Penentuan Harga Obligasi Untuk Beberapa Nilai

advertisement
PENENTUAN HARGA OBLIGASI
UNTUK BEBERAPA NILAI PARAMETER
AKMAL IDRIS
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
RINGKASAN
AKMAL IDRIS. Penentuan Harga Obligasi untuk Beberapa Nilai Parameter. Dibimbing oleh
DONNY CITRA LESMANA dan ENDAR HASAFAH NUGRAHANI.
Obligasi merupakan sekuritas yang diterbitkan sehubungan dengan perjanjian pinjaman. Pihak
peminjam menerbitkan (menjual) obligasi kepada pihak pemilik dana dengan imbalan sejumlah
uang. Perjanjian tersebut mewajibkan penerbit obligasi (pihak peminjam) untuk melakukan
pembayaran tertentu kepada pemegang obligasi pada waktu yang telah ditentukan. Penerbit
obligasi akan membayar seluruh utangnya pada saat jatuh tempo sesuai dengan nilai nominal
obligasi tersebut.
Seorang investor yang mempertimbangkan pembelian obligasi tidak diberi tahu secara
langsung tingkat imbal hasil yang dijanjikan. Tetapi investor tersebut harus menggunakan harga
obligasi, jangka waktu, dan pembayaran bunga untuk kemudian menghitung imbal hasil yang
ditawarkan obligasi tersebut sepanjang waktunya. Imbal hasil ini disebut yield to maturity.
Hubungan antara yield to maturity dan harga obligasi ditunjukkan oleh Malkiel dalam
teoremanya. Malkiel menunjukkan bagaimana yield to maturity dan harga obligasi berubah yang
bergantung pada tingkat kupon, waktu hingga jatuh tempo, dan keadaan yield to maturity. Pada
karya ilmiah ini kita dibuktikan teorema-teorema Malikiel menggunakan aljabar sederhana. Buktibukti tersebut akan dapat menjelaskan dengan lebih baik hubungan perubahan pada yield to
maturity dan harga obligasi.
Kata kunci: harga obligasi, yield to maturity, teorema Malkiel.
ABSTRACT
AKMAL IDRIS. Determination of Bond Prices for Some Parameter Values. Under supervision of
DONNY CITRA LESMANA and ENDAR HASAFAH NUGRAHANI.
A bond is a security that is issued in connection with a borrowing arrangement. The borrower
issues (i.e. sells) a bond to the lender for some amount of cash. The arrangement obligates the
issuer to make specified payments to the bondholder on specified dates. When the bond matures,
the issuer repays the debt by paying the bondholder the bond’s par value (equivalently, its face
value).
An investor considering the purchase of a bond is usually not quoted a promised rate of return.
Instead, the investor must use the bond price, maturity date, and coupon payments to infer the
return offered by the bond over its life, which is called the yield to maturity.
The relationship between yield to maturity and bond price were proved by Malkiel in his
theorems. He showed how yield to maturity and bond prices movements depend on coupon rate,
the time to maturity, and the existing yield to maturity. In this paper we prove the Malkiel
theorems using simple algebra. The proofs will give a better understanding about the relationship
of the movements in yield to maturity and bond prices.
Keywords: bond prices, yield to maturity, Malkiel theorems.
PENENTUAN HARGA OBLIGASI
UNTUK BEBERAPA NILAI PARAMETER
AKMAL IDRIS
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Matematika
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
Judul Skripsi : Penentuan Harga Obligasi untuk Beberapa Nilai Parameter
Nama
: Akmal Idris
NIM
: G54104017
Disetujui
Donny C. Lesmana, S.Si., M.Fin.Math.
Pembimbing I
Dr. Ir. Endar H. Nugrahani, MS.
Pembimbing II
Diketahui
Dr. Drh. Hasim, DEA.
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul Penentuan Harga Obligasi untuk
Beberapa Nilai Parameter. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW
beserta keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Donny Citra Lesmana dan Ibu Endar
Hasafah Nugrahani selaku dosen pembimbing atas waktu, bimbingan dan saran yang telah
diberikan, serta Ibu Retno Budiarti atas kesediaannya menjadi penguji yang juga telah memberikan
masukan yang dibutuhkan penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, adik-adikku: Silfia, Fauziah, Irsyad, Annisa yang tersayang, serta
seluruh keluarga atas doa, kasih sayang, serta dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
2. Seluruh dosen Departemen Matematika IPB atas segala ilmu dan nasehat yang diberikan, serta
kepada staf Departemen Matematika (terima kasih atas bantuan yang telah diberikan kepada
penulis).
3. Nur Armi, Yaya Sukarya, dan Nidia Rosita atas kesediaannya menjadi pembahas dalam
seminar tugas akhir penulis.
4. Semua teman seperjuangan, senasib, dan sepenanggungan, Matematika 41. Terima kasih atas
kenangan dan kebersamaan dalam segala suasana hati. Kebersamaan kita selama kuliah akan
selalu menjadi kenangan terindah dalam hidupku.
5. Kakak-kakak kelas Matematika angkatan 38, 39 dan 40, serta adik-adik Matematika angkatan
42 dan 43.
6. Semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada penulis yang tidak dapat disebutkan
satu persatu sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga tugas akhir
ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak lain umumnya yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2009
Akmal Idris
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 23 November 1985 dari pasangan Majusar dan
Elya. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara.
Pada tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 08 Muaralabuh, kemudian
melanjutkan studi ke SLTPN 1 Muaralabuh hingga tahun 2001. Pada tahun 2004 penulis
menyelesaikan pendidikan di SMUN 1 Muaralabuh dan pada tahun yang sama diterima di
Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama mengikuti kegiatan perkuliahan penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu
sebagai staf Divisi Lingkar Muslim Mahasiswa Matematika (LIMMIT) Gugus Mahasiswa
Matematika IPB periode 2006-2007 dan sebagai staf Divisi Syiar dan Sains Serambi Ruhiyah
Mahasiswa FMIPA (SERUM-G) IPB periode 2006-2007. Penulis juga aktif sebagai panitia dalam
berbagai acara, seperti Try Out GUMATIKA, Olimpiade Sains Nasional (Matematika Ria),
Ramadhan in Action, Paket Ramadhan Spesial (PARSEL), Welcome Ceremony Mathematics, dan
Kajian Ilmu Pengetahuan berdasarkan Al-qur’an dan Sunnah (KIPAS).
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................viii
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
Tujuan Penulisan .................................................................................................................... 1
LANDASAN TEORI ...................................................................................................................... 1
PEMODELAN ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 4
Teorema 1 .............................................................................................................................. 4
Teorema 2 ................................................................................................................................ 4
Teorema 3 .............................................................................................................................. 4
Teorema 4 .............................................................................................................................. 5
Teorema 5 .............................................................................................................................. 6
ILUSTRASI ..................................................................................................................................... 7
SIMPULAN .................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 10
LAMPIRAN .................................................................................................................................. 11
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Harga obligasi dengan kupon 10% ............................................................................................ 7
2 Harga obligasi ketika maturitas 20 tahun .................................................................................. 8
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Grafik perbandingan harga obligasi premi, pari dan diskonto ................................................... 7
2 Grafik perbandingan harga obligasi dengan yield dan maturitas yang berbeda ........................ 8
3 Grafik perbandingan harga obligasi dengan yield dan kupon yang berbeda ............................. 9
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Bukti persamaan (6) ................................................................................................................. 12
2 Bukti hasil bagi persamaan (13) dengan persamaan (12) ........................................................ 13
3 Bukti persamaan (20) ............................................................................................................... 14
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Obligasi adalah surat hutang yang
diterbitkan pemerintah atau perusahaan dalam
rangka memenuhi kebutuhan dana. Setiap
obligasi yang diterbitkan harus memuat nilai
nominal, waktu jatuh tempo, tingkat bunga
obligasi atau kupon dan waktu pembayaran
bunga. Hal tersebut kemudian disebut sebagai
karakteristik obligasi.
Dilihat dari kepentingan investor, obligasi
termasuk jenis investasi yang relatif aman
karena memiliki kepastian keuntungan yang
diperoleh dari pendapatan tetap yang akan
diterimanya selama waktu kepemilikan.
Pendapatan tetap ini merupakan nilai pari,
yaitu pendapatan sebesar jumlah modal pada
awal investasi yang diterima pemegang
obligasi pada waktu jatuh tempo dan kupon,
yaitu bunga dari investasi yang diterima
pemegang obligasi setiap tahun atau
tengahtahunan selama kepemilikan obligasi.
Jenis obligasi yang akan dibahas dalam
karya ilmiah ini adalah coupon bond atau
obligasi berbunga. Obligasi berbunga pada
umumnya mewajibkan pihak penerbit untuk
melakukan pembayaran bunga hingga masa
jatuh tempo kepada pemegang obligasi atau
investor. Pada praktiknya, seorang investor
yang mempertimbangkan pembelian obligasi
tidak diberikan tingkat imbal hasil yang
dijanjikan. Tetapi investor tersebut harus
menggunakan harga obligasi, jangka waktu
dan pembayaran bunga untuk kemudian
menghitung imbal hasil yang ditawarkan
obligasi tersebut sepanjang waktunya atau
hingga jatuh tempo (yield to maturity). Imbal
hasil hingga jatuh tempo ini merupakan
tingkat bunga yang menjadikan nilai sekarang
dari pembayaran obligasi sama dengan
harganya.
Hubungan antara harga obligasi dan imbal
hasil hingga jatuh tempo telah ditunjukkan
oleh Malkiel dalam teorema-teoremanya
(Lawrence dan Shankar 2007). Bahkan
teorema tersebut banyak digunakan atau
dijadikan rujukan dalam buku-buku keuangan.
Tapi, buku tersebut hanya menggunakan
gambar dan contoh
numerik untuk
menunjukkan teorema Malkiel. Sebagai
contoh, Corrado dan Jordan (2002, hal. 296)
yang hanya memberikan contoh numerik;
Bodie, Kane, dan Markus (2006, hal. 106107), dan Charles P. Jones (2000, hal. 202)
yang memberikan gambar dan contoh
numerik, tanpa menunjukkan bukti logis.
Tanpa bukti logis akan sulit untuk memahami
hasil teorema-teorema tersebut. Oleh karena
itu, dalam karya ilmiah ini akan dibahas cara
alternatif berupa pendekatan teoretis yang
menggunakan aljabar sederhana untuk
membuktikan teorema-teorema Malkiel yang
pada akhirnya akan membantu pemahaman
teorema-teorema tersebut.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah:
1. mempelajari hubungan antara yield to
maturity dan harga obligasi.
2. memberikan bukti logis dari teoremateorema Malkiel dengan menggunakan
aljabar sederhana.
LANDASAN TEORI
Karakteristik obligasi meliputi nilai obligasi
(nilai nominal), tingkat suku bunga, jadwal
pembayaran dan jangka waktu obligasi.
Nilai Nominal
Nilai nominal adalah nilai yang
ditetapkan atas obligasi. Nilai tersebut
menunjukkan jumlah uang yang dipinjam
dan dibayar kembali oleh perusahaan pada
tanggal jatuh tempo. Misalkan, bila
perusahaan membutuhkan dana sebesar Rp
500 miliar maka akan diterbitkan obligasi
bernilai Rp 500 miliar.
Tingkat Kupon
Tingkat kupon adalah persentase dari nilai
nominal obligasi yang harus dibayarkan
penerbit obligasi kepada investor. Sebagai
contoh, perusahaan menerbitkan obligasi
dengan nilai nominal Rp 500 miliar dengan
tingkat kupon 10%. Maka setiap tahun investor
akan menerima Rp 50 miliar. Penentuan
besarnya kupon obligasi sangat penting untuk
2
dapat menarik minat investor. Tentunya juga
harus
dipertimbangkan
kemampuan
perusahaan untuk membayar kupon tersebut
sampai jatuh tempo.
Cpn adalah pembayaran kupon, dan FV adalah
Face Value (nilai pari atau nilai nominal).
Jadwal Pembayaran
Jadwal pembayaran adalah periode
waktu yang mewajibkan perusahaan
penerbit
membayar
kupon
obligasi.
Pembayaran dilakukan secara berkala
dengan kesepakatan sebelumnya, bisa
dilakukan triwulanan, semesteran atau
tahunan. Ketepatan pembayaran kupon
obligasi kepada investor merupakan aspek
penting dalam menjaga reputasi perusahaan
penerbit obligasi.
Definisi 3 (Yield to maturity)
Yield to maturity r adalah suku bunga selama
periode T yang membuat nilai sekarang dari
pembayaran obligasi sama dengan harganya.
Suku bunga ini sering kali dipandang sebagai
sebuah ukuran atas tingkat imbal hasil rata-rata
yang didapat dari sebuah obligasi jika dibeli
saat ini dan dipegang hingga jatuh temponya.
Untuk menghitung yield to maturity r,
digunakan rumus harga obligasi untuk tingkat
bunga tertentu dan pada harga yang telah
ditentukan.
Jangka Waktu Obligasi
Jangka waktu obligasi adalah masa jatuh
tempo atau berakhirnya masa pinjaman.
Masa jatuh tempo obligasi di Indonesia satu
sampai sepuluh tahun. Pada saat jatuh
tempo, pihak penerbit berkewajiban untuk
melunasi pokok investasi di dalam obligasi
tersebut. Sebagai contoh, perusahaan
mengeluarkan obligasi dengan nilai Rp 500
miliar untuk jangka waktu lima tahun. Saat
memasuki masa jatuh tempo, perusahaan
wajib membayar pinjaman sebesar Rp 500
miliar kepada investor beserta bunganya.
[Bodie, Kane dan Marcus, 2006]
Definisi 1 (Present Value/Nilai Sekarang)
Present value merupakan nilai sekarang dari
sejumlah aliran kas di masa akan datang
melalui pendiskontoan atas aliran kas di
masa yang akan datang dengan tingkat
bunga yang diharapkan, selama periode
tertentu, yaitu:
PV 
nilai akan datang
(1  r )t
dengan PV adalah nilai sekarang, t
menyatakan waktu, dan r adalah suku
bunga.
[Sundjaja dan Barlian, 2003]
Definisi 2 (Harga Obligasi)
T
Cpn
FV

t
(1  r )T
t 1 (1  r )
P
dengan P adalah harga obligasi, T adalah
waktu jatuh tempo, r adalah suku bunga,
[Bodie, Kane dan Marcus, 2006]
Definisi 4 (Coupon Rate)
Coupon rate c (tingkat kupon atau bunga)
merupakan pembayaran kupon per nilai
nominalnya. Jadi:
c
Cpn
.
FV
[Corrado dan Jordan, 2002]
Definisi 5 (Nilai Sekarang dari Anuitas)
Nilai sekarang dari pembayaran tahunan sebesar
$1 yang berjangka waktu T ketika tingkat bunga
r adalah:
1

1
.
 
T 
 r r (1  r ) 
[Bodie, Kane dan Marcus, 2006]
Atau secara umum:
1

1
PV   
A,
T 
 r r (1  r ) 
dengan A adalah besarnya pembayaran.
[Frensidy, 2007]
Premium bonds (obligasi premi)
Obligasi premi memiliki harga yang lebih besar
daripada nilai parinya. Yield to maturitynya
lebih kecil dari tingkat kuponnya.
[Corrado dan Jordan, 2002]
3
Discount bonds (obligasi diskonto)
Obligasi diskonto memiliki harga yang lebih
rendah daripada nilai parinya. Yield to
maturitynya lebih besar dari tingkat
kuponnya.
Par bonds (obligasi pari)
Obligasi pari memiliki harga yang sama dengan
nilai parinya. Yield to maturitynya juga sama
dengan tingkat kuponnya.
[Corrado dan Jordan, 2002]
[Corrado dan Jordan, 2002]
PEMODELAN
Diketahui dari definisi bahwa harga pasar
sebuah obligasi adalah:
r  x
rx
rx 
FV

  

P  FV 
.
2
T 
(1  r )  (1  r )T
 1  r (1  r )
(5)
T
Cpn
FV

.
t
(1  r )T
t 1 (1  r )
P
Dengan menggunakan formula nilai sekarang
(present value) dari sebuah anuitas maka
persamaan (5) menjadi (bukti di Lampiran 1):
Bentuk di atas bila dijabarkan menjadi:
P
Cpn
Cpn
Cpn
FV
.

  

1  r (1  r ) 2
(1  r )T (1  r )T
(1)
Dari persamaan di atas, FV adalah face value
(nilai pari atau nilai nominal), r adalah yield to
maturity dan Cpn adalah pembayaran kupon.
Jika c adalah tingkat kupon dan dari Definisi
4:
Cpn
c
,
FV
maka tingkat kupon ditulis sebagai:
Cpn  FV  c .
(2)
Substitusikan persamaan (2) ke persamaan
(1), diperoeh harga obligasi:
FV  c FV  c
FV  c
FV

  

P
.
2
T
1  r (1  r )
(1  r )
(1  r )T
(3)
Tingkat kupon c dan yield to maturity r
adalah dua pecahan dan dapat dinyatakan
sebagai:
crx
(4)
dengan x adalah sebarang bilangan. Tingkat
kupon c dari obligasi adalah tetap. Kemudian,
x akan meningkat (menurun) dengan
penurunan (peningkatan) pada yield to
maturity r. Substitusikan persamaan (4) ke
persamaan (3), diperoleh:
1
1
P  FV  FV  x  
T
 r r (1  r )

.

(6)
Hitungan dalam tanda kurung besar pada
persamaan (6) di atas merupakan nilai
sekarang dari anuitas sebesar $1 dan akan
selalu taknegatif. Dari persamaan (6) bisa
diketahui hubungan umum dan sederhana
berikut:
a. Ketika x = 0, tingkat kupon sama dengan
yield to maturity dan harga obligasi sama
dengan nilai parinya. Obligasi seperti ini
disebut dengan par bonds (obligasi pari).
b. Untuk x > 0, yakni ketika tingkat kupon
obligasi lebih besar dibandingkan dengan
yield to maturity, maka harga obligasi
adalah:
P = FV + sebuah bilangan positif.
Selanjutnya, harga obligasi lebih besar
daripada nilai parinya. Obligasi seperti ini
disebut dengan premium bonds (obligasi
premi).
c. Untuk x < 0, yakni ketika tingkat kupon
lebih rendah dari yield to maturity, maka
harga obligasi adalah:
P = FV + sebuah bilangan negatif.
Harga obligasi lebih rendah daripada nilai
parinya. Obligasi seperti ini disebut
dengan discount bonds (obligasi diskonto).
4
PEMBAHASAN
Teorema 1
Harga dan yield to
berhubungan terbalik.
maturity
obligasi
Untuk membuktikan teorema di atas, harus
ditunjukkan bahwa untuk peningkatan pada
yield to maturity, harga obligasi akan menurun
dan sebaliknya. Teorema 1 bisa dibuktikan
dari persamaan (6), dengan harga obligasi
diberikan oleh:
1

1
.
P  FV  FV  x  
T 
r
r (1  r ) 

Ketika yield to maturity dari obligasi
meningkat, nilai sekarang dari anuitas sebesar
$1 menurun dan nilai x pada persamaan (4)
menurun (untuk obligasi premi, nilai x yang
baru lebih rendah dari nilai sebelumnya, dan
untuk obligasi diskonto, nilai x yang baru
makin kecil dari nilai sebelumnya). Jadi
dengan meningkatnya yield to maturity akan
mengurangi harga obligasi. Sebaliknya, ketika
yield to maturity menurun, nilai dari anuitas
$1 meningkat dan nilai x juga meningkat (nilai
x yang baru lebih dari nilai sebelumnya untuk
obligasi premi, dan nilai x yang baru kurang
negatif untuk obligasi diskonto). Jadi dengan
adanya penurunan pada yield to maturity akan
meningkatkan harga obligasi. Karena itu,
apakah obligasi tersebut obligasi premi atau
diskonto, maka harga obligasi dan yield to
maturity berhubungan terbalik.
Teorema 2
Untuk perubahan yang diberikan pada yield
to maturity, perubahan pada harga obligasi
lebih besar untuk waktu jatuh tempo yang
lebih lama.
Asumsikan ada dua obligasi (obligasi 1
dan obligasi 2) dengan tingkat kupon dan nilai
pari yang sama tapi berbeda jangka waktunya
(T1 dan T2), dengan T1 > T2. Perubahan yang
sama pada yield to maturity yakni untuk r
yang sama maka harga obligasi adalah:
1

1
P1  FV  FV  x  
T1 
r
(1

)
r
r


1

1
P2  FV  FV  x  
.
T2 
 r r (1  r ) 
(7)
(8)
Jelas, semakin lama jangka waktu sebuah
anuitas makin tinggi nilai anuitas yang akan
terjadi. Karena hitungan pada tanda kurung
besar dari persamaan (7) dan (8) di atas adalah
nilai sekarang dari anuitas sebesar $1,
diperoleh P1 > P2.
Ketika obligasi diperdagangkan pada nilai
pari setelah adanya perubahan pada yield, nilai
mutlak perubahan harga obligasi 1 lebih besar
daripada nilai mutlak perubahan harga
obligasi 2, yakni P1  FV  P2  FV .
Nilai mutlak digunakan karena perubahan
pada obligasi premi dan obligasi diskonto
berlawanan arah. Untuk obligasi premi, x
positif dan dari persamaan (7) dan (8), harga
obligasi dengan jangka waktu yang lebih lama
menjadi lebih besar dibandingkan dengan
harga obligasi dengan jangka waktu yang
lebih singkat, yakni P1 > P2. Karena pada
P  FV
maka
obligasi
premi
P1  FV  P2  FV . Untuk obligasi diskonto,
x negatif. Karena itu, suku kedua pada nilai
sisi kanan persamaan (7) lebih negatif
(nilainya lebih kecil) daripada suku kedua
pada persamaan (8), sehingga mengakibatkan
P1 < P2. Karena pada obligasi diskonto
P  FV maka P1  FV  P2  FV yang kedua
ruasnya bernilai negatif. Karena yang diukur
perubahannya, maka masing-masing ruas
tersebut harus dimutlakkan sehingga diperoleh
P1  FV  P2  FV .
Berdasarkan bukti di atas, untuk obligasi
premi: harga obligasi dengan kupon tengah
tahunan akan jadi lebih besar dibandingkan
dengan harga obligasi dengan kupon tahunan.
Dengan cara yang sama, untuk obligasi
diskonto: harga obligasi dengan kupon tengah
tahunan akan jadi lebih rendah dibandingkan
dengan harga obligasi dengan kupon tahunan.
Teorema 3
Persentase perubahan harga obligasi karena
perubahan pada yield to maturity meningkat
pada tingkat yang semakin berkurang ketika
jangka waktu bertambah.
Misalkan terdapat tiga obligasi dengan
tingkat kupon dan nilai pari yang sama tapi
jangka waktunya berbeda yakni T, T + 1, dan
T + 2. Teorema di atas mengatakan bahwa
perubahan yang sama yang diberikan pada
yield to maturity, yakni untuk r yang sama,
persentase perubahan dari T ke T + 1 akan
lebih besar daripada persentase perubahan dari
5
T + 1 ke T + 2. Dengan menggunakan
persamaan (6), harga tiga obligasi (dengan
jatuh tempo T, T + 1, T + 2) adalah:
Dari persamaan (4) dan (6), peningkatan
sebesar k pada yield to maturity maka harga
obligasi yang baru adalah:
1

1
P1  FV  FV  x  
T 
r
(1

)
r
r


 1
1
Pk  FV  FV  ( x  k ) 

T
 r  k (r  k )(1  r  k )
(9)
1

1
P2  FV  FV  x  
T 1 
 r r (1  r ) 
(10)
1

1
.
P3  FV  FV  x  
T 2 
 r r (1  r ) 
(11)
Persentase perubahan harga ketiga obligasi
yang diperdagangkan adalah:
P  FV
P1  FV P2  FV
,
dan 3
,
FV
FV
FV
masing-masing untuk obligasi dengan jangka
waktu T, T + 1 dan T + 2. Untuk menunjukkan
bahwa persentase perubahan harga meningkat
pada tingkat yang semakin berkurang ketika
jangka waktu obligasi bertambah, harus
ditunjukkan bahwa selisih P2 – P1 lebih besar
daripada selisih P3 – P2. Dari persamaan (9),
(10), dan (11):


1
1
P2  P1  FV  x 

T
T 1 


r
r
r
r
(1
)
(1
)


(12)


1
1
P3  P2  FV  x 

.(13)
T 1
T 2 
r (1  r ) 
 r (1  r )
Dengan membagi persamaan (13) dengan
persamaan (12), kita peroleh (bukti di
Lampiran 2):
P3  P2
1

.
P2  P1 1  r
Karena r > 0, penyebut dalam persamaan di
atas lebih besar daripada 1 dan P2 – P1 lebih
besar daripada P3 – P2 menandakan bahwa
persentase perubahan harga meningkat pada
tingkat yang semakin berkurang ketika jangka
waktu obligasi bertambah.
Teorema 4
Nilai mutlak dari perubahan harga sebagai
akibat dari peningkatan dan penurunan dengan
besaran yang sama pada yield to maturity
adalah tidak simetris (penurunan pada yield to
maturity obligasi menghasilkan perubahan
harga yang lebih besar dibandingkan dengan
peningkatan pada yield to maturity dengan
besaran yang sama).

.

Kurangi persamaan di atas dengan persamaan
(6), kita dapatkan perubahan pada harga
sebagai berikut:
 1

1
Pk  FV  ( x  k ) 

T 

r
k



(
)(1
)
r
k
r
k


1

1
 FV  x  
T 
 r r (1  r ) 
(14)
Dengan cara yang sama dengan peningkatan
yield to maturity sebesar k, untuk penurunan
sebesar k dalam yield to maturity, perubahan
harga obligasi menjadi:
 1
1
P k  FV  FV  ( x  k ) 

T
 r  k (r  k )(1  r  k )

.

Kurangi persamaan di atas dengan persamaan
(6), diperoleh perubahan pada harga sebagai
berikut:
 1

1
P k  FV  ( x  k ) 

T 

r
k



(
)(1
)
r
k
r
k


1
1
 FV  x  
T
 r r (1  r )

.

(15)
Harus ditunjukkan bahwa nilai mutlak dari
perubahan harga sebagai akibat dari
peningkatan dan penurunan dengan besaran
yang sama pada yield to maturity adalah tidak
simetris (tidak sama) dan penurunan pada
yield to maturity menghasilkan perubahan
harga yang lebih besar dibandingkan dengan
peningkatan pada yield to maturity dengan
besaran yang sama, yakni Pk < P k . Suku
kedua dari persamaan (14) dan (15) adalah
sama. Oleh karena itu:
FV  ( x  k ) A  FV  ( x  k ) B .
 1

1
A

dan
T 
 r  k (r  k )(1  r  k ) 
 1

1
B

.
T 

r
k



(
)(1
)
r
k
r
k


Dengan
Dari hubungan di atas bisa diketahui bahwa
nilai sekarang dari sebuah anuitas selalu
positif karena kedua suku dalam kurung besar
6
di atas bernilai positif dan nilai suku pertama
lebih besar daripada nilai suku kedua; lebih
tinggi untuk yield to maturity yang lebih
rendah dan lebih rendah untuk yield to
maturity yang lebih tinggi karena suku kedua
pada ruas kanan didiskontokan pada tingkat
yang lebih rendah sehingga nilainya lebih
besar daripada suku kedua ruas kiri dan juga
nilai suku pertama ruas kanan lebih besar
daripada suku pertama ruas kiri; dan (x + k)
lebih besar daripada (x – k). Sebab itu, ruas
kanan lebih besar daripada ruas kiri,
menandakan bahwa nilai mutlak perubahan
harga sebagai akibat dari peningkatan dan
penurunan dengan besaran yang sama pada
yield to maturity adalah tidak simetris dan
yield
to
maturity
penurunan
pada
menghasilkan perubahan harga lebih besar
dibandingkan peningkatan pada yield to
maturity dengan besaran yang sama.
Perbedaan dalam harga obligasi berkaitan
dengan perbedaan dalam kedua hubungan dari
persamaan harga (16), (17), (18), (19).
Hitungan pertama FV adalah sama di setiap
persamaan tersebut. Sebab itu, dengan
membuang FV , persentase perubahan harga
untuk dua obligasi dapat ditulis sebagai:
a. Persentase perubahan harga obligasi 1:
 1
1

(c1  r   ) 
T
 r   (r   )(1  r   )
1

1
(c1  r )  
T 
r
r
r

(1
)




 1 .
b. Persentase perubahan harga obligasi 2:
 1
1

( c2  r   ) 
T
 r   (r   )(1  r   )
1

1
(c2  r )  
T 
r
r
r

(1
)




 1.
Teorema 5
Obligasi dengan tingkat kupon yang lebih
tinggi
akan
menghasilkan
persentase
perubahan harga yang lebih kecil akibat
adanya perubahan pada yield to maturity
dibandingkan dengan obligasi dengan tingkat
kupon yang lebih rendah.
Untuk menunjukan bahwa tingkat kupon yang
lebih
tinggi
menghasilkan
persentase
perubahan harga yang lebih kecil, harus
ditunjukkan bahwa persentase perubahan
harga obligasi 2 lebih besar daripada
persentase perubahan obligasi 1. Pada
dasarnya harus ditunjukkan bahwa:
Misalkan dua oligasi (obligasi 1 dan obligasi
2) dengan tingkat kupon obligasi 1 (c1) lebih
besar daripada tingkat kupon obligasi 2 (c2).
Dengan menggunakan hubungan pada
persamaan (4) dan (6), harga obligasi adalah:
(c1  r   ) (c2  r   )
.
(20)

(c1  r )
(c2  r )
Untuk menunjukkan hubungan di atas, bisa
dengan menggunakan sifat dasar bilangan asli.
Jika ada dua bilangan p dan q, dengan p > q,
maka (bukti di Lampiran 3):
1

1
P1  FV  FV  (c1  r )  
T 
 r r (1  r ) 
(16)
1
1
P2  FV  FV  (c2  r )  
T
 r r (1  r )
(17)

.

Karena c1 > c2, dari persamaan (16) dan (17)
jelas bahwa P1 > P2. Untuk penurunan sebesar
 pada yield to maturity, harga dari obligasi
1 dan 2 diberikan oleh:
P1  FV  FV  (c1  r   )
(18)
P2  FV  FV  (c2  r   )
(19)
 1
1
dengan   

r


r

 r   )T
(
)(1



.

pk qk

.
p
q
Hasil di atas sama saja dengan mengatakan
bahwa persentase perubahan pada p lebih
kecil daripada persentase perubahan pada q.
Atau dalam konteks pada persamaan (20),
obligasi dengan tingkat kupon yang lebih
tinggi menghasilkan persentase perubahan
harga lebih kecil dibandingkan dengan
obligasi dengan tingkat kupon yang lebih
rendah sebagai akibat dari perubahan pada
yield to maturity.
7
ILUSTRASI
Untuk mengilustrasikan teorema-teorema
Malkiel, digunakan dua tabel di bawah. Tabel
1 digunakan untuk ilustrasi Teorema 1 sampai
Teorema 3 dan Tabel 2 untuk Teorema 4 dan
Teorema 5. Pada masing-masing tabel
diasumsikan nilai nominal obligasi adalah
$1,000.00.
Tabel 1 Harga obligasi dengan tingkat
kupon 10%
Yield
Maturitas
8%
10%
12%
10
$1,135.90 $1000 $885.30
20
1,197.93
1000
849.54
30
1,226.23
1000
838.39
Dari Tabel 1 bisa diketahui beberapa
hubungan berikut: ketika tingkat kupon lebih
besar daripada yield obligasi, maka harga
obligasi lebih besar daripada nilai nominalnya
(disebut obligasi premi); ketika tingkat kupon
dan yield obligasi sama, maka harga obligasi
sama dengan nilai nominalnya (disebut
obligasi pari); dan ketika tingkat kupon lebih
kecil daripada yield obligasi, maka harga
obligasi lebih kecil daripada nilai nominalnya
(disebut obligasi diskonto). Hubungan
tersebut bisa dilihat juga pada Gambar 1.
Gambar 1 Grafik perbandingan harga obligasi premi, pari dan diskonto.
Teorema 1 menyatakan bahwa harga dan
yield to maturity obligasi berbanding terbalik.
Misalkan yield awal adalah 10%. Dari tabel di
atas bisa dilihat, ketika yield meningkat
menjadi 12%, harga obligasi menurun.
Sebaliknya, ketika yield menurun dari 10%
menjadi 8%, harga obligasi meningkat
(Gambar 2).
Ilustrasi untuk Teorema 2, misalkan ada
dua obligasi dengan yield awal 10% dan
maturitas 10 dan 20 tahun. Ketika yield
berubah menjadi 8%, harga masing-masing
obligasi juga berubah. Perubahan harga
masing-masing obligasi adalah $1,135.90 $1000 = $135.90 (untuk maturitas 10 tahun)
dan $1,197.93 - $1000 = $197.93 (untuk
maturitas 20 tahun). Jadi, obligasi dengan
jangka waktu yang lebih lama memiliki
perubahan harga yang lebih besar ketika yield
berubah (Gambar 2). Cara yang sama bisa
dilakukan ketika yield berubah menjadi 12%.
Tapi, perubahan harga masing-masing
obligasi harus dimutlakkan karena bernilai
negatif.
Untuk menjelaskan Teorema 3, misalkan
ada tiga obligasi dengan yield 10% dan
maturitas 10, 20 dan 30 tahun. Harga untuk
masing-masing obligasi seperti pada tabel.
Ketika yield berubah menjadi 8%, harga
masing-masing obligasi juga beruah. Dalam
teorema dinyatakan bahwa persentase
perubahan harga akan meningkat pada tingkat
yang semakin berkurang ketika jangka waktu
bertambah. Maka harus ditunjukkan bahwa
selisih harga obligasi dengan maturitas 10 dan
20 tahun akan lebih besar daripada selisih
harga obligasi dengan maturitas 20 dan 30
tahun. Dari tabel diperoleh $1,197.93 $1,135.90 = $82.03 (untuk maturitas 10 dan
20 tahun) dan $1,226.23 - $1,197.93 = $28.3
(untuk maturitas 20 dan 30 tahun).
8
Gambar 2 Grafik perbandingan harga obligasi dengan yield dan maturitas yang berbeda.
Tabel 2 Harga obligasi ($) ketika maturitas
20 tahun
Tingkat Kupon
Yield
6%
8%
10%
6% 1,000.00 1,231.15
1,462.30
8%
802.07 1,000.00
1,197.93
10%
656.82
828.41
1,000.00
Teorema 4 menyatakan bahwa nilai
mutlak dari perubahan harga sebagai akibat
dari peningkatan dan penurunan dengan
besaran yang sama pada yield to maturity
adalah tidak simetris. Dengan kata lain,
penurunan pada yield to maturity obligasi
menghasilkan perubahan harga yang lebih
besar dibandingkan dengan peningkatan pada
yield to maturity dengan besaran yang sama.
Misalkan obligasi dengan harga $1,000.00,
yield 8% dan tingkat kupon 8%. Ketika yield
menurun 2% dari 8% menjadi 6%, harga
obligasi menjadi $1,231.15. Maka terjadi
perubahan harga sebesar $231.15. Ketika yield
meningkat 2% dari 8% menjadi 10%, harga
obligasi menjadi $828.41. Maka terjadi
perubahan harga sebesar $171.59. Jadi dengan
adanya penurunan pada yield to maturity
obligasi menghasilkan perubahan harga yang
lebih besar dibandingkan dengan peningkatan
pada yield to maturity dengan besaran yang
sama.
Untuk Teorema 5, misalkan ada dua
obligasi dengan tingkat kupon 6% dan 8% dan
yield yang sama sebesar 8%. Ketika yield
menurun menjadi 6%, obligasi dengan tingkat
kupon 6% mempumyai persentase perubahan
harga sebesar ($1,000.00 - $802.07)/$802.07
= 24.7%. Dan obligasi dengan tingkat kupon
8% mempunyai persentase perubahan harga
sebesar ($1,231.15 - $1,000.00)/$1,000.00 =
23.1%. Untuk kasus ketika yield meningkat
menjadi 10%, obligasi dengan tingkat kupon
6% mempumyai persentase perubahan harga
sebesar ($656.82 - $802.07)/ 802.07 = 18.1%. Dan obligasi dengan tingkat kupon 8%
mempunyai persentase perubahan harga
sebesar ($828.41 - $1,000.00)/ 1,000.00 = 17.2%. Hal tersebut menunjukkan bahwa
obligasi dengan tingkat kupon yang lebih
tinggi
akan
menghasilkan
persentase
perubahan harga yang
lebih kecil
dibandingkan dengan obligasi dengan tingkat
kupon yang lebih rendah akibat adanya
perubahan pada yield to maturity (Gambar 3).
9
Gambar 3 Grafik perbandingan harga obligasi dengan yield dan kupon yang berbeda.
SIMPULAN
Hubungan antara perubahan harga dan
yield to maturity obligasi telah lama
dibuktikan oleh Malkiel dalam teoremateoremanya. Hubungan tersebut bergantung
pada kupon, waktu hingga jatuh tempo dan
keadaan yield to maturity.
Adanya perubahan yang terjadi pada yield
to maturity dan perbedaan pada jangka waktu
obligasi akan mempengaruhi nilai sekarang
dari sebuah anuitas. Nilai anuitas tersebut
merupakan komponen dalam penentuan harga
obligasi.
Dari bukti-bukti logis yang telah diberikan
dapat diketahui bahwa:
1. yield to maturity dan harga obligasi
berbanding terbalik. Dengan adanya
peningkatan pada yield to maturity maka
harga obligasi akan menurun dan
sebaliknya.
2. Harga obligasi dengan waktu jatuh tempo
yang lebih lama lebih sensitif dengan
adanya perubahan pada yield to maturity
dibandingkan dengan harga obligasi
dengan waktu jatuh tempo yang lebih
singkat. Artinya, perubahan harga yang
terjadi akan lebih besar pada obligasi
dengan waktu jatuh tempo yang lebih
lama.
3. Persentase
perubahan
harga
akan
meningkat pada tingkat yang semakin
berkurang ketika jangka waktu jatuh
tempo bertambah akibatnya berubahnya
yield to maturity.
4. Penurunan pada yield to maturity obligasi
menghasilkan perubahan harga yang lebih
besar dibandingkan dengan peningkatan
pada yield to maturity.
5. Obligasi dengan tingkat kupon yang lebih
tinggi akan menghasilkan persentase
perubahan harga yang lebih kecil akibat
adanya perubahan pada yield to maturity
dibandingkan dengan obligasi dengan
tingkat kupon yang lebih rendah. Dengan
kata lain, harga obligasi dengan kupon
yang lebih tinggi kurang sensitif terhadap
perubahan pada yield to maturity
dibandingkan dengan harga obligasi
dengan kupon yang lebih rendah.
10
DAFTAR PUSTAKA
Bodie, Z., A. Kane, dan A. J. Marcus. 2006.
Investments, 6th ed. New York:
McGraw-Hill.
Jones, C. P. 2000. Investments: Analysis and
Management, 7th ed. New York: John
Wiley & Sons, Inc.
Corrado, C. J. dan B. D. Jordan. 2002.
Fundamentals of Investments: Valuation
and Management, 2nd ed. New York:
McGraw-Hill.
Lawrence, E. R. dan S. Shankar. 2007. A
Simple and Student-Friendly Approach
to the Mathematics of Bond Prices.
Quarterly Journal of Business and
Economics, 46: 91-99.
Frensidy, B. 2007. Matematika Keuangan.
Jakarta: Salemba Empat.
Sundjaja, R. S. dan I. Barlian. 2003.
Manajemen Keuangan 2, edisi ke-4.
Jakarta: Literata Lintas Media.
11
LAMPIRAN
12
Lampiran 1 Bukti persamaan (6)
Dari persamaan (5):
r  x
rx
rx 
FV
P  FV 

  

2
T 
(1  r )  (1  r )T
 1  r (1  r )

 1
1
1 
FV
.
P  FV (r  x) 

  

T 
2
1
(1
r
)
(1
r
)
(1
r



 r )T



Dengan menggunakan formula nilai sekarang (present value) dari sebuah anuitas maka menjadi:
r  x
rx 
FV
P  FV 


T 
(1
)
(1
r
r
r

 r )T


r x
r
x
 FV   

T
r
r
r
(1
r
)
r
(1
r )T




FV

(1
 r )T

 x

1
x
FV
 FV 1  


T
T 
r (1  r )  (1  r )T
 r (1  r )
FV  x
FV
FV  x
FV
 FV 



T
T
r
(1  r )
r (1  r )
(1  r )T
FV  x
FV  x
 FV 

r
r (1  r )T
1

1
.
P  FV  FV  x  
T 
 r r (1  r ) 
13
Lampiran 2 Bukti hasil bagi persamaan (13) dengan persamaan (12)


1
1
FV  x 

T 1
T 2 
r (1  r ) 
P3  P2
 r (1  r )

P2  P1


1
1

FV  x 
T
T 1 
r (1  r ) 
 r (1  r )
(1  r )T  2  (1  r )T 1
(1  r )2T  3

(1  r )T 1  (1  r )T
(1  r )2T 1

(1  r )T  2  (1  r )T 1
(1  r ) 2T 1

(1  r ) 2T  3
(1  r )T 1  (1  r )T

(1  r )T  2  (1  r )T 1
1

(1  r ) 2
(1  r )T 1  (1  r )T

(1  r )T  2  (1  r )T 1
(1  r )T  3  (1  r )T  2

(1  r )  1
(1  r ) 2  (1  r )

r
(1  2r  r 2 )  (1  r )

r
r  r2

r
r (1  r )
P3  P2
1

.
P2  P1 1  r
14
Lampiran 3 Bukti persamaan (20)
pq
1 1

p q
k k
 , dengan k  0
p q
k
k
 1  1
p
q
p k q k
   
p p q q
pk qk


.
p
q

Download