1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Saat ini sejumlah masalah perselisihan industrial mencuat ke atas permukaan.
Sebagian diantaranya mengganggu operasi perusahaan. Tentu hal ini tidak kita
harapkan dikala ekonomi Indonesia sedang berbenah. Hal ini juga dapat menurunkan
produksi dan produktivitas dari suatu perusahaan.
Dalam dunia usaha, perlu adanya negosiasi antara pengusaha dan pekerja
yang dilandasi oleh persepsi yang sama dan itikad yang baik untuk menumbuhkan
dan memelihara hubungan ketenagakerjaan yang serasi, harmonis dan seimbang.
Pengusaha harus melihat pekerja sebagai mitra (partner). Konsekuensinya maka,
pengusaha harus mengetahui, memahami dan memenuhi hak-hak dari pada
pekerjanya.
Pada kenyataannya, banyak persepsi yang kurang tepat tentang hubungan
ketenagakerjaan antara para pekerja dengan pengusaha/perusahaan, banyak yang
beranggapan bahwa hubungan keduanya adalah berlawanan. Bagi pengusaha ataupun
perusahaan adanya serikat buruh/serikat pekerja akan selalu dicurigai dengan
sederetan tuntutan. Sedangkan bagi pekerja pengusaha hanya akan selalu
mengeksploitasi mereka dengan penuh ketidakadilan. Persepsi ini lah yang selalu
menyulut ketidakharmonisan antara para pekerja dan pengusaha atau pun perusahaan
1
sehingga selalu ada konflik antara keduanya. Padahal sekecil apa pun itu masalahnya
harus diselesaikan, dan hubungan antara keduanya harus dikelola dengan baik.
Karena kedudukan pekerja yang lemah ini maka dibutuhkan adanya wadah
bagi mereka untuk menguatkan diri dalam mempertahankan hak-haknya. Wadah
yang ada saat ini disebut dengan serikat pekerja/serikat buruh. Dalam hal ini wadah
ini bertujuan untuk menyeimbangkan posisi buruh dengan atau perusahaan. Karena
melalui keterwakilan pekerja/buruh di dalam serikat pekerja/serikat buruh diharapkan
aspirasi para pekerja dapat sampai kepada perusahaan. Diharapkan pula wadah ini
dapat berperan dalam peningkatan produksi serta produktivitas. Hal ini merupakan
salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hubungan industrial di
tingkat perusahaan.1
Dengan memperhatikan arah kondisi ketenagakerjaan yang diinginkan
tersebut, kiranya perlu ada suatu perangkat hukum bagi sarana perlindungan dan
kepastian hukum bagi tenaga kerja, terutama bagi mereka yang akan atau sedang
mencari pekerjaan atau akan dan sedang melaksanakan hubungan kerja maupun
setelah berakhirnya hubungan kerja.2
1
Asri Wijayanti, 2009, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Sinar Grafika, Jakarta, h.
77.
2
Djumadi, 1995, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, cet. III, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, h. 5.
2
Pada dasarnya serikat pekerja sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda dan
perjuangan para pekerja/buruh dalam serikat pekerja masih terus berlangsung sampai
dengan saat ini. Dan saat ini keberadaan serikat pekerja lebih terjamin dengan adanya
kepastian hukum dalam Undang-undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat
Pekerja/Buruh.
Fungsi Serikat Pekerja/Buruh selalu dikaitkan dengan hubungan yang
terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang atau jasa yang meliputi
pengusaha, pekerja dan pemerintah. Adapun fungsi dari serikat Pekerja/Buruh seperti
yang tertuang dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang No.21 tahun 2000 ialah:
1. Sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan penyelesaian
perselisihan industrial;
2. Sebagai
wakil
pekerja/buruh
dalam
lembaga
kerja
sama
dibidang
ketenagakerjaan sesuai dengan tingkatannya;
3. Sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan
berkeadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4. Sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan
anggotanya,
5. Sebagai
perencana,
pelaksana
dan
penanggung
jawab
pemogokan
pekerja/buruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
6. Sebagai wakil pekerja/buruh dalam memperjuangkan kepemilikan saham di
perusahaan.
3
Dalam pembuatan perjanjian kerja bersama buruh melakukan negosiasi
dengan perusahaan/pengusaha untuk upah yang layak, jaminan keselamatan kerja,
pembayaran upah lembur serta hak-hak yang diatur dalam Undang-undang No.13
Tahun 2003.
Perjanjian Kerja Bersama merupakan salah satu prasarana penunjang
peningkatan produksi dan produktivitas. Kerap kali karena tidak jelasnya Perjanjian
Kerja Bersama antara pekerja/buruh dengan pengusaha menimbulkan perselisihan.
Hal ini dikarenakan ketidaksamaan persepsi terhadap klausul-klausul yang terdapat
dalam Perjanjian Kerja Bersama atau pun ketidaksanggupan salah satu pihak dalam
memenuhi kewajibannya.
Hakikatnya
produktivitas,
Perjanjian
kesejahteraan
Kerja
serta
Bersama
kestabilisan
bertujuan
untuk
peningkatan
pembangunan.
Peningkatan
produksivitas akan meningkatkan keuntungan dalam pemasukan perusahaan. Dengan
adanya peningkatan keuntungan, diharapkan juga pengingkatan kesejahteraan
terhadap pekerja. Kesejahteraan tidak hanya bagi perusahaan tapi juga bagi semua
pihak.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat hal
tersebut dan menuangkannya dalam skripsi ini dengan judul “Efektifitas Serikat
Pekerja Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kerja Bersama Pada PT. Perkebunan Nusantara
IV”. Untuk memperkecil objek penelitian dalam penulisan skripsi ini, maka harus
4
menggunakan objek penelitian yang khusus dan spesifik. Penelitian ini akan meneliti
efektifitas serikat pekerja dalam pembuatan dan pelaksanaan dan perjanjian kerja
bersama guna mendukung peningkatan produktivitas di PT. Perkebunan Nusantara IV
yang beralamatkan di Jl. Letjend Soeprapto No. 2 Medan, Sumatera Utara.
1.2
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahannya
antara lain :
1. Bagaimana efektivitas Serikat Pekerja dalam pelaksanaan perjanjian kerja
bersama di PT. Perkebunan Nusantara IV?
2. Kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan fungsi serikat pekerja
dalam pelaksanaan perjanjian kerja bersama di PT. Perkebunan
NusantaraIV?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Di dalam suatu tulisan perlu kiranya ditentukan secara tegas mengenai batasan
permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari agar yang dibahas tidak menyimpang dari pokok bahasan, sehingga
terhadap pokok permasalahannya dapat diuraikan secara sistematis yang sekaligus
akan menjadi syarat adanya isi dari penulisan suatu karya ilmiah.
5
Di dalam pembahasan ini ruang lingkupnya akan dibatasi mengenai sejarah
dari Serikat Pekerja, manfaat Serikat Pekerja dalam pembuatan perjanjian kerja, dan
keefektifan Serikat Pekerja dalam pembuatan dan pelaksanaan perjanjian kerja
bersama.
1.4 Tujuan penelitian
a. Tujuan umum
1. Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya pada bidang
penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa.
2. Melatih mahasiswa dalam usaha menyatakan pikiran ilmiah secara
tertulis.
3. Untuk mengetahui peranan serikat pekerja dalam pembuatan dan
pelaksanaan
perjanjian
kerja
bersama
untuk
meningkatkan
produktivitas
b. Tujuan khusus
1. Untuk memahami efektifitas serikat pekerja dalam pembuatan dan
pelaksanaan perjanjian kerja guna mendukung peningkatan dan
produktifitas kerja
2. Untuk memahami faktor pendukung dan faktor penghambat yang
dihadapi serikat pekerja dalam pembuatan dan pelaksanaan perjanjian
kerja guna mendukung produktifitas kerja.
6
3. Untuk memahami segala permasalahan yang di hadapi dalam
pembuatan perjanjian kerja bersama antara pekerja dan pengusaha.
1.5
Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini akan memberikan manfaat dalam ilmu
pengetahuan hukum, melatih untuk membandingkan hal-hal secara teori yang
tertuang di dalam kepustakaan maupun perundang-undangan dengan pelaksanaan
teori di lapangan. Selain itu juga bermanfaat bagi penulis sendiri dalam
mengembangkan pemikiran dan menambah ilmu pengetahuan khususnya tentang
ketenagakerjaan.
b. Manfaat praktis
Secara praktis penulisan skripsi ini, diharapkan bermanfaat sebagai pedoman,
sumber pemikiran maupun saran dalam pembuatan perjanjian kerja bersama serta
penyelesain permasalahan yang timbul bagi para pihak-pihak yang terkait yakni
tenaga kerja dan perusahaan, praktisi hukum serta masyarakat luas.
1.6
Landasan teoritis
Sebelum memulai membahas permasalahan diatas secara lebih mendalam.
Maka dapat diuraikan beberapa teori atau landasan-landasan yang dimungkinkan
untuk menentukan pembahasan permsalahan yang ada dengan adanya landasan teori
7
yang menunjang diharapkan dapat memperkuat, memperjelas dan mendukung untuk
menyelesaikan permasalahan.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh
Pasal 1 angka (6) mendefinisikan pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja
dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain, definisi pekerja/buruh
memiliki pengertian yang sama dengan apa yang disebutkan dalam Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003.
Sedangkan Pengertian Tenaga Kerja menurut Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 Angka (2) adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Pasal 1 Angka (17) yang dimaksud dengan Serikat Pekerja/Serikat Buruh adalah
organisasi yang dibentuk oleh, dari, dan untuk pekerja/ buruh baik di perusahaan
maupun diluar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan
bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan
kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan buruh/pekerja dan
keluarganya.
Sedangkan menurut undang-undang yang lain yaitu Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, definisi Serikat Pekerja/Serikat
Buruh memiliki pengertian yang sama dengan apa yang disebutkan dalam UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Ini menunjukkan bahwa
8
kedua Undang-Undang ini memiliki pemahaman yang sama tentang Serikat
Pekerja/Serikat Buruh. Untuk definisi dari para ahli tidak banyak ditemukan definisi
Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Salah satunya yaitu Pendapat Semaoen dimana Serikat
Pekerja/Serikat Buruh berasal dari kata Vakbond atau Vak Vereeniging yaitu suatu
perkumpulan dalam bidang pekerjaan yang disebabkan karena kesamaan pekerjaan.3
Pengertian Perjanjian berdasarkan Undang-Undang yaitu KUHPerdata tidak
dikenal adanya istilah perjanjian, yang ada hanya perikatan atau verbintenis ( Pasal
1233) dan persetujuan atau overeenkomst (Pasal 1313). Jika menggunakan Pasal 1313
KUH Perdata batasan pengertian perjanjan adalah suatu perbuatan dimana seseorang
atau lebih mengikatkan diri pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu hal.4
Perjanjian Perburuhan menurut Pasal 1601a KUHPerdata adalah perjanjian
dengan mana pihak yang satu, si buruh, mengikatkan dirinya untuk di bawah perintah
pihak yang lain, si majikan, untuk sesuatu waktu tertentu, melakukan pekerjaan
dengan menerima upah.5
Selanjutnya, Rahmad berpendapat bahwa perjanjian kerja ialah suatu
perjanjian dimana seseorang mengikatkan diri untuk bekerja pada orang lain dengan
3
Semaon, 2000, Penuntun Kaum Buruh, Jendela, Yogyakarta, hal. 33.
4
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, 1992, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(Terjemahan), Pradnya Paramita, Jakarta, h. 338.
5
Ibid, h. 391.
9
menerima imbalan berupa upah sesuai dengan syarat-syarat yang dijanjikan atau
disetujui bersama.6
Prinsip yang menonjol dalam perjanjian kerja adalah adanya keterikatan
seseorang (pekerja/buruh) kepada orang lain (pengusaha) untuk bekerja dibawah
perintah dengan menerima upah, jadi bila seseorang telah mengikatkan diri dalam
suatu perjanjian kerja, berarti dia secara pribadi otomatis harus bersedia bekerja
dibawah perintah orang lain. Hal ini yang disebutkan ahli hukum sebagai hubungan
diperatas (dienstverhoeding).
Setelah mendapat pengertian mengenai Perjanjian kerja
maka Perjanjian
Kerja Bersama memiliki pengertiannya sendiri pula. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada Pasal 1 Angka (21)
menyebutkan definisi Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan
hasil perundingan antara Serikat Pekerja/Serikat Buruh atau beberapa Serikat Pekerja/
Serikat Buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab dibidang
ketenangakerjaan dengan pengusaha atau beberapa pengusaha atau perkumpulan
pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak.
Sedangkan pengertian lainnya yaitu menurut Pedoman Penyuluhan Kesepakatan
Kerja Bersama (Depnaker RI, 1996/1997:2) ialah Perjanjian yang diselenggarakan
oleh Serikat Pekerja atau serikat-serikat pekerja yang terdaftar pada Departemen
tenaga Kerja dengan Pengusaha-Pengusaha, perkumpulan pengusaha berbadan
6
Abdul Khakim, 2007, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Ed.Revisi, PT.Citra
Aditya Bakti, Bandung, h. 27.
10
hukum yang pada umumnya atau semata-mata memuat syarat-syarat yang harus
diperhatikan dalam perjanjian kerja. Namun yang menjadi acuan buku-buku pada saat
ini mencantumkan definisi Perjanjian Kerja Bersama sesuai yang disebutkan pada
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
Produksi adalah segala kegiatan untuk menciptakan atau menambah guna atas
sesuatu benda, atau segala kegiatan yang ditujukan untuk memuaskan orang lain
melewati pertukaran.
Dari studi Literatur diketahui Produktivitas adalah ukuran efisiensi dengan
mana modal,material, peralatan (teknologi), manajemen, sumber daya manusia
informasi dan waktu yang digunakan dengan tujuan memproduksi barang dan jasa
secara ekonomis.7
1.7
Hipotesis
“Hipotesis berasal dari kata hypo dan tesis. Jadi hipotesis adalah pernyataaan
yang masih lemah, maka perlu dibuktikan untuk menegaskan apakah hipotesis
diterima atau ditolak.”8 Adapun hipotesis dalam penulisan skripsi ini, ialah :
1. Peranan serikat pekerja dalam pembuatan dan pelaksanaan perjanjian
kerja bersama guna mendukung peningkatan produktivitas kerja
7
Lembaga Sarana Informasi Usaha dan Produktivitas, 1985, Produktivitas dan Manajemen,
Jakarta, h.19.
8
Amiruddin dan Zainal Asikin, 2003, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo,
Jakarta, h. 20.
11
2. Kendala-kendala yang dihadapi oleh PT. Perkebunan Nusantara IV
dalam peningkatan produktifitas baik faktor penghambat maupun
faktor pendukungnya.
1.8
Metode penelitian
Dalam setiap penulisan karya tulis ilmiah yang baik dan bersifat ilmiah, harus
menggunakan metode tertentu dalam penulisannya yang maksudnya agar karya tulis
tersebut dapat memenuhi syarat-syarat dari suatu karya ilmiah yang intinya dapat
dipertanggungjawabkan. “Kata metode berasal dari “meta” yang artinya menuju,
melalui, sesudah, mengikuti. Dan “thodos” yang artinya cara, jalan, atau arah.”9
“Penelitian (research) berarti pencarian kembali. Pencarian yang dimaksud adalah
pencarian terhadap pengetahuan yang benar (ilmiah), karena hasil dari pencarian ini
akan dipakai untuk menjawab permasalah tertentu.”10
Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh untu proses pencarian
terhadap pengetahuan yang benar (ilmiah) yang nantinya dapat digunakan dalam
menjawab permasalahan tertentu.
Sedangkan metode penelitian yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah
metode
penelitian
hukum.
“Berdasarkan
pandangan
dan
pengertian
yang
dikemukakan oleh para penulis tersebut dapat dikemukakan bahwa penelitian hukum
9
Lasiyo dan Yuwono, 1984, Pengantar Ilmu Filsafat, Edisi Pertama, Liberty, Yogyakarta, h.
16.
10
Oemar Hamalik, 2001, Proes Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, h. 12.
12
adalah proses untuk menukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrindoktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.”11
1. Jenis penelitian
Dalam penelitian hukum, dibagi atas 2, yaitu:
1. Penelitian hukum secara normatif
2. Penelitian hukum secara empiris
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini
menggunakan penelitian hukum empiris dimana data-data yang diperoleh berasal dari
fakta-fakta yang terjadi dalam masyarakat/ lapangan.
Berdasarkan sifatnya penelitian empiris dibagi 3:
1. Penelitian yang bersifat eksploratif (penjajakan atau penjelajahan)
Peneliatian ini bertujuan untuk memperdalam pengetahuan mengenai
suatu gejala tertentu atau untuk mendapatkan ide-ide baru mengenai suatu
gejala itu. Penelitian ini, umumnya dilakukan terhadap pengetahuan yang
masih baru; belum banyak informasi mengenai masalah yang akan diteliti,
atau bahkan belum sama sekali.
2. Penelitian yang bersifat deskriptif
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat
suatu individu , keadaan gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk
11
Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h. 35.
13
menentukan penyebaran suatu gejala, atau menentukan ada tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyrakat.
3. Penelitian yang bersifat eksplanatif (menerangkan)
Penelitian ini bertujuan menguji hipotesis tentang ada tidaknya hubungan
sebab akibat antara berbagai variabel yang diteliti. Penelitian tersebut baru
dapat dilakukan apabila informasi tentang masalah yang diteliti sudah
cukup banyak.
Sifat penelitian yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini mengacu pada
penelitian yang bersifat deskriptif yakni untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat
suatu individu, keadaan gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan
penyebaran suatu gejala , atau menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala
dengan gejala lain dalam masyrakat. Gejala yang dimaksud ialah adanya kesenjangan
antara peraturan perundang-undangan tentang serikat pekerja dalam pembuatan dan
pelaksanaan perjanjian kerja bersama guna mendukung peningkatan produktivitas
sejauh mana efektifitasnya.
2. Jenis pendekatan
Adapun jenis pendekatan dalam penulisan penelitian hukum, yakni:
1. Pendekatan kasus ( The Case Approach)
2. Pendekatan perundang-undangan (The Statue Approach)
3. Pendekatan fakta (The Fact Approach)
4.Pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitical and Conseptual Approach)
14
5. Pendekatan Frasa (Word and Pharase Approach)
6. Pendekatan Sejarah (Historical Approach)
7. Pendekatan Perbandingan (Comparative Approach)
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian skripsi ini mengunakan
pendekatan perundang-undangan yang dalam hal ini yang menjadi undang pokok
perundang-undangan yakni Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat
Pekerja/Serikat Buruh, Undang-undang ketenagakerjaan nomor 13 tahun 2003, dan
Pedoman Penyuluhan Kesepakatan Kerja Bersama (Depnaker RI, 1996/1997:2).
Pendekatan lain yang digunakan dalam penelitian skripsi ini mengunakan
pendekatan fakta ( The Fact Approach), dikarenakan
pengumpulan, analisa
menggunakan fakta-fakta yang nyata dilapangan yakni dari PT. Perkebunan
Nusantara IV.
3. Sumber bahan hukum/ data
Sumber data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini diperoleh
melalui dua sumber, yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang bersumber dari penelitian lapangan yaitu
suatu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama dilapangan yaitu
berupa dokumen-dokumen dan juga hasil wawancara baik responden maupun
informan. Penelitian langsung di PT. Perkebunan Nusantara IV.
15
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah suatu data yang bersumber dari kepusatakaan/
bersumber dari bahan hukum:12
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum primer dalam penelitian skripsi ini antara lain peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan ketenagakerjaan antara lain
Undang-Undang Dasar 1945, Kitab Undang-undang Hukum Perdata,
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat
Buruh
dan
Undang-undang
nomor
13
tahun
2003
tentang
Ketenagakerjaan.
b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder dalam penelitian skirpsi ini antara lain yakni
literature maupun artikel-artikel hukum ketenagakerjaan yang dimuat
dimedia cetak maupun elektronik.
c. Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier antara lain yakni kamus hukum, maupun bahanbahan yang diambil dari internet.
d. Teknik pengumpulan bahan hukum/data
Metode/teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data sekunder
ini adalah dengan cara :
12
Ronny Hannitijo Soemitro, 1982, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Ghalia Indonesia,
Semarang, (selanjutnya disingkat Ronny Hannitjo Soemitro I), h. 24.
16
1. Studi dokumen.
Yakni bahwa dalam penelitian ini akan dikumpulkan data-data
kepustakaan yang dilakukan dengan cara membaca dan memahami,
selanjutnya dilakukan pencatatan dengan mengutip teori dan penjelasan
yang penting dari bahan bacaan yang relevan dengan pokok permasalahan
dalam penelitian ini.
2. Wawancara (interview)
Wawancara merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mengumpulkan
data guna mencari informasi dengan cara mengadakan suatu percakapan
atau tanya jawab secara lisan dengan informan maupun informan.
3. Studi kepustakaan “(library research)
Yaitu dengan cara melakukan analisis terhadap bahan-bahan pustaka,
perundang-undangan, data atau dokumen-dokumen dari lembaga terkait
dan data dari media massa baik cetak maupun elektronik dengan mencari
konsep-konsep, teori-teori, pendapat-pendapat, yang berkaitan erat dengan
pokok permasalahan”.13
e. Teknik pengolahan dan analisis bahan hukum/data
Pengolahan data merupakan bagian yang amat penting karena dengan
pengolahan, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam
13
Rony Hanitijo Soemitro, 1988, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia
Indonesia, Jakarta, (selanjutnya disingkat Ronny Hannitjo Soemitro II), h. 35.
17
memecahkan masalah penelitian. Pengolahan data secara sederhana diartikan sebagai
proses mengartikan data-data lapangan sesuai dengan tujuan, rancangan, dan sifat
penelitian. Data yang sudah dikumpulkan, kemudian diolah secara kualitatif. Adapun
maksud dari kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis, serta menonjolkan proses dan makna.
Data yang sudah diolah kemudian dianalisa secara deskriptif kualitatif.
Analisa data adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta
menyingkat data sehingga mudah untuk dibaca. Secara deskripsi kualitatif artinya
menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis,
tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga memudahkan pemahaman dan interpretasi
data.
18
Download