FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DIARE

advertisement
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DIARE
PADA ANAK BALITA
(Analisis Lanjut Data SDKI, 1994)
'
Joko Irianto*, Sri Soewasti Soesanto*, Supraptini*, Inswiasri*,
Sri Irianti*, Athena Anwar*
L
*J
.
ABSTRACT
FACTORS INFLUENCING ON THE INCIDENCE OF DL4RRHOE4
AMONG CHILDREN UNDER FIVE YGdRS OFAGE
The risk of diarrhoea for children under five years of age is higher than in adults. Indonesia
Demographic and Health Survey 1994 QDHS-1994) data were analysed to know the risk of
sociodemographic and environmental factors on diarrhoea among children under Jive years of age.
The sociodemographic factors which were analysed included area, education and occupation of the
parents, age, while the environmentalfactors were main source ofdrinking water, type of latrine, kind
ofloor, distance between the well and septic tank.
The results showed that the risk of having diarrhoea in rural areas was higher than in urban
areas. Incidence of diarrhoea among children aged 12-24 months was higher than those of 25-59
months. Incidence diarrhoea was lower among the households which have sources of clean water or
households which have toilet facilities with septic tanks.
Bivariate analysis of parent's education and age of children as sociodemographic factors show
that these fictors have influence on diarrhoea. The diarrhoea1 risk among childrq age of 12-24
months was 2.23 times higher than those children age of 25-59 months. Source of drinking water,
type of latrine, distance between the well and septic tank, overcrowding as environmental factors all
have influence on the incidence of diarrhoea. The highest risk occurred among household which have
toilet facility without septic tank. Multivariate analysis show that mother's education, overcrowding
and age of children as dominant factors have influenced the incidence of diarhoea among children
underfive years of age. The highest risk was the age ofthe children.
*
Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan, Jakarta.
BuL ~eneht.
Kesehst. 24 (2&3) 1996
Faktor-faktor yang mempengaruhi ...........Joko Irianto et al
PENDAHULUAN
Penyakit diare masih merupakan salah
satu masalah kesehatan masyarakat yang utama
di Indonesia, ini ditunjukkan dengan tingginya
angka kesakitan dan kematian yang disebabkan
oleh penyakit tersebut, khususnya yang teqadi
pada bayi dan anak di bawah lima tahun.
Angka kesalutan diare diperkirakan antara
120 - 130 kejadian per 1000 penduduk, 60 %
kejadian diare tersebut terjadi pada balita, yang
sebagian mengakibatkan kematian (Depkes,
1993).
Dari beberapa penelitian dilaporkan
bahwa angka kesakitan diare bervariasi dari
tahun ke tahun. Dari Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 1980 didapatkan
angka proporsi kejadian diare 28,09%, SKRT
tahun 1986 menurun menjadi 20,05%. Analisis
lanjut data Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 199 1 menyatakan
bahwa satu dari sepuluh Balita menderita diare
dalam dua minggu terakhir (Agustina Lubis,
1993). Diare juga mempakan salah satu
penyebab utama (underlying cause) kematian
anak balita. Tingginya kematian anak balita
karena diare tersebut dilaporkan SKRT tahun
1986 19,6%. Proporsi ini meningkat pada
SKRT tahun 1992 menjadi 23% (Ratna L.
Budiarso, 1992). Selain itu, setiap tahun di
Indonesia teqadi sekitar 150 Kejadian Luar
Biasa (KLB) dengan jumlah kasus sekitar
20.000 orang dan angka kematian sebesar 2%.
Upaya kelangsungan hidup anak, tennasuk pemberantasan penyakit diare mempakan
program prioritas. Upaya ini diwujudkan
melaIui penumnan angka kematian dan
pencegahan penyakit diare. Angka kesakitan
dan kematian yang disebabkan oleh diare yang
masih tinggi, mendorong usaha peningkatan
perencanaan dan pengembangan program
dalam upaya tersebut di atas.
Banyak faktor yang secara langsung
maupun tidak langsung dapat mendorong
terjadinya diare, faktor tersebut antara lain
keadaan gizi, sosio demografi, lingkungan, dan
perilaku.
Untuk mendukung upaya penurunan
angka kematian dan pencegahan penyakit diare
perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang
berpengamh terhadap kejadian diare pada anak
balita. Analisis lanjut data SDKI 1994,
merupakan salah satu upaya mengetahui
faktor-faktor yang berpengaruh tersebut.
Mengingat variabel SDKI 1994 terbatas, maka
dalam penelitian ini yang dianalisa hanya dari
faktor sosio demografi dan lingkungan.
TUJUAN
Tujuan umum dari penelitian ini yaitu
mempelajari faktor yang berpengaruh terhadap
kejadian diare pada anak balita.
Tujuan khusus:
1 . Mengetahui distribusi kejadian diare pada
anak balita di daerah kota dan desa.
2. Mengetahui pengaruh dan besarnya risiko
masing-masing faktor keadaan sosio demografi dan lingkungan dengan kejadian diare
pada anak balita.
3. Mengetahui pengaruh faktor sosio demografi
dan lingkungan yang diperhatikan secara
bersama-sama dalam mempengaruhi kejadian diare pada anak balita.
BAHAN DAN CARA
1. Sumber Data
Data yang dianalisis dalam penelitian
ini adalah data SDKI tahun 1994. SDKI
mempakan survei berskala nasional yang
BuL PeneUt Kesehnt 24 (2&3)
1996
Faktm-faktoryang rnempengaruhi ........... Joko Irianto et al
dilakukan di 27 propinsi di Indonesia dengan
menggunakan pendekatan "cross sectional".
Survei ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga
November 1994, meliputi 33.738 kepala rumah
tangga yang di dalamnya terdapat 28.168
wanita usia 15-49 tahun telah menikah
(SDKI'94: Summary Report). Infonnasi dalam
analisis ini diperoleh dari wanita yang
mempunyai anak balita. Anak balita merupakan
fokus dalam penelitian ini.
Untuk mengatasi kelemahan sampling
data SDKI, maka dalam analisis ini dilakukan
pembobotan (weighting) terlebih dahulu. Selain
itu, agar menghasilkan analisis yang lebih baik
bila ditemukan data yang sulit dimasukkan
dalam kelompok yang ditetapkan, maka data
tersebut dalam analisis ini di"missing"kan.
2. Pemilihan dan Batasan Variabel
Yang dianggap kasus diare pada penelitian ini adalah: anak umur di bawah lima tahun
yang menderita diare dalam dua minggu
terakhir, sebelum survai SDKI-94 dilakukan. -
a. Faktor sosio demografi
1) Pendidikan: Jenjang sekolah tertinggi
yang pernahtsedang dijalani oleh orang
tua anak balita. Pendidikan dikategorikan SD, SLTP, SLTA dan PT. Dalam
analisis dua faktor dan beberapa faktor
dikelompokkan menjadi dua kategori
y&ni, SD+SLTP dan SLTA+PT
(menjadi SLTA+).
2)
Daerah: Tempat tinggal anak balita
ketika survei dilakukan, dikelomgokkan mcnjadi kota dan dcsa.
3)
Bekerjaan: Pekejaan yang dilakukan
orang tua anak balita untuk memperoleh upaNgaji dalam kurun waktu 12
Bd. ~eneht.Kesehat 24 (2&3) 1996
bulan terakhir. Pekejaan ini dikelompokkan menjadi bekerja dan tidak
bekej a .
4)
Keaktifan ibu dalam organisasi
sosial: Yaitu menjadi anggota salah
satu organisasi sosial di lingkungannya, keaktifan ibu ini dikelompokkan
ke dalam kelompok aktif dan tidak
aktif.
5) Umur ibu: Umur ibu pada ulang tahun
terakhir, dikelompokkan kurang 20
tahun, 20 - 35 tahun dan lebih dari 35
tahun. Untuk analisis antar dua faktor
maupun beberapa faktor, untuk umur
< 20 tahun clan > 35 tahun
dikelompokkan menjadi kelompok
risiko tinggi dan umur 20 - 35 tahun
menjadi kelompok risiko rendah.
6)
Umur anak balita: Umur anak ketika
survei dilakukan,
dikelompokkan
menjadi 12 - 24 bulan dan 25 - 59
bulan.
b. Faktor Lingkungan
1) Sumber air utama: Sumber utama air
minum untuk anggota rumah tangga,
dlkelompokkan menjadi; 1. PAM,
untuk yang menggunakan sumber air
dari leding dan hidran, 2. Sumber
terlindung, 3. Sumber talc terlindung,
4. Sungai dan lain-lain. Untuk analisis
dua faktor dan beberapa faktor, yang
menggunakan PAM dikelompokkan
dalam pengguna air dari sumber
rerllndung, sedangkan yang menggunakan sumber air dari sungai dan
lain-lain masuk dalam kelompok
pengguna air dari sumber tidak terlindung.
FaMor-faktoryang mempengaruhi ...........Joko Irianto et a1
Jenis kakus: Jenis kakus yang dipergunakan oleh anggota rumah tangga,
jenis kakus yang dipergunakan ini
dikelompokkan menjadi; 1. BAB+ST,
yaitu yang menggunakan kakus
dilengkapi dengan tanglu septik, 2.
BAB-ST, yaitu yang menggunakan
kakus tanpa tangki septik, dan 3. WC
bersama. Dalam analisis dua faktor
dan beberapa faktor, kelompok yang
menggunakan WC bersama disatukan
dengan kelompok pengguna kakus
tanpa tangki septik. Meskipun sarana
MCK (Mandi Cuci Kakus) di kota
biasanya dengan tanglu septik. Tetapi
kebanyakan tidak memenuhi syarat
karena sempitnya lahan.
3)
4)
Bahan utama untuk lantai: Dikelompokkan menjadi lantai yang terbuat
dari tanah, kayutbambu dan dari bahan
semen. Untuk analisis dua faktor dan
beberapa faktor, lantai yang terbuat
dari kayujbambu dan tanah dikelompokkan menjadi tidak kedap air,
sedangkan lantai semen menjadi kedap
air.
Kepadatan hunian: Luas bangunan
tempat tinggal dibandingkan dengan
jumlah anggota keluarga. Kepadatan
hunian dikelompokkan menjadi padat
untuk luas bangunan yang kurang dari
10 meter persegi tiap orang, dan tidak
padat untuk yang 10 meter persegi
atau lebih tiap orang.
3. Analisis Data
Analisis data menggunakan komputer
program SPSS.PC yang dilakukan secara
bertahap, yaitu sebagai berikut:
a. Analisis deskriptif, yaitu untuk mengetahui
distribusi kejadian diare pada anak balita di
daerah kota dan desa.
b. Analisis dua faktor, yaitu untuk - mengetahui pengaruh dan risiko Odd Ratio (OR)
dari masing-masing faktor sosio demografi
dan lingkungan yang sudah dikelompokkan
lebih lanjut dihubungkan dengan kejadian
diare pada anak balita.
c. Analisis beberapa faktor, yaitu mengetahui pengaruh dan risiko dari beberapa faktor
sosio demografi dan lingkungan yang
diperhatikan secara bersama-sama dalam
kaitannya dengan kejadian diare pada anak
balita.
HASIL
1. Distribusi Kejadian Diare Pada Anak
Balita
Dari 12.689 ibu rumah tangga yang
mempunyai anak balita,
sejumlah 1.435
(1 1,3%) anak balita menderita diare, dan
sisanya tidak menderita diare. Distribusi
kejadian diare di kota dan desa menurut faktor
sosio demografi dan lingkungan adalah sebagai
berikut:
a Faktor Sosio Demografi
Ibu yang berpendidikan SD baik di daerah
kota maupun di desa 12,3% anak balitanya
menderita diare. Kejadian diare di daerah desa
maupun kota cenderung menurun bila pendidikan ibu meningkat. Begitu pula distribusi
diare menurut pendidikan bapak menyerupai
pola distribusi menurut pendidikan ibu, bapak
yang berhasil mencapai pendidikan di
perguruan tinggi kejadian diare di desa 6,7%, di
kota 7,3%. (Gb. 1)
BuL PeneUt. Kesehnt. 24 (2&3) 1996
Faktor-faktor yang mempengaruhi ........... Joko Irianto et a1
Menurut pendidikan bapak
A
Menurut Pendidikan Ibu
PT
Gambar 1. Distribusi Diare Menurut Pendidikan Orang Tua.
Bul PeneUt. K e ~ h n 24
t (2&3) 1996
Faktor-faktor yang mempengamhi ........... Joko Irianto et al
Terdapat 9,3% anak balita menderita diare
pada ibu yang beke j a di kota, sedangkan ibu
yang tidak bekeja 12,0%. Kejadian diare anak
balita lebih tinggi pada ibu yang tinggal di desa,
yaitu 11,2% pada ibu yang bekeja, dan hampir
sama pada ibu yang tidak bekeja yaitu 11,9%.
Sedangkan .menurut pekejaan bapak, kejadian
diare hampir tidak ada perbedaan antara yang
bekej a di kota maupun yang bekej a di desa,
yaitu 11,2% dan 11,5%. Tetapi yang di desa
berbeda, yang bapaknya tidak bekej a kejadian
diarenya malah rendah (Gb. 2)
Aktif atau tidaknya ibu dalam berorganisasi sosial di kota relatif tidak membawa
perubahan yang mencolok pada kejadian diare
anak balita. Untuk ibu yang aktif berorganisasi
12,0% anak balitanya menderita diare sedangkan yang tidak aktif angka tersebut hampir
sama, yaitu 11,9%. (Gb. 3)
Ibu
Gambar 2. Distribusi Diare Menurut Pekerjaan Orang Tua
BuL Penelit. Kesehat. 24 (2&3) 1996
Faktor-faktoryang mempengaruhi ........... Joko Iiianto et al
T
i &if
Gambar 3. Distribusi Diare Menurut Keaktifan b u
Pola kejadian diare menurut umur ibu di
desa maupun di kota relatif sarna, yaitu tinggi
pada umur di bawah 20 tahun dan menurun
pada umur ibu 20-35 tahun dan di atas 35
tahun. Pada umur ibu kurang dari 20 tahun di
kota 12,5%, sedangkan di desa 15,3%. Kejadian
diare ini menurun pada umur ibu lebih dari 35
tahun menjadi 11,1% di kota dan 10,6% di
desa. (Gb. 4)
Pada umur anak 12-24 bulan kejadan
diare di kota 16,2%, dan di desa 19,1%. Kejadian diare menurun pada umur anak 25-59 bulan,
yaitu 9,2% di kota dan 8,7% di desa. (Gb. 5)
Faktor-faktoryang mempengamhi ...........Joko Irianto et al
>
3 5 Thn
Gambar 4. Distribusi diare menurut umur ibu
Wlbn
2~j69
7
Wlbn
Gambar 5. Distribusi Diare Menunrt Umur Anak
Faktor-f&or yang mempengaruhi ........... Joko Irianto et a1
b. Faktor Lingkungan
yang menggunakan PAM
BPAM sebagai sumber air utarna, prevalensi
diare yang tejadi di kota 8,0%, dan 9,1% di
desa, sedangkan keluarga yang menggunakan
sumber air dari sumber yang terlindung 14,7%
di kota, dan 10,3% di desa. Kejadian diare pada
keluarga yang menggunakan air dari surnber
air yang tak terlindung, yaitu I0,4% di kota,
dan di desa meningkat menjadi 12,5%. (Gb. 6)
Keluarga yang menggunakan kakus
dilengkapi dengan tan& septik, prevalensi
diare 7,4% tejadi di kota dan 7,2% di desa,
sedangkan keluarga yang menggunakan
kakus tanpa tanglu septik 12,1% diare tejadi
di kota, dan 8,9% di desa. Kejadian diare
tednggi
terdapat
kelmrga Yang
mem~ergunakan sungai sebagai tempat pembuangan tinja, yaitu 17,0% di kota dan 12,7%
di desa. (Gb. 7)
Gambar 6. Distribusi Diare Menurut Sumber Air Minum
Bul Penelit. Kesehat. 24 (2&3) 1996
Faktor-faktoryang mempengaruhi ........... Joko Irianto ei al
BAB+ST
BAB-ST
WC
Sungai
Lainnya
Bersama
Gambar 7. Distribusi Diare Menurut Jenis Kakus (%)
Pada jarak rembesan tinja ke sumur
sebagai sumber air utama kurang dari 10
meter, di kota terdapat 11,6% kejadian diare,
dan di desa 12,0%. Pada jar& 10 meter
atau lebih d.i kota 10,4% dan di desa 8,6%.
(Gb. 8)
Kejadian diare an& bdita pa& keluarga
yang jenis lantainya menggunakan bahan kedap
air, tanah, dan kayu/bambu perbandingan
kejadian diare di daerah kota dan desa adalah
86
sebagai berikut 10,7% : 11,9% pada yan
berlantai kedap air, 10,3'?4 : 8,8% pada yan
berlantai tanah, dan 15,0% : 14.6% pada yara
berlantai kayw'bamku. (Gb. 9)
Rumah tinggal dengan kcpadatan 1
meter persegi atau iebih untuk tlap orang
didapati kejadian diare a~mak ballta 10.3% 0
kota dan 9,7% dl dcsa. Sedangkan pad
kepadatan kurang dan 10 meter persegi tia
orang 11,8%, dan 13.5%. (Gb. 10)
Bul. Penelit. Kesehat 24 (2&3) 199
Faktor-faktoryang rnempenganrhi ...........Joko lrianto et al
> = I 0 meter
Gambar 8. Distribusi Diare Menurut Jarak Sumur ke Rembesan Tinja
Semen
Gambar 9. Distribusi Diare Menurut Jenis Lantai Rumah Tinggal
BuL PeneUt. Kesehnt. 24 (2&3) 1996
Faktor-faldw yang mempengaruhi ...........Joko Irianto et al
Gambar 10. Distribusi Diare Menurut Kepadatan Hunian
2. Uji Dua Faktor
a. Faktor Sosio Demografi
Mengingat pola kejadian diare pada
daerah kota dan desa relatif sama, di mana
kejadian diare cenderung menurun pada
kondisi yang lebih membalk, maka dalam
analisis selanjutnya tidak dianalisa berdasarkan pembagian daerah tempat tinggal
tersebut, tetapi tempat tinggal dikelompokkan dalam faktor sosio demografi. Hasil
analisis dua faktor dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Pendidikan orang tua, ibu bekeja, keaktif
an ibu, dan umur anak balita merupakan fakto
sosio demografi yang mempunyai hubungan
yang bennakna dengan kejadian diarz pada
anak balita @<0,05). Umur anak balita mempu
nyai Odd Ratio (OR) 2,23, sedangkan pendi
dikan ibu 1,43. Ibu bekerja clan k e w a n ibu
dalam berorganisasi sosial, walau mempunya
hubungan kemaknaan p<0,05, tetapi mempu
nyai nilai OR yang mendekati 1. (Tabel 1)
88
BuL Penelit Kesehat. 24 (2&3) 199
Faktor-faktoryang mempengaruhi ...........Joko Irianto et al
Tabel 1. Faktor Sosio Demografi Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Diare
Pada Anak Balita
Faktor-faktoryang mempengaruhi ........... Joko Irianto et al
b. Faktor Lingkungan
3. Uji Beberapa Faktor
Hampir semua faktor lingkungan yang
dianalisis mempunyai hubungan yang bermakna
@<0,005) dengan kejadian diare, hanya pada
faktor bahan utarna untuk lantai yang mempunyai kemaknaan pN.05. OR tertinggi tejadi
pada jenis kakus yang digunakan yaitu 1,76
kemudian kepadatan hunian 1,37, dan jarak
sumur ke rembesan tinja 1,35. (Tabel 2)
Hasil analisis beberapa faktor sosio
demografi, menunjukkan pendidikan ibu,
keaktifan ibu, dan urnur anak balita merupakan faktor yang dominan terhadap
kejadian diare. Pendidikan ibu mempunyai
OR 1,31, sedangkan keaktifan ibu 1,33, dan
umur anak balita mempunyai nilai OR 12,06.
(Tabel 3)
Tabel 2. Faktor Lingkungan Yang Berpengamb Terhadap Kejadian Diare
Pada Anak Balita
BuL Penelit Kesehat 24 (2&3) 1996
Faktor-faktoryang mempengaruhi ........... Joko Irianto et al
Tabel 3. Hasil Uji Antar Faktor Sosio Demografi dan Lingkungan dan Pengaruhnya
Terhadap Kejadian Diare Pada Anak Balita.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ........... Joko Irianto et al
Jenis kakus yang dipergunakan, jarak
sumur ke rembesan tinja, bahan utama untuk
lantai, dan kepadatan hunian, setelah berinteraksi antar faktor lingkungan mempakan
faktor yang berpengaruh pada kejadian diare
anak balita, dengan nilai OR tertinggi pada
jenis kakus yang dipergunakan yaitu 1,73.
Setelah dilakukan uji bersama-sama
antara faktor sosio demografi ditambah faktor
lingkungan dengan kejadian diare pada anak
balita, umur anak balita, kepadatan hunian, dan
pendidikan ibu tampil secara bersama-sama
dalam rtxmpenga~hikejadian diare, dengan
t
1,85, dan 1,56.
didapat OR b e r t l l ~ t - h l ~2,35,
(Tabel 3)
PEMBAHASAN
1. Daerah
Dari 12.596 anak balita yang masih hidup
~
a d awaktu survei dilakukan. 1.435 menderita
rdiare, ini berarti prevalensi diare pada anak
balita 11,4%, angka ini lebih tinggi dari SDKI
1991 (7,6%) hasil analisis lanjut Agustina Lubis
tahun 1993, dan hasil analisis lanjut SKRT
1986 oleh Emiliana Tjitra tahun 1994, mendapatkan prevalensi diare 1,8%. Perbedaan angka
kejadlan diare anak balita pada SDKI munglun
disebabkan jumlah penderita yang ditemui
meningkat, sedangkan dengan hasil SKRT 1986
selain penderita yang meningkat, munglun juga
disebabkan luas wilayah penelitian yang
berbeda.
-
Angka-angka kejadian diare menurut
daerah tempat tinggal kota dan desa dari faktor
sosio demografi dan lingkungan mempunyai
pola yang serupa. Bila angka tersebut didapati
tinggi di kota, akan tinggi pula yang tejadi di
desa, begitu pula sebaliknya.
92
Dalam uji dua faktor menunjukkan daerah
tempat tinggal mempunyai hubungan yang
tidak bermakna (p>0,05), dengan risiko
kejadian diare di desa relatif sama bila
dibandingkan tinggal di kota (OR=1,05).
Hubungan tempat tinggal dengan kejadian diare
pada balita juga tidak bermakna @>0,05) ketika
faktor tersebut diuji bersama-sama dengan
faktor sosio demografi yang lain. Ini berarti
f a o r tempat tinggal bukanlah faktor yang
dominan mempengaruhi terjadinya diare pada
anak balita, sedangkan tinggal di kota atau di
desa bagi anak balita mempunyai risiko
menderita diare yang hampir sama.
2. Pendidikan
Pendidikan orang tua mempunyai peranan
yang penting dalam kaitannya dengan kejadian
diare. Pendidikan orang tua yang rendah
berpengamh terhadap peningkatan penyakit ini.
Dalam analisis ini, pendidikan orang tua yang
hanya sarnpai SD masih relatif besar, yaitu
lebih dari 50% anak balita mempunyai orang
tua yang berpendidikan SD. Jumlah yang besar
ini mengakibatkan kejadian diare tinggi pula
pada pendidikan tersebut. Menumt Feachem
R.G dan Levine R.J. umumnya keluarga dengan
tingkat pendidikan rendah, juga mempakan
keluarga dengan pendapatan rendah dan
pemmahan yang padat serta fasilitas sanitasi
yang kurang .'51
Pendidikan bapak yang hanya sampai
SLTP setelah dianalisis dua faktor didapati
anak balitanya mempunyai risiko menderita
diare 1,36 kali bila dibandingkan dengan anak
balita yang bapaknya berpendidikan SLTA ke
atas. Bila menurut pendidikan ibu, risiko anak
balita menderita diare meningkat menjadi 1,43
kali pada ibu berpendidikan sampai SLTP
dibanding anak balita dari ibu berpendidikan
SLTA ke atas. Pendidikan ibu selalu dominan
mempengamhi kejadian diare pada anak balita
BuL Penelit. Kesehat 24 (2&3) 1996
Faktor-faktor yang mempengamhi ........... Joko Irianto et a1
walaupun telah dikontrol dengan faktor lingkungan dan sosial demografi yang lain.
Dari penelitian Cholis Bachroen & S.
Soemantri tahun 1993, diketahui pendidikan
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
morbiditas anak balita, begitu pula hasil
penelitian Sunoto & Hartaniah Sadikin tahun
1990 yang mendapati ibu yang berpendidikan
tinggi, kejadian diare pada anak balita akan
menjadi rendah, sedangkan pada ibu yang
berpendidikan rendah kejadian diare tinggi.
3. Pekerjaan dan Keaktifan Orang Tua
Pekerjaan ibu maupun keaktifan ibu dalam
organisasi sosial mempunyai hubungan yang
bermakna dengan kejadian diare pada anak
balita. Pada uji dua faktor pekerjaan ibu
maupun keaktifan ibu dalam organisasi sosial
berpengaruh pada kejadian diare pada anak
balita (OR=1,12 dan 1,31). Angka ini dapat
dijadikan pertimbangan bagi ibu yang
mempunyai anak balita bila ingin berpartisipasi
dalam lapangan pekerjaan maupun dalam
organisasi sosial di lingkungannya, karena aktif
dalam berorganisasi sosial berdampak positif
terhadap kejadian diare pada anak balita. Begitu
pula pada uji beberapa faktor, pekerjaan orang
ibu dan keaktifan ibu dalam organisasi sosial
merupakan faktor yang tetap dominan
mempengaruhi kejadian diare. Dengan aktif
dalam organisasi diharapkan ibu mendapat
informasi tentang pencegahan diare, dengan
demikian dapat menekan kejadian diare.
Menurut pekerjaan bapak ternyata secara
statistik tidak terdapat hubungan yang
bermakna.
4. Umur
Dalam analisis ini sekitar 75% anak balita
mempunyai ibu yang berumur 20-35 tahun. Ini
Bul. ~ e n e i i t Kesehnt.
.
24 (2&3) 1996
dapat dimengerti karena umur tersebut
merupakan usia subur seorang ibu. Analisis
umur ibu mempunyai hubungan yang tidak
bermakna @>0,05) dengan kejadian diare anak
balita. Bila menurut umur anak balita, proporsi
anak balita yang berumur 12-24 bulan dengan
25-59 didapatkan jumlah lebih banyak pada
umur 25-59 bulan.
Hasil analisis menunjukkan umur anak
balita mempunyai peranan yang penting
kaitannya dengan kejadian diare. Analisis dua
faktor, anak balita yang berumur 12-24 bulan
mempunyai risiko 2,23 kali terserang diare
dibandingkan anak umur 25-59 bulan. Risiko
pada umur tersebut meningkat menjadi 2,35
setelah dikontrol derrgan faktor lingkungan dan
sosio demografi. Ini mungkin disebabkan anak
umur 12-24 bulan mempunyai mobilitas yang
rendah dan lebih rentan terhadap infeksi serta
ketergantungan pada orang lain (terutama pada
ibu) yang tinggi bila dibanding anak umur
36-59 bulan. Dengan demikian pendidikan ibu
menjadi sangat penting karena dengan
pendidikan yang lebih baik, ibu mempunyai
pengetahuan tentang kesehatan, pencegahan
penyakit, gizi, dan perawatan anak yang lebih
baik pula. Peningkatan pengetahuan ibu dapat
di upayakan melalui penyuluhan melaluj
organisasi sosial atau media masa.
5. Sumber Air Utama
Sumber air minum merupakan salah satu
sarana sanitasi penting berkaitan dengan
kejadian diare. Dan hasil analisis ini ternyata
sekitar 56% telah menggunakan sarana PAM
dan dari sumber air yang terlindung sebagai
sumber air utama keluarga, sedangkan di desa
penggunakan air dari sumber BPAM masih
relatif sedikit. Dalam analisis ini pula diketahui sekitar 44% anak balita keluarganya
menggunakansumber air dari sumber yang tak
93
Faktor-faktoryang mempengaruhi ........... Joko lrianto et al
terlindung. Bila dikaitkan dengan kejadian
diare pada anak balita, risiko kejadian diare
anak balita yang keluarganya menggunakan air
dari sumber yang tak terlindung 1,21 kali bila
dibandingkan anak balita dari keluarga yang
menggunakan air dari sumber terlindung.
Walaupun uji beberapa faktor, hubungan
sumber air ini tidak bermakna, namun
persentase diare anak balita dari keluarga yang
menggunakan air dari sumber tak terlindung
cukup besar yaitu 12,5%. Mengupayakan
masyarakat agar memasak air sebelum diminum
merupakan usaha yang tepat untuk mencegah
meningkatnya penydut ini.
6. Jenis Kakus
Selain sumber air minum, kakus juga
merupakan sarana sanitasi yang penting
berkaitan dengan kejadian diare. Jenis kakus
yang tidak saniter akan memperpendek rantai
penularan penyakit diare. Dalam analisis ini
persentase diare anak balita yang keluarganya
menggunakan kakus yang tidak dilengkapi
dengan tangki septik 12,2%, sedangkan yang
menggunakan kakus dengan tangki septik
7.3%.
Hasil analisis dua faktor menunjukkan
risiko anak balita dari keluarga yang
menggunakan kakus tanpa tangki septik cukup
besar, yaitu 1,76 kali bila dibandingkan dengan
anak balita dari kelurga yang menggunakan
kakus yang dilengkapi tangki septik. Dalam
analisis beberapa faktor hubungan jenis kakus
ini tetap bermakna (OR=1,73), dengan
demikian penggunaan kakus yang dilengkapi
dengan tanglu septik ini perlu diupayakan
mengingat pentingnya faktor ini dalam
menekan kejadian diare, sebelum perpipaan dan
unit pengolahan air kotor dapat dibangun.
94
7. Jarak Sumur ke Rembesan Tinja
Dalarn analisis ditemukan 72% sumur
sebagai sumber air utama mempunyai jarak
dengan rembesan tinja 10 meter atau lebih.
Dalam analisis juga menemukan hubungan
yang bermakna antara jarak tersebut dengan
kejadian diare (OR= 1,33). Namun untuk
menentukan jarak yang tepat tersebut perlu
diketahui jenis tanah dan aliran air bawah
tanah. Tanah pasir mempunyai daya saring
lebih baik dari pada tanah liat, sehingga
jaraknya dapat lebih dekat.
8. Jenis Lantai
Jenis lantai rumah tinggal dapat
digunakan untuk membedakan keluarga pra
sejahtera dan sejahtera. Dalam analisis ini
hampir sepamh anak balita adalah dari
keluarga yang lantai rumah tinggalnya sudah
terbuat dari bahan semen. Jenis lantai rumah
tinggal mempunyai hubungan yang bermakna
pula dengan kejadian diare anak balita. Anak
balita yang keluarganya tinggal di rumah
dengan lantai tak kedap air mempunyai risiko
menderita diare 1,O1 kali bila dibanding anak
balita yang keluarganya tinggal di rumah
dengan jenis lantai kedap air. Dari distribusi
frekuensi diketahui anak balita yang tinggal di
rumah dengan lantai tanah kejadian diarenya
kurang dari pada lantai semen. Ini mungkin
disebabkan orang tualpengasuh anak balita
(terutama anak 2 tahun ke bawah) tersebut
memberi alas lantai sebelum anak tersebut
bermain di lantai. Lantai tanah akan lebih
berpengaruh pada kejadian kecacingan.
9. Kepadatan Hunian
Rumah tinggal merupakan kebutuhan
pokok di samping sandang dan pangan. Demi
Bul. PeneUt. Kesehat. 24 (28~3)1996
Faktor-faktor yang mempengamhi ...........Joko Irianto et al
kenyamanan tinggal di rumah, maka seharusnya rurnah memenuhi kebutuhan kondisi tempat
tinggal yang sehat. Rumah yang sehat dengan
tata ruang yang memenuhi syarat, dapat menghindari tejadinya serta menularnya penyalat.
Kepadatan hunian salah satu unsur
kenyamanan tinggal di rumah, perlu dipikirkan
dan diupayakan 10 meter persegi atau lebih tiap
orang, mengingat kepadatan hunian termasuk
faktor yang mempunyai pengaruh dominan
terhadap kejadian diare anak balita. Kepadatan
hunian akan lebih berpengaruh pada penyakit
menular melalui kontak langsung dan yang
menular melalui udara.
Dalam analisis ini hampir 60% anak
balita tinggal di rumah dengan kepadatan
kurang dari 10 meter persegi tiap orang. Analisis faktor ini menunjukkan, anak balita yang
tinggal di rumah dengan kepadatan kurang dari
10 meter persegi tiap orang mempunyai risiko
menderita diare 1,37 kali dibanding anak balita
yang tinggal di rumah dengan kepadatan 10
meter persegi atau lebih tiap orang. Risiko ini
meningkat menjadi 1,85 setelah kepadatan
hunian berinteraksi dengan faktor sosial demografi dan lingkungan yang lain.
Kondisi tempat tinggal erat kaitannya
dengan pendapatan, bagi yang berpenghasilan
rendah dengan giat menabung terutama pada
masa panen (bagi daerah pertanian) dapat
mewujudkan impiannya untuk tinggal di
rumah dengan kepadatan 10 meter perseg tiap
orang. Untuk memperbaiki kondisi perumahan
sistim arisan pada masa panen diajurkan pula
oleh Cholis Bachoen & S. Soemantri Q.
Memperluas daerah desa binaan juga dapat
mendorong upaya perbaikan kondisi perumahan.
BuL Penelit. Kesehnt. 24 (2&3) 1996
KESIMPULAN
Prevalensi diare pada anak balita masih
menunjukkan angka yang tinggi. Faktor sosio
demografi yang mempengaruhi tingginya angka
ini yaitu; pendidikan bapak dan ibu, pekejaan
dan keaktifan ibu, serta umur anak balita.
Analisis beberapa faktor menunjukkan pendidikan ibu dan umur anak balita merupakan
faktor yang dominan dalam mempengaruhi
kejadian diare pada anak balita. Anak 12-24
bulan mempunyai risiko tinggi, yaitu 2,35 kali
terserang diare dibanding anak balita umur
25-59 bulan.
Faktor sumber air, jenjs kakus, jarak
sumur ke rembesan tinja, dan kepadatan hunian
ketika dianalisis dua faktor merupakan faktorfaktor yang mempunyai pengaruh pada kejadian
diare anak balita. Apabila keluarga mempergunakan kakus tanpa dilengkapi tanglu septik ,
maka anak balitanya akan mempunyai risiko
menderita diare 1,76 kali bila dibanding anak
balita yang keluarganya menggunakan kakus
yang dilengkapi dengan tangki septik. Namun
setelah dianalisis dengan beberapa faktor, faktor
lingkungan yang masih tetap dominan dalam
mempengaruhi kejadian diare pada anak balita
hanya kepadatan hunian. Walaupun demiluan
perhatian terhadap faktor lingkungan yang lain
hams tetap dijaga.
SARAN-SARAN
Hasil analisis ini mendorong penanganan
pencegahan penyakit diare pada anak balita
melalui upaya:
1. Pe~ngkatanpenyuluhan diare terutama di
tingkat posyandu, mengingat pada tingkat
ini diharapkan dapat menjangkau masyarakat yang luas. Penyuluhan kepada ibu
yang mempunyai anak balita di tingkat ini
sangat diperlukan untuk menekan kejadian
95
Faktor-faktoryang mempengaruhi ........... Joko Irianto et a1
baru diare. Penyuluhan tersebut terutama
berisikan materi:
- Kewaspadaan dini terhadap diare
- Peningkatan perhatian pada anak balita
terutama pada umur 12-24 bulan
Kebersihan perorangan, dan
- Sanitasi l i n g h n g a n
7.
Daniels D.L, dkk (1990). "A Case-Contro
Study of The Impact of Improved Sanitation on
Diarrhoea Morbidity in Lesotho",. WHO
Bulletin of World Health Organization.
8.
Depkes (1992). "Seminar Nasional Pemberantasan Diare; Jakarta, Ditjen P2M dan
PLP.
2. Mendorong dan membina upaya masyara-
9.
Depkes (1990). "Pendidikan Medik Pemberantasan Diare; Buku Ajar Diare, Jakarta, Ditjen
P2M dan PLP.
10.
Depkes (1993). "Buku Pegangan Pemberantasan Penyakit Diare dalam Repelita V",
Jakarta, Ditjen P2M+PLP.
11.
Lopez Alan D.: Disease Control Priorities In
Developing Countries; Causes of Death in
Industrial and Developing Countries Estimates
For 1985-1990, Oxford University Press.
12.
Baltazar J.C, dkk (1993). "Hygiene Behavior
and Hospitalized Severe Childhood Diarrhoea:
A Case-Control Study", WHO, Bulletin of
World Health Organization.
Lubis Agustina dkk (1993). "Faktor Risiko
Yang Mempengaruhi Penyakit Diare Pada
Anak Usia 0 4 Tahun", Jakarta, Disajikan pada
seminar analisis lanjut SDKI 199 1, Desember
1993.
13.
BPS, BKKBN, DEPKES .(1995). "Indonesia,
Demographic and Health Survey 1994" Jakarta,
BPS.
Norusis Marija J. (1990). "SPSS/PC+
Advanced Statistics 4.C for the IBM PC/XT/AT
and PS/2", Michigan Avenue.
14.
Sunoto (1990). "Laporan Penelitian; Perilaku
Ibu Terhadap Diare Pada Balita", Jakarta
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia.
15
Tjitra Emiliana (1994). "Faktor Risiko Yang
Mempengaruhi Kesakitan Diare Pada Balita,
Jakarta, Buletin Penelitian Kesehatan, Badan
Litbangkes.
16.
Wibowo D. & Tisdell C. (1993). "Health, Safe
Water And Sanitation: A Cross-Sectional
Health Production Function For Central Java,
Indonesia, WHO, Bulletin of World Health
Organization.
-
kat dalam memperbaiki kondisi perumahan
tempat tinggalnya, upaya ini melalui:
- Memperluas daerah desa binaan
Mengadakan simpan pinjam, arisan atau
sejenisnya yang mendorong masyarakat
agar giat menabung.
-
DAFTAR RUJUKAN
1.
2.
3.
Bakri Zainul dkk (1994). Faktor-Faktor Yang
Berperan Dalam Kematian Bayi Analisis
Lanjut SKRT 1986", Jakarta, Badan
Litbangkes.
4.
BPS, BKKBN, DEPKES (1993). "Survai
Demografi dan Kesehatan Indonesia 1991",
Jakarta, BPS.
5.
Budiarso Ratna L. (1993). "Lokakarya Survai
Kesehatan Rurnah Tangga (SKRT) 1992; Pola
Kematian", Jakarta, Badan Litbangkes.
6.
Cholis B. & S. Soemantri (1993). FaktorFaktor Yang Berhubungan dengan Kesehatan
Lingkungan Perurnahan Serta Kondisi Yang
Terkait Dengan Morbiditas Bayi dan Anak,
Disajikan pada seminar perurnahan.
BuL PeneUt Kesehat. 24 (283) 1996
Download