BAB VI PENGARUH LIBERALISASI KEUANGAN

advertisement
143
VI. PENGARUH LIBERALISASI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN
MONETER TERHADAP PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR
PERTANIAN, INDUSTRI DASAR DAN KIMIA SERTA PERBANKAN
6.1. Pengaruh Liberalisasi Keuangan terhadap nilai Q-Tobin Sektor Pertanian,
Industri Dasar dan Kimia dan Perbankan
Analisis bagian ini untuk mencapai tujuan penelitian pertama, yaitu
menganalisis pengaruh liberalisasi keuangan (capital account dan pasar saham).
Analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan Analisis Regresi Data Panel,
sesuai dengan struktur data yang dimiliki dalam penelitian ini adalah data panel, yaitu
gabungan antara data silang (cross section) dengan data runtut waktu (time series).
Data silang terdiri atas data-data laporan keuangan dari emiten (perusahaan terbuka)
yang dipilih dari masing-masing sektor (pertanian, industri dasar dan kimia serta
perbankan) sejak tahun 2002 - 2009. Data runtut waktu terdiri dari variabel-variabel
liberalisasi keuangan dan makroekonomi. Variabel liberalisasi keuangan meliputi
Investasi Asing langsung (FDI) dan Investasi Portofolio. Bersamaan dengan itu,
variabel makroekonomi berupa nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar (Kurs), suku
bunga kredit, kredit yang disalurkan juga dimasukkan dalam persamaan regresi.
Variabel kondisi keuangan perusahaan meliputi total kredit, bunga pinjaman, jumlah
pinjaman yang terdiri dari utang jangka pendek maupun jangka panjang, total aset,
ekuitas serta kapitalisasi pasar.
Pengujian dengan menggunakan metode Fixed Effect dan Random Effect,
sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengujian dengan menggunakan uji HausmanTest untuk mengetahui model estimasi yang sesuai. Pengujian dilakukan terhadap
masing-masing sektor, untuk mengetahui pengaruh variabel liberalisasi keuangan
terhadap nilai Q-Tobin dari masing-masing sektor, yaitu sektor pertanian, sektor
industri dasar dan kimia serta sektor perbankan. Dalam persamaan regresi, maka
144
yang menjadi variabel tidak bebas (dependent variable) adalah nilai Q-Tobin sektor.
Variabel bebas (independent variable) adalah variabel liberalisasi keuangan (FDI dan
investasi portofolio), variabel makroekonomi (nilai tukar, suku bunga pinjaman
(bunga kredit), total kredit yang disalurkan selama periode penelitian. Variabel bebas
yang berhubungan dengan perusahaan meliputi jumlah pinjaman perusahaan (total
utang jangka pendek dan utang jangka panjang), kapitalisasi pasar perusahaan dan
jumlah aset perusahaan. Berdasarkan uji Hausman, maka model estimasi yang sesuai
adalah Random Effect, hal ini ditunjukkan oleh Uji Hausman yang tidak signifikan
pada taraf nyata 10 persen, dengan demikian hipotesa nol diterima, cukup bukti
bahwa model REM diterima.
Persamaan regresi menjelaskan pengaruh variabel
liberalisasi keuangan masing-masing sektor terhadap nilai Q-Tobin sektor.
6.1.1. Pengaruh Liberalisasi Keuangan terhadap Nilai Q-Tobin Sektor Pertanian
Persamaan regresi (6.1) dapat menjelaskan hubungan ekonomi antara variabelvariabel liberalisasi keuangan, perusahaan dengan nilai Q-Tobin, sebagai berikut:
Qt
= 3.445 – 0.00073EXC + 0.06755DI - 0.01830DEV + 0.05232POR +
0.23062INT + 0.00233BOR + 0.00035BVD - 0.00013TA +
0.00028KAP – 1.80163DUM ..............................................
(6.1)
Tabel 16 memperlihatkan pengaruh variabel liberalisasi keuangan terhadap
nilai Q-Tobin sektor pertanian, dengan model estimasi pendekatan Random Efek
(REM). Secara umum, krisis finansial global, yang diwakili dengan variabel dummy
krisis 2008 memberikan pengaruh negatif terhadap nilai Q-Tobin sektor pertanian.
Hal ini menjelaskan bahwa pada saat terjadi krisis sub-prime mortgage di Amerika,
diikuti dengan penarikan dana aset keuangan di pasar modal oleh investor asing,
sehingga menurunkan nilai pasar saham emiten, yang selanjutnya menurunan nilai QTobin.
145
Tabel 16. Pengaruh Liberalisasi Keuangan terhadap Nilai Q-Tobin Sektor Pertanian,
Periode 2002 – 2009, Model Estimasi REM
Parameter
C
Kurs
Foreign Direct
Investment
Cadangan Devisa
Investasi Portofolio
Bunga Kredit
Total Kredit
Pinjaman Perusahaan
Aset Perusahaan
Kapitalisasi Pasar
Perusahaan
Dummy Krisis 2008
R-squared
Adj. R-squared
F-statistic
Koefisien Estimasi
Standard Error
3.445128*
-0.000732*
0.067551*
0.137180
1.48E-05
0.003625
Nilai – p
0.0000
0.0000
0.0000
-0.018303*
0.052325*
0.230629*
0.002331*
0.000356**
-0.000131*
0.000286*
0.005099
0.011088
0.010562
0.000100
0.000154
5.62E-05
6.23E-06
0.0000
0.0006
0.0000
0.0000
0.0228
0.0222
0.0000
0.094861
0.0000
-1.801632*
0.670753
0.632018
17.31649*
** Koefisien signifikan pada taraf nyata 5%
* Koefisien signifikan pada taraf nyata 1%
Secara umum, dari persamaan (6.1) menunjukkan arah yang sesuai dengan
teori dan logika ekonomi, kecuali cadangan devisa dan bunga kredit.
Variabel
liberalisasi keuangan, berupa FDI dan Investasi Portofolio, memiliki hubungan sesuai
dengan teori. Diantara keseluruhan variabel, hanya variabel makroekonomi berupa
bunga kredit yang cukup berpengaruh , namun dengan hubungan tidak sesuai dengan
teori.
Masing-masing karakteristik struktur hubungan tersebut diuraikan sebagai
berikut:
1. Nilai Tukar (Kurs)
Hubungan antara nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (US$), dengan
nilai Q-Tobin sektor pertanian menunjukkan hubungan yang negatif, meskipun
pengaruhnya kecil sekali dan dapat diabaikan. Dalam kondisi normal, kenaikan dari
nilai tukar (depresiasi) rupiah akan menurunkan nilai Q-Tobin sektor pertanian.
Terdepresiasinya rupiah juga dapat menyebabkan menurunnya harga saham di BEI
146
karena pasar uang dapat menghasilkan return yang lebih tinggi sehingga investor
lebih tertarik menanamkan dananya di pasar uang, tetapi terdepresiasinya rupiah dapat
meningkatkan pendapatan perusahaan yang berorientasi ekspor sehingga harga saham
perusahaan di BEI semakin meningkat.
Pengaruh nilai tukar, masih ambigue, dengan mempertimbangkan pengaruh ini
dari sisi permintaan atau penawaran. Sektor pertanian ini didominasi oleh perusahaan
perkebunan, dan terdapat 2 (dua) perusahaan perikanan yang memiliki kegiatan
berorientasi pada ekspor, yaitu IIKP dan DSFI. Kebijakan pemerintah di sektor
pertanian, khususnya revitalisasi pertanian, cukup berpengaruh pada subsektor
perkebunan. Dengan adanya kebijakan ini, investor pasar saham memandang ini
sebagai prospek yang baik, karena ekspansi perusahaan akan menciptakan
pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang.
2. Investasi Asing Langsung (FDI)
Peningkatan FDI secara total memberikan pengaruh positif terhadap nilai QTobin. Secara rata-rata porsi FDI untuk sektor pertanian selama kurun waktu 2002 –
2009, hanya mencapai kurang lebih 5 persen dari total FDI yang disetujui (Bank
Indonesia, 2010).
rendah.
Investasi asing langsung pada perusahaan perkebunan, relatif
FDI terutama masih didominasi pada perusahaan peternakan seperti
Cipendawa, serta perusahaan pakan ternak seperti Japfa Comfeed dan Charoen
Phokphand.
Umumnya FDI di perusahaan lokal adalah untuk perluasan atau
peningkatan kapasitas operasional dalam bentuk barang-barang modal (capital
expenditure). Pada perusahaan pakan ternak, kontribusi positif dari investasi barang
modal tersebut sudah dapat terealisasi dalam kurun waktu 1 (satu) tahun, sehingga
meningkatkan keuntungan perusahaan atau modal perusahaan.
147
3. Cadangan Devisa
Hubungan antara cadangan devisa dengan nilai Q-Tobin sektor pertanian
menunjukkan pola hubungan negatif, tidak sesuai dengan teori atau logika ekonomi
yang diharapkan. Namun, hal ini masih dapat dijelaskan dengan melihat pengaruh
kurs terhadap nilai Q-Tobin, yang masih dapat bersifat ambigue.
Peningkatan
cadangan devisa seharusnya diharapkan dapat menjaga kestabilan nilai tukar rupiah
terhadap valuta asing, dan dalam keadaan normal berpengaruh positif terhadap indeks
saham, dan selanjutnya dapat meningkatkan nilai Q-Tobin perusahaan. Di sisi lain,
dengan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap US$, menyebabkan pembelian barang
impor dimungkinkan untuk direalisasikan oleh perusahaan.
Dengan demikian,
peningkatan nilai aktiva tetap dapat menurunkan nilai Q-Tobin dalam periode yang
sama.
4. Investasi Portofolio
Hubungan yang positif antara investasi portofolio dengan nilai Q-Tobin sektor
pertanian sesuai dengan teori ekonomi yang diharapkan. Peningkatan transaksi saham
di Bursa Efek Indonesia dalam periode 2002 sampai dengan 2007, menunjukkan
bahwa investor pasar modal masih memiliki persepsi positif terhadap pasar modal,
meskipun terjadi krisis pada tahun 2008. Hal ini juga ditunjukkan oleh pembelian
instrumen obligasi pemerintah, yang memperlihatkan masih adanya kepercayaan
investor terhadap sektor keuangan Indonesia.
Disamping itu, beberapa perusahaan
dari subsektor perkebunan memiliki kapitalisasi pasar saham yang besar, dan
termasuk dalam kelompok yang diminati oleh investor. Dengan demikian, hubungan
positif terjadi dikarenakan meningkatnya transaksi atas saham-saham sektor
pertanian.
148
5. Bunga Kredit
Pengaruh bunga kredit terhadap nilai Q-Tobin sektor pertanian tidak sesuai
dengan teori ekonomi, yaitu yang diharapkan adalah negatif. Peningkatan bunga
kredit meningkatkan nilai Q-Tobin sektor pertanian, diduga karena sektor ini
didominasi oleh perusahaan perkebunan dengan tingkat profitabilitas tinggi, sehingga
seringkali tidak terpengaruh oleh kenaikan bunga kredit yang semakin melebar
spreadnya dalam periode penelitian. Tingginya bunga kredit, nampaknya tidak cukup
menghambat permintaan pinjaman oleh perusahaan, mengingat investasi di
perusahaan perkebunan umumnya sudah terjadwal sedemikian rupa, sehingga harus
didukung oleh sumber dana pinjaman.
Tingkat profitabilitas yang cukup tinggi,
nampaknya masih memungkinkan bagi perusahaan untuk membayar kewajiban bunga
sebagai konsekuensi pinjaman yang dilakukan.
6. Total Kredit
Pengaruh penyaluran kredit ke sektor pertanian adalah positif sesuai dengan
yang diharapkan.
Artinya, meskipun kebijakan pemerintah terkait kredit sektor
pertanian dapat direspons positif oleh perusahaan, namun karena investasi di sektor
pertanian relatif tinggi, maka perusahaan tidak segera dapat meningkatkan investasi
meskipun terjadi penyaluran kredit. Proses evaluasi terhadap kredit pertanian relatif
cukup lama, baik untuk perusahaan baru maupun yang bersifat reskedul.
Prinsip kehati-hatian bank, serta resiko dari sektor pertanian yang cukup
tinggi, seringkali memperlambat proses persetujuan kredit.
Nilai koefisien yang
relatif kecil, dapat menjelaskan bahwa total kredit yang disalurkan tidak selalu
berpengaruh terhadap nilai Q-Tobin. Perubahan nilai Q-Tobin, dapat disebabkan
149
karena persepsi positif dari pasar, mengenai peningkatan jumlah kredit bagi sektor
perbankan.
7. Pinjaman Perusahaan
Pinjaman perusahaan yang terdiri total utang jangka pendek dan utang jangka
panjang memberikan pengaruh positif terhadap nilai Q-Tobin, hal ini sesuai dengan
teori ekonomi.
Semakin besar jumlah pinjaman, diharapkan perluasan area
perkebunan maupun ekspansi produksi perikanan dan pakan ternak juga meningkat.
Seperti halnya total kredit, maka pengaruh dari pinjaman relatif kecil, dikarenakan
resiko pertanian yang tinggi, yang berakibat bahwa pinjaman tidak selalu dapat
direalisasikan meskipun terjadi penurunan suku bunga kredit. Pinjaman perusahaan
di sektor pertanian yang didominasi oleh perusahaan perkebunan, umumnya adalah
pinjaman jangka panjang, khususnya untuk ekspansi lahan dan replanting tanaman.
Mengingat masa panen perusahaan perkebunan minimal adalah 5 (lima) tahun, maka
pengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan, dan selanjutnya nilai Q-Tobin
membutuhkan waktu yang tidak cukup hanya dalam 1 (satu) tahun.
8. Aset Perusahaan
Aset perusahaan termasuk di dalamnya adalah nilai aktiva tetap perusahaan
sebagai barang produksi. Hubungan negatif antara aset perusahaan dengan nilai QTobin sesuai dengan teori yang diharapkan. Semakin meningkat aset, maka nilai
bukunya semakin tinggi yang selanjutnya menurunkan nilai Q-Tobin. Struktur aset di
sektor ini, adalah berkisar antara 40 persen – 50 persen. Dalam jangka panjang nilai
investasi dapat meningkatkan laba perusahaan dan selanjutnya nilai pasar saham.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mosley (1999), setidaknya dibutuhkan
150
waktu sekitar 8 triwulan untuk dapat melihat pengaruh dari keputusan investasi suatu
perusahaan.
9. Kapitalisasi Pasar Perusahaan
Hubungan positif antara kapitalisasi pasar perusahaan dengan nilai Q-Tobin
sesuai dengan yang diharapkan. Nilai pasar saham yang meningkat mengindikasikan
bahwa pasar menghargai saham lebih dari nilai bukunya atau karena meningkatnya
keuntungan perusahaan. Kapitalisasi pasar saham dari perusahaan perkebunan pada
sektor pertanian, tinggi terutama karena jumlah saham yang banyak di masyarakat
atau kapitalisasi yang besar, seperti Bakri Sumatra Plantation (UNSP).
10. Dummy Krisis 2008
Krisis Finansial Global tahun 2008, menyebabkan investor asing menarik dana
yang ditanamkan dalam investasi portofolio, sehingga dapat mengguncang indeks
saham, dan akibatnya nilai Q_Tobin menurun.
Terutama karena saham-saham
perusahaan di sektor perkebunan yang masuk dalam sama dengan kapitalisasi pasar
yang besar.
Berdasarkan hasil, dapat disimpulkan bahwa liberalisasi keuangan yang
dicirikan oleh variabel makro berupa FDI dan investasi portofolio, memberikan
pengaruh positif secara umum terhadap nilai Q-Tobin sektor pertanian, meskipun
pengaruhnya relatif kecil, sementara itu bunga kredit berpengaruh positif terhadap
nilai Q-Tobin. Sedangkan variabel mikro berupa jumlah pinjaman dan kapitalisasi
perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai Q-Tobin sektor pertanian, namun
sebaliknya dengan pengaruh total aset perusahaan. Artinya, aliran dana baik yang
bersifat langsung maupun melalui investasi portofolio memberikan kesempatan bagi
151
perusahaan untuk memperoleh pinjaman dan meningkatkan nilai pasar saham
dikarenakan adanya ketertarikan dari investor.
6.1.2. Pengaruh Liberalisasi Keuangan terhadap Nilai Q-Tobin Sektor Industri
Dasar dan Kimia
Persamaan regresi (6.2) dapat menjelaskan hubungan ekonomi antara variabelvariabel liberalisasi keuangan, perusahaan dengan nilai Q-Tobin, sebagai berikut:
Qt
= 1.975 – 0.000EXC - 0.087FDI + 0.0381DEV - 0.161POR 0.0885INT - 0.115BOR + 0.000BVD – 0.000TA +
0.000KAP – 2.082DUM ...........................................................
(6.2)
Tabel 17 memperlihatkan pengaruh variabel liberalisasi keuangan terhadap
nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia, dengan model estimasi pendekatan
Random Efek (REM). Secara umum, dari persamaan (6.2) menunjukkan arah yang
sesuai dengan teori dan logika ekonomi, kecuali FDI dan investasi portofolio. Ke dua
variabel liberalisasi keuangan, memiliki hubungan yang tidak sesuai dengan teori.
Tabel 17. Pengaruh Liberalisasi Keuangan terhadap Nilai Q-Tobin Sektor Industri
Dasar dan Kimia, Periode 2002 – 2009, Model Estimasi REM
Parameter
C
Kurs
Foreign Direct
Investment
Cadangan Devisa
Investment Portofolio
Bunga Kredit
Total Kredit
Pinjaman Perusahaan
Aset Perusahaan
Kapitalisasi Pasar
Perusahaan
Dummy Krisis 2008
R-squared
Adj. R-squared
F-statistic
Koefisien Estimasi
Standard Error
1.975827*
0.000448*
-0.086918*
0.126519
1.31E-05
0.003188
Nilai – p
0.0000
0.0000
0.0000
0.038060*
-0.161092*
-0.084714*
-0.115124*
9.06E-05
-0.000144*
0.000156*
0.000876
0.003312
0.006982
0.007631
8.28E-05
5.82E-05
2.07E-05
0.0000
0.0006
0.0000
0.0000
0.2755
0.0138
0.0000
-2.082321*
0.074438
0.317469
0.293520
13.25633*
** Koefisien signifikan pada taraf nyata 5%
* Koefisien signifikan pada taraf nyata 1%
0.0000
152
Diantara keseluruhan variabel, hanya variabel investasi portofolio yang cukup
berpengaruh, namun dengan hubungan tidak sesuai dengan teori.
Masing-masing
karakteristik struktur hubungan tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Nilai Tukar (Kurs)
Hubungan antara nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (US$), dengan
nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia menunjukkan hubungan yang positif,
meskipun pengaruhnya kecil sekali dan dapat diabaikan. Dalam kondisi normal,
kenaikan dari nilai tukar (depresiasi) rupiah akan meningkatkan nilai Q-Tobin sektor
industri
dasar
dan
kimia.
Terdepresiasinya
rupiah
dapat
menyebabkan
meningkatknya nilai saham perusahaan yang berorientasi pada ekspor, seperti
subsektor logam, kimia, plastik, serta kertas dan pulp. Pengaruh nilai tukar, yang
ambigue, terlihat bahwa variabel ini dapat berpengaruh positif atau negatif seperti
halnya di sektor pertanian. Sektor ini didominasi oleh perusahaan semen, kaca, kertas
dan juga kimia, dimana umumnya memiliki aktivitas yang berorientasi pada ekspor.
Kebijakan pemerintah di sektor industri dasar dan kimia, khususnya menyangkut
pembatasan impor maupun pajak impor, cukup berpengaruh pada sektor ini. Investor
pasar saham memandang ini sebagai kondisi yang tidak cukup kondusif, karena dapat
membatasi rencana impor barang modal korporasi.
2. Investasi Asing Langsung (FDI)
Peningkatan FDI secara total memberikan pengaruh negatif terhadap nilai QTobin. Secara rata-rata porsi FDI untuk sektor industri dasar dan kimia selama kurun
waktu 2002 – 2009, cukup besar sekitar 35 persen dari total FDI yang disetujui (Bank
Indonesia, 2010). Investasi asing langsung pada perusahaan semen, plastik, kimia dan
kaca dapat dikatakan cukup besar, dan umumnya didominasi pada barang modal.
153
Investasi asing langsung, berupa kepemilikan saham perusahaan dan terlibat dalam
manajemen, seringkali membawa perubahan dalam respons pasar.
Selain itu,
investasi barang modal yang dilakukan pada perusahaan-perusahaan ini, umumnya
tidak selalu memberikan keuntungan dalam periode yang bersamaan, dengan
demikian belum terlihat kontribusi terhadap nilai pasar saham, yang diduga
menyebabkan penurunan nilai Q-Tobin.
3. Cadangan Devisa
Hubungan antara cadangan devisa dengan nilai Q-Tobin sektor industri dasar
dan kimia menunjukkan pola hubungan positif, sesuai dengan teori atau logika
ekonomi yang diharapkan. Hal ini dapat dijelaskan dengan melihat pengaruh kurs
terhadap nilai Q-Tobin, yang masih dapat bersifat ambigue. Peningkatan cadangan
devisa diharapkan dapat menjaga kestabilan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing,
dan dalam keadaan normal berpengaruh positif terhadap indeks saham. Indeks saham
yang meningkat dapat meningkatkan nilai Q-Tobin perusahaan.
4. Investasi Portofolio
Hubungan yang negatif antara investasi portofolio dengan nilai Q-Tobin
sektor industri dasar dan kimia tidak sesuai dengan teori ekonomi yang diharapkan.
Hal ini diduga, karena adanya pada periode tertentu, harga saham beberapa
perusahaan dari sektor industri dasar dan kimia memiliki kapitalisasi pasar saham
yang besar, dan tidak termasuk dalam kelompok yang diminati oleh investor.
Dengan demikian, hubungan negatif dapat dikarenakan berpindahnya investasi
portofolio dari industri dasar dan kimia ke saham sektor lain yang dianggap lebh
154
menguntungkan.
Gelombang dana yang cukup besar pada periode 2007 masih
memberikan pengaruh positif terhadap nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia.
5. Bunga Kredit
Pengaruh bunga kredit terhadap nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia
sesuai dengan teori ekonomi, yaitu yang diharapkan adalah negatif. Peningkatan
bunga kredit menyebabkan korporasi menunda keputusan investasinya, dengan
demikian selanjutnya kelak diperkirakan dapat menurunkan nilai Q-Tobin sektor
industri dasar dan kimia. Di sektor ini, umumnya didominasi oleh perusahaan semen
dan perusahaan plastik dan kimia, yang dapat dikatakan merupakan perusahaan
dengan padat modal.
Sehingga investasi yang dilakukan umumnya didanai oleh
pinjaman dari bank komersiel. Dengan demikian apabila terjadi kenaikan suku bunga
kredit, ada kecenderungan perusahaan untuk menunda keputusan investasinya.
6. Total Kredit
Pengaruh kredit industri dasar dan kimia adalah negatif, tidak sesuai dengan
yang diharapkan.
Artinya, meskipun kebijakan pemerintah terkait kredit sektor
industri dasar dan kimia dapat direspons positif oleh perusahaan, namun karena
investasi di sektor pertanian relatif mahal dan menyangkut barang-barang impor,
maka perusahaan tidak segera dapat meningkatkan investasi meskipun terjadi
penyaluran kredit. Investasi dalam jumlah besar, yang belum dapat memberikan
kontribusi laba pada periode investasi, akan dapat menurunkan nilai Q-Tobin,
mengingat nilai buku aktiva digunakan sebagai penyebut dalam perhitungan rasio QTobin.
155
7. Kapitalisasi Pasar Perusahaan
Hubungan positif antara kapitalisasi pasar perusahaan dengan nilai Q-Tobin
sesuai dengan yang diharapkan.
Nilai pasar saham yang meningkat diduga
mengindikasikan bahwa pasar menghargai saham lebih dari nilai bukunya atau karena
meningkatnya keuntungan perusahaan.
Kapitalisasi pasar saham dari perusahaan
pada sektor industri dasar dan kimia, relatif tidak terlalu tinggi, sehingga dapat
dikatakan bahwa pengaruh kapitalisasi pasar saham relatif kecil terhadap nilai QTobin.
8. Dummy Krisis 2008
Pengaruh krisis Finansial Global tahun 2008 terhadap sektor industri dasar dan
kimia, lebih besar daripada terhadap sektor pertanian.
Keadaan krisis ini
menyebabkan investor asing menarik dana yang ditanamkan dalam investasi
portofolio, sehingga dapat mempengaruhi saham-saham di sektor ini serta
menyebabkan fluktuasi dari indeks saham JAKBIND, dan akibatnya nilai Q-Tobin
menurun. Dalam penelitian ini, kelompok saham dalam sektor ini didominasi oleh
perusahaan dari subsektor industri pengolahan makanan, seperti Indofood (IND), dan
Gudang Garam (GGRM).
Liberalisasi keuangan yang dicirikan oleh adanya peningkatan FDI dan
investasi portofolio, memberikan pengaruh negatif secara umum terhadap nilai QTobin sektor industri dasar dan kimia, meskipun dengan tingkat pengaruh yang relatif
kecil, diduga karena investasi langsung perusahaan di sektor ini tidak serta merta
meningkatkan tingkat laba perusahaan dan nilai pasar saham.
Hal ini juga
menjelaskan bagaimana total kredit berpengaruh negatif terhadap nilai Q-Tobin sektor
ini.
156
6.1.3. Pengaruh Liberalisasi Keuangan terhadap Nilai Q-Tobin Sektor
Perbankan
Persamaan regresi (6.3) dapat menjelaskan hubungan ekonomi antara variabelvariabel liberalisasi keuangan, perusahaan dengan nilai Q-Tobin, sebagai berikut:
Qt
= 0.375 – 0.000EXC - 0.034FDI + 0.004DEV - 0.160POR 0.120INT - 0.000BOR + 0.000BVD – 0.000TA +
0.000KAP – 0.529DUM ............................................................... (6.3)
Tabel 18 memperlihatkan pengaruh variabel liberalisasi keuangan terhadap
nilai Q-Tobin sektor perbankan, dengan model estimasi pendekatan Random Efek
(REM).
Tabel 18. Pengaruh Liberalisasi Keuangan terhadap Nilai Q-Tobin Sektor Perbankan,
Periode 2002 – 2009, Model Estimasi REM
Parameter
C
Kurs
Foreign Direct
Investment
Cadangan Devisa
Investment
Portofolio
Bunga Kredit
Total Kredit
Bunga Pinjaman
Pinjaman Perusahaan
Aset Perusahaan
Kapitalisasi Pasar
Perusahaan
Dummy Krisis 2008
R-squared
Adj. R-squared
F-statistic
Koefisien Estimasi
Standard Error
0.375178*
0.000303*
-0.034335*
0.085521
8.60E-06
0.007564
Nilai – p
0.0000
0.0000
0.0000
0.0044708*
-0.159599*
0.000958
0.005240
0.0000
0.0006
-0.120000*
-0.000292*
0.045794
4.11E-05*
-3.89E-05*
-2.16E-06
0.007701
0.000116
0.060501
1.21E-05
1.19E-05
7.38E-06
0.0000
0.0134
0.4495
0.0009
0.0015
0.7703
-0.529553*
0.235348
0.070544
-0.014727
0.827288*
** Koefisien signifikan pada taraf nyata 5%
* Koefisien signifikan pada taraf nyata 1%
0.0265
Seperti halnya pada sektor industri dasar dan kimia, krisis finansial global,
yang diwakili dengan variabel dummy krisis 2008 memberikan pengaruh negatif
terhadap nilai Q-Tobin sektor perbankan.
Secara umum, dari persamaan (6.3)
menunjukkan arah yang sesuai dengan teori dan logika ekonomi, kecuali FDI dan
157
investasi portofolio. Ke dua variabel liberalisasi keuangan, memiliki hubungan yang
tidak sesuai dengan teori, namun pengaruhnya tidak besar (dibawah 0.5). Diantara
keseluruhan variabel, hanya variabel investasi portofolio yang cukup berpengaruh,
namun dengan hubungan tidak sesuai dengan teori.
Masing-masing karakteristik struktur hubungan tersebut diuraikan sebagai
berikut:
1. Nilai Tukar (Kurs)
Hubungan antara nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (US$), dengan
nilai Q-Tobin sektor perbankan menunjukkan hubungan yang positif, tapi
pengaruhnya kecil sekali dan dapat diabaikan. Terdepresiasinya rupiah tidak secara
langsung dapat mempengaruhi kinerja keuangan industri perbankan, namun rupiah
yang melemah, dapat menyebabkan pengalihan tabungan sebagian masyarakat, ke
denominasi mata uang asing.
Akibatnya, investor tidak lagi tertarik untuk
menginvestasikan dananya di saham.
2. Investasi Asing Langsung (FDI)
Peningkatan FDI secara total memberikan pengaruh negtif terhadap nilai QTobin. Secara rata-rata porsi FDI untuk sektor jasa keuangan selama kurun waktu
2002 – 2009, hanya mencapai rata-rata 19.8 persen dari total FDI yang disetujui
(Bank Indonesia, 2010). Investasi asing langsung pada perusahaan di Indonesia,
merupakan alternatif pembiayaan yang selama ini diintermediasi oleh jasa perbankan.
Dengan demikian, hubungan negatif diantara FDI dengan nilai Q-Tobin, dapat
dijelaskan karena penyaluran kredit oleh perbankan tidak lagi menjadi satu-satunya
sumber dana bagi korporasi.
158
3. Cadangan Devisa
Hubungan antara cadangan devisa dengan nilai Q-Tobin sektor perbankan
menunjukkan pola hubungan positif, meskipun pengaruhnya kecil. Hal ini dapat
dijelaskan dengan melihat pengaruh kurs terhadap nilai Q-Tobin, yang masih dapat
bersifat ambigue. Peningkatan cadangan devisa diharapkan dapat menjaga kestabilan
nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, dan dalam keadaan normal berpengaruh
positif terhadap indeks saham, karena masyarakat masih akan tetap mempertahankan
dananya dalam tabungan denominasi rupiah.
Peningkatan tabungan masyarakat
diharapkan akan mempengaruhi keinerja penyaluran kredit perbankan. Selanjutnya
kenaikan saham dapat berpengaruh positif terhadap nilai Q-Tobin perusahaan.
4. Investasi Portofolio
Hubungan yang negatif antara investasi portofolio dengan nilai Q-Tobin
sektor perbankan, pada dasarnya masih sesuai dengan logika ekonomi.
Hal ini
diduga, karena investasi portofolio merupakan pilihan investasi dari masyarakat
dibandingkan dengan investasi di pasar uang.
Gelombang dana yang besar,
khususnya dari pihak investor asing, akan cenderung memasuki pasar modal atau
pasar saham, dibandingkan ke pasar uang. Dengan demikian, hubungan negatif dapat
dikarenakan berpindahnya tabungan masyarakat ke investasi portofolio, dengan
pengaruh yang cukup kecil.
5. Bunga Kredit
Pengaruh bunga kredit terhadap nilai Q-Tobin sektor industri perbankan sesuai
dengan teori ekonomi, yaitu yang diharapkan adalah negatif. Peningkatan bunga
kredit menyebabkan korporasi menunda keputusan investasinya, dengan demikian
159
selanjutnya kelak dapat menurunkan nilai Q-Tobin sektor perbankan, akibat adanya
penurunan Net Interest Margin, dengan berkurangnya jumlah kredit disalurkan. Di
sektor ini, bank pemerintah dapat dikatakan mendominasi, sehingga apabila dari ke-4
(empat) bank yang dominan seperti BMRI, BBNI, BBRI dan BBCA tidak
menurunkan bunga kredit perbankan, tentunya dapat berpengaruh kepada bank-bank
yang lain yang tidak segera dapat menyalurkan kreditnya. Bila terjadi kenaikan suku
bunga kredit, perusahaan cenderung menunda keputusan investasinya.
6. Total Kredit
Pengaruh kredit disalurkan relatif kecil sekali terhadap nilai Q-Tobin industri
perbankan, meskipun negatif dan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Artinya,
meskipun kebijakan Bank Indonesia untuk mendorong penyaluran kredit, namun tidak
cukup dapat direspons oleh sektor riil, selama bunga kredit masih tinggi. Jumlah
kredit yang tidak tersalurkan, pada dasarnya dapat menurunkan Net Interest Margin
perbankan, dan selanjutnya penurunan nilai Q-Tobin.
7. Kapitalisasi Pasar Perusahaan
Hubungan negatif antara kapitalisasi pasar perusahaan dengan nilai Q-Tobin
tidak sesuai dengan yang diharapkan, namun pengaruhnya relatif kecil. Peningkatan
nilai pasar saham, dapat terjadi karena kenaikan harga saham sektor perbankan
maupun adanya aksi korporasi berupa penawaran saham.
Meskipun terjadi
peningkatan harga saham sektor perbankan, namun nampaknya pengaruh penyaluran
kredit perbankan masih dominan dalam menurunkan nilai Q-Tobin.
Penyaluran
kredit umumnya membutuhkan waktu setidaknya 1 (satu) tahun untuk memberikan
peningkatan Net Interest Margin pada sektor perbankan.
160
8. Dummy Krisis 2008
Pengaruh krisis Finansial Global tahun 2008, terhadap nilai Q-Tobin sektor
perbankan adalah yang terkecil dibandingkan dengan ke-2 (dua) sektor lainnya yaitu
industri dasar dan kimia serta pertanian. Hal ini diduga, karena kapitalisasi pasar
saham perbankan yang cukup besar dan didominasi oleh beberapa bank papan atas,
yang relatif stabil, sehingga guncangan dari eksternal tidak cukup mengkoreksi indeks
saham.
Liberalisasi keuangan yang dicirikan oleh adanya FDI dan investasi portofolio,
memberikan pengaruh negatif secara umum terhadap nilai Q-Tobin sektor perbankan,
meskipun pengaruhnya relatif kecil, sementara itu total kredit berpengaruh negatif
terhadap nilai Q-Tobin.
Secara umum, terdapat kesamaan pola pengaruh liberalisasi keuangan, yaitu FDI
dan investasi portofolio terhadap nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia serta
perbankan, dan sebaliknya pada sektor pertanian. Kesamaan pola diantara kedua
sektor tersebut, dapat dijelaskan dengan adanya hubungan kausal antara nilai Q-Tobin
sektor perbankan yang mempengaruhi nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia.
Pengaruh liberalisasi keuangan terhadap nilai Q-Tobin dari masing-masing sektor,
dapat dikatakan relatif kecil, khususnya FDI.
Hal ini diduga, karena investasi asing langsung apabila direalisasikan dalam
investasi barang modal, akan membutuhkan waktu untuk dapat memberikan pengaruh
terhadap nilai Q-Tobin. Sebaliknya dengan investasi portofolio, yang memiliki nilai
koefisien relatif lebih besar dibandingkan dengan nilai koefisien FDI.
Investasi
portofolio, relatif lebih terlihat pengaruhnya, karena umumnya menunjukkan investasi
di instrumen saham atau obligasi.
Akan tetapi, investasi portofolio relatif lebih
mudah berpindah, sehingga apabila ada guncangan dari eksternal, maka akan terjadi
161
perpindahan aliran dana ini ke instrumen lain atau negara lain yang dianggap lebih
menguntungkan bagi investor asing.
Secara ringkas, pengaruh liberalisasi keuangan dari aspek makro dan mikro
terhadap ke 3 (tiga) sektor disajikan pada Tabel 19.
6.2. Pengaruh Liberalisasi Keuangan dan Kebijakan Moneter terhadap nilai QTobin Sektor Pertanian, Industri Dasar dan Kimia dan Perbankan
Analisis bagian ini untuk mencapai tujuan penelitian kedua, yaitu
menganalisis pengaruh liberalisasi keuangan (capital account dan pasar saham) dan
kebijakan moneter (pendekatan suku bunga acuan). Seperti pada tujuan penelitian
satu, maka analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan Analisis Regresi Data
Panel.
Variabel liberalisasi keuangan meliputi financial deepening (rasio kapitalisasi
pasar terhadap GDP dan rasio kredit terhadap GDP) Variabel kebijakan moneter
meliputi suku bunga acuan dan uang beredar (M2), rasio M2 terhadap GDP dan juga
kredit yang disalurkan. Bersamaan dengan itu, variabel makroekonomi berupa nilai
Tukar Rupiah terhadap US Dollar (Kurs), suku bunga kredit, kredit yang disalurkan
juga dimasukkan dalam persamaan regresi. Variabel kondisi keuangan perusahaan
meliputi total kredit, bunga pinjaman, jumlah pinjaman yang terdiri dari utang jangka
pendek maupun jangka panjang, total aset, ekuitas serta kapitalisasi pasar.
Seperti
halnya pada tujuan pertama, pengujian dengan menggunakan metode Fixed Effect dan
Random
Effect,
sebelumnya
terlebih
dahulu
dilakukan
pengujian
dengan
menggunakan uji Hausman untuk mengetahui model estimasi yang sesuai. Pengujian
dilakukan terhadap masing-masing sektor, untuk mengetahui pengaruh variabel
liberalisasi keuangan terhadap nilai Q-Tobin dari masing-masing sektor, yaitu sektor
pertanian, sektor industri dasar dan kimia serta sektor perbankan.
162
Tabel 19. Ringkasan Pengaruh Liberalisasi Keuangan terhadap Nilai Q-Tobin Sektor
Pertanian, Industri Dasar dan Kimia dan Perbankan
Pengaruh terhadap nilai Q-Tobin
Sektor
Aspek
Variabel
Pertanian Industri Perbankan
Dasar
dan
Kimia
Liberalisasi
Foreign
Makro
+*
-*
-*
Keuangan
Direct
Investment
(FDI)
Investasi
+*
-*
-*
Portofolio
Pasar Modal
Kapitalisasi
+*
+*
+*
(Saham)
Pasar
Perusahaan
Makroekonomi Cadangan
-*
+*
+*
Devisa
Bunga
+*
-*
-*
Kredit
Total Kredit
+*
-*
-*
Pinjaman
+*
Perusahaan
Aset
-*
Perusahaan
Lingkungan Krisis Finansial Dummy
-*
Global
krisis 2008
Keterangan: + adalah pengaruh positif
- adalah pengaruh negatif
* adalah signifikan pada taraf nyata 5%
Mikro
Perusahaan
+*
+*
-*
-*
-*
-*
Dalam persamaan regresi, maka yang menjadi variabel tidak bebas (dependent
variable) adalah nilai rasio Q Tobin sektor. Variabel bebas (independent variable)
adalah variabel liberalisasi keuangan (FDI dan investasi portofolio), variabel
kebijakan moneter (SBI dan M2), variabel makroekonomi (nilai tukar, suku bunga
pinjaman (bunga kredit), total kredit yang disalurkan selama periode penelitian.
Variabel bebas yang berhubungan dengan perusahaan meliputi jumlah pinjaman
perusahaan (total utang jangka pendek dan utang jangka panjang), kapitalisasi pasar
perusahaan dan jumlah aset perusahaan.
Berdasarkan uji Hausman, maka model
estimasi yang sesuai adalah Random Effect, hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas
163
yang tidak signifikan pada taraf nyata 10 persen, dengan demikian hipotesa nol
diterima, cukup bukti bahwa model REM diterima. Persamaan regresi menjelaskan
pengaruh variabel liberalisasi keuangan dan kebijakan moneter dari masing-masing
sektor terhadap nilai Q-Tobin sektor.
6.2.1. Pengaruh Liberalisasi Keuangan dan Kebijakan Moneter terhadap Nilai
Q-Tobin Sektor Pertanian
Persamaan regresi (6.4) dapat menjelaskan hubungan ekonomi antara variabelvariabel liberalisasi keuangan, perusahaan dengan nilai Q-Tobin, sebagai berikut:
Qt
= -11.888 + 0.005JCI - 0.112SBI + 33.321RMS + 0.000BVD 0.012BOR + 0.000BVD – 0.000TA + 0.000KAP – 0.010MKT +
6.563RKP + 1.078DUM ............................................................ (6.4)
Tabel 20 memperlihatkan pengaruh variabel liberalisasi keuangan dan
kebijakan moneter terhadap nilai Q-Tobin sektor pertanian, dengan model estimasi
pendekatan Random Efek (REM).
Berbeda halnya dengan hasil analisis tujuan
pertama, secara umum, krisis finansial global, yang diwakili dengan variabel dummy
krisis 2008 memberikan pengaruh positif terhadap nilai Q-Tobin sektor pertanian.
Diduga, karena pada saat terjadi krisis finansial, harga CPO dunia sedang meningkat,
dan berpengaruh terhadap nilai saham perusahaan-perusahaan perkebunan yang ada di
sektor pertanian. Secara umum, dari persamaan (6.4) menunjukkan arah yang sesuai
dengan teori dan logika ekonomi, kecuali cadangan devisa dan bunga kredit. Variabel
liberalisasi keuangan, berupa financial deepening yaitu rasio kapitalisasi pasar
terhadap GDP dan rasio M2 terhadap GDP memiliki hubungan sesuai dengan teori,
dengan pengaruhnya yang besar. Kebijakan moneter direpresentasikan dengan SBI
menunjukkan tanda sesuai dengan teori.
Diantara keseluruhan variabel, hanya
variabel makroekonomi berupa kapitalisasi pasar total yang berpengaruh negatif,
164
tetapi relatif kecil. Demikian pula dengan total kredit dengan hubungan tidak sesuai
dengan teori, namun pengaruh kecil.
Tabel 20. Pengaruh Liberalisasi Keuangan dan Kebijakan Moneter terhadap Nilai QTobin Sektor Pertanian, Periode 2002 – 2009, Model REM
Parameter
Koefisien Estimasi Standard Error
Nilai – p
C
-11.88847*
0.092372
0.0000
IHSG
0.005113*
0.001761
0.0047
Rasio M2/GDP
33.32162*
0.156977
0.0000
SBI
-0.112137*
0.15722
0.0000
Total Kredit
-0.012739*
0.000131
0.0000
Pinjaman
0.000356**
0.000154
0.0228
Perusahaan
Aset Perusahaan
-0.000131*
5.62E-05
0.0222
Kapitalisasi Pasar
0.000286*
6.23E-06
0.0000
Perusahaan
Kapitalisasi Pasar
-0.010443*
0.000785
0.0000
Total
Rasio Kapitalisasi
6.563845
3667938
0.0771
Dummy Krisis 2008 1.078481*
0.149004
0.0000
R-squared
0.670753
Adj. R-squared
0.632018
F-test
17.31649*
** Koefisien signifikan pada taraf nyata 5%
* Koefisien signifikan pada taraf nyata 1%
Masing-masing karakteristik struktur hubungan tersebut diuraikan sebagai
berikut:
1. Rasio M2/GDP
Variabel ini merepresentasikan financial deepening yang berkaitan dengan
kebijakan moneter. Peningkatan jumlah uang beredar (M2) diharapkan memberikan
pengaruh positif terhadap nilai Q-Tobin, dan ini sesuai dengan hasil pada sektor
pertanian. Peningkatan rasio ini menunjukkan kebijakan moneter penurunan suku
bunga acuan.
Hubungan positif dengan Tobin-Q diduga karena penurunan suku
bunga direspons positif oleh pasar dengan cara melakukan alternatif investasi di pasar
saham, sehingga dapat meningkatkan nilai pasar saham. Di sisi lain, yang sebenarnya
165
diharapkan adalah terjadinya penurunan suku bunga kredit dan selanjutnya suku
bunga pinjaman.
2. Rasio Kapitalisasi Pasar/GDP
Rasio ini merepresentasikan liberalisasi keuangan, dengan adanya peningkatan
rasio ini menunjukkan kondisi liberalisasi yang semakin kuat. Pada tahun 2007, rasio
ini mencapai lebih dari 1, yang berarti partisipan pasar dari luar negeri masuk ke pasar
modal Indonesia, sebelum akhirnya keluar lagi pada tahun 2008.
Hasil analisis
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara jumlah partisipan pasar modal
dengan nilai Q-Tobin, dengan pengaruh yang besar.
Hal ini diduga, karena
ketertarikan pasar terhadap saham-saham perusahaan perkebunan yang juga
mengalami peningkatan karena didukung oleh harga CPO dunia yang meningkat
sekitar tahun 2007 – 2008.
3. SBI
Pengaruh kebijakan moneter ini menunjukkan hubungan yang negatif dengan
nilai Q-Tobin sesuai dengan teori ekonomi, meskipun pengaruhnya tidak sebesar
variabel financial deepening. Penurunan SBI, seharusnya diikuti oleh penurunan suku
bunga kredit dan selanjutnya pinjaman.
Namun spread yang masih besar, tidak
mendorong korporasi untuk segera melakukan pinjaman, sehingga diduga tidak terjadi
investasi dalam waktu yang bersamaan.
Sektor pertanian yang didominasi oleh
perusahaan perkebunan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi, cenderung untuk
menggunakan dana internal dalam rangka ekspansi perusahaan, khususnya adalah
AALI.
166
4. IHSG
Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan positif antara Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) dengan nilai Q-Tobin sektor pertanian, meskipun
pengaruhnya relatif kecil. Hubungan ini sesuai dengan teori ekonomi, bahwa menurut
mekanisme transmisi moneter dengan jalur harga aset, bahwa bila terjadi kondisi
pelonggaran moneter (yang ditunjukkan dengan rasio M2/GDP yang semakin
meningkat) maka akan terjadi peningkatan harga saham perusahaan, dan akan
meningkatkan nilai Q-Tobin.
5. Total Kredit
Variabel total kredit dengan nilai Q-Tobin sektor pertanian menunjukkan pola
hubungan yang negatif, tidak sesuai dengan yang diharapkan. Penyaluran kredit pada
dasarnya diharapkan dapat meningkatkan investasi. Sektor pertanian yang terdiri dari
subsektor perkebunan memiliki struktur modal yang didominasi oleh ekuitas,
menunjukkan
dalam
keputusan
investasinya,
subsektor
perkebunan
masih
menggunakan sumber dana internal yang berasal dari keuntungan perusahaan.
6. Kapitalisasi Pasar Total
Hasil analisis menunjukkan pola hubungan yang tidak sesuai dengan teori
ekonomi, serta hubungan antara IHSG dengan nilai Q-Tobin. Kapitalisasi pasar total
merupakan perkalian antara IHSG dengan jumlah saham beredar dari msing-masing
emiten yang terdaftar di BEI. Hubungan negatif yang tidak sejalan dengan IHSG ini
diduga karena besaran kapitalisasi pasar total yang didominasi oleh saham-saham
tertentu yang diminati oleh investor sehingga mungkin saja tidak meningkatkan nilai
pasar saham-saham pertanian, sehingga nilai Q-Tobin turun.
167
7. Dummy Krisis 2008
Pengaruh krisis finansial 2008, tidak memberikan pengaruh positif terhadap
nilai Q-Tobin sektor pertanian, mengingat kontribusi kapitalisasi pasar sektor ini
hanya sekitar 3.75 persen dari total kapitalisasi pasar saham.
Diduga, dengan
kapitalisasi pasar yang relatif kecil, tidak akan terpengaruh oleh penarikan dana yang
dilakukan investor asing yang menyebabkan guncangan pada IHSG. Penurunan nilai
pasar saham akibat krisis tersebut umumnya terjadi pada saham-saham yang diminati
oleh investor.
Kebijakan moneter berupa pelonggaran uang beredar dengan penurunan suku
bunga acuan SBI bersamaan dengan peningkatan partisipan pasar, secara umum
memberikan pengaruh positif terhadap nilai Q-Tobin sektor pertanian. Hal ini sesuai
dengan teori ekonomi, bahwa liberalisasi keuangan dan kebijakan pelonggaran uang
beredar memberikan insentif bagi sektor riil untuk dapat berinvestasi.
6.2.2. Pengaruh Liberalisasi Keuangan dan Kebijakan Moneter terhadap Nilai
Q-Tobin Sektor Industri Dasar dan Kimia
Persamaan regresi (6.5) dapat menjelaskan hubungan ekonomi antara variabelvariabel liberalisasi keuangan, perusahaan dengan nilai Q-Tobin, sebagai berikut:
Qt
= -15.373 – 1.511logJCI - 0.104SBI – 0.005MS + 0.002TOT +
0.473INV + 0.000BVD – 0.000TA + 0.000KAP
– 1.114DUM ........................................................................ (6.5)
Tabel 21 memperlihatkan pengaruh variabel liberalisasi keuangan dan
kebijakan moneter terhadap nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia, dengan
model estimasi Random Efek (REM).
Secara umum, dari persamaan (6.5)
menunjukkan arah yang sesuai dengan teori dan logika ekonomi, kecuali M2, bunga
kredit dan log IHSG. Variabel liberalisasi keuangan, berupa financial deepening yaitu
rasio kapitalisasi pasar terhadap GDP dan rasio M2 terhadap GDP, tidak dimasukkan
168
dalam model ini, karena setelah dilakukan beberapa kali respesfikasi tidak
memberikan hasil yang lebih baik.
Kebijakan moneter direpresentasikan dengan M2 dan SBI. Kebijakan moneter
direpresentasikan dengan SBI menunjukkan tanda sesuai dengan teori, namun tidak
demikian dengan M2. Total kredit memiliki pola hubungan yang sesuai dengan teori,
namun pengaruh kecil.
Tabel 21. Pengaruh Liberalisasi Keuangan dan Kebijakan Moneter terhadap Nilai QTobin Sektor Industri Dasar dan Kimia, Periode 2002 – 2009, Model REM
Parameter
Koefisien
Standard Error
Nilai – p
Estimasi
C
-15.37272*
2.8882981
0.0000
LOG IHSG
-1.510618*
0.275112
0.0000
M2
-0.005136*
0.000861
0.0000
SBI
-0.104552*
0.019146
0.0000
Total Kredit
0.002116*
0.000407
0.0000
Bunga Kredit
0.473462*
0.084782
0.0000
Pinjaman Perusahaan
9.12E-05
8.29E-05
0.2723
Aset Perusahaan
-0.000145**
5.82E-05
0.0135
Kapitalisasi Pasar
0.000156*
2.08E-05
0.0000
Perusahaan
Dummy Krisis 2008
-1.114465*
0.296913
0.0002
R-squared
0.317109
Adj. R-squared
0.295619
F-test
14.75640*
** Koefisien signifikan pada taraf nyata 5%
* Koefisien signifikan pada taraf nyata 1%
Masing-masing karakteristik struktur hubungan tersebut diuraikan sebagai
berikut:
1. M2
Variabel ini merepresentasikan kebijakan moneter berupa uang beredar. Hasil
analisis menunjukkan pola hubungan yang negatif dengan nilai Q-Tobin, dan tidak
sesuai dengan teori. Peningkatan jumlah uang beredar (M2) diharapkan memberikan
pengaruh positif terhadap nilai Q-Tobin, melalui penurunan suku bunga acuan.
Namun pola hubungan yang negatif diduga karena mungkin saja investor tidak
169
melakukan investasi pada saham-saham industri dasar dan kimia, karena masih ada
saham emiten dari industri makanan olahan yang lebih diminati oleh investor.
3. SBI
Pengaruh kebijakan moneter ini menunjukkan hubungan yang negatif dengan
nilai Q-Tobin sesuai dengan teori ekonomi., dengan pengaruh yang cukup berarti.
Sebagaimana dijelaskan pada sektor pertanian, bahwa penurunan SBI, seharusnya
diikuti oleh penurunan suku bunga kredit dan selanjutnya pinjaman. Namun spread
yang masih besar, tidak mendorong korporasi untuk segera melakukan pinjaman,
sehingga diduga tidak terjadi investasi dalam waktu yang bersamaan.
Hal ini didukung pula oleh suku bunga kredit yang memberikan pengaruh
positif. Sektor industri dasar dan kimia yang didominasi oleh perusahaan semen, kaca
dan kimia dengan tingkat profitabilitas yang sedang, pada dasarnya cenderung untuk
menggunakan dana eksternal, seperti pinjaman untuk merealisasikan keputusan
investasinya, sebagaimana terlihat dari struktur modal yang didominasi oleh utang.
Hubungan positif dengan bunga kredit dapat dijelaskan, dengan spread yang tidak
berubah, dimungkinkan bagi korporasi untuk tidak melakukan investasi dalam aktiva
tetap, sehingga total nilai buku perusahaan akan tetap.
4. LogIHSG
Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan negatif antara logaritma Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan
kimia, dengan pengaruh yang besar. Artinya jika terjadi kenaikan 1 persen IHSG,
maka nilai Q-Tobin akan merespons penurunan 1.5 kalinya. Hubungan ini tidak
sesuai dengan teori ekonomi. Kenaikan IHSG tidak akan selalu menyebabkan saham-
170
saham industri dasar dan kimia juga mengalami peningkatan, demikian pula
sebaliknya, tergantung dari bagaimana hubungan kausalitas diantara keduanya.
Keadaan ini juga dapat dijelaskan dengan mekanisme transmisi moneter jalur harga
aset.
5. Total Kredit
Variabel total kredit dengan nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia
menunjukkan pola hubungan yang positif, sesuai dengan yang diharapkan meskipun
pengaruhnya kebil. Penyaluran kredit pada dasarnya diharapkan dapat meningkatkan
investasi. Sektor industri dasar dan kimia yang didominasi oleh utang dalam struktur
modalnya,
mengindikasikan
bahwa
dalam
keputusan
investasinya
masih
mengandalkan pinjaman dibandingkan dengan dana internal.
6. Kapitalisasi Pasar Perusahaan dan Aset Perusahaan
Hasil analisis menunjukkan pola hubungan yang sesuai dengan teori ekonomi.,
meskipun pengaruhnya kecil. Kapitalisasi pasar industri dasar dan kimia relatif tidak
tinggi, karena tidak cukup diminati oleh investor. Di sisi lain, nilai aset perusahaan
relatif tinggi, karena merupakan industri pengolahan yang menghasilkan produk
antara.
7. Dummy Krisis 2008
Pengaruh krisis finansial 2008, tidak memberikan pengaruh negatif terhadap
nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia, dengan pengaruh yang cukup besar.
Dengan kapitalisasi pasar sebesar 8.5 persen maka penarikan dana yang dilakukan
investor asing yang menyebabkan guncangan pada IHSG. Penurunan nilai pasar
171
saham akibat krisis tersebut umumnya terjadi pada saham-saham yang diminati oleh
investor.
Kebijakan moneter berupa penurunan suku bunga acuan SBI bersamaan
dengan peningkatan partisipan pasar (kapitalisasi pasar perusahaan), secara umum
memberikan pengaruh positif terhadap nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia.
Hal ini sesuai dengan teori ekonomi, bahwa liberalisasi keuangan dan kebijakan
pelonggaran uang beredar memberikan insentif bagi sektor riil untuk dapat
berinvestasi. Kebijakan moneter seringkali menjadi tidak independen saat terjadi
kondisi liberalisasi keuangan. Hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut, manakala
terjadi penurunan suku bunga acuan SBI, maka pasar akan cenderung merespons
dengan menginvestasikan dananya di pasar modal, sebagai altenatif investasi.
Apabila kondisi ini yang dominan terjadi, maka penurunan suku bunga kredit sebagai
konsekuensi dari penurunan suku bunga acuan tidak cukup mendorong perusahaan
untuk memanfaatkan kredit perbankan, mengingat terdapat alternatif pembiayaan
investasi melalui mekanisme pasar modal.
6.2.3. Pengaruh Liberalisasi Keuangan dan Kebijakan Moneter terhadap Nilai
Q-Tobin Sektor Perbankan
Persamaan regresi (6.6) dapat menjelaskan hubungan ekonomi antara variabelvariabel liberalisasi keuangan, perusahaan dengan nilai Q-Tobin, sebagai berikut:
Qt
= 2.142 + 0.000JCI – 0.511SBI - 0.004MS + 1.173RKDT + 0.482INT +
0.000BVD – 0.000TA – 0.009DUM ...................................... (6.6)
Secara umum, dari persamaan (6.6) menunjukkan arah yang sesuai dengan
teori dan logika ekonomi, kecuali M2 dan bunga pinjaman. Variabel liberalisasi
keuangan, berupa financial deepening yaitu rasio kapitalisasi pasar terhadap GDP dan
rasio M2 terhadap GDP, tidak dimasukkan dalam model ini, karena setelah dilakukan
172
beberapa kali respesfikasi tidak memberikan hasil yang lebih baik.
Kebijakan
moneter direpresentasikan dengan M2 dan SBI. Kebijakan moneter direpresentasikan
dengan SBI menunjukkan tanda sesuai dengan teori, namun tidak demikian dengan
M2. Rasio kredit terhadap GDP yang merepresentasikan kebijakan moneter memiliki
pola hubungan yang sesuai dengan teori, dengan pengaruh yang cukup bermakna.
Tabel 22 memperlihatkan pengaruh variabel liberalisasi keuangan dan
kebijakan moneter terhadap nilai Q-Tobin sektor perbankan, dengan model estimasi
Random Efek (REM).
Tabel 22. Pengaruh Liberalisasi Keuangan dan Kebijakan Moneter terhadap Nilai QTobin Sektor Perbankan, Periode 2002 – 2009, Model REM
Parameter
Koefisien Estimasi Standard Error Nilai – p
C
2.142808*
0.320774
0.0000
IHSG
0.000308*
9.45E-05
0.0015
M2
-0.004192*
0.000564
0.0000
SBI
-0.511347*
0.039923
0.0000
Bunga Pinjaman
0.481704*
0.038851
0.0000
Aset Perusahaan
-3.97E-05*
9.64E-06
0.0001
Pinjaman Perusahaan
4.17E-05*
1.05E-05
0.0001
Rasio Kredit
1.1737781
1.247893
0.1665
Dummy Krisis 2008
-0.009702
0.218949
0.9647
R-squared
0.071102
Adj. R-squared
0.004155
F-test
1.062059*
** Koefisien signifikan pada taraf nyata 5%
* Koefisien signifikan pada taraf nyata 1%
Masing-masing karakteristik struktur hubungan tersebut diuraikan sebagai
berikut:
1. M2
Variabel ini merepresentasikan kebijakan moneter berupa uang beredar. Hasil
analisis menunjukkan pola hubungan yang negatif dengan nilai Q-Tobin sektor
perbankan, dan tidak sesuai dengan teori, namun dengan pengaruh yang relatif kecil.
Peningkatan jumlah uang beredar (M2) diharapkan memberikan pengaruh positif
terhadap nilai Q-Tobin, melalui penurunan suku bunga acuan. Namun pola hubungan
173
yang negatif diduga karena mungkin saja pelonggaran uang beredar didukung dengan
rasio kredit yang meningkat akan memberikan kesempatan bagi bank untuk
menyalurkan kredit, sehingga jumlah aktiva bank meningkat dengan adanya
penyaluran kredit, dan akan menurunkan nilai Q-Tobin, dan pada saat yang
bersamaan diduga investor tidak melakukan investasi pada saham-saham perbankan.
2. SBI
Pengaruh kebijakan moneter ini menunjukkan hubungan yang negatif dengan
nilai Q-Tobin sesuai dengan teori ekonomi, dengan pengaruh yang cukup berarti.
Sebagaimana dijelaskan di bagian atas, bahwa penurunan SBI, seharusnya diikuti oleh
penurunan suku bunga kredit dan selanjutnya pinjaman. Namun spread yang masih
besar, tidak mendorong korporasi untuk segera melakukan pinjaman, sehingga diduga
tidak terjadi investasi dalam waktu yang bersamaan.
Penyaluran kredit yang
meningkat, akan memperbaiki Net Interest Margin (NIM) dari perbankan, dan ini
akan memberikan pengaruh positif terhadap nilai pasar saham.
Di sisi lain, prinsip prudent yang harus dipertahankan oleh perbankan,
seringkali menjadi pisau bermata dua.
Hal ini didukung pula oleh suku bunga
pinjaman yang memberikan pengaruh positif. Tingginya bunga pinjaman, yang pada
dasarnya mencerminkan fee atas jasa perbankan, akan meningkatkan NIM, manakala
terjadi penyaluran kredit dalam jumlah yang besar.
Hubungan positif dengan bunga pinjaman dapat dijelaskan, dengan spread
bunga yang tidak berubah, maka dimungkinkan bagi sektor perbankan untuk
memperoleh kenaikan laba atau NIM, sehingga nilai Q akan meningkat.
174
3. IHSG
Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan positif antara Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) dengan nilai Q-Tobin sektor perbankan, namun dengan
pengaruh yang realtif kecil. Hubungan ini sesuai dengan teori ekonomi, terutama
mekanisme transmisi moneter dengan jalur harga aset.
Artinya, bila terjadi
peningkatan nilai pasar saham maka berpengaruh positif terhadap nilai Q perusahaan.
4. Rasio Kredit/GDP
Variabel rasio kredit terhadap GDP yang merepresentasikan kebijakan
moneter dengan peningkatan penyaluran kredit, memiliki hubungan positif dengan
nilai Q-Tobin sektor perbankan, dengan pengaruh yang cukup besar. Penyaluran
kredit pada dasarnya diharapkan dapat meningkatkan investasi. Sektor perbankan
yang berperan sebagai lembaga perantara penyaluran kredit ke sektor riil, akan
memperoleh manfaat berupa kenaikan NIM dengan adanya peningkatan jumlah kredit
yang disalurkan.
5. Kapitalisasi Pasar Perusahaan dan Aset Perusahaan
Hasil analisis menunjukkan pola hubungan yang sesuai dengan teori ekonomi.,
meskipun pengaruhnya kecil. Kapitalisasi pasar sektor perbankan cukup besar yaitu
23.7 persen, menunjukkan bahwa nilai Q-Tobin yang meningkat akibat pengaruh
mekanisme pasar yang menyebabkan peningkatan nilai pasar saham perbankan.
6. Dummy Krisis 2008
Pengaruh krisis finansial 2008, memberikan pengaruh negatif terhadap nilai
Q-Tobin sektor perbankan, dengan pengaruh yang relatif kecil. Dengan kapitalisasi
175
pasar sebesar 27.3 persen maka penarikan dana yang dilakukan investor asing yang
menyebabkan guncangan pada IHSG. Penurunan nilai pasar saham akibat krisis
tersebut umumnya juga berdampak kepada indeks saham perbankan. Hasil penelitian
Arestis, Nissanke and Stein (2005) juga menunjukkan adanya pengaruh dari kebijakan
moneter terutama terkait dengan suku bunga acuan, yang selanjutnya berpengaruh
terhadap volatilitas pasar modal, sehingga perlu adanya kebijakan yang mengatur
tahapan implementasi liberalisasi keuangan untuk meminimumkan resiko dari krisis
yang diakibatkan oleh pengaruh liberalisasi keuangan itu sendiri.
Kebijakan moneter berupa penurunan suku bunga acuan SBI bersamaan
dengan peningkatan penyaluran kredit (rasio kredit terhadap GDP), secara umum
memberikan pengaruh positif terhadap nilai Q-Tobin sektor perbankan. Hal ini sesuai
dengan teori ekonomi, bahwa kebijakan pelonggaran uang beredar memberikan
insentif bagi sektor perbankan untuk terus meningkatkan penyaluran kreditnya.
Secara umum, pengaruh liberalisasi keuangan bersamaan dengan kebijakan
moneter terhadap nilai Q-Tobin dari masing-masing ke-3 (sektor) ini menunjukkan
bahwa SBI memiliki hubungan yang negatif dengan nilai Q-Tobin. Hal ini sesuai
dengan teori dan logika ekonomi. Sedangkan rasio M2/GDP hanya memberikan
pengaruh positif kepada sektor pertanian, dengan pengaruh yang besar. Di sisi lain,
M2 memberikan pengaruh negatif terhadap nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan
kimia dan juga perbankan, tetapi dengan pengaruh yang relatif kecil. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian dari Helmut (2005), bahwa dengan adanya keadaan
liberalisasi keuangan atau globalisasi di negara-negara berkembang, seringkali
kebijakan moneter menjadi tidak cukup efektif, khususnya dalam mekanisme
176
transmisi moneter.
Secara ringkas pengaruh liberalisasi keuangan dan kebijakan
moneter terhadap nilai Q-Tobin masing-masing sektor disajikan pada Tabel 23.
Tabel 23.
Aspek
Makro
Ringkasan Pengaruh Liberalisasi Keuangan dan Kebijakan Moneter
terhadap Nilai Q-Tobin Sektor Pertanian, Industri Dasar dan Kimia dan
Perbankan
Pengaruh terhadap nilai Q-Tobin
Sektor
Variabel
Pertanian Industri Perbankan
Dasar
dan
Kimia
Kebijakan
SBI
-*
-*
-*
Moneter
Money
Financial
Deepening
Pasar Modal
(Saham)
Makroekonomi
IHSG
Kapitalisasi
Pasar Total
Bunga
Kredit
Bunga
Pinjaman
Total Kredit
-*
-*
-*
+
+*
+*
+*
+*
-*
+*
+*
-*
+*
Pinjaman
Perusahaan
Kapitalisasi
+*
Pasar
Perusahaan
Aset
-*
Perusahaan
Lingkungan Krisis Finansial Dummy
+*
Global
krisis 2008
Keterangan: + adalah pengaruh positif
- adalah pengaruh negatif
* adalah signifikan pada taraf nyata 5%
Mikro
Perusahaan
Supply
(M2)
Rasio
M2/GDP
Kapitalisasi
Pasar/GDP
Kredit/GDP
+*
+
+*
+*
-*
-*
-*
-*
Liberalisasi keuangan yang direpresentasikan dengan rasio kapitalisasi pasar
terhadap GDP hanya memberikan pengaruh terhadap nilai Q-sektor pertanian, dengan
177
nilai yang cukup besar. Sedangkan rasio penyaluran kredit terhadap GDP hanya
berpengaruh positif terhadap nilai Q-Tobin sektor perbankan, dengan nilai yang
cukup besar.
Dari hasil analisis ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang
berbeda akibat variabel financial deepening (yang merepresentasikan liberalisasi
keuangan) terhadap nilai Q-Tobin, antara sektor pertanian dengan ke-2 (dua) sektor
lainnya, yaitu industri dasar dan kimia dan perbankan. Sementara itu, SBI memiliki
pengaruh yang sama yaitu negatif terhadap nilai Q-Tobin ke-3 (tiga) sektor.
6.3. Pengaruh Liberalisasi Keuangan dan Kebijakan Moneter terhadap
Pertumbuhan Investasi Sektor Pertanian, Industri Dasar dan Kimia serta
Perbankan
Analisis bagian ini untuk mencapai tujuan penelitian ketiga, yaitu
menganalisis pengaruh liberalisasi keuangan (capital account dan pasar saham) dan
kebijakan moneter (pendekatan suku bunga acuan) yang direpresentasikan dengan
nilai Q-Tobin dari masing-masing sektor terhadap pertumbuhan investasi sektoral.
Seperti pada tujuan penelitian satu dan dua, maka analisis dilakukan dengan
menggunakan pendekatan Analisis Regresi Data Panel.
Variabel Q-Tobin
merepresentasikan pengaruh kondisi makro melalui kebijakan liberalisasi keuangan
dan kebijakan moneter.
Variabel struktur modal merepresentasikan kebijakan
korporasi di level mikro, yaitu perbandingan antara porsi sumber dana internal berupa
saham terhadap sumber dana jangka panjang (total utang ditambah dengan ekuitas).
Variabel bunga pinjaman riil merepresentasikan tingkat bunga investasi atau imbal
hasil dari suatu keputusa investasi.
Tingkat bunga riil, dihitung dengan mengurangkan tingkat bunga pinjaman
dengan expected inflation.
Variabel dependen adalah nilai investasi bersih dari
178
perusahaan di masing-masing sektor, yang mencerminkan keputusan investasi
perusahaan riil (investasi dibagi GDP deflator) dan di log kan, untuk menggambarkan
pertumbuhan nilai investasi.
Variabel bebas (independen) adalah nilai Q-Tobin,
struktur modal (Equtiy to Capitalization), dan bunga pinjaman riil (real loan interest
rates). Untuk mengetahui pengaruh dari krisis finansial global, maka digunakan
variabel dummy krisis 2008. Pengujian dengan model data panel, menghasilkan
model estimasi Random Effect Model yang terpilih untuk dapat menjelaskan
hubungan diantara investasi perusahaan dengan nilai Q-Tobin, struktur modal
perusahaan serta bunga pinjaman riil.
6.3.1. Pengaruh Liberalisasi Keuangan dan Kebijakan Moneter terhadap
Pertumbuhan Investasi Sektor Pertanian
Persamaan regresi yang menggambarkan hubungan struktur ekonomi antara
pertumbuhan investasi dengan nilai Q-Tobin, struktur modal dan bunga pinjaman riil
dari sektor pertanian disajikan sebagai berikut:
Log (inv_riil)t = 10.290 + 0.009QT – 0.155ECAP + 0.077INT
+ 0.022DUM .................................................................
(6.7)
Tabel 24 menunjukkan hubungan antara log investasi riil dengan nilai QTobin yang meskipun sesuai dengan teori yaitu positif, namun tidak signifikan. Rasio
struktur modal memiliki pengaruh negatif terhadap petumbuhan investasi, namun
tidak signifikan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa bila perusahaan memiliki sumber
dana internal, dan kondisi lingkungan mendukung untuk mendapatkan pinjaman,
maka perusahaan
cenderung untuk
menggunakan
pinjaman
dalam
rangka
meningkatkan investasinya. Selain itu, secara teoritis, ada tingkatan struktur modal
179
yang harus dijaga untuk dapat memaksimumkan nilai korporasi. Artinya, sumber
dana internal 100 persen tidak berarti memberikan nilai maksimum bagi perusahaan.
Bunga pinjaman riil, yang merepresentasikan tingkat bunga investasi yang
akan diterima oleh investor, menunjukkan pola hubungan yang positif sesuai dengan
yang diharapkan. Semakin tinggi bunga pinjaman riil, maka investor akan semakin
tertarik untuk melakukan investasi.
Tingkat bunga pinjaman riil, akan semakin
meningkat dengan mengupayakan penurunan inflasi yang diharapkan (expected
inflation), yang sebagai representasi dari upaya pemerintah untuk menekan tingkat
inflasi. Variabel dummy krisis menunjukkan pengaruh positif terhadap keputusan
investasi korporasi, namun tidak signifikan.
Variabel bunga pinjaman riil
memberikan pengaruh yang paling berarti terhadap keputusan investasi korporasi
sektor pertanian.
Tingkat profitabilitas dari sektor pertanian yang didominasi oleh subsektor
perkebunan, memberikan daya tarik tersendiri bagi pihak luar untuk melakukan
investasi, meskipun membutuhkan masa investasi yang relatif panjang, yaitu minimal
3 (tiga) tahun untuk dapat merealisasikan keuntungan tersebut.
Tabel 24. Pengaruh Nilai Q-Tobin terhadap Pertumbuhan Investasi Riil Sektor
Pertanian, Periode 2002 – 2009, dengan Model Estimasi REM
Parameter
Koefisien Estimasi
Standard Error
Nilai – p
C
10.29032*
0.581966
0.0000
Q Tobin
0.009025
0.024117
0.7091
Rasio Ekuitas
-0.155476
0.099499
0.1216
Bunga Pinjaman Riil 0.076903*
0.019456
0.0002
Dummy Krisis 2008
0.022393
0.113823
0.8445
R-squared
0.263992
Adj. R-squared
0.231640
F-test
8.159980*
** Koefisien signifikan pada taraf nyata 5%
* Koefisien signifikan pada taraf nyata 1%
180
Dengan tingkat profitabilitas yang tinggi, maka subsektor perkebunan masih
memiliki ruang gerak untuk melakukan investasi dengan menggunakan sumber dana
eksternal yaitu berupa pinjaman, dengan mempertimbangkan kondisi makro berupa
liberalisasi keuangan ataupun kebijakan moneter, yang memungkinkan untuk
memperoleh bunga pinjaman dengan nilai yang lebih rendah (dikenal sebagai cost of
capital).
6.3.2. Pengaruh Liberalisasi Keuangan dan Kebijakan Moneter terhadap
pertumbuhan investasi sektor Industri Dasar dan Kimia
Persamaan regresi yang menggambarkan hubungan struktur ekonomi antara
pertumbuhan investasi dengan nilai Q-Tobin, struktur modal dan bunga pinjaman riil
dari sektor industri dasar dan kimia disajikan sebagai berikut:
Log (inv_riil)t = 9.574 - 0.081QT – 0.073ECAP + 0.127INT
– 0.678DUM ............................................................
(6.8)
Tabel 25 menunjukkan hubungan antara log investasi riil dengan nilai QTobin yang tidak sesuai dengan teori, yaitu negatif.
Tabel 25
Pengaruh Nilai Q-Tobin terhadap Pertumbuhan Investasi Riil Sektor
Industri Dasar dan Kimia, Periode 2002 – 2009 dengan Model Estimasi
REM
Parameter
Koefisien Estimasi
Standard Error
Nilai – p
C
9.573831*
0.294706
0.0000
Q Tobin
-0.080517*
0.025264
0.0016
Rasio Ekuitas
-0.072936*
0.032715
0.0265
Bunga Pinjaman Riel
0.126689*
0.016069
0.0000
Dummy Krisis 2008
-0.320869*
0.099494
0.0014
R-squared
0.297243
Adj. R-squared
0.287583
F-test
30.77088*
** Koefisien signifikan pada taraf nyata 5%
* Koefisien signifikan pada taraf nyata 1%
181
Hal ini dapat dijelaskan, bahwa nilai Q-Tobin yang lebih dari 1, mungkin saja
dapat memberikan interpretasi kepada perusahaan untuk melakukan investasi, namun
sebaliknya justru akan mengurangi investasi. Bila nilai Q-Tobin lebih mendukung
investasi pada surat-surat berharga atau instrumen jangka pendek, maka ketersediaan
dana untuk investasi aktiva tetap akan berkurang. Ada kemungkinan, rasio Q-Tobin
diterjemahkan oleh pasar sebagai indikator untuk melakukan investasi di pasar saham
dibandingkan dengan investasi di sektor riil.
Rasio struktur modal memiliki pengaruh negatif terhadap petumbuhan
investasi. Hal ini dapat dijelaskan bahwa bila perusahaan memiliki sumber dana
internal, dan kondisi lingkungan mendukung untuk mendapatkan pinjaman, maka
perusahaan cenderung untuk menggunakan pinjaman dalam rangka meningkatkan
investasinya. Bunga pinjaman riil, seperti halnya pada sektor pertanian, memberikan
pengaruh positif terhadap pertumbuhan investasi di sektor industri dasar dan kimia.
Sektor pengolahan dengan struktur biaya yang umumnya didominasi oleh biaya tetap,
memiliki marjin keuntungan (profit margin) yang relatif stabil, meskipun kisaran
nilainya umumnya tidak cukup besar (sekitar 5 persen – 7 persen). Meskipun marjin
keuntungan tersebut tidak cukup tinggi, namun dengan tingkat kepastian keuntungan
dari industri pengolahan, serta tingkat resiko usaha yang lebih terprediksi, maka
umumnya para investor tertarik untuk masuk di industri ini.
Industri dasar dan kimia, yang terdiri dari perusahaan dengan produk antara,
umumnya berorientasi pada ekspor, misalnya bahan kimia dan pulp dan kertas, masih
menarik minat para investor asing. Beberapa perusahaan tersebut, sahamnya dimiliki
oleh investor asing. Variabel dummy krisis menunjukkan pengaruh negatif terhadap
keputusan investasi korporasi.
Variabel dummy berpengaruh besar terhadap
keputusan investasi di sektor industri dasar dan kimia.
182
6.3.3. Pengaruh Liberalisasi Keuangan dan Kebijakan Moneter terhadap
Pertumbuhan Investasi Sektor Perbankan
Persamaan regresi yang menggambarkan hubungan struktur ekonomi antara
pertumbuhan investasi dengan nilai Q-Tobin, struktur modal dan bunga pinjaman riil
dari sektor perbankan disajikan sebagai berikut:
Log (inv_riil)t = 13.854 - 0.287QT + 0.790ECAP + 0.091INT
+ 0.109DUM ............................................................
(6.9)
Tabel 26 menunjukkan hubungan antara log investasi riil dengan nilai QTobin yang tidak sesuai dengan teori, yaitu negatif dengan nilai yang relatif cukup
besar di sektor perbankan.
Di sektor perbankan keputusan invesetasi termasuk
keputusan penyaluran kredit ke sektor riil. Dengan demikian bila hubungan negatif,
dapat dijelaskan bahwa kondisi pasar cukup kondusif untuk melakukan investasi di
surat berharga jangka pendek, dibandingkan dengan investasi di sektor riil, sehingga
akan berpengaruh terhadap realisasi penyaluran kredit perbankan.
Tabel 26. Pengaruh Nilai Q-Tobin terhadap Pertumbuhan Investasi Riil Sektor
Perbankan, Periode 2002 – 2009 dengan Model Estimasi REM
Parameter
Koefisien Estimasi
Standard Error
Nilai – p
C
13.85473*
0.481724
0.0000
Q Tobin
-0.286928*
0.022617
0.0000
Rasio Ekuitas
0.790308*
0.358008
0.0293
Bunga Pinjaman Riil 0.091476*
0.012214
0.0000
Dummy Krisis 2008
0.109113
0.070740
0.1257
R-squared
0.668409
Adj. R-squared
0.656875
F-test
57.95322*
** Koefisien signifikan pada taraf nyata 5%
* Koefisien signifikan pada taraf nyata 1%
Rasio struktur modal memiliki pengaruh positif terhadap petumbuhan
investasi, dengan nilai yang relatif besar.
perbankan
tetap
disarankan
untuk
Hal ini dapat dijelaskan bahwa bila
menerima
tabungan
masyarakat
yang
mencerminkan kewajiban bank, serta mengurangi porsi ekuitas sesuai dengan rasio
183
CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning and Liquidity) perbankan yang
ditetapkan oleh otoritas moneter yaitu Bank Indonesia.
Bunga pinjaman riil memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan investasi
perbankan. Hal ini dapat dijelaskan, bahwa bunga pinjaman riil merupakan daya tarik
bagi investor untuk melakukan investasi, sehingga aapabila investasi direalisasikan,
maka salah satu sumber dana berupa kredit bank dapat meningkatkan pertumbuhan
penyaluran kredit bank. Kondisi ini dimungkinkan untuk terjadi, terutama apabila
spread tingkat bunga pinjaman tidak telalu besar. Berbeda dengan sektor industri
dasar dan kimia, dummy krisis memiliki pengaruh positif, namun tidak signifikan.
Penundaan penyaluran pinjaman selama masa krisis, merepresentasikan tidak
bertambahnya keputusan investasi sektor perbankan. Secara ringkas pengaruh nilai
Q-Tobin terhadap pertumbuhan investasi masing-masing sektor disajikan pada Tabel
27.
Tabel 27. Ringkasan Pengaruh Nilai Q-Tobin terhadap Pertumbuhan Investasi Sektor
Pertanian, Industri Dasar dan Kimia dan Perbankan
Pengaruh terhadap Log Investasi Riil
Sektor
Aspek
Variabel
Pertanian
Industri
Perbankan
Dasar
dan
Kimia
Perusahaan
Q-Tobin
Mikro
+
-*
-*
Makro
Lingkungan
Keterangan:
Rasio
Ekuitas
Bunga
Pinjaman
riil
Dummy
Krisis 2008
-*
-*
+*
+*
+*
+*
-*
+
Krisis
Finansial
Global
+ adalah pengaruh positif
- adalah pengaruh negatif
* adalah signifikan pada taraf nyata 5%
184
Secara keseluruhan, untuk sektor perbankan pada saat kondisi krisis finansial,
korporasi cenderung tidak dipengaruhi dalam keputusan investasinya, mengingat
krisis finansial akan memberikan dampak tingginya tingkat suku bunga pinjaman.
Dengan demikian investasi di sektor perbankan tidak juga menunjukkan perubahan
akibat adanya krisis finansial global.
6.3.4. Pengaruh nilai Q-Tobin terhadap pertumbuhan investasi Sektor
Pertanian, Industri Dasar dan Kimia dan Perbankan (Gabungan)
Nilai Q-Tobin yang merepresentasikan keadaan liberalisasi keuangan dan
kebijakan moneter.
Persamaan regresi yang menggambarkan hubungan struktur
ekonomi antara pertumbuhan investasi dengan nilai Q-Tobin, struktur modal dan
bunga pinjaman riil dari ke 3 (tiga) sektor secara bersamaan disajikan sebagai berikut:
Log (inv_riil)t = 10.685 - 0.083QT - 0.068ECAP + 0.110INT
- 0.192DUM ................................................................... (6.10)
Dari persamaan (6.10) terlihat bahwa beberapa variabel menunjukkan pola hubungan
yang sesuai dengan teori, kecuali variabel Q-Tobin. Baik suku bunga pinjaman riil
dan krisis finansial global memberikan pengaruh nyata lebih besar dibandingkan
dengan nilai Q-Tobin maupun struktur modal.
Tabel 28 menunjukkan hubungan antara log investasi riil dengan nilai QTobin yang tidak sesuai dengan teori,
yaitu negatif.
Krisis finansial global
memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan investasi riil dari ke 3 (tiga)
sektor.
Bunga pinjaman riil memberikan pengaruh positif kepada pertumbuhan
investasi gabungan dari ke-3 sektor. Struktur modal memberikan pengaruh negatif
terhadap pertumbuhan investasi. Tingkat bunga pinjaman riil yang tinggi akan dapat
185
menarik minat dari investor ke-3 sektor, terutama pada sektor industri dasar dan
kimia.
Pada saat krisis, di sektor industri dasar dan kimia, perusahaan menahan untuk
tidak melakukan investasi, karena dampak dari krisis akan diikuti dengan tingkat
bunga pinjaman yang tinggi, dan selanjutnya akan menurunkan kinerja keuangan
perusahaan.
Tabel 28. Pengaruh Nilai Q-Tobin terhadap Pertumbuhan Investasi Riil ke 3 (tiga)
Sektor, Periode 2002 – 2009 dengan Model Estimasi REM
Parameter
Koefisien Estimasi
Standard Error
Nilai – p
C
10.68490*
0.303291
0.0000
Q Tobin
-0.083145*
0.016665
0.0000
Rasio Ekuitas
-0.067618*
0.028591
0.0184
Bunga Pinjaman Riel
0.110388*
0.010851
0.0000
Dummy Krisis 2008
-0.192342*
0.065769
0.0036
R-squared
0.268498
Adj. R-squared
0.262727
F-test
46.52357
** Koefisien signifikan pada taraf nyata 5%
* Koefisien signifikan pada taraf nyata 1%
Pola hubungan negatif antara nilai Q-Tobin dengan pertumbuhan investasi
dari ke 3 (tiga) sektor dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada saat kondisi pasar modal
kondusif, maka investor lebih tertarik untuk melakukan investasi di instrumen
keuangan, terutama perbankan dan perkebunan. Dengan demikian bila hubungan
negatif, dapat dijelaskan bahwa kondisi pasar modal cukup kondusif untuk melakukan
investasi di surat berharga jangka pendek, dibandingkan dengan investasi di sektor
riil, sehingga akan berpengaruh terhadap realisasi penyaluran kredit perbankan.
Pertumbuhan pasar modal yang tercermin dari nilai Q yang meningkat (karena nilai
pasar saham emiten yang meningkat), ternyata tidak mendorong investasi di sektor
riil.
186
Pola hubungan negatif dari struktur modal terhadap pertumbuhan investasi
dapat dijelaskan sebagai berikut, dengan semakin tingginya porsi dana internal berupa
ekuitas (saham atau keuntungan perusahaan) justru menurunkan pertumbuhan
investasi. Diduga, keuntungan perusahaan tidak selalu dialokasikan untuk investasi
barang modal, namun cenderung ke investasi portofolio.
Hal ini tercermin dari
pengaruh Q-Tobin yang negatif terhadap pertumbuhan investasi sektor. Penjelasan
lain, mengenai pengaruh negatif dari struktur modal, adalah pada saat kondisi pasar
modal kondusif yang memungkinkan korporasi untuk meningkatkan sumber dana
melalui penerbitan saham perdana (Initial Public Offering, IPO) atau right issue
(penerbitan saham), ada kecenderungan perusahaan menggunakan dana tersebut untuk
melunasi pinjamannya dan tidak diinvestasikan ke barang modal.
Secara umum, hasil analisis tujuan penelitian ketiga, menunjukkan bahwa
keputusan investasi perusahaan di sektor industri dasar dan kimia dan perbankan
memiliki pola hubungan yang negatif dengan nilai Q-Tobin masing-masing sektor,
kecuali di sektor pertanian. Sementara itu, pengaruh struktur modal adalah negatif
untuk sektor pertanian dan industri dasar dan kimia, sebaliknya untuk sektor
perbankan. Semakin tinggi nilai Q-Tobin, perusahaan tidak akan melakukan investasi
di aktiva tetap bersih, namun cenderung untuk mempertimbangkannya sebagai
indikasi bahwa pasar menilai harga per lembar saham perusahaan lebih tinggi dari
nilai bukunya, dan dapat digunakan sebagai inputan informasi dalam melakukan aksi
korporasi. Bunga pinjaman riil berpengaruh positif terhadap masing-masing sektor.
6.4. Intisari Analisis Panel Data
Berdasarkan analisis panel data, menunjukkan bahwa model estimasi yang
sesuai untuk menggambarkan pengaruh faktor makro dan mikro terhadap nilai Q-
187
Tobin sektoral serta pertumbuhan investasi sektoral adalah Random Effect Model.
Secara umum, pada model pengaruh liberalisasi keuangan sebagian besar variabel
bebas memberikan tanda yang sesuai dengan harapan atau teori ekonomi, kecuali
variabel FDI dan investasi portofolio untuk sektor industri dasar dan kimia. Nilai Rsquared yang rendah pada sektor industri dasar dan kimia serta sektor perbankan,
menunjukkan bahwa masih ada variabel penjelas lain belum dimasukkan dalam model
regresi tersebut untuk dapat menjelaskan perilaku nilai Q-Tobin. Nilai R-squared
yang rendah ini juga sebagai konsekuensi dari digunakannya data panel, dengan
jumlah data silang (cross section) yang lebih banyak dari data runtut waktu (time
series).
Pada model pengaruh liberalisasi keuangan dan kebijakan moneter, hanya
variabel kebijakan moneter berupa Money Supply (M2) yang memberikan tanda yang
tidak sesuai dengan harapan atau teori ekonomi, baik untuk sektor industri dasar dan
kimia dan sektor perbankan. Model estimasi pada sektor perbankan memiliki nilai Rsquared yang sangat rendah, juga pada model liberalisasi keuangan. Pada model
pertumbuhan investasi riil sektoral, variabel nilai Q-Tobin tidak memberikan tanda
sesuai dengan harapan baik di sektor industri dasar dan kimia serta perbankan.
Berbeda dengan ke-2 model sebelumnya, di model ini, nilai R-squared dari model
sektor perbankan justru terbesar dibandingkan dengan sektor industri dasar dan kimia.
Berdasarkan nilai R-squared, model estimasi untuk liberalisasi keuangan dan
kebijakan moneter terhadap nilai Q-Tobin, maka model yang lebih baik adalah model
pada sektor pertanian. Sedangkan untuk model pengaruh nilai Q-Tobin terhadap
pertumbuhan investasi riil sektoral, maka model yang lebih baik adalah model pada
sektor perbankan.
188
Kesamaan pola model liberalisasi keuangan dan kebijakan moneter pada
sektor industri dasar dan kimia dan perbankan, dapat dijelaskan oleh adanya
hubungan kausalitas nilai Q-Tobin sektor perbankan terhadap nilai Q-Tobin sektor
industri dasar dan kimia, namun tidak sebaliknya.
Download