TINJAUAN PUSTAKA Asam Fitat dan Fitase Asam fitat (mio inositol 1,2,3,4,5,6-heksafosfat) merupakan bentuk fosfor yang banyak tersimpan dalam bahan tanaman dan jumlahnya dapat mencapai 80% dari total fosfor. Densitas kelompok fosfat bermuatan negatif ya ng tinggi, fitat bergabung dengan mineral kation seperti potasium (K), magnesium (Mg), kalsium (Ca), seng (Zn), besi (Fe), copper (Cu), dan membentuk komplek yang sulit larut dalam air. Fitat juga membentuk komplek dengan protein dan asam amino (Baruah et al. 2004). Fosfor yang terdapat dalam tanaman umumnya tergabung dalam bentuk molekul yang disebut asam fitat (fitat). Asam fitat terdiri dari suatu gula (mirip dengan glukosa) yang disebut dengan mio inositol, kelompok fosfat (PO4 ) terikat secara kovalen. Menurut Hertrampf dan Pascual (2000) bahwa P yang terikat pada fitat selain mempunyai daya cerna yang rendah juga mengikat kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan zinc (Zn). Fitase melepaskan fosfat dari cincin inositol (Gambar 1) (Baruah et al. 2004). Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa fitase akan menghidrolisis fitat menjadi inositol dan inositol monofosfat. Fitase Fitat Inositol Mio inositol 1,2,3,4,5,6 heksa dihidrogen ortofosfat Inositol monofosfat Gambar 1. Aksi fitase dalam melepaskan fosfat dari fitat. 4 Kandungan asam fitat dan fosfor pada beberapa bahan pangan dapat dilihat pada Tabel 1 (Reddy et al. 2000). Tabel 1. Kandungan fitat dan fosfor fitat pada beberapa bahan pangan Bahan pangan Jagung Gandum (sorghum) Barley Tepung kedelai Fitat (%) 0,83 – 2,22 0,91 – 1,35 0,75 – 1,16 1,00 – 2,22 P-Fitat (% ) 0,23 – 0,63 0,26 – 0,38 0,21 – 0,33 0,28 – 0,63 Fitase merupakan suatu enzim yang secara kimia dikenal sebagai mio inositol heksafosfat fosfohidrolase yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau terdapat pada beberapa bahan tanaman. Hewan- hewan monogastrik tidak dapat menghasilkan enzim ini. Adanya fitase pada beberapa saluran pencernaan hewan berasal dari mikroba (Baruah et al. 2004). Reddy et al. (2000) mengemukakan terdapat 2 jenis enzim fitase, yaitu: 1) 3-fitase (E.C. 3.1.3.8) yang mengkatalisis reaksi mio inositol 1,2,3,4,5,6 heksafosfat + H2 menjadi mio inositol 1,2,3,4,5 pentafosfat + ortofosfat, dan 2) 6- fitase (E.C. 3.1.3.26) yang mengkatalisis reaksi mio inositol 1,2,3,4,5,6 heksafosfat + H2 O menjadi mio inositol-1,2,3,4,5 pentafosfat + ortofosfat. Mikroba mempunyai ciri khas penghasil 3- fitase (E.C. 3.1.3.8), sedangkan 6-fitase terutama dihasilkan dalam biji tumbuhan tingkat tinggi. Mikrobial fitase (fitase yang dihasilkan oleh mikroba) ada yang berupa tepung kering atau berupa cair yang tersedia dalam bentuk komersial. Natuphos merupakan perusahaan yang memproduksi fitase komersial yang pertama, berasal dari Aspergillus niger. Aktivitas optimum mikrobial fitase terjadi pada dua nilai pH, yaitu aktivitas tertinggi terjadi pada pH 5,0 – 5,5 dan aktivitas kedua tertinggi pada pH 2,5 (Simons et al. 1990). Hasil penelitian pada ikan Japanese flounder (Paralichthys olivaceus) menunjukkan aktifitas fitase tertinggi terjadi pada pH 5,5 (Masumoto et al. 2001). Aktivitas fitase berdasarkan kondisi pH yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 2 berikut (Baruah et al. 2004). Satu unit fitase didefinisikan sebagai jumlah enzim yang membebaskan satu mikromol fosfor anorganik per menit dari 0,0015 mol/L sodium fitat pada pH 5,5 dan suhu 37o C (Baruah et al. 2004). Pelepasan fosfor bergantung pada kondisi pH 5 intestinum (Baruah et al. 2004). Saluran pencernaan ikan mempunyai pH yang rendah. Lambung ikan channel catfish mempunyai pH 2 – 4 (Steffens 1989). Tabel 2. Aktivitas fitase pada kondisi pH yang berbeda pH < 1,0 1,0 2,0 – 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0 Aktivitas fitase Tidak aktif Tidak aktif Tidak aktif ? Aktif Aktif Aktif Tidak aktif ? Tidak aktif Peranan Fosfor Fosfor organik merupakan bagian dari struktur semua sel tubuh. Fosfor (P) merupakan komponen energi tinggi dalam bentuk Adenosin Trifosfat (ATP) yang diperlukan untuk energi transduksi, esensial untuk semua aktivitas sel. Oksidasi karbohidrat memacu pembentukan ATP juga memerlukan fosfor karena proses fosforilasi yang merupakan tahap penting dalam metabolisme monosakarida (Pike dan Brown 1984). Li dan Robinson (2005) menyatakan bahwa fosfor merupakan elemen esensial untuk pertumbuhan normal, perkembangan tulang, dan fungsi fisiologis lainnya pada hewan. Ion fosfat penting untuk metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein, dan berfungsi sebagai kofaktor pada kebanyakan sistem enzim dan mendukung pada potensi metabolik untuk membentuk komponen fosfat berenergi tinggi (Pike dan Brown 1984). Secara keseluruhan, fungsi fosfor bagi organisme adalah 1) regulasi pelepasan energi (ADP, ATP), 2) memfasilitasi penyerapan dan pengangkutan nutrien, 3) bagian dari komponen tubuh yang penting (DNA, RNA), 4) pembentukan tulang dan gigi, 5) regulasi keseimbangan asam-basa (Budianto 2002). Peranan Fitase Asam fitat (ester organik) dari sereal dan biji-bijian tidak dapat diabsorpsi oleh manusia dan hewan ternak, karena keterbatasan enzim fitase yang penting dalam hidrolisis ester organik (Pike dan Brown 1984). Penambahan fitase pada 6 pakan ikan stripped bass yang mengandung fitat tinggi dapat meningkatkan penyerapan dan penggunaan fosfor (Hughes dan Soares 1998). Fitase pakan juga meningkatkan nilai nutrien dari protein dan mengurangi pengeluaran fosfor pada ikan rainbow trout (Forster et al, 1999), ikan channel catfish (Li dan Robinson 2005), African catfish (Van Weerd et al. 1999), ikan mas (Schafer et al. 1995), dan Pangasius pangasius (Debnath et al. 2005). Robinson et al. (2002) melaporkan bahwa 250 unit fitase per kilogram pakan efektif dapat menggantikan dikalsium fosfat dalam pakan ikan channel catfish tanpa mempengaruhi pertumbuhan, efisiensi pakan, atau gangguan fosfor tulang. Soares dan Hughes (2004) menyatakan bahwa penggunaan fitase dalam pakan hewan monogastrik mempunyai beberapa keuntungan, yaitu fitase akan menghidrolisis rantai P sehingga meningkatkan bioavailabilitasnya dan mengurangi atau menghilangkan penambahan P dalam pakan, karena P dapat dimanfaatkan dengan baik, maka akan sedikit yang akan diekskresikan ke lingkungan. Penambahan mikrobial fitase dalam pakan Pangasius pangasius dapat meningkatkan penggunaan dan daya cerna protein (Debnath et al. 2005). Richardson et al. (1985) menyatakan bahwa ikan Chinook salmon (Oncorhynchus tshawytscha) yang diberi pakan semi- murni yang mengandung kadar kalsium, fosfor, seng, dan sodium fosfat yang berbeda dengan asam fitat pakan yang tinggi (2,58%) menunjukkan penurunan pertumbuhan. Sebaliknya, pertumbuhan meningkat bila ditambahkan mikrobial fitase dalam pakan. Pengaruh ya ng sama juga terjadi pada pertumbuhan dan komposisi tubuh larva ikan mrigal Cirrhinus mrigala (Usmani dan Jafri 2002). Pada ikan channel catfish terjadi pertambahan bobot jika diberi penambahan fitase dalam pakan yang hanya mengandung sumber protein nabati atau kombinasi protein nabati dan hewani (Jackson et al. 1996). Pertambahan bobot dan konsumsi pakan meningkat 23,52% (pada sumber protein nabati) dan 11,59% (pada kombinasi sumber protein) dibandingkan dengan tanpa pemberian fitase.