Keuangan Daerah BBookkss.. OObblliiggaassii DDaaeerraahh sseebbaaggaaii aalltteerrnnaattiiff ppeemmbbiiaayyaaaann ppeemmbbaanngguunnaann Setelah pending lebih dari dua tahun, akhirnya peraturan pelaksana penerbitan obligasi daerah dapat dirampungkan pada tahun 2007. Dengan demikian, obligasi daerah sudah dimungkinkan untuk diterbitkan oleh Pemda pada tahun 2008. Dasar hukum penerbitan obligasi daerah meliputi dua undangundang, yaitu UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dan UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Kemudian dua peraturan pemerintah, yaitu: PP No.54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah; dan PP No.58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Sedangkan aturan teknis pelaksanaanya didasarkan pada PMK No.147/PMK.07/2006 tanggal 29 Desember 2006 tentang Tatacara Penerbitan, Pertanggungjawaban, dan Publikasi Informasi Obligasi Daerah; dan Paket Peraturan Ketua Bapepam-LK terkait Penawaran Umum Obligasi Daerah tanggal 13 April 2007. Prinsip mendasar bagi penerbiatan daerah yaitu dalam konteksnya sebagai pinjaman daerah. Pinjaman daerah merupakan salah satu alternatif pendanaan dari sumber-sumber penerimaan daerah yang digunakan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan mendorong percepatan pembangunan daerah. Secara umum terdapat 3 (tiga) jenis pinjaman daerah, yakni pinjaman jangka pendek, pinjaman jangka menengah dan pinjaman jangka panjang. Khusus untuk pinjaman jangka panjang, Pemda dapat melakukan menerbitkan obligas daerah (municipal bond) sebagai bentuk pinjaman dari masyarakat melalui penawaran umum di pasar modal dalam negeri. Dalam hubungannya dengan penerbitan obligasi daerah tersebut, terdapat 2 (dua) hal utama yang perlu mendapat perhatian. Unsur yang pertama berkaitan dengan kapasitas fiskal Pemda dalam menerbitkan obligasi daerah. Oleh karenanya, setiap Pemda yang akan menerbitkan obligasi daerah, harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Menteri Keuangan, yang akan menelaah persyaratan kapasitas fiskal dimaksud, yang meliputi: - Jumlah sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya; - Rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman (DSCR) > 2,5 - Tidak mempunyai tunggakan pinjaman dari Pemerintah; - Daerah tidak dapat memberikan jaminan atas pinjaman pihak lain; - Pendapatan daerah dan/atau barang milik daerah tidak boleh dijadikan jaminan pinjaman daerah; - Proyek yang dibiayai dari Obligasi Daerah beserta barang milik daerah yang melekat dalam proyek tersebut dapat dijadikan jaminan Obligasi Daerah. - Mendapatkan persetujuan dari DPRD. 39 Keuangan Daerah Unsur kedua terkait penerbitan obligasi daerah adalah melalui pasar modal. Daerah yang akan menerbitkan dan menawarkan obligasi daerah kepada masyarakat, harus menyampaikan terlebih dahulu Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam-LK. Apabila proses penawaran umum telah rampung maka Obligasi Daerah tersebut akan dicatatkan di Bursa Efek (dalam hal ini Bursa Efek Surabaya). Mekanisme penawaran umum dan perdagangan Obligasi Daerah tersebut wajib mengikuti ketentuan yang berlaku di pasar modal baik dengan mengacu pada Peraturan Bapepam-LK maupun peraturan pasar modal lainnya. Berbagai manfaat dapat diperoleh oleh daerah melalui penerbitan obligasi daerah, antara lain mengingat mekanisme yang ada pada pasar modal memungkinkan partisipasi masyarakat secara luas serta dimungkinkan bagi Pemda untuk mendapatkan pinjaman dari investor asing bukan melalui jalur pinjaman langsung yang tidak diperkenankan bagi Pemda. Oleh karena itu, untuk menarik minat investor supaya membeli Obligasi daerah, Pemda harus mampu meyakinkan calon investor bahwa obligasi tersebut akan dibayarkan kembali pada saat jatuh tempo. Dengan memperhatikan bahwa obligasi daerah dipergunakan hanya untuk proyek yang memberikan manfaat kepada publik dan menghasilkan penerimaan, maka proyek yang ditawarkan tersebut harus dirancang secara matang serta benar-benar layak (feasible). Dalam perkembangan ke depan, agar pasar modal dapat menjadi wadah bagi para pihak yang membutuhkan, maka perlu untuk: - Menciptakan perlindungan kepada investor melalui peningaktan pengawasan dan kepastian hukum di pasar modal - Meningkatkan partisipasi masyarakat sehingga tercipta integritas dan likuiditas pasar. - Memperbanyak alternatif investasi dan pembiayaan di pasar modal melalui penciptaan produkproduk baru yang sangat diminat pasar. Bagi Kaltim, obligasi daerah hendaknya tetap diletakkan sebagai alternatif dan bukan sebagai pilihan utama, mengingat kondisi ekses likuiditas yang dialami oleh Kaltim saat ini, sebagaimana tercermin dari penyerapan APBD yang relatif rendah dan penempatan dana pada SBI oleh perbankan Kaltim yang jumlahnya cukup signifikan. 40