1 PENDAHULUAN Latar Belakang Zat gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila konsumsi pangan dapat memenuhi kebutuhan zat gizi optimal (Budiyanto 2002). Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis, dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis adalah untuk memenuhi kepuasan emosional atau selera, sedangkan tujuan sosiologis adalah untuk memelihara hubungan manusia dalam keluarga dan masyarakat (Sediaoetama 2000). Faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah konsumsi pangan. Berbagai faktor yang melatarbelakangi faktor tersebut misalnya faktor ekonomi sosial keluarga, karakteristik individu, dan aktivitas fisik (Suhardjo 2000). Remaja maupun dewasa perlu mengkonsumsi pangan yang seimbang untuk memperoleh tingkat gizi dan kesehatan yang optimal. Sementara itu, konsumsi pangan dibedakan menjadi dua menurut sumbernya, berasal dari makanan dan berasal dari minuman. Makanan dapat berasal dari hewani maupun nabati, sedangkan minuman dapat dibedakan menjadi dua yaitu minuman berkalori dan tidak berkalori. Menurut Joan Koelemay, dari Beverage Institute, air merupakan gizi yang dibutuhkan tubuh yang berbentuk cair, air mineral, dan makanan. Semua itu merupakan kebutuhan yang essensial untuk menggantikan besarnya cairan yang keluar dalam aktivitas sehari-hari. Kalori dalam minuman sudah terdaftar pada nutrition facts, namun kebanyakan orang belum banyak menyadari bahwa minuman berkalori memiliki kontribusi untuk konsumsi harian (Walker 2006). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bleich et al. (2009) menunjukkan bahwa minuman bergula merupakan sumber kalori minuman tertinggi dibandingkan minuman lainnya dan menyumbang energi yang signifikan. Pada tahun 1999-2004 dua pertiga orang dewasa (63%) mengkonsumsi minuman bergula dan memperoleh sumbangan energi 293 Kal tiap harinya. Pada periode tersebut, dewasa muda (dini) merupakan golongan prevalensi tertinggi (72%) 2 yang mengkonsumsi minuman bergula dan memperoleh sumbangan energi 289 Kal tiap harinya. Asupan jus dan bersoda/karbonasi menyumbang 81% dari peningkatan asupan energi dari minuman berkalori di Amerika. Pada populasi yang besar, konsumsi minuman berkalori sudah mencapai 20.1% untuk remaja dan 22.3% untuk dewasa dari asupan energi di Meksiko (Barquera et al. 2008). Sedangkan di Indonesia sendiri, belum banyak penelitian mengenai konsumsi energi pada minuman berkalori. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai konsumsi energi minuman berkalori dalam total konsumsi energi remaja dan dewasa. Tujuan Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui konsumsi energi minuman berkalori dan kontribusinya terhadap total konsumsi energi pada remaja dan dewasa. Adapun tujuan khusus penelitian ini, yaitu (1) Mengetahui jenis-jenis minuman berkalori pada remaja dan dewasa, (2) Menghitung konsumsi energi dari minuman berkalori, dan (3) Menganalisis hubungan konsumsi energi dari minuman berkalori terhadap total konsumsi energi pada remaja dan dewasa di Indonesia. Hipotesis Terdapat hubungan antara konsumsi energi minuman berkalori dalam total konsumsi energi pada remaja dan dewasa. Kegunaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya mengenai konsumsi minuman berkalori dan meningkatkan kepedulian akan konsumsi makanan dan minuman untuk pemenuhan energi sehari. Konsumsi energi sehari-hari tidak hanya dari makanan, namun minuman seperti minuman berkalori (minuman produk industri atau konvensional) turut menyumbang kontribusi energi bagi kebutuhan energi sehari. Sebagian besar orang melupakan sumbangan energi dari minuman tersebut sehingga banyak orang yang berpendapat bahwa mengkonsumsi minuman berkalori dalam jumlah berlebihan tidak memberikan efek apapun bagi status gizi. 3 Industri swasta dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam proses produksi minuman berkalori. Bagi peneliti, hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan sebagai informasi terbaru dalam bidang ilmu gizi masyarakat untuk menambah wawasan mengenai minuman berkalori.