Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014 PENGARUH FRAKSI AIR HERBA SELEDRI (Apium graveolens L.) TERHADAP KADAR ASAM URAT MENCIT PUTIH JANTAN HIPERURISEMIA Dian Ayu Juwita1, Helmi Arifin1, Popy Handayani1 Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Kampus Unand Limau Manis Padang ABSTRACT The effect of the water fraction herbaceous celery (Apium graveolens L.) on blood uric acid level has been observed on white male mice hyperuricemia. As much as 30 white mice males aged 2-3 months and weighing 20-30 grams were used. Induction hyperuricemia was done by giving chicken fresh homogenate’s liver 0.5 mL/20g BW during even days. Mice were divided into 6 groups, negative control, positive control, group dose 12.5 mg/kg, group dose 25 mg / kg BW, group dose 50 mg/kg BW, comparison group allopurinol at dose of 10 mg/kg BW. Blood uric acid level were measure with digital tool Nesco®Multicheck. The data were analyzed two-way ANOVA and followed by Duncan’s multiple range test. The results showed that administration of water fraction herbaceous celery (Apium graveolens L.) at a dose of 12.5, 25, and 50 mg/kgBW can lower blood uric acid levels in white male mice are highly significant (p <0.01). Effect is shown by the highest dose of 50 mg/kgBB. while the difference in duration of effect was significantly (p <0.05). Keywords: celery, mice, uric acid PENDAHULUAN Indonesia adalah negara yang dikenal dengan megabiodiversiti, memiliki keanekaragaman hayati flora dan fauna yang sangat melimpah. Sumber daya alam bahan obat dan obat tradisional merupakan aset nasional yang perlu digali, diteliti, dikembangkan, dan dioptimalkan pemanfaatannya (Depkes, 2008). Tanaman obat adalah kelompok tanaman yang umumnya digunakan sebagai obat dan sebagai sumber bahan baku obat. Tanaman obat yang digunakan biasanya dalam bentuk simplisia yang berupa akar, daun, buah, dan biji. Penggunaan tumbuhtumbuhan sebagai obat tradisional ternyata telah lama dikenal masyarakat Indonesia jauh sebelum pelayanan kesehatan menggunakan obat-obatan sintetik. Obat tradisional selain murah dan mudah di dapat, obat tradisional juga memiliki efek samping yang jauh lebih rendah dibandingkan obatobatan kimia (Setiawan, 2010). Penelitian dan pengembangan tanaman obat telah banyak dilakukan, terutama pada segi farmakologi maupun fitokimianya. Penelitian ini digunakan untuk mencari tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat (Azmi, 2010). Seledri (Apium graveolens L) merupakan tanaman suku umbeliferae yang mempunyai khasiat sebagai obat. Komponen metabolit sekunder yang berhasil diisolasi dari seledri di antaranya apiin, apigenin. Herba seledri sering digunakan sebagai obat peluruh keringat, penurun demam, rematik, sukar tidur, dan darah tinggi asam urat, dan memperbaiki fungsi darah yang terganggu, selain itu juga dapat berfungsi sebagai antiinflamasi (Fazal, 2012). Apigenin merupakan salah satu senyawa yang terdapat dalam seledri dan dapat digunakan sebagai obat asam urat (Duke, 2001). Asam urat sering dialami masyarakat saat ini, dan banyak diderita oleh kelompok usia produktif yaitu usia 30–50 tahun, hal ini dapat menurunkan produktivitas kerja. Pada kondisi patofisiologis terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah melewati batas normal yang disebut hiperurisemia. 187 Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014 Pada hiperurisemia terjadi akumulasi kristal asam urat pada persendian sehingga menimbulkan rasa sakit atau nyeri yang dikenal dengan istilah penyakit gout (Priyanto, 2009). Kadar asam urat yang tinggi seperti pada penderita hiperurisemia dapat menyebabkan kerusakan pada membran sel seperti hepar dan ginjal akibat reaksi berantai peroksidase lipid. Makanan yang mengandung purin tinggi, akan mengaktivasi enzim xanthine oksidase 20 kali lipat dari keadaan normal. Asam urat merupakan senyawa kimia hasil akhir dari metabolisme asam nukleat atau metabolisme purin dalam tubuh. Berdasarkan penyelidikan bahwa 90% dari asam urat merupakan hasil katabolisme purin yang dibantu oleh enzim guanase dan xanthine oksidase (Shamley, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Vasquez Mellado diketahui 86% pasien dengan gout mengalami sindrom metabolik yang meningkatkan glukosa sehingga menyebabkan resistensi insulin dan diabetes tipe 2 serta peningkatan penyerapan asam urat (Setyohadi, 2007). Data ilmiah pendukung yang mengungkap khasiat seledri sebagai biomedicine yaitu pemakaian infus daun seledri dengan kadar 10 persen sebanyak 5 ml/kg bb menurunkan kadar asam urat darah kera. Telah dilaporkan bahwa flavonoid dari seledri (apium graveolens L.) bisa menghambat aktivitas enzim xanthine oxidasesampai dengan 85,44% (Ramdhani, 2004). Berdasarkan penelitian sebelumnya ekstrak kasar etanol herba seledri sebesar 10,40% (LC50 1969,18 ppm) dengan efek inhibisi enzim xanthine oksidase 6,04%-74,01% (100-2000 ppm) (Iswantini, 2012). Berdasarkan hal diatas maka dilakukan penelitian Pengaruh fraksi air herba seledri (apium graveolens L.) terhadap kadar asam urat mencit putih jantan hiperurisemia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bukti ilmiah bahwa herba seledri dapat dijadikan sebagai obat untuk menurunkan kadar asam urat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek dari hasil fraksinasi Herba Seledri (Apium graveolens L.) terhadap kadar asam urat darah mencit putih jantan. Parameter yang diamati adalah kadar asam urat darah BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan lebih kurang selama 4 bulan di Laboratorium Biota Sumatra dan Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Andalas. Penelitian ini dilaksanakan dengan metoda eksperimental. Sampel berupa daun dan batang seledrididapat di daerah Bukit Tinggi, Sumatra Barat. Kemudian diidentifikasi di Herbarium ANDA Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas Padang. Maserat disaring dan diuapkan dengan rotary evaporator. Pembuatan Ekstrak Etanol Herba seledri segar 6 kg dikeringkan dengan oven pada suhu 40°C, selanjutnya dihaluskan dengan menggunakan gerinder. Ekstraksi dengan metode maserasi pelarut yang digunakan etanol 70% P.Perendaman dilakukan 5 hari dengan 3 kali pengulangan. Penyiapan Sediaan Uji Volume pemberian ekstrak adalah 1% dari berat badan hewan uji. Sediaan uji dibuat dengan mensuspensikan masing-masing fraksi herba seledri sesuai dosis dengan menggunakan larutan polisorbat 80; 2 % sebagai pensuspensi. Pembuatan Fraksi Herba Seledri Ekstrak etanol 70 % herba seledri difraksinasi dengan heksan,etil asetat dilakukan beberapa kali pengulangan. Sehingga didapatkan fraksi heksan, etil asetat dan air. Semua fraksi heksan, etil asetat dan air diuapkan secara in vacuo dengan rotary evaporator sehingga dapatkan fraksi kental. 188 Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014 Perlakuan Hewan Uji Hewan uji dibagi atas 6 kelompok secara acak. Kelompok 1 sebagai kontrol negative hanya diberi pensuspensi (larutan polisorbat 80; 2%) setiap hari selama penelitian. Kelompok II sebagai kontrol positif hanya diberi homogenat hati ayam , III, IV, dan V, merupakan kelompok perlakuan yang diberikan fraksi air herba seledri dengan dosis berurutan yaitu 12,5 mg/kg BB, 25 mg/kg BB, dan 50 mg/kg BB. Sediaan uji diberikan secara oral. Perlakuan dilakukan selama 21 hari. pengukuran kadar asam urat dilakukakan 7 hari setelah pemberian homogenat hati ayam dianggap hari ke-0. Selanjutnya kadar asam urat diukur pada hari ke 7,14,dan 21 perlakuan. Pengukuran kadar asam urat dilakukan dengan menggunakan alat Nesco®MultiCheck dengan prinsip enzimatis. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini digunakan sampel kering berupa simplisia herba seledri (Apium graveolen L.). Cara maserasi dipilih karena prosedurnya yang sederhana, tidak memerlukan peralatan khusus dan tidak memerlukan panas sehingga baik untuk simplisia dengan zat aktif yang tidak tahan pemanasan (Djamal, 1990). Penggunaan etanol sebagai pelarut didasarkan pada sifat etanol yang dapat melarutkan hampir semua jenis zat, baik yang bersifat polar, semi polar, dan non polarmenghambat kerja enzim sehingga zat aktif dapat terhindar dari proses hidrolisis dan oksidasi (Culvenor and fitzgerald, 2004). Maserat yang diperoleh dari hasil maserasi dengan etanol 70 % dilakukan pemekatan dengan rotary evaporator untuk mendapatkan ekstrak kental (Depkes RI, 2000).Setelah dilakukan pemekatan diperoleh ekstrak kental sebanyak 186,64 gram. Ekstrak kental etanol sebanyak 170 gram difraksinasi. Hasil fraksi yang diperoleh fraksi heksan, etil asetat dan air masing-masing sebanyak 2,15 gram; 22,01 gram; dan 94,87 gram Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat darah diatas normal. Secara biokomiawi akan terjadi hipersaturasi yaitu kelarutan asam urat di serum yang melewati ambang batasnya. Penginduksian mencit dilakukan dengan pemberian makanan diet purin tinggi (MDPT) yaitu homogenat hati ayam segar sebanyak 0.5 mL/20 g BB setiap hari. Selain itu hati ayam mempunyai kandungan purin nomor 2 setelah otak, setiap 100 gram hati ayam mengandung 150-1000 mg purin. Cara mendapatkanya mudah, harganya murah dan tidak toksik seperti halnya potassium oxonat yang bersifat oksidator kuat, karsinogenik dan mutagenik. Dalam penelitian ini digunakan allopurinol dosis 10 mg/kg BB sebagai pembanding yang bekerja dengan cara menghambat enzim xantin oksidase. Allopurinol merupakan obat efektif bagi penderita hiperurisemia (Dipalma, 1982). Hasil analisa statistik data uji pengaruh fraksi air terhadap kadar asam urat darah menunjukkan kadar asam urat darah mencit dipengaruhi sangat bermakna oleh faktor dosis (p< 0,01) dan secara bermakna oleh faktor waktu (lama Pemberian) (p<0,05). Selain itu, tidak terdapat pengaruh interaksi faktor perlakuan (p>0,05). Untuk melihat pengaruh dari masing-masing dosis dan lamanya waktu pemberian terhadap persentase perubahan kadar asam urat darah maka dilakukan uji lanjut Duncan. Setelah dilakukan uji lanjut duncan berdasarkan faktor perlakuan, kelompok allopurinol dosis 10 mg/ kg BB dengan kelompok dosis 50 mg/kg BB tidak terdapat perbedaan nyata, itu berarti efek dari fraksi air pada dosis 50mg/kg BB memiliki efek yang hampir sama dengan allopurinol. Sedangkan kelompok dosis 12,5 mg/kg BB dan dosis 25 mg/kg BB dengan mencit hiperurisemia tidak terdapat perbedaan nyata. Hal ini bisa saja berkaitan dengan rentang dosis yang tidak teralu besar dan bisa juga dipengaruhi oleh faktor aktivitas dari kompenen-kompenen dari bahan alam yang terdapat pada fraksi tersebut dimana efek 189 Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014 dari komponen-komponen tersebut dapat saling sinergis, aditif maupun antagonis. Setelah dilakukan uji lanjut Duncan berdasarkan faktor lama pemberian, tidak terdapat perbedaan yang nyata antara hari ke7, 14, dan 21. Ini artinya tidak terdapat perbedaan kadar asam urat pada hari ke7,14,dan 21, hal ini mungkin disebabkan karena jarak waktu terlalu pendek sehingga belum menunjukkan aktivitas yang berbeda. Dari hasil perbandingan persentase penurunan kadar asam urat darah mencit terhadap kontrol positif, maka fraksi air herba seledri (Apium graveolen L.) pada dosis 12,5 mg/kg BB, hari ke-7 mengalami kenaikan sebesar 4,84%. Hal ini dapat terjadi akibat pengaruh faktor fisiologis hewan percobaan seperti metabolisme dari hewan uji dan faktor lingkungan dari tempat percobaan. Dan pada hari ke-14 dapat menurunkan kadar asam urat darah sebesar 11,04%, 17,61 % pada hari ke-21. Dosis 25 mg/kgBB dapat menurunkan kadar asam Tabel 1. Data rata-rata kadar asam urat mencit putih jantan hiperurisemia setelah pemberian fraksi air herba seledri (Apium graveolens L.) pada hari ke-0, 7, dan 14 KESIMPULAN Pada hasil uji pendahuluan fraksi N-heksan dan fraksi air dengan dosis 25 mg/kg BB dapat menurunkan kadar asam uratdarah hewan percobaan masing-masing sebesar 35,59%, dan 15,03%. Fraksi yang memberikan aktivitas terbesar adalah fraksi air. Fraksi air herba seledri dengan 12,5, 25, dan 50 mg/kgBB dapat menurunkan kadar asam urat darah mencit yang diinduksi dengan homogenat. Penurunan kadar asam urat darah yang tertinggi yaitu pada dosis 50 mg/KgBB. Analisis statistik ANOVA memperlihatkan bahwa kadar asam urat darah mencit dipengaruhi sangat bermakna oleh dosis (faktor perlakuan) (p<0,01) dan dipenagruhi secara bermakna oleh lama pemberian (p < 0,05). Selain itu, tidak terdapat pengaruh interaksi faktor perlakuan dengan lama pemberian (p > 0,05). DAFTAR PUSTAKA Anderson, P.S., 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, diterjemahkan oleh Peter Anugerah, 190 Jakarta: EGC. Kedokteran. Penerbit Buku Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014 Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Dep.Kes. RI, Jakarta. Azmi, Ulul. 2010. Efek Ekstrak Etanol Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pada Mencit Putih Jantan yang Diinduksi Potassium Oxonate, (Skripsi), Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Culvenor, C. C. J. & J. S. Fitzgerald., 2004, A Field Method for Alkaloids Screening of Plants, J. Pharm Sci, 52: 303-304. Departemen Kesehatan RI, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Ed. I. Jakarta: Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan Direktorat Pengawasan Obat Tradisional. Departemen Kesehatan RI, 2008, Farmakope Herbal Indonesia, Ed.I, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Djamal, R., 1990, Prinsip-Prinsip Bekerja Dalam Bidang Kimia Bahan Alam, Padang: Universitas Andalas Duke, 2001, Phytochemical Database, Beltswille Agricultural Research Centre, Beltswille, Maryland, Diakses tanggal 26 Desember 2012 dari http://www.ars-grin.gov/cgiin/duke/pharmacy-scroll3.pl Fazal, S., 2012, Riview On The pharmacognostical and Pharmacological Characterization Of (Apium graveolens L.), Indo Global Journal Of Pharmaceutical sciens, 2(1): 36-42. Iswantini, D.H., 2012, Inhibition Kinetic of (Apium graveolens L.) Ethanol Extract and Its Fraction on The Activity of Xanthine Oxidase and Active Compound, Journal of biological sciences, 12(1): 51-16 Priyanto, 2009, Farmakoterapi dan Terminologi Medis, Penerbit Leskonfi: Depok. Ramdhani, 2004, Isolation and Identifikation of Bioaktif coumpound celery (Avium Graviolens L.) to inhibition of Aktivity Xantin Oksidase, Journal of biological sciences, 3(1): 31-40 Setiawan, R., 2010, Pengaruh Pemberian Ekstrak Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi Aloksan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Shamley, D., 2005, Pathophysiology an Essential Text for the Allied Health Professions, USA: Elsevier Limited. Setyohadi, B., 2007, Peran Hiperurisemia pada Penyakit Lain. Majalah Semijurnal Farmasi & kedokteran (Ethical Digest), 43: 25–29. Zhao, X., Zhu, X. & Pan, Y., 2005, Effects Of Cassia Oil On Serum and Hepatic Uric Acid Levels In Oxonate-Induced Mice and Xanthine Dehydrogenase and Xanthin Oxydase Activities In Mouse Liver. Journal Of Ethnopharmacology. Diakses tanggal 15 Januari 2013 dari http:// www.elsevier.com/locate/ jethpharm 191