BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teroritis 2.1.1 Pemasaran dan Pemasaran Jasa Pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat. Menurut Kotler (2007:7), pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Menurut Ma’ruf (2005:1) Pemasaran secara mudahnya adalah kegiatan memasarkan barang atau jasa umumnya kepada masyarakat, dan khususnya kepada pembeli potensial. Pemasaran dikembangkan sebagai suatu pola yang tertata dalam suatu sistem yang sering kali disebut sebagai ilmu dan juga dikembangkan dengan cara masing-masing pelaku sehingga disebut improvisasi dan karenanya disebut seni. Dalam prakteknya, pemasaran dijalankan dengan kedua cara itu, ilmu dan seni. Pemasaran ritel sebagai kegiatan pemasaran dalam perdagangan eceran juga dijalankan dengan kedua cara itu. Pemasaran merupakan melakukan kegiatan pertukaran dengan tujuan untuk memuaskan atau memenuhi kebutuhan dan keinginan setiap orang. Penjual harus mencari pembeli, mengidentifikasi kebutuhan mereka, mempromosikan produk kepada mereka, memajang dan mengantarkan produk serta menetapkan harga produk. Universitas Sumatera Utara Kotler dalam Tjiptono (2005:16) mengatakan, jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang ada pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan tertentu. Walaupun demikian, produk jasa bisa berhubungan dengan produk fisik maupun tidak. Maksudnya, ada produk jasa murni (seperti child care, konsultasi psikologi dan konsultasi manajemen), namun ada jasa yang membutukan produk fisik sebagai persyaratan utama (misalnya kapal pesiar untuk angkutan laut, pesawat untuk jasa penerbangan dan makanan di restoran). Secara garis besar karakteristik pemasaran jasa terdiri atas (Tjiptono, 2005:18) : 1. Intangibility (tidak berwujud) Jasa berbeda dengan barang, karena barang merupakan suatu objek, alat atau benda, maka jasa adalah suatu perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja (performance) atau usaha. 2. Inseparability (tidak terpisahkan) Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual lalu dikonsumsi, sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama. 3. Variability/Heterogenety (keanekaragaman) Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non standarddized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis tergantung kepada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut diproduksi. Universitas Sumatera Utara 4. Perishability (tidak tahan lama) Maksud dari pernyataan ini adalah jasa tidak dapat disimpan dan dimasukkan ke dalam gudang atau dijadikan persediaan. Contohnya: makanan yang telah dimasak pada restoran. 5. Lack Of Ownership Lack of ownership merupakan perbedaan dasar antara jasa dan barang. Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan dan manfaat produk yang dibelinya. 2.1.2 Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Menurut Kotler dan Armstrong (2001:98) mengatakan, Marketing Mix adalah campuran dari variabel pemasaran yang dapat dikendalikan (controllable variabels) yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk mengejar tingkat penjualan yang diinginkan dalam pasar sasaran. Marketing Mix terdiri dari 4 (empat) unsur, yaitu: 1. Product (Produk) 2. Price (Harga) 3. Place (Tempat) 4. Promotion (Promosi) Bauran pemasaran adalah seperangkat alat yang dapat digunakn pemasar untuk membentuk karakteristik jasa yang ditawarkan kepada pelanggan.(Tjiptono 2005:30) Selain unsur 4P, Tjiptono menambahkan : people, physical evidence, process,dan customer service : Universitas Sumatera Utara 1. People People berarti orang yang melayani ataupun merencanakan pelayanan terhadap para konsumen. Karena sebagian besar jasa dilayani oleh orang, maka orang tersebut perlu diseleksi, dilatih, dimotivasi sehingga memberikan kepuasaan terhadap pelanggan. Setiap karyawan harus berlomba-lomba berbuat kebaikan terhadap konsumen dengan sikap perhatian, responsive, inisiatif, kreatif, pandai memecahkan masalah, sabar dan iklas (Alma, 2003:37) 2. Physical Evidence Physical evidence berupa bukti fisik berarti konsumen akan melihat keadaan nyata yang menghasilkan jasa tersebut. Misalnya orang yang berkunjung ke bank akan memperhatikan bangunan, interior, peralatan, perabot, bahkan sampai ke pakaian seragam karyawan. Lebih rinci, beberapa contoh bukti fisik ialah untuk fasilitas eksternal misalnya; konsumen akan memperhatikan desain eksterior, tempat parkir, taman-taman, suasana lingkungan dan sebagainya. Untuk fasilitas interior konsumen akan memperhatikan perlengkapan, gambar-gambar, penataan ruang, kesegaran udara dan temperatur suhu ruangan. (Alma, 2003:38) 3. Process Proses ini terjadi di luar pandangan konsumen. Konsumen tidak tahu bagaimana proses tejadi, yang penting jasa yang ia terima harus memuaskan. Yang penting semua proses operasional, apalagi yang behubungan dengan konsumen harus betul-betul memuaskan. Semua rantai nilai yang ikut dalam Universitas Sumatera Utara proses tersebut harus bekerjasama dengan penampilan yang prima. (Alma, 2003:38) 4. Customer servive Customer service (layanan pelanggan) memiliki perbedaan makna pada organisasi yang berbeda. Dalam sektor jasa, layanan pelanggan dapat diartikan sebagai kualitas total jasa yang dipersepsikan oleh pelanggan. Oleh sebab itu, tanggung jawab bauran pemasaran ini tidak hanya bisa diserahkan pada departemen layanan pelanggan saja. Semua personil harus memiliki perhatian dan tanggung jawab terhadap masalah layanan pelanggan ini. Manajemen kualitas jasa layanan pelanggan yang ditawarkan berkaitan erat dengan kebijakan desain produk dan personalia (Tjiptono, 2005:32) 2.1.3 Harga (Price) 2.1.3.1 Pengertian Harga Menurut Kotler dan Amstrong (2001:439) harga adalah sejumlah uang yang di bebankan atas suatu produk, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk tersebut. Harga adalah estimasi penjual terhadap arti ekspresi nilai yang menyangkut kegunaan dan kualitas produk, citra yang terbentuk melalui iklan dan promosi, ketersediaan produk melalui jaringan distribusi serta layanan yang menyertai suatu produk (Kartajaya, 2002:481). Harga merupakan salah satu faktor yang harus dikendalikan secara serasi, selaras dengan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Segala keputusan yang menyangkut dengan harga akan sangat Universitas Sumatera Utara mempengaruhi aspek kegiatan suatu usaha baik yang menyangkut kegiatan penjualan ataupun aspek keuntungan yang ingin dicapai oleh suatu lini usaha. Jadi harga tidaklah sekadar perhitungan biaya-biaya ditambah sejumlah persentase tertentu sebagai tingkat keuntungan yang diharapkan. 2.1.3.2 Tujuan Penetapan Harga Menurut Lovelock dan Patterson (Tjiptono, 2005:193) tujuan umum penetapan harga adalah untuk mendukung strategi bauran pemasaran secara keseluruhan. Setiap keputusan mengenai strategi penetapan harga harus didasarkan pada pemahaman secara mendalam atas tujuan spesifik yang ingin perusahaan capai. Ada 3 (tiga) tujuan spesifik penetapan harga, yakni: 1. Tujuan berorientasi pendapatan a. Mengejar profit 1) Menghasilkan surplus sebesar mungkin 2) Mencapai tingkat target spesifik, tetapi tidak berusaha memaksimalkan laba b. Menutup biaya 1) Menutup biaya teralokasi secara penuh (termasuk biaya overhead institusional) 2) Menutup biaya penyediaan satu kategori jasa atau produk tertentu (setelah dikurangi biaya overhead institusional dan segala macam hibah spesifik) Universitas Sumatera Utara 3) Menutup biaya penjualan inkrimental kepada satu pelanggan ekstra 2. Tujuan berorientasi kapasitas Mengubah harga sepanjang waktu untuk memastikan bahwa permintaan sesuai dengan penawaran yang tersedia pada setiap waktu tertentu (sehingga mengoptimalkan kapasitas produktif) 3. Tujuan berorientasi pelanggan a. Memaksimumkan permintaan (apabila kapasitasnya tidak terbatas) dalam rangka mencapai tingkat pendapatan minimum tertentu. b. Menetapkan harga sesuai dengan perbedaan kemampuan membayar berbagai segmen pasar yang menjadi target pemasaran organisasi. c. Menawarkan metode pembayaran (termasuk fasilitas kredit) yang bisa meningkatkan kemungkinan membeli. 2.1.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penetapan Harga Perusahaan dalam menetapkan harga suatu produk atau jasa, ada dua faktor yang harus dipertimbangkan (Kotler & Amstrong, 2001:154), yaitu: 1. Faktor Internal Perusahaan, meliputi: a. Tujuan pemasaran perusahaan Faktor utama yang menetukan dalam penetapan harga adalah tujuan pemasaran perusahaan. Tujuan tersebut bisa berupa Universitas Sumatera Utara maksimisasi laba, mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, meraih pangsa pasar yang besar, menciptakan kepemimpinan dalam hal kualitas, mengatasi persaingan, melaksanakan tanggung jawab sosial, dan lain-lain. b. Strategi bauran pemasaran Harga adalah salah satu komponen bauran pemasaran. Oleh karena itu, harga perlu dikoordinasikan dan saling mendukung dengan bauran pemasaran lainnya, yaitu produk, distribusi, dan promosi. c. Biaya Biaya merupakan faktor yang menentukan harga minimal yang harus ditetapkan perusahaan agar tidak mengalami kerugian. Oleh karena itu, setiap perusahaan sangat memperhatikan biaya (biaya tetap dan biaya variabel), serta jenis-jenis biaya lainnya. 2. Faktor Eksternal Perusahaan, meliputi: a. Sifat pasar dan permintaan Setiap perusahaan perlu memahami sifat pasar dan permintaan yang dihadapinya, apakah termasuk pasar persaingan semprna, persaingan monopoli, maupun oligopoli. Faktor lainnya yang tidak kalah pentingnya ialah elastisitas permintaan. b. Persaingan Kebebasan perusahaan dalam menentukan harga itu bergantung pada jenis pasar yang berbeda-beda. Berdasarkan bentuk persaingannya, ada empat jenis pasar, antara lain: pasar persaingan Universitas Sumatera Utara murni, pasar persaingan monopoli, pasar persaingan oligopoli, pasar monopoli murni. 2.1.4 Lokasi atau Tempat Penampilan tempat usaha turut membantu menentukan citra tempat usaha. Lamb, et al (2001:105) elemen utama dari penampilan tempat adalah suasana (atmosphere), yaitu kesan keseluruhan yang disampaikan oleh tata letak fisik, dan dekorasi. Suasana dapat menciptakan perasaan santai atupun sibuk. Tata letak tempat adalah kunci keberhasilan, tata letak direncanakan semua sehingga semua ruangan digunakan secara efektif. Tata letak yang efektif tidak hanya menjamin kenyamanan dan kemudahan, melainkan juga mempunyai pengaruh besar pada pola lalu lintas konumen dan perilaku pembelian. Dalam hal ini ada tiga jenis interaksi yang mempengaruhi lokasi, yaitu: 1. Konsumen mendatangi pemberian jasa (perusahaan); apabila keadaan seperti ini maka lokasi menjadi sangat penting. Perusahaan sebaiknya memilih tempat yang dekat dengan konsumen sehingga mudah dijangkau, dengan kata lain harus strategis. 2. Pemberian jasa mendatangi konsumen; dalam hal ini lokasi tidak terlalu penting, tetapi yang harus diperhatikan adalah penyampaian jasa harus tetap berkualitas 3. Pemberian jasa dan konsumen tidak bertemu secara langsung; berarti service provider dan konsumen berintekrasi melalui sarana tertentu seperti telepon, Universitas Sumatera Utara surat atau komputer. Dalam hal ini lokasi sangat tidak penting selama komunikasi antar kedua pihak terlaksana. 2.1.5 Promosi 2.1.5.1 Pengertian Promosi Promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/ atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan (Tjiptono, 2002:219). Menurut Kismono (2001:374), Promosi adalah usaha yang dilakukan oleh pemasar untuk mempengaruhi pihak lain agar berpartisipasi dalam kegiatan pertukaran. Berdasarkan defenisi tersebut dapat dijelaskan bahwa promosi merupakan kegiatan perusahaan untuk menmberikan informasi dan mengingatkan calon konsumen melakukan tindakan pembelian terhadap produk perusahaan. 2.1.5.2 Tujuan Promosi Tujuan promosi secara umum adalah membangkitkan keinginan konsumen untuk membeli produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Perusahaan melalui promosi diharapkan dapat mempengaruhi cara berpikir konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produk yang dihasilkan perusahaan. Universitas Sumatera Utara Rossiter dan Percy (Tjiptono, 2002:222) mengklasifikasikan tujuan promosi sebagai efek dari komunikasi sebagai berikut: 1. Menumbuhkan persepsi pelanggan terhadap suatu kebutuhan (category need) 2. Memperkenalkan dan memberikan pemahaman tentang suatu produk kepada konsumen (brand awareness) 3. Mendorong pilihan terhadap suatu produk (brand attitude) 4. Membujuk pelanggan untuk membeli suatu produk (brandpurchase intention) 5. Mengimbangi kelemahan unsur bauran pemasaran lain (purchase fasilititation) 6. Menanamkan citra produk dan perusahaan (positioning) 2.1.5.3 Bauran Promosi Promosi merupakan salah satu variabel marketing mix yang sangat penting. Pada strategi promosi ini terdapat kombinasi dari berbagai macam media promosi dengan tujuan untuk memaksimalkan pencapaian target pasar. Secara umum bauran promosi (promotion mix) terdiri dari periklanan, promosi penjualan, penjualan pribadi, publisitas dan pemasaran langsung. Di dalam promosi di bidang jasa, bauran promosi ditambah tiga unsur yaitu : public relation, word of mouth, direct & online marketing. Bauran promosi antara lain : Universitas Sumatera Utara 1. Periklanan Iklan adalah segala bentuk penyajian non pribadi dan promosi gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran (Kotler, 2005:323). Penggunaan promosi dengan iklan dapat dilakukan dengan berbagai media seperti lewat: Pemasangan billboard (papan nama) di jalan-jalan strategic, pencetakan brosur disebarkan di setiap cabang atau pusat-pusat perbelanjaan, pemasangan spanduk di lokasi tertentu dan strategis, melalui koran, melalui majalah, melalui internet, melalui televisi, melalui radio,dan menggunakan media lainnya. 2. Promosi Penjualan (Sales Promotion) Tujuan promosi penjualan adalah untuk meningkatkan jumlah pelanggan. Promosi penjualan dilakukan untuk menarik nasabah untuk segera membeli setiap produk atau jasa yang ditawarkan. Promosi penjualan adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera atau meningkatkan jumlah barang yang dibeli pelanggan (Tjiptono, 2005:229). 3. Penjualan Pribadi Penjualan pribadi ini dilakukan secara tatap muka yaitu dengan melakukan presentasi langsung kepada calon pembeli dengan tujuan mendapatkan penjualan. Penjualan perorangan merupakan alat promosi yang mahal tetapi mempunyai peranan yang sangat besar bagi industri jasa. Universitas Sumatera Utara 4. Publisitas Publisitas merupakan kegiatan promosi untuk memancing perhatian penonton melalui kegiatan seperti pameran, reality show, bakti sosial serta kegiatan lainnya. Kegiatan publisitas dapat meningkatkan minat calon konsumen untuk membeli tiket nonton. Lamb,et al (2001:234), Publisitas adalah informasi publik mengenai sebuah perusahaan, barang atau jasa yang tampil di media massa sebagai suatu jenis baru. 5. Pemasaran Langsung Simamora (2006:260), Pemasaran langsung adalah kombinasi dari berbagai metode promosi yang ditujukan langsung kepada pasar sasaran dan berusaha untuk memperoleh respon langsung. Dalam direct marketing kombinasi promosi ditujukan langsung kepada konsumen individual, dengan tujuan agar pesan-pesan tersebut ditanggapi konsumen yang bersangkutan, baik melalui telepon, pos atau dengan datang langsung ke tempat pemasar. Contoh dari direct marketing adalah katalog, surat, dan lain-lain. 2.1.5.4 Strategi Promosi Menurut Boyd (2000:65), Strategi promosi adalah sebuah program terkendali dan terpadu dari metode komunikasi dan material yang dirancang untuk menghadirkan perusahaan dan produk-produknya kepada calon konsumen, menyampaikan ciri-ciri produk yang memuaskan kebutuhan untuk mendorong Universitas Sumatera Utara penjualan yang akhirnya akan memberi kontribusi pada kinerja laba jangka panjang. 2.1.6 Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah tindakan langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini (Setiadi, 2003:3). Perilaku konsumen merupakan interaksi antara afeksi dan kognisi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka. Menurut Kotler dan Amstrong (2003:199) perilaku konsumen adalah perilaku pemebelian konsumen yang mengacu pada pada perilaku pembelian konsumen akhir (individu dan rumah tangga) yang membeli barang atau jasa untuk konsumsi pribadi. Pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh karakteristik budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Faktor-faktor yang memepengaruhi perilaku konsumen (Kotler & Amstrong, 2003:201): 1. Faktor budaya, terdiri dari: budaya, sub budaya, dan kelas social 2. Faktor sosial, terdiri dari: kelompok acuan, keluarga, dan peran dan status. 3. Faktor pribadi, terdiri dari: umur dan tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian dan konsep diri. 4. Faktor psikologi, terdiri dari: motivasi, persepsi, pemeblajaran, kepercayaan dan sikap. Universitas Sumatera Utara 2.1.7 Gaya Hidup Gaya hidup merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengambil keputusan. Keputusan konsumen sangat dipengaruhi oleh faktor Budaya, Sosial, Pribadi dan Psikologis (Kotler, 2005:183). Menurut Kotler (2001:192) Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya Hidup menunjukkan bagaimana seseorang berinteraksi dengan lingkungannya. Pemasar juga dapat mentargetkan produk berdasarkan gaya hidup konsumen. 1. Aktivitas Aktivitas adalah kegiatan, kesibukan, keaktifan, kerja atau suatu kegiatan kerja yang dilaksanakan orang di setiap bagian dalam perusahaan. 2. Minat Minat adalah kesukaan terhadap suatu kegiatan melebihi kegiatan lainnya dan mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika orang tersebut bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu itu bermanfaat, maka ia akan berminat dan hal tersebut akan mendatangkan kepuasan. 3. Opini Opini adalah sesuatu yang dipandang benar walaupun tanpa kepastian obyektif atau pun subyektif. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Opini adalah pendapat, pikiran atau pendirian. Universitas Sumatera Utara 2.1.8 Minat Berkunjung Kembali Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:744), Minat diartikan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, keinginan yang kuat. Minat seseorang terhadap sesuatu adalah kecenderungan hati yang tinggi, gairah atau keinginan seseorang terhadap sesuatu. Berkunjung diartikan pergi atau datang untuk melihat sesuatu (KBBI, 2005:614). Minat konsumen untuk berkunjung ke suatu tempat tentunya didasari alasan tertentu, dimana kunjungan tersebut dapat memberikan nilai manfaat yang akan berdampak pada kepuasan konsumen tersebut. Adapun tiga hal yang harus dikembangkan agar suatu tempat menjadi menarik untuk dikunjungi (Yoeti, 1996:178), yaitu : 1. Adanya something to see , yaitu sesuatu yang menarik untuk dilihat. 2. Adanya something to buy , yaitu adanya sesuatu yang menarik dan khas untuk dibeli. 3. Adanya something to do , yaitu adanya sesuatu aktivitas yang dapat dilakukan di tempat itu. Minat berkunjung kembali adalah perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek. Minat berkunjung kembali menunjukkan keinginan untuk melakukan kunjungan kembali untuk waktu yang akan datang (Tjiptono, 2005:231). Menurut Kapferer dan Laurent (Tjiptono, 2005:231), perilaku pembelian kembali bisa dijabarkan menjadi dua kemungkinan , yakni loyalitas dan inersia. Faktor pembedanya adalah sensitivitas merek (brand sensivity) yang didefenisikan sebagai sejauh mana merek memainkan peran kunci dalam Universitas Sumatera Utara pemilihan alternatif dalam kategori produk tertentu. Sensitivitas merek dipengaruhi persepsi terhadap perbedaan merek dan tingkat keterlibatan konsumen dalam kategori produk. Perilaku pembelian kembali dalam situasi sensitivitas merek yang kuat dikategorikan sebagai loyalitas, dimana konsumen cenderung membeli ulang merek yang sama dan menganggap pilihan merek sangat penting baginya. Sebaliknya pembelian kembali dalam situasi sensitivitas merek yang lemah dikategorikan sebagai inersia, yakni konsumen cenderung membeli ulang merek yang sama, namun ia tidak menganggap nama merek itu penting, karena ia tidak bisa membedakan berbagai merek yang ada dan tidak terlibat secara intensif dalam pemilihan kategori produk. 2.2 Penelitian Terdahulu Muhammad Zen (2008) dengan judul “Analisis Pengaruh Harga dan Lokasi Yang Mempengaruhi Minat Konsumen Mengunjungi Warung Kopi Bang Adi,” menyimpulkan bahwa: 1. Harga dan lokasi secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat mengunjungi Warung Kopi Bang Adi. 2. 82% variabel dependent (minat konsumen untuk mengunjungi Warung Kopi Bang Adi (Y) dipengaruhi oleh variabel Harga (price) (X1) dan Lokasi (place) (X2 ), sedangkan sisanya 18% (100% - 82%) dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan, seperti konsumen yang kebetulan melintas didepan Warung Kopi Bang Adi ataupun konsumen yang dibawa oleh temannya untuk makan dan minum di Warung Kopi Bang Adi. Universitas Sumatera Utara Willi Pratama (2011) dengan judul “Pengaruh Budaya, Gaya Hidup, dan Psikologis Terhadap Keputusan Berkunjung Pada Restoran Shanghai Kitchen Sun Plaza Medan,” menyimpulkan bahwa : 1. Gaya Hidup dan Psikologis secara stimultan atau bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan berkunjung pada Restoran Shanghai Kitchen Sun Plaza Medan. 2. Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi ( ), 34,7% faktor¬faktor kepuasan konsumen dapat dijelaskan oleh variabel bebas (Budaya, Gaya Hidup dan Psikologis) sedangkan sisanya 60,2% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. 2.3 Kerangka Konseptual Dalam hal ini kerangka konseptual atau kerangka pemikiran adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian ditujukan, dimana hal ini merupakan jaringan hubungan antar variable yang secara logis diterangkan dan dikembangkan dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi, dan survey literatur (Kuncoro, 2003;44). Menurut Kotler (2001:195) harga adalah sejumlah nilai yang dipertukarkan konsumen untuk suatu manfaat atas pengkonsumsian penggunaan atas kepemilikan barang atau jasa. Segala keputusan yang menyangkut dengan harga akan sangat mempengaruhi beberapa aspek kegiatan suatu usaha baik yang menyangkut kegiatan penjualan ataupun aspek keuntungan yang ingin dicapai Universitas Sumatera Utara oleh suatu lini usaha. Ini berarti harga menggambarkan nilai uang sebuah barang atau jasa. Lokasi (Place), kemudahan akses terhadap lokasi usaha bagi semua para pelanggan dan calon pelanggan potensial. Tempat yang menarik bagi konsumen adalah tempat yang paling strategis, menyenangkan, dan efisien (Suryana, 2001;105). Memilih lokasi dekat dengan pelanggan perlu untuk mempertahankan daya saing. Selain faktor kedekatan dengan pelanggan, faktor kenyamanan juga mutlak diperhatikan. Promosi (Promotion) merupakan fungsi pemberitahuan, pembujukan, dan pengimbasan keputusan pembelian konsumen (Kotler, 2003;20). Promosi adalah komunikasi dari pesan-pesan perusahaan yang didesain untuk menstimulus terjadinya kesadaran (awareness), ketertarikan (interest), dan berakhir dengan tindakan pembelian (purchase) yang dilakukan oleh pelanggan terhadap produk atau jasa perusahaan (Kotler, 2003:22). Gaya hidup merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengambil keputusan. Menurut Kotler (2001:192) Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. Adanya minat konsumen untuk berkunjung kembali ke suatu tempat tentunya didasari alasan tertentu, dimana kunjungan tersebut dapat memberikan nilai manfaat yang akan berdampak pada kepuasan konsumen tersebut. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa harga, lokasi, promosi, dan gaya hidup mempengaruhi keputusan berkunjung yang dapat digambarkan pada suatu kerangka konseptual pada gambar 2.1 Harga (X1) Lokasi (X2) Minat Berkunjung Kembali (Y) Promosi (X3) Gaya Hidup (X4) Sumber: Kotler & Amstrong (2003) dan Alma (2003) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara berdasarkan rumusan masalah yang kebenarannya akan diuji dalam pengujian hipotesis (Sugiyono, 2003:306). Berdasarkan perumusan masalah yang ditetapkan maka hipotesis penelitian ini adalah “Variabel harga, lokasi, promosi, dan gaya hidup mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap minat berkunjung kembali ke Coffee Cangkir ”. Universitas Sumatera Utara