BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama dekade terakhir ini terjadi perubahan besar pada industri pulp dan kertas. Tiga aspek utama yang mengisi perubahan tersebut yaitu permintaan, selektivitas perolehan bahan baku, dan persaingan industri. Untuk di Indonesia, permintaan terhadap komoditi kertas pada periode 2004-2007 meningkat dari 5.47 juta ton menjadi 6 juta ton atau naik rata-rata 3.13% per tahun. Walaupun sudah mengalami peningkatan, konsumsi kertas perkapita di Indonesia masih sekitar 26 kg perkapita pertahun, jauh di bawah Malaysia (110.8 kg/kapita/tahun), terlebih dibandingankan Jepang (245.5 kg/kapita/tahun), Amerika Serikat (288 kg/kapita/tahun), dan Finlandia (368.6 kg/kapita/tahun) (Departemen Perindustrian 2009). Tren permintaan kertas dalam negeri yang diproyeksi terus meningkat ini kemudian menarik banyak investor untuk masuk dalam industri pulp dan kertas. Selama periode 2004-2008, kapasitas pulp domestik meningkat rata-rata 0.6% per tahun, yaitu dari 5.2 juta ton menjadi 6.4 juta ton per tahun. Pada 2009, kapasitas terpasangnya bahkan meningkat lagi menjadi 6.9 juta ton per tahun seiring dengan beroperasinya pabrik baru. Pada periode yang sama, kapasitas produksi kertas juga mengalami peningkatan dari 10 juta ton menjadi 10.9 juta ton per tahun. Indonesia juga memiliki potensi lahan yang masih cukup luas untuk dikembangkan menjadi hutan tanaman industri (HTI) sebagai sumber bahan baku yang berkelanjutan. Departemen Kehutanan (2008) menyebutkan luas areal hutan di Indonesia diperkirakan 133,369,684 ha, terdiri atas hutan lindung 31,604,032 ha, kawasan pelestarian alam 20,142,049 ha, hutan produksi 36,649,918 ha, hutan produksi terbatas 22,502,724 ha, dan hutan produksi yang dapa dikonversi 22,795,961 ha (Departemen Perindustrian 2009). Modal hutan alam yang luas dan perkembangan HTI selama ini menjadikan posisi Indonesia sebagai pemasok pulp dan serpih kayu semakin penting, terutama bagi negara-negara Asia. Walaupun demikian, perjalanan industri pulp dan kertas – juga industri kehutanan pada umumnya – dalam negeri tidaklah berjalan mulus, sehubungan dengan isu pemanasan global, lingkungan hidup, dan penebangan liar yang menjadi perhatian dunia. Sampai September 2004, masih lebih dari 90% bahan baku kayu untuk industri pulp di Indonesia berasal dari hutan alam. Hal ini mendorong upaya pembenahan sumber pasokan bahan baku kayu agar lebih menjamin keberlanjutan produksi dan penerimaan hasilnya di pasar dunia. Industri pulp dan kertas memiliki beberapa karakteristik yang membuatnya unik. Pertama, volume dan kualitas pasokan pada industri tersebut bersifat stokastik dan sulit diprediksi. Kedua, lingkup perencanaannya memiliki rentang mulai dari yang sangat pendek (detik) hingga yang sangat panjang (dekade). Ketiga, terdapat banyak sekali produk turunan (ratusan) dibandingkan dengan asal bahan bakunya (hanya beberapa spesies pohon). Keempat, tradisinya menggunakan perencanaan manual dalam sistem berbasis dorong (push-based), dan masih memiliki banyak masalah praktis ketika diubah menjadi sistem berbasis tarik (pull-based). Kelima, hubungan dengan pelanggan biasanya didasarkan pada sistem spot and contract. Keenam, sifatnya yang padat modal dengan margin yang kecil. Industri pulp dan kertas bersandar pada rantai pasokan yang begitu panjang dan terintegrasi, bermula dari kayu yang dipanen dari hutan dan berakhir sebagai bermacam produk dalam kehidupan sehari-hari. Tahapan-tahapan aktivitas pada rantai pasokan pulp dan kertas ini juga melibatkan berbagai perusahaan dan organisasi (Carlsson et al. 2006). Pada kondisi persaingan yang semakin ketat dan pengadaan bahan baku yang semakin selektif, serta kompleksitas dan dinamika rantai pasokannya, para pelaku industri pulp dan kertas dituntut 1 untuk lebih memperhatikan segala aktivitas dan fungsinya agar dapat benar-benar berjalan dengan efektif dan efisien. Manajemen rantai pasokan (supply chain management – SCM) merupakan suatu pendekatan untuk secara efisien mengintegrasikan pemasok, perusahaan manufaktur, gudang besar, dan pengecer sedemikian rupa sehingga suatu produk dapat diproduksi dan didistribusikan dalam kuantitas yang tepat, pada lokasi yang tepat, dan dalam waktu yang tepat agar biaya-biaya keseluruhan sistem dapat diminimumkan dengan tetap menjaga tingkat pelayanan yang memuaskan (Simchi et al. 2000 dalam Hou dan Huang 2002). Koordinasi yang erat antar-organisasi dalam rantai pasokan dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut (Lee dan Billington 1992). PT Kertas Leces (PTKL) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam industri pulp dan kertas dengan memproduksi berbagai jenis kertas. PTKL adalah pabrik kertas tertua kedua di Indonesia (setelah Pabrik Kertas Padalarang) yang beroperasi sejak 1940. Dengan pengalaman lebih dari setengah abad dalam industri kertas dan kemampuannya dalam mengahasilkan berbagai jenis kertas, rantai pasokan kertas yang melibatkan PTKL menjadi menarik untuk dipelajari. Keberhasilan implementasi manajemen rantai pasokan ditentukan pertama kali oleh keputusan strategis pemilihan pemasok (Hou dan Huang 2002). Koordinasi dengan pemasok bukan hal mudah karena pemasok merupakan organisasi eksternal sehingga dibutuhkan sistem kerjasama dan pertukaran informasi yang terintegrasi. Pengembangan pemasok adalah salah satu cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan daya saing dari keseluruhan rantai pasokan (Lee et al. 2001). Aktivitas seleksi pemasok memainkan peran kunci dalam organisasi karena secara signifikan dapat mengurangi harga barang dan meningkatkan daya saing harga perusahaan. Disamping itu, tuntutan aspek kualitas dan waktu pengiriman, selain biaya, dalam persaingan pasar yang semakin mengglobal saat ini menambah kompleksitas keputusan seleksi pemasok ini (Ting dan Cho 2008). Penelitian ini mengkaji rantai pasokan industri kertas dengan menggunakan pendekatan kerangka kerja Van der Vorst (2006) untuk mendapatkan gambaran tentang rantai pasokan, partisipan, proses, produk, sumberdaya, dan manejemennya, serta hubungan antara hal tersebut dengan atributatribut terkait. Van der Vorst (2006) mengadaptasi kerangka kerja dari Lambert dan Cooper (2000) untuk menggambarkan rantai pasokan dengan membaginya ke dalam empat elemen, yaitu struktur jaringan, proses bisnis rantai, manajemen rantai dan jaringan, dan sumberdaya rantai. Analisis konfigurasi rantai kertas pada penelitian ini mengambil studi kasus di PT Kertas Leces, Probolinggo. Selanjutnya, fokus kajian diarahkan pada masalah seleksi dan evaluasi pemasok pada rantai pasokan kertas. Struktur hierarkis dalam seleksi dan evaluasi pemasok dikembangkan menggunakan Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process – AHP). Hal ini berguna untuk mengidentifikasi kandidat pemasok terbaik dengan mempertimbangkan kriteria kuantitatif dan kualitatif. Proses tersebut diharapkan dapat berimplikasi pada manajemen hubungan dengan pemasok sehingga dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien. 1.1.1 Batasan Masalah 1. 2. 3. Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut. Rantai pasokan kertas yang dikaji dalam penelitian ini berdasarkan studi kasus pada PT Kertas Leces (Persero), Probolinggo. Partisipan ahli yang dijadikan responden dalam penentuan kriteria dan prioritasnya untuk proses seleksi dan evaluasi pemasok berasal dari kalangan akademisi perguruan tinggi dan peneliti dari lembaga riset. Model seleksi pemasok yang diajukan menggunakan salah satu bahan/item (dari sekian bahan/item kritis) sebagai konteks kasus aplikasi. 2 1.1.2 Rumusan Masalah Dengan demikian, masalah yang bisa dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana konfigurasi rantai pasokan kertas (dengan mengambil studi kasus di PTKL), dan bagaimana model seleksi dan evaluasi pemasok untuk industri kertas yang dihasilkan dari pendekatan AHP. 1.2 Tujuan 1. 2. Berdasarkan paparan di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. Mengkaji konfigurasi rantai pasokan kertas. Mengembangkan model seleksi dan evaluasi pemasok dengan pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP). 1.3 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pihak-pihak sebagai berikut. 1. Manfaat bagi PTKL Memberikan masukan berupa informasi terkait rantai pasokan kertas spesifiknya, sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan strategis perbaikan kinerja perusahaan, demikian pula terkait medel seleksi dan evaluasi pemasok yang dikembangkan. 2. Manfaat bagi dunia pendidikan Menambah dan memperluas wawasan bagi kalangan akademisi tentang rantai pasokan kertas dan seleksi dan evaluasi pemasok di dalamnya. 3