BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini sejumlah masalah perselisihan industrial mencuat ke atas permukaan. Sebagian diantaranya mengganggu operasi perusahaan. Tentu hal ini tidak kita harapkan dikala ekonomi Indonesia sedang berbenah. Hal ini juga dapat menurunkan produksi dan produktivitas dari suatu perusahaan. Dalam dunia usaha, perlu adanya negosiasi antara pengusaha dan pekerja yang dilandasi oleh persepsi yang sama dan itikad yang baik untuk menumbuhkan dan memelihara hubungan ketenagakerjaan yang serasi, harmonis dan seimbang. Pengusaha harus melihat pekerja sebagai mitra (partner). Konsekuensinya maka, pengusaha harus mengetahui, memahami dan memenuhi hak-hak dari pada pekerjanya. Pada kenyataannya, banyak persepsi yang kurang tepat tentang hubungan ketenagakerjaan antara para pekerja dengan pengusaha/perusahaan, banyak yang beranggapan bahwa hubungan keduanya adalah berlawanan. Bagi pengusaha ataupun perusahaan adanya serikat buruh/serikat pekerja akan selalu dicurigai dengan sederetan tuntutan. Sedangkan bagi pekerja pengusaha hanya akan selalu mengeksploitasi mereka dengan penuh ketidakadilan. Persepsi ini lah yang selalu menyulut ketidakharmonisan antara para pekerja dan pengusaha atau pun perusahaan 1 sehingga selalu ada konflik antara keduanya. Padahal sekecil apa pun itu masalahnya harus diselesaikan, dan hubungan antara keduanya harus dikelola dengan baik. Karena kedudukan pekerja yang lemah ini maka dibutuhkan adanya wadah bagi mereka untuk menguatkan diri dalam mempertahankan hak-haknya. Wadah yang ada saat ini disebut dengan serikat pekerja/serikat buruh. Dalam hal ini wadah ini bertujuan untuk menyeimbangkan posisi buruh dengan atau perusahaan. Karena melalui keterwakilan pekerja/buruh di dalam serikat pekerja/serikat buruh diharapkan aspirasi para pekerja dapat sampai kepada perusahaan. Diharapkan pula wadah ini dapat berperan dalam peningkatan produksi serta produktivitas. Hal ini merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hubungan industrial di tingkat perusahaan.1 Dengan memperhatikan arah kondisi ketenagakerjaan yang diinginkan tersebut, kiranya perlu ada suatu perangkat hukum bagi sarana perlindungan dan kepastian hukum bagi tenaga kerja, terutama bagi mereka yang akan atau sedang mencari pekerjaan atau akan dan sedang melaksanakan hubungan kerja maupun setelah berakhirnya hubungan kerja.2 1 Asri Wijayanti, 2009, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Sinar Grafika, Jakarta, h. 77. 2 Djumadi, 1995, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, cet. III, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 5. 2 Pada dasarnya serikat pekerja sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda dan perjuangan para pekerja/buruh dalam serikat pekerja masih terus berlangsung sampai dengan saat ini. Dan saat ini keberadaan serikat pekerja lebih terjamin dengan adanya kepastian hukum dalam Undang-undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Buruh. Fungsi Serikat Pekerja/Buruh selalu dikaitkan dengan hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang atau jasa yang meliputi pengusaha, pekerja dan pemerintah. Adapun fungsi dari serikat Pekerja/Buruh seperti yang tertuang dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang No.21 tahun 2000 ialah: 1. Sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan penyelesaian perselisihan industrial; 2. Sebagai wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerja sama dibidang ketenagakerjaan sesuai dengan tingkatannya; 3. Sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 4. Sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya, 5. Sebagai perencana, pelaksana dan penanggung jawab pemogokan pekerja/buruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 6. Sebagai wakil pekerja/buruh dalam memperjuangkan kepemilikan saham di perusahaan. 3 Dalam pembuatan perjanjian kerja bersama buruh melakukan negosiasi dengan perusahaan/pengusaha untuk upah yang layak, jaminan keselamatan kerja, pembayaran upah lembur serta hak-hak yang diatur dalam Undang-undang No.13 Tahun 2003. Perjanjian Kerja Bersama merupakan salah satu prasarana penunjang peningkatan produksi dan produktivitas. Kerap kali karena tidak jelasnya Perjanjian Kerja Bersama antara pekerja/buruh dengan pengusaha menimbulkan perselisihan. Hal ini dikarenakan ketidaksamaan persepsi terhadap klausul-klausul yang terdapat dalam Perjanjian Kerja Bersama atau pun ketidaksanggupan salah satu pihak dalam memenuhi kewajibannya. Hakikatnya produktivitas, Perjanjian kesejahteraan Kerja serta Bersama kestabilisan bertujuan untuk peningkatan pembangunan. Peningkatan produksivitas akan meningkatkan keuntungan dalam pemasukan perusahaan. Dengan adanya peningkatan keuntungan, diharapkan juga pengingkatan kesejahteraan terhadap pekerja. Kesejahteraan tidak hanya bagi perusahaan tapi juga bagi semua pihak. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat hal tersebut dan menuangkannya dalam skripsi ini dengan judul “Efektifitas Serikat Pekerja Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kerja Bersama Pada PT. Perkebunan Nusantara IV”. Untuk memperkecil objek penelitian dalam penulisan skripsi ini, maka harus 4 menggunakan objek penelitian yang khusus dan spesifik. Penelitian ini akan meneliti efektifitas serikat pekerja dalam pembuatan dan pelaksanaan dan perjanjian kerja bersama guna mendukung peningkatan produktivitas di PT. Perkebunan Nusantara IV yang beralamatkan di Jl. Letjend Soeprapto No. 2 Medan, Sumatera Utara. 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahannya antara lain : 1. Bagaimana efektivitas Serikat Pekerja dalam pelaksanaan perjanjian kerja bersama di PT. Perkebunan Nusantara IV? 2. Kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan fungsi serikat pekerja dalam pelaksanaan perjanjian kerja bersama di PT. Perkebunan NusantaraIV? 1.3 Ruang Lingkup Masalah Di dalam suatu tulisan perlu kiranya ditentukan secara tegas mengenai batasan permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari agar yang dibahas tidak menyimpang dari pokok bahasan, sehingga terhadap pokok permasalahannya dapat diuraikan secara sistematis yang sekaligus akan menjadi syarat adanya isi dari penulisan suatu karya ilmiah. 5 Di dalam pembahasan ini ruang lingkupnya akan dibatasi mengenai sejarah dari Serikat Pekerja, manfaat Serikat Pekerja dalam pembuatan perjanjian kerja, dan keefektifan Serikat Pekerja dalam pembuatan dan pelaksanaan perjanjian kerja bersama. 1.4 Tujuan penelitian a. Tujuan umum 1. Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya pada bidang penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa. 2. Melatih mahasiswa dalam usaha menyatakan pikiran ilmiah secara tertulis. 3. Untuk mengetahui peranan serikat pekerja dalam pembuatan dan pelaksanaan perjanjian kerja bersama untuk meningkatkan produktivitas b. Tujuan khusus 1. Untuk memahami efektifitas serikat pekerja dalam pembuatan dan pelaksanaan perjanjian kerja guna mendukung peningkatan dan produktifitas kerja 2. Untuk memahami faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi serikat pekerja dalam pembuatan dan pelaksanaan perjanjian kerja guna mendukung produktifitas kerja. 6 3. Untuk memahami segala permasalahan yang di hadapi dalam pembuatan perjanjian kerja bersama antara pekerja dan pengusaha. 1.5 Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini akan memberikan manfaat dalam ilmu pengetahuan hukum, melatih untuk membandingkan hal-hal secara teori yang tertuang di dalam kepustakaan maupun perundang-undangan dengan pelaksanaan teori di lapangan. Selain itu juga bermanfaat bagi penulis sendiri dalam mengembangkan pemikiran dan menambah ilmu pengetahuan khususnya tentang ketenagakerjaan. b. Manfaat praktis Secara praktis penulisan skripsi ini, diharapkan bermanfaat sebagai pedoman, sumber pemikiran maupun saran dalam pembuatan perjanjian kerja bersama serta penyelesain permasalahan yang timbul bagi para pihak-pihak yang terkait yakni tenaga kerja dan perusahaan, praktisi hukum serta masyarakat luas. 1.6 Landasan teoritis Sebelum memulai membahas permasalahan diatas secara lebih mendalam. Maka dapat diuraikan beberapa teori atau landasan-landasan yang dimungkinkan untuk menentukan pembahasan permsalahan yang ada dengan adanya landasan teori 7 yang menunjang diharapkan dapat memperkuat, memperjelas dan mendukung untuk menyelesaikan permasalahan. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh Pasal 1 angka (6) mendefinisikan pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain, definisi pekerja/buruh memiliki pengertian yang sama dengan apa yang disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Sedangkan Pengertian Tenaga Kerja menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 Angka (2) adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 Angka (17) yang dimaksud dengan Serikat Pekerja/Serikat Buruh adalah organisasi yang dibentuk oleh, dari, dan untuk pekerja/ buruh baik di perusahaan maupun diluar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan buruh/pekerja dan keluarganya. Sedangkan menurut undang-undang yang lain yaitu Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, definisi Serikat Pekerja/Serikat Buruh memiliki pengertian yang sama dengan apa yang disebutkan dalam UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Ini menunjukkan bahwa 8 kedua Undang-Undang ini memiliki pemahaman yang sama tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Untuk definisi dari para ahli tidak banyak ditemukan definisi Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Salah satunya yaitu Pendapat Semaoen dimana Serikat Pekerja/Serikat Buruh berasal dari kata Vakbond atau Vak Vereeniging yaitu suatu perkumpulan dalam bidang pekerjaan yang disebabkan karena kesamaan pekerjaan.3 Pengertian Perjanjian berdasarkan Undang-Undang yaitu KUHPerdata tidak dikenal adanya istilah perjanjian, yang ada hanya perikatan atau verbintenis ( Pasal 1233) dan persetujuan atau overeenkomst (Pasal 1313). Jika menggunakan Pasal 1313 KUH Perdata batasan pengertian perjanjan adalah suatu perbuatan dimana seseorang atau lebih mengikatkan diri pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu hal.4 Perjanjian Perburuhan menurut Pasal 1601a KUHPerdata adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu, si buruh, mengikatkan dirinya untuk di bawah perintah pihak yang lain, si majikan, untuk sesuatu waktu tertentu, melakukan pekerjaan dengan menerima upah.5 Selanjutnya, Rahmad berpendapat bahwa perjanjian kerja ialah suatu perjanjian dimana seseorang mengikatkan diri untuk bekerja pada orang lain dengan 3 Semaon, 2000, Penuntun Kaum Buruh, Jendela, Yogyakarta, hal. 33. 4 R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, 1992, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Terjemahan), Pradnya Paramita, Jakarta, h. 338. 5 Ibid, h. 391. 9 menerima imbalan berupa upah sesuai dengan syarat-syarat yang dijanjikan atau disetujui bersama.6 Prinsip yang menonjol dalam perjanjian kerja adalah adanya keterikatan seseorang (pekerja/buruh) kepada orang lain (pengusaha) untuk bekerja dibawah perintah dengan menerima upah, jadi bila seseorang telah mengikatkan diri dalam suatu perjanjian kerja, berarti dia secara pribadi otomatis harus bersedia bekerja dibawah perintah orang lain. Hal ini yang disebutkan ahli hukum sebagai hubungan diperatas (dienstverhoeding). Setelah mendapat pengertian mengenai Perjanjian kerja maka Perjanjian Kerja Bersama memiliki pengertiannya sendiri pula. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada Pasal 1 Angka (21) menyebutkan definisi Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara Serikat Pekerja/Serikat Buruh atau beberapa Serikat Pekerja/ Serikat Buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenangakerjaan dengan pengusaha atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak. Sedangkan pengertian lainnya yaitu menurut Pedoman Penyuluhan Kesepakatan Kerja Bersama (Depnaker RI, 1996/1997:2) ialah Perjanjian yang diselenggarakan oleh Serikat Pekerja atau serikat-serikat pekerja yang terdaftar pada Departemen tenaga Kerja dengan Pengusaha-Pengusaha, perkumpulan pengusaha berbadan 6 Abdul Khakim, 2007, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Ed.Revisi, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 27. 10 hukum yang pada umumnya atau semata-mata memuat syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam perjanjian kerja. Namun yang menjadi acuan buku-buku pada saat ini mencantumkan definisi Perjanjian Kerja Bersama sesuai yang disebutkan pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Produksi adalah segala kegiatan untuk menciptakan atau menambah guna atas sesuatu benda, atau segala kegiatan yang ditujukan untuk memuaskan orang lain melewati pertukaran. Dari studi Literatur diketahui Produktivitas adalah ukuran efisiensi dengan mana modal,material, peralatan (teknologi), manajemen, sumber daya manusia informasi dan waktu yang digunakan dengan tujuan memproduksi barang dan jasa secara ekonomis.7 1.7 Hipotesis “Hipotesis berasal dari kata hypo dan tesis. Jadi hipotesis adalah pernyataaan yang masih lemah, maka perlu dibuktikan untuk menegaskan apakah hipotesis diterima atau ditolak.”8 Adapun hipotesis dalam penulisan skripsi ini, ialah : 1. Peranan serikat pekerja dalam pembuatan dan pelaksanaan perjanjian kerja bersama guna mendukung peningkatan produktivitas kerja 7 Lembaga Sarana Informasi Usaha dan Produktivitas, 1985, Produktivitas dan Manajemen, Jakarta, h.19. 8 Amiruddin dan Zainal Asikin, 2003, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo, Jakarta, h. 20. 11 2. Kendala-kendala yang dihadapi oleh PT. Perkebunan Nusantara IV dalam peningkatan produktifitas baik faktor penghambat maupun faktor pendukungnya. 1.8 Metode penelitian Dalam setiap penulisan karya tulis ilmiah yang baik dan bersifat ilmiah, harus menggunakan metode tertentu dalam penulisannya yang maksudnya agar karya tulis tersebut dapat memenuhi syarat-syarat dari suatu karya ilmiah yang intinya dapat dipertanggungjawabkan. “Kata metode berasal dari “meta” yang artinya menuju, melalui, sesudah, mengikuti. Dan “thodos” yang artinya cara, jalan, atau arah.”9 “Penelitian (research) berarti pencarian kembali. Pencarian yang dimaksud adalah pencarian terhadap pengetahuan yang benar (ilmiah), karena hasil dari pencarian ini akan dipakai untuk menjawab permasalah tertentu.”10 Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh untu proses pencarian terhadap pengetahuan yang benar (ilmiah) yang nantinya dapat digunakan dalam menjawab permasalahan tertentu. Sedangkan metode penelitian yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum. “Berdasarkan pandangan dan pengertian yang dikemukakan oleh para penulis tersebut dapat dikemukakan bahwa penelitian hukum 9 Lasiyo dan Yuwono, 1984, Pengantar Ilmu Filsafat, Edisi Pertama, Liberty, Yogyakarta, h. 16. 10 Oemar Hamalik, 2001, Proes Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, h. 12. 12 adalah proses untuk menukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrindoktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.”11 1. Jenis penelitian Dalam penelitian hukum, dibagi atas 2, yaitu: 1. Penelitian hukum secara normatif 2. Penelitian hukum secara empiris Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini menggunakan penelitian hukum empiris dimana data-data yang diperoleh berasal dari fakta-fakta yang terjadi dalam masyarakat/ lapangan. Berdasarkan sifatnya penelitian empiris dibagi 3: 1. Penelitian yang bersifat eksploratif (penjajakan atau penjelajahan) Peneliatian ini bertujuan untuk memperdalam pengetahuan mengenai suatu gejala tertentu atau untuk mendapatkan ide-ide baru mengenai suatu gejala itu. Penelitian ini, umumnya dilakukan terhadap pengetahuan yang masih baru; belum banyak informasi mengenai masalah yang akan diteliti, atau bahkan belum sama sekali. 2. Penelitian yang bersifat deskriptif Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu , keadaan gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk 11 Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h. 35. 13 menentukan penyebaran suatu gejala, atau menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyrakat. 3. Penelitian yang bersifat eksplanatif (menerangkan) Penelitian ini bertujuan menguji hipotesis tentang ada tidaknya hubungan sebab akibat antara berbagai variabel yang diteliti. Penelitian tersebut baru dapat dilakukan apabila informasi tentang masalah yang diteliti sudah cukup banyak. Sifat penelitian yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini mengacu pada penelitian yang bersifat deskriptif yakni untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala , atau menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyrakat. Gejala yang dimaksud ialah adanya kesenjangan antara peraturan perundang-undangan tentang serikat pekerja dalam pembuatan dan pelaksanaan perjanjian kerja bersama guna mendukung peningkatan produktivitas sejauh mana efektifitasnya. 2. Jenis pendekatan Adapun jenis pendekatan dalam penulisan penelitian hukum, yakni: 1. Pendekatan kasus ( The Case Approach) 2. Pendekatan perundang-undangan (The Statue Approach) 3. Pendekatan fakta (The Fact Approach) 4.Pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitical and Conseptual Approach) 14 5. Pendekatan Frasa (Word and Pharase Approach) 6. Pendekatan Sejarah (Historical Approach) 7. Pendekatan Perbandingan (Comparative Approach) Pendekatan yang digunakan dalam penelitian skripsi ini mengunakan pendekatan perundang-undangan yang dalam hal ini yang menjadi undang pokok perundang-undangan yakni Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, Undang-undang ketenagakerjaan nomor 13 tahun 2003, dan Pedoman Penyuluhan Kesepakatan Kerja Bersama (Depnaker RI, 1996/1997:2). Pendekatan lain yang digunakan dalam penelitian skripsi ini mengunakan pendekatan fakta ( The Fact Approach), dikarenakan pengumpulan, analisa menggunakan fakta-fakta yang nyata dilapangan yakni dari PT. Perkebunan Nusantara IV. 3. Sumber bahan hukum/ data Sumber data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini diperoleh melalui dua sumber, yaitu : 1. Data Primer Data primer adalah data yang bersumber dari penelitian lapangan yaitu suatu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama dilapangan yaitu berupa dokumen-dokumen dan juga hasil wawancara baik responden maupun informan. Penelitian langsung di PT. Perkebunan Nusantara IV. 15 2. Data Sekunder Data sekunder adalah suatu data yang bersumber dari kepusatakaan/ bersumber dari bahan hukum:12 a. Bahan hukum primer Bahan hukum primer dalam penelitian skripsi ini antara lain peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan ketenagakerjaan antara lain Undang-Undang Dasar 1945, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan Undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. b. Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder dalam penelitian skirpsi ini antara lain yakni literature maupun artikel-artikel hukum ketenagakerjaan yang dimuat dimedia cetak maupun elektronik. c. Bahan hukum tersier Bahan hukum tersier antara lain yakni kamus hukum, maupun bahanbahan yang diambil dari internet. d. Teknik pengumpulan bahan hukum/data Metode/teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data sekunder ini adalah dengan cara : 12 Ronny Hannitijo Soemitro, 1982, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Ghalia Indonesia, Semarang, (selanjutnya disingkat Ronny Hannitjo Soemitro I), h. 24. 16 1. Studi dokumen. Yakni bahwa dalam penelitian ini akan dikumpulkan data-data kepustakaan yang dilakukan dengan cara membaca dan memahami, selanjutnya dilakukan pencatatan dengan mengutip teori dan penjelasan yang penting dari bahan bacaan yang relevan dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini. 2. Wawancara (interview) Wawancara merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data guna mencari informasi dengan cara mengadakan suatu percakapan atau tanya jawab secara lisan dengan informan maupun informan. 3. Studi kepustakaan “(library research) Yaitu dengan cara melakukan analisis terhadap bahan-bahan pustaka, perundang-undangan, data atau dokumen-dokumen dari lembaga terkait dan data dari media massa baik cetak maupun elektronik dengan mencari konsep-konsep, teori-teori, pendapat-pendapat, yang berkaitan erat dengan pokok permasalahan”.13 e. Teknik pengolahan dan analisis bahan hukum/data Pengolahan data merupakan bagian yang amat penting karena dengan pengolahan, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam 13 Rony Hanitijo Soemitro, 1988, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, (selanjutnya disingkat Ronny Hannitjo Soemitro II), h. 35. 17 memecahkan masalah penelitian. Pengolahan data secara sederhana diartikan sebagai proses mengartikan data-data lapangan sesuai dengan tujuan, rancangan, dan sifat penelitian. Data yang sudah dikumpulkan, kemudian diolah secara kualitatif. Adapun maksud dari kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis, serta menonjolkan proses dan makna. Data yang sudah diolah kemudian dianalisa secara deskriptif kualitatif. Analisa data adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkat data sehingga mudah untuk dibaca. Secara deskripsi kualitatif artinya menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga memudahkan pemahaman dan interpretasi data. 18