proceding - RP2U Unsyiah - Universitas Syiah Kuala

advertisement
ISBN: 978-602-73790-0-8
PROCEDING
TEMU ILMIAH: KONSEP MUTAKHIR
TATALAKSANA BERBAGAI PERSOALAN
MEDIS
Dalam Rangka Dies Natalis
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala ke-33
BANDA ACEH, 3 OKTOBER 2015
Penerbit: Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
i
EDITOR
Dr. dr. Bakhtiar, M.Kes., SpA(K)
dr. Tita Menawati Liansyah, M.Kes
dr. Marisa, M.Gizi
dr. Nur Wahyuniati, M.Imun
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak, mencetak dan menerbitkan sebagian atau
seluruh isi buku ini dengan cara atau dalam bentuk apapun tanpa seijin
penulis dan penerbit
Penerbit:
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2015
ISBN: 978-602-73790-0-8
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala ...........................................................
Kata Pengantar Ketua Editor ..................................................
Daftar Isi ....................................................................................
1. Pendekatan Diagnosis Penyakit pada Anak Hemoptisis
Bakhtiar
FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ............................
2. Diare Akibat Alergi Susu Sapi
Sulaiman Yusuf
FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ............................
3. Biomarker Sepsis pada Penyakit Kritis
Jufitriani Ismy
FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ............................
4. Terapi Pengganti Ginjal
Maimun Syukri
FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ............................
5. Malaria: Dari Sudut Pandang Biologi Molekuler
Kurnia Fitri Jamil
FK Universitas Syiah Kuala.................................................
6. Diagnosis dan Tatalaksana Hipokalemia
Desi Salwani
FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ............................
7. Peran Imunomodulator Pada Penyakit Infeksi
Masra Lena Siregar
FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ............................
8. Diagnosis Community Aquired Pneumonia (CAP)
dan Tatalaksana Terkini
Yunita Arlini
FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ............................
9. Polimorfisme Gen Fibrinogen dan Stroke Iskemik
Imran
FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ............................
10. Hipertensi dan Dimensia
Suherman
FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ............................
iv
ii
iii
iv
1
9
20
41
47
57
73
86
98
116
11. Myofascial Trigger Point Pain (MTrPs) pada Otot- otot
Kepala-Leher Sebagai Penyebab Nyeri Kepala Kronik
Dessy R Emril, Nasrul Musadir, Novita Nurul K
FK Universitas Syiah Kuala.................................................
123
12. Penanganan Update dengan Intervensi Pada Penyakit
Serebrovascular
Muhammad Yusuf
FK Universitas Malikulsaleh Lhokseumawe .......................
133
13. Kejang Pada Tumor Otak
Nasrul Musadir
FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ............................
149
14. Monosodium Glutamat (MSG) dan Efek Neurotoksisitasnya
Pada Sistem Saraf Pusat
Rezania Razali
FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ............................
159
15. Fungsi Kognitif Pasien Stroke Berdasarkan Mini Mental State
Examination (Mmse) di Rumah Sakit Umum Cut Meutia
Kabupaten Aceh Utara
Azizah Malik, Meutia Maulina
FK Universitas Malikulsaleh Lhokseumawe .......................
169
16. Penggunaan Antipsikotik Pada Skizofrenia
Rio J Pamungkas
FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ............................
182
17. Peningkatan Kemandirian Lansia Berdasarkan
Perbedaan Activities Daily Living: Perawatan Lansia
di Rumah dan di Panti Werda
Yudhiakuari Sincihu, Bernadette Dian Novita Dewi
FK Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya ..............
190
18. Diagnosis dan Penanganan Rhinosinusitis
Teuku Husni TR
FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ............................
210
19. Efek Kardiotoksik Antihistamin Terfenadin pada
Pengobatan Rhinitis Alergika
Hijra Novia Suardi
FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ............................
230
20. Penatalaksanaan Terkini Pada Melasma
Fitria Salim
FK Universitas Syiah Kuala Badna Aceh ............................
241
v
20
Penatalaksanaan Terkini Pada Melasma
Fitria Salim
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Syiahkuala/ Rumah Sakit Umum dr.
Zainoel Abidin, Banda Aceh
Pendahuluan
Melasma merupakan salah satu kelainan hiperpigmentasi pada kulit
yang sering dijumpai pada pasien dengan tipe kulit berwarna. Predileksi
lesi pada melasma yaitu di daerah yang sering terpapar matahari terutama
pada dahi, pipi, hidung atas bibir dan dagu.Penyebab pasti melasma
masih belum diketahui,namun diduga berhubungan dengan beberapa
faktor seperti genetik, paparan sinar UV, kehamilan, penggunaan
kontrasepsi dan terapi hormonal, disfungsi tiroid, penggunaan kosmetik
maupun obat-obatan yang bersifat fototoksik seperti anti epilepsi.
Melasma dapat terjadi pada semua ras namun lebih sering pada
negara Asia, Timur tengah, India dan Amerika selatan. Pada perempuan
lebih banyak dijumpai dan dilaporkan 50-70% wanita hamil mengalami
kelainan ini, sedangkan pada laki-laki diperkirakan hanya sekitar 10%
dari seluruh kasus. Penegakan diagnosis melasma dapat dilakukan
dengan manifestasi klinis yaitu dijumpai bercak gelap berwarna coklat
241
muda hinggacoklat keabuan dengan batas tegas dan bentuk tidak
beraturan. Pemeriksaan dengan lampu Wood dapat mengidentifikasi
kedalaman pigmen melanin sehingga melasma diklasifikasikan menjadi 3
kelompok yaitu: 1) tipe epidermal, yang secara klinis tampak bercak
coklat muda yang dengan pemeriksaan lampu Wood akan terlihat lebih
jelas. 2) tipe dermal, tampak bercak biru keabuan yang dengan lampu
Wood tidak bertambah gelap. 3) tipe campuran, tampak coklat gelap dan
akan bertambah gelap pada beberapa tempat saat disinari lampu Wood.
Dengan mengetahui tipe dari melasma akan mempermudah klinisi dalam
menentukan penatalaksanaan yang paling efektif.
Melasma
mengganggu
penampilan
fisik
dan
sering
juga
menyebabkan gangguan psikososial. Penderita merasa malu dan menjadi
tidak percaya diri sehingga sulit untuk menjalani kehidupan sosial. Hal
ini menyebabkan kualitas hidup penderita menjadi terganggu. Oleh
karena itu penatalaksanaan secara holistik dan terintegrasi meliputi
edukasi, tindakan preventif dan kuratif sangat penting dilakukan serta
kepatuhan pasien sangat diperlukan untuk memperoleh hasil terapi yang
optimal. Berbagai macam pilihan terapi telah dikembangkan untuk
menangani masalah melasma seperti penggunaan obat baik topikal
maupun sistemik, prosedur resurfacing seperti chemical peeling dan
mikrodermabrasi serta pemakaianlaser, namun terapi kombinasi akan
memberikan hasil yang lebih baik.
Terapi Topikal
Berbagai macam obat topikal telah dikembangkan untuk mengobati
melasma. Beberapa mekanisme kerja obat tersebut adalah mendegradasi
melanosom, inhibitor tirosinase yaitu enzim yang berperan dalam
242
pembentukan melanin, inhibitor transfer melanosom, dan meningkatkan
turn over sel keratinosit.
Hidrokuinon
Hidrokuinon masih menjadi pilihan terbaik dalam mengobati
melasma.Terapi kombinasi yang paling terkenal adalah formula Kligman
yang mengandung hidrokuinon 5%, tretinoin 0,1%, dan deksametason
0,1%, selain itu banyak dipakai formulasi atau modifikasi campuran
lainnya seperti dengan glycolic acid(GA) atau vitamin C. Terapi
kombinasi bertujuan untuk meningkatkan efektivitas terapetik dan
menurunkan resiko efek samping berupa reaksi iritasi. Pemakaian
hidrokuinon jangka panjang dapat menyebabkan okronosis, perubahan
warna kuku, melanosis konjungtiva dan degenerasi kornea sehingga
pemakaiannya harus dibawah pengawasan.
Azelaic acid
Terapi dengan azelaic acid (AA) memberikan efek antiproliferatif
dan sitotoksik pada melanosit yang dimediasi melalui hambatan aktivitas
oxidoreduktase mitokondrial dan sintesis DNA. Konsentrasi yang sering
digunakan adalah 15-20% dalam bentuk krim yang memiliki efektivitas
yang sama dengan hidrokuinon 4% namun tanpa efek samping.
Kombinasi AA dengan tretinoin 0,05% dan GA 15-20% dilaporkan dapat
memperpendek masa terapi.
Kojic acid
Kojic acid berperan sebagai inhibitor tirosinase dan inhibisi
aktivitas katekolase tirosinase. Obat ini sering dikombinasikan dengan
obat lain seperti hidrokuinon, antioksidan dan GA. Dilaporkan KA 2%
243
dengan hidrokuinon 2% memberikan hasil lebih baik daripada GA 5%
dengan Hidrokuinon 4%, sehingga KA dijadikan pilihan untuk pasien
yang tidak toleran dengan terapi lini pertama lainnya.
Retinoid
Efek antipigmentasi dari obat ini melalui 2 mekanisme yaitu
mengurangi transfer melanosom dan mempercepat penghilangan
tumpukan pigmen. Golongan retinoid termasuk asam vitamin A dan
asam retinoat atau tretinoin, adapalen, tazaroten dan isotretinoin. Efek
samping penggunaan obat ini yang paling sering ditemukan adalah rasa
gatal atau panas, muncul eritema dan kulit kering. Penyesuaian dosis
yang tepat sangat penting diperhatikan untuk meminimalkan efek
samping.
Glycolic acid
Obat ini merupakan golongan AHA (alpha hydroxy acid) dengan
mekanisme kerja yaitu mempercepat deskuamasi keratinosit pada dosis
rendah, menyebarkan melanin di lapisan basal epidermis, menyebabkan
epidermolisis pada dosis tinggi serta meningkatkan sintesis kolagen di
bagian dermis. Efek samping yang sering dikeluhkan oleh pasien adalah
hanya iritasi ringan. Selain digunakan sebagai bahan terapi topikal GA
juga sering dipakai pada chemical peeling.
Arbutin
Obat ini merupakan derivat β-D-glucopyranoside dari hidrokuinon
yang dihasilkan oleh tumbuhan alami. Mekanisme kerjanya mirip dengan
hidrokuinon yaitu inhibitor tirosinase namun tanpa mempengaruhi
ekspresi RNA, selain itu juga menghambat maturasi melanosom. Arbutin
244
lebih sedikit efek toksiknya pada molekular sehingga tidak merusak
morfologi dendrit melanosit namun efek klinisnya juga lebih ringan.
Bentuk sintetik deoxyarbutin memiliki efek inhibisi tirosinase yang lebih
besar.
Niacinamide
Efek terapetik yang dihasilkan oleh obat ini tidak sebanding dengan
hidrokuinon sehingga dipakai hanya sebagai terapi penunjang, namun
efek samping iritasi yang ditimbulkan juga sedikit. Mekanisme kerja obat
ini yaitu dengan mengurangi transfer melanosom, sebagai anti radikal
bebas dan tidak menyebabkan kerusakan melanosit.
Tranexamic acid
Asam traneksamat merupakan turunan dari asam amino lisin yang
memiliki aktivitas menghambat sintesis melanin melalui penghambatan
plasminogen menjadi plasmin (anti plasmin) yang dapat mengurangi
alpha-melanin stimulating hormone. Sebagai antipigmentasi obat ini
lebih aman, tidak menimbulkan iritasi dan tidak beresiko menyebabkan
hiperpigmentasi paska inflamasi. Selain dengan pemberian topikal, obat
ini juga dapat diberikan secara oral dan injeksi intradermal. Pemberian
secara oral harus hati-hati pada pasien jantung dan serebrovaskular.
Anti radikal bebas
Ascorbic acid, alpha lipoic acid, licorice extract, dan vitamin E
merupakan
anti
oksidan
yang
mempunyai
efek
sebagai
agen
depigmentasi melalui proses interaksi dengan ion copper sebagai tempat
aktivitas tirosinase untuk menurunkan melanogenesis. Efek depigmentasi
oleh alpha lipoic acid yaitu inhibitor NF kappa β. Beberapa obat anti
245
oksidan ini juga dapat diberikan secara sistemik baik oral maupun injeksi
intravena.
Chemical Peeling
Melasma tipe epidermal merupakan indikasi yang tepat dilakukan
pengelupasan secara kimiawi pada lapisan epidermis dengan kelebihan
deposit pigmen. Bahan yang biasa digunakan adalah AHA, tri chlor
acetic acid (TCA), dan solusio Jessner. Berdasarkan kedalaman
pengelupasannya maka chemical peeling dibagi menjadi:
1.
Very superficial depth (stratum spinosum): TCA 15%, AHA 30%,
asam salisilat 25%.
2.
Superficial depth (seluruh epidermis): TCA 30%, AHA 70%,
Jessner’s solution.
3.
Medium depth (stratum retikulare atas): TCA 30-50%, fenol 88%,
asam piruvat 95% dan Jessner+TCA
4.
Deep depth: Baker/Gordon’s Formula
Untuk keamanan dan mencegah efek samping terutama pada kulit
gelap sangat disarankan pengelupasan tidak lebih dalam daripada stratum
basalis
yang
ditandai
dengan
epidermal
sliding
karena
dapat
mengakibatkan hiperpigmentasi paska inflamasi. Untuk mengurangi hal
tersebut maka diperlukan priming selama 1 bulan sebelum tindakan
peeling.
Laser
Berkembangnya teknologi laser menyebabkan banyak kelainan
hiperpigmentasi pada dermal dapat diobati. Pengobatan dengan laser
dapat mengenai langsung jaringan target tanpa merusak jaringan yang
246
lebih superfisial. Prinsip dasar dari laser pigmen adalah selective
photothermolysis. Energi laser diabsorbsi oleh kromofor spesifik
(melanin dan melanosom). Thermal relaxation time (TRT) juga harus
diperhatikan yaitu pulse duration dari laser harus lebih kecil dari TRT
organel target agar terjadi destruksi, sehingga laser pigmen harus QSwitched dengan pulse duration sangat pendek yaitu nanosecond.
Laser pigmen yang sering digunakan adalah Q-Switches Nd-Yag
532 nm dan 1064 nm, laser Ruby 694 nm, Alexandrite 755 nm. Dalam
aplikasi pemilihan panjang gelombang tetap dipertimbangkan kedalaman
disposisi pigmen dan kompetisi kromofor oksihemoglobin. Jenis laser
yang digunakan untuk pengobatan melasma adalah Nd-Yag 1064 dengan
pengaturan parameter khusus yaitu “toning” mempergunakan energi
yang jauh lebih rendah dari photothermolysis treshold. Sesi yang
diperlukan 5-10 kali dengan interval 1-3 minggu. Laser fraksional non
ablatif 1550 nm dapat dipergunakan namun angka kekambuhannya
cukup tinggi. Laser fraksional CO2 juga dapat untuk mengobati melasma
namun tidak untuk kulit yang gelap.
Edukasi
Edukasi sangat penting diberikan kepada pasiensupaya mereka
mengetahui tentang tipe melasma yang dideritanya, tindakan atau pilihan
terapi terbaik yang akan diberikan untuk mengobati keluhannya, proses
pengobatan, hasil/limitasi terapi, efek samping atau komplikasi yang
mungkin timbul dan prognosis terhadap kesembuhannya. Peran pasien
juga sangat dibutuhkan yaitu kepatuhan dalam melakukan perawatan
seperti menggunakan tabir surya secara tepat dan berkesinambungan
serta kepatuhan dalam menjalani pengobatan.Pemberian edukasi yang
tepat sangat bermanfaat bagi kesuksesan terapi serta mencegah timbulnya
247
over expectation dari pasien terhadap hasil terapi yang mengakibatkan
adanya complain kepada dokter.
Kesimpulan
Melasma merupakan kelainan kulit yang sering dijumpai terutama
pada tipe kulit berwarna. Kelainan ini banyakmengganggu kualitas hidup
penderitanya baik secara fisik maupun psikososial. Oleh karena itu
penatalaksanaan secara komprehensif sangat dibutuhkan. Berbagai model
terapi telah dikembangkan dan yang terbaik adalah terapi kombinasi
dengan memperhatikan tipe melasma, pengobatan yang dianjurkan dan
peran pasien dalam menjalani proses pengobatan.
Kepustakaan
1. Nicolaidou E, Katsambas AD. Pigmentation disorders:
hyperpigmentation
and
hypopigmentation.
Clinics
in
Dermatology 2014; 32: 66-72.
2. Ortone JP et al. Hypomelanosis and hypermelanosis. In:
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8thed. New York:
McGraw Hill. 2012; 836-81.
3. Passerton T. Laser. Annales de dermatologie 2012; 139: 159-165.
4. Rendon M, Horwitz S. Topical treatment of hyperpigmentation
disorder. Annales de dermatologie 2012; 139: 153-158.
5. Shweta K, Khozema S, Meenu R, Anupama S, Singh SK et al. A
systemic review on melasma: a review. Int J Cur Bio Med
Sci2011; 1 (2): 63-8.
248
Download