BAB 1 huluanhuluan 1.1 Latar Belakang Seiring bertambahnya

advertisement
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
BAB 1
huluanhuluan
1.1 Latar Belakang
Seiring bertambahnya jumlah penduduk di dunia, semakin tingggi pula
tingkat pembangunan fasilitas yang mendukung untuk segala kebutuhan manusia.
Salah satu kebutuhan tersebut adalah kebutuhan papan yang meliputi kebutuhan
akan tempat tinggal. Pada masa sekaran, lahan yang tersedia untuk memenuhi
kebutuhan papan semakin sedikit diakibatkan kepadatan penduduk yang semakin
tinggi. Oleh karena itu pembangunan sarana tempat tinggal diarahkan kepada
pembangunan vertical, sehingga muncullah pembangunan-pembangunan gedung
bertingkat yang berfungsi sebagai tempat tinggal seperti rumah susun, apartemen,
ataupun rumah permanen biasa.
Kota Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia. Peningkatan
kegiatan ekonomi diiringi pula dengan bertambahnya jumlah penduduk yang
bertempat tinggal di Kota Bandung. Hal ini menyebabkan semakin meningkatnya
kebutuhan akan sebuah tempat hunian yang nyaman dan berada di tengah Kota.
Namun, untuk membangun sebuah hunian di kawasan Kota Bandung diperlukan
biaya yang besar seiring mahalnya harga tanah di dalam kota. Tingginya
kebutuhan hunian di Kota Bandung selama ini masih dipenuhi dari penyediaan
perumahan konvensional yang dibangun dikawasan pinggiran Kota Bandung.
Oleh karenanya, Bina Karya Propertindo Group bekerja sama dengan Istana
Group menghadirkan suatu konsep hunian baru dengan konsep hunian vertikal
yang berada di tengah kota dan dekat dengan pusat bisnis dan aktivitas
masyarakat yang diyakini dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah:
1. Mengetahui manajemen yang dibutuhkan dalam sebuah proyek.
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
2. Mengkaji manajemen dalam proyek pembangunan apartemen gateway@
bandung mulai dari tahap inisiasi, perencanaan, pelaksanaan, kontrol dan
penutupan proyek.
1.3 Metodologi Penulisan
Metodologi penulisan yang dilakukan adalah dengan melakukan pengamatan
secara langsung terhadap pelaksanaan proyek pembangunan apartemen gateway
@Bandung di lapangan dan didukung oleh studi literature dari buku dan artikel
internet.
1.4 Ruang Lingkup
Laporan Manajemen Proyek ini disusun berdasarkan hasil pengamatan di
lokasi proyek pembangunan apartemen Gateway @Bandung selama 1 bulan.
Laporan ini meliputi seluruh
manajemen proyek mulai dari kegiatan inisiasi
proyek, perencanaan proyek, pelaksanaan proyek, kontrol proyek dan penutupan
proyek.
1.1 Sistematika Penulisan
Sistem penulisan laporan Manajemen Proyek Pembangunan Apartemen
Gateway @Bandung ini, secara garis besar adalah sebagai berikut :
Bab 1
Pendahuluan
Membahas mengenai latar belakang kerja praktik, tujuan
dilakukannya kerja praktik, metode penulisan laporan, ruang
lingkup laporan, dan sistematika penulisan laporan.
Bab 2
Gambaran Umum Proyek
Membahas mengenai latar belakang pembangunan proyek, tujuan
proyek, lokasi proyek, data-data umum proyek, data-data teknis
proyek, lingkup pekerjaan yang dilakukan secara umum. Selain itu
juga membahas mengenai struktur organisasi proyek, koordinasi,
dan tanggung jawab staf, manajemen waktu, pengendalian mutu,
sumber daya proyek, dan standar keselamatan kerja yang
diterapkan di proyek.
2
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Bab 3
Project Initiation
Membahas mengenai manajemen yang dilakukan selama kegiatan
Project Initiation, yaitu manajemen lingkup proyek.
Bab 4
Project Planning
Membahas mengenai manajemen yang dilakukan selama Project
Planning, terdiri dari manajemen integrasi proyek, manajemen
lingkup proyek, manajemen waktu proyek, manajemen kualitas
proyek, manajemen sumber daya manusia proyek, manajemen
komunikasi proyek, manajemen resiko proyek, manajemen
pengadaan
proyek,
manajemen
biaya
proyek,
manajemen
keselamatan proyek, manajemen lingkungan proyek, manajemen
finansial proyek dan manajemen klaim proyek.
Bab 5
Project Execution
Membahas mengenai manajemen yang dilakukan selama Project
Execution. Manejemen dalam tahap ini terdiri dari manajemen
kualitas proyek, manajemen sumber daya manusia proyek,
manajemen komunikasi proyek, manajemen pengadaan proyek,
manajemen keselamatan proyek, manajemen lingkungan proyek,
dan manajemen finansial proyek.
Bab 6
Project Control
Membahas mengenai manajemen yang dilakukan selama Project
Control. Manajemen yang dilakukan selama kegiatan kontrol
proyek yaitu manajemen integrasi proyek, manajemen lingkup
proyek, manajemen waktu proyek, manajemen biaya proyek,
manajemen kualitas proyek, manajemen sumber daya manusia
proyek, manajemen komunikasi proyek, manajemen resiko proyek,
manajemen lingkungan proyek, manajemen finansial proyek, dan
manajemen klaim proyek.
3
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Bab 7
Project Closing
Membahas mengenai manajemen yang dilakukan selama Project
Control. Manejemen selama penutupan proyek terdiri dari
manajemen komunikasi proyek, manajemen pengadaan proyek,
manajemen keselamatan proyek, dan manajemen finansial proyek.
4
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
BAB 2
MBARAN UMUM PROYEKMBARAN UMUM PROYEK
2.1
TUJUAN PROYEK
Proyek pembangunan apartemen Gateway @Bandung ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan hunian di tengah Kota Bandung dengan berbagai fasilitas
yang dapat menciptakan kenyamanan bagi masyarakat dan dengan konsep hunian
vertikal untuk mengatasi tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk
perumahan konvensional.
2.2
DATA UMUM PROYEK

Nama Proyek
: Pembangunan Apartemen Gateway
@Bandung

Lokasi
: Jalan Ahmad Yani No 669 Bandung

Konsultan Perencana
: Ketira Engineering

Konsultan Pengawas
: PT Binakarya propertindo Group
dan Istana Group
2.3

Kontraktor Pelaksana
: PT. Graha Perkasa Abadi

Subkontraktor Tiang Pancang
: PT Palu Mas Sejati

Subkontraktor Beton Ready Mix
: PT Pioneer

Waktu Pelaksanaan
: Juni 2011 – Februari 2012
DATA TEKNIS PROYEK

Luas Bangunan
: 6590,78 m2

Tinggi Bangunan
: 62,85 meter

Struktur Gedung terdiri atas :
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Tower Saphire dan Emerald
Fungsi
No
Lantai
Elevasi
1
Lower Ground
-0,8
Parkir 120 kendaraan, Toko
2
Upper Ground
+2,35
Parkir 120 Kendaraan, Toko
3
Ground
+6,05
Hunian
4
Lantai 2
+9,05
Hunian
5
Lantai 3
+11,85
Hunian
6
Lantai 4
+14,65
Hunian
7
Lantai 5
+17,45
Hunian
8
Lantai 6
+20,25
Hunian
9
Lantai 6a
+23,05
Hunian
10
Lantai 7
+25,85
Hunian
11
Lantai 8
+28,65
Hunian
12
Lantai 8a
+31,45
Hunian
13
Lantai 9
+34,25
Hunian
14
Lantai 10
+37,05
Hunian
15
Lantai 11
+39,85
Hunian
16
Lantai 12
+42,65
Hunian
17
Lantai 13
+45,65
Hunian
18
Lantai 14
+48,45
Hunian
19
Lantai 15
+51,45
Hunian
6
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
20
Lantai 16
+54,25
Hunian
21
Lantai 17
+57,25
Hunian
22
Lantai 18
+59,85
Hunian
23
Roof
+62,85
Tabel 2.1 Elevasi Tower Saphire dan Emerald
2.4
LOKASI DAN BATAS WILAYAH PROYEK
Proyek pembangunan Apartemen Gateway @Bandung berada di Jalan A. Yani
No. 669 Bandung. Berikut adalah gambaran lokasi proyek :
Gambar 2.1 Denah Lokasi Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung
7
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Gambar 2.2 Lokasi Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung Tampak
Depan
8
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
SITE PLAN
9
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
2.5
LINGKUP UMUM PEKERJAAN PROYEK
Secara umum pekerjaan keseluruhan dari proyek Pembangunan Apartment
Gate way @Bandung adalah sebagai berikut :
a. Pekerjaan Struktur yang meliputi :

Pondasi

Struktur Bawah

Struktur Atas
b. Pekerjaan Arsiterktur yang meliputi :
-
Pekerjaan Dinding
-
Pekerjaan pembuatan lift
-
Pekerjaan tangga
-
Pekerjaan lantai
c. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
Pekerjaan mekanikal dan elektrikal meliputi pemasangan sparing untuk
saluran air bersih, air kotor, listrik, dll
Sedangkan perkerjaan yang diamati selama kerja praktek pada proyek
Pembangunan Apartemen gateway @Bandung ini yaitu :

Pekerjaan Ground Water Tank

Pekerjaan Pile Cap

Pekerjaan Pengukuran

Pekerjaan Kolom

Pekerjaan Balok dan Plat lantai
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
BAB 3
MBARAN UMUM PROYEKMBARAN PROJCT INITIATION
3.1
GAMBARAN UMUM MANAJEMEN LINGKUP PROYEK
Manajemen lingkup proyek termasuk di dalamnya proses untuk memastikan
bahwa proyek mencakup seluruh pekerjaan yang dibutuhkan agar proyek dapat
berjalan dengan sukses. Kegiatan manajemen lingkup proyek meliputi:
3.2

Perencanaan Lingkup

Penentuan Lingkup

Verifikasi Lingkup

Kontrol Perubahan Lingkup
PENGUMPULAN PERSYARATAN (INISIASI)
Pengumpulan
persyaratan
merupakan
proses
mendefinisikan
dan
mendokumentasikan kebutuhan stakeholders untuk memenuhi tujuan proyek.
Keberhasilan proyek ini secara langsung dipengaruhi oleh perawatan dan
pengelolaan proyek serta persyaratan produk. Persyaratan termasuk kebutuhan
yang diukur dan didokumentasikan dan harapan sponsor, pelanggan, dan
stakeholders lainnya. Persyaratan ini perlu diperoleh, dianalisis, dan dicatat secara
rinci untuk dapat diukur sekali pelaksanaan proyek dimulai. Persyaratan ini akan
menjadi dasar dari penyusunan WBS serta biaya, jadwal, dan kualitas
perencanaan semua dibangun di atas persyaratan. Pengembangan persyaratan
dimulai dengan analisis informasi yang terkandung dalam project charter dan
kebutuhan stakeholder. Persyaratan proyek dapat mencakup kebutuhan bisnis,
persyaratan manajemen proyek, persyaratan pengiriman, informasi mengenai
persyaratan teknis, persyaratan keamanan, persyaratan kinerja dan sebagainya.
Project charter dan kebutuhan stakeholder merupakan input dalam
menentukan persyaratan pelaksanaan proyek. Output yang dihasilkan yaitu
dokumen persyaratan. Format dokumen persyaratan dapat berkisar dari daftar
dokumen sederhana berisi semua persyaratan yang dikategorikan oleh stakeholder
dan berdasarkan prioritas, untuk bentuk yang lebih rumit berisi ringkasan
eksekutif, deskripsi rinci, dan lampiran.
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Peyusunan persyaratan ini mencakup:

Persyaratan untuk kebutuhan bisnis, peluang, tujuan, dan tujuan;

Persyaratan untuk tujuan proyek;

Persyaratan untuk lingkup proyek / WBS kiriman;

Persyaratan untuk desain produk;

Persyaratan untuk pengembangan produk;

Persyaratan untuk menguji strategi dan skenario uji; dan

tingkat tinggi persyaratan untuk persyaratan lebih rinci.
12
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
BAB 4
Error! Reference source not found.Error! Reference source not
found.
MBARAN UMUM PROYEKMBARAN PROJCT
INITIATIONJECT PLANNING
4.1
Project Integration Management
Gambaran Umum Manajemen Integrasi Proyek
Manajemen integrasi merupakan tahapan utama dari proyek yang
paling awal, yaitu sebuah proses untuk mengintegrasikan keseluruhan dari
tahapan sebuah proyek, dari awal hingga akhir. Integrasi mencakup tahapan
proyek dari inisiasi sampai pada closing atau penutupan proyek. Daerah
pengetahuan dari manajemen integrasi proyek terdiri dari proses dan
aktivitas
yang
dibutuhkan
untuk mengidentifikasi, mendefinisikan,
mengkombinasikan, dan menyeragamkan berbagai proses proyek dengan aktivitas
manajemen proyek. Manajemen integrasi proyek terdiri dari beberapa aktivitas,
yaitu :
1. Pengembangan perencanaan proyek
2. Pelaksanaan perencanaan proyek
3. Kontrol perubahan keseluruhan
Manajemen integrasi proyek perlu membuat pilihan menganai alokasi
sumber daya, membuat trade-off antara tujuan yang bersaing dan alternatifnya dan
mengelola ketergantungan antar pengetahuan manajemen proyek. Proses
manajemen proyek biasanya terdapat sebagai proses disktrit dengan pendefinisian
interface, sedangkan dalam praktiknya, saling tumpang tindih dan cara interaksi
tidak dapat dipenuhi secara detail.
Manajemen Integrasi Proyek dibutuhkan dalam situasi di mana masingmasing proses berinteraksi. Sebagai contoh, perkiraan biaya yang diperlukan
untuk rencana kontingensi melibatkan pengintegrasian proses dalam biaya, waktu,
dan resiko. Ketika resiko tambahan yang terkait dengan berbagai alternatif staf
diidentifikasi, maka satu atau lebih dari proses-proses dapat ditinjau kembali.
Manajemen Integrasi Proyek juga mencakup kegiatan yang diperlukan
13
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
pengelolaan dokumen proyek untuk memastikan konsistensi dengan manajemen
rencana proyek serta produk yang dihasilkan. Proses Manejemen Integrasi Proyek
terdiri dari menurut PMBok terdiri dari:
1. Pengembangan Project Charter
2. Pengembangan Rencana Manajemen Proyek
3. Pelaksanaan dan Manajemen Proyek
4. Pengawasan dan Kontrol Pekerjaan Proyek
5. Penutupan Proyek atau Fase
Gambar 4.1Manajemen Integrasi Proyek
Pengembangan Project Charter
Pengembangkan Project Charter atau piagam proyek adalah proses
pengembangan dokumen yang secara formal mengotorisasi suatu proyek atau fase
dan mendokumentasikan persyaratan awal yang memenuhi kebutuhan dan
harapan stakeholder. Pada proses ini juga ditetapkan kemitraan antara organisasi
melakukan dan organisasi pemohon (atau pelanggan, dalam kasus proyek
eksternal). Piagam proyek yang disetujui secara resmi menunjukkan dapat
dimulainya suatu proyek.
14
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Untuk menghasilkan dokumen kontrak, diperlukan input berupa
1. Pernyataan proyek, meliputi kebutuhan secara bisnis, definisi lingkup hasil
konstruksi, dan renaca strategi dalam proyek.
2. Kasus bisnis, maksudnya adalah pertimbangan terhadap kebutuhan pasar,
permintaan pelanggan, pengembangan teknologi dan persyaratan legal.
3. Kontrak
4. Faktor lingkungan
5. Aset proses organisasi
Sebelum pelaksanaan Proyek Pembangunan Apartemen Gateway @
Bandung, dilakukan pengajuan dokumen kontrak yang melibatkan pemilik,
pengelola dan kontraktor. Dalam dokumen kontrak tersebut diatur mengenai:

Luasan pekerjaan yang harus dilaksanakan dan memuat uraian tentang
pekerjaan serta syarat-syarat pekerjaan yang disertai gambar dilengkapi
dengan uraian-uraian tentang material dan alat-alat yang akan dipergunakan.

Penentuan harga borongan.

Penentuan tentang jangka waktu penyelesaian pekerjaan.

Sanksi apabila terjadi permasalahan.

Penyelesaian bila terjadi perselisihan.

Hak dan kewajiban pihak-pihak yang tertera dalam perjanjian.
Dalam penyusunan dokumen kontrak harus melibatkan para ahli agar sesuai
dengan tujuan proyek dan tidak merugikan salah satu pihak sehingga dalam
pelaksanaannya tidak ditemui hambatan. Dokumen kontrak harus disetujui oleh
semua pihak yang terlibat dalam proyek. Setiap pihak dalam proyek memiliki
tanggung jawab dalam pelaksanaan proyek yang harus dijalankan sesuai dengan
kontrak yang telah disepakati.
15
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Gambar 4.2 Proses Pengembangan Project Charter
Project Charter mendokumentasikan kebutuhan bisnis, pemahaman kebutuhan
pelanggan, produk baru, layanan, atau hasil yang dimaksudkan untuk memuaskan,
seperti:

Tujuan proyek atau pembenaran,

Tujuan proyek dan kriteria keberhasilan terkait yang terukur,

Persyaratan,

Deskripsi proyek,

Resiko

Penjadwalam,

Anggaran.
Pengembangan Rencana Manajemen Proyek
Rencana Pengembangan Manajemen proyek merupakan proses dokumentasi
kegiatan
untuk
mendefinisikan,
menyiapkan,
mengintegrasikan,
dan
mengkoordinasi semua perencanaan. Rencana manajemen proyek merupakan
bagaimana proyek dilaksanakan, dimonitor dan dikontrol, serta ditutup. Isi dari
rencana manajemen proyek bervariasi tergantung dari wilayah aplikasi dan
kompleksitas proyek. Manajemen proyek dikembangkan melalui tahapan proses
integrasi sampai penutupan proyek. Proses dalam pengembangan rencana
manajemen proyek terdiri dari input, alat dan proses, serta output.
Hasil
kesepakatan
yang
terdapat
dalam
project
charter
proyek
Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung merupakan input dalam
perencanaan manajemen proyek. Di dalam project charter tersebut selain berisi
mengenai kontrak proyek dijelaskan mengenai tujuan pelaksanaan proyek. Hal
tersebutlah yang menjadi input atau masukan dalam penyusunan rencana
manajemen proyek.
Output dari rencana manajemen proyek Pembangunan Apartemen Gateway
@Bandung meliputi:
 Memenuhi kebutuhan masyarakat, sponsor dan stakeholder
16
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
 Tujuan proyek: Untuk memenuhi kebutuhan hunian di tengah Kota
Bandung dengan berbagai fasilitas yang dapat menciptakan kenyamanan
bagi masyarakat dan dengan konsep hunian vertikal untuk mengatasi
tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk perumahan konvensional.
 Uraian lingkup proyek : Lingkup proyek Warehouse dengan struktur baja
mulai dari proses pembuatan desain, tahapan persiapan dan konstruksi
beserta manajemen proyek, dan operasional serta maintanance proyek.
 Lokasi proyek: Jl. di Jalan A. Yani No. 669 Bandung
 Durasi proyek : Juni 2011 – februari 2012
 Pimpinan proyek : pemilik proyek adalah PT. Bina Karya Propertindo
 Jadwal proyek : terlampir
 Stakeholders :
- Project Manager : seseorang yang mengatur seluruh pelaksanaan proyek.
- Anggota
regu
proyek
:
kelompok
yang
sedang
melakukan/
menyelenggarakan pekerjaan proyek.
- Pemerintah Daerah atau Walikota Bandung : bagian yang menyetujui
dilaksanakannya proyek Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung
Puninar.
- PT. Binakarya Propertindo Group: sebagai owner atau pemilik proyek
dan pengawas
- PT. Istana Group : sebagai pengawas
- Kontraktor dan konsultan MK: PT Graha Perkasa Abadi dan PT Ketira
Engineering
- Konsultan : seseorang yang mengarahkan pengembangan proyek,
konsultan pada proyek ini dilakukan secara langsung oleh
PT Bina
Karya Propertindo Group
- Vendor : supplier atau penyedia bahan proyek, misalnya supplier pasir,
batu, besi tulangan, tanah urug, baja.

Organisasi fungsional : merupakan organisasi dari pihak kontraktor yang
melaksanakan proyek. Dalam proyek ini, susunan kepengurusan organisasi
terdiri dari project manager, quality control, serta fungsi lain yaitu quality
17
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
surveyor; engineering; site manager yang membawahi supervisor dan
mandor; keuangan, logistik dan HRD; gudang, mekanik, dan K3L.

Rincian proyek
-
Luas
Proyek:
Proyek
Pembangunan
Apartemen
Gateway
@Bandung memilik luas 6590,78 m2

4.2
Kontrak proyek
Project Scope Management (Perencanaan Lingkup Proyek)
Perencanaan lingkup proyek merupakan tahap yang penting dalam
perencanaan proyek. Perencanaan proyek adalah proses penyusunan rencana
lingkup proyek yang mendokumentasikan bagaimana lingkup proyek akan
didefinisikan, diverifikasi, dikendalikan, dan bagaimana Work Breakdown
Structures (WBS) akan disusun dan didefinisikan.
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan persyaratan merupakan proses
pendefinisian dan pendokumentasian kebutuhan stakeholder untuk memperoleh
tujuan proyek. Persyaratan perlu diperoleh, dianalisis, dan dicatat secara rinci
untuk dapat diukur saat pelaksanaan proyek dimulai. Pengumpulan persyaratan
terdiri dari pendefinisian dan pengelolaan harapan pelanggan. Persyaratan
menjadi dasar dari WBS. Biaya, jadwal, dan perencanaan kualitas semua
dibangun di atas persyaratan yang telah ditentukan. Pengumpulan persyaratan
mempertimbangkan project charter yang telah disepakati oleh pihak yang terlibat
dalam proyek.
Perencanaan lingkup adalah salah satu komponen penting dalam suatu
manajemen proyek, dimana mengandung gambaran mengenai persiapan detail
dari Project Scope Statement, termasuk juga didalamnya bagaimana lingkup
tersebut akan dijabarkan, diuji, dan dikontrol. Perencanaan Lingkup meliputi
identifikasi pendekatan alternatif untuk mencapai sasaran hasil proyek dan analisa
biaya alternatif. Output perencanaan lingkup adalah pernyataan lingkup dengan
detail yang mendukung dan rencana manajemen lingkup. Pernyataan lingkup
menggambarkan sasaran hasil proyek, lingkup, hasil akhir proyek, asumsi,
batasan, dan pertimbangan proyek. Pernyataan dalam proyek ini meliputi:
1. Deskripsi proyek
18
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Proyek pembangunan Apartemen Gateway @Bandung
2. Deskripsi fase
Merupakan pendeskripsian kegiatan yang dilakukan selama proyek
berlangsung. Fase proyek pembangunan Apartemen Gateway @Bandung
ini terdiri dari tahap persiapan, pekerjaan tanah, pekerjaan struktur sipil,
pekerjaan struktur, pekerjaan arsitektur dan pekerjaan mekanikal dan
elektrikal. Masing-masing fase atau tahapan dikerjaan dengan berpedoman
pada manajemen proyek.
3. Produk proyek
Terdiri dari produk proyek dan dokumentasi yang dibutuhkan. Produk
proyek ini adalah Apartemen Gateway @Bandung. Dokumen pelaksanaan
proyek terdiri dari dokumen desain bangunan, rencana pemantauan dan
pemeliharaan.
4. Objektif proyek
Merupakan kriteria yang dapat dikuantifikasi, termasuk ukuran kualitas,
jadwal, dan biaya proyek. Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung
dengan luas 6590,78 m2 dengan tinggi bangunan 62,85 meter. Proyek
direncanakan selama kurang lebih 5 bulan dengan anggaran Rp
65.517.028.000,-.
5. Batasan dan Asumsi Proyek
Batasan pelaksanaan proyek tergantung pada ketersediaan staf, teknologi,
dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan keseluruhan proyek
hingga tahap pemeliharaan bangunan.
6. Deskripsi lingkup fungsi
Deskripsi lingkup menunjukkan jelas batasan-batasan fungsi dari lingkup
proyek. Fungsi dari proyek ini bangunan yang digunakan sebagai rumah
tinggal.
7. Deskripsi lingkup organisasi
Deskripsi lingkup organisasi berisi susunan organisisi, hubungan antar
jabatan dan tenaga kerja, serta klasifikasi kerja. Organisasi proyek terdiri
dari beberapa pihak yang mendukung pelaksanaan proyek yaitu owner atau
pemilik, pengawas dan pengelola proyek, serta kontraktor yang terdiri dari
19
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
manajer proyek, 7 manajer fungsi (Quality Surveyor; Engineering; Site
Manager; Keuangan, logistik dan HRD; gudang, mekanik dan K3L).
Masing-masing jabatan dalam organisasi dilengkapi dengan staf dengan
fungsi dan tanggung jawab yang berbeda.
8. Deskripsi lingkup geografis
Deskripsi wilayah yang mendukung pelaksanaan proyek konstruksi.
9.
Deskripsi faktor resiko proyek
Merupakan penilaian secara kualitatif potensi munculnya resiko dan
dampak yang berpengaruh terhadap mutu pekerjaan, jadwal pelaksanaan
proyek dan biaya yang dihabiskan untuk proyek. Resiko proyek extentio
20
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
PROYEK
PEMBANGUNAN
APARTEMEN GATEWAY
@BANDUNG
PEKERJAAN
PENDAHULUAN
DAN PERSIAPAN
PENDAHULUAN
PEKERJAAN
STRUKTUR
BANGUNAN
BAWAH
PEKERJAAN TANAH
PERSIAPAN DI
LAPANGAN
Pekerjaan Galian
Pekerjaan Tiang
Pancang
Pekerjaan Lantai
Kerja
PEKERJAAN
STRUKTUR
BANGUNAN ATAS
Pekerjaan Bekisting
RWT, CWT,
Retaining Wall
Pekerjaan Pile Cap
dan Pelat Lantai,
dan Pit Lift
Perencanaan Site
Plan
Perhitungan
Kebutuhan Sumber
Daya
Pembuatan pagar
proyek dan pos
satpam
Pelaksanaan
Pemancangan
Pembuatan Shop
Drawing
Pengadaan Material
dan Mobilisasi
Peralatan
Pembersihan Lahan
Uji Pembebanan
Pembesian Pile Cap
Pengukuran
Pemotongan Tiang
Pancang dan
Penjangkaran
Pekerjaan
Pembesian
Penyelidikan Tanah
Pengecoran Pile
Cap dan Tie Beam
TOWER EMERALD
LANTAI LG, UG,
GF/1, LANTAI 2-19
LANTAI LG, UG,
GF/1, LANTAI 2-19
PEKERJAAN KOLOM
PEKERJAAN KOLOM
Pembesian Tie
Beam
PEKERJAAN PELAT
LANTAI DAN
BALOK
PEKERJAAN PELAT
LANTAI DAN
BALOK
Pembesian Pit Lift
PEKERJAAN
SEPARATOR BEAM
PEKERJAAN
SEPARATOR BEAM
PEKERJAAN
SPARING ME
PEKERJAAN
SPARING ME
Pembanguan
Bedeng Pekerja dan
Kantor Proyek
Pemasangan Tower
Crane
Gambar 4.3 Diagram Pelaksanaan Proyek
21
Pekerjaan
Pengecoran
TOWER SAPHIRE
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
4.3
Project Time Management.
Gambaran Umum Manajemen Waktu
Manajemen waktu merupakan proses perencanaan dan penjadwalan setiap
aktivitas dalam suatu proyek hingga meliputi proses kontrol dari penjadwalan
tersebut. Manajemen waktu berkaitan dengan perencanaan waktu atau
penjadwalan pelaksanaan pekerjaan dimana sumber daya yang ada mulai
melaksanakan kegiatan yang ada sampai dengan menyelesaikan keseluruhan
proyek. Penjadwalan merupakan landasan yang penting dalam perencanaan dan
pengendalian proyek. Kegiatan penjadwalan menyatukan berbagai informasi dari
beberapa aspek proyek. Misalnya, perkiraan durasi kegiatan, hubungan antar
kegiatan, ketersediaan sumber daya dan budget, dan mungkin deadline kegiatan,
sehingga jadwal kerja dapat dijadikan patokan dalam melakukan perencanaan,
fungsi eksekutif dan monitoring atau pengendalian. Berdasarkan A Guide To The
Project Management Body Of Knowledge, manajemen waktu proyek dibagi dalam
beberapa proses utama, yaitu:
 Identifikasi Aktivias
 Urutan Aktivitas
 Estimasi Sumber Daya Aktivitas
 Estimasi Durasi Aktivitas
 Pengembangan Jadwal
 Pengontrolan Jadwal
Identifikasi Kegiatan
Identifikasi aktivitas merupakan proses mengidentifikasikan aktifitas dari
paket–paket pekerjaan dalam suatu proyek. Proses identifikasi aktivitas
memerlukan beberapa hal utama dalam suatu proyek yaitu:
 Faktor-faktor lingkungan usaha
 Work Breakdown Structure (WBS)
 Rencana manajemen proyek
22
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Berdasarkan teknik template proyek sebelumnya, daftar aktivitas proyek
Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung secara garis besar meliputi
meliputi:
 Pekerjaan pondasi
 Pekerjaan tanah
 Pekerjaan beton
 Pekerjaan baja
 Pekerjaan arsitektur
 Pekerjaan mekanikal elektrikal
Gambar 4.4 Proses Identifikasi Kegiatan
Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008)
Urutan Kegiatan
Proses ini merupakan proses mengidentifikasi hubungan ketergantungan
antar tiap–tiap berdasarkan urutannya. Proses mengurutkan aktivitas dalam
sebuah proyek harus dilakukan sesuai dengan urutan kerjanya. Proses
mengurutkan aktivitas memerlukan beberapa hal utama dalam suatu proyek yaitu:
 List aktivitas
 Atribut aktivitas
 List milestone
 Pernyataan lingkup proyek
 Aset-aset proses organisasi
Proses selanjutnya adalah melakukan identifikasi tipe keterkaitan dari
aktivitas proyek, dapat berbentuk finish to start, start to start, finish to finish, start
to start, semuanya termasuk dengan penundaan atau dengan tumpang tindih antar
23
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
aktivitas lain. Identifikasi tersebut berperan penting untuk menentukan diagram
urutan aktivitas yang selanjutnya akan digunakan dalam proyek. Diagram urutan
aktivitas dapat berupa Activity on Node atau Activity on Arrow.
Setiap aktivitas memiliki ketergantungan satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008),
terdapat dua jenis standar ketergantungan yang harus dipertimbangkan ketika
mengurutkan kegiatan proyek Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung PT.
Puninar Sarana Raya:
 Ketergantungan Wajib (Mandatory dependencies)
Ketergantungan yang melekat pada sifat pekerjaan yang diselesaikan.
Sebagai contoh, pendefinisian permintaan dilakukan sebelum proses desain
dilakukan. Tetapi tidak semua pendefinisian permintaan harus diselesaikan
sebelum desain dimulai. Oleh karena itu, ketergantungan antara pekerjaan
harus didefinisikan pada tingkat yang lebih detil.
 Ketergantungan Kebijaksanaan (Discretionary dependencies)
Ketergantungan yang didefinisikan secara sukarela oleh manajer proyek
dengan tujuan, misalnya, mendukung kegunaan dari latihan terbaik,
membatasi paralelitas dan kekompleksitan dalam perencanaan proyek.
Gambar 4.5 Presedence Diagraming Metho
Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008)
24
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Tabel 4.1 Urutan Aktivitas Proyek Apartemen Gateway @Bandung
Sumber : Manajemen Proyek Nusa Raya Cipta, 2011
Gambar 4.6 Proses Urutan Kegiatan
Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008)
25
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Estimasi Sumber Daya Kegiatan
Perkiraan Sumber Daya Kegiatan adalah proses memperkirakan jenis dan
jumlah material, orang, peralatan, atau perlengkapan yang dibutuhkan untuk
melakukan setiap kegiatan. Proses estimasi sumber daya kegiatan proyek
Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung memerlukan beberapa hal utama
dalam suatu proyek yaitu:
 List kegiatan
 Atribut setiap kegiatan
 Jadwal sumber daya
 Faktor lingkungan
 Aset organisasi
Tahapan selanjutnya adalah proses estimasi sumber daya yang dibutuhkan
dalam proyek ini dengan menggunakan beberapa teknik, yaitu:
 Pendugaan ahli
 Analisis alternatif
 Software manajemen proyek
Pada proyek ini, estimasi sumber daya yang digunakan adalah dengan
menggunakan dugaan para ahli. Ahli dalam hal ini adalah site manager, serta para
engineering, dan bagian logistik proyek. Ketiga ahli tersebut selanjutnya
melakukan dugaan estimasi sumber daya dalam proyek ini. Selain itu, proses
estimasi tidak terlalu sulit untuk dilakukan, sebab proyek sejenis telah dilakukan
satu tahun sebelumnya. Sehingga referensi yang memadai telah ada dalam hal
sumber daya maupun waktu.
Gambar 4.7 Proses Estimasi Sumber Daya Kegiatan
Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008)
26
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Estimasi Durasi Kegiatan
Estimasi durasi kegiatan adalah proses pendekatan jumlah periode kerja
yang
dibutuhkan
untuk
menyelesaikan
kegiatan
dengan
sumber
daya
diperkirakan. Memperkirakan jangka waktu kegiatan menggunakan informasi
pada lingkup kegiatan pekerjaan, diperlukan jenis sumber daya, jumlah sumber
daya yang diperkirakan, dan kalender sumber daya. Masukan untuk perkiraan
durasi aktivitas berasal dari orang atau kelompok pada tim proyek yang paling
akrab dengan sifat pekerjaan dalam kegiatan tertentu.
Estimasi durasi kegiatan mensyaratkan bahwa jumlah usaha pekerjaan yang
diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan yang diperkirakan dan jumlah sumber
daya yang diterapkan untuk menyelesaikan aktivitas. Hal ini selanjutnya
digunakan untuk memperkirakan jumlah periode kerja (durasi aktivitas) yang
diperlukan untuk menyelesaikan aktivitas. Semua data dan asumsi yang
mendukung estimasi durasi didokumentasikan untuk setiap perkiraan durasi
aktivitas. Proses estimasi durasi kegiatan proyek Pembangunan Apartemen
Gateway @Bandung PT. Puninar Sarana Raya memerlukan beberapa hal utama
dalam suatu proyek yaitu:
 List kegiatan
 Atribut setiap kegiatan
 Jadwal sumber daya
 Faktor lingkungan
 Aset organisasi
Pada proyek ini, estimasi durasi yang digunakan adalah dengan
menggunakan dugaan para ahli. Ahli dalam hal ini adalah site manager, serta para
engineering. Para ahli tersebut selanjutnya melakukan dugaan estimasi durasi
dalam proyek ini. Selain itu, proses estimasi tidak terlalu sulit untuk dilakukan,
sebab proyek sejenis telah dilakukan satu tahun sebelumnya. Sehingga referensi
yang memadai telah ada dalam hal sumber daya maupun waktu.
27
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Tabel 4.1
Estimasi Durasi Proyek Pembangunan Apartemen Gateway
@Bandung
Sumber : Manajemen Proyek Nusa Raya Cipta, 2011
Gambar 4.8 Proses Estimasi Durasi Kegiatan
Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008)
Pengembangan Jadwal
Pengembangan jadwal adalah proses menganalisis urutan kegiatan, jangka
waktu, kebutuhan sumber daya, dan jadwal kendala untuk membuat jadwal
proyek. Proses memasukan kegiatan, jangka waktu, dan sumber daya ke dalam
alat penjadwalan menghasilkan jadwal dengan tanggal yang direncanakan untuk
menyelesaikan kegiatan proyek. Pengembangan jadwal proyek sering kali
merupakan proses iteratif. Hal ini menentukan awal direncanakannya suatu
proyek dan tanggal selesai untuk kegiatan proyek, serta tenggat waktu. Jadwal
pengembangan dapat meminta review dan revisi estimasi durasi dan sumber daya
memperkirakan untuk membuat jadwal proyek yang disetujui yang dapat
berfungsi sebagai dasar untuk memperkirakan kemajuan suatu proyek. Proses
pengembangan jadwal kegiatan proyek Pembangunan Apartemen Gateway
@Bandunf memerlukan beberapa hal utama dalam suatu proyek yaitu:
 List kegiatan
 Atribut setiap kegiatan
 Diagram jaringan jadwal proyek
 Sumber daya kegiatan
 Estimasi durasi kegiatan
28
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
 List milestone
 Pernyataan lingkup proyek
 Aset-aset proses organisasi
 Penjelasan lingkup proyek
Pengembangan jadwal proyek dapat dilakukan dengan berupa bar chart atau
gantt chart, sehingga akan dengan mudah melihat jadwal kegiatan proyek yang
harus dilakukan. Pengembangan jadwal dapat menentukan kapan sebuah aktivitas
proyek dimulai atau selesai.
Gambar 4.9 Proses Pengembangan Jadwal Kegiatan
Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008)
Jalur Kritis Proyek
Jalur kritis merupakan urutan tugas dalam sebuah proyek yang merupakan
jalur yang paling panjang dan paling lama. Jalur kritis menentukan penyelesaian
paling awal yang mungkin dilakukan. Oleh karena itu jalur kritis harus benarbenar
diatur dengan hati-hati karena jika salah satu tugas dari jalur kritis tertunda, maka
pelaksanaan keseluruhan proyek akan tertunda.
Jalur kritis juga dapat ditentukan dengan menghitung float yang dimiliki
oleh setiap kegiatan. Kegiatan kritis merupakan kegiatan yang floatnya adalah 0
(nol). Float adalah waktu yang tersedia untuk menunda suatu kegiatan tanpa
29
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
memperlambat pekerjaan proyek. Cara menghitung float adalah dengan
mengurangi waktu mulai paling akhir (LS) dengan waktu mulai paling awal (ES)
sama dengan mengurangi waktu selesai paling akhir (LF) dengan waktu selesai
paling awal (EF).
30
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Gambar 4.10 Gantt Chart Proyek Apartemen Gateway @Bandung
31
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
4.4
Project Quality Management
Gambaran Umum Manajemen Kualitas
Manajemen Kualitas proyek mencakup proses dan kegiatan organisasi yang
menentukan kebijakan kualitas, tujuan, dan tanggung jawab sehingga proyek akan
memenuhi kebutuhan yang memenuhi standard yang diperlukan. Manajemen ini
menerapkan sistem manajemen mutu melalui kebijakan dan prosedur yang dilakukan
secara periodik.
Manajemen Mutu Proyek alamat berlaku untuk semua proyek, terlepas dari
sifat produk mereka. Kualitas produk, langkah-langkah, dan teknik yang khusus
untuk jenis produk yang dihasilkan oleh proyek tersebut. Penerapan manajemen
kualitas proyek, cukup penting untuk beberapa hal utama yaitu:
 kepuasaan pelanggan,
 pencegahan dari sebuah inspeksi lapangan,
 peningkatan kualitas, dan
 manajemen tanggung jawab.
Pendekatan dasar untuk manajemen kualitas diuraikan dalam bagian ini
dimaksudkan agar kompatibel dengan ISO. Hal ini kompatibel dengan pendekatan
yang sesuai untuk manajemen mutu seperti yang direkomendasikan oleh Deming,
Juran, Crosby, dan lainnya, dan non-eksklusif pendekatan seperti Total Quality
Management (TQM), Six Sigma, modus kegagalan dan analisis efek (FMEA), desain
review, suara pelanggan, Cost of Quality (COQ), dan perbaikan terus-menerus.
Cost of Quality (COQ) mengacu pada total biaya dari semua upaya yang terkait
dengan mutu di seluruh hidup produk siklus. Keputusan proyek dapat mempengaruhi
biaya operasional kualitas sebagai akibat dari pengembalian produk, dan klaim
garansi. Oleh karena itu, karena sifat sementara proyek, organisasi sponsor dapat
memilih untuk berinvestasi dalam peningkatan kualitas produk, terutama pencegahan
cacat dan penilaian, untuk mengurangi biaya kualitas.
Berdasarkan A Guide To The Project Management Body Of Knowledge,
manajemen kualitas proyek dibagi dalam beberapa proses utama, yaitu:
32
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
 Perencanaan Kualitas
 Pelaksaanaan Kualitas
 Kontrol Kualitas
Perencanaan Kualitas
Perencanaan kualitas adalah proses identifikasi persyaratan kualitas dan/atau
standar untuk proyek dan produk, dan mendokumentasikan bagaimana proyek akan
menunjukkan suatu kepatuhan terhadap setandar tersebut. Perencanaan kualitas harus
dilakukan secara paralel atau sinergis dengan proses perencanaan proyek lainnya.
Sebagai contoh, perubahan yang diusulkan dalam produk untuk memenuhi standar
kualitas diidentifikasi mungkin membutuhkan penyesuaian biaya atau jadwal.
Secara garis besar, rencana kualitas proyek Pembangunan Apartemen Gateway
@Bandunge ini adalah sebuah gudang dapat bertahan selama 50 tahun. Selain itu,
gudang tersebut tahan terhadap berbagai kondisi bencana alam, seperti banjir.
Kualitas utama yang akan terlihat secara langsung adalah kekuatan lantai gudang
yang akan digunakan untuk menopang ratusan mobil yang akan disimpan
didalamnya. Bobot mobil yang cukup besar, tentunya membutuhkan pekerjaan lantai
dengan standar kualitas tertentu sehingga mampu menopang beban yang cukup berat
diatasnya.
Pada proyek ini terdapat beberapa standar pekerjaan, yang digunakan untuk
menjamin mutu dari suatu pekerjaan tertentu. Standar pekerjaan yang digunakan
bervariasi, yaitu:
 Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983.
 Peraturan Gempa Indonesia untuk Gedung 1987.
 Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1991.
 Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983.
 Standar Industri Indonesia SII.
 American Society for Testing and Materials (ASTM).
 Building Code Requirements for Reinforced Concrete (ACI 318-93).
33
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
 American Institute Of Steel Construction (AISC)
 British Standard
 AASHTO
Gambar 4.11 Proses Perencanaan Kualitas
Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008)
4.5
Project Human Resource Management
Gambaran Umum Manajemen Sumber Daya Manusia
Mengembangkan
rencana
sumber
daya
manusia
adalah
proses
mengidentifikasi dan mendokumentasikan peran Proyek,tanggung jawab, dan
keterampilan
yang
diperlukan,
pelaporan
hubungan
dan
menciptakan
rencana manajemen staf. Manajemen sumber daya manusia meliputi kegiatan
perencanaan atas sumber daya manusia yang akan mengerjakan proyek, perekrutan
tenaga kerja, serta pembangunan team.
34
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Gambar 4.12 Proses Perencanaan Sumber Daya Manusia
Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008)
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah manusia yang bekerja di lingkungan
suatu proyek (disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan). Sumber
Daya Manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam
mewujudkan eksistensinya. Sumber Daya Manusia (SDM) adalah potensi yang
merupakan asset dan berfungsi sebagai modal (non material/non finansial) di dalam
proyek, yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik
dalam mewujudkan tujuan dari suatu proyek. Pengertian Manajemen Sumber Daya
Manusia menurut Mary Parker Follett adalah suatu seni untuk mencapai tujuantujuan melalui pengaturan orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang
diperlukan, atau dengan kata lain tidak melakukan pekerjaanpekerjaan itu sendiri.
Menurut Edwin B. Flippo Manajemen Sumber Daya Manusia adalah
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatan-kegiatan
pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan
dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan proyek
Tenaga Kerja
a. Tenaga Kerja Kontraktor utama (PT. Nusa Raya Cipta)
Tenaga kerja merupakan unsur yang juga penting dalam pelaksanaan
proyek karena berpengaruh cukup besar terhadap biaya dan waktu penyelesaian
pekerjaan proyek.
35
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan
suatu proyek karena pengaruhnya yang cukup besar terhadap biaya dan waktu
penyelesaian suatu pekerjaan proyek. Pekerjaan konstruksi termasuk pekerjaan
yang mempunyai resiko bahaya yang cukup tinggi sehingga dalam UU Nomor
28 Tahun 2000 Pasal 15 ayat 1 disebutkan bahwa Tenaga kerja konstruksi harus
mengikuti sertifikasi keterampilan kerja atau sertifikasi keahlian kerja yang
dilakukan oleh Lembaga, yang dinyatakan dengan sertifikat.
Dalam manajemen tenaga kerja diperlukan pengelolaan tenaga kerja dan
proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan:
 Penentuan ukuran dan jumlah tenaga kerja.
 Recruitment dan pembagian tenaga kerja kedalam kelompok kerja.
 Komposisi tenaga kerja untuk setiap jenis pekerjaan.
 Pengendalian jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan selama proyek
berlangsung.
 Perencanaan, penjadwalan, pengarahan dan pengawasan kegiatan tenaga
kerja.
Untuk prosedur pengadaan tenaga kerja pada proyek Pembangunan
Apartemen Gateway @Bandung ini, pihak kontraktor menentukan mandor
untuk setiap jenis pekerjaan. Mandor tersebut kemudian mencari pekerja sesuai
dengan bidang pekerjaannya dengan jumlah yang dibutuhkan sesuai dengan
volume pekerjaan yang harus dikerjakan. Untuk pekerjaan yang dikerjakan oleh
subkontraktor, jumlah tenaga kerja yang terlibat dan upah menjadi tanggung
jawab subkontraktor yang bersangkutan.
Berikut adalah jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk setiap jenis
pekerjaan yaitu:
Tabel 4.2 -3 Jumlah Tenaga Kerja
Tenaga Kerja
Jumlah
Tenaga kerja pembesian 20 orang
kolom
36
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Tenaga Kerja Pembesian 80orang
balok dan plat lantai
Tenaga Kerja Bekisting
120 orang
Tenaga Kerja Pengecoran
15 orang
Tenaga ME
10 orang
Total
245 orang
Upah tenaga kerja dihitung berdasarkan volume pekerjaan yang dilakukan
yang dibayarkan setiap minggu.
pekerjaan yang diserahkan kepada sub kontraktor, penyediaan tenaga kerja
dilakukan oleh sub kontraktor tersebut.
4.6
Project Communication Management
Meliputi kegiatan perencanaan komunikasi atas level sumber daya, distribusi
informasi, laporan kemajuan proyek dan pembuatan administrasi akhir proyek
sebelum diserah terimakan. Perencanaan komunikasi
Gambar 4.13 Perencanaan Komunikasi
Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008)
Salah satu kunci keberhasilan untuk kesuksesan proyek adalah komunikasi
yang efektif,
Kurangya komunikasi yang baik secara signifikan memberikan
pengaruh yang negatif pada kualitas koordinasi kerja. Oleh karena itu, untuk menjaga
komunikasi di lingkungan proyek, perlu adanya manajemen proyek. Manajemen
komunikasi adalah salah satu fungsi yang esensial dalam keberlangsungan sebuah
37
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
proyek. Beberapa alasan yang menyebabkan perlunya manajemen komunikasi proyek
yaitu:
1. Untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pemangku kebijakan
proyek.
2. Untuk melaporkan pelaksanaan proyek.
3. Untuk menghasilkan dokumen formal.
Distribusi
informasi
meliputi
pembuatan
informasi
yang
dibutuhkan
stakeholder tersedia dengan tepat waktu. Hal ini termasuk implementasi dari rencana
manajemen komunikasi, sebagai respon terhadap permintaan informasi yang tidak
diduga. Distribusi informasi dapat dilakukan dengan metode rapat, distribusi
dokumen, dan akses yang diberikan kepada data-base elektronik yang dijaringkan.
Komunikasi dalam suatu proyek mencakup komunikasi eksternal dan internal
yang dapat dilakukan melalui rapat-rapat. Berikut adalah komunikasi eksternal dan
internal yang dilakukan pada proyek.
1. Komunikasi eksternal
Komunikasi eksternal merupakan komunikasi yang dilakukan antar pihak
yang terlibat dalam proyek.
a. Kick of Meeting
Tujuan dari kick of meeting ini yaitu

Membangun tim proyek agar seluruh seluruh pihak dapat
menjalankan fungsinga sesuai dengan struktur organisasi dan uraian
kerja serta memahami tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

Menyamakan persepsi tentang jadwal, kualitas dan anggaran
proyek.

Menyatukan langkah, agar masing-masing unit tidak berjalan
sendiri-sendiri dalam menjalankan tugasnya.

Mengikuti SOP (Standard Operating Procedure ) yang berlaku.
Agenda dalam kick of meeting ini biasanya meliputi
38
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011

Penjelasan menyeluruh dari menajer proyek tentang target
keuntungan yang hendak dicapai, target waktu penyelesaian proyek
dan target mutu kerja

Pembagian tugas pekerjaan

Menyusun Standard Operating Procedure

Target jangka pendek (1-2 minggu) yang hendak dicapai
Kick of Meeting dilaksanakan saat kegiatan proyek akan dimulai dan kalau
belum bisa dilokasi proyek, dilaksanakan sedekat mungkin dengan lokasi.
b. Tool Box Meeting
Rapat tool box meeting dilakukan pembahasan mengenai pelaksanaan
suatu bagian pekerjaan tertentu. Peserta rapat terdiri dari Manajer Operasi
Lapangan, Kepala Pelaksana, Mandor, dan Subkontraktor.
Agenda yang dibahas dalam rapat diantaranya:

metode kerja yang ditetapkan

Personil atau unit kerja masing-masing yang terkait

Rute dan Lay-out peralatan dan bahan
Jadwal rapat dilakukan setiap akan dimulai pekerjaan pokok seperti

Pekerjaan pondasi

Pekerjaan tanah dan pasir

Pekerjaan pengecoran

Pekerjaan Atap

Pekerjaan Arsitektur
2. Komunikasi internal
a. Rapat harian
Peserta Rapat:

Diikuti oleh Kepala Pelaksana, Pelaksana Lapangan, Subkontraktor,
Mandor, dan bila perlu staf terkait
39
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011

Rapat harian dipimpin oleh Manajer Operasi
Agenda dalam rapat yaitu melakukan evaluasi apakah target yang ditetapkan
tercapai, dan menetapkan target untuk besok hari.
Jadwal Rapat yaitu pada sore hari pukul 17.00, dimana para pekerja telah
mengerjakan program harian.
b. Rapat Mingguan
Rapat mingguan adalah rapat untuk merencanakan apa yang harus
dikerjakan pada minggu selanjutnya, serta memantau apa yang telah
dikerjakan pada minggu tersebut untuk mengetahui apakah sesuai dengan
rencana kerja mingguan.
Rapat mingguan dilaksanakan pada hari Senin pukul 10.00
Peserta rapat yaitu
 Site Manajer, Manajer Teknik, Manajer Operasi, Manajer
Administrasi, dan staf
 Rapat mingguan dipimpin oleh Manajer Proyek
Agenda Rapat
 Mengevaluasi progress dan pencapaian pekerjaan yang ditargetkan
minggu yang lalu
 Membahas target penyelesaian pekerjaan seminggu yang akan
datang
c. Rapat bulanan
Rapat bulanan bertujuan untuk memperoleh keterangan pertama dari
pihak pimpinan proyek (kontraktor, konsultan, maupun pemilik), perihal
kemajuan pelaksanaan, kendala-kendala yang dihadapi, mendengarkan
pembahasan dan usulan yang diajukan, kemudian memberikan keputusan
dan petunjuk kebijakan untuk dilaksanakan di bulan-bulan selanjutnya.
Rapat ini diadakan setiap minggu ke-3 pada hari Kamis pukul 10.00. Peserta
40
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
dalam rapat ini yaitu Manajer Proyek, Manajer lapangan, Manajer Teknik,
Manajer Operasi, Manajer Administrasi, dan staf
Agenda Rapat

Meninjau notulen rapat bulan sebelumnya

Pembahasan pencapaian program Kerja Proyek, antara lain :
–
EBPP (Evaluasi Biaya Pelaksanaan Proyek)
–
Kinerja
–
Quality Target (mutu produk, house keeping, safety)
–
Potential problem
–
Custumer Complaint
–
Masalah SDM
–
Cash flow (termin, dropping, pembayaran hutang, jurnal
akuntansi dan keuangan)
–
Lain-lain (inovasi, sistem dokumentasi)
Selain melalui rapat, komunikasi dalam proyek juga dilakukan dengan pesan-pesan
harian berupa memo atau pesan lisan dari pengawas atau pelaksana lapangan
terhadap mandor dan juga administrasi proyek. Selain itu, terdapat laporan yang
dapat menjadi sarana komunikasi tentang hasil kinerja proyek. Jenis laporan yang ada
diantaranya:
1. Laporan perubahan-perubahan gambar yang terjadi di gambar kerja terhadap
realisasi dilapangan, dari kontraktor ke konsultan MK dan juga pendesain, dan
juga hal sebaliknya.
2. Laporan harian pelaksanaan proyek yang dibuat oleh para pengawas kepada
pelaksana utama atau site manager.
3. Laporan mingguan pelaksanaan proyek yang dibuat oleh para koordinator
pengawas atau pelaksana utama kepada site manager atau project manager
4. Laporan bulanan hasil usaha proyek atau operasional pelaksanaan proyek,
yang dibuat oleh site manager kepada perusahaan atau direksi.
41
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
5. Laporan untuk pengendalian operasional proyek secara tidak langsung,
termasuk diantaranya:
 Lembar permintaan barang yang diajukan dari pelaksana utama
kepada manajer proyek

Lembar permintaan dana operasional proyek terhadap perusahaan
atau direksi
 Lembar monitoring dan evaluasi yang dibuat proyek.
4.7
Project Risk Management (Perencanaan Manajemen Resiko)
Rencana Manajemen Resiko adalah proses mendefinisikan bagaimana
melakukan kegiatan manajemen resiko untuk sebuah proyek. Perencanaan yang
cermat dan eksplisit meningkatkan probabilitas keberhasilan yang lain lima
proses manajemen resiko. Perencanaan proses manajemen resiko adalah penting
untuk memastikan bahwa gelar, jenis, dan visibilitas manajemen resiko yang sepadan
dengan baik resiko dan pentingnya proyek kepada organisasi. Perencanaan juga
penting untuk menyediakan sumber daya yang cukup dan waktu untuk manajemen
resiko kegiatan, dan untuk membangun dasar yang disepakati untuk mengevaluasi
resiko.
Perencanaan manajemen resiko bertujuan untuk mendapatkan perencanaan
yang baik dan terukur mengenai cara penanganan suatu resiko yang mungkin terjadi
dalam suatu proyek. Bagian terpenting dari manajemen resiko adalah perencanaan
manajemen resiko karena dengan rencana manajemen resiko, proyek manajer dapat
meminimalkan kemungkinan terjadinya resiko dan meminimalkan dampak negatif
hal itu. Rencana manajemen resiko merupakan dokumen rencana prosedur untuk
mengelola resiko seluruh proyek.
Perencanaan manajemen resiko meliputi bagaimana cara penanganannya,
apakah perlu dilakukan suatu tindakan khusus ataukah dibiarkan saja, sampai kepada
siapa yang bertanggung jawab menangani resiko tersebut. Selain mendokumentasikan
hasil identifikasi dan analisis resiko tahapan, bagaimana resiko akan dilacak
42
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
sepanjang waktu proyek, bagaimana kemungkinan rencana akan dilaksanakan, dan
bagaimana proyek cadangan akan dialokasikan untuk menangani resiko.
Gambar 4.14 Proses Perencanaan Manajemen Resiko
Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008)
Identifikasi Resiko
Identifikasi resiko adalah proses penentuan yang dapat mempengaruhi resiko
proyek dan mendokumentasikan karakteristiknya. Pemangku kepentingan dalam
kegiatan identifikasi resiko dapat mencakup sebagai berikut: manajer proyek, anggota
tim proyek, manajemen resiko tim (jika ditugaskan), pelanggan, subyek ahli dari luar
tim proyek, pengguna akhir, manajer proyek lainnya, stakeholder, dan manajemen
resiko ahli. Sementara para personel merupakan peserta kunci untuk identifikasi
resiko, semua personel proyek harus didorong untuk mengidentifikasi resiko.
Identifikasi resiko adalah proses berulang-ulang, karena resiko baru dapat
berkembang selama proyek berlangsung. Format laporan resiko harus konsisten untuk
memastikan kemampuan untuk membandingkan relatif efek dari satu kejadian resiko
terhadap orang lain pada proyek tersebut. Proses ini harus melibatkan tim proyek
sehingga mereka dapat mengembangkan dan mempertahankan rasa kepemilikan dan
tanggung jawab atas resiko dan respon resiko yang terkait tindakan. Stakeholder di
luar tim proyek dapat memberikan tambahan informasi yang obyektif.
Langkah pertama dalam perencanaan manajemen resiko adalah untuk
mengidentifikasi dan mengukur, untuk sedapat mungkin, potensi resiko yang terkait
43
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
dengan proyek. Identifikasi resiko terdiri dari menentukan resiko yang mungkin
mempengaruhi proyek dan mendokumentasikan karakteristik resiko. Semua
kemungkinan resiko yang dapat mempengaruhi proyek tidak harus diidentifikasi.
Tetapi kemungkinan untuk terjadi sesuatu harus disertakan dalam analisis. Resiko
identifikasi dan penilaian ulang adalah tugas yang harus dilakukan di seluruh proyek
untuk setiap tahap perencanaan proyek dan kontrol.
Gambar 4.15 Risk Breakdown Struture (RBS)
Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008)
44
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Gambar 4.16 Risk Breakdown Struture (RBS)
Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008)
45
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Tabel 4.4
Identifikasi Resiko Proyek Pembangunan Apartemen Gateway
@Bandung
ASPEK SUMBER DAYA
Manusia
Material
Alat
Metode (Teknis)
Dana
Manajemen
Lingkungan
KEMUNGKINAN RESIKO
Jumlah Pekerja (minim)
Kemampuan pekerja (terbatas)
Produktifitas pekerja (tidak optimal)
Kecelakaan kerja
Keterlambatan
Material tidak sesuai spesifikasi
Material tidak memadai
Pemakaian berlebihan
Kerusakan
Keterlambatan kedatangan alat
Keterlambatan proses
Ketidaksesuaian metodologi
Gangguan dari daerah sekitar proyek
Keterlambatan struktur baja
Akses crane untuk erection
Inflasi
Kenaikan suku bunga pinjaman
Keterlambatan pembayaran
Keterlambatan pencairan dana
Penambahan volume pekerjaan
Krisis keuangan lokal
Koordinasi (minim)
Monitoring (lemah)
Kontrol (lemah)
Cuaca
Sosial masyarakat
Kerusuhan
Akses lalu lintas proyek
Bencana alam
Sumber : Hasil Analisis (2011)
Analisis Resiko
Analisis resiko kualitatif adalah proses memprioritaskan resiko untuk analisis
lebih lanjut atau tindakan dengan menilai dan menggabungkan probabilitas terjadinya
dan dampak. Suatu organisasi dapat meningkatkan kinerja proyek dengan berfokus
pada prioritas tinggi resiko. Analisis resiko kualitatif menilai prioritas resiko
46
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
diidentifikasi dengan menggunakan probabilitas relatif mereka atau kemungkinan
terjadinya, yang sesuai dengan tujuan proyek jika terjadi resiko, serta faktor-faktor
lain seperti kerangka waktu untuk respon dan toleransi resiko organisasi yang terkait
dengan kendala biaya proyek, jadwal, lingkup, dan kualitas. Penilaian tersebut
mencerminkan sikap dari tim proyek dan stakeholder lainnya untuk suatu resiko
tertentu. Analisis resiko kualitatif biasanya adalah cara yang cepat untumenetapkan
prioritas untuk rencana respon resiko dan landasan untuk melakukan analisis resiko
kuantitatif, jika diperlukan.
Gambar 4.17 Proses Analisis Resiko Kualitatif
Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008)
Analisis resiko kuantitatif adalah proses numerik menganalisis pengaruh resiko
yang telah diidentifikasi pada tujuan proyek secara keseluruhan. Analisis resiko
kuantitatif dilakukan pada resiko yang telah diprioritaskan oleh proses analisis resiko
kualitatif yang berpotensi dan berdampak substansial terhadap tuntutan proyek.
Proses analisis kuantitatif dapat digunakan untuk menetapkan peringkat numerik
untuk resiko-resiko secara individual atau untuk mengevaluasi efek dari semua resiko
yang mempengaruhi proyek. Hal ini juga menyajikan pendekatan kuantitatif untuk
membuat keputusan di hadapan ketidakpastian.
Analisis resiko kuantitatif umumnya mengikuti proses analisis resiko kualitatif.
Pada beberapa kasus, analisis resiko kuantitatif mungkin tidak diperlukan untuk
47
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
mengembangkan respon resiko yang efektif. Ketersediaan waktu dan anggaran, dan
kebutuhan untuk laporan kualitatif atau kuantitatif tentang resiko dan dampak, akan
menentukan metode analisis resiko untuk digunakan pada proyek tertentu. Analisis
resiko
kuantitatif
harus
diulang
setelah
tanggapan rencana resiko, serta bagian dari monitor dan pengendalian resiko, untuk
menentukan apakah resiko proyek secara keseluruhan telah telah menurun secara
signifikan. Tren dapat mengindikasikan perlunya tindakan manajemen yang lebih
atau kurang beresiko.
Gambar 4.18 Proses Analisis Resiko Kuantitatif
Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008)
Setelah resiko telah diidentifikasi maka perlu diukur. Hal yang pertama adalah
masalah kemungkinan terjadinya. Sedangkan beberapa orang dapat mencoba untuk
menetapkan persentase kendala kejadian, hal ini dapat menyiratkan tingkat presisi
yang mungkin tidak realistis. Pendekatan yang lebih masuk akal untuk dapat
menetapkan tinggi, menengah atau rendah kendala, dengan kualifikasi beberapa kata
yang menjelaskan kondisi di mana resiko kemungkinan besar akan terjadi.
Mengetahui kondisi tersebut dapat membantu dalam pemantauan resiko. Hal yang
kedua adalah aspek kuantifikasi potensi dampak pada kualitas, jadwal dan biaya. Hal
ini dapat dilakukan di urutan besarnya tingkat. Hasil kuantifikasi resiko merupakan
keseluruhan proyek penilaian resiko dan penetapan jadwal dan biaya kontingensi
untuk proyek. Persentase kemungkinan akan bergantung pada tahapan proyek.
48
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Tabel 4.5
Analisis Resiko Proyek Pembangunan Apartemen Gateway
@Bandung
ASPEK SUMBER DAYA
Manusia
Material
Alat
Metode (Teknis)
Dana
Manajemen
Lingkungan
KEMUNGKINAN RESIKO
Jumlah Pekerja (minim)
Kemampuan pekerja (terbatas)
Produktifitas pekerja (tidak optimal)
Kecelakaan kerja
Keterlambatan
Material tidak sesuai spesifikasi
Material tidak memadai
Pemakaian berlebihan
Kerusakan
Keterlambatan kedatangan alat
Keterlambatan proses
Ketidaksesuaian metodologi
Gangguan dari daerah sekitar proyek
Keterlambatan struktur baja
Akses crane untuk erection
Inflasi
Kenaikan suku bunga pinjaman
Keterlambatan pembayaran
Keterlambatan pencairan dana
Penambahan volume pekerjaan
Krisis keuangan lokal
Koordinasi (minim)
Monitoring (lemah)
Kontrol (lemah)
Cuaca
Sosial masyarakat
Kerusuhan
Akses lalu lintas proyek
Bencana alam
FREKUENSI DAMPAK
3
4
2
2
3
1
2
2
2
2
3
1
2
2
1
1
2
2
3
1
1
1
2
3
2
2
3
2
1
2
2
2
3
4
4
2
2
3
3
3
4
1
2
1
2
2
3
4
1
2
3
3
1
3
4
4
2
4
F.D
Level
6
8
4
6
12
4
4
4
6
6
9
4
2
4
1
2
4
6
12
1
2
3
6
3
6
8
12
4
4
Medium
Tinggi
Rendah
Medium
Ekstrim
Rendah
Rendah
Rendah
Medium
Medium
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Medium
Ekstrim
Rendah
Rendah
Rendah
Medium
Medium
Medium
Tinggi
Ekstrim
Rendah
Rendah
Sumber : Hasil Analisis (2011)
Respon Resiko (Mitigasi Resiko)
Tanggapan rencana resiko (respon resiko atau mitigasi resiko) adalah proses
pilihan pengembangan dan tindakan untuk meningkatkan peluang dan untuk
mengurangi ancaman suatu resiko terhadap tujuan proyek. Proses ini mengikuti
49
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
proses analisis resiko kualitatif dan analisis resiko kuantitatif. Selain itu, hal ini
mencakup identifikasi dan penugasan seseorang untuk mengambil tanggung jawab
untuk setiap penanggulangan resiko dan pendanaannya. Rencana Tanggapan Resiko
membahas resiko dengan prioritas mereka, memasukkan sumber daya dan kegiatan
ke dalam anggaran, jadwal dan proyek rencana pengelolaan yang diperlukan.
Respon resiko direncanakan harus sesuai dengan signifikansi resiko, biaya yang
efektif, realistis dalam konteks proyek, disepakati oleh semua pihak yang terlibat, dan
dimiliki oleh seorang yang bertanggung jawab terhadap resiko tersebut. Mereka juga
harus tepat waktu. Memilih resiko respon terbaik dari beberapa pilihan sering
diperlukan. Respon resiko merupakan bagian yang menyajikan pendekatan yang
biasa digunakan untuk perencanaan respon terhadap resiko. Resiko termasuk
ancaman dan peluang yang dapat mempengaruhi keberhasilan proyek, dan respon
yang dibahas untuk masing-masing resiko.
50
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Tabel 4.6
Respon Resiko Proyek Pembangunan Apartemen Gateway
@Bandung
ASPEK SUMBER DAYA
Manusia
Material
Alat
Metode (Teknis)
Dana
Manajemen
Lingkungan
KEMUNGKINAN RESIKO
RESPON RESIKO
Jumlah Pekerja (minim)
Kemampuan pekerja (terbatas)
Produktifitas pekerja (tidak optimal)
Kecelakaan kerja
Keterlambatan
Material tidak sesuai spesifikasi
Material tidak memadai
Pemakaian berlebihan
Kerusakan
Keterlambatan kedatangan alat
Keterlambatan proses
Ketidaksesuaian metodologi
Gangguan dari daerah sekitar proyek
Keterlambatan struktur baja
Akses crane untuk erection
Inflasi
Kenaikan suku bunga pinjaman
Keterlambatan pembayaran
Keterlambatan pencairan dana
Penambahan volume pekerjaan
Krisis keuangan lokal
Koordinasi (minim)
Monitoring (lemah)
Kontrol (lemah)
Cuaca
Sosial masyarakat
Kerusuhan
Akses lalu lintas proyek
Bencana alam
Mencari SDM
Training pekerja
Motivasi pekerja
Sosialisasi safety plan
Cari material sementara
Tukar material
Tambah material
Sosialisasi efisiensi
Cari alternatif penyewaan
Cari alternatif penyewaan
Optimalkan kinerja pekerja
Perbaikan metode
Sesuaikan desain
Optimalkan pekerjaan lainnya
Desain jalan akses
Penghematan anggaran
Penghematan anggaran
Komunikasi dengan pemilik
Penundaaan pengeluaran
Komunikasi dengan pemilik
Komunikasi dengan pemilik
Menjaga koordinasi
Monitoring diperketat
Kontrol diperketat
Menunggu
Komunikasi masyarakat
Menunggu kondisi tenang
Sosialisasi safety plan
Menunggu
Sumber : Hasil Analisis (2011)
Gambar 4.19 Proses Respon Resiko
Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008)
51
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Perencanaan Kontingensi
Respon resiko merupakan kegiatan preventif secara alami, sedangkan
perencanaan kontingensi adalah rencana aksi yang akan dilakukan jika resiko yang
diidentifikasikan tersebut terjadi. Jika dibuat rencana aksi yang baik benarbenar
diterapkan pada resiko yang terjadi, maka dampak dari resiko tersebut akan
terminimalisir. Ada beberapa situasi di mana tidak realistis dapat dilakukan untuk
mencegah atau berurusan dengan resiko. Dalam hal ini, proyek harus diatur
sedemikian rupa yang kemungkinan dari kejadian ini diminimalkan. Jika terjadi
peristiwa, manajer proyek harus memperbarui rencana proyek untuk mencakup
dampak dari masalah.
Langkah berikutnya adalah merencanakan penanganan dari resiko-resiko
tersebut berdasarkan prioritasnya. Beberapa kemungkinan cara penanganan suatu
resiko adalah:
 diabaikan, apabila resikonya sangat kecil
 dialihkan/dialokasikan, yaitu dengan memberikan/mengalihkan pekerjaan
tersebut kepada pihak lain yang lebih berpengalaman. Pilihannya dapat dengan
menggunakan subkontraktor atau dengan asuransi.
 dikurangi/dieliminir, apabila tidak memungkinkan untuk menghilangkannya
dihilangkan sepenuhnya dengan penanganan khusus
4.8
Project Procurement Management
Gambaran Umum Manajemen Procurement
Manajemen procurement proyek mencakup proses-proses yang diperlukan
untuk membeli atau memperoleh produk, jasa, atau hasil yang dibutuhkan dari luar
tim proyek. Organisasi dapat berupa pembeli atau penjual produk, jasa, atau hasil dari
suatu proyek. Manajemen procurement proyekmeliputi manajemen kontrak dan
proses perubahan kontrol dibutuhkan untuk mengembangkan dan mengelola kontrak
atau pesanan pembelian yang dikeluarkan oleh anggota proyek yang berwenang tim.
Manajemen procurement proyekjuga mencakup pemberian kontrak yang dikeluarkan
52
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
oleh organisasi luar (pembeli) yang mendapatkan proyek dari organisasi yang
melakukan (penjual), dan administrasi kewajiban kontraktual ditempatkan pada tim
proyek dalam kontrak.
Proses manajemen procurement proyek kontrak yang melibatkan dokumendokumen hukum antara pembeli dan penjual. Sebuah kontrak perjanjian saling
mewakili, serta mengikat yang mewajibkan penjual untuk menyediakan produk
tertentu, jasa, atau hasil, dan mewajibkan pembeli untuk memberikan uang atau
lainnya yang berharga pertimbangan. Perjanjian tersebut dapat sederhana atau
kompleks, dan dapat mencerminkan kesederhanaan atau kompleksitas kiriman dan
upaya yang diperlukan.
Sebuah proyek yang cukup kompleks dapat mengelola beberapa kontrak atau
subkontrak secara bersamaan. Dalam kasus tersebut, masing-masing siklus hidup
suatu proyek dapat mengakhiri kontrak selama setiap fase dari siklus hidup proyek
tersebut. Manajemen procurement proyek dibahas dalam perspektif hubungan
pembeli-penjual. Hubungan pembeli dan penjual bisa ada di berbagai tingkatan pada
setiap proyek satu, dan antara organisasi internal untuk dan eksternal untuk organisasi
memperoleh.
Tergantung pada area aplikasi, penjual bisa disebut kontraktor, subkontraktor,
vendor, layanan penyedia, atau pemasok. Tergantung pada posisi pembeli dalam
siklus akuisisi proyek, pembeli dapat disebut klien, pelanggan, kontraktor utama,
kontraktor, organisasi memperoleh, instansi pemerintah, layanan pemohon, atau
pembeli. Penjual dapat dilihat selama siklus hidup kontrak pertama sebagai penawar,
kemudian sebagai sumber yang dipilih, dan kemudian dikontrak sebagai pemasok
atau vendor.
Berdasarkan A Guide To The Project Management Body Of Knowledge,
manajemen procurement proyek dibagi dalam beberapa proses utama, yaitu:
 Plan Procurements
 Conduct Procurements
 Administer Procurements
53
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
 Close Procurements
Plan Procurement (Rencana Pengadaan)
Rencana pengadaan adalah proses pendokumentasian keputusan proyek
pembelian, menentukan pendekatan, dan mengidentifikasi penjual yang potensial.
Hal tersebut mengidentifikasi kebutuhan proyek yang paling dapat, atau harus
dipenuhi proyek, dibandingkan dengan mereka kebutuhan proyek yang dapat dicapai
oleh tim proyek.
Rencana pengadaan proses juga mencakup pertimbangan penjual potensial,
terutama jika pembeli ingin menganalisa pengaruh atau kontrol atas keputusan
akuisisi. Pertimbangan juga harus diberikan kepada siapa yang bertanggung jawab
untuk memperoleh atau memegang izin relevan dan lisensi profesional yang mungkin
diperlukan oleh undang-undang, peraturan, atau kebijakan organisasi dalam
melaksanakan proyek tersebut. Persyaratan jadwal proyek secara signifikan dapat
mempengaruhi strategi selama rencana pengadaan. Keputusan yang dibuat dalam
mengembangkan rencana manajemen pengadaan juga dapat mempengaruhi proyek
jadwal dan terintegrasi dengan pengembangan jadwal, perkiraan sumber daya
kegiatan, dan pengambilan keputusan. Rencana pengadaan mencakup pertimbangan
risiko yang terlibat dengan setiap keputusan membuat atau membeli suatu produk.
Hal ini juga termasuk meninjau jenis kontrak rencananya akan digunakan sehubungan
dengan mengurangi risiko, atau terkadang mentransfer risiko kepada penjual.
Pada proyek pembangunan apartemen gateway @ Bandung, rencana pengadaan
barang dan jasa diatur oleh bagian logistik PT.Graha Perkasa Abad. Bagian logistik
akan merencanakan pembelian sekaligus penerimaan barang yang akan digunakan
dalam proyek ini. Selama proyek berlangsung, bagian logistik berkoordinasi dengan
supervisor dan site manager untuk pengadaan barang dan jasa dalam proyek tersebut.
54
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Gambar 4.20 Proses Perencanaan Pengadaan
Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008)
Penentuan Lingkup Pembelian
Identifikasi barang dan jasa yang akan dibeli merupakan tahap awal proyek,
ketika pengembangan WBS. Barang yang akan dibeli harus diturunkan menjadi
komponen yang paling kecil, untuk memudahkan pembayaran agar lebih fleksibel
dan membuat pembelian lebih mudah dimanage sehingga pembelian akan lebih
mudah dikontrol. Lingkup pembelian menunjukkan informasi penting tentang
kebutuhan dan strategi proyek yang harus dipertimbangkan selama perencanaan
pengadaan.
55
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Penentuan Permintaan Pengguna
Memahami apa yang sebenarnya dibutuhkan dan kebutuhan yang dibutuhkan
untuk pemenuhan hal tersebut merupakan kunci dari pengadaan yang efektif.
Kebutuhan harus didokumentasikan dan dibuat prioritasnya. Dalam pengembangan
kebutuhan, membedakan dengan jelas antara apa yang penting bagi kebutuhan bisnis
dan apa yang hanya peningkatan/modifikasi saja yang dapat meningkatkan
pengeluaran tanpa perubahan yang signifikan. Seorang manajer proyek harus dapat
menentukan permintaan yang butuh untuk dimiliki dan permintaan yang bagus untuk
dimiliki. Dalam pengembangan kebutuhan dan spesifikasi, pilihan sulit harus di buat
karena keterbatasan dana. Analisis biaya juga berguna untuk menghilangkan hal-hal
dan komponen yang tidak dibutuhkan dan menyederhanakan desain sistem akhir.
Ketika mengembangkan spesifikasi, standar kota harus dipertimbangkan. Dengan
mengikuti standar yang diberikan kota, spesifikasi yang dibuat akan meningkatkan
kompetisi.
Tipe Kontrak
 Fixed Price
Kontrak biasanya baik untuk pembelian dengan ketidakpastian dan resiko
rendah. Ketika harga yang telah ditentukan yang digunakan, vendor mengambil
semua resiko dan akan mengganti kerugian dari resiko yang diambil ini.
Hasilnya proposal akan memiliki estimasi biaya dengan kontingensi yang besar.
 Cost Plus Incentive Fee
Kontrak akan menetapkan target biaya dan pengaturan untuk mambagi biaya
yang dijalankan atau disimpan. Biaya akhir adalah target harga dikurangi
pembagian untuk disimpan atau pembagian untuk dijalankan. Biaya target
adalah estimasi biaya pada kondisi bisnis normal.
 Fixed Price Plus Incentive Fee
 Insentif Jadwal : sebuah jadwal berdasarkan biaya insentif yang mendorong
vendor untuk melengkapi proyek dalam waktu yang ditunjukkan.
56
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
 Insentif
Pendapatan/Penyimpanan
:
pembagian
penyimpanan
atau
meningkatkan pendapatan dengan membariskan tujuan vendor dan
keberhasilan yang lebih dekat dengan tujuan kota.
Jenis kontrak yang disepakati pada proyek Pembangunan Apartemen Gateway
@Bandung adalah lump sum fixed price. Lump sum fixed price adalah kontrak
konstruksi dimana sistem pengadaan barang dan jasa untuk penyelesaian seluruh
pekerjaan ditentukan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti
tetap, sedangkan resiko pelaksanaan adalah tanggung jawab kontraktor.
Kontrak lump sum yang berlaku pada proyek ini berdasarkan pada gambar
rencana, spesifikasi material, dan berita acara penjelasan yang dibuat selama proses
tender. Secara umum kontrak dalam sistem lump sum ini saling menguntungkan
kedua belah pihak. Pihak owner cukup menyediakan total biaya yang dibutuhkan
tanpa harus memikirkan perubahan biaya yang terjadi karena harga kontrak yang
mengikat. Sedangkan kontraktor dapat mengatur sendiri pelaksanaan kontruksi
dengan menggunakan sumber daya seefisien mungkin untuk mendapatkan
keuntungan.
Kontrak lump sum fixed price yang disepakati pada proyek Pembangunan
Apartemen Gateway @Bandung meliputi:

Luasan pekerjaan yang harus dilaksanakan dan memuat uraian tentang
pekerjaan serta syarat-syarat pekerjaan yang disertai gambar (bestek)
dilengkapi dengan uraian-uraian tentang material dan alat-alat yang akan
dipergunakan.

Penentuan harga borongan

Penentuan tentang jangka waktu penyelesaian pekerjaan

Sanksi apabila terjadi permasalahan

Penyelesaian bila terjadi perselisihan

Hak dan kewajiban pihak-pihak yang tertera dalam perjanjian
Secara umum kontrak dengan sistem lump sum memiliki keuntungan dan
kerugian bagi masing-masing pihak. Bagi pemilik keuntungannya yaitu cukup
57
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
menyediakan total biaya yang dibutuhkan tanpa harus memikirkan perubahan biaya
yang terjadi karena permasalahan tersebut ditangani oleh kontraktor. Kerugianya,
pemilik harus mengawasi secara cermat pelaksanaan proyek dari awal hingga
berakhirnya masa kontrak. Selain itu, kenaikan harga material dan konatruksi yang
signifikan akan mengakibatkan kerugian bagi pemilik. Bagi kontraktor, penurunan
biaya material dan kelebihan biaya pada pelaksanaan proyek di luar upah (fee)
menjadi keuntungan mutlak.
4.9
Project Cost Management
Gambaran Umum Manajemen Biaya
Manajemen biaya proyek meliputi proses yang terlibat dalam memperkirakan
biaya, penganggaran, dan pengendalian sehingga proyek dapat diselesaikan dalam
anggaran yang telah disepakati sebelumnya. Manajemen biaya proyek harus
mempertimbangkan berbagai persyaratan stakeholder. Setiap stakeholder akan
mengukur biaya proyek dengan cara yang berbeda dan pada waktu yang berbeda.
Sebagai contoh, biaya dari sebuah item yang diperoleh dapat diukur ketika keputusan
akuisisi dibuat atau dilakukan, pesanan ditempatkan, pada item proyek yang dikirim,
atau biaya yang sebenarnya terjadi untuk tujuan akuntansi proyek.
Manajemen biaya proyek terutama berkaitan dengan biaya sumber daya yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan proyek. Manajemen biaya proyek
juga harus mempertimbangkan efek dari suatu keputusan proyek. Sebagai contoh,
membatasi jumlah tinjauan desain dapat mengurangi biaya proyek tapi bisa
melakukannya dengan meningkatkan pelanggan biaya operasi. Pada banyak
organisasi, memprediksi dan menganalisis kinerja keuangan suatu calon proyek
dilakukan di luar proyek tersebut.
Berdasarkan A Guide To The Project Management Body Of Knowledge,
manajemen waktu proyek dibagi dalam beberapa proses utama, yaitu:
 Perkiraan Biaya
58
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
 Perencanaan Biaya
 Pengendalian Biaya
Perkiraan Biaya
Perkiraan biaya adalah proses pengembangan perkiraan sumber daya moneter
yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan proyek. Perkiraan biaya adalah
prediksi yang didasarkan pada informasi yang diketahui pada suatu titik waktu
tertentu. Ini mencakup identifikasi dan pertimbangan biaya alternatif untuk memulai
dan menyelesaikan proyek. Biaya trade-off dan risiko harus dipertimbangkan, seperti
membuat dengan membeli, membeli dibandingkan sewa, dan berbagi sumber daya
dalam rangka mencapai biaya yang optimal untuk proyek tersebut.
Estimasi biaya umumnya dinyatakan dalam satuan mata uang dari beberapa
(yaitu, dolar, euro, yen, dll), meskipun dalam beberapa unit contoh ukuran lainnya,
seperti jam atau hari staf staf, digunakan untuk memfasilitasi perbandingan dengan
menghilangkan efek dari fluktuasi mata uang. Perkiraan biaya perlu diperbaiki
selama proyek berlangsung untuk mencerminkan detail tambahan karena menjadi
tersedia. Akurasi dari estimasi proyek yang akan meningkatkan sebagai proyek
berlangsung melalui siklus proyek.
Biaya yang diperkirakan untuk semua sumber daya yang akan dibebankan
kepada proyek. Hal ini mencakup, tenaga kerja, bahan, peralatan, layanan, dan
fasilitas, serta kategori khusus seperti tunjangan inflasi atau biaya kontingensi.
Sebuah perkiraan biaya adalah penilaian kuantitatif dari kemungkinan biaya untuk
sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas.
Pada proyek pembangunan apartemen gateway @bandung ini, perkiraan biaya
dilakukan oleh PT. Graha Perkasa Abadi, untuk tender proyek. Nilai tender yang
diajukan berdasarkan perkiraan biaya dari gambar kerja yang telah disiapkan.
59
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Gambar 4.21 Proses Estimasi Biaya
Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008)
Perencanaan Anggaran Biaya
Perencanaan anggaran biaya adalah proses menjumlahkan estimasi biaya
kegiatan individu atau bekerja paket untuk mendirikan dasar biaya resmi. Dasar ini
mencakup semua anggaran resmi, tetapi tidak termasuk manajemen cadangan biaya.
Tujuan dari perencanaan biaya adalah untuk mengembangkan biaya pokok ketika
pencapaian proyek sudah dapat diukur. Input dari perencanaan biaya ialah estimasi
biaya tiap aktivitas, jadwal proyek, dan pembiayaan yang disetujui oleh dewan.
Sedangkan outputnya ialah detail perencanaan biaya yang berdasarkan detail jadwal
kegiatan atau disebut dengan biaya panduan.
Bagian penting dari perencanaan biaya yaitu menetapkan struktur penghitungan
biaya yang akan digunakan untuk mengumpulkan biaya aktual untuk dibandingkan
dengan biaya panduan. Hal ini perlu menetapkan permintaan kerja sistem
penghitungan biaya untuk mengumpulkan jam dan biaya tiap aktivitas di WBS yang
dibutuhkan untuk manajemen.
Perencanaan biaya adalah sebuah manajemen proses, karena keputusan
manajemen dibutuhkan ketika estimasi dari proses bawah ke atas tidak sama dengan
dana yang dimiliki. Ini sangat berhubungan karena keputusan manajemen tergantung
dari perubahan definisi aktivitas, sumber daya, estimasi biaya, dan jadwal proyek.
Dimana
perencanaan
biaya
dapat
dilihat
sebagai
proses
alokasi
biaya,
mengalokasikan dana yang dimiliki untuk aktivitas proyek. Dana tersebut sangat
60
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
penting untuk mengetahui kontingensi yang mungkin terjadi. Jumlah kontingensi
tergantung dari fase proyek dan level dalam definisi kebutuhan proyek, dan mengerti
dengan pasti apa yang perlu dilakukan pada fase tersebut.
Dana pembangunan proyek yang telah dirancang oleh pemilik (owner), tidak
sepenuhnya langsung dibayarkan kepada pihak kontraktor. Pada umumnya, sebelum
kegiatan proyek berlangsung, pemilik melakukan pembayaran Down Payment
sebesar beberapa persen keseluruhan anggaran proyek, sehingga untuk membiayai
kekurangan dana yang dibutuhkan, kontraktor melakukan pinjaman bank dengan
jaminan.
Pengalokasian dana disesuaikan dengan jumlah kebutuhan material untuk setiap
pekerjaan. Kebutuhan material tersebut dihitung oleh bidang logistik sehingga bidang
keuangan dapat menghitung biaya yang dibutuhkan untuk tiap pekerjaan. Rancangan
anggaran biaya yang telah disusun sebelumnya oleh pihak pemilik dapat berubah.
Perubahan anggaran ini dapat disebabkan oleh perubahan pekerjaan, keterlambatan
pekerjaan maupun perubahan material, sehingga pihak kontraktor perlu menyusun
revisi anggaran sesuai dengan kenyataan di lapangan. Pembiayaan proyek harus
dikendalikan agar proyek selesai tanpa melebihi anggaran yang direncanakan.
Gambar 4.22 Proses Perencanaan Biaya
Sumber : A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (2008)
61
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Detail Perencanaan Biaya
Dengan tujuan untuk menggunakan biaya panduan untuk mengukur
jalanya proyek, biaya pedoman harus dikembangkan lebih detail dari yang
dibutuhkan untuk proposal pendanaan proyek. Pertama, rencana biaya proyek
harus disusun tiap bulan. Kedua, biaya pedoman harus dikembangkan untuk setiap
aktivitas dalam WBS. Estimasi harus berdasarkan pada ukuran, kompleksitas, kritis,
resiko proyek, dan ketepatan estimasi dalam estimasi biaya secara detail. Tingkatan
WBS
dimana
biaya
pedoman
sebaiknya
dikembangkan bergantung pada
kemampuan untuk melengkapi biaya aktual pada tingkat yang sama. Dimana biaya
aktual hanya bisa diperoleh pada tingkat yang tinggi, dimana penggunaan sumber
daya (jam kerja) dapat digunakan untuk project tracking pada level WBS.
Perencanaan biaya dalam proyek terdapat dalam lampiran.
Tinjauan Kontrak Proyek
Sebelum proyek dilaksanakan terlebih dahulu diadakan perjanjian antar pihak
yang terlibatdalam proyek. Perjanjian tersebut dimuat dalam sebuah kontrak
konstruksi yang disepakati bersama. Kontrak konstruksi adalah dokumen yang
mempunyai kekuatan hukum yang memuat persetujuan bersama secara sukarela.
Perjanjian yang termasuk di dalam kontrak tersebut diantaranya jenis kontrak,
definisi lingkup kerja, spesifikasi material, peralatan, sistem pembayaran, jaminan
pelaksanaan dan waktu pelaksanaan.
Berkaitan dengan kemungkinan adanya permasalahan selama pelaksanaan
proyek, maka dalam dokumen juga disepakati tentang jaminan pelaksanaan. Jaminan
pelaksanaan adalah jaminan yang diberikan kepada pemilik sebagai tanda bahwa
kontraktor akan melaksanakan kewajibannya sesuai dengan yang telah disepakati
dalam kontrak dengan konsekuensi bahwa jaminan tersebut bisa hilang jika
kewajiban yang dimaksud tidak dilaksanakan.
62
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Jenis kontrak yang disepakati pada proyek Pembangunan Apartemen Gateway
@Bandung adalah lump sum fixed price. Lump sum fixed price adalah kontrak
konstruksi dimana sistem pengadaan barang dan jasa untuk penyelesaian seluruh
pekerjaan ditentukan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti
tetap, sedangkan resiko pelaksanaan adalah tanggung jawab kontraktor.
Kontrak lump sum yang berlaku pada proyek ini berdasarkan pada gambar
rencana, spesifikasi material, dan berita acara penjelasan yang dibuat selama proses
tender. Secara umum kontrak dalam sistem lump sum ini saling menguntungkan
kedua belah pihak. Pihak owner cukup menyediakan total biaya yang dibutuhkan
tanpa harus memikirkan perubahan biaya yang terjadi karena harga kontrak yang
mengikat. Sedangkan kontraktor dapat mengatur sendiri pelaksanaan kontruksi
dengan menggunakan sumber daya seefisien mungkin untuk mendapatkan
keuntungan.
Kontrak lump sum fixed price yang disepakati pada proyek Pembangunan
Apartemen Gateway @Bandung meliputi:

Luasan pekerjaan yang harus dilaksanakan dan memuat uraian tentang
pekerjaan serta syarat-syarat pekerjaan yang disertai gambar (bestek)
dilengkapi dengan uraian-uraian tentang material dan alat-alat yang akan
dipergunakan.

Penentuan harga borongan

Penentuan tentang jangka waktu penyelesaian pekerjaan

Sanksi apabila terjadi permasalahan

Penyelesaian bila terjadi perselisihan

Hak dan kewajiban pihak-pihak yang tertera dalam perjanjian
Secara umum kontrak dengan sistem lump sum memiliki keuntungan dan
kerugian bagi masing-masing pihak. Bagi pemilik keuntungannya yaitu cukup
menyediakan total biaya yang dibutuhkan tanpa harus memikirkan perubahan biaya
yang terjadi karena permasalahan tersebut ditangani oleh kontraktor. Kerugianya,
pemilik harus mengawasi secara cermat pelaksanaan proyek dari awal hingga
63
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
berakhirnya masa kontrak. Selain itu, kenaikan harga material dan konatruksi yang
signifikan akan mengakibatkan kerugian bagi pemilik. Bagi kontraktor, penurunan
biaya material dan kelebihan biaya pada pelaksanaan proyek di luar upah (fee)
menjadi keuntungan mutlak.
Isi kontrak pada proyek ini mencakup kesepakatan proses pelaksanaan dan
pemeliharaan, antara lain:
 Luasan pekerjaan yang harus dilaksanakan dan memuat uraian pekerjaan serta
syarat pekerjaan
 Penentuan harga borongan
 Sanksi apabila terjadi permasalahan
 Penyelesaian apabila terjadi perselisihan
 Progress payment
 Hak melaksanakan quality control.
 Hak mendapatkan laporan berkala
 Peraturan-peraturan mengenai addendum
 Penunjukan Subkontraktor
 Hak dan kewajiban pihak-pihak yang terkait
 Ketentuan-ketentuan resiko khusus yang bukan tanggung jawab kontraktor
Sebelum proyek dilaksanakan, pemilik memberikan Down Payment sebesar
10% dari total kontrak yang disepakati. Untuk merealisasikan pembayaran atas
progres yang dicapai oleh kontraktor pembayaran oleh pemilik dilakukan dengan
sistem Monthly Payment Progres, yaitu pembayaran dilakukan per bulan sesuai
progres pekerjaan dengan ketentuan bahwa kontraktor telah memenuhi progres
pekerjaan minimum bulanan yang telah disepakati. Progres bulanan minimum yang
disepakati pada proyek Pembangunan Apartemen Gateway @Bandung Puninar
Nagrak yaitu sebesar 27%. Apabila dalam sebulan pembangunan tidak mencapai
progres minimum, maka pembayaran dilakukan sesuai dengan presentase progres
pada bulan tersebut. Penahanan biaya sebagai jaminan sebesar 5% dari keseluruhan
kontrak, dibayarkan setelah tahap operasional selesai.
64
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
4.10
Project Safety Management
Manajemen keselamatan proyek adalah Proses yang dibutuhkan untuk
mengelola dan memastikan bahwa aktivitas proyek konstruksi telah ditangani dengan
benar sebagai bentuk tindakan pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya
kecelakaan secara ringan maupun yang berat yang akan terjadi baik terhadap
karyawan / properti yang ada. Manajemen keselamatan kerja lebih sering dikenal
dengan sebutan Keelamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Proses yang dibutuhkan
untuk mengelola dan memastikan bahwa Kegiatan pengelolaan tersebut antara lain
dengan adanya ;
• perencanaan K3 (safety plan),
• penanganan K3 dan
• pelaksanaan administrasi dan pelaporan
Perencanaan keselamatan adalah melakukan analisa adanya resiko bahaya (hazard)
pada
pekerjaan-pekerjaan
merupakan
lingkup
kontrak
pada
proyek
yang
bersangkutan, sehingga dapat dirumuskan cara pencegahan dan penanggulangannya
secara efektif. Analisa tersebut termasuk :
• Survey geografik dan resiko bahaya fisik di site proyek
• Antisipasi resiko bahaya yang sering terjadi pada tipikal konstruksi
• Peraturan dan perundangan pemerintah yang menyangkut K3
• Persyaratan dari owner yang sudah tertuang dalam kontrak tentang K3
Untuk merencanakan sebuah perencanaan keselamatan, maka perlu dibuat
peraturan yang mengatur tentang batasan-batasan keselamatan kerja. K3 juga harus
disosialisasikan dengan baik pada para pekerja. Namun, di samping itu, pera pekerja
sendiri perlu memiliki kesadaran dan kedisiplinan untuk menjaga keselamatan dan
kesehatan masing-masing.
65
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
4.11
Project Environmental Management
Sebuah proyek yang baik tentunya harus memeperhatikan dampak yang akan
diakibatkan terhadap lingkungan disekitarnya. Di sinilah peran manajemen
lingkungan proyek sebagai sistem yang mengatur bagaimana jalannya sebuah proyek
agar memberikan dampak sekecil mungkin terhadap lingkungannya. Dampakdampak yang diakibatkan adanya suatu proyek akan memepengaruhi beberapa aspek
seperti, aspek sosial, budaya, ekonomi, sumber daya, rona lingkungan, vegetasi dan
lain-lain. Sebuah Sistem Manajemen Lingkungan Proyek meliputi:

Pengembangan dan pelaksanaan prosedur pengelolaan lingkungan hidup;

»Pemantauan dampak lingkungan;

»Tinjauan sistem mutu, dan

Review dari prosedur untuk memastikan perbaikan berkelanjutan.
Elemen-elemen kunci dari sistem manajemen lingkungan proyek untuk fasilitas yang
diusulkan meliputi:

Komitmen kebijakan lingkungan oleh owner proyek menunjukkan komitmen
mereka terhadap pelaksanaan sistem manajemen lingkungan proyek ini;

Sumber daya, Kebijakan terhadap sumber daya akan memastikan sumber daya
yang memadai tersedia untuk memungkinkan pelaksanaan kebijakan sistem
manajemen lingkungan proyek ini.

Kepatuhan, Pemantauan dan Tindakan Koreksi- Inspeksi Regular dan audit
akan dilakukan untuk memastikan kepatuhan dengan tindakan-tindakan
pengelolaan lingkungan.

Penilaian Risiko-Risiko penilaian dilakukan untuk memungkinkan Rencana
Manajemen Lingkungan harus disesuaikan untuk memenuhi tingkat risiko
yang terkait dengan masing-masing kepedulian lingkungan yang mungkin;
dan

Rencana Pengelolaan Lingkungan-Manajemen Konstruksi dan Rencana
Lingkungan Operasional
66
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Manajemen lingkungan proyek pada proyek Pembangunan Apartemen Gateway
@Bandung Puninar Raya kali ini telah mengacu pada ISO 9000 untuk
memungkinkan perbaikan secara terus menerus yang diperlukan pada sistem
manajemen
4.12
Project Financial Planning Management
Mengidentifikasi isu-isu kunci atau informasi penting yang terkait dengan
masalah keuangan, berupa; peraturan keuangan yang berlaku, besaran keuangan,
proses-proses keuangan dan persyaratan keuangan, yang dapat dimanfaatkan untuk
mendanai proyek sehingga proyek dapat berjalan sesuai dengan schedule yang
ditetapkan dan dapat menghasilkan cost pendanaan yang paling murah.
Menentukan budget adalah proses penyatuan dari biaya yang diestimasikan tiap2
aktivitas untuk membuat cost baseline.
Membuat budget terutama untuk sebuah proyek dengan nilai kapitalisasi cukup besar
seperti bisnis pertambangan dibutuhkan bukan hanya pemahaman aspek keuangan
(financial aspect) tapi juga pemahaman dalam dunia pertambangan (Mining Aspect).
Biasanya ada 3 aspek yang akan dilihat seseorang dari sebuah budget proyek :
1. Profit and Loss (PL – Laba Rugi)
2. Cashflow (CF – Aliran Kas)
3. Balance Sheet (BS – Neraca Keuangan)
Dari ketiga aspek ini, 2 hal yang paling sering dimunculkan dalam pembuatan budget
sebuah proyek adalah PnL dan CF. Sedangkan Balance Sheet biasanya lebih
berbicara kepada aspek corporate secara keseluruhan (jarang dimasukkan dalam
budget proyek – lebih kepada budget tahunan corporate).
1. Profit and Loss
Laporan Laba Rugi hanyalah berbicara tentang biaya ataupun pendapatan yang
ditarik dalam periode saat ini. Artinya, bilamana biaya (expense) sudah terjadi, tapi
67
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
belum dibayarkan kepada pihak penerima manfaat (vendor alat berat, catering, dll),
maka dalam laporan PnL, expensetersebut sudah harus dimasukkan / dibiayakan.
Demikian halnya dengan pendapatan (revenue). Bila mana dalam bulan tertentu
katakan Agustus perusahaan mampu menghasilkan produksi batubara sejumlah
100.000 ton, maka pendapatan atas produksi tersebut sudah harus dimasukkan dalam
laporan PnL periode Agustus, meskipun mungkin pada kenyataannya invoice baru
akan terbayarkan di bulan Oktober.
Cara termudah membuat PnL adalah dengan menghitung total pendapatan dalam
periode akuntansi tertentu dikurangi dengan total biaya sehingga didapatkan gross
income / EBITDA (Earn Before Interest Tax Depreciation and Amortization).
Langkah-langkah perhitungan seperti tertera di bawah ini :

Total Expense

Total Revenue

EBITD

Deperesiasi & Amortisasi

EBIT

Interest

EBT

Tax

EAT
EAT (Earn After Tax) inilah yang merupakan pendapatan bersih (Net Revenue) dari
sebuah proyek. Dalam perhitungan ini, lebih jauh harus dipahami tentang bagaimana
menghitung total expense dan mendapatkan total revenue dari sebuah proyek
pertambangan, pengertian depresiasi, amortisasi, bunga bank yang berlaku, serta
pajak yang dikenakan.
68
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Gambar 4.23 Perencanaan Finansial Proyek
2. Cash Flow
Cash Flow atau aliran kas merupakan laporan keuangan yang menggambarkan
kondisi riil dari perputaran uang yang ada.Hal ini menjadi penting dalam pembuatan
budget, karena akan diketahui berapa biaya modal kerja (working capital) yang
dibutuhkan. Semakin cepat pembayaran dari pihak owner, makaworking capital dari
perusahaan kontraktor akan semakin kecil, begitupun sebaliknya.
Dalam budget cash flow biasanya akan tercakup hal-hal di bawah ini :
1. Total Biaya Modal, baik Capital Expenditure (Capex – Belanja Modal/asset)),
maupun Working Capital (Modal Kerja)
2. Payback Period = Periode Waktu Pengembalian Modal
3. Net Present Value (NPV) = Nilai bersih dari selisih antara pemasukan dan
pengeluaran selama umur proyek yang telah didiskonto dengan social
opportunity cost of capital/rate bunga tertentu. Dengan singkat kata, nilai
keuntungan di masa depan ditarik ke periode masa sekarang.
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat laju pengembalian investasi dalam
sebuah proyek (dinyatakan dalam presentasi). Hasil perhitungan IRR akan menjadi
acuan keputusan manajemen ataupun shareholder untuk memutuskan layak tidaknya
sebuah bisnis dijalankan. Pada umumnya IRR minimal atau yang biasa disebut
Minimum Acceptable Rate of Return(MARR) dari usaha pertambangan dan
sejenisnya adalah sekitar 20% (usaha padat modal, high risk high return).
69
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
4.13 Project Claim Management
4.1.1 Claim Identification
Dimulai dengan bekal pengetahuan yang mencukupi terhadap lingkup dan item
kontrak untuk diperhatikan ketika beberapa aktivitas muncul sebagai bentuk
perubahan pada lingkup atau beberapa kondisi penyesuaian kontrak yang disyaratkan.
4.1.2 Claim Quantification
Melakukan pengukuran dampak dan pengaruh pada item-item yang biasanya
merupakan kompensasi tambahan atau waktu tambahan untuk penyelesaian kontrak
atau tanggal tenggang waktu (milestone).
70
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
BAB 5
PROJECT EXECUTION
5.1. Project Quality Management
Salah satu yang paling penting dalam perkembangan manajemen mutu di
beberapa dekade terakhir adalah mengubah fokus dari produk untuk proses
pemeriksaan manajemen. Kualitas tidak dapat diteliti menjadi sebuah produk.
Project Quality Management adalah suatu kegiatan dimana di dalamnya
mencakup sebuah proses yang meyakinkan sebuah proyek akan memenuhi
persyaratan sebagaimana proyek tersebut
dibangun berdasarkan
kebutuhan
tertentu. Project Quality Management haruslah ditujukan baik itu untuk manajemen
dari proyek dan produk dari proyek tersebut. Project Quality Management
mencakup segala aktivitas keseluruhan fungsi manajemen yang menentukan
kualitas dari kebijakan, tujuan, dan tanggungjawab serta mengimplementasikan
kesemua faktor tersebut, dengan urutan aktivitas sebagai berikut :
1.
Quality Planning
Quality planning berhubungan dengan identifikasi standar kualitas yang relevan
dengan proyek dan menentukan upaya untuk pemenuhannya.
2.
Quality Assurance
Quality Assurance adalah sebuah perencanaan dan aktivitas sistematik yang
diimplementasikan ke dalam quality system untuk mendukung keyakinan bahwa
proyek tersebut akan memenuhi standar kualitas yang relevan.
3.
Quality Control
Quality Control berhubungan dengan kegiatan monitoring pada hasil suatu proyek
yang spesifik untuk menentukan apakah sudah sesuai dengan standar kualitas yang
71
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
relevan dan mengidentifikasikan pula upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi
hasil yang kurang memuaskan
5.1.1 Konsep Total Kualitas dan Aplikasi Pada Proyek
Jaminan kualitas sebagai fungsi manajemen proyek adalah berdasarkan konsep
kualitas total. Total kualitas berarti manajemen kualitas merupakan tugas penting
sepanjang siklus hidup sistem pembangunan, bukan hanya dalam tahap pengujian.
Total kualitas juga berarti bahwa kualitas adalah tanggung jawab, tidak
hanya
pekerjaan dari kualitas manajer. Kualitas manajemen adalah suatu kerangka utama
manajemen mutu dan komponen interrelationships mereka. Berhasil kualitas
proses selalu berusaha untuk melihat kualitas melalui mata pelanggan.
Kualitas definisi menghasilkan output sebagai berikut:
• Kualitas atribut : Setelah persyaratan tersebut dipahami, satu set kualitas
atribut
dapat
ditentukan.
Kualitas
atribut
harus
ditetapkan
agar
mereka
mencerminkan semua aspek proyek. Secara khusus, kualitas atribut dapat
diklasifikasikan ke dalam dua kategori berikut:
1. Aribut dari produk akhir: Ini adalah atribut yang menentukan fungsi dan kinerja
dari produk akhir. Contohnya termasuk pelanggan menunggu waktu, kemudahan
operasi, kegagalan pemulihan kemampuan dan waktu, dll.
2. Atribut deliverables pertengahan: Untuk menjamin kualitas hasil akhir,
kualitas harus diukur di antara poin tertentu selama siklus pengembangan sistem.
Atribut kualitas dari antara kiriman termasuk pengguna membeli disyaratkan, desain
potensi kemampuan untuk memenuhi persyaratan, dan kecukupan cakupan dari tes
rencana dari persyaratan.
• Matriks Kualitas: Proyek tim harus mengoperasionalkan kualitas atribut
dengan menentukan bagaimana setiap atribut kualitas akan diukur. Matriks kualitas
72
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
yang terukur secara kuantitatif Pengukuran, termasuk cara mengukur dan kondisi,
harus ditetapkan dengan jelas.
5.1.2 Pengawasan Pelaksanaan Konstruksi

Pekerjaan Penulangan
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pekerjaan penulangan (rebar)
diantaranya adalah :
Pemasangan tulangan harus tepat sesuai dengan gambar yang tertera pada shop
drawing. Ketepatan itu meliputi dimensi tulangan, jarak dan panjang serta
jumlah tulangan.
Overlapping yang terjadi harus diperhitungkan dengan baik-baik.
Pengikatan tulangan dengan menggunakan kawat baja harus diperhatikan
dengan baik-baik, hal ini dilakukan agar tulangan tidak berubah kedudukannya
sewaktu pekerjaan pengecoran.
Pemasangan beton decking pada jarak-jarak yang ditentukan.
Pemasangan besi kaki ayam harus maksimal 45 cm agar pada saat pengecoran
tulangan tetap berada pada posisinya.

Pekerjaan Beton
Dalam pekerjaan beton, hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
Pemasangan tulangan dan bekisting yang harus sudah tepat
Lama waktu pengiriman beton ready mix dari supplier ke lokasi proyek untuk
mencegah pengerasan beton sebelum proses pengecoran
Pemilihan sarana pengecoran yang harus sesuai dengan objek pengecoran. Ada
dua sarana pengecoran yang dapat diambil yaitu dengan menggunakan concrete
pump atau dengan menggunakan bucket. Bila pekerjaan pengecoran
memerlukan volume beton yang besar atau pekerjaan pengecoran sudah sangat
terlambat, maka concrete pump dapat digunakan, namun bila volume beton
yang akan digunakan tidak terlalu besar maka penggunaan bucket tampaknya
lebih diutamakan. Pada pekerjaan pengecoran dengan menggunakan bucket
73
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
harus diperhatikan keselamatan dari kru concrete yang mengoperasikan bucket,
karena tidak jarang kru tersebut diangkat bersama dengan bucketnya sampai
puluhan meter dengan menggunakan tower crane.
Beton harus digetarkan dengan baik selama berlangsungnya pengecoran.
Pekerjaan penggetaran harus dilakukan dengan tujuan melepaskan udara yang
terperangkap dalam beton sekaligus untuk memadatkan beton. Kesalahan dalam
proses penggetaran dapat berakibat fatal yang menurunkan mutu dari beton
tersebut. Penggetaran dilakukan pada kedalaman pengecoran
5.2. Project Human Resource Management
Project Human Resources Management (Manajemen Sumber Daya Manusia
Proyek) meliputi proses-proses yang diperlukan untuk membuat penggunaan personil
yang terlibat dalam proyek lebih ekektif. Hal ini meliputi semua stakeholder proyek,
sponsor/pendukung, pelanggan, mitra kerja, kontributor individu, dan lain-lain.
Proses – proses utama dalam manajemen sumber daya manusia, yaitu :
1. Organizational Planing, yaitu identifikasi, dokumentasi, dan penetapan peran atau
tugas proyek, tanggung jawab, dan hubungan pelaporan.
2. Staff Acquisition, yaitu mendapatkan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk
bekerja di dalam proyek.
3. Team Development, yaitu pengembangan kompetensi individu dan kelompok
untuk mempertinggi kinerja proyek.
1. Organizational Planning
Perencanaan organisasi meliputi identifikasi, dokumentasi, penetapan peran
dan tugas proyek, tanggung jawab, dan hubungan pelaporan. Aturan, tanggungjawab
dan hubungan pelaporan mungkin ditetapkan terhadap individu atau kelompok.
Individu atau kelompok mungkin adalah bagian dari organisasi yang melaksanakan
proyek, atau mungkin dari pihak luar. Jika organisasi awal tidak lagi efektif, maka
harus dilakukan perubahan atau perbaikan tepat pada waktunya. Perencanaan
organisasi seringkali dikaitkan erat dengan perencanaan komunikasi, karena struktur
74
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
organisasi proyek akan mempunyai pengaruh besar pada kebutuhan komunikasi
proyek.
Pengertian organisasi pada umumnya adalah sekelompok orang yang
melakukan kegiatan dalam wadah dan cara tertentu untuk mencapai tujuan tertentu
pula. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan proyek juga bisa diartikan bahwa
organisasi proyek merupakan sekumpulan orang dari berbagai latar belakang ilmu,
yang terorganisir dan terkoordinir dalam wadah tertentu yang melaksanakan tugas
dengan cara tertentu untuk mencapai tujuan bersama. Tugas yang dimaksud di sini
adalah mengelola pelaksanaan proyek dengan harapan pekerjaan bisa berlangsung
dengan lancar dan dapat mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan berupa
keuntungan bagi perusahaan dan kepuasan pelanggan.
Organisasi kontraktor pelaksana di proyek Pembangunan Apartemen Gateway ini
adalah seperti yang terlihat di bawah ini :
75
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Gambar 5.1 Organisasi kontraktor pelaksana di proyek Pembangunan
Apartemen Gateway
Berikut ini adalah rincian tugas dan tanggung jawab dan wewenang dari
setiap jabatan yang terlibat dalam proyek Pembangunan Apartemen Gateway ini,
yaitu :
1. Project Manager / Manager Proyek
Tugas dan tanggung jawab Manager Proyek antara lain :
1. Menetapkan sasaran dan menjelaskan cara mencapai sasaran proyek, menentukan
orang-orang yang tepat sesuai dengan kewenangannya, serta pelatihan (training)
yang dibutuhkan.
76
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
2. Mendemonstrasikan kepemimpinan (leadership) serta memberikan motivasi
kepada seluruh staf jajarannya.
3. Melakukan evaluasi atas kemajuan pelaksanaan dan mengambil tindakan yang
tepat bila terjadi deviasi terhadap sasaran yang telah ditetapkan.
4. Bertanggung jawab mengintegrasikan usaha dari sekelompok orang yang berasal
dari berbagai fungsi untuk mencapai sasaran proyek yang spesifik.
5. Memimpin personil proyek untuk koordinasi dengan pihak Konsultan, MK,
dan Pelanggan (Owner).
6. Memimpin dan melaksanakan koordinasi antar personil proyek maupun dengan
pemasok / kontraktor pilihan yang dikelola secara efektif.
7. Bertanggung jawab atas terlaksananya Kebijakan Mutu, Sasaran Mutu
Perusahaan yang tertuang dalam Manual Mutu dan Sasaran Mutu Spesifik Proyek
yang tertuang dalam Rencana Mutu Proyek tersebut.
8. Bertanggung jawab atas terlaksananya mutu sesuai spesifikasi teknis kontrak
proyek, Instruksi Kerja, dan Rencana Inspeksi dan Tes.
9. Bertugas dan bertanggung jawab membina dan mendidik bawahannya melalui
pelatihan yang insentif di proyek.
10. Memimpin dalam pengendalian Non Conformance Product (Ketidaksesuaian
Produk) dan bertugas melakukan tindakan pencegahan dengan membuat
perencanaan yang efektif.
11. Memimpin dan senantiasa meningkatkan implementasi Manual Mutu, Prosedur
Sistem Mutu ISO 9001 dan Instruksi Kerja.
12. Memimpin Rapat Tinjauan Manajemen di Proyek.
2. K3 (Safety)
Tugas dan tanggung jawab K3 dan House Keeping antara lain :
1. Perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja (safety plan)
77
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
2. Bertugas membuat dan menjaga agar lingkungan proyek tetap dalam keadaan
bersih sebelum dan sesudah suatu pekerjaan konstruksi dilakukan
3. Menjaga fasilitas-fasilitas proyek tetap dalam keadaan bersih dan nyaman
4. Merapikan, mengatur, dan menjaga agar material dan peralatan proyek dalam
keadaan rapi
5. Menyediakan semua fasilitas-fasilitas kerja yang dibutuhkan selama proses
konstruksi berlangsung
6. Mengusahakan agar lingkungan proyek aman bagi semua orang dari segala
bahaya kecelakaan yang mungkin terjadi baik sebelum, selama, dan sesudah
pekerjaan konstruksi berlangsung.
7. Melakukan inspeksi K3.
8. Menjalankan program peningkatan kesadaran K3.
9. Mengadakan safety meeting bulanan
10. Mengadakan safety patrol.
11. Dalam hal operasional lapangan, Satpam dioptimalkan dalam hal mengontrol
secara ketat seluruh pekerja, karyawan dan tamu yang akan memasuki Project
Site dengan memastikan seluruh perlengkapan safety sudah dipakai.
12. Memonitor pelaksanaan pembersihan diKeet Proyek
13. Gudang, Barak pekerja, Los Kayu dan Los Besi.
14. Memonitor pembersihan saran KM / Toilet pekerja.
15. Memonitor pembersihan diseluruh area proyek.
16. Memonitor pembersihan jalan depan proyek.
78
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
17. Melakukan pengecekan penumpukan Material.
18. Melakukan pengecekan terhadap instalasi air.
19. Melakukan penyemprotan nyamuk secara rutin, minimal dua minggu sekali
dilokasi Keet Proyek, Barak pekerja dan diseluruh area proyek.
20. Memastikan kegiatan pekerja Housekeeping berjalan dengan lancar.
21. Memastikan Lingkungan diseluruh area proyek Bersih, Rapi dan Sehat.
3. Site Manager
Manager Teknik bertugas memimpin unit engineering dan berwenang mengelola
urusan yang menyangkut fungsi perencanaan teknik dan pengendalian, antara lain :
1) Bertanggung jawab secara umum terhadap gambar kerja untuk pencapaian mutu
produk sesuai spesifikasi yang ditetapkan.
2) Bertanggung jawab secara umum terhadap proses transformasi gambar kerja
kehasil akhir pekerjaan sesuai dengan metode pelaksanaan dan spesifikasi mutu
produk yang ditetapkan.
3) Bertanggung jawab terhadap seluruh supporting equipment/ peralatan di proyek
dalam hal kelancaran fungsi mekanikal dan elektrikal.
4) Menginstruksikan kepada drafter untuk membuat dan mengoreksi gambar kerja.
5) Memastikan kesesuaian antara gambar kerja arsitek, struktur, dan ME.
6) Memastikan tersedianya gambar kerja dan metode pelaksanaan pekerjaan.
7) Pra-konstruksi : mempelajari gambar kerja dan metode pelaksanaan pekerjaan.
8) Memastikan tersedianya sumber tenaga listrik, air dan line telpon untuk kegiatan
proyek.
9) Berdasarkan jadwal mingguan membuat detail perencanaan material, alat dan
lokasi tenaga kerja.
10) Memastikan tersedianya persetujuan material dari pemberi tugas.
79
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
11) Memastikan kesiapan lapangan, ketersediaan material serta alat kerja untuk
pelaksanaan pekerjaan.
12) Mengajukan dan memastikan tersedianya ijin pelaksanaan pekerjaan yang
disetujui oleh PM dan pemberi tugas.
13) Memastikan kesiapan tenaga kerja (mandor atau sub Kontraktor) dalam jumlah
yang cukup.
14) Melakukan pemeriksaan lapangan untuk memastikan setiap proses konstruksi di
lapangan sesuai dengan metode pelaksanaan yang tercantum dalam project
quality plan dan sesuai dengan gambar kerja revisi baru.
15) Membuat laporan harian dan mingguan untuk diserahkan kepada PM (Project
Manager).
16) Berkoordinasi dengan equipment kantor pusat untuk masalah kalibrasi alat ukur
perbaikan alat.
4. Superintendent
Superintendent memiliki tugas dan tanggung jawab meliputi :
a. Bertanggung jawab terhadap perencanaan proyek
b. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan, dan pengawasan pekerjaan di lapangan
sesuai schedule
c. Memberikan laporan/progress kepada bagian terkait
5. Administration Project
Administration Project memiliki tugas dan tanggung jawab meliputi :
1.
Menyiapkan urusan administrasi penagihan kepada Pemilik Proyek.
2.
Melakukan pencatatan transaksi ke dalam jurnal (media pembukuan).
3.
Melakukan verifikasi seluruh dokumen transaksi pembayaran.
4.
Mengurus masalah perpajakan dan asuransi
80
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
5.
Mengurus masalah umum seperti pengadaan konsumsi untuk staf proyek
6.
Menangani masalah keamanan baik orang maupun barang di dalam dan sekitar
proyek
5.2.1 Sumber Daya Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan suatu
proyek karena pengaruhnya yang cukup besar terhadap biaya dan waktu penyelesaian
suatu pekerjaan proyek. Namun perlu diperhatikan juga bahwa manusia merupakan
sumber daya yang kompleks dan sulit diprediksi sehingga diperlukan adanya usaha
dan pemikiran lebih mendalam dalam pengelolaan tenaga kerja. Dalam manajemen
tenaga kerja terdapat proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan:
1. Penentuan ukuran dan jumlah tenaga kerja.
2. Recruitment dan pembagian tenaga kerja kedalam kelompok kerja.
3. Komposisi tenaga kerja untuk setiap jenis pekerjaan.
4. Pengendalian jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan selama proyek berlangsung.
5. Perencanaan, penjadwalan, pengarahan dan pengawasan kegiatan tenaga kerja.
Adapun prosedur pengadaan tenaga kerja pada proyek Pembangunan Apartemen
Gateway Perdagangan ini adalah sebagai berikut:
6.
Membuat rencana pengadaan tenaga kerja dengan berdasarkan Detail
Schedule (dilakukan oleh supervisor)
7.
Memberi penjelasan seperlunya oleh Manager Konstruksi mengenai beberapa
hal yaitu :

Struktur organisasi proyek

Pembagian pekerjaan

Rencana kerja/time schedule
81
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011

Pengaturan site facilities

Instruksi kerja

Rencana penggunaan alat dan material

Keselamatan kerja

Koordinasi di lapangan

Hal-hal lain yang dianggap perlu.
Pada pelaksanaannya, untuk pengadaan tenaga kerja di proyek ini tergantung
pada bagaimana setiap mandor membutuhkan jumlah tenaga kerja berdasarkan
penjelasan dari pengawas tentang volume pekerjaan yang haruis dikerjakan. Rapat
koordinasi antara pihak pengawas dengan pelaksana juga diadakan secara rutin setiap
paginya untuk mengontrol dan mengkoordinasikan proses pekerjaan.
Pada proyek ini, sebagian besar tenaga kerja direkrut dan menjadi tanggung
jawab pihak Kontraktor. Namun, jika suatu bagian pekerjaan proyek diserahkan
kepada subkontraktor, maka tenaga kerja yang terlibat menjadi tanggung jawab
subkontraktor
tersebut
sehingga
mengenai
upah
dan
perekrutan
menjadi
permasalahan subkontraktor tersebut.
Adapun jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk setiap pekerjaan adalah
sebagai berikut :
 Tenaga Kerja Pembesian Kolom
: 20 orang
 Tenaga kerja Pembesian balok dan Plat lantai
: 80 orang
 Tenaga Kerja Bekisting
: 120 orang
 Tenaga Pengecoran
: 15 orang
 Tenaga ME
: 10 orang
 Tenaga Kebersihan
: 5 orang
Tenaga kerja pada proyek ini dibagi dalam 3 shift antara lain:

Shift 1 mulai dari jam 08.00-15.00 WIB
82
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011

Shift 2 mulai dari jam 15.00-22.00 WIB

Shift 3 mulai dari jam 22.00-03.00 WIB
5.3. Project Communication Management
Manajemen
komunikasi
keberlangsungan
sebuah
adalah
proyek.
salah
Dalam
satu
fungsi
sebuah
yang
proyek
esensial
dalam
konstruksi
dapat
dikatakan bahwa 80% dari aktivitas memanaje sebuah proyek adalah komunikasi.
Manajemen Komunikasi di dalam suatu proyek mempunyai peranan yang sangat
penting, dalam hal ini berkaitan dengan penyampaian informasi dari masingmasing bagian dari proyek, kepada mereka yang berkaitan dengan kepentingan
kemajuan proyek ini yaitu owner, organisasi proyek, dan semua pihak yang
berkepentingan atas terselesaikannya proyek ini. Manajemen komunikasi erat
sekali hubungannya dengan struktur organisasi dari proyek sehingga apabila
pengaturan komunikasinya dapat terjalin secara baik sekali, baik itu antar
departemen, antar disiplin ilmu, dan antar spesialisasi yang dimiliki antar
personel, maka tingkat keberhasilan dari proyek juga akan semakin besar. Seorang
manajer proyek harus membuat sebuah rencana komunikasi yang efektif yang
menggambarkan dua buah fungsi yang utama, yaitu mengumpulkan data
yang
akurat informasi dalam jangka waktu yang lama. Untuk membuat semuanya
berjalan secara efektif, subuah tim dalam sebuah proyek harus membuat sebuah
standar untuk mengindikasi kebutuhan dari para stakeholder, media komunikasi
yang baik, jadwal komunikasi yang stabil, dan mengatur arus informasi baik itu ke
dalam ataupun keluar. Hal ini merupakan peluang untuk menciptakan hubungan
yang efektif antara para stakeholder, mendesain dan mengimplementasikan
strategi berkomunikasi, dan mempersiapkan laporan yang efektif untuk para pihak
yang terkait (stakeholder) dalam proyek.
5.3.1 Pelaporan (Reporting)
Fungsi dari pelaporan adalah pertanggung jawaban dari pihak kontraktor
setelah semua tahap fase selesai sehingga dalam tahap ini laporan dapat berfungsi
sebagai catatan referensi untuk masa yang akan datang sehingga kesalahan pada
83
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
proyek ini tidak terjadi pada proyek-proyek selanjutnya. Laporan yang dibuat
merupakan laporan harian dan laporan mingguan yang disusun oleh pihak kontraktor
dan diserahkan ke pihak konsultan pengawas.
Yang perlu dilaporkan dalam laporan harian adalah :
1. detail pekerjaan yang telah dilakukan
2. volume pekerjaan dan mutu materialnya
3. penggunaan tenaga kerja
4. evaluasi terhadap target harian
5. peralatan yang digunakan
Yang dilaporkan dalam laporan mingguan adalah :
1. waktu pelaksanaan pekerjaan, termasuk penambahan maupun pengurangan jam
kerja beserta tanggal.
2. pembagian wilayah dan jenis pekerjaan yang telah dilakukan beserta tanggal.
3. kemajuan pekerjaan dibandingkan dengan minggu sebelumnya.
4. evaluasi terhadap target mingguan.
Pada proyek ini, pelaporan juga dilakukan dalam bentuk rapat yang dilakukan setiap
hari senin yang dihadiri oleh pihak owner, kontraktor, dan konsultan perencana. Pada
rapat yang dilakukan setiap minggu ini dilakukan evaluasi terhadap proyek yang telah
dilakukan selama satu minggu dan pemberitahuan apabila ada perubahan-perubahan
yang akan terjadi pada kegiatan konstruksi yang akan datang.
5.4. Project Safety Management
Proyek konstruksi memiliki resiko yang sangat tinggi ,karena memiliki
beberapa ciri yang khusus seperti :
• Banyak kegiatan yang sifatnya rawan celaka
• Jenis kegiatan yang tidak standar
84
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
• Tingginya turn over pekerja
• Perkembangan science dan teknologi konstruksi yang menimbulkan tantangan
baru .
Oleh karena itu dibutuhkan manajemen keselamatan proyek untuk
melindungi pekerja dari kecelakaan kerja. Manajemen keselamatan proyek adalah
Proses yang dibutuhkan untuk mengelola dan memastikan bahwa aktivitas proyek
konstruksi telah ditangani dengan benar
sebagai bentuk tindakan pencegahan
terhadap kemungkinan timbulnya kecelakaan secara ringan
maupun yang berat
yang akan terjadi baik terhadap karyawan / properti yang ada. Manajemen
keselamatan kerja lebih sering dikenal dengan sebutan Keelamatan dan Kesehatan
Kerja (K3). Proses yang dibutuhkan untuk mengelola dan memastikan bahwa
Kegiatan pengelolaan tersebut antara lain dengan adanya ;
• perencanaan K3 (safety plan),
• penanganan K3 dan
• pelaksanaan administrasi dan pelaporan
5.4.1 Sasaran dan Program K3L
Sasaran dan program K3L proyek pembangunan apartemen gateway
@Bandung yaitu :
1.
Accident
Target untuk kecelakaan yang ingin dicapai oleh PT Graha Perkasa Abadi tidak ada
fatality dalam setiap kegiatan proyeknya
2.
Kesehatan
-
Jamsostek
-
Penyediaan fasilitas clinic on site
-
Fogging atau penyemprotan nyamuk setiap satu minggu 3 kali untuk mencegah
penyakit yang bida ditimbulkan
3.
Kotak P3K
85
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Penempatan kotak P3K disediaan di setiap pos jaga keamanan agar tiap terjadi
kecelaaan yang sifatnya kecil dapat segera diberi pertolongan dan tercatat
4.
Safety Induction
Pemberian Pengenalan peraturan safety proyek setiap karyawan dan sub kontraktor
serta pekerja / madnor yang baru terlibat dalam proyek ini untuk partisipasimdan
tanggung jawab terhadapa pelaksanaan keselamatan kerja oleh semua pihak.
5.
Ketertiban dan Keamanan
Untuk menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan proyek di aktifkan security
internal untuk menertibkan pekerja yang keluar masuk tanpa ID Card dan APD yang
disyaratkan, serta melakukan patroli lapangan untuk mencegah terjadinya kegiatan
kriminal dan tindakan yang tidak aman di dalam lingkungan proyek.
6.
Pemeriksaan ID Card Pekerja dan APD
Pemeriksaan ini dilakukan secara berkala setiap pagi antara petugas K3 dan petugas
security di pintu masuk pekerja.
7.
Kebersihan
Aktifitas pembersihan dan perapian didalam area sekitar proyek serta barak pekerja
untuk menunjang kebersihan proyek
8.
Safety Inspection
Melakukan inspeksi setiap harinya meliputi proteksi lingkungan,unsafe condition,
unsafe action dan kebersihan lingkungan yang dilakukan oleh safety staf
9.
Penutupan Void
Penutupan void dilakukan untuk menangkap benda jatuh dari pekerjaan
pembongkaran di lantai atasnya dan dilakUkan setiap lima lantai mulai dari lantai
satu.
86
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Gambar 5.2 Penutupan Void
10.
Equipment Inspecton
Melakukan pemeriksaan terhadap setiap peralatan yang digunakan didalam proyek
mulai dari kelayakan operasi, safety equipment yang disyaratkan dan ijin penggunaan
yang dilakukan setiap satu bulan sekali
11.
Tabung Apar
Tabung apar ditempatkan di setiap lokasi yang beresikountuk timbulnya
apo/kebakaran agar penanggulangan dapat segera ditangani, sedangkan untuk di area
tower disediakan tabung apar setiap 1 lantai. Jenis tabung disesuaikan dengan jenis
api yang mungkin timbul.
12.
Talk Box Safety Meeting
Memberikan pengarahan kepada setiap pekerja yang terlibat dan untuk menjadikan
K3 sebagai suatu kebutuhan dalam bekerja serta memberikan informasi tentang cara
kerja yang baik dan aman.
13.
Access kerja
Disediakan access kerja bagi para pekerja yang akan naik atau turun dengan
menggunakan tangga scaffolding temporary atau dengan passenger hoist yang
dilengkapi dengan shelter.
87
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Dalam menjalankan program-progam yang ada di dalam housekeeping and safety
maka :

Setiap kepala unit harus dapat mengatur anggotanya dalam kegiatan lapangan
khususnya yang berkaitan dengan housekeeping dan safety.

Setiap anggota yang terlibat dalam struktur organisasi harus menghadiri safety
meeting sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan

Mengadakan program kegiatan sabtu bersih yang harus dihadiri oleh semua
anggota

Di lapangan satpam harus mengontrol secara ketat pekerja, karyawan dan
tamu yang akan memasuki project site dengan memastiken semua perlengkapan
safety sudah terpakai
Gambar 5.3 Papan Peringatan K3L
88
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Gambar 5.4
5.5. Project Environmental Management
Manajemen lingkungan adalah proses yang dibuat untuk memastikan bahwa dampak
yang diakibatkan oleh konstruksi yang sedang berjalan tidak mengganggu lingkungan
sekitarnya. Lingkungan yang dipengaruhi tersebut antara lain berupa :
• Sosial
• Budaya
• Ijin
• Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
• Peraturan lain yang sah dan mengikat
Manajemen lingkungan pada perencanaan terdiri atas proses eksekusi, yaitu :
Environmental Assurance
Environmental Assurance
Adalah memastikan bahwa segala bentuk aktivitas dan kegiatan yang sudah
diimplementasikan di proyek dapat membuat seluruh SDM di proyek akan merasa
nyaman dengan standar lingkungan yang relevan. Kepastian akan jaminan bahwa
proyek sudah melaksanakan aktivitasnya tanpa mempengaruhi lingkungan secara
ekstrim atau sudah sesuai dengan standard yang ada, harus didukung oleh seluruh
89
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
stakeholder proyek, karena konservasi lingkungan sudah menjadi masalah
kepentingan global.
5.6. Project Finance Management
Manajemen finansial proyek adalah proses untuk memperoleh dan mengelola sumber
daya keuangan pada proyek, terutama pada penghasilan (revenue) dari sumber daya
tersebut, dan menganalisa / updating arus kas bersih untuk proyek konstruksi yang
lebih dari sekedar pengelolaan biaya. Industri konstruksi telah mengalami
perkembangan jenis dan bentuk pembayaran untuk penyelesaian proyek, dimana hal
tersebut akan sangat membutuhkan pengelolaan di bidang keuangan, bentuk dan
kegiatan pembayaran tersebut antara lain :
• Design-build-own-operate (DBOO)
• Design-build-own-maintain (DBOM)
• Lease-back provision
• Joint operation partners
• Proyek yang diprivatisasikan
Proses manajemen financial proyek terdiri dari dua bagian dalam proses eksekusi,
yaitu :
1. Financial Control
2 Administration and Records
5.6.1 Financial Control
Kontrol finansial adalah kegiatan memonitor hal-hal yang penting terhadap
pelaksanaan pendanaan sesuai dengan rencana cash flow / pendanaan yang sudah
dibuat. Identifikasi sebab-sebab penyimpangan yang dapat berdampak negatif
maupun positif yang mempengaruhi hal-hal pada item financial planning, dilakukan
untuk pelaksanaan continual improvement untuk memperbaiki kinerja keuangan.
Output : tindak lanjut perbaikan
5.6.2 Administrations and Records
Adminiatrasi dan pencatatan adalah aktivitas untuk mendesain dan memelihara
90
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
informasi keuangan sebagai bahan masukan pada database untuk memudahkan
pengendalian keuangan sehingga proses keuangan akan berjalan dengan lancar.
Output : ketelusuran dari sistem keuangan, pemahaman dari aturan-aturan yang
berlaku
91
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
BAB 6
PROJECT CONTROL
6.1. Project Integration Management
Overall change merupakan proses formal yang didokumentasikan yang menjelaskan
kapan dan bagaimana dokumen proyek dan pekerjaan dapat dirubah. Juga
menjelaskan siapa yang berwenang untuk membuat perubahan dan bagaimana
merubahnya. Kontrol perubahan secara keseluruhan memiliki output berupa rencana
proyek yang diperbaharui, tindakan koreksi, dan pelajaran yang diperoleh. Inti dari
bagian ini adalah bagaimana memanajemen perubahan yang terjadi selama
keberlangsungan proyek. Dalam struktur organisasi proyek perpipaan dengan sistem
jacking ini, terdapat bagian khusus yang bertanggunga jawab dalam mengawasi
jalannya proyek agar proyek tetap berlangsung sesuai rencana. Bagian yang
dimaksud adalah bagian pengontrolan yang disebut Project Planning and Control
(PPC).
6.2. Project Scope Management
Kontrol terhadap lingkup proyek dilaksanakan pada permasalahan permasalahan pada
proyek yang muncul dalam rincian sebagai berikut:
Permasalahan 1 : Lantai Kerja Amblas
Pada pelaksanaan konstruksi terdapat permasalahan yakni lantai kerja amblas akibat
pemadatan urugan yang kurang padat. Hal tersebut menyebabkan diperlukannya
beton yang lebih banyak untuk mengisi kekosongan pada lantai kerja
92
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Gambar 6.1 Gambar lantai kerja yang rusak
Oleh karena itu, untuk mencegah hal tersebut terulang kembali pada pembuatan lantai
kerja, tanah harus dipadatkan dengan baik menggunakan compactor.
Permasalahan 2 : Peletakan Stek Kolom yang Tidak Tepat
Kasus selanjutnya yang terjadi selama proses konstruksi adalah adanya stek
kolom yang tidak tepat akibat dari kesalahan pada saat pengukuran dan marking.
Solusi dari permasalahan ini adalah digunakannya produk hilti yang merupakan
produk yang berfungsi dalam pengeboran pada lokasi baru untuk memasukkan
tulangan sambungan ke balok tulangan dan diberi zat kimia agar melekat ke beton
kolom.
Permasalahan 3 : Terjadi Hujan saat Pengecoran
Pada saat hujan, bagian yang telah dilakukan pengecoran tidak ditutupi oleh
terpal sehingga pasir pada campuran beton ready mix naik ke permukaan.
93
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Gambar 6.2 Gambar penutupan hasil cor dengan terpal ketika hujan
Oleh karena itu, untuk menyelesaikan masalah tersebut, ditaburkan semen diatas
bagian yang tidak ditutupi terpal sehingga material yang terdapat dalam beton dapat
terikat kembali.
V.4 Permasalahan 4 : Kesalahan pada Bentuk dan Dimensi Kolom
Pada perencanaan kolom di lift, digunakan kolom berbentuk L. Namun pada
pelaksanaannya, terdapat kesalahan pada bentuk dan dimensi kolom di mana kolom
yang dibuat adalah kolom I.
94
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Gambar 6.3 Gambar dimensi kolom yang mengalami kesalahan dimensi
Solusi dari permasalahan tersebut adalah bentuk dari kolom yang mengalami
kesalahan dimensi adalah kolom dengan bentuk I sehingga diubah menjadi L dengan
hilti.
Permasalahan 5: Tulangan Kolom terkena Campuran Beton
Permasalahan selanjutnya adalah besi kolom tidak ditutup sehingga pada saat
dilakukan pengecoran pile cap, tulangan kolom terkena campuran beton. Oleh karena
itu, dibuat temporary recovering pada kolom yang belum dicor
Permasalahan 6: Kurangnya Panjang Penyaluran Tiang Pancang
Permasalahan yang terjadi pada proses pemancangan adalah panjang
penyaluran dari tiang pancang kurang akibat dari posisi dari tanah keras yang terlalu
dalam.
95
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Gambar 6.4 Gambar tulangan besi pada pile cap
Adapun solusi dari permasalahan tersebut adalah dibuat tulangan besi yang
menyerupai pile cap mini yang memutupi tiang pancang tersebut.
Permasalahan 7 : Pondasi Lama Penghambat Pemancangan
Adanya pondasi lama dari bangunan sebelumnya yaitu bangunan pabrik yang
menghambat proses pemancangan tiang pancang
Gambar 6.5 Pondasi
96
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Gambar 76. Gambar pondasi lama
Solusi yang dapat dilakukan adalah pondasi lama tersebut harus dihancurkan terlebih
dahulu.
Permasalahan 8: Penurunan Elevasi Tanah
Permasalahan selanjutnya adalah penurunan elevasi tanah dikarenakan
permintaan dari arsitek sehingga terjadi penambahan pekerjaan .Oleh karena itu,
untuk mencegah bertambahnya pekerjaan akibat perubahan gambar, maka sebaiknya
dilakukan fiksasi denah dan elevasi bangunan sebelum pekerjaan galian dan timbunan
Permasalahan 9: Tiang Pancang Berada di Buttom Pile Cap
Pada proses pemancangan tiang, tiang pancang berada di buttom pile cap
sehingga tidak bisa dibuat panjang penjangkaran
Gambar 6.6 Gambar penggalian setempat pada tiang pancang
Oleh karena itu, dilakukan galian setempat pada tiang pancang sampai bisa dibuat
penjangkaran tiang
Permasalahan 10: Penambahan Jumlah Lantai
97
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Pada saat berlangsungnya proses konstruksi, terjadi penambahan jumlah lantai
akibat peningkatan permintaan konsumen apartemen. Oleh karena itu terjadi
penambahan beban akibat berat bangunan dan berubahnya perilaku struktur
bangunan. Untuk mengatasi perubahan tersebut, dilakukan upaya peningkatan kinerja
struktur. Adapun solusi yang dilakukan antara lain:
1. Penambahan jumlah tulangan
2. Penambahan dimensi tie beam dan kolom
3. Penambahan tebal plat dari 25cm ke 30cm
6.3. Project Time Management
Dalam Proyek ini, digunakan Kurva S untuk mengontrol pelaksanaan dari proyek,
dengan rincian sebagai berikut:
Pembuatan kurva S
Adapun penjelasan pembuatan kurva S yang dianalisis oleh Tim Penulis
dibatasi pada pekerjaan di bulan Juni dengan uraian pekerjaan sebagai berikut:
Uraian pembuatan kurva S pada pekerjaan di atas adalah sebagai berikut:
1. Bobot untuk pekerjaan persiapan adalah 13,69 % yang proses pekerjaannya
berlangsung selama 27 minggu.
2. Dari data di atas, dicari bobot pekerjaan persiapan per minggu, yakni:
3. Bobot untuk pekerjaan tanah adalah 3,12% yang berlangsung selama 8 minggu.
Bobot pekerjaan tanah per minggu adalah:
4. Bobot untuk pekerjaan pembuatan lantai Lower Ground adalah 5,2% ytang
berlangsung selama 8 minggu. Bobot pekerjaan pembuatan lantai Lower Ground
per minggu adalah:
98
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
5. Bobot untuk pekerjaan bangunan bawah adalah sebesar 13,75% yang berlangsung
selama 8 minggu. Bobot pekerjaan bangunan bawah per minggu adalah
6. Pada minggu pertama bulan Juni, hanya dilakukan pekerjaan persiapan, sehingga
bobot pekerjaan pada minggu tersebut adalah sebesar 0,5%.
7. Pada minggu kedua bulan Juni hanya dilakukan pekerjaan persiapan, sehingga
bobot pekerjaan pada minggu tersebut adalah sebesar 0,5%.
8. Pada minggu ketiga bulan Juni dilakukan pekerjaan persiapan dan pekerjaan
tanah. Sehingga bobot pekerjaan pada minggu tersebut adalah sebesar : 0,5 % +
0,39 % = 0,89%
9. Pada minggu keempat bulan Juni dilakukan pekerjaan persiapan, pekerjaan tanah,
dan pekerjaan struktur bawah. Sehingga bobot pekerjaan pada minggu tersebut
adalah sebesar:
0,5% + 0,39% + 1,72% = 2,6 %
10. Pada minggu kelima bulan Juni dilakukan pekerjaan persiapan, pekerjaan tanah,
pekerjaan struktur bawah, dan pekerjaaan lantai LG. Sehingga bobot pekerjaan
pada minggu tersebut adalah sebesar: 0,5% + 0,39% + 1,72% + 0,65% = 3,1 %
11. Sehingga didapatkan bobot pekerjaan kumulatif per minggu adalah sebagai
berikut:
Minggu I
: 0,5 %
Minggu II
: 0,5 % + 0,5 % = 1 %
Minggu III
: 1 % + 0,89 % = 1,89% = 1,9 %
Minggu IV
: 1,9 % + 2,6 % = 4,5 %
Minggu V
: 4,5 % + 3,1 % = 7,6 %
12. Setelah itu, diplot grafik dengan sumbu y adalah bobot kumulatif dalam satuan
persen dan sumbu x adalah waktu dalam satuan minggu
99
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
13. Adapun plot grafik yang didapatkan adalah sebagai berikut:
6.4. Project Control Management
Pada pengendalian biaya beberapa hal yang perlu dilakukan adalah :
Input :
Input yang digunakan pada pengendalian biaya ini adalah berdasarkan WBS,
perkiraan biaya, dan dasar pembiayaan. Bagian – bagian dari input tersebut adalah :
1. Dasar penetapan biaya (Cost baseline)
2. Laporan proyek (Performance report)
3. Perubahan (Change request)
4. Rencana pembiayaan (Cost management plan)
100
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Tools dan Techniques
Pada tools dan techniques yang digunakan adalah berdasarkan prosedur pengendalian
biaya, prosedur dari perkiraan proyek berlangsung. Bagian – bagian dari tools dan
techniques tersebut adalah :
1. Perubahan sistem pengendalian pembiayaan (Cost change control system)
2. Perkiraan pekerjaan berlangsung (Performance measurement)
3. Tambahan perencanaan (Additional planning)
4. Alat perhitungan (Computerized Tools)
Output
Pada output prosedur yang digunakan adalah prosedur peninjauan perkembangan
proyek, koreksi, tindakan, dan perkembangan proyek, studi biaya dan dokumen yang
dipelajari. Bagian – bagian dari output tersebut adalah :
1. Perkiraan biaya meningkat
2. Informasi tentang harga terbaru
3. Tindakan penyesuaian
4. Perkiraan penyelesaian
5. Kajian pembelajaran
Tujuan Pengendalian Biaya
1. Tindakan, upaya memengaruhi semua factor yang menyebabkan perubahan
terhadap “cost baseline” dan memastikan semua perubahan tersebut
bermanfaat.
2. Menetapkan perubahan tersebut terjadi dan disertakan ke dalam cost baseline
3. Mengelola semua perubahan aktual pada saat perubahan terjadi.
101
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Gambar 6.7 Diagram Proses Pengendalian Biaya
6.5. Project Quality Management
Quality Control (QC) adalah bagian dari penjaminan mutu (QA) yang memberikan
petunjuk dan cara-cara untuk mengendalikan mutu material, struktur, komponen atau
sistem agar memenuhi keperluan yang telah ditentukan
Kontrol kualitas diperlukan karena pada semua proses manajemen, sasaran harus
ditetapkan oleh organisasi untuk mengukur kesuksesan atau kegagalan suatu proses.
Manajemen dibebani tanggung jawab kualitas dan pencapaian standar yang
diinginkan menuju kesempurnaan. Kesempurnaan merupakan standar yang akan
dicapai, tetapi karena adanya toleransi dalam proses konstruksi, maka kesempurnaan
ini akan selalu tidak tercapai. Perbedaan antara kesempurnaan dan kualitas yang
dihasilkan dapat diukur dan dibandingkan. Apabila kualitas diperkirakan dengan cara
ini, maka kualitas ini akan dapat dikendalikan.
102
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Sasaran pengendalian kualitas adalah :
•
Untuk mencapai kualitas desain dan pemenuhan keinginan klien, baik pada
saat pemindahtanganan maupun selama masa penggunaannya. Hal ini dapat
terjadi dengan biaya yang serendah mungkin.
Monitoring hasil produk secara khusus untuk memastikan bahwa hasil produk sesuai
dengan standar mutu yang ditetapkan dan identifikasi cara untuk menghilangkan
penyebab ketidaksempurnaan produk. Output dari pengendalian kualitas ini adalah
form instruksi kerja.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk pelaksanaan pengendalian kualitas ini adalah :
1. Berupa
pengetesan,
pengukuran,
dan
pemeriksaan
untuk
mengetahui/membuktikan bahwa engineering dan design telah sesuai dengan
kriteria yang telah digariskan.
2. Material, peralatan dan instalasi telah dibuat, dibeli dan dibangun sesuai
prosedur, gambar, dan spesifikasi proyek.
Upaya – upaya tersebut dilakukan untuk mewujudkan preventif dan korektif pada
pengendalian kualitas. Tindakan preventif dilakukan dengan menanggulangi sedini
mungkin kesalahan pada pekerjaan pembesian. Salah satu cara yang bisa dilakukan
adalah melakukan inspeksi dini secara berkesinambungan terhadap setiap detail
tahapan / proses pembesian ini yang dimulai dari saat penerimaan tulangan
pembesian. Namun jika telah terjadi kesalahan pada pekerjaan ini, maka diharapkan
untuk langsung memberikan tindakan koreksi agar kesalahan yang terjadi tidak
semakin buruk dan juga tidak terlalu berdampak pada pekerjaan lain, terutama pada
segi waktu dan biaya keseluruhan proyek, terlebih lagi jika proyek yang dilaksanakan
adalah proyek yang terdiri dari pekerjaan-pekerjaan kritis. Dan setelah dilakukan
perbaikan terhadap kesalahan tersebut, maka perlu dilakukan pemeriksaan ulang
apakah perbaikan tersebut sudah memenuhi rencana. Tindakan – tindakan preventif
yang dapat dilakukan adalah :
•
Menentukan potensi ketidaksesuaian dan penyebabnya
103
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
•
Mengevaluasi kebutuhan tindakan untuk mencegah ketidaksesuaian terjadi
•
Menentukan dan menerapkan tindakan yang dibutuhkan
•
Merekam hasil dari tindakan yang dilakukan
–
Rekaman mutu harus ditetapkan dan dipelihara sebagai bukti
kesesuaian dengan persyaratan dan efektifitas operasi SMM
–
Rekaman mutu harus terbaca, teridentifikasi dan mudah didapat
–
Harus
ditetapkan
prosedur
terdokumentasi
yang
menjelaskan
pengendalian yang dibutuhkan untuk identifikasi, penyimpanan,
perlindungan, pengambilan, masa simpan dan pemusnahan rekaman
mutu.
•
Meninjau tindakan pencegahan yang dilakukan.
•
6.6. Project Human Resources
Tim building
Proses pengembangan tim proyek adalah kegiatan untuk mengembangkan
kompetensi individu dan tim dalam upaya meningkatkan kinerja dalam
proyek. Pengembangan tim proyek meliputi mempertinggi kemampuan
stakeholder untuk berkontribusi secara individu dan boleh dikatakan
mempertinggi kemampuan kelompok untuk berfungsi sebagai kelompok.
Pengembangan individu (manajerial dan teknis) adalah pondasi yang
dibutuhkan untuk pengembangan team/kelompok. Pengembangan sebagai
suatu team/kelompok adalah kritis terhadap kemampuan proyek untuk
mencapai sasarannya. Tools dan techniques dalam pengembangan tim anatara
lain adalah :
•
Aktivitas pengembangan tim proyek.
104
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
•
Kemampuan umum manajemen.
•
Reward dan recognition system
•
Collocation.
•
Melakukan pelatihan.
Training (pelatihan) adalah kegiatan yang meliputi semua
aktivitas yang direncanakan untuk meningkatkan kompetensi dari
team/ kelompok proyek. Beberapa ahli membedakan antara training
(pelatihan),
education
(pendidikan)
dan
development
(pengembangan), tapi perbedaan tidak konsisten dan diterima secara
luas. Pelatihan dapat secara formal (misalnya pelatihan di ruangan
kelas, pelatihan berbasis komputer), atau informal (misalnya umpan
balik dari anggota team lainnya).
Perbaikan atau peningkatan kinerja team dapat datang dari berbagai sumber
dan dapat mempengaruhi banyak bidang dalam kinerja proyek, misalnya :
•
Peningkatan pada ketrampilan individu dapat memberikan personil tertentu
untuk melakukan aktivitas yang diberikan dengan lebih efektif.
•
Peningkatan dalam lingkungan proyek (misalnya dalam penyelesaian konflik)
memberikan anggota team proyek untuk mencurahkan persentase upaya yang
lebih besar pada aktivitas teknis.
•
Peningkatan dalam kompetensi individu atau team/ kelompok dapat
memfasilitasi identifikasi dan pengembangan metoda atau cara yang lebih
baik dalam mengerjakan atau melaksanakan proyek.
6.7. Project Communication Management
Dalam tahap pelaksanaan, manajemen komunikasi meliputi dua komponen
yaitu mengadakan rapat progress dan pendistribusian infornasi.
105
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
6.7.1 Mengadakan Rapat Progress
Rapat progres merupakan salah satu cara komunikasi antara tim proyek
dengan para stakeholder. Tujuannya adalah mendistribusikan informasi kinerja yaitu
status laporan, pengukuran progress dan peramalan. Laporan kinerja meliputi
pengumpulan dan pendistribusian informasi kinerja kepada stakeholder tentang
bagaimana sumber daya yang digunakan dalam proyek untuk mencapai sasaran
proyek. Rapat progres dilakukan bersama dengan rapat kordinasi yang dilakuka
seminggu satu kali. Selain itu, rapat progress dapat dilakukan sesuai dengan
permintaan owner.
6.7.2 Distribusi Informasi
Distribusi informasi dalam tahapan ini adalah membuat informasi yang
dibutuhkan tersedia untuk stakeholder proyek tepat pada waktunya. Hal ini termasuk
implementasi dari rencana manajemen komunikasi, sebagai respon terhadap
permintaan informasi yang tidak diduga. Distribusi informasi dapat dilakukan dengan
berbagai metode contohnya mengadakan rapat baik secara periodik atau pun tidak,
pendistribusian dukumen, pendistribusian gambar kerja, memo, fax, email, telepon,
dan lainnya. Dalam menyampaikan informasi, komunikasi dapat dilakukan secara :
•
Formal dan non-formal : Secara formal, komunikasi dilakukan dalam rapat-
rapat. Pelaksanaan
rapat ada yang sifatnya periodik dan ada pula yang sifatnya insidental.
Sedangkan komunikasi nonformal bias dilakukan oleh sesama anggota tim
proyek untuk keperluan kordinasi.
•
Tertulis tak tertulis Komunikasi tertulis dapat dilakukan dengan membuat
memo, surat perintah, atau dokumen laporan progres.
•
Vertikal dan horizontal Komunikasi secaa vertikal adalah komunikasi yang
dilakukan oleh orang-orang yang berada pada tingkatan yang berbeda.
106
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Sedangkan komunikasi horizontal dilakukan oleh orang-orang yang berada
pada divisi yang sama, antar divisi, atau antar departemen.
Jenis komunikasi dalam proyek harus dibedakan menjadi dua yaitu
komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah
komunikasi yang terbatas hanya bagi anggota tim yang terlibat dalam proyek saja.
Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan antar stakeholder
yang memiliki kepentingan terhadap proyek ini.
Gambar 6.8 Bagan Distribusi Dalam Proyek
Sumber : Mata Kuliah Manajemen Proyek 2011
Komunikasi internal dan eksternal selalu dilakukan oleh anggota tim proyek untuk
jalannya proyek ini. Komunikasi yang secara periodic selalu dilakukan adalah rapat
kordinasi yang dilakukan setiap minggunya. Rapat kordinasi seluruh anggota tim
kontraktor dilakukan setiap hari senin dan rapat kordinasi tim K3 dilakukan setiap
hari kamis. Pendistribusian informasi harus disertakan bukti penyerahan dan
penerimaan yang disimpan oleh anggota administrasi proyek. Di laporan bukti
tersebut, terdapat informasi tentang apa yang didistribusika, siapa yang menyerahkan
107
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
(sumber informasi), dan siapa saja yang harus menerimannya, dan kapan informasi
tersebut didistribusikan. Sebagian besar distribusi informasi secara tertulis merupakan
tanggung jawab bagian administrasi. Laporan bukti distribusi tersebut bertujuan
sebagai dokumentasi untuk menghindari ada pihak-pihak yang seharusnya mendapat
informasi menjadi tidak mendapatkannya. Sehingga arus komunikasi, khususnya
komunikasi tertulis menjadi jelas.
Informasi yang akan akan disebarkan baik untuk internal ataupun eksternal
dapat melalui metode manual atau menggunakan software (electronic database),
sehingga anggota tim dapat dengan dengan mudah mengakses informasi tersebut.
Metode ini terutama digunakan untuk data-data teknis seperti engineering drawing,
gambar kerja, spesifkasi desain, dan lainnya.
6.8. Project Risk Management
Project Control Risk Management ( Kontrol Risiko) bertujuan untuk mengeksekusi
risk management plan dengan tujuan untuk menanggapi risk even atas kesuksesan
proyek. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk risk control yaitu :
a. Risk avoidance : kontraktor menghindari semua pekerjaan yang beresiko
sangat tinggi dan penawaran yang ditawarkan terpasang " aman". Dengan
menghindari resiko, kontraktor tidak akan mengalami kerugian besar yang
dapat terjadi. Tetapi kontraktor akan kehilangan kesempatan dalam
bergabung. Contohnya
kontraktor dapat menghindari resiko politik dan
finansial yang berpengaruh pada proyek, terutama pada negara yang tidak
stabil yaitu dengan tidak memberi penawaran pada negara tersebut.
b. Risk Absorbtion : kontraktor menghendaki adanya bayaran resiko (risk
premium).
c. Risk Reduction : kontraktor mengurangi resiko proyek dengan mempelajari
elemen resiko yang teristimewa dan menemukan alternatif mengurangi resiko.
d. Risk Transfer : kontraktor mentranfer resiko mereka ke suatu agen asuransi,
ke subkontraktor, pemilik, dan/atau mitra usaha.
108
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Tools dan Techniques yang dapat digunakan untuk pengembangan respon risiko
adalah :
•
Pengadaan barang dan jasa dari luar sering merupakan respon atas beberapa
jenis risiko. Misalnya, risiko yang berkaitan dengan teknologi bisa dikurangi
dengan menggunakan subkontraktor yang berpengalaman dibidangnya.
•
Perencanaan kontingensi dapat dilakukan apabila kejadian risiko uang telah
diindetifikasikan benar-benar terjadi.
•
Asuransi atau bonding sering tersedia dan digunakan untuk berbagai kategori
risiko
•
Strategi alternatif. Resiko sering dapat dicegah atau dihindari dengan
pendekatan yang direncanakan. Misalnya pekerjaan design tambahan bisa
mengurangi jumlah perubahan-perubahan yang harus terjadi selama masa
pelaksanaan.
Hasil dari pengembangan respon risiko adalah :
•
Perencanaan Manajemen Risiko
Prosedur yang dipakai harus didokumentasikan sepanjang masa proyek untuk
mengatur risiko. Perencanaan manajemen risiko dapat berbentuk formal atau
informal, detail atau garis besar. Perencanaan ini akan menjadi bagian dari
keseluruhan perencanaan proyek.
•
Input bagi proses lain.
Strategi alternatif, rencana konfirmasi dan output lain yang berkaitan dengan
risiko harus di fedback-kan ke proses lain yang sesuai atau kebidang
pengetahuan yang lain.
•
Perencanan kontigensi
Langkah ini merupakan tindakan awal yang harus diambil apabila risiko yang
telah terindentifikasi akan terjadi.
•
Cadangan
Cadangan adalah persediaan pada perencanaan proyek untuk mengurangi
109
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
risiko biaya dan atau schedule. Penggunaan cadangan dan definisi apa yang
harus dimasukkan dalam cadangan juga merupakan hal yang spesifik dalam
berbagai bidang aplikasi.
•
Perjanjian kontrak
Perjanjian kontrak dapat dimasukkan untuk asuransi, jasa dan item lain untuk
menghindari atau mengurangi ancaman. Kondisi kontrak akan mempunyai
efek yang sangat signifikan dalam pengurangan tingkat risiko.
110
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
TIPE
KATEGORI RESIKO
KATEGORI
STRATEGI MANAJEMEN
TINDAKAN
PENCEGAHAN
RESIKO
YANG MEMUNGKINKAN
RESIKO
Pokok
dan
Mengingatkan
Finansial dan Ekonomi
akan
terjadi
Spekulatif
-
inflasi
-
Tidak
-
mata uang asing
Memindahkan resiko
perorangan
-
fluktuasi
Menghindari resiko
kerugian/
-
perubahan nilai tukar
keuntunga
-
kelalaian
-
n

resiko
subkontraktor
nilai
contingency
pada
penawaran

Pembiayaan proyek dengan
owner yang terpecaya.

Pembelian
material
dan
peralatan
dilakukan
dan
oleh
owner

suplier
Menyediakan bon peforma
dan kualifikasi awal suplier

Kontrak
depan
untuk
menangani perubahan nilai
tukar.
Tertentu dan
Desain
Spekulatif
-
-
Perorangan
Desain
yang
tidak
-
Memindahkan resiko.
-
Menghindari resiko
-
111
perubahan
kondisi (penundaan)
-
lengkap.
Ketentuan
Partisipasi kontraktor dalam
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
-
Kerugian/
-
Kesalahan
keuntunga
desain.
-
kehilangan
-
n
dan
Perbedaan
kondisi
dan
Politik
dan
desain/metode
konstruksi.
permukaan tanah.
Pokok
Adopsi
Perubahan desain asli
Asuransi
-
Asuransi O.P.E.C dan A.I.D
Murni
Lingkungan
Pemindahan resiko
-
Perencanaan contingency
-
-
Pengurangan kerugian dan
-
Ketentuan
Tidak
perorangan
-
Kerugian/
peraturan.
-
keuntunga
n
perubahan hukum dan
pencegahan
-
masyarakat
Pengambil-alihan
-
Embargo
-
Polusi
-
dan
bayaran
Menghilangkan
ketentuan
kontrak
-
peraturan
keamanan
Spekulatif
Penundaan
tambahan.
-
Tertentu dan
atas
pejadwalan
Perang dan kekacauan
dan
kontrak
Program
perlindungan
dan
pengamanan.
Mengingatkan
Berhubungan
terjadinya
-
resiko
dengan konstruksi
-
Perorangan
-
Cuaca yang buruk
Mereduksi
-
Kerugian/
-
perselisihan
pencegahan
buruh
Contingency
fisik
pada
penawaran.
kerugian
112
dan
-
Asuransi kecelakaan
-
Ketentuan kontrak perluasan
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
tidak rugi
dan penyerangan.
-
Perbedaan
Asuransi
waktu atas keterlambatan.
-
kondisi
lapangan
Program
pengamanan
dan
pelatihan bagi tenaga kerja.
-
Pekerjaan tdk efektif
-
Perencaan aktivitas pengadaan.
-
Kegagalan peralatan
-
Program QC/QA
dan pencurian.
-
Kecelakaan
tenaga
kerja
Tertentu dan
-
Perorangan
-
Rugi
/
Pemindahan resiko
Fisik
-
murni
Kebakaran.
kerusakan
struktur
tidak rugi
Kerusakan
pemindahan
kerugian
pada
Asuransi
Asuransi resiko pembangunan
Pengawasan lapangan yang baik
Pengamanan
dan
program
pencegahan kecelakaan.
-
material
dan alat
-
dan -
pencegahan
permanen.
-
Mereduksi
-
Kecelakaan
perseorangan
kebakaran.
113
Perencanaan contingency
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Pokok
dan
Aksi dari Tuhan
Asuransi
-
asuransi atas owner
Pemindahan resiko
-
Ketentuan
Murni
-
banjir
-
Tidak
-
gempa bumi
penundaan
perorangan
-
tanah longsor
atas kerusakan yang terjadi.
-
-
Rugi/ tidak
rugi
Tabel Strategi Manajemen Risiko
114
kontrak
dan
atas
pembayaran
Perencanaan contingency
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Alokasi Risiko




Kontraktor
Owner
Shared
Undecided
Keterangan Risiko
-
Produktifitas tenaga kerja dan peralatannya
-
Mutu dari hasil pekerjaan
-
Kemampuan tenaga kerja dan peralatan
-
Ketersediaan tenaga kerja, material, dan peralatannya
-
Keselamatan & keamanan kerja (safety)
-
Defective material
-
Kelalaian kontraktor
-
Inflation
-
Kuantitas aktual dari pekerjaan
-
Pemogokan tenaga kerja
-
Kondisi lapangan yang berbeda
-
Defective design
-
Jalan masuk (site access)
-
Masalah perijinan
-
Perubahan dalam peraturan pemerintah
-
Keterlambatan pembayaran kontrak
-
perubahan dalam pekerjaan
-
Kegagalan keuangan
-
Negosiasi change-order
-
Indemnification & Hold harmless
-
Keterlambatan penyelesaian kontrak
-
Bencana alam
-
Keterlambatan pihak ketiga
-
Defensive engineering
115
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
6.9. Project Environmental Managament
Kontrol lingkungan adalah kegiatan memonitor hasil-hasil proyek yang spesifik
untuk mengetahui apabila hal tersebut sesuai dengan aturan standar lingkungan dan
mengidentifikasi
cara
untuk
mengeliminasi
sebab-sebab
dari
ketidaksesuaian/keburukan kinerja.
Input untuk proses ini adalah dampak lingkungan, rencana pengelolaan
lingkungan, definisi operasional lingkungan, checklist, dan input balik dari
stakeholder. Tools dan teknik yang digunakan antara lain alat dan teknik
pengendalian mutu serta proses da teknik pengendalian resiko. Output yang
diharapkan dalam proses ini adalah peningkatan lingkungan, keputusan penerimaan,
tindak lanjut perbaikan, checklist penyelesaian dan penyesuaian proses.
6.10. Project Financial Management
Kontrol keuangan adalah kegiatan memonitor hal-hal yang penting terhadap
pelaksanaan pendanaan sesuai dengan rencana cash flow / pendanaan yang sudah
dibuat. Selain itu, juga dilakukan identifikasi sebab-sebab penyimpangan yang dapat
berdampak negatif maupun positif yang mempengaruhi hal-hal pada item financial
planning, dilakukan untuk pelaksanaan continual improvement untuk memperbaiki
kinerja keuangan.
Input untuk control keuangan :
1. Persyaratan kontrak
2. Rencana keuangan proyek
3. Biaya dan keuntungan penghasilan / pengembalian
4. Permintaan perubahan
Tools & Techniques
1. Sistem akuntansi proyek
2. Audit internal / eksternal
3. Analisa cash flow
116
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
4. Report/laporan
keuangan
Output :
Tindak lanjut perbaikan
6.11. Project Claim Management
Adalah
bagaimana
mencegah
timbulnya
klaim,
sebaiknya
memang dibutuhkan kontrak tentang lingkup serta alokasi resiko yang dapat
diterapkan sehingga sepertinya tidak dihasilkan suatu klaim sekalipun.
Input:
1. Rencana proyek
2. Item-item kontrak
3. Rencana manajemen resiko
Tools& Techniques:
1. Kejelasan bahasa
2. Jadwal (schedule)
3. Tinjauan hasil konstruksi
4. Prosedur Request for Information (RFI)
5. Kerjasama
6. Proses prakualifikasi
7. Penjelasan / tinjauan ketidaksesuaian / perselisihan
8. Berita Acara klarifikasi
9. Dokumentasi
Output :
1. Perubahan
2. Tidak ada klaim
117
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
BAB 7
PROJECT CLOSING
Penutupan proyek adalah proyek penyelesaian semua aktivitas pada proses
manajemen proyek secara lengkap dan menyeluruh. Saat penutupan proyek, manajer
proyek akan me-review semua informasi pada setiap tahapan untuk memastikan
bahwa semua proyek telah selesai dan mencapai tujuannya. Dalam proses penutupan
proyek juga dikembangkan prosedur untuk menginvestigasi dan mendokumentasikan
alasan yang diambil jika sebuah proyek dihentikan sebelum selesai. Pada penutupan
proyek diperoleh hasil akhir berupa produk atau jasa. Aset proses organisasi yang
diperbaharui juga merupakan hasil penutupan proyek meliputi:
1. File proyek
Merupakan dokumen yang dihasilkan dari aktivitas proyek, seperti rencana
manajemen proyek, lingkup, biaya, jadwal dan kalender proyek, resiko, perubahan
dokumentasi manajemen, aksi respon resiko rencana, dan dampak resiko.
2. Dokumen penutupan proyek
Dokumen penutupan proyek terdiri dari dokumentasi formal yang mengindikasikan
bahwa proyek telah selesai dan pentransferan proyek yang telah selesai ke pihak lain.
Selama penutupan, manajer proyek meninjau ulang dokumentasi setiap fase,
penerimaan pelanggan, dan kontrak untuk menyakinkan bahwa semua persyaratan
proyek telah dilengkapi.
3. Informasi historis
Informasi historis dan pengalaman seblumnya digunakan sebagai dasar pengetahuan
untuk proyek selanjutnya. Hal ini dapat meliputi informasi masalah dan resiko serta
teknik yang dapat diaplikasikan pada proyek selanjutnya.
118
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
7.1. Project Communication Management
Proyek atau fase, setelah baik mencapai tujuan atau sedang dihentikan untuk alasan
lain, membutuhkan penutupan. Penutupan Administrasi terdiri dari verifikasi dan
mendokumentasikan hasil-hasil proyek untuk meresmikan penerimaan produk dari
proyek oleh sponsor, klien, atau pelanggan. Ini mencakup pengumpulan catatan
proyek, memastikan bahwa mereka mencerminkan spesifikasi final, analisis
keberhasilan proyek dan efektivitas, dan pengarsipan informasi untuk penggunaan
masa depan. Penutupan kegiatan administratif tidak harus ditunda sampai
penyelesaian proyek. Setiap tahap dari proyek harus benar tertutup untuk memastikan
bahwa informasi yang penting dan berguna tidak hilang.
7.1.1 Administrative Closure / pengarsipan
Penutupan administratif terdiri atas dokumentasi hasil proyek untuk
formalisasi penerimaan produk proyek oleh sponsor atau pelanggan, Hal ini meliputi :
-
pengumpulan rekord proyek,
-
memastikan bahwa ia mencerminkan spesifikasi final
-
menganalisis proyek sukses (berhasil), efektifitas dan proses pembelajaran
-
dan pencapaian informasi untuk penggunaan yang akan datang
-
Proyek atau tahap, setelah mencapai sasarannya atau dihentikan karena alasan
Aktivitas penutupan administratif tidak harus ditunda sampai penyelesaian
proyek.
-
Setiap tahap dari pelaksanaan proyek harus ditutup secara benar untuk
memastikan bahwa informasi yang penting dan berguna tidak hilang.
-
Sebagai tambahan, ketrampilan pekerja dalam data base kelompok staf harus
diperbaharui untuk memperlihatkan kenaikan ketrampilan baru dan keahlian.
7.2. Project Procurement Management
Penutupan pengadaan adalah proses menyelesaikan setiap pengadaan proyek.
Ini mendukung fase closing, karena melibatkan verifikasi bahwa semua pekerjaan
dan kiriman yang diterima. Proses penutupan juga melibatkan kegiatan administratif
seperti menyelesaikan klaim terbuka, memperbarui catatan untuk mencerminkan hasil
119
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
akhir dan pengarsipan informasi untuk penggunaan masa depan. Penutupan setiap
kontrak yang berlaku untuk proyek atau fase proyek. Dalam multi-fase proyek, istilah
dari kontrak hanya dapat diterapkan untuk fase tertentu dari proyek. Klaim yang
belum terselesaikan dapat dikenakan litigasi setelah penutupan. Ketentuan kontrak
dan kondisi dapat meresepkan prosedur khusus untuk penutupan kontrak.
Terminasi dini kontrak adalah kasus khusus dari penutupan pengadaan. Hak
dan tanggung jawab berbagai pihak dalam hal terminasi dini yang terkandung dalam
klausul pengakhiran kontrak. Berdasarkan istilah-istilah pengadaan dan kondisi,
pembeli mungkin memiliki hak untuk mengakhiri kontrak keseluruhan atau sebagian
dari kontrak. Namun, berdasarkan istilah-istilah kontrak dan kondisi, pembeli
mungkin harus mengkompensasi penjual untuk proses persiapan dan untuk setiap
pekerjaan yang telah diselesaikan dan diterima terkait dengan bagian dihentikannya
suatu kontrak.
7.2.1 Penutupan kontrak
Langkah-langkah dalam proses penutupan kontrak :
1. Evaluate Seller Performance
•
•
Mengadakan pemeriksaan terhadap kinerja rekanan
Mengidentifikasi semua perubahan yang telah disetujui terhadap lingkup
awal
•
Mencapai kesepakatan mengenai pencapaian kinerja rekanan yang
memenuhi kriteria
•
Mengidentifikasi setiap kekurangan (outstanding) dan tindakan yang
diperlukan
•
Mendiskusikan hasil pemeriksaan dengan bagian procurement jika terdapat
masalah atau ketidaksepakatan dengan rekanan
2. Provide Final Contract Acceptance
120
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
•
Bersama dengan rekanan mendiskusikan kinerja kontraktual dan
penyelesaiannya
•
Setuju terhadap setiap kekurangan dan tindakan, jika ada, diperlukan untuk
mencapai kesepakatan akhir
•
Menyusun suatu rencana dan melaksanakannya untuk menyelesaikan setiap
hal yang belum selesai (outstanding)
•
Mempersiapkan secara resmi, pemberitahuan tertulis mengenai penerimaan
(acceptance) atau pemutusan (termination) ke rekanan
•
Otorisasi pembayaran akhir sesuai kontrak
Input untuk proses ini adalah dokumentasi kontrak. Sedangkan tools dan technic
yang digunakan adalah audit pengadaan.
7.3. Project Safety Management
Manajer proyek harus melaporkan dari catatan kesehatan dan keselamatan kerja
untuk bulan sebelumnya. Laporan ini harus mencakup, tetapi tidak terbatas pada,
catatan waktu yang hilang setiap cedera, tingkat kekerapan, tingkat keparahan,
tingkat insiden, kejadian berbahaya, pelatihan yang diberikan selama periode,
inspeksi pabrik, perancah inspeksi, inspeksi mengangkat peralatan, pelanggaran dari
izin kerja skema, inspeksi Keselamatan, audit keselamatan, tindakan disipliner yang
diambil terhadap pelaku rencana ini, tanggal pertemuan komite manajemen
keselamatan dan informasi lainnya yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan
selama periode pelaporan.
Laporan keselamatan harus diajukan dalam file keamanan pusat, di lokasi halaman
atau proyek dan harus tersedia, setiap saat, untuk inspeksi atau audit oleh pihak-pihak
terkait. Laporan tersebut harus rinci temuan pemeriksaan dan merekomendasikan
tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjaga kepatuhan dengan kesehatan dan
keselamatan Rencana Pengelolaan.
121
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
7.3.1 Pelaporan dan pengarsipan kegiatan K3
Sesuai dengan aturan pemerintah yang mewajibkan dilaksanakannya kegiatan
K3 di setiap proyek konstruksi, maka segala bentuk rekord dan laporan yang
berkaitan dengan aktifitas K3 harus dijaga dan dipelihara. Laporan tersebut antara
lain berupa ;
•
Laporan akitifitas K3 secara periodik
•
Laporan kecelakaan secara periodik
•
Laporan hasil sosialisasi & pelatihan K3 sebagai bukti pihak managemen telah
melakukan pengarahan, pembinaan dalam rangka mencegah terjadinya
bahaya. dll
Input :
1. Pelaporan secara Legal
2. Persyaratan report asuransi
3. Persyaratan kontrak
4. Persyaratan rencana K3
Tools & Techniques
1. Daftar & Report Inspeksi
2. Report training & pertemuan
3. Daftar kecelakaan dan jatuh sakit karyawan
4. Penanganan & penyelidikan kecelakaan
5. Record berupa photo dan video
Output:
1. Daftar & Laporan ke pemerintah
2. Laporan Kecelakaan
3. Perolehan hasil dari insentif K3
4. Kinerja dari aktivitas K3 yang terdokumentasi
122
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
7.4. Project Financial Management
Laporan penutupan keuangan
7.4.1 Pelaporan dan pengarsipan
Adalah aktivitas untuk mendesain dan memelihara informasi keuangan
sebagai bahan masukan pada database untuk memudahkan pengendalian
keuangan sehingga proses keuangan akan berjalan dengan lancar. Input :
1. Laporan status keuangan proyek
2. Persyaratan kontrak
3. Rencana keuangan proyek Tools & Techniques
1. Sistem pendataan keuangan
2. Sistem akuntansi/keuangan
Output :
1. Ketelusuran dari sistem keuangan
Pemahaman dari aturan-aturan yang berlaku
123
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Daftar isi
BAB 1
PENDAHULUAN ..........................................................................................1
1.1
1.2
1.3
1.4
Latar Belakang ............................................................................................ 1
Tujuan Penulisan ........................................................................................ 1
Metodologi Penulisan ................................................................................. 2
Ruang Lingkup ........................................................................................... 2
BAB 2
GAMBARAN UMUM PROYEK ................................................................5
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
Tujuan Umum Proyek ................................................................................. 5
Data Umum Proyek .................................................................................... 5
Data Teknis Proyek ..................................................................................... 5
Lokasi dan Batas Wilayah .......................................................................... 7
Lingkup Umum Pekerjaan Proyek ............................................................ 10
BAB 3
PROJECT INITIATION.............................................................................11
3.1 Gambaran Umum Manajemen Lingkup Proyek ....................................... 11
3.2 Pengumpulan Persyaratan (Inisiasi) ......................................................... 11
BAB 4
PROJECT PLANNINGJECT PLANNING ..............................................13
4.1 Project Integration Management ............................................................... 13
Gambaran Umum Manajemen Integrasi Proyek ......................................13
Pengembangan Project Charter .................................................................14
Pengembangan Rencana Manajemen Proyek ...........................................16
4.2 Project Scope Management (Perencanaan Lingkup Proyek).................... 18
4.3 Project Time Management. ....................................................................... 22
Gambaran Umum Manajemen Waktu ......................................................22
Identifikasi Kegiatan .................................................................................22
Urutan Kegiatan ........................................................................................23
Estimasi Sumber Daya Kegiatan ..............................................................26
Estimasi Durasi Kegiatan .........................................................................27
Pengembangan Jadwal ..............................................................................28
4.4 Project Quality Management .................................................................... 32
Gambaran Umum Manajemen Kualitas ...................................................32
Perencanaan Kualitas ................................................................................33
4.5 Project Human Resource Management .................................................... 34
Gambaran Umum Manajemen Sumber Daya Manusia ............................34
124
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
4.11
4.12
4.13
Tenaga Kerja .............................................................................................35
Project Communication Management ...................................................... 37
Project Risk Management (Perencanaan Manajemen Resiko) ................. 42
Identifikasi Resiko ....................................................................................43
Analisis Resiko .........................................................................................46
Respon Resiko (Mitigasi Resiko) .............................................................49
Project Procurement Management ............................................................ 52
Gambaran Umum Manajemen Procurement ............................................52
Plan Procurement (Rencana Pengadaan) .................................................54
Project Cost Management ......................................................................... 58
Gambaran Umum Manajemen Biaya .......................................................58
Perkiraan Biaya .........................................................................................59
Perencanaan Anggaran Biaya ...................................................................60
Project Safety Management ...................................................................... 65
Project Environmental Management ........................................................ 66
Project Financial Planning Management .................................................. 67
Project Claim Management ...................................................................... 70
4.1.1 Claim Identification .......................................................................70
4.1.2 Claim Quantification .....................................................................70
BAB 5 PROJECT EXECUTION ...................................................................................71
5.1. Project Quality Management .................................................................... 71
5.1.1 Konsep Total Kualitas dan Aplikasi Pada Proyek .........................72
5.1.2 Pengawasan Pelaksanaan Konstruksi ............................................73
5.2. Project Human Resource Management .................................................... 74
5.2.1 Sumber Daya Tenaga Kerja...........................................................81
5.3. Project Communication Management ...................................................... 83
5.3.1 Pelaporan (Reporting) ...................................................................83
5.4. Project Safety Management ...................................................................... 84
5.4.1 Sasaran dan Program K3L .............................................................85
5.5. Project Environmental Management ........................................................ 89
5.6. Project Finance Management ................................................................... 90
5.6.1 Financial Control ...........................................................................90
5.6.2 Administrations and Records ........................................................90
BAB 6 PROJECT CONTROLLING .............................................................................92
6.1. Project Integration Management ............................................................... 92
6.2. Project Scope Management ...................................................................... 92
6.3. Project Time Management ........................................................................ 98
125
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
6.4.
6.5.
6.6.
6.7.
Project Control Management .................................................................. 100
Project Quality Management .................................................................. 102
Project Human Resources ....................................................................... 104
Project Communication Management .................................................... 105
6.7.1 Mengadakan Rapat Progress .......................................................106
6.7.2 Distribusi Informasi .....................................................................106
6.8. Project Risk Management ....................................................................... 108
6.9. Project Environmental Managament ...................................................... 116
6.10. Project Financial Management ............................................................... 116
6.11. Project Claim Management .................................................................... 117
BAB 7 PROJECT CLOSING .......................................................................................118
7.1. Project Communication Management .................................................... 119
7.1.1 Administrative Closure / pengarsipan .........................................119
7.2. Project Procurement Management .......................................................... 119
7.2.1 Penutupan kontrak .......................................................................120
7.3. Project Safety Management .................................................................... 121
7.3.1 Pelaporan dan pengarsipan kegiatan K3......................................122
7.4. Project Financial Management ............................................................... 123
7.4.1 Pelaporan dan pengarsipan ..........................................................123
126
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
2011
Daftar Gambar
127
Download