanya bayaran resiko (risk premium). c. Risk Reduction : kontraktor mengurangi resiko proyek dengan mempelajari elemen resiko yang teristimewa dan menemukan alternatif mengurangi resiko. d. Risk Transfer : kontraktor mentranfer resiko mereka ke suatu agen asuransi, ke subkontraktor, pemilik, dan/atau mitra usaha. 108 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Tools dan Techniques yang dapat digunakan untuk pengembangan respon risiko adalah : • Pengadaan barang dan jasa dari luar sering merupakan respon atas beberapa jenis risiko. Misalnya, risiko yang berkaitan dengan teknologi bisa dikurangi dengan menggunakan subkontraktor yang berpengalaman dibidangnya. • Perencanaan kontingensi dapat dilakukan apabila kejadian risiko uang telah diindetifikasikan benar-benar terjadi. • Asuransi atau bonding sering tersedia dan digunakan untuk berbagai kategori risiko • Strategi alternatif. Resiko sering dapat dicegah atau dihindari dengan pendekatan yang direncanakan. Misalnya pekerjaan design tambahan bisa mengurangi jumlah perubahan-perubahan yang harus terjadi selama masa pelaksanaan. Hasil dari pengembangan respon risiko adalah : • Perencanaan Manajemen Risiko Prosedur yang dipakai harus didokumentasikan sepanjang masa proyek untuk mengatur risiko. Perencanaan manajemen risiko dapat berbentuk formal atau informal, detail atau garis besar. Perencanaan ini akan menjadi bagian dari keseluruhan perencanaan proyek. • Input bagi proses lain. Strategi alternatif, rencana konfirmasi dan output lain yang berkaitan dengan risiko harus di fedback-kan ke proses lain yang sesuai atau kebidang pengetahuan yang lain. • Perencanan kontigensi Langkah ini merupakan tindakan awal yang harus diambil apabila risiko yang telah terindentifikasi akan terjadi. • Cadangan Cadangan adalah persediaan pada perencanaan proyek untuk mengurangi 109 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 risiko biaya dan atau schedule. Penggunaan cadangan dan definisi apa yang harus dimasukkan dalam cadangan juga merupakan hal yang spesifik dalam berbagai bidang aplikasi. • Perjanjian kontrak Perjanjian kontrak dapat dimasukkan untuk asuransi, jasa dan item lain untuk menghindari atau mengurangi ancaman. Kondisi kontrak akan mempunyai efek yang sangat signifikan dalam pengurangan tingkat risiko. 110 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 TIPE KATEGORI RESIKO KATEGORI STRATEGI MANAJEMEN TINDAKAN PENCEGAHAN RESIKO YANG MEMUNGKINKAN RESIKO Pokok dan Mengingatkan Finansial dan Ekonomi akan terjadi Spekulatif - inflasi - Tidak - mata uang asing Memindahkan resiko perorangan - fluktuasi Menghindari resiko kerugian/ - perubahan nilai tukar keuntunga - kelalaian - n resiko subkontraktor nilai contingency pada penawaran Pembiayaan proyek dengan owner yang terpecaya. Pembelian material dan peralatan dilakukan dan oleh owner suplier Menyediakan bon peforma dan kualifikasi awal suplier Kontrak depan untuk menangani perubahan nilai tukar. Tertentu dan Desain Spekulatif - - Perorangan Desain yang tidak - Memindahkan resiko. - Menghindari resiko - 111 perubahan kondisi (penundaan) - lengkap. Ketentuan Partisipasi kontraktor dalam PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 - Kerugian/ - Kesalahan keuntunga desain. - kehilangan - n dan Perbedaan kondisi dan Politik dan desain/metode konstruksi. permukaan tanah. Pokok Adopsi Perubahan desain asli Asuransi - Asuransi O.P.E.C dan A.I.D Murni Lingkungan Pemindahan resiko - Perencanaan contingency - - Pengurangan kerugian dan - Ketentuan Tidak perorangan - Kerugian/ peraturan. - keuntunga n perubahan hukum dan pencegahan - masyarakat Pengambil-alihan - Embargo - Polusi - dan bayaran Menghilangkan ketentuan kontrak - peraturan keamanan Spekulatif Penundaan tambahan. - Tertentu dan atas pejadwalan Perang dan kekacauan dan kontrak Program perlindungan dan pengamanan. Mengingatkan Berhubungan terjadinya - resiko dengan konstruksi - Perorangan - Cuaca yang buruk Mereduksi - Kerugian/ - perselisihan pencegahan buruh Contingency fisik pada penawaran. kerugian 112 dan - Asuransi kecelakaan - Ketentuan kontrak perluasan PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 tidak rugi dan penyerangan. - Perbedaan Asuransi waktu atas keterlambatan. - kondisi lapangan Program pengamanan dan pelatihan bagi tenaga kerja. - Pekerjaan tdk efektif - Perencaan aktivitas pengadaan. - Kegagalan peralatan - Program QC/QA dan pencurian. - Kecelakaan tenaga kerja Tertentu dan - Perorangan - Rugi / Pemindahan resiko Fisik - murni Kebakaran. kerusakan struktur tidak rugi Kerusakan pemindahan kerugian pada Asuransi Asuransi resiko pembangunan Pengawasan lapangan yang baik Pengamanan dan program pencegahan kecelakaan. - material dan alat - dan - pencegahan permanen. - Mereduksi - Kecelakaan perseorangan kebakaran. 113 Perencanaan contingency PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Pokok dan Aksi dari Tuhan Asuransi - asuransi atas owner Pemindahan resiko - Ketentuan Murni - banjir - Tidak - gempa bumi penundaan perorangan - tanah longsor atas kerusakan yang terjadi. - - Rugi/ tidak rugi Tabel Strategi Manajemen Risiko 114 kontrak dan atas pembayaran Perencanaan contingency PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Alokasi Risiko Kontraktor Owner Shared Undecided Keterangan Risiko - Produktifitas tenaga kerja dan peralatannya - Mutu dari hasil pekerjaan - Kemampuan tenaga kerja dan peralatan - Ketersediaan tenaga kerja, material, dan peralatannya - Keselamatan & keamanan kerja (safety) - Defective material - Kelalaian kontraktor - Inflation - Kuantitas aktual dari pekerjaan - Pemogokan tenaga kerja - Kondisi lapangan yang berbeda - Defective design - Jalan masuk (site access) - Masalah perijinan - Perubahan dalam peraturan pemerintah - Keterlambatan pembayaran kontrak - perubahan dalam pekerjaan - Kegagalan keuangan - Negosiasi change-order - Indemnification & Hold harmless - Keterlambatan penyelesaian kontrak - Bencana alam - Keterlambatan pihak ketiga - Defensive engineering 115 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 6.9. Project Environmental Managament Kontrol lingkungan adalah kegiatan memonitor hasil-hasil proyek yang spesifik untuk mengetahui apabila hal tersebut sesuai dengan aturan standar lingkungan dan mengidentifikasi cara untuk mengeliminasi sebab-sebab dari ketidaksesuaian/keburukan kinerja. Input untuk proses ini adalah dampak lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan, definisi operasional lingkungan, checklist, dan input balik dari stakeholder. Tools dan teknik yang digunakan antara lain alat dan teknik pengendalian mutu serta proses da teknik pengendalian resiko. Output yang diharapkan dalam proses ini adalah peningkatan lingkungan, keputusan penerimaan, tindak lanjut perbaikan, checklist penyelesaian dan penyesuaian proses. 6.10. Project Financial Management Kontrol keuangan adalah kegiatan memonitor hal-hal yang penting terhadap pelaksanaan pendanaan sesuai dengan rencana cash flow / pendanaan yang sudah dibuat. Selain itu, juga dilakukan identifikasi sebab-sebab penyimpangan yang dapat berdampak negatif maupun positif yang mempengaruhi hal-hal pada item financial planning, dilakukan untuk pelaksanaan continual improvement untuk memperbaiki kinerja keuangan. Input untuk control keuangan : 1. Persyaratan kontrak 2. Rencana keuangan proyek 3. Biaya dan keuntungan penghasilan / pengembalian 4. Permintaan perubahan Tools & Techniques 1. Sistem akuntansi proyek 2. Audit internal / eksternal 3. Analisa cash flow 116 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 4. Report/laporan keuangan Output : Tindak lanjut perbaikan 6.11. Project Claim Management Adalah bagaimana mencegah timbulnya klaim, sebaiknya memang dibutuhkan kontrak tentang lingkup serta alokasi resiko yang dapat diterapkan sehingga sepertinya tidak dihasilkan suatu klaim sekalipun. Input: 1. Rencana proyek 2. Item-item kontrak 3. Rencana manajemen resiko Tools& Techniques: 1. Kejelasan bahasa 2. Jadwal (schedule) 3. Tinjauan hasil konstruksi 4. Prosedur Request for Information (RFI) 5. Kerjasama 6. Proses prakualifikasi 7. Penjelasan / tinjauan ketidaksesuaian / perselisihan 8. Berita Acara klarifikasi 9. Dokumentasi Output : 1. Perubahan 2. Tidak ada klaim 117 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 BAB 7 PROJECT CLOSING Penutupan proyek adalah proyek penyelesaian semua aktivitas pada proses manajemen proyek secara lengkap dan menyeluruh. Saat penutupan proyek, manajer proyek akan me-review semua informasi pada setiap tahapan untuk memastikan bahwa semua proyek telah selesai dan mencapai tujuannya. Dalam proses penutupan proyek juga dikembangkan prosedur untuk menginvestigasi dan mendokumentasikan alasan yang diambil jika sebuah proyek dihentikan sebelum selesai. Pada penutupan proyek diperoleh hasil akhir berupa produk atau jasa. Aset proses organisasi yang diperbaharui juga merupakan hasil penutupan proyek meliputi: 1. File proyek Merupakan dokumen yang dihasilkan dari aktivitas proyek, seperti rencana manajemen proyek, lingkup, biaya, jadwal dan kalender proyek, resiko, perubahan dokumentasi manajemen, aksi respon resiko rencana, dan dampak resiko. 2. Dokumen penutupan proyek Dokumen penutupan proyek terdiri dari dokumentasi formal yang mengindikasikan bahwa proyek telah selesai dan pentransferan proyek yang telah selesai ke pihak lain. Selama penutupan, manajer proyek meninjau ulang dokumentasi setiap fase, penerimaan pelanggan, dan kontrak untuk menyakinkan bahwa semua persyaratan proyek telah dilengkapi. 3. Informasi historis Informasi historis dan pengalaman seblumnya digunakan sebagai dasar pengetahuan untuk proyek selanjutnya. Hal ini dapat meliputi informasi masalah dan resiko serta teknik yang dapat diaplikasikan pada proyek selanjutnya. 118 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 7.1. Project Communication Management Proyek atau fase, setelah baik mencapai tujuan atau sedang dihentikan untuk alasan lain, membutuhkan penutupan. Penutupan Administrasi terdiri dari verifikasi dan mendokumentasikan hasil-hasil proyek untuk meresmikan penerimaan produk dari proyek oleh sponsor, klien, atau pelanggan. Ini mencakup pengumpulan catatan proyek, memastikan bahwa mereka mencerminkan spesifikasi final, analisis keberhasilan proyek dan efektivitas, dan pengarsipan informasi untuk penggunaan masa depan. Penutupan kegiatan administratif tidak harus ditunda sampai penyelesaian proyek. Setiap tahap dari proyek harus benar tertutup untuk memastikan bahwa informasi yang penting dan berguna tidak hilang. 7.1.1 Administrative Closure / pengarsipan Penutupan administratif terdiri atas dokumentasi hasil proyek untuk formalisasi penerimaan produk proyek oleh sponsor atau pelanggan, Hal ini meliputi : - pengumpulan rekord proyek, - memastikan bahwa ia mencerminkan spesifikasi final - menganalisis proyek sukses (berhasil), efektifitas dan proses pembelajaran - dan pencapaian informasi untuk penggunaan yang akan datang - Proyek atau tahap, setelah mencapai sasarannya atau dihentikan karena alasan Aktivitas penutupan administratif tidak harus ditunda sampai penyelesaian proyek. - Setiap tahap dari pelaksanaan proyek harus ditutup secara benar untuk memastikan bahwa informasi yang penting dan berguna tidak hilang. - Sebagai tambahan, ketrampilan pekerja dalam data base kelompok staf harus diperbaharui untuk memperlihatkan kenaikan ketrampilan baru dan keahlian. 7.2. Project Procurement Management Penutupan pengadaan adalah proses menyelesaikan setiap pengadaan proyek. Ini mendukung fase closing, karena melibatkan verifikasi bahwa semua pekerjaan dan kiriman yang diterima. Proses penutupan juga melibatkan kegiatan administratif seperti menyelesaikan klaim terbuka, memperbarui catatan untuk mencerminkan hasil 119 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 akhir dan pengarsipan informasi untuk penggunaan masa depan. Penutupan setiap kontrak yang berlaku untuk proyek atau fase proyek. Dalam multi-fase proyek, istilah dari kontrak hanya dapat diterapkan untuk fase tertentu dari proyek. Klaim yang belum terselesaikan dapat dikenakan litigasi setelah penutupan. Ketentuan kontrak dan kondisi dapat meresepkan prosedur khusus untuk penutupan kontrak. Terminasi dini kontrak adalah kasus khusus dari penutupan pengadaan. Hak dan tanggung jawab berbagai pihak dalam hal terminasi dini yang terkandung dalam klausul pengakhiran kontrak. Berdasarkan istilah-istilah pengadaan dan kondisi, pembeli mungkin memiliki hak untuk mengakhiri kontrak keseluruhan atau sebagian dari kontrak. Namun, berdasarkan istilah-istilah kontrak dan kondisi, pembeli mungkin harus mengkompensasi penjual untuk proses persiapan dan untuk setiap pekerjaan yang telah diselesaikan dan diterima terkait dengan bagian dihentikannya suatu kontrak. 7.2.1 Penutupan kontrak Langkah-langkah dalam proses penutupan kontrak : 1. Evaluate Seller Performance • • Mengadakan pemeriksaan terhadap kinerja rekanan Mengidentifikasi semua perubahan yang telah disetujui terhadap lingkup awal • Mencapai kesepakatan mengenai pencapaian kinerja rekanan yang memenuhi kriteria • Mengidentifikasi setiap kekurangan (outstanding) dan tindakan yang diperlukan • Mendiskusikan hasil pemeriksaan dengan bagian procurement jika terdapat masalah atau ketidaksepakatan dengan rekanan 2. Provide Final Contract Acceptance 120 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 • Bersama dengan rekanan mendiskusikan kinerja kontraktual dan penyelesaiannya • Setuju terhadap setiap kekurangan dan tindakan, jika ada, diperlukan untuk mencapai kesepakatan akhir • Menyusun suatu rencana dan melaksanakannya untuk menyelesaikan setiap hal yang belum selesai (outstanding) • Mempersiapkan secara resmi, pemberitahuan tertulis mengenai penerimaan (acceptance) atau pemutusan (termination) ke rekanan • Otorisasi pembayaran akhir sesuai kontrak Input untuk proses ini adalah dokumentasi kontrak. Sedangkan tools dan technic yang digunakan adalah audit pengadaan. 7.3. Project Safety Management Manajer proyek harus melaporkan dari catatan kesehatan dan keselamatan kerja untuk bulan sebelumnya. Laporan ini harus mencakup, tetapi tidak terbatas pada, catatan waktu yang hilang setiap cedera, tingkat kekerapan, tingkat keparahan, tingkat insiden, kejadian berbahaya, pelatihan yang diberikan selama periode, inspeksi pabrik, perancah inspeksi, inspeksi mengangkat peralatan, pelanggaran dari izin kerja skema, inspeksi Keselamatan, audit keselamatan, tindakan disipliner yang diambil terhadap pelaku rencana ini, tanggal pertemuan komite manajemen keselamatan dan informasi lainnya yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan selama periode pelaporan. Laporan keselamatan harus diajukan dalam file keamanan pusat, di lokasi halaman atau proyek dan harus tersedia, setiap saat, untuk inspeksi atau audit oleh pihak-pihak terkait. Laporan tersebut harus rinci temuan pemeriksaan dan merekomendasikan tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjaga kepatuhan dengan kesehatan dan keselamatan Rencana Pengelolaan. 121 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 7.3.1 Pelaporan dan pengarsipan kegiatan K3 Sesuai dengan aturan pemerintah yang mewajibkan dilaksanakannya kegiatan K3 di setiap proyek konstruksi, maka segala bentuk rekord dan laporan yang berkaitan dengan aktifitas K3 harus dijaga dan dipelihara. Laporan tersebut antara lain berupa ; • Laporan akitifitas K3 secara periodik • Laporan kecelakaan secara periodik • Laporan hasil sosialisasi & pelatihan K3 sebagai bukti pihak managemen telah melakukan pengarahan, pembinaan dalam rangka mencegah terjadinya bahaya. dll Input : 1. Pelaporan secara Legal 2. Persyaratan report asuransi 3. Persyaratan kontrak 4. Persyaratan rencana K3 Tools & Techniques 1. Daftar & Report Inspeksi 2. Report training & pertemuan 3. Daftar kecelakaan dan jatuh sakit karyawan 4. Penanganan & penyelidikan kecelakaan 5. Record berupa photo dan video Output: 1. Daftar & Laporan ke pemerintah 2. Laporan Kecelakaan 3. Perolehan hasil dari insentif K3 4. Kinerja dari aktivitas K3 yang terdokumentasi 122 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 7.4. Project Financial Management Laporan penutupan keuangan 7.4.1 Pelaporan dan pengarsipan Adalah aktivitas untuk mendesain dan memelihara informasi keuangan sebagai bahan masukan pada database untuk memudahkan pengendalian keuangan sehingga proses keuangan akan berjalan dengan lancar. Input : 1. Laporan status keuangan proyek 2. Persyaratan kontrak 3. Rencana keuangan proyek Tools & Techniques 1. Sistem pendataan keuangan 2. Sistem akuntansi/keuangan Output : 1. Ketelusuran dari sistem keuangan Pemahaman dari aturan-aturan yang berlaku 123 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Daftar isi BAB 1 PENDAHULUAN ..........................................................................................1 1.1 1.2 1.3 1.4 Latar Belakang ............................................................................................ 1 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 1 Metodologi Penulisan ................................................................................. 2 Ruang Lingkup ........................................................................................... 2 BAB 2 GAMBARAN UMUM PROYEK ................................................................5 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 Tujuan Umum Proyek ................................................................................. 5 Data Umum Proyek .................................................................................... 5 Data Teknis Proyek ..................................................................................... 5 Lokasi dan Batas Wilayah .......................................................................... 7 Lingkup Umum Pekerjaan Proyek ............................................................ 10 BAB 3 PROJECT INITIATION.............................................................................11 3.1 Gambaran Umum Manajemen Lingkup Proyek ....................................... 11 3.2 Pengumpulan Persyaratan (Inisiasi) ......................................................... 11 BAB 4 PROJECT PLANNINGJECT PLANNING ..............................................13 4.1 Project Integration Management ............................................................... 13 Gambaran Umum Manajemen Integrasi Proyek ......................................13 Pengembangan Project Charter .................................................................14 Pengembangan Rencana Manajemen Proyek ...........................................16 4.2 Project Scope Management (Perencanaan Lingkup Proyek).................... 18 4.3 Project Time Management. ....................................................................... 22 Gambaran Umum Manajemen Waktu ......................................................22 Identifikasi Kegiatan .................................................................................22 Urutan Kegiatan ........................................................................................23 Estimasi Sumber Daya Kegiatan ..............................................................26 Estimasi Durasi Kegiatan .........................................................................27 Pengembangan Jadwal ..............................................................................28 4.4 Project Quality Management .................................................................... 32 Gambaran Umum Manajemen Kualitas ...................................................32 Perencanaan Kualitas ................................................................................33 4.5 Project Human Resource Management .................................................... 34 Gambaran Umum Manajemen Sumber Daya Manusia ............................34 124 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 Tenaga Kerja .............................................................................................35 Project Communication Management ...................................................... 37 Project Risk Management (Perencanaan Manajemen Resiko) ................. 42 Identifikasi Resiko ....................................................................................43 Analisis Resiko .........................................................................................46 Respon Resiko (Mitigasi Resiko) .............................................................49 Project Procurement Management ............................................................ 52 Gambaran Umum Manajemen Procurement ............................................52 Plan Procurement (Rencana Pengadaan) .................................................54 Project Cost Management ......................................................................... 58 Gambaran Umum Manajemen Biaya .......................................................58 Perkiraan Biaya .........................................................................................59 Perencanaan Anggaran Biaya ...................................................................60 Project Safety Management ...................................................................... 65 Project Environmental Management ........................................................ 66 Project Financial Planning Management .................................................. 67 Project Claim Management ...................................................................... 70 4.1.1 Claim Identification .......................................................................70 4.1.2 Claim Quantification .....................................................................70 BAB 5 PROJECT EXECUTION ...................................................................................71 5.1. Project Quality Management .................................................................... 71 5.1.1 Konsep Total Kualitas dan Aplikasi Pada Proyek .........................72 5.1.2 Pengawasan Pelaksanaan Konstruksi ............................................73 5.2. Project Human Resource Management .................................................... 74 5.2.1 Sumber Daya Tenaga Kerja...........................................................81 5.3. Project Communication Management ...................................................... 83 5.3.1 Pelaporan (Reporting) ...................................................................83 5.4. Project Safety Management ...................................................................... 84 5.4.1 Sasaran dan Program K3L .............................................................85 5.5. Project Environmental Management ........................................................ 89 5.6. Project Finance Management ................................................................... 90 5.6.1 Financial Control ...........................................................................90 5.6.2 Administrations and Records ........................................................90 BAB 6 PROJECT CONTROLLING .............................................................................92 6.1. Project Integration Management ............................................................... 92 6.2. Project Scope Management ...................................................................... 92 6.3. Project Time Management ........................................................................ 98 125 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 6.4. 6.5. 6.6. 6.7. Project Control Management .................................................................. 100 Project Quality Management .................................................................. 102 Project Human Resources ....................................................................... 104 Project Communication Management .................................................... 105 6.7.1 Mengadakan Rapat Progress .......................................................106 6.7.2 Distribusi Informasi .....................................................................106 6.8. Project Risk Management ....................................................................... 108 6.9. Project Environmental Managament ...................................................... 116 6.10. Project Financial Management ............................................................... 116 6.11. Project Claim Management .................................................................... 117 BAB 7 PROJECT CLOSING .......................................................................................118 7.1. Project Communication Management .................................................... 119 7.1.1 Administrative Closure / pengarsipan .........................................119 7.2. Project Procurement Management .......................................................... 119 7.2.1 Penutupan kontrak .......................................................................120 7.3. Project Safety Management .................................................................... 121 7.3.1 Pelaporan dan pengarsipan kegiatan K3......................................122 7.4. Project Financial Management ............................................................... 123 7.4.1 Pelaporan dan pengarsipan ..........................................................123 126 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL 2011 Daftar Gambar 127