BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka A.1. Teori Kontinjensi Pendekatan Kontijensi berkembang pesat dalam bidang akuntansi manajemen (Otley, 1980). Pada dasarnya teori kontinjensi muncul sebagai bagian yang sangat mendasar karena berbagai studi dilakukan untuk mencari sifat kontinjensi dalam akuntansi (Albernathy dan Lillis, 1995). Beberapa studi yang berkaitan dengan akuntansi manajemen mengklaim bahwa teori kontinjensi merupakan sebuah paradigma yang sangat dominan (Cadez dan Guilding, 2008; Dent, 1990; Fisher, 1995). Pendekatan kontinjensi dalam akuntansi manajemen pada awalnya didasarkan pada premis bahwa tidak ada sistem akuntansi yang berlaku universal dan diterapkan untuk semua organisasi dalam semua kondisi (Otley, 1980). Oleh karena itu, model yang tepat pada sebuah sistem akuntansi sangat tergantung pada kondisi organisasi itu sendiri (Otley, 1980). Adanya perkembangan sistem akuntansi mengakibatkan terjadi juga perkembangan dalam pendekatan kontinjensi. 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 9 Proposisi utama dari teori kontinjensi adalah bahwa teori kontinjensi menilai kinerja perusahaan akan sangat tergantung kepada kecocokan antara faktor-faktor kontekstual sebuah organisasi (Cadez dan Guilding, 2008). Esensi dasar teori kontinjensi juga mengatakan bahwa organisasi harus beradaptasi dengan struktur kontinjensinya seperti lingkungan, ukuran organisasi dan strategi bisnis bila organisasi dijalankan dengan baik (Gardin dan Greve, 2008). Chenhall (2003; 2007) kemudian melakukan meta-analysis terhadap berbagai riset yang telah dilakukan dan menemukan bahwa faktor-faktor kontekstual sangat berpengaruh dalam mendesain sebuah sistem pengendalian manajemen. Faktor-faktor tersebut adalah lingkungan, teknologi, struktur organisasi, ukuran organisasi, strategi, dan budaya organisasi. Faktor-faktor tersebut dikenal sebagai variabel kontekstual organisasi yang didasarkan atas pendekatan kontinjensi. Faktor-faktor ini juga yang dapat mempengaruhi kinerja sebuah organisasi. Strategi organisasi sebagai faktor kontekstual dalam organisasi masih dianggap baru dalam pendekatan kontinjensi (Gong dan Tse, 2009). Pengimplemtasian strategi organisasi juga membutuhkan seorang manajer untuk menilai faktor-faktor kontekstual lain agar dapat mencapai tujuan organisasi yang diinginkan (Chenhall, 2007). Henri (2006) juga menunjukkan bahwa kapabilitas perusahaan adalah sebuah strategi yang dapat membawa perusahaan menuju kepada keunggulan bersaing yang juga berdampak pada kinerja. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 Sistem pengendalian manajemen dalam sebuah organisasi merupakan hal penting yang perlu diperhatikan. Kegagalan dalam menerapkan sistem pengendalian manajemen akan berdampak pada kegagalan organisasi yang pada akhir memberikan akibat yang fatal misalnya kerugian finansial, hilangnya reputasi perusahaan, dan berakhir pada kegagalan organisasi (Merchant dan van der Stede, 2007). Keterkaitan antara SPM, strategi (kapabilitas perusahaan), dan kinerja perusahaan sangat tepat dijelaskan oleh pendekatan/teori kontinjensi. Dengan demikian, teori kontinjensi menjadi dasar dalam menjelaskan hubungan variabelvariabel tersebut yang digunakan dalam penelitian ini. A.2. Levers of Control Sistem pengendalian manajemen adalah informasi berbasis rutinitas formal dan prosedur yang digunakan oleh manajer untuk memelihara atau mengubah pola dalam kegiatan organisasi. Pengetahuan adalah kekuatan, terutama ketika digunakan untuk memonitor dan mengubah perilaku dalam upaya untuk membawa hasil yang diinginkan (Simon, 1995). Simons (2000) menyatakan bahwa kerangka Levers of Control (LOC) dibutuhkan untuk memberikan pengendalian lingkungan yang efektif. Dalam kerangka Levers of Control (LOC), terdapat empat sistem pengendalian yang dibutuhkan bekerja sama untuk memberikan pengendalian lingkungan yang efektif http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 tersebut. Lever of Control (LOC) menjelaskan bahwa empat sistem pengendalian – belief system, boundary system, sistem pengendalian diagnostik, dan sistem pengendalian interaktif bekerja sama untuk memberi manfaat kepada perusahaan. Kerangka LOC tersebut digunakan untuk mengeksplorasi bagaimana manajer berusaha untuk menyeimbangkan pengendalian dan penggunaan sistem pengendalian manajemen untuk menghasilkan ketegangan dinamis yang berkontribusi pada kapabilitas organisasi (Simon, 2000). Kerangka LOC menegaskan bahwa ketidakpastian strategi serta risiko, mendorong pilihan dan penggunaan sistem pengendalian manajemen, dan berpengaruh pada organisasi yaitu dengan pembelajaran dan penggunaan secara efisien pada perhatian manajemen (Simons, 2000). 1) Belief system Belief system mengkomunikasikan nilai-nilai inti untuk memberikan inspirasi dan memotivasi karyawan untuk mencari, mengeksplorasi, menciptakan dan melakukan usaha yang terkait dengan tindakan yang tepat. Sistem ini pada dasarnya dalam pengimplementasian strategi berkaitan dengan strategi sebagai perspektif (Simons, 1995; 2000). Belief system merupakan nilai-nilai organisasi dan arah organisasi akan menuju ke mana (Kimura & Mourdoukourtas, 2000). Sistem ini digunakan untuk menginspirasi dan mengarahkan karyawan untuk menemukan kesempatan-kesempatan yang ada, mengarahkan karyawan untuk mencari ide- http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 ide baru, memberikan nilai-nilai dasar organisasi, serta memberikan tujuan dan arah organisasi (Wongkaew, 2013; Hoque & Chia, 2012). Oleh karena itu, sistem pengendalian ini bertujuan untuk memotivasi individu supaya individu tersebut berperilaku sesuai tujuan organisasi. Belief system dimaksudkan untuk mengkomunikasikan misi, kredo, dan tujuan organisasi yang semuanya ini membantu manajer untuk mentransformasi nilai-nilai yang sekiranya masih sulit untuk dipahami karyawan sekaligus menjadikannya aktivitas yang fokus pada tujuan organisasi (Bruining, Bonnet, & Wright, 2004). Melalui sistem ini, pemimpin akan dapat menginspirasi karyawan sekaligus mengendalikan karyawannya supaya tidak berperilaku oportunistik (Ismail, 2013; Hoque & Chia, 2012). 2) Sistem Pengendalian Diagnostik Sistem diagnostik dimaksudkan untuk memotivasi para karyawan untuk berkinerja dan menyesuaikan perilaku mereka dengan tujuan-tujuan organisasi/perusahaan. Sistem pengendalian diagnostik merupakan sistem umpan balik formal yang digunakan untuk memantau hasil organisasi dan mengoreksi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dari standar kinerja yang ditetapkan sebelumnya (Simons, 1994; 2000). Sistem ini juga melaporkan informasi tentang faktor-faktor keberhasilan penting yang memungkinkan manajer untuk memfokuskan perhatiannya pada arahan- http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 arahan organisasi yang mendasarinya dan perlu dimonitor supaya perusahaan mengetahui strategi yang dimaksudkannya. Terdapat dua alasan penting mengapa para manajer puncak menggunakan sistem pengendalian diagnostik (Simons, 2000) yaitu untuk mengimplementasikan strategi secara efektif dan menghemat perhatian manajemen. Penghematan perhatian manajemen berkaitan dengan aktivitas menghabiskan energi dan perhatian. Untuk itu manajer perlu membuat pengendalian otomatis untuk jangka waktu panjang. Dengan demikian sistem pengendalian diagnostik dalam penerapan strategi perusahaan diletakkan sebagai rencana untuk bagaimana melaksanakan pekerjaan selanjutnya (Simons, 2000). Untuk menggunakan sistem pengendalian diagnostik secara efektif diperlukan lima bidang penting yaitu (Simons, 2000): a) penetapan dan negosiasi tujuan, b) memadukan ukuran kinerja, c) pendesainan insentif, d) meninjau laporanlaporan pengecualian, dan e) menindaklanjuti pengecualian yang signifikan. Selain itu, dalam penggunaan sistem pengendalian diagnostik dihadapkan pada risiko yang mungkin timbul. Untuk itu manajer harus dapat meminimasikan risiko-risiko tersebut seperti a) mengukur variabel yang salah, b) membentuk slek ke dalam target, dan c) sistem permainan. 3) Sistem Pengendalian Interaktif http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 Sistem pengendalian interaktif merupakan suatu sistem formal yang digunakan oleh manajer puncak untuk secara teratur dan secara personal melibatkan mereka sendiri dalam aktivitas pengambilan keputusan dari bawahan (Simons, 1994; 2000). Sistem pengendalian interaktif digunakan untuk membantu perusahaan mencari cara-cara baru untuk menempatkan posisinya secara strategik dalam pasar yang dinamis. Menurut Henri (2006) sistem pengendalian interaktif dapat merangsang pengembangan ide-ide baru dan inisiatif dan arahan-arahan yang muncul dari bawah ke atas dengan fokus pada ketidakpastian strategi. Berbeda dengan sistem pengendalian diagnostik, sistem pengendalian interaktif digunakan oleh manajer sebagai alat untuk mempengaruhi eksperimentasi dan pencarian kesempatan yang dihasilkan dari strategistrategi yang muncul (Simons, 2000). Sistem pengendalian interaktif bukan merupakan tipe unik dari sistem pengendalian. Setiap sistem pengendalian dapat digunakan secara interaktif oleh manajer senior jika sistem tersebut cocok dengan tingkat kepastian yang disyaratkan (Simons, 2000). Terdapat empat syarat penting untuk bisa menggunakan sistem pengendalian interaktif (Simons, 2000) yaitu 1) informasi yang dimuat dalam sistem pengendalian interaktif harus mudah dipahami, 2) memberikan informasi mengenai ketidakpastian strategi, 3) digunakan oleh manajer di semua level organisasi, dan 4) membentuk rencana tindakan baru. Sedangkan pemilihan terhadap sistem pengendalian interaktif http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 sangat tergantung pada empat faktor yaitu 1) ketergantungan teknologi, 2) regulasi, 3) kompleksitas penciptaan nilai, dan 4) kenyamanan dari respon taktis. Terdapat beberapa alasan manajer hanya menggunakan satu sistem pengendalian secara interaktif (Simons, 2000) yaitu 1) ekonomi, perhatian manajemen merupakan sumberdaya yang langka dan mahal; 2) kognitif, kemampuan setiap individu untuk memproses informasi dalam jumlah besar bersifat terbatas; dan 3) strategik, berkaitan dengan pembelajaran aktif mengenai ketidakpastian strategi dan mengumpulkan rencana tindakan baru. A.3. Kapabilitas - Inovasi Inovasi produk merupakan salah satu dampak dari perubahan teknologi yang cepat dan variasi produk yang tinggi akan menentukan kinerja organisasi (Hurley & Hult, 1998). Inovasi adalah memulai atau memperkenalkan sesuatu yang baru. Kebanyakan peneliti sepakat atas definisi inovasi yang mencakup hasil produk dan proses baru. Inovasi yang tinggi baik itu inovasi proses maupun inovasi produk akan meningkatkan kemampuan perusahaan menciptakan produk yang berkualitas. Kualitas produk yang tinggi akan meningkatkan keunggulan bersaing perusahaan yang bisa berdampak pada kinerja perusahaan. Inovasi merupakan faktor penentu http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 dalam persaingan industri dan merupakan senjata yang tangguh menghadapi persaingan. Fokus utama inovasi adalah penciptaan gagasan baru, yang pada gilirannya akan diimplementasikan ke dalam produk baru, proses baru. Adapun tujuan utama proses inovasi adalah memberikan dan menyalurkan nilai pelanggan yang lebih baik. Inovasi dapat dipandang dengan pendekatan strukturalis dan pendekatan proses. Pendekatan strukturalis memandang inovasi sebagai suatu unit dengan parameter yang tetap seperti teknologi dan praktek manajemen, adapun pendekatan proses memandang inovasi sebagai suatu proses yang kompleks, yang sering melibatkan berbagai kelompok sosial dalam organisasi (Swan et al., 1999). Inovasi lebih merupakan aspek budaya organisasi yang mencerminkan tingkat keterbukaan terhadap gagasan baru. Di lain pihak kemampuan inovasi merupakan kemampuan organisasi untuk mengadopsi atau mengimplementasikan gagasan baru, proses dan produk baru (Hurley & Hult, 1998). Tingkat inovasi diukur dengan pengukuran garis kontinum, yang mana tingkat inovasi rendah menggambarkan individu atau unit dalam organisasi lemah dalam mengadopsi inovasi, dilain pihak tingkat inovasi yang tinggi menggambarkan posisi adopsi yang kuat dari individu atau unit dalam organisasi (Daghfous et al., 1999). Kecenderungan organisasi untuk mengadopsi inovasi bersifat tidak konstan untuk setiap jenis inovasi. Dalam hal ini berbagai karakteristik organisasi berinteraksi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 bersama dengan berbagai dimensi organisasi untuk menentukan kemungkinan adopsi inovasi dalam organisasi (Cooper, 1998). Adapun jenis inovasi yang banyak digunakan peneliti adalah inovasi produk dan inovasi proses. Inovasi perusahaan baik inovasi proses dan inovasi produk akan meningkatkan kualitas produk. Dengan inovasi produk dan inovasi proses akan menciptakan berbagai disain produk sehingga meningkatkan alternatif pilihan, meningkatkan manfaat atau nilai yang diterima pelanggan, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas produk sesuai yang diharapkan pelanggan. Prajogo & Sohal (2003) dalam studinya, menunjukkan adanya hubungan kausal antara inovasi dan kualitas produk. Inovasi perusahaan menentukan kualitas produk. Inovasi perusahaan menentukan kemampuan perusahaan dalam menciptakan produk sesuai spesifikasi yang ditetapkan pelanggan. Semakin tinggi inovasi perusahaan, semakin tinggi pula kesesuaian produk yang dihasilkan perusahaan di banding spesifikasi yang ditetapkan pelanggan. A.4. Kinerja Organisasi Kinerja perusahaan pada hakekatnya merupakan prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi bisnis yang dapat dilihat dari hasilnya. Hasil kinerja ini kurang tepat apabila hanya dilihat dari satu dimensi. Para peneliti menyepakati bahwa pengukuran kinerja bisnis tidak hanya cukup menggunakan ukuran tunggal (Day & Wensley,1998; Jaworski & Kohli, 1993). Dalam penelitian Jaworski & Kohli (1993) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 serta Chang (1998) kinerja perusahaan diukur dari kinerja bisnis keseluruhan dibanding pada tahun lalu dan kinerja keseluruhan dibandingkan pesaing utamanya, sedangkan pada penelitian Slater & Narver (2000) kinerja bisnis diukur dari profitabilitas dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan. Dalam pengukuran kinerja terdapat dua perspektif yaitu subjectives concept dan objective concept. Pada budaya bisnis di Asia informasi tentang kinerja perusahaan biasanya merupakan suatu rahasia perusahaan, sehingga perusahaan enggan memberikan data kinerjanya. Jaworski & Kohli (1993) membuktikan kuatnya hubungan antara pengukuran respon obyektif dan subjektif. Banyak variasi dimensi yang digunakan dalam riset, Adapun beberapa dimensi tersebut antara lain dikemukakan oleh Robinson (1990), Kaplan & Norton (1996), Walker & Ruekert (1987), dan Ranchod (2004). Walker & Ruekert (1987) mengemukakan tiga dimensi dalam pengukuran kinerja suatu perusahaan, yaitu effectiveness, efficiency, dan adaptivenes. Menurut Ranchod (2004) efektivitas, efisiensi, dan adaptivitas merupakan tiga atribut pemasaran utama yang digunakan dalam pengukuran kinerja. Menurut Agarwal et al., (2003) dan Guo (2002) kinerja organisasi memiliki dua dimensi terdiri dari kinerja penilaian dan obyektif. Kinerja penilaian mencakup persepsi karyawan dan pelanggan seperti kualitas layanan, kepuasan pelanggan dan retensi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 B. Peneltian Terdahulu Ismail (2011) tujuan penelitian adalah menguji hubungan penggunaan sistem pengendalian manajemen (SPM) kerangka Levers of Control (LOC) pada kapabilitas dan hubungannya dengan kinerja organisasi. Fokus SPM digunakan dalam penelitian ini yaitu kerangka LOC terdiri dari belief system, sistem pengendalian diagnostik, dan sistem pengendalian interaktif. Dimana konstruk kapabilitas organisasi adalah pembelajaran. Penelitian ini menggunakan model persamaan struktural sebagai alat analisis dan Smart PLS software yang digunakan untuk mengolah data. Temuan dari penelitian ini adalah: belief system, sistem pengendalian diagnostik, dan sistem pengendalian interaktif dan pengaruh yang signifikan pada pembelajaran organisasi dan pembelajaran organisasi pada akhirnya memiliki dampak positif dan signifikan terhadap kinerja organisasi. Keterbatasan penelitian ini hanya mengambil konstruk kapabilitas pembelajaran organisasi. Henri (2006) melakukan penelitian sistem pengendalian manajemen (SPM) kerangka Levers of Control (LOC) pada keempat kapabilitas. Fokus SPM digunakan dalam penelitian ini yaitu kerangka LOC terdiri dari sistem pengendalian diagnostik, sistem pengendalian interaktif dan gabungan sistem pengendalian diagnostic dan interaktif. Penelitian ini menggunakan sebagai SEM sebagai alat uji. Temuan dari penelitian ini adalah sistem pengendalian interaktif berpengaruh positif terhadap keempat kapabilitas, sistem pengendalian diagnostik berpengaruh negatif terhadap http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 keempat kapabilitas perusahaan, dan sistem pengendalian gabungan berpengaruh positif dengan keempat kapabilitas perusahaan. Darroch (2005) melakukan penelitian dengan pengumpulan data melalui survei. Kuesioner dikirim kepada CEOs yang bekerja di beberapa industri besar di Selandia Baru. Sebanyak 443 CEOs berpartisipasi dalam penelitian ini. Hipotesis penelitian diuji menggunakan structural equation model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara inovasi dan kinerja perusahaan. Henri (2006) menggunakan tim manajemen sebagai sampel yang bekerja pada industri manufaktur di Kanada. Sebanyak 383 anggota tim manajemen berpartisipasi dalam penelitian ini. Inovasi diukur menggunakan indikator berupa ide-ide baru, cepat untuk menerima inovasi, manajemen secara aktif mencari inovasi dan ide-ide. Hasil penelitian membuktikan bahwa inovasi berpengaruh positif dengan kinerja. C. Rerangka Pemikiran Berdasar pada kajian teori dan penelitian terdahulu, maka peneliti dapat menguraikan rerangka pemikiran secara logis, mengalir dari masalah penelitian, teori yang digunakan dan hubungan antar variabel yang merupakan cerminan fenomena yang diteliti. 1. Pengaruh belief system terhadap Inovasi Belief system mengkomunikasikan berbagai nilai inti dalam perusahaan kepada semua anggota perusahaan. Simons (1995; 2000) mengatakan bahwa http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 pada dasarnya belief system membantu organisasi untuk memberikan inspirasi dan memotivasi karyawan agar bisa melakukan kegiatan-kegiatan seperti mencari, mengeksplorasi, menciptakan dan melakukan usaha dengan tindakan yang tepat. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka belief system merupakan suatu sistem yang memberikan kesempatan kepada anggota perusahaan melakukan hal-hal yang bersifat positif. Pernyataan ini didukung oleh pendapat Simons (1995; 2000) dan Henri (2006) yang menyatakan bahwa belief system merupakan suatu sistem yang memiliki energi positif. Oleh karena itu belief system pada akhirnya memberikan dampak yang besar bagi organisasi. Semua anggota organisasi dimotivasi untuk bisa melakukan kegiatan yang dapat menguntungkan perusahaan. Kapabilitas perusahaan memberikan peran penting dalam keunggulan bersaing berkelanjutan. Melalui belief system, inovasi dapat dengan mudah dilakukan dan diterapkan dalam perusahaan. Setiap anggota perusahaan termotivasi untuk menciptakan ide-ide baru dan akhirnya secara kolektif perusahaan akan menerapkan sesuatu yang sifatnya baru yang disebabkan perusahaan menerima ide-ide baru yang muncul dari luar. Dengan latar belakang ini peneliti berusaha untuk menyelidiki hubungan antara belief system dan inovasi sehingga mengusulkan hipotesis pertama. H1 : Terdapat pengaruh positif antara belief system dengan inovasi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 2. Pengaruh sistem pengendalian diagnostik terhadap inovasi Sistem pengendalian diagnostik pada dasarnya digunakan sebagai alat manajemen untuk mentransformasikan strategi (Simons, 2000). Fokus sistem ini untuk pencapaian tujuan perusahaan. Pengendalian bentuk ini memungkinkan manajer untuk membandingkan antara apa yang direncanakan dengan apa yang dicapai. Sistem pengendalian diagnostik bertujuan untuk mengkoordinasikan dan memonitor implementasi strategi yang direncanakan (Simon, 2000). Sistem pengendalian diagnostik juga digunakan sebagai dasar untuk pencapaian penghargaan melalui kajian atas kinerja yang dicapai. Agar sistem pengendalian diagnostik dapat berjalan dengan baik, maka perlu melakukan komunikasi dan mentranslasikan strategi dengan cara bagaimana mengidentifikasikan faktor-faktor kunci (Simons, 1994). Sistem pengendalian diagnostik bermaksud untuk mengamati hasil yang dicapai dan dibandingkan dengan kinerja yang ditetapkan sebelumnya, oleh karena itu Simons (1995; 2000) dan Henri (2006) berpendapat bahwa sistem ini dapat memberikan tekanan negatif bagi semua pelaku perusahaan, karena sistem ini berfokus pada kesalahan dan penyimpangan dan hasil yang dicapai perlu untuk dibandingkan. Berdasarkan alasan tersebut, maka hal utama yang perlu dilakukan adalah umpan balik dengan maksud mengetahui penyimpangan dan perlu penyesuaian. Kapabilitas utama menurut Henri (2006) merupakan strategi yang komprehensif. Bentuk strategi ini sangat penting dalam menghadapi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 perubahan organisasi. Tujuan utama dari sistem pengendalian diagnostik adalah untuk koordinasi dan mengamati hasil yang dicapai. Melalui sistem pengendalian diagnostik ini, inovasi yang telah dilakukan dan diterapkan dalam perusahaan akan terus diamati dan dievaluasi apakah inovasi tersebut telah sesuai dengan yang direncanakan dari hasil yang telah dicapai perusahaan. Dengan latar belakang ini peneliti berusaha untuk menyelidiki hubungan antara sistem pengendalian diagnostik dan inovasi sehingga mengusulkan hipotesis kedua. H2 : Terdapat pengaruh positif antara sistem pengendalian diagnostik dengan inovasi 3. Pengaruh sistem pengendalian interaktif terhadap inovasi Sistem pengendalian interaktif pada dasarnya digunakan untuk memperluas pencarian kesempatan dan pembelajaran. Ciri utamanya adalah manajer senior memiliki keterlibatan yang kuat (Simons, 1995; 2000). Manajer level puncak dituntut untuk merumuskan berbagai strategi penting. Didasarkan pada cirinya yang demikian, maka sangat diperlukan dari manajer puncak untuk sering memberikan perhatian secara teratur dengan isu-isu yang ditekankan oleh sistem pengendalian interaktif. Penelitian Bisbe dan Otley (2004) menggunakan pengendalian interaktif dari Simons (1995). Tujuan penelitian adalah untuk melihat perbedaan secara http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 eksplisit antara penggunaan interaktif dari sistem pengendalian manajemen terhadap inovasi produk dan kinerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) pengendalian interaktif berpengaruh terhadap inovasi, namun sangat tergantung pada level inovasi produk, 2) Pengendalian interaktif dapat mengurangi resiko inovasi jika perusahaan menggunakan inovasi tinggi, 3) Pengendalian interaktif merupakan pemicu bagi strategi. Toumela (2005) menyatakan penggunaan pengendalian interaktif untuk mengukur kinerja adalah lebih cenderung untuk memperbaiki kualitas manajemen strategik dan meningkatkan komitmen terhadap pencapaian strategi. Simons (2000) berpendapat bahwa tujuan sistem pengendalian interaktif adalah untuk meningkatkan kemampuan manajer untuk mengantisipasi dan mengelola secara efektif ketidakpastian di masa mendatang. Berdasarkan uraian tersebut peneliti berusaha untuk menyelidiki hubungan antara sistem pengendalian interaktif dan inovasi sehingga mengusulkan hipotesis ketiga. H3 : Terdapat pengaruh positif antara sistem pengendalian interaktif dengan inovasi 4. Pengaruh inovasi terhadap kinerja organisasi Pengukuran kinerja biasa digunakan untuk menilai seberapa baik hasil akhir yang dicapai suatu organisasi. Dengan adanya pengukuran kinerja akan dapat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 dilakukan pengevaluasian dengan membandingkan kinerja yang ditetapkan dengan yang sesungguhnya. Dari hasil perbandingan tersebut, manajemen dapat mengetahui seberapa besar penyimpangan yang terjadi dan seberapa jauh kemajuan yang telah tercapai dan tidak tercapai, sehingga dapat diambil tindakan untuk mengatasinya. Kinerja perusahaan pada hakekatnya merupakan prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi bisnis yang dapat dilihat dari hasilnya. Hasil kinerja ini kurang tepat apabila hanya dilihat dari satu dimensi. Para peneliti menyepakati bahwa pengukuran kinerja bisnis tidak hanya cukup menggunakan ukuran tunggal (Day & Wensley,1998; Jaworski & Kohli, 1993). Deshpande, et al. (1993) dan Slater dan Narver (1995) mengatakan bahwa inovasi merupakan faktor penting, karena inovasi meningkatkan hubungan antara orientasi pasar dan kinerja perusahaan. Oleh karena itu inovasi merupakan faktor kunci dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Berdasar uraian tersebut peneliti berusaha untuk menyelidiki pengaruh inovasi terhadap kinerja organisasi dan mengusulkan hipotesis keempat. H4 : Terdapat pengaruh positif antara Inovasi Organisasi. D. Hipotesis http://digilib.mercubuana.ac.id/ dengan Kinerja 26 Berdasarkan rumusan masalah dan model penelitian pada gambar 1 di bawah maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : H1 : Belief system berpengaruh positif terhadap inovasi H2 : Sistem pengendalian diagnostik berpengaruh positif terhadap inovasi H3 : Sistem pengendalian interaktif berpengaruh positif terhadap inovasi H4 : Inovasi berpengaruh terhadap positif kinerja organisasi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 H1 H2 H4 H3 Keterangan: BS = Belief System SPD = Sistem Pengendalian Diagnostik SPI = Sistem Pengendalian Interaktif Gambar 2.1. Model Penelitian http://digilib.mercubuana.ac.id/ IN = Inovasi KO = Kinerja Organisasi