Perilaku Wanita Pekerja Seksual tidak Langsung

advertisement
Perilaku Wanita Pekerja Seksual tidak Langsung (Pendamping Lagu)
dalam Pencegahan AIDS di Kabupaten Pekalongan
Bayu Agung Pribadi1, Rr. Vita Nur Latif2, Nur Hilal3, Elsye Rumemper4
(1,2) Program Studi Kesehatan Masyarakar, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pekalongan
(3) Program Studi DIII Kesehatan Lingkungan, Poltekes Kemenkes Semarang, Purwokerto
(4) Program Studi DIII Keperawatan, Poltekes Kemenkes Semarang, Pekalongan
ABSTRACT
Background & Methode : Indirect female sexual workers who is operate as such as camouflaged as sex
commercial, usually she works on special work and the side jobs is sexual workers. The subject research is a
singer or back sound in song room (karaoke). They are kind of group who have high risk to influence HIV &
AIDS case. The Purpose of this research is to describe the attitude of indirect sex worker, especiallywho
have main profession as a back sound to preventions AIDS in Pekalongan Regency.This Research is
designed exploratory research with cross sectional approach, research of qualitative method. The informan
include five indirect female sexual workers in several research locations.
Result : Result for this research showed part of indirect sex worker done know how to prevented HIV &
AIDS used condoms, their practice to AIDS’s prevention effort still less. Although they agree to use condom
as a good preventions systems. In their perceptions, condoms just only to avoid pregnancy, not for avoid
PMS or HIV/AIDS transmitions. Recommendation for health department, more increase collaboration with
sectoral link especially academic sector to decrease HIV/AIDS especially in this community.
Keywords : Indirect female sexual workers, behavior to prevented HIV/AIDS.
PENDAHULUAN
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah
mencatat sampai dengan Desember 2006 jumlah
kasus HIV dan AIDS mencapai 1058 kasus.
Terdiri dari 830 kasus HIV dan 228 kasus AIDS,
Sedangkan jumlah yang meninggal dunia 121
orang. Data jumlah kasus HIV & AIDS di
Kabupaten Pekalongan sampai dengan Desember
2007 sebanyak 7 kasus terdiri dari 4 kasus HIV
dan 3 kasus AIDS, sedang yang meninggal 2
orang (Data P2M Dinkes Kabupaten Pekalongan,
2009).
Hasil survey HIV pada tahun 2005
mencatat, dari 59 sampel wanita pekerja sex
(WPS) didapat hasil 5 orang positif sifilis, dan
pada tahun 2006 dari 44 sampel WPS didapat
hasil 8 orang positif Sifilis dan 1 orang dinyatakan
positif HIV. (Data Dinas Kabupaten Pekalongan,
2006). Penelitian Nurcholis Arif Budiman yang
mengkaji tentang praktek pencegahan HIV/AIDS
pada WPS menunjukkan sejumlah 55% WPS
belum mengetahui cara pencegahan AIDS, dan
93% WPS mempersepsikan hambatan pencegahan
AIDS yang paling besar bagi mereka dikarenakan
mereka takut pelanggan merasa tidak puas jika
memakai kondom.
Berdasarkan data di Dinas Kesehatan
Kabupaten Pekalongan mengenai penyakit AIDS
yang
meningkat
dikalangan wanita
pekerja
seksual baik langsung ataupun tidak langsung
sangat mengkhawatirkan. Di wilayah Kabupaten
Pekalongan berkembang bisnis hiburan yang
menjadi
portal
penularan
HIV/AIDS,
yaitu
karaoke (12 karaoke) yang didalamnya terdapat
para Wanita Pekerja Seks Tidak Langsung
(WPSTL) yang menjajakan dirinya secara diamdiam atau hanya lewat perantara orang yang
mereka kenal dan mereka percaya saja. Sehingga
sangat tidak mungkin tempat-tempat karaoke yang
ada di Kabupaten Pekalongan merupakan tempat
Pekalongan, 2011). Pemilihan informan dilakukan
yang mempunyai resiko tinggi untuk penularan
dengan metode purposive sampling. yaitu metode
penyakit menular seksual yaitu AIDS. Oleh
pemilihan partisipan dalam suatu penelitian
karena itu, untuk mencegah penularan penyakit
dengan menentukan terlebih dahulu kriteria yang
AIDS di kalangan WPSTL, terhadap diri mereka
akan dimasukkan dalam penelitian, dimana
sendiri ataupun kepada para pelanggan mereka,
partisipan
maka perlu dikaji perilaku WPSTL yang ada di
informasi yang berharga bagi penelitian (Saryono
tempat-tempat karaoke di Kabupaten Pekalongan
& Mekar Dewi Anggraini, 2010).
yang
diambil
dapat
memberikan
Adapun yang menjadi subyek dalam
dalam melakukan pencegahan AIDS.
Disisi lain diketahui bahwa kurangnya
penelitian kualitatif ini adalah 3 orang PL
program pencegahan HIV yang ditujukan untuk
(Pendamping Lagu) yang merangkap menjadi
Wanita Pekerja Seksual Tidak Langsung (indirect
WPSTL di Karaoke Kabupaten Pekalongan dari
sex workers) dalam hal ini adalah para wanita
jumlah estimasi populasi sekitar dua puluh
pendamping
kesulitan
delapan orang dengan menggunakan kriteria
menentukan kelompok ini karena mobilitas dan
inklusi yaitu sudah pernah melayani minimal dua
ilegalitas
Karena
orang klien. Informan lain dalam penelitian yang
sedikitnya program pencegahan HIV/AIDS yang
digunakan untuk cek silang (crosscheck) adalah 1
ditujukan
perilaku
(satu) orang pelanggan, 1 (satu) orang owner
pencegahan mereka terhadap AIDS sangat kurang
(pemilik karaoke yang menyediakan jasa PL
sehingga
WPSTL), dan 1 orang dari teman seprofesi
lagu
dari
dikarenakan
pekerjaan
untuk
tersebut.
mereka
kelompok
ini
maka
berpotensi
untuk
menularkan HIV dan penyakit menular seksual
yang lainnya. Hal ini perlu mendapat perhatian
subyek penelitian.
Analisis
data
analisis
penelitian
bersifat
kualitatif
serius karena jumlah Wanita Pekerja Seksual
digunakan
terbuka
yang
Tidak Langsung diperkirakan semakin meningkat
menggunakan proses induktif, artinya dalam
dari tahun ke tahun.
pengujian hipotesa-hipotesa bertitik tolak dari
data yang terkumpul kemudian disimpulkan.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
Proses berfikir induktif dimulai dari data yang
merupakan
penelitian
terkumpul
atau
keputusan-keputusan
khusus
eksplorasi (exploratory research), dengan teknik
kemudian diambil kesimpulan secara umum.
pengumpulan data
melalui survei di wilayah
Adapun urutan analisisnya adalah pengumpulan
cross
data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi
penelitian
menggunakan
pendekatan
sectional, dan metode yang dipakai dalam
penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.
Populasi pada penelitian ini adalah semua
WPSTL
(pendamping
lagu)
yang
ada
di
Kabupaten Pekalongan yang berjumlah sekitar 28
atau kesimpulan.
HASIL PENELITIAN
1. Praktek wanita pekerja sex tidal langsung
(WPSTL) dalam pencegahan AIDS
orang pendamping lagu (Data Estimasi WPSTL
Sebagian besar dari informan menyatakan
(pendamping lagu) di 12 Karaoke Kabupaten
mereka belum menggunakan kondom pada
saat beraktivitas seksual dengan pelanggan.
kondom bukan sebagai barier/ penghalang
Diantara informan ada yang menyatakan
proses
bahwa
untuk
HIV/AIDS, mereka justru mempersepsikan
menggunakan kondom, akan tetapi dengan
kondom harus digunakan untuk mencegah
daya tawar rendah dan kemampuan negosiasi
terjadinya konsepsi/kehamilan.
dia
selalu
berusaha
yang lemah mereka akhirnya mengikuti
transmisi/penularan
Persepsi
kerentanan
PMS
akan
dan
terjadinya
keinginan pelanggan yang umumnya tidak
konsepsi bagi informan lebih tinggi daripada
mau menggunakan kondom dengan alasan
persepsi kerentanan mereka akan tertular
mengurangi tingkat kenikmatan.
HIV/AIDS.
Semua
informan
mendapatkan
kondom
menyatakan
5. Persepsi
membeli,
kondom
dengan
mendapatkan dari teman, dan sebagian kecil
hambatan
terhadap
penggunaan
Berdasarkan jawaban informan, factor
menyatakan beberapa pelanggan ada yang
penghambat
membawa sendiri, umumnya pelajar atau
pelanggan adalah rendahnya daya tawar dan
mahasiswa.
lemahnya
Seluruh informan menyatakan mereka
Banyak
penggunaan
negosiasi
pelanggan
kondom
dengan
yang
pada
pelanggan.
tidak
bersedia
belum pernah memeriksakan diri untuk
menggunakan
melakukan screening HIV/AIDS.
bersedia menggunakan kondom pada aktivitas
2. Karakteristik informan
Rata-rata
umur
kondom,
dan
pelanggan
seksual apabila mereka membayar lebih
informan
saat
rendah dari tarif biasanya yang berlaku.
pengambilan data berumur 20-24 tahun,
Meski demikian, ada beberapa informan
pertama kali menjadi WPSTL berkisar 19-24
yang mencoba menerapkan gaya negosiasi
tahun. Berpendidikan tamat SLTA, dengan
menaikkan tariff pada pelanggan yang tidak
lama bekerja sebagai WPSTL
bervariasi
bersedia menggunakan kondom, akan tetapi
mulai dari enam bulan sampai dengan tiga
upaya ini belum mencapai hasil yang optimal.
tahun.
6. Persepsi
3. Alasan menjadi WPSTL
berprofesi
terhadap
penggunaan
kondom
Faktor ekonomi menjadi alasan utama
informan
manfaat
WPSTL.
sepenuhnya manfaat penggunaan kondom
Disamping itu, ada alasan lain adalah karena
sebagai upaya pencegahan terhadap penularan
perasaan “tidak berharga” dan kegagalan
HIV/AIDS.
aktualisasi
menganggap manfaat penggunaan kondom
diri
yang
sebagai
Seluruh informan belum memahami
disebabkan
oleh
hilangnya virginitas oleh pasangan (pacar).
4. Persepsi kerentanan wanita pekerja sex tidak
langsung
(WPSTL)
terhadap
resiko
HIV/AIDS
Berdasarkan pernyataan informan, dapat
disimpulkan bahwa informan menggunakan
Sebagian
besar
mereka
hanya untuk mencegah konsepsi/kehamilan.
sependapat untuk mencegah terjadi AIDS
PEMBAHASAN
dengan menggunakan kondom.
1. Pengetahuan WPSTL Tentang AIDS
Pengetahuan sebagian besar informan
mengenai
AIDS
belum
baik.
Rata-rata
informan menjawab penyakit AIDS adalah
penyakit kelamin, tetapi mereka tidak dapat
mendeskripsikannya pengertian, tanda dan
gejala, dan penyebab. Ada juga yang memiliki
pengetahuan kurang karena tidak tahu apa
pengertian penyakit AIDS, penyebab, tanda
gejala dan pencegahannya.
2. Sikap WPSTL Dalam Upaya Pencegahan
AIDS
Pandangan informan yang sudah setuju
terhadap kegunaan kondom, ternyata tidak
cukup menjamin upaya informan memakai
kondom. Dalam hal ini sebagian informan
mengakui ada beberapa tamu yang tidak
menyukai memakai kondom dengan alasan
tidak nyaman dipakai. Namun ada beberapa
informan
yang
mempermasalahkan
mengatakan
tidak
pelanggan
untuk
memakai kondom mereka cenderung akan
mengikuti
kemauan
pelanggan
asalkan
mereka mendapatkan uang dari pelanggan.
Informan menganggap profesi mereka
sebagai WPSTL tidak beresiko terhadap
kemungkinan tertular HIV/AIDS,
lebih
takut
terhadap
mereka
terjadinya
konsepsi/kehamilan
daripada
HIV/AIDS.
menganggap
Mereka
tertular
fungsi
kondom hanya untuk mencegah kehamilan
bukan untuk pencegahan HIV/ AIDS dan
PMS.
Berdasarkan penuturan informan tentang
penggunaan kondom untuk mencegah AIDS,
hampir seluruh informan mengatakan setuju.
Sikap
tersebut
menunjukkan
informan
Menurut Fitriana Yuliawati L (2008)
yang mengutip pendapat Becker, dengan
skema model kepercayaan menyimpulkan
bahwa untuk meramalkan perilaku sakit
maupun
sehat
dipengaruhi
(variabel
oleh
faktor
tergantung)
sosiopsikologis
(persepsi sakit, persepsi kegawatan penyakit,
dan sebagainya), faktor-faktor demografis,
faktor
struktural
ekonomis,
seperti
keadaan
kemampuan
sosial
memperoleh
kesehatan, dan sebagainya. Pengaruh media
massa, pengaruh dokter, perhitungan cost
benefit dari tindakan dan sebagainya. Begitu
juga dengan informan yang akan mencari
pengobatan
melihat
jika
secara
kegawatan
subjektif
terhadap
sudah
diri
atau
penyakitnya. Hal ini dipengaruhi juga dengan
kondisi ekonomi dari informan yang merasa
kalau tidak terlalu penting atau mengalami
kegawatan
maka
tidak
perlu
mencari
pengobatan.
3. Perilaku Pencegahan WPSTL terhadap AIDS
Perilaku manusia mempunyai pengaruh
terhadap status kesehatan individu kelompok
maupun masyarakat. Semua WPSTL berusaha
untuk
menggunakan
kondom
selama
melakukan hubungan. Mereka menyadari
bahwa dengan menggunakan kondom maka
akan mencegah kehamilan dan penularan
penyakit kelamin.
Seluruh WPSTL mengakui mendapatkan
alat pelindung dengan membeli, mendapat
dari teman seprofesi. Aktivitas seks yang aktif
menjadikan informan termasuk salah satu
kelompok
beresiko
untuk
terjadi
AIDS
sehingga komitmen untuk berperilaku seks
aman dengan menggunakan alat pelindung
Kurangnya perilaku penggunaan kondom
juga dirasakan informan.
akan tergambar dengan
Saparinah Sadli dalam penelitian Fitirana
tetap
tingginya
prevalensi IMS. Dilain pihak, peningkatan
Yuliawati Lokollo (2008) mengutip pendapat
penggunaan
J. Kosa dan LS. Robertson mengatakan bahwa
tergambar melalui penurunan prevalensi IMS
perilaku
daripada penurunan prevalensi HIV (Fitriana
kesehatan
individu
cenderung
dipengaruhi oleh kepercayaan orang yang
bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang
diinginkan,
dankurang
akan
lebih
cepat
Yuliawari L, 2008).
Sebagian besar dari WPSTL mengaku
pada
belum pernah mengalami penyakit seksual.
pengetahuan yang berasal dari ilmu-ilmu
Mereka lebih sering mengalami keputihan,
biologi. Kenyataannya memang mendukung
dari jawaban yang diperoleh bukan berarti
pernyataan ini. Terhdap kondisi kesehatan
disimpulkan
yang
individu
memiliki kasus IMS negative. Peluang cukup
mempunyai cara yang berbeda-beda dalam
besar bagi mereka berpenyakit tetapi tidak
mengambil
atau
terlihat karena tidak ada kesadaran dari
penyembuhannya. Pada umumnya tindakan
mereka untuk memeriksakan diri ke dokter
diambil berdasarkan penilaian individu atau
atau ke sarana kesehatan yang ada.
terganggu
didasarkan
kondom
masing-masing
tindakan
pencegahan
mungkin dibantu oleh orang lain, terhadap
gangguan tersebut. Penilaian semacam ini
menunjukkan
bahwa
gangguan
bahwa
kelompok
WPSTL
4. Faktor Karakteristik WPSTL
Informan yang merupakan kelompok
yang
WPSTL pada penelitian ini berada pada
dirasakan individu menstimulir dimulainya
rentang umur 20 – 24 tahun. Dilihat dari umur
suatu proses sosial psikologis. Proses sosial
informan
semacam
ini
berbagai
WPSTL berkisar dari umur 19 – 23 tahun,
tindakan
yang
penderita
sebagian memulai pekerjaan mereka sebagai
mengenai
gangguan
menggambarkan
dilakukan
yang
si
dialami,
pertama
kali
bekerja
sebagai
dan
WPSTL pada usia remaja, dan sisanya setelah
merupakan bagian integral dari interaksi pada
menginjak usia dewasa. Ditinjau dari segi
umumnya.
pendidikan
sebagian
besar
informan
Infeksi Menular Seksual (IMS) diketahui
mengenyam pendidikan lulus SMA. Satu dari
mempermudah penularan HIV. Selain itu,
mereka yang tidak lulus SMA dikarenakan
IMS
adanya
drop out dari sekolahnya, dengan demikian
perilaku seksual yang beresiko. Prevalensi
informan yang rata-rata berpendidikan lulus
IMS yang tinggi pada suatu populasi di suatu
SMA diharapkan bisa menerima dan mengerti
tempat merupakan pertanda awal akan resiko
informasi
penyebaran HIV, walaupun prevalensi HIV
pencegahan AIDS.
masih
juga
merupakan
rendah.
petunjuk
Disamping
yang
didapatkan
mengenai
menunjukkan
Masa remaja, yang berlangsung dari saat
resiko penyebaran HIV, prevalensi IMS dapat
individu menjadi matang secara seksual
memvalidasi
penggunana
sampai usia 18 tahun, merupakan usia
kondom yang didapat dari surveilans perilaku.
kematangan yang resmi. Awal masa remaja
data
perilaku
berlangsung sampai usia 17 tahun dan akhir
mereka termasuk dalam kelompok resiko
masa
tinggi yang perlu diwaspadai. Mereka adalah
remaja
berlangsung
sampai
usia
kematangan resmi. Ini merupakan masa yang
kelompok
terpenting dalam rentang kehidupan, suatu
pasangan sehingga memudahkan penularan
periode peralihan, suatu masa perubahan, usia
HIV dan AIDS. Dapat diketahui bahwa
bermasalah, saat dimana individu menerima
mereka sedang berada pada tahap tidak sadar
identitas, usia yang menakutkan, masa yang
dari proses perubahan perilaku. Mereka belum
tidak realistik, dan ambang dewasa. Tetapi
terlalu peduli akan suatu masalah secara
justru pada masa-masa remaja yang penuh
umum, yang mereka sadari hyanyalah untuk
dengan peralihan dan perkembangan itulah
kesehatan diri mereka sendiri supaya tidak
informan
terkena penyakit, tetapi belum secara sadar
pada
umumnya
mulai
terjun
sering
berganti-ganti
kedalam pergaulan bebas dan berhubungan
melihat
badan dengan teman kencan atau pacarnya,
HIV/AIDS yang juga akan mempengaruhi
sehingga dengan pengalaman seksual yang
generasi penerus bangsa.
mereka dapatkan akan lebih meningkatkan
remaja untuk terjun kedalam dunia WPSTL.
Seorang
remaja
putri
biasanya
6.
efek
domino
dari
penularan
Faktor Lingkungan Eksternal
Menurut Irawati Imron dalam Fitriana
Yuliawati (2008), pada masa remaja pengaruh
digolongkan pada manusia yang belum
teman
dewasa,
fisik
munculnya penyimpangan perilaku seksual
menyerupai orang dewasa, akan tetapi untuk
selalu dikaitkan dengan norma kelompok
bersikap dan bertanggung jawab sebagai
sebaya. Salah satu pengaruh negatif dari
manusia dewasa mereka belum mampu.
teman sebaya adalah gaya pergaulan bebas.
Ketika memasuki taraf usia tersebut, mereka
Hal-hal
mulai mengalami perkembangan dalam hal
dijadikan standar norma tingkah laku yang
pencapaian
diharapkan dalam kelompok. Ahli psikologi
karena
meskipun
diri,
perkembangan
5.
yang
secara
pencapaian
moral,
dan
perkembangan
Skinner
sebaya
yang
sangat
kuat
dilakukan
menekankan
sehingga
teman
lingkungan
sebaya
juga
psikoseksual.
berpengaruh
Faktor kerentanan yang dirasakan informan
seseorang, sehingga seseorang memilih pola
saat bekerja menjadi WPSTLl
sikap dan perilaku tertentu dikarenakan
Lebih dari setengah dari informan
menyatakan
tidak
pribadi
mendapat penguatan dari masing-masing
lingkungan sekitar termasuk teman sebaya
menjadi WPSTL, mereka mengakui memang
untuk bersikap dan berperilaku. Sehingga
bekerja sebagai WPSTL tetap ada resiko
muncul sikap yang mengarah pada perubahan
apabila
menjaga
pandangan atau penilaian terhadap suatu
kesehatan. Tetapi hal itu tidak berpengaruh
perilaku yang sudah menganggap biasa
besar bagi mereka, justru mereka merasa tidak
perilaku tersebut di lingkungan pergaulan
suka atau mereka pikir akan berakibat buruk
informan. Hal ini juga idperkuat oleh
jika mereka tidak mendapatkan uang. Padahal
pandangan informan tentang alasan menjadi
tidak
dampak
membentuk
bekerja
mereka
ada
dalam
dapat
WPSTL yaitu karena pergaulan salah dalam
memilih
teman-teman
ataupun
kekasih,
3. Alasan menjadi WPSTL
Faktor ekonomi menjadi alasan utama
walaupun memang faktor ekonomi menjadi
informan
akses dari faktor-faktor yang lain.
Disamping itu, ada alasan lain adalah karena
Pada umumya informan mendapatkan
berprofesi
sebagai
WPSTL.
perasaan “tidak berharga” dan kegagalan
informasi mengenai AIDS dari beberapa
aktualisasi
media elektronik seperti TV dan radio sedrta
hilangnya virginitas oleh pasangan (pacar).
media cetak seperti majalah. Ada juga
4. Persepsi kerentanan wanita pekerja sex tidak
informan
yang
mendapatkan
informasi
tentang AIDS dari teman seprofesi. Informasi
dari teman sebenarnya membawa pengaruh
yang
lebih
besar
karena
belajar
diri
langsung
yang
disebabkan
(WPSTL)
terhadap
oleh
resiko
HIV/AIDS
Berdasarkan pernyataan informan, dapat
dari
disimpulkan bahwa informan menggunakan
pengalaman lebih efektif dari pada membaca.
kondom bukan sebagai barier/ penghalang
Mereka menanggapi secara positif akan
proses
kehadiran dari informasi tersebut.
HIV/AIDS, mereka justru mempersepsikan
transmisi/penularan
PMS
dan
kondom harus digunakan untuk mencegah
SIMPULAN
terjadinya konsepsi/kehamilan.
1. Praktek wanita pekerja sex tidal langsung
Persepsi kerentanan akan terjadinya
konsepsi bagi informan lebih tinggi daripada
(WPSTL) dalam pencegahan AIDS
Sebagian besar dari informan menyatakan
mereka belum menggunakan kondom pada
persepsi kerentanan mereka akan tertular
HIV/AIDS.
saat beraktivitas seksual dengan pelanggan.
5. Persepsi
Diantara informan ada yang menyatakan
kondom
bahwa
dia
selalu
berusaha
untuk
hambatan
terhadap
penggunaan
Berdasarkan jawaban informan, faktor
menggunakan kondom, akan tetapi dengan
penghambat
daya tawar rendah dan kemampuan negosiasi
pelanggan adalah rendahnya daya tawar dan
yang lemah mereka akhirnya mengikuti
lemahnya
keinginan pelanggan yang umumnya tidak
Banyak
mau menggunakan kondom dengan alasan
menggunakan
mengurangi tingkat kenyamanan.
bersedia menggunakan kondom pada aktivitas
umur
negosiasi
pelanggan
kondom
dengan
yang
kondom,
tidak
dan
pada
pelanggan.
bersedia
pelanggan
seksual apabila mereka membayar lebih
2. Karakteristik informan
Rata-rata
penggunaan
informan
saat
rendah dari tarif biasanya yang berlaku.
pengambilan data berumur 20-24 tahun,
Meski demikian, ada beberapa informan
pertama kali menjadi WPSTL berkisar 19-24
yang mencoba menerapkan gaya negosiasi
tahun. Berpendidikan tamat SLTA, dengan
menaikkan tariff pada pelanggan yang tidak
lama bekerja sebagai WPSTL
bervariasi
bersedia menggunakan kondom, akan tetapi
mulai dari enam bulan sampai dengan tiga
upaya ini belum mencapai hasil yang optimal.
tahun.
6. Persepsi
manfaat
terhadap
penggunaan
kondom
Seluruh informan belum memahami
sepenuhnya manfaat penggunaan kondom
sebagai upaya pencegahan terhadap penularan
HIV/AIDS.
Sebagian
besar
mereka
menganggap manfaat penggunaan kondom
Siti Nurhayati, Prof, Dr. 2009. Metodologi Penelitian
Praktis. Fakultas Ekonomi : Universitas
Pekalongan.
Sugiyono, Prof, Dr. 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung :
Alfabeta.
Wawan A dan Dewi M, 2010. Teori & Pengukuran
Pengetahuan, Sikap dan PErilaku Manusia.
Yogyakarta : Nuha Medika.
hanya untuk mencegah konsepsi/kehamilan.
SARAN
1. Bagi Dinas kesehatan
a. Melakukan penyuluhan mengenai PMS,
dan HIV/AIDS.
b. Screening terhadap WPS jalanan dengan
melakukan zero survey.
c. Menyediakan vasilitas klinik VCT.
2. Bagi para WPSTL
Menghindari perilaku beresiko tertular
HIV/AIDS melalui penggunaan kondom saat
berhubungan seksual.
DAFTAR PUSTAKA
August Burns et.Al.A, 2005. Perempuan dan AIDS.
Yogyakarta : INSIST Press.
Depkes RI, 2006. Stop AIDS saat melayani. Jakarta :
Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI, 2009. Konseling dan Tes HIV Sukarela
(Voluntary Counseling and Testing). Jakarta :
Pusat Promosi Kesehatan Kementrian Kesehatan
RI.
Fitriana Yuliawati Lokollo, 2009. Studi Kasus Perilaku
Wanita Pekerja Seksual Tidak Langsung dalam
Pencegahan IMS, HIV dan AIDS di pub &
karaoke, café, dan Diskotek di Kota Semarang.
Tesis : Universitas Diponegoro.
Herowati, 2004. Pengetahuan dan Perilaku Pekerja
Seks Komersial Terhadap Infeksi Menular
Seksual di Parangkusumo Kretek Bantul. Tesis :
Universitas Gajah Mada
Kartono, K, 2009. Patologi Sosial Jilid 1. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada.
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Penelitian
Nurcholis Arif Budiman, 2008. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan praktik Wanita Pekerja
Seks (WPS) Jalanan dalam Upaya Pencegahan
IMS dan HIV&AIDS di Sekitar Alun-alun dan
Candi Prambanan Kabupaten Klaten. Tesis :
Universitas Diponegoro Semarang.
Pona, La. 1996. Pekerja Seks Jalanan : Potensi
Penularan Penyakit Seksual. Yogya karta :
Universitas Gajah Mada.
Rabudiarti Ratna, 2007. Perilaku Seks Waria dalam
Upaya Pencegahan HIV/AIDS di Kota
Pontianak Kalimantan Barat. Tesis : Universitas
Diponegoro Semarang.
Saryono, S.Kp,M.Kes dan Mekar Dwi Anggraeni,
S.Kep.,Ns.,M.Kes, 2010. Metodologi Penelitian
Kualitatif dalam Bidang Kesehatan.
Download