BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teroritis 2.1.1 Pemasaran

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Uraian Teroritis
2.1.1 Pemasaran dan Pemasaran Jasa
Pemasaran
berhubungan
dengan
mengidentifikasi
dan
memenuhi
kebutuhan manusia dan masyarakat. Menurut Kotler (2007:7), pemasaran adalah
proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa
yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan
secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain.
Menurut Ma’ruf (2005:1) Pemasaran secara mudahnya adalah kegiatan
memasarkan barang atau jasa umumnya kepada masyarakat, dan khususnya
kepada pembeli potensial. Pemasaran dikembangkan sebagai suatu pola yang
tertata dalam suatu sistem yang sering kali disebut sebagai ilmu dan juga
dikembangkan dengan cara masing-masing pelaku sehingga disebut improvisasi
dan karenanya disebut seni. Dalam prakteknya, pemasaran dijalankan dengan
kedua cara itu, ilmu dan seni. Pemasaran ritel sebagai kegiatan pemasaran dalam
perdagangan eceran juga dijalankan dengan kedua cara itu.
Pemasaran merupakan melakukan kegiatan pertukaran
dengan tujuan
untuk memuaskan atau memenuhi kebutuhan dan keinginan setiap orang. Penjual
harus mencari pembeli, mengidentifikasi kebutuhan mereka, mempromosikan
produk kepada mereka, memajang dan mengantarkan produk serta menetapkan
harga produk.
Universitas Sumatera Utara
Kotler dalam Tjiptono (2005:16) mengatakan, jasa adalah setiap tindakan
atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang
ada pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak
menghasilkan kepemilikan tertentu. Walaupun demikian, produk jasa bisa
berhubungan dengan produk fisik maupun tidak. Maksudnya, ada produk jasa
murni (seperti child care, konsultasi psikologi dan konsultasi manajemen), namun
ada jasa yang membutukan produk fisik sebagai persyaratan utama (misalnya
kapal pesiar untuk angkutan laut, pesawat untuk jasa penerbangan dan makanan di
restoran). Secara garis besar karakteristik pemasaran jasa terdiri atas (Tjiptono,
2005:18) :
1. Intangibility (tidak berwujud)
Jasa berbeda dengan barang, karena barang merupakan suatu objek, alat atau
benda, maka jasa adalah suatu perbuatan, tindakan, pengalaman, proses,
kinerja (performance) atau usaha.
2. Inseparability (tidak terpisahkan)
Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual lalu dikonsumsi, sedangkan jasa
umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi
pada waktu dan tempat yang sama.
3. Variability/Heterogenety (keanekaragaman)
Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non standarddized output,
artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis tergantung kepada siapa,
kapan dan dimana jasa tersebut diproduksi.
Universitas Sumatera Utara
4. Perishability (tidak tahan lama)
Maksud dari pernyataan ini adalah jasa tidak dapat disimpan dan dimasukkan
ke dalam gudang atau dijadikan persediaan. Contohnya: makanan yang telah
dimasak pada restoran.
5. Lack Of Ownership
Lack of ownership merupakan perbedaan dasar antara jasa dan barang.
Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan
dan manfaat produk yang dibelinya.
2.1.2
Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Menurut Kotler dan Armstrong (2001:98) mengatakan, Marketing Mix
adalah campuran dari variabel pemasaran yang dapat dikendalikan (controllable
variabels) yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk mengejar tingkat
penjualan yang diinginkan dalam pasar sasaran. Marketing Mix terdiri dari 4
(empat) unsur, yaitu:
1. Product (Produk)
2. Price (Harga)
3. Place (Tempat)
4. Promotion (Promosi)
Bauran pemasaran adalah seperangkat alat yang dapat digunakn
pemasar untuk membentuk karakteristik jasa yang ditawarkan kepada
pelanggan.(Tjiptono 2005:30) Selain unsur 4P, Tjiptono menambahkan : people,
physical evidence, process,dan customer service :
Universitas Sumatera Utara
1. People
People berarti orang yang melayani ataupun merencanakan pelayanan
terhadap para konsumen. Karena sebagian besar jasa dilayani oleh orang,
maka orang tersebut perlu diseleksi, dilatih, dimotivasi sehingga memberikan
kepuasaan terhadap pelanggan. Setiap karyawan harus berlomba-lomba
berbuat kebaikan terhadap konsumen dengan sikap perhatian, responsive,
inisiatif, kreatif, pandai memecahkan masalah, sabar dan iklas (Alma,
2003:37)
2. Physical Evidence
Physical evidence berupa bukti fisik berarti konsumen akan melihat keadaan
nyata yang menghasilkan jasa tersebut. Misalnya orang yang berkunjung ke
bank akan memperhatikan bangunan, interior, peralatan, perabot, bahkan
sampai ke pakaian seragam karyawan. Lebih rinci, beberapa contoh bukti fisik
ialah untuk fasilitas eksternal misalnya; konsumen akan memperhatikan
desain eksterior, tempat parkir, taman-taman, suasana lingkungan dan
sebagainya.
Untuk
fasilitas
interior
konsumen
akan
memperhatikan
perlengkapan, gambar-gambar, penataan ruang, kesegaran udara dan
temperatur suhu ruangan. (Alma, 2003:38)
3. Process
Proses ini terjadi di luar pandangan konsumen. Konsumen tidak tahu
bagaimana proses tejadi, yang penting jasa yang ia terima harus memuaskan.
Yang penting semua proses operasional, apalagi yang behubungan dengan
konsumen harus betul-betul memuaskan. Semua rantai nilai yang ikut dalam
Universitas Sumatera Utara
proses tersebut harus bekerjasama dengan penampilan yang prima. (Alma,
2003:38)
4. Customer servive
Customer service (layanan pelanggan) memiliki perbedaan makna pada
organisasi yang berbeda. Dalam sektor jasa, layanan pelanggan dapat diartikan
sebagai kualitas total jasa yang dipersepsikan oleh pelanggan. Oleh sebab itu,
tanggung jawab bauran pemasaran ini tidak hanya bisa diserahkan pada
departemen layanan pelanggan saja. Semua personil harus memiliki perhatian
dan tanggung jawab terhadap masalah layanan pelanggan ini. Manajemen
kualitas jasa layanan pelanggan yang ditawarkan berkaitan erat dengan
kebijakan desain produk dan personalia (Tjiptono, 2005:32)
2.1.3 Harga (Price)
2.1.3.1 Pengertian Harga
Menurut Kotler dan Amstrong (2001:439) harga adalah sejumlah uang
yang di bebankan atas suatu produk, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen
atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk tersebut.
Harga adalah estimasi penjual terhadap arti ekspresi nilai yang
menyangkut kegunaan dan kualitas produk, citra yang terbentuk melalui iklan dan
promosi, ketersediaan produk melalui jaringan distribusi serta layanan yang
menyertai suatu produk (Kartajaya, 2002:481). Harga merupakan salah satu faktor
yang harus dikendalikan secara serasi, selaras dengan tujuan yang ingin dicapai
oleh perusahaan. Segala keputusan yang menyangkut dengan harga akan sangat
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi aspek kegiatan suatu usaha baik yang menyangkut kegiatan
penjualan ataupun aspek keuntungan yang ingin dicapai oleh suatu lini usaha. Jadi
harga tidaklah sekadar perhitungan biaya-biaya ditambah sejumlah persentase
tertentu sebagai tingkat keuntungan yang diharapkan.
2.1.3.2 Tujuan Penetapan Harga
Menurut Lovelock dan Patterson (Tjiptono, 2005:193) tujuan umum
penetapan harga adalah untuk mendukung strategi bauran pemasaran secara
keseluruhan. Setiap keputusan mengenai strategi penetapan harga harus
didasarkan pada pemahaman secara mendalam atas tujuan spesifik yang ingin
perusahaan capai. Ada 3 (tiga) tujuan spesifik penetapan harga, yakni:
1. Tujuan berorientasi pendapatan
a. Mengejar profit
1) Menghasilkan surplus sebesar mungkin
2) Mencapai tingkat target spesifik, tetapi tidak berusaha
memaksimalkan laba
b. Menutup biaya
1) Menutup biaya teralokasi secara penuh (termasuk biaya
overhead institusional)
2) Menutup biaya penyediaan satu kategori jasa atau produk
tertentu (setelah dikurangi biaya overhead institusional dan
segala macam hibah spesifik)
Universitas Sumatera Utara
3) Menutup biaya penjualan inkrimental kepada satu pelanggan
ekstra
2. Tujuan berorientasi kapasitas
Mengubah harga
sepanjang
waktu untuk
memastikan bahwa
permintaan sesuai dengan penawaran yang tersedia pada setiap waktu
tertentu (sehingga mengoptimalkan kapasitas produktif)
3. Tujuan berorientasi pelanggan
a. Memaksimumkan permintaan (apabila kapasitasnya tidak
terbatas) dalam rangka mencapai tingkat pendapatan minimum
tertentu.
b. Menetapkan harga sesuai dengan perbedaan kemampuan
membayar berbagai segmen pasar yang menjadi target
pemasaran organisasi.
c. Menawarkan metode pembayaran (termasuk fasilitas kredit)
yang bisa meningkatkan kemungkinan membeli.
2.1.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penetapan Harga
Perusahaan dalam menetapkan harga suatu produk atau jasa, ada dua
faktor yang harus dipertimbangkan (Kotler & Amstrong, 2001:154), yaitu:
1. Faktor Internal Perusahaan, meliputi:
a. Tujuan pemasaran perusahaan
Faktor utama yang menetukan dalam penetapan harga adalah
tujuan pemasaran perusahaan. Tujuan tersebut bisa berupa
Universitas Sumatera Utara
maksimisasi
laba,
mempertahankan
kelangsungan
hidup
perusahaan, meraih pangsa pasar yang besar, menciptakan
kepemimpinan
dalam
hal
kualitas,
mengatasi
persaingan,
melaksanakan tanggung jawab sosial, dan lain-lain.
b. Strategi bauran pemasaran
Harga adalah salah satu komponen bauran pemasaran. Oleh karena
itu, harga perlu dikoordinasikan dan saling mendukung dengan
bauran pemasaran lainnya, yaitu produk, distribusi, dan promosi.
c. Biaya
Biaya merupakan faktor yang menentukan harga minimal yang
harus ditetapkan perusahaan agar tidak mengalami kerugian. Oleh
karena itu, setiap perusahaan sangat memperhatikan biaya (biaya
tetap dan biaya variabel), serta jenis-jenis biaya lainnya.
2. Faktor Eksternal Perusahaan, meliputi:
a. Sifat pasar dan permintaan
Setiap perusahaan perlu memahami sifat pasar dan permintaan
yang dihadapinya, apakah termasuk pasar persaingan semprna,
persaingan monopoli, maupun oligopoli. Faktor lainnya yang tidak
kalah pentingnya ialah elastisitas permintaan.
b. Persaingan
Kebebasan perusahaan dalam menentukan harga itu bergantung
pada jenis pasar
yang
berbeda-beda. Berdasarkan bentuk
persaingannya, ada empat jenis pasar, antara lain: pasar persaingan
Universitas Sumatera Utara
murni, pasar persaingan monopoli, pasar persaingan oligopoli,
pasar monopoli murni.
2.1.4 Lokasi atau Tempat
Penampilan tempat usaha turut membantu menentukan citra tempat usaha.
Lamb, et al (2001:105) elemen utama dari penampilan tempat adalah suasana
(atmosphere), yaitu kesan keseluruhan yang disampaikan oleh tata letak fisik, dan
dekorasi. Suasana dapat menciptakan perasaan santai atupun sibuk. Tata letak
tempat adalah kunci keberhasilan, tata letak direncanakan semua sehingga semua
ruangan digunakan secara efektif. Tata letak yang efektif tidak hanya menjamin
kenyamanan dan kemudahan, melainkan juga mempunyai pengaruh besar pada
pola lalu lintas konumen dan perilaku pembelian. Dalam hal ini ada tiga jenis
interaksi yang mempengaruhi lokasi, yaitu:
1. Konsumen mendatangi pemberian jasa (perusahaan); apabila keadaan seperti
ini maka lokasi menjadi sangat penting. Perusahaan sebaiknya memilih tempat
yang dekat dengan konsumen sehingga mudah dijangkau, dengan kata lain
harus strategis.
2. Pemberian jasa mendatangi konsumen; dalam hal ini lokasi tidak terlalu
penting, tetapi yang harus diperhatikan adalah penyampaian jasa harus tetap
berkualitas
3. Pemberian jasa dan konsumen tidak bertemu secara langsung; berarti service
provider dan konsumen berintekrasi melalui sarana tertentu seperti telepon,
Universitas Sumatera Utara
surat atau komputer. Dalam hal ini lokasi sangat tidak penting selama
komunikasi antar kedua pihak terlaksana.
2.1.5 Promosi
2.1.5.1 Pengertian Promosi
Promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Yang dimaksud
dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha
menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/ atau mengingatkan pasar
sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan
loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan (Tjiptono,
2002:219). Menurut Kismono (2001:374), Promosi adalah usaha yang dilakukan
oleh pemasar untuk mempengaruhi pihak lain agar berpartisipasi dalam kegiatan
pertukaran. Berdasarkan defenisi tersebut dapat dijelaskan bahwa promosi
merupakan kegiatan perusahaan untuk menmberikan informasi dan mengingatkan
calon konsumen melakukan tindakan pembelian terhadap produk perusahaan.
2.1.5.2 Tujuan Promosi
Tujuan promosi secara umum adalah membangkitkan keinginan
konsumen untuk membeli produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
Perusahaan melalui promosi diharapkan dapat mempengaruhi cara berpikir
konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produk yang dihasilkan
perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Rossiter dan Percy (Tjiptono, 2002:222) mengklasifikasikan tujuan
promosi sebagai efek dari komunikasi sebagai berikut:
1. Menumbuhkan persepsi pelanggan terhadap suatu kebutuhan (category
need)
2. Memperkenalkan dan memberikan pemahaman tentang suatu produk
kepada konsumen (brand awareness)
3. Mendorong pilihan terhadap suatu produk (brand attitude)
4. Membujuk pelanggan untuk membeli suatu produk (brandpurchase
intention)
5. Mengimbangi kelemahan unsur bauran pemasaran lain (purchase
fasilititation)
6. Menanamkan citra produk dan perusahaan (positioning)
2.1.5.3 Bauran Promosi
Promosi merupakan salah satu variabel marketing mix yang sangat
penting. Pada strategi promosi ini terdapat kombinasi dari berbagai macam media
promosi dengan tujuan untuk memaksimalkan pencapaian target pasar.
Secara umum bauran promosi (promotion mix) terdiri dari periklanan,
promosi penjualan, penjualan pribadi, publisitas dan pemasaran langsung. Di
dalam promosi di bidang jasa, bauran promosi ditambah tiga unsur yaitu : public
relation, word of mouth, direct & online marketing. Bauran promosi antara lain :
Universitas Sumatera Utara
1. Periklanan
Iklan adalah segala bentuk penyajian non pribadi dan promosi gagasan,
barang, atau jasa oleh sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran
(Kotler, 2005:323). Penggunaan promosi dengan iklan dapat dilakukan
dengan berbagai media seperti lewat: Pemasangan billboard (papan
nama) di jalan-jalan strategic, pencetakan brosur disebarkan di setiap
cabang atau pusat-pusat perbelanjaan, pemasangan spanduk di lokasi
tertentu dan strategis, melalui koran, melalui majalah, melalui internet,
melalui televisi, melalui radio,dan menggunakan media lainnya.
2. Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Tujuan promosi penjualan adalah untuk meningkatkan jumlah
pelanggan. Promosi penjualan dilakukan untuk menarik nasabah untuk
segera membeli setiap produk atau jasa yang ditawarkan. Promosi
penjualan adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan
berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian
produk dengan segera atau meningkatkan jumlah barang yang dibeli
pelanggan (Tjiptono, 2005:229).
3. Penjualan Pribadi
Penjualan pribadi ini dilakukan secara tatap muka yaitu dengan
melakukan presentasi langsung kepada calon pembeli dengan tujuan
mendapatkan penjualan. Penjualan perorangan merupakan alat promosi
yang mahal tetapi mempunyai peranan yang sangat besar bagi industri
jasa.
Universitas Sumatera Utara
4. Publisitas
Publisitas merupakan kegiatan promosi untuk memancing perhatian
penonton melalui kegiatan seperti pameran, reality show, bakti sosial
serta kegiatan lainnya. Kegiatan publisitas dapat meningkatkan minat
calon konsumen untuk membeli tiket nonton. Lamb,et al (2001:234),
Publisitas adalah informasi publik mengenai sebuah perusahaan,
barang atau jasa yang tampil di media massa sebagai suatu jenis baru.
5. Pemasaran Langsung
Simamora (2006:260), Pemasaran langsung adalah kombinasi dari
berbagai metode promosi yang ditujukan langsung kepada pasar
sasaran dan berusaha untuk memperoleh respon langsung. Dalam
direct marketing kombinasi promosi ditujukan langsung kepada
konsumen individual, dengan tujuan agar pesan-pesan tersebut
ditanggapi konsumen yang bersangkutan, baik melalui telepon, pos
atau dengan datang langsung ke tempat pemasar. Contoh dari direct
marketing adalah katalog, surat, dan lain-lain.
2.1.5.4 Strategi Promosi
Menurut Boyd (2000:65), Strategi promosi adalah sebuah program
terkendali dan terpadu dari metode komunikasi dan material yang dirancang untuk
menghadirkan perusahaan dan produk-produknya kepada calon konsumen,
menyampaikan ciri-ciri produk yang memuaskan kebutuhan untuk mendorong
Universitas Sumatera Utara
penjualan yang akhirnya akan memberi kontribusi pada kinerja laba jangka
panjang.
2.1.6 Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah tindakan langsung terlibat dalam mendapatkan,
mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan
yang mendahului dan menyusuli tindakan ini (Setiadi, 2003:3). Perilaku
konsumen merupakan interaksi antara afeksi dan kognisi, perilaku, dan
lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup
mereka. Menurut Kotler dan Amstrong (2003:199) perilaku konsumen adalah
perilaku pemebelian konsumen yang mengacu pada pada perilaku pembelian
konsumen akhir (individu dan rumah tangga) yang membeli barang atau jasa
untuk konsumsi pribadi.
Pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh karakteristik budaya, sosial,
pribadi, dan psikologis. Faktor-faktor yang memepengaruhi perilaku konsumen
(Kotler & Amstrong, 2003:201):
1. Faktor budaya, terdiri dari: budaya, sub budaya, dan kelas social
2. Faktor sosial, terdiri dari: kelompok acuan, keluarga, dan peran dan
status.
3. Faktor pribadi, terdiri dari: umur dan tahap siklus hidup, pekerjaan,
situasi ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian dan konsep diri.
4. Faktor psikologi, terdiri dari: motivasi, persepsi, pemeblajaran,
kepercayaan dan sikap.
Universitas Sumatera Utara
2.1.7 Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen dalam mengambil keputusan. Keputusan konsumen sangat dipengaruhi
oleh faktor Budaya, Sosial, Pribadi dan Psikologis (Kotler, 2005:183). Menurut
Kotler (2001:192) Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang
diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan
keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya Hidup
menunjukkan bagaimana seseorang berinteraksi dengan lingkungannya. Pemasar
juga dapat mentargetkan produk berdasarkan gaya hidup konsumen.
1. Aktivitas
Aktivitas adalah kegiatan, kesibukan, keaktifan, kerja atau suatu
kegiatan kerja yang dilaksanakan orang di setiap bagian dalam
perusahaan.
2. Minat
Minat adalah kesukaan terhadap suatu kegiatan melebihi kegiatan
lainnya dan mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin
dilakukan ketika orang tersebut bebas memilih. Ketika seseorang
menilai bahwa sesuatu itu bermanfaat, maka ia akan berminat dan hal
tersebut akan mendatangkan kepuasan.
3. Opini
Opini adalah sesuatu yang dipandang benar walaupun tanpa kepastian
obyektif atau pun subyektif. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia
Opini adalah pendapat, pikiran atau pendirian.
Universitas Sumatera Utara
2.1.8 Minat Berkunjung Kembali
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:744), Minat diartikan
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, keinginan yang kuat. Minat
seseorang terhadap sesuatu adalah kecenderungan hati yang tinggi, gairah atau
keinginan seseorang terhadap sesuatu. Berkunjung diartikan pergi atau datang
untuk melihat sesuatu (KBBI, 2005:614). Minat konsumen untuk berkunjung ke
suatu tempat tentunya didasari alasan tertentu, dimana kunjungan tersebut dapat
memberikan nilai manfaat yang akan berdampak pada kepuasan konsumen
tersebut.
Adapun tiga hal yang harus dikembangkan agar suatu tempat menjadi
menarik untuk dikunjungi (Yoeti, 1996:178), yaitu :
1. Adanya something to see , yaitu sesuatu yang menarik untuk dilihat.
2. Adanya something to buy , yaitu adanya sesuatu yang menarik dan
khas untuk dibeli.
3. Adanya something to do , yaitu adanya sesuatu aktivitas yang dapat
dilakukan di tempat itu.
Minat berkunjung kembali adalah perilaku yang muncul sebagai respon
terhadap objek. Minat berkunjung kembali menunjukkan keinginan untuk
melakukan kunjungan kembali untuk waktu yang akan datang (Tjiptono,
2005:231). Menurut Kapferer dan Laurent (Tjiptono, 2005:231), perilaku
pembelian kembali bisa dijabarkan menjadi dua kemungkinan , yakni loyalitas
dan inersia. Faktor pembedanya adalah sensitivitas merek (brand sensivity) yang
didefenisikan sebagai sejauh mana merek memainkan peran kunci dalam
Universitas Sumatera Utara
pemilihan alternatif dalam kategori produk tertentu. Sensitivitas merek
dipengaruhi persepsi terhadap perbedaan merek dan tingkat keterlibatan
konsumen dalam kategori produk. Perilaku pembelian kembali dalam situasi
sensitivitas merek yang kuat dikategorikan sebagai loyalitas, dimana konsumen
cenderung membeli ulang merek yang sama dan menganggap pilihan merek
sangat penting baginya. Sebaliknya pembelian kembali dalam situasi sensitivitas
merek yang lemah dikategorikan sebagai inersia, yakni konsumen cenderung
membeli ulang merek yang sama, namun ia tidak menganggap nama merek itu
penting, karena ia tidak bisa membedakan berbagai merek yang ada dan tidak
terlibat secara intensif dalam pemilihan kategori produk.
2.2
Penelitian Terdahulu
Muhammad Zen (2008) dengan judul “Analisis Pengaruh Harga dan
Lokasi Yang Mempengaruhi Minat Konsumen Mengunjungi Warung Kopi Bang
Adi,” menyimpulkan bahwa:
1. Harga dan lokasi secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan
terhadap minat mengunjungi Warung Kopi Bang Adi.
2. 82% variabel dependent (minat konsumen untuk mengunjungi Warung Kopi
Bang Adi (Y) dipengaruhi oleh variabel Harga (price) (X1) dan Lokasi (place)
(X2 ), sedangkan sisanya 18% (100% - 82%) dipengaruhi oleh variabel lain
diluar variabel yang digunakan, seperti konsumen yang kebetulan melintas
didepan Warung Kopi Bang Adi ataupun konsumen yang dibawa oleh
temannya untuk makan dan minum di Warung Kopi Bang Adi.
Universitas Sumatera Utara
Willi Pratama (2011) dengan judul “Pengaruh Budaya, Gaya Hidup, dan
Psikologis Terhadap Keputusan Berkunjung Pada Restoran Shanghai Kitchen Sun
Plaza Medan,” menyimpulkan bahwa :
1. Gaya Hidup dan Psikologis secara stimultan atau bersama-sama
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan berkunjung pada
Restoran Shanghai Kitchen Sun Plaza Medan.
2. Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi (
), 34,7% faktor¬faktor
kepuasan konsumen dapat dijelaskan oleh variabel bebas (Budaya, Gaya
Hidup dan Psikologis) sedangkan sisanya 60,2% dijelaskan oleh faktor-faktor
lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
2.3
Kerangka Konseptual
Dalam hal ini kerangka konseptual atau kerangka pemikiran adalah
pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian ditujukan, dimana hal ini
merupakan jaringan hubungan antar variable yang secara logis diterangkan dan
dikembangkan dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses
wawancara, observasi, dan survey literatur (Kuncoro, 2003;44).
Menurut
Kotler
(2001:195)
harga
adalah
sejumlah
nilai
yang
dipertukarkan konsumen untuk suatu manfaat atas pengkonsumsian penggunaan
atas kepemilikan barang atau jasa. Segala keputusan yang menyangkut dengan
harga akan sangat mempengaruhi beberapa aspek kegiatan suatu usaha baik yang
menyangkut kegiatan penjualan ataupun aspek keuntungan yang ingin dicapai
Universitas Sumatera Utara
oleh suatu lini usaha. Ini berarti harga menggambarkan nilai uang sebuah barang
atau jasa.
Lokasi (Place), kemudahan akses terhadap lokasi usaha bagi semua para
pelanggan dan calon pelanggan potensial. Tempat yang menarik bagi konsumen
adalah tempat yang paling strategis, menyenangkan, dan efisien (Suryana,
2001;105). Memilih lokasi dekat dengan pelanggan perlu untuk mempertahankan
daya saing. Selain faktor kedekatan dengan pelanggan, faktor kenyamanan juga
mutlak diperhatikan.
Promosi (Promotion) merupakan fungsi pemberitahuan, pembujukan, dan
pengimbasan keputusan pembelian konsumen (Kotler, 2003;20). Promosi adalah
komunikasi dari pesan-pesan perusahaan yang didesain untuk menstimulus
terjadinya kesadaran (awareness), ketertarikan (interest), dan berakhir dengan
tindakan pembelian (purchase) yang dilakukan oleh pelanggan terhadap produk
atau jasa perusahaan (Kotler, 2003:22).
Gaya hidup merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen dalam mengambil keputusan. Menurut Kotler (2001:192) Gaya hidup
adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat
dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang
berinteraksi dengan lingkungannya.
Adanya minat konsumen untuk berkunjung kembali
ke suatu tempat
tentunya didasari alasan tertentu, dimana kunjungan tersebut dapat memberikan
nilai manfaat yang akan berdampak pada kepuasan konsumen tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa harga, lokasi,
promosi, dan gaya hidup
mempengaruhi keputusan berkunjung yang dapat
digambarkan pada suatu kerangka konseptual pada gambar 2.1
Harga (X1)
Lokasi (X2)
Minat Berkunjung
Kembali (Y)
Promosi (X3)
Gaya Hidup (X4)
Sumber: Kotler & Amstrong (2003) dan Alma (2003)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.4
Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara berdasarkan
rumusan masalah yang kebenarannya akan diuji dalam pengujian hipotesis
(Sugiyono, 2003:306). Berdasarkan perumusan masalah yang ditetapkan maka
hipotesis penelitian ini adalah “Variabel harga, lokasi, promosi, dan gaya hidup
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap minat berkunjung kembali
ke Coffee Cangkir ”.
Universitas Sumatera Utara
Download