BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Saat ini manajer keuangan memegang peran yang sangat penting. Seiring dengan perkembangannya tugas manajer keuangan tidak hanya mencatat, membuat laporan, mengendalikan posisi kas, membayar tagihan-tagihan, dan mencari dana. Akan tetapi, manajer keuangan juga harus mampu menginvestasikan dana, mengatur kombinasi sumber dana yang optimal, serta pendistribusian keuntungan (pembagian dividen) dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen keuangan adalah salah satu fungsi operasi perusahaan yang sangat penting disamping fungsi operasional lainnya seperti manajemen pemasaran, manajemen operasi dan lain sebagainya. Manajemen keuangan membicarakan pengelolaan keuangan yang pada dasarnya dapat dilakukan baik oleh secara individu, perusahaan maupun pemerintah. Keuangan diperlukan oleh setiap perusahaan untuk memperlancar kegiatan operasinya. Menurut Sutrisno (2001:3) Manajemen keuangan yaitu : “Manajemen keuangan adalah semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalikasiakan dana tersebut secara efisien.” Sama halnya menurut Susan Irawati (2006:1) mengartikan bahwa : “Manajemen keuangan merupakan seluruh aktivitas dan kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan upaya untuk mendapatkan dana perusahaan dengan meminimalkan biaya serta upaya penggunaan dan pengalokasian dana tersebut secara efisien dalam memaksimalkan nilai perusahaan.” Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian manajemen keuangan yaitu usaha-usaha pengelolaan secara optimal dana-dana yang akan digunakan untuk membiayai segala aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, kemudian menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut kedalam berbagai bentuk investasi guna mencapai suatu tujuan yang diharapkan. 9 10 2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan Untuk mencapai tujuan perusahaan yang dikehendaki, perusahaan harus menjalankan fungsi-fungsi manajemen keuangan dengan baik. Fungsi manajemen keuangan menurut Sutrisno (2003:5) terdiri dari tiga keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan, yaitu : 1. Keputusan Investasi Keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana kedalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. 2. Keputusan Pendanaan Keputusan pendanaan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur modal. Pada keputusan ini manajer keuangan harus dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. 3. Kebijakan Dividen Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini merupakan penghasilan yang diharapkan oleh para pemegang saham. 2.1.3 Tujuan Manajemen Keuangan Untuk dapat mengambil keputusan-keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang benar adalah keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara normatif tujuan keputusan keuangan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan Husnan (2004:6). Tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran para pemegang saham atau pemilik. Kemakmuran para pemegang saham diperlihatkan dalam wujud semakin tinggi harga saham, yang merupakan pencerminan dari keputusankeputusan investasi, pendanaan, dan kebijakan dividen. Maka tujuan dari manajemen keuangan adalah bagaimana perusahaan mengelola baik itu 11 mendapatkan dana maupun mengalokasiakan dana guna mencapai nilai perusahaan yaitu kemakmuran para pemegang saham Sutrisno (2003:5) 2.2 Pasar Modal 2.2.1 Pengertian Pasar Modal Setiap perusahaan membutuhkan pasar keuangan atau financial market untuk mendukung sumber dana. Pasar keuangan terdiri dari pasar uang (money market) dan pasar modal (capital market). Money markets atau pasar uang berkaitan dengan penyediaan dana-dana yang berjangka pendek, sementara pasar modal atau capital market berkaitan dengan penyedian dana-dana yang berjangka panjang. Pasar uang lebih banyak dimanfaatkan oleh perbangkan dan sebagian perusahaan-perusahaan besar, sedangkan pasar modal banyak dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan untuk mencari dana dalam jumlah besar serta dimanfaatkan para investor untuk menanamkan dananya. Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal menyediakan berbagai alternatif investasi bagi para investor selain alternatif investasi lainnya seperti : menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan sebagainya. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan intrumen keuangan jangka panjang seperti Obligasi, Saham dan lainnya. Para pemodal menggunakan instrumen pasar modal untuk keperluan investasi portofolionya sehingga nantinya akan memaksimumkan penghasilan dan emiten memperoleh tambahan dana yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas usahanya. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pasar modal utama indonesia. Pengertian pasar modal seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah : ”Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.” 12 Sedangkan bursa efek menurut UU Pasar Modal no.8 pasal 1 butir 4 tentang Bursa Efek adalah : “Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek, pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.” Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan : 1. Pasar modal bisa berupa pasar dalam pengertian abstrak ataupun dalam pengertian konkret. Dalam pengertian abstrak maka perdagangan surat berharga tidak harus terjadi pada suatu tempat tertentu. Sedangkan dalam pengertian konkret maka pasar modal adalah bursa efek. 2. Komoditi yang diperdagangkan adalah surat-surat berharga jangka panjang. 3. Bursa efek merupakan pasat yang sangat terorganisir karena terdapat serangkaian peraturan yang mengikat pihak-pihak yang terkait di dalamnya. Dengan demikian maka jelaslah bahwa pasar modal merupakan tempat transaksi jual-beli efek, sedangkan bursa efek adalah lembaga yang menyelenggarakan atau menyediakan sistem guna terlaksananya trasaksi yang terjadi di pasar modal. 2.2.2 Jenis Pasar Modal Pada dasarnya terdapat dua jenis pasar sekuritas yaitu pasar perdana dan pasar sekunder. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.859/KMK/1987 pengertian pasar primer adalah : “Pasar primer adalah pasar dimana penawaran efek emiten kepada pemodal selama masa tertentu sebelum efek ini dicatatkan di bursa efek.” Berdasarkan Surat Keputusan Bappepam No.01/RM/1989 pengertian pasar sekunder adalah : “Pasar sekunder merupakan pasar dimana penawaran efek kepada publik dilakukan setelah melalui masa penawaran di pasar perdana dan telah dicatatkan pada bursa efek.” 13 Pendapat di atas memberikan pengertian bahwa yang dimaksud dengan pasar primer adalah pasar dimana aktifitas penawara dan permintaan atas surat berharga perusahaan yang menawarkan sahamnya untuk pertama kali kepada investor baik atas nama perorangan atau lembaga. Penawaran umum saham pada perdana ini pihak-pihak yang menerbitkan saham atau dinamakan emiten, terlibat langsung dalam perdagangan saham atau efek yang diterbitkan. Sedangkan pasar sekunder merupakan tempat diperdagangkannya berbagai surat berharga yang telah dicatat di bursa efek dan terjadinya jual beli antara para investor dengan perantara pialang. 2.2.3 Peranan Pasar Modal Hampir semua didunia ini mempunyai pasar modal, yang bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Pasar modal dalam suatu negara bisa berperan sebagai sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi Jugiyanto (2003:11), menyatakan peranan pasar modal sebagai : a. Pasar Modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien. Investor dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui pembelian efek-efek yang baru ditawarkan ataupun yang diperdagangkan di Pasar Modal. Sebaliknya, perusahaan dapat memperoleh dana yang dibutuhkan dengan menawarkan instrumen keuangan jangka panjang melalui Pasar Modal tersebut. b. Pasar Modal sebagai alternatir investasi. Pasar Modal memudahkan alternatif berinvestasi dengan memberikan keuntungan dengan sejumlah resiko tertentu. c. Memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek baik. Perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek yang baik, sebaiknya tidak hanya dimiliki oleh sejumlah orang-orang tertentu saja, karena penyebaran kepemilikan secara luas akan mendorong perkembangan perusahaan menjadi lebih trasnparan. d. Pelaksanaan manajemen perusahaan secara profesional dan transparan. 14 Keikut sertaan masyarakat dalam kepemilikan perusahaan mendorong perusahaan untuk menerapkan dalam kepemilikan secara lebih profesional, efisien dan berorientasi pada keuntungan, sehingga tercipta suatu kondisi good corporate governance serta keuntungan yang lebih baik bagi para investor. e. Peningkatan aktivitas ekonomi nasional. Dengan keberadaan Pasar Modal, perusahaan-perusahaan akan lebih mudah memperoleh dana, sehingga akan mendorong perekonomian nasional menjadi lebih maju, yang selanjutnya akan menciptakan kesempatan kerja yang luas, serta meningkatkan pendapatan pajak bagi pemerintah. 2.2.4 Efisiensi Pasar Modal Informasi merupakan hal yang paling penting menentukan dalam keputusan investasi, terutama dalam investasi di pasar modal. Karena investor dapat membuat keputusan yang baik jika menggunakan informasi dengan cepat. Pasar moda dikatakan efisen bila informasi dapat diperoleh dengan mudah dan murah oleh para investor, sehingga semua informasi yang relevan dan terpercaya telah tercermin dalam harga saham. Apabila harga-harga selalu mencerminkan semua informasi yang relevan, maka harga-harga tersebut baru akan berubah apabila informasi baru muncul. Dimana jika pasar modal efisien, maka semua harga sekuritas merefleksikan informasi yang tersedia bagi investor. Kemudian menurut Levy dan Sarnat (1986:346), bahwa ada tiga definisi dasar dari efisiensi pasar, yang dapat menentukan tingkat efisiensi pasar, yaitu : 1. Weak-Form Efficiency (Bentuk Efisiensi Lemah) Harga sekuritas mencerminkan harga masa lalu dan sejarah perdagangan sekuritas (historical data) sehingga pola gerakan harga masa lalau dapat digunakan untuk meramalkan gerakan harga-harga sekuritas di masa yang akan datang. 2. Semi-Strong Effiviency (Bentuk Efisiensi Setengah Kuat) Harga sekuritas mencerminkan secara penuh semua informasi yang tersedia bagi publik termasuk harga sekuritas masa lalu dan sejarah 15 perdagangan sekuritas (historical data dan informasi lain yang tersedia bagi publik). 3. Strong-Form Efficiency (Bentuk Efisiensi Kuat) Harga sekuritas mencerminkan semua informasi yang ada, baik yang tersedia maupun tidak tersedia bagi publik (historical data, data publik dan informasi privat). Agar pasar berada pada efisirnsi bentuk kuat, hargaharga sekuritas harus sepenuhnya dan segera mencerminkan semua informasi apakah tersedia secara umum atau tidak. 2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pasar Modal Menurut Suad Husnan (1998:8), faktor yang mempengaruhi pasar modal adalah sebagai berikut : a. Supply sekuritas Berarti harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal. b. Demmand sekuritas Ini berarti masyarakat harus mempunyai dana yang cukup besar untuk dipergunakan untuk membeli sekurita-sekuritas pasar saham yang ditawarkan. c. Kondisi politik dan ekonomi Politik yang stabil akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang akhirnya mempengaruhi supply dan demmand sekuritas. d. Hukum dan peraturan Hukum yang jelas akan melindungi pemodal dari info yang tidak jelas. e. Peran-peran lembaga pendukung pasar modal yang akan membantu kegiatan pasar modal secara tepat. Lembaga ini adalah : Kustodian, Biro Administrasi Efek, Wali Amanat, Akuntan, Notaris, Konsultan hukum, dan penilai. 2.2.6 Instrumen Investasi di Pasar Modal Instrumen di pasar modal sering disebut dengan efek yaitu semua surat- surat berharga yang umum diperjual belikan melalui pasar modal. Menurut UU Pasar Modal No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Efek adalah : “Setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti hutang, setiap right, 16 waran, opsi, atau derivatif dari efek, atau setiap instrumen yang ditetapkan sebagai efek.” Menurut Sutrisno (2003:352), instrumen yang paling sering diperjual belikan di pasar modal: 1. Saham Saham adalah surat bukti kepemilikan perusahaan atau penyertaan modal kepemilikan suatu Perseroan Terbatas (PT) atau emiten. Pemilik saham merupakan pemilik sebagian dari perusahaan tersebut. Di pasar modal Indonesia trasaksi saham sangat dominan dibandingkan obligasi. Ada dua jenis kepemilikan saham yaitu saham atas nama dan sahan atas unjuk. Saham yang diperdagangkan di Indonesia adalah saham yang nama pemiliknya tertera diatas saham tersebut. 2. Oblogasi Obligasi pada dasarnya merupakan surat hutang yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan nominal tertentu yang akan dibayarkan saat jatuh tempo dan memberikan bunga tertentu. Obligasi dapat diterbitkan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), pemerintah pusat atau daerah (BUMD), dan swasta. Obligasi tersebut memiliki nilai nominal tertentu, dan nilai nominal ini biasanya tidak sama dengan harga jualnya. Hal ini disebabkan karena tingkat diskonto yang diberikan lebih besar dibandingkan dengan suku bunga obligasi. 3. Derivikasi dari efek a. Right/klaim b. Waran c. Obligasi konventibel d. Saham dividen dan saham bonus e. Sertifikat American Depository Reveipts (ADR)/ Continental Depository Receipts (CDR) f. Sertifikat reksa dana Perusahaan yang beroperasi sebagai perusahaan publik pada dasarnya harus siap dengan berbagai konsekuensi permasalahannya, yaitu memenuhi ketentuan yang berlaku dalam perundang-undangan serta aturan pelaksanaan yang 17 mengikutinya. Sebagai perusahaan publik, para pemilik lama ataupun para pendiri harus menerima keterlibatan pihak-pihak lain dalam perusahaannya. 2.3 Laporan Keuangan Tujuan utama dari manajer keuangan adalah memaksimalkan nilai saham perusahaan, dimana nilai inididasarkan atas aliran laba dan arus kas yang akan diperoleh perusahaan di masa depan Brigham dan Houston (2001:36). Seorang investor memerlukan informasi keuangan suatu perusahaan dan lebih lanjut untuk melanjutkan untuk menentukan saham mana yang akan dibeli, mana yang akan dijual dan mana yang akan dipertahankan. Penilaian suatu perusahaan dapat dilakukan melalui analisa laporan keuangan perusahaan baik dari sisi neraca, laporan laba/rugi, laporan modal, serta laporan-laporan keuangan lainnya. 2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan Pengerian laporan keuangan menurut Myer, Munawari (2002:5) : “Dua daftar yang disusun oleh Akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar tersebut adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugilaba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tidak dibagikan (laba yang ditahan).” Laporan keuangan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam suatu perusahaan, karena adanya laporan keuangan dapat menunjukan seberapa sehat perusahaan serta mengetahui besarnya laba/rugi perusahaan serta informasi penting lainnya. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) hal 2 par. (06-07), menyebutkan bahwa : “Laporan keuangan ddisusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah pasar besar pemakai. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan rugi/laba, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.” Pada hakekatnya laporan keuangan menyajikan informasi mengenai posisi kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang dapat memberikan gambaran 18 mengenai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Laporan keuangan juga dapat memberikan informasi mengenai keadaan likuiditas, solvabiilitas, probabilitas atau rentabilitas, fleksibilitas keuangan perusahaan setelah dianalisis dan diinterpretasikan dengan menggunakan metode dan teknik analisis yang memadai. 2.3.2 Tujuan Laporan Keuangan Menurut prinsip Akuntansi Indonesia (1984) oleh Harahap (2003:132), menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah : 1. Untuk memberi informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. 2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) seuatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba. 3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. 4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi. 5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakaian laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan. 2.3.3 Jenis-Jenis Laporan Keuangan Laporan keuangan disajikan manajemen untuk semua pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Informasi yang ada dalam laporan keuangan ini dapat langsung digunakan oleh pemakai, namun ada juga yang harus dianalisis lebih lanjut misalnya dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Setiap pemakai mempunyai kebutuhan yang berbeda terhadap informasi keuangan. Berdasarkan kebutuhan tersebut, pemakai akan mencari informasi mana yang paling dibutuhkan untuk dianalisis lebih lanjut, sehingga laporan keuangan perlu diklasifikasikan dalam berbagai jenis laporan keuangan. 19 Menurut Sundjaja dan Barlian (2002:4), mengatakan bahwa : “Laporan keuangan meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), dan catatan atas laporan keuangan, laporan lain serta materi pembahasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.” Selanjutnya jenis-jenis laporan keuangan menurut Gitman (2006:46), adalah : “The four key financial statements required by the SEC for reporting to shareholders are (1) the income statement (2) the balance sheet, (3) the statement of stockholder’equity, and (4) the statement of cash flows.” Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya ada tiga jenis laporan keuangan yang utama, yaitu Income Statement (laporan laba rugi), Balance Sheet (neraca), dan Statement of cash flow (laporan arus kas). Sedangkan laporan lainnya yang juga tercantum dalam kutipan di atas merupakan bagian integral dari laporan keuangan yang merupakan daftar pendukung (supporting statement) dari laporan keuangan utama, dan bukan laporan keuangan yang berdiri sendiri. Jenis-jenis laporan keuangan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Income Statement (Laporan Rugi Laba) Income Statement (Laporan Rugi Laba) mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu biasanya meliputi periode satu tahun. Dimana tertulis secara lengkap semua pendapatan dan beban yang harus dibayar. Laporan rugi laba menurut Sundjaja dan Barlian (2002:69), adalah sebagai berikut : “Laporan rugi laba (Income Statement) adalah laporan mengenai penghasilan (revenue), biaya (expense), laba/rugi yang diperoleh suatu perusahaan selama periode tertentu.” Dengan demikian dari kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa laporan laba rugi menggambarkan jumlah pendapatan, biaya, dan laba atau rugi perusahaan pada suatu periode tertentu. 20 2. Balance Sheet (Neraca) Balance Sheet (Neraca) mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu. Neraca digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. Menurut Brigham dan Ehrhardt (2002:33), mengatakan bahwa : “the left-hand side of balance sheets shows the firm’s assets, while the right-hand side shows the liabilities and equity, or the claims against these assets.” Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa neraca merupakan laporan pada saat tertentu mengenai sumber daya perusahaan (aktiva), hutanghutang, dan ekuitas pemilik. 3. Statement of Cash Flows (Laporan Arus Kas) Kemudian jenil laporan keuangan utama yang terakhir adalah laporan arus kas. Statement of Cash Flows (Laporan Arus Kas) adalah daftar yang merinci sumber-sumber perubahan kas dan ekuivalen kas selama interval waktu yang sama dengan perhitungan rugi laba. Menurut Brigham dan Ehrhardt (2002:53), laporan arus kas adalah sebagai berikut : “The statement of cash flow, which summarizer the changes in a company’s cash position. The statement separetes activities into three categories, operating activities, investing activities, and financing activities.” Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan arus kas mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, pembiayaan dan investasi selama suatu periode akuntansi. Jika digunakan dalam kaitannya dengan laporan keuangan lainnya, laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan. Struktur keuangan, dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. 2.3.4 Keterbatasan Laporan Keuangan Menurut Harahap (2004:201), keterbatasan laporan keuangan antara lain : laporan keuangan dapat bersifat historis, laporan keuangan menggambarkan nilai 21 harga produk dan nilai pertukaran pada saat terjadinya transaksi, bukan harga saat ini, proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan dalam memilih alternatif dari berbagai pilihan yang ada yang sama-sama dibenarkan tetapi menimbulkan perbedaan angka laba maupun aset, laporan keuangan yang bersifat konserfatif dalam menghadapi ketidak pastian, laporan keuangan disusu dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan pemakaian laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan, akuntansi didominasi informasi kuantitatif. 2.4 Kinerja Keuangan dan Rasio Keuangan Informasi akuntansi sangat bermanfaat untuk menilai pertanggung jawaban kinerja manajer. Karena penilaian kinerja pada dasarnya merupakan penilaian perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang dimainkannya dalam mencapai tujuan organisasi perusahaan. Kemungkinan yang lain adalah digunakannya informasi akuntansi bersamaan dengan informasi non akuntansi untuk menilai. Sedangkan pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba Sucipto (2003:64). Dalam mengukur kinerja keuangan perlu dikaitkan antara organisasi perusahaan dengan pertanggung jawaban. Dalam melihat organisasi perusahaan dapat diketahui besarnya tanggung jawab manajer yang diwujudkan dalam bentuk prestasi kerja keuangan. Namun demikian mengatur besarnya tanggung jawab sekaligus mengukur prestasi keuangan tidaklah mudah sebab ada yang dapat diukur dengan mudah dan ada pula yang sukar untuk diukur Sucipto (2003:64). Peranan penilaian kinerja keuangan menurut Munawir (2002:31) penelitian kinerja keuangan mempunyai beberapa peranan bagi perusahaan yaitu meliputi : a. Dapat mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan yang telah dilakukan oleh perusahaan; b. Untuk menentukan atau mengukur efisiensi setiap bagian, proses atau produksi serta untuk menentukan derajat keuntungan yang didapat oleh perusahaan yang bersangkutan; 22 c. Untuk menilai dan mengukur hasil kerja pada tiap-tiap bagian individu yang telah diberikan wewenang dan tanggung jawab; d. Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil lebih baik. Pada sisi yang lain para investor (penanam modal jangka panjang) maupun para kreditur lainnya sangat berkepentingan dengan penilaian kinerja keuangan dimana mereka akan menanamkan modalnya. Mereka ini berkepentingan terhadap prospek keuntungan dimasa yang akan datang dan perkembangan perusahaan, selanjutnya untuk mengetahui jaminan investasi dan mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek perusahaan tersebut. Dari penelitian kinerja keuangan tersebut para investor dan para kreditur lainnya akan menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan atau ditempuh. Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu. Makna dan kegunaan rasio keuangan dalam praktik bisnis pada kenyataannya bersifat subjektif, bergantung pada untuk apa suatu analisis dilakukan dalam konteks apa analisis tersebut diaplikasikan Jugianto (2000:107). Selanjutnya perkembangan yang terjadi pada pendekatan penyusunan teori akuntansi telah mendorong dilakukannya studi akuntansi yang menghubungkan rasio keuangan dengan fenomena akuntansi tertentu. Harapannya akan dapat ditemukan berbagai kegunaan objektif dari rasio keuangan. Beberapa yang telah dilakukan diantaranya adalah yang menguji kegunaan rasio keuangan untuk memprediksi kondisi keuangan perusahaan khususnya perusahaan yang mengalami kebangkrutan dan memprediksi perubahan laba perusahaan. Salah satu tahapan dalam proses akuntansi yang penting untuk keperluan pengambilan keputusan manajemen adalam tahap interpretasi laporan akuntansi, yang didalamnya mencakup rasio keuangan. Rasio keuangan yang merupakan bentuk informasi akuntansi yang penting bagi perusahaan selama suatu periode tertentu. Berdasarkan rasio tersebut, dapat dilihat keuangan yang dapat mengungkapkan posisi, kondisi keuangan, maupun kinerja ekonomis di masa depan dengan kata lain informasi akuntansi. 23 Dalam penggunaannya terdapat keunggulan dan keterbatasan dari analisa keuangan untuk digunakan dalam memahami kondisi perusahaan. Menurut Harahap (2002:49) ada beberapa keunggulan dari analisa rasio yaitu : 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. 2. Merupakan pengganti yang lebih seder hana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. 3. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain. 4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score). 5. Menstandarisir size perusahaan. 6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”. 7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. Banyak penulis yang memberi masukan jenis rasio yang bisa digunakan untuk memahami kondisi perusahaan. Beberapa rasio yang umumnya dikenal antara lain rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, akan tetapi masih banyak lagi yang dapat dihitung dari laporan keuangan perusahaan yang kemudian dapat memberikan informasi bagi para pemakai laporan keuangan. Salah satunya adalah J. Counties sebagai mana yang dikutip dari Harahap (2002: 52) memberikan kerangka rasio keuangan secara kategoti sebagai berikut : 1. Probabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang digambarkan oleh Return on Investment (ROI). 2. Management Performance adalah rasio yang dapat menilai prestasi manajemen. Dilihat dari segi kebijakan kredit, persediaan, administrasi, dan struktur harta dan modal. 3. Solvency yaitu kemampuan perusahaan melunasi kewajibannya. Solvency ini digambarkan oleh arus kas baik jangka pendek maupun jangka panjang. Masih menurut Harahap (2002:53) adapun jenis rasio keuangan yang sering kali digunakan adalah : 24 1. Rasio Likuiditas, rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio Likuiditas terdiri dari : a. Current Ratio. b. Cash Ratio. c. Quick Ratio. 2. Rasio Solvabilitas, rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiaban jangka panjangnya atau kewajibankewajiban apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio Solvabilitas terdiri dari : a. Debt to Equity Ratio. b. Debt to Assets Ratio c. Debt Ratio. d. Time Interest Earned. 3. Rasio Rentabilitas/Profitabilitas, rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui seluruh kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal jumlah karyawan dan sebagainya. Rasio Rentabilitas/Profitaabilitas terdiri dari : a. Gross Profit Margin. b. Net Profit Margin. c. Return on Investmen. d. Return on Equity. e. Rentabilitas Ekonomis. 4. Rasio Aktivitas, rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan pejualan, pembelian atau kegiatan lainnya. a. Receivable Turnover. b. Inventory Turnover. c. Receivable Turnover in Day. d. Total Assets Turnover. 25 5. Rasio Pertumbuhan, rasio ini menggambarkan persentasi kenaikan penjualan tahun ini dibanding dengan tahun lalu. Semakin tinggi berarti semakin baik. 6. Penilaian Pasar, rasio ini merupakan rasio yang khusus dipergunakan di pasar modal yang menggambarkan situasi perusahaan di pasar modal. a. Rasio harga/laba. b. Rasio Harga pasar terhadap nilai Buku. 7. Rasio Produktivitas, rasio ini menunjukan tingkat produktivitas dari unit atau kegiatan yang dinilai. Banyaknya penelitian mengenai aplikasi analisis rasio keuangan dalam praktik bisnis serta pengkajian-pengkajian dan studi yang telah dilakukan mengantarkan kepada pemikiran untuk menjadikan rasio keuangan sebagai indikator yang paling penting dalam praktek bisnis dan ekonomi. Bahkan pernah kecenderungan yang menggunakan rasio keuangan tunggal; seperti Price Earning Ratio Suryaputri dan Astuti (2003) Akan tetapi tidak semua peneliti beranggapan sama, Gilman sebagaimanadikutip dari Bambang (2002) menolak penggunaan rasio keuangan sebagai indikator yang sangat penting dengan mengajukan beberapa alasan yaitu : 1. Perubahan rasio keuangan sebenarnya merupakan angka yang tidak dapat diinterpretasikan karena pembilang dan penyebutnya bervariasi. 2. Pengukuran rasio keuangan yang bersifat artifisial. 3. Rasio keuangan mengalihkan perhatian analisis dari pandangan terhadap perusahaan secara komprehensif. 4. Keandalan rasio keuangan sebagai indikator sangat bervariasi diantara setiap rasio. 2.4.1 Analisis Rasio Keuangan Laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan perusahaan akan memberikan gambaran mengenai kondisi keuangan perusahaan, pada saat tertentu, prestasi operasi dalam suatu rentang waktu, serta informasi-informasi lainnya yang berkaitan dengan perusahaan yang bersangkutan. Ditinjau dari sudut pandang manajemen, laporan keuangan merupakan media bagi mereka untuk mengkomunikasikan performance keuangan perusahaan yang dikelola kepada 26 pihak-pihak yang berkepentingan, sedangkan ditinjau dari sudut pandang pemakai, diharapkan dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang rasional dalam praktek bisnis yang sehat. Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, diperlukan beberapa tolak ukur, antara lain adalah rasio yang menghubungkan data-data keuangan yang satu dengan lainnya. Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditunjukan untuk menunjukan perubahan dalam kondisi keuangan dan prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukkan resiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan, makna dan kegunaan rasio keuangan dalam praktek bisnis pada kenyataannya bersifat subjektif tergantung kepada untuk apa suatu analisis dilakukan dan dalam konteks apa analisis tersebut diaplikasikan. Macam-macam rasio keuangan dalam hubungannya dengan keputusan yang akan di ambil oleh perusahaan. Menurut Rusdin (2005:139), bahwa : “Analisis rasio keuangan dibagi menjadi lima bagian yaitu : Rasio Likuiditas atau Liquidity Ratio, Rasio Aktivitas atau Activity Ratio, Rasio Profitabilitas/Rentabilitas atau Rentability/Profitabulity Ratio, Rasio Solvabilitas atau Solvability Ratio, dan Rasio pasar atau Marker Ratio.” Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis rasio yaitu : 1. Current Ratio (CR) Sebuah rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek. Rumus rasio lancar adalah : πΆπ’πππππ‘ π ππ‘ππ = πΆπ’πππππ‘ π΄π π ππ‘π πΆπ’πππππ‘ πΏπππππππ‘πππ Rasio ini digunakan untuk memberikan gambaran tentang kemampuan perusahaan untuk membayar kembali kewajiban jangka pendek (cash, persediaan, piutang). Semakin tinggi rasio lancar, semakin mampu perusahaan untuk membayar kewajibannya. 27 2. Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) merupakan ukuran kemampuan perusahaan (emiten) dalam menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal sendiri, sehingga ROE ini sering sebagai rentabilitas modal sendiri. ROE juga merupakan salah satu indikator yang digunakan oleh pemegang saham untuk mengukur keberhasilan bisnis yang dijalani Sugiono (2009:65). Return on Equity (ROE) ini dapat dirumuskan sebagai berikut : π ππΈ = 3. πΏπππ π ππ‘πππβ πππππ πππ‘ππ πππ’ππ‘ππ Debt to Equity Ratio (DER) Salah satu aspek yang dinilai dalam mengukur kinerja perusahaan adalah aspek leverage atau utang perusahaan. Utang merupakan komponen penting perusahaan, khususnya sebagai salah satu sarana pendanaan. Penurunan kinerja sering terjadi karena perusahaan memiliki hutang yang cukup besar dan kesulitan dalam memenuhi kewajiban tersebut. Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) merupakan rasio yang mengukur sejauh mana besarnya utang dapat ditutupi oleh modal sendiri. Rasio ini dihitung sebagai berikut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Dakhrudding (2006:197) : π·πΈπ = 2.5 πππ‘ππ π»π’π‘πππ πππππ πππππππ Saham Pasar modal pada dasarnya merupakan tempat bertemunya pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus funds) dengan cara melakukan investasi dalam surat berharga yang diturunkan oleh perusahaan dan pihak yang membutuhkan dana dengan cara menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan otoritas di pasar modal sebagai perusahaan. Saham merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan sebuah perusahaan ketika memutuskan untuk mendapat pendanaan perusahaan dari pemilik modal dengan konsekuensi perusahaan harus membayarkan dividen. Menurut Hin (2008:13) : 28 “Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan usaha terhadap suatu perusahaan.” Dengan menyertakan modal tersebut maka pihak (badan usaha) tersebut memiliki klaim terhadap pendapatan perusahaan, dan berhak hadir dalam rapat umum pemegang saham atau disebut RUPS. Bursa Efek Indonesia menggunakan sistem perdagangan Jakarta Automoted Trading System (JATS) dan dalam waktu dekat akan diganti oleh sistem baru yang bernama OMX (www.indoskripsi.com). Perusahaan dapat menerbitkan 2 jenis saham, yaitu saham biasa dan saham preferen Hin (2008: 13) : a) Saham Biasa Saham biasa merupakan pemilik sebenarnya dari perusahaan, mereka menanggung resiko dan mendapatkan keuntungan. Pada saat kondisi perusahaan jelek, mereka tidak menerima dividen. Dan sebaliknya, pada saat kondisi perusahaan baik mereka dapat memperoleh dividen yang lebih besar bahkan saham bonus. Pemegang saham biasa ini memiliki hak suara dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan ikut menentukan kebijakan perusahaan. Jika perusahaan dilikuidasi, pemegang saham biasa akan membagi sisa aset perusahaan setelah dikurangi bagian pemegang saham preferen. b) Saham Preferen (Prefered Stock) Saham preferen ini mendapatkan hak istimewa dalam pembayaran dividen dibanding saham biasa. Pemegang saham preferen akan memperoleh hak untuk memperoleh dividen yang tetap (Fixed rate) setiap tahunnya. Jika perusahaan pada suatu tahun tidak mampu membagikan dividen, maka hak dividen pemegang saham preferen akan diakumulasikan. Bila perusahaan jatuh bangkrut dan dilikuidasi, pemegang sahan preferen akan mendapatkan pembayaran dari sisa aset perusahaan sebelum pemegang saham biasa. 2.5.1 Price Earning Ratio Menurut Jugianto (2003:89) para analisis fundamental menggunakan dua metode dalam penilaian bunga saham, yaitu pendekatan nilai sekarang (present value approach) dan pendekatan price earning ratio (P/E ratio approach). Dalam pendekatan nilai sekarang, nilai instrinsik suatu saham dianggap merupakan total 29 nilai sekarang dari seluruh aliran kas yang akan diterima selama periode memegang saham. Sedangkan pendekatan penilaian saham melalui PER dilakukan dengan menentukan harga dari setiap rupiah pendapatan yang akan diterima. Price Earning Ratio (PER) menunjukan rasio dari harga saham terhadap earning. Raasio ini menunjukan berapa besar investor menilai harga saham terhadap kelipatan dari earnings. ππΈπ = π0 πΈ0 atau ππΈπ = π0 π·1 / πΈ1 = πΈ1 π−π Keterangan π0 : Harga saham saat ini πΈ0 : Laba per lembar saham (earning per share) saat ini πΈ1 : Estimasi earning per share (EPS) pada periode yang akan datang k : Suku bunga diskonto (discount rate) atau tingkat pengembalian yang diinginkan (required rate of return) g : Pertumbuhan saham Persamaan ini menunjukan mesarnya multiplier pendapatan dari suatu saham. Multiplier ini merupakan harga yang akan dibayar investor dari setiap rupiah EPS. Price earning ratio (PER) merupakan perbandingan antara harga pasar suatu saham (market price) dengan earning per share (EPS). Kegunaan dari PER adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja suatu perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh EPSnya Robbert Ang (1997:18). Makin besar PER suatu saham menyatakan saham tersebut semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Jika dikatakan suatu saham mempunyai PER 10x, berarti harga pasar tersebut 10x lipat terhadap EPSnya. Adapun alasan PER dipaka dalam penilaian harga saham adalah : 1. Merupakan pendekatan statistik yang intuitif dan menghubungkan harga yang dibayar pada pendapatan sekarang. 2. Mudah dihitung sebagai besar saham dan bisa untuk membandingkan antar saham. 30 3. Memiliki hubungan ke beberapa karakteristik perusahaan termasuk resiko dan pertumbuhan. Analis keuangan sering menggunakan PER untuk memperkirakan nilai saham biasa suatu perusahaan dengan cara : 1. Membandingkan PER dari perusahaan-perusahaan dalam industri sejenis untuk menentukan PER yang sesuai untuk industri tersebut. 2. Menghituung harga saham yang sesuai untuk perushaaan dalam industri tersebut dengan mengalikan EPS tiap perusahaan dengan PER rata-rata. PER menunjukan seberapa besar investor tersedia untuk membayar persatuan mata uang dari keuntungan yang dilaporkan dan inilah yang menjadi instrumen yang cukup penting. Apabila pasar modal efisien, PER akan mencerminkan laba perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi laba perusahaan yang diharapkan investor. Kondisi ini tentu saja akan membuat ketertarikan tersendiri bagi investor. PER yang tinggi menunjukan prospek perusahaan di masa yang akan datang cukup baik, sehingga investor akan bersedia untuk menanamkan modalnya. Hal ini akan berdampak pada kenaikan harga saham. Sebaliknya, PER yang rendah menunjukan prospek perusahaan di masa yang akan datang kurang baik, sehingga investor tidak akan bersedia untuk menanamkan modalnya. Sehingga harga saham akan turun. Dengan demikian, PER memiliki pengaruh positif terhadap harga saham. Pada prinsipnya PER memberikan indikasi mengenai jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada periode tertentu. Rasio ini menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan. Hasil PER yang tinggi dianggap bahwa perusahaan tersebut sedang mengalami pertumbuhan yang pesat. 2.6 Pengaruh Current Ratio Terhadap Price Earning Ratio (PER) Current Ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancarnya (current 31 asset). Menurut ang (1997:24) menyatakan bahwa current ratio dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar (current liabilities). Current Ratio yang tinggi memberikan indikasi jaminan yang baik bagi kreditor jangka pendek dalam arti setiap saat perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban-kewajiban financial jangka pendeknya. Namun semakin besar Current Ratio mencerminkan likuiditas perusahaan semakin tinggi, karena perusahaan mempunyai kemampuan membayar yang besar sehingga mampu memenuhi semua kewajiban financialnya. Dengan semakin meningkatnya likuiditas (current ratio) perusahaan, berpeluang meningkatkan earning atau pendapatan laba perusahaan tersebut, sehingga nilai PER semakin tinggi. 2.7 Pengaruh Return on Equity (ROE) Terhadap Price Earning Ratio (PER) Menurut Gitman (2009:65), Return on Equity merupakan ukuran return yang dihasilkan dari investasi saham yang biasa dalam perusahaan. Secara umum semakin besar return, maka semakin baik kinerja perusahaan dinilai pemegang saham. ROE tidak memasukkan aktiva yang didanai oleh kreditur dan pemerang saham preferen, kreditur biasanya memperoleh pengembalian yang tetap atas dana yang mereka berika. Pemegang saham preferen biasanya memperoleh dividen yang tetap. Pemegang saham ini memiliki klaim yang tetap terhadap laba perusahaan yang tersisa (residual) hanya setelah sumber pendanaan lain dilunasi. Karena itu, ROE sangat penting bagi pemegang saham dan memegang peranan kunci dalam penilaian ekuitas. Maka jika nilai ROE naik maka PER akan naik dengan bersamaan. 2.8 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Price Earning Ratio (PER) Debt to Equity Ratio menggambarkan perbandingan antara total hutang dan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai pendanaan usaha. Semakin besar DER menunjukan bahwa struktur modal lebih banyak memanfaatkan hutang dibandingkan dengan ekuitas. Semakin besar DER mencerminkansolvabilitas 32 perusahaan semakin rendah sehinhha kemampuan perusahaan untuk membayar hutang rendah, hal ini berarti bahwa resiko perusahaan (financial Risk) relatif tinggi. Dengan adanya hutang perusahaan yang semakin tinggi maka resiko yang ditanggung perusahaan juga tinggi menyebabkan investasi pada suatu saham akan kurang menarik terutama bagi investor, akibatnya harga saham akan turun sehingga PER akan turun pula. 2.9 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Metode Analisis Hasil Penelitian Data 1. Farida Wahyu Lusiana (2011) Regresi Berganda 2. Nugroho Ariyadi (2004) Regresi Berganda 3. Fery (2005) dan Meygawan Uji berganda (2012) Linier menyimpulkan bahwa variabel Current Ratio mempunyai pengaruh yang positif terhadap PER. Linier variabel-variabel ROE, DER, CR, PBVR dan Divident Payout Ratio secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap PER tetapi secara parsial hanya variabel ROE dan divident Payout Ratio saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap PER saham-saham Regresi menyatakan bahwa ROE terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan 33 4. Putri Yumettasari, Endang Tri Widiastuti dan Wisnu Mawardi (2008) 5. Harry (2001) dan Nurul Regresi linier berganda dengan metode ordinary least square Regresi Berganda (2010) 6. Nurul (2010) dan Regresi berganda Supriyanto (2009) 2.10 terhadap PER menyimpulkan bahwa Current Ratio mempunyai tidak berpengaruh signifikan terhadap PER Profit Margin on Sales, Basic Earning Power, Retur on Total Assets, Return on Commont Equity dan Total Assets Turn Over dimana secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap PER menyatakan bakwa ROE terdapat pengaruh positif dan signifikan terhadap PER. Kerangka Pemikiran Pada hakekatnya laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan perusahaan bertujuan meringkaskan kegiatan dan hasil dari kegiatan tersebut untuk jangka waktu tertentu. Ada tiga jenis laporan keuangan yang paling sering dilaporkan biasanya meliputi neraca keuangan, laporan laba rugi, dan laporan arus kas. Menuru M. Hanafi (2012:27) dalam bukunya manajemen Keuangan menyebutkan ada tiga jenis laporan keuangan yang sering digunakan yaitu: 1. Neraca keuangan perusahaan mencoba meringkaskan kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan pada waktu tertentu. Dengan demikian neraca keuangan merupakan snapshot gambaran kekayaan perusahaan pada saat tertentu. Karena fokus pada titik tertentu, neraca keuangan biasanya dinyatakan neraca per tanggal tertentu. 34 2. Laporan Laba Rugi meringkaskan aktivitas perusahaan selama periode tertentu. Karena itu laporan keuangan perusahaan ditulis ‘laporan laba-rugi tahun yang berakhir 31 desember 19XX’, yang berarti laporan laba-rugi menyajikan ringkasan aktivitas selama satu tahun. 3. Laporan Aliran kas meringkaskan aliran kas masuk dan keluar perusahaan untuk jangka waktu tertentu. Item-item dalam laporan aliran kas dikelompokkan ke dalam tiga bagian besar, yaitu: (1) aliran kas dari kegiatan operasional, (2) aliran kas dari kegiatan investasi, (3) aliran kas dari kegiatan pendanaan. Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan analisis rasio keuangan. Rasio ini merupakan metode analisis laporan keuangan dengan cara membandingkan data keuangan yang satu dengan yang lainnya untuk mengetahui perubahan, perkembangan, bahkan penurunan kinerja keuangan perusahaan. Analisis rasio keuangan adalah salah satu cara untuk mengetahui kinerja perusahaan dalam suatu periode. Oleh karena itu, sebelum kita menganalisis laporan keuangan, maka terlebih dahulu kita harus memahami halhal yang berkaitan dengan laporan keuangan (Kasmir 2010:66). Dalam menganalisis dan menilai posisi keuangan dan potensi keuangan atau kemajuan-kemajuan perusahaan, faktor yang paling utama untuk mendapatkan perhatian oleh penganalisis (Kasmir 2010:110) adalah: a. rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu untuk memenuhi utang (membayar) tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo. b. Rasio Solvabilitas (Leverage) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya, berapa besar beban utang yang ditanggung perusahan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio leverage digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). 35 c. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya bahwa penggunaan rasio ini menunjukkan efesiensi perusahaan. Adapun rasio likuiditas yang sering digunakan adalah Current Ratio. Current Ratio merupakan rasio yang dihitung dengan membagi asset lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh apa kewajiban lancar ditutupi oleh asset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat (Brigham dan Houston 2010:134). Selain rasio likuiditas, terdapat rasio pengukur hutang (leverage ratio). Salah satu rasio yang termasuk rasio leverage adalah Debt to Equity Ratio. Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang mengukur jumlah utang atau dana dari luar perusahaan terhadap modal sendiri (Raharjaputra 2009:201). Motif perusahaan menggunakan hutang sebagai sumber dana tambahan, tentu tidak lepas dari tujuan perusahaan. Pada umumnya, sering diungkapkan bahwa salah satu tujuan perusahaan adalah memaksimalkan laba. Untuk memperoleh laba itu diperlukan kerja keras perusahaan dalam mengoptimalkan asset. Melalui efektifitas aktiva diharapkan perusahaan dapat meningkatkan labanya. Menurut (Fahmi 2011:135), menyebutkan bahwa rasio profitabilitas adalah: “Rasio yang mengukur efektivitas manajamen secara keseluruhan yang ditunjukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi.” Profitabilitas erat kaitannya dengan laba, yang juga dapat dijadikan alat untuk menarik minat investor untuk berinvestasi. Dengan analisis rasio keuangan tersebut, maka diperoleh gambaran kinerja keuangan perusahaan yang juga dapat menjadi acuan penilaian investor yang tercermin dari peningkatan Price Earning Ratio. Peningkatan Price Earning Ratio yang semakin meningkat sangat diinginkan oleh setiap perusahaan atau individu tiap tahunnya. Keuntungan dapat direalisasikan pada seberapa menguntungkan perusahaan pada saat ini dan di masa yang akan datang. Dengan melihat laporan keuangan perusahaan yang mengindikasikan seberapa bagus manajemen 36 perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang tersedia. Oleh karena itu, sebelum melakukan investasi seorang investor perlu menganalisis perusahaan tersebut. Dengan analisis laporan keuangan pada dasarnya dilakukan untuk melihat prospek dan resiko perusahaan. Prospek untuk mengetahui tingkat keuntungan (profitabilitas) sedangkan resiko untuk mengetahui perusahaan tersebut sedang mengalami kesulitan keuangan atau tidak (Andrianto Purnomo Wijaya 2011). Pengaruh Current Ratio terhadap Price Earning Ratio, Current Ratio yang tinggi memberikan indikasi jaminan yang baik bagi kreditor jangka pendek dalam arti setiap saat perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajibankewajiban financial jangka pendeknya. Namun semakin besar Current Ratio mencerminkan likuiditas perusahaan semakin tinggi, karena perusahaan mempunyai kemampuan membayar yang besar sehingga mampu memenuhi semua kewajiban financialnya. Dengan semakin meningkatnya likuiditas (current ratio) perusahaan, berpeluang meningkatkan earning atau pendapatan laba perusahaan tersebut, sehingga nilai PER semakin tinggi. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio menggambarkan perbandingan antara total hutang dan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai pendanaan usaha. Semakin besar DER menunjukan bahwa struktur modal lebih banyak memanfaatkan hutang dibandingkan dengan ekuitas. Semakin besar DER mencerminkansolvabilitas perusahaan semakin rendah sehinhha kemampuan perusahaan untuk membayar hutang rendah, hal ini berarti bahwa resiko perusahaan (financial Risk) relatif tinggi. Dengan adanya hutang perusahaan yang semakin tinggi maka resiko yang ditanggung perusahaan juga tinggi menyebabkan investasi pada suatu saham akan kurang menarik terutama bagi investor, akibatnya harga saham akan turun sehingga PER akan turun pula. Pengaruh Return on Equity terhadap Price Earning Ratio, Return on Equity merupakan ukuran return yang dihasilkan dari investasi saham yang biasa dalam perusahaan. Secara umum semakin besar return, maka semakin baik kinerja perusahaan dinilai pemegang saham. ROE tidak memasukkan aktiva yang didanai 37 oleh kreditur dan pemerang saham preferen, kreditur biasanya memperoleh pengembalian yang tetap atas dana yang mereka berika. Pemegang saham preferen biasanya memperoleh dividen yang tetap. Pemegang saham ini memiliki klaim yang tetap terhadap laba perusahaan yang tersisa (residual) hanya setelah sumber pendanaan lain dilunasi. Karena itu, ROE sangat penting bagi pemegang saham dan memegang peranan kunci dalam penilaian ekuitas. Maka jika nilai ROE naik maka PER akan naik dengan bersamaan. Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pemikiran yang terbentuk adalah seperti gambar 2.1 berikut: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Current Ratio (π1 ) Debt to Equity Ratio (DER) (π2 ) Price Earning Ratio (PER) (Y) Return on Equity (ROE) (π3 ) 2.11 Hipotesis Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1 : Terdapat pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Return on Equity terhadap Price Earning Ratio secara simultan. H2 : Terdapat Pengaruh Current Ratio terhadap Price Earning Ratio. 38 H3 : Terdapat pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Price Earning Ratio. H4 : Terdapat Pengaruh Return on Equity terhadap Price Earning Ratio.