BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

advertisement
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
A.
Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu fungsi perusahaan yang tidak kalah
pentingnya dengan fungsi perusahaan lainnya. Pemasaran sering kali
menjadi tolak ukur keberhasilan suatu perusahaan. Terdapat banyak definisi
pemasaran yang dikemukakan oleh para ahli, namun jika dibandingkan satu
definisi dengan definisi lainnya, pengertian dan tujuan pemasaran, penulis
mengutip beberapa definisi dari beberapa ahli, yaitu sebagai berikut:
Kotler Phillip (2008:6) mengemukakan ”Pemasaran adalah suatu
proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan
membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan untuk
menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya”.
Hermawan Kertajaya (2009:2) menekankan bahwa setiap visi
pemasaran harus menjadi suatu konsep bisnis strategis yang bias
memberikan kepuasan berkelanjutan, bukan kepuasan sersaat untuk tiga
stackholder utama diperusahaan, yaitu pelanggan, karyawan, dan pemilik
perusahaan.
8
Sebagai misinya pemasaran akan menjadi jiwa bukan sekedar salah
satu anggota suatu tubuh sebuah perusahaan, karena setiap seksi atau orang
dalam perusahaan harus paham dan menjadi unsur pemasaran. Kemudian
dalam arti nilai bisnis jasa, setiap orang dalam pemasaran harus terlibat
dalam proses pemuasan pelanggan, baik langsung atau tidak, bukan hanya
sebagai pelaksana yang digaji tapi harus secara total melaksanakan
pertambahan nilai dan member kepuasan kepada pelanggan.
1. Gender
Dan pengertian gender menurut para ahli, diantaranya dikemukakan sebagai
berikut:
Menurut
Wijayanti
(2012:31)
gender
merupakan
segmentasi
demografi yang disebabkan oleh adanya perbedaan keinginan, kebutuhan
untuk pria maupun perempuan baik secara fisik maupun psikis.
Psikologis
inggris johnstone mengemukakan tipe-tipe konsumen
sebagaimana dikemukakan oleh Affif (1981:39) dalam buku Prilaku
Konsumen Mangkunegara edisi revisi juni 2005. “tipe-tipe konsumen antara
lain dikategorikan sebagai konsumen pria dan wanita.
Ciri-ciri konsumen berdasarkan Perepsi Gender antara lain sebagai berikut:
9
a.
Persepsi Gender Konsumen Pria
1.
Mudah terpengaruh oleh bujukan penjual.
2.
Sering tertipu karena tidak sabaran untuk memilih dulu sebelum
membeli sesuatu.
3.
Punya perasaan kurang enak jika memasuki toko tanpa membeli
sesuatu
4.
Kurang begitu berminat untuk berbelanja sehingga sering terburuburu dalam mengambil Proses Keputusan pembelian.
5.
Mudah dipengaruhi oleh nasihat yang baik, argumentasi yang
objektif.
6.
b.
Menyukai hal hal yang bersifat cepat atau efisien dalam aktivitas
Persepsi Gender Konsumen Wanita
1.
Lebih tertarik pada warna dan bentuk bukan pada kegunaannya,
karena wanita lebih perasaan dari pria
2.
Lebih tertarik pada gejala mode atau trend
3.
Mementingkan status social
4.
Menyenangi hal-hal yang romantic dari pada yang objektif
5.
Mudah meminta pandangan pendapat, ataupun nasihat dari orang
lain
6.
Senang berbelanja sehingga sering kali sukar untuk cepat
menentukan barang mana yang akan dibeli
7.
Cepat merasakan suasana toko
10
8.
Tertarik pada produk yang membantu kegiatan sehari hari
Cara terbaik untuk memperlakukan konsumen berdasarkan Persepsi
Gender antara lain sebagai berikut:
a.
Persepsi Gender Konsumen Pria
1.
Dilayani dengan cepat tanpa perlu banyak bicara.
2.
Setiap penjelasan cukup terbatas hanya pada hal yang ditanyakan.
3.
Usahakan agar dapat membeli sesuatu yang dirasakan cocok
jangan sampai menyesal, sebab jika menyesal dia tidak akan
kembali lagi ketoko.
4.
Jangan memperlihatkan barang-barang yang memiliki warna
mencolok, apalagi hal ini sangat memiliki peranan penting untuk
penjualan barang-barang mode.
b.
Persepsi Gender Konsumen Wanita
1.
Senang menyediakan banyak waktu untuk berbelaja sehingga
mereka akan sangat senang jika dapat memilih dari persediaan
barang yang banyak.
2.
Karena wanita lebih peka akan suasana toko maka untuk
melayaninya pun diperlukan kesabaran tinggi penuh perhatian
jangan sampai menyinggung perasaan.
3.
Sangat tertarik jika ada penjualan khusus misalkan obral sehingga
dapat membeli dengan semurah mungkin.
11
4.
Karena wanita memiliki peranan dalam mengatur “uang belanja”
maka faktor harga sering kali memainkan pengaruh yang amat
penting apalagi wanita berbakat “hemat” bila dibandingkan dengan
pria.
Setelah mengkaji beberapa definisi Gender yang dikemukakan para
ahli, dapat dipahami bahwa yang dimaksud Gender adalah karakteristik
laki-laki dan perempuan berdasarkan dimensi sosial-kultural yang tampak
dari nilai dan tingkah laku.
2
Usia
Menurut Wijayanti (2012:28) Usia merupakan segmentasi yang akan
menjadi target konsumen potensial, kebutuhan dan pola kehidupan setiap
orang dari berbagai usia mempunyai perbedaan yang nyata.
Johnstone mengemukakan macam-macam Persepsi Usia Konsumen
dilihat dari tingkat pembelian antara lain sebagai berikut:
a.
Usia Anak
Setiap anak ingin menjadi dewasa oleh karena itulah setiap anak ingin
diperlakukan sebagai orang dewasa sehingga didalam toko pun harus
diperlakukan dengan penuh kehormatan dan kebijaksanaan sebagaimana
layaknya menghadapi orang dewasa.
12
Ciri-ciri konsumen usia Anak-Anak
1) Umumnya masih suka bermain-main
2) Keinginannya terkadang tidak konsisten (suka berubah-ubah).
3) Tidak pernah diam, selalu bergerak kesana-kemari.
4) Mudah dipengaruhi dengan bujuk rayu.
Cara terbaik memperlakukan pelanggan anak-anak adalah:
a) Tidak memperlakukan mereka sebagai anak kecil yang tidak
berdaya karena mereka juga butuh penghargaan dan perlakuan
layaknya orang dewasa.
b) Petugas harus sabar dalam melayani pelanggan anak-anak, karena
keinginan anak terkadang suka berubah.
c) Petugas perlu memberi pujian, misalnya dengan kata-kata: ”Wah
pasti Adik cantik deh kalau pake baju ini.”
Proses pembelian yang dilakukan oleh konsumen anak biasa
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.
Anak datang bersama orang tuanya : biasanya dikhawatirkan anak
akan menjadi gelisah sehingga mungkin menggangu perhatian orang
tuanya terhadap barang-barang yang akan dibelinya, secepatnya
berikan hadiah atau permen untuk sementara waktu agar anak dapat
tenang kembali dan orang tuanya tentu akan merasa senang sehingga
mudah membeli barang.
13
2.
Anak datang sendirian : jika terlihat ada anak memasuki toko
sendirian dalam hal ini anak-anak lebih perasa dari orang dewasa, oleh
karena itu anda harus berusaha menolong dengan baik jangan
memaksakan selera sebab selera anak umumnya masih polos, dan
jangan memberikan barang yang tidak laku ditoko anda, jika anak
tersebut tidak suka maka toko anda akan menjadi jelek imagenya.
3.
Anak mengantar orang tuanya : banyak orang tua yang mengajak
anaknya yang sudah cukup dewasa untuk berbelanja dan sering orang
tua meminta pendapat anaknya dalam membeli barang, dalam hal ini
biasanya pendapat anak lebih berpengaruh, oleh karena itu usahakan
kerjasama antara penjual dan anak tadi. Sehingga lebih meyakinkan
oleh pihak orang tuanya dan proses pembelian pun akan cepat berhasil
tetapi ada kalanya yang muda lebih bisa merasakan apa yang pantas
dan yang tidak pantas untuk orang tuanya.
4.
Orang tua mengantarkan anak : biasanya generasi yang lebih tua
sering berpegang pada hal yang kolot dan tetap, oleh karena itu
usahakanlah agar pendapat orang tuanya jangan sampai terlalu
berpengaruh harus mengarah pada yang lebih muda.
14
b.
Usia Remaja (teenager)
Ciri-ciri konsumen usia remaja:
1.
Remaja amat mudah terpengaruh oleh rayuan penjual,
2.
Mudah terbujuk rayuan iklan, terutama pada kerapian kertas bungkus
apalagi dihiasi warna-warna yang menarik,
3.
c.
Tidak berfikir hemat,
Usia Dewasa
Menurut Hurlock 1996 usia dewasa merupakan periode penyesuaian
diri terhadap pola-pola kehidupan yang baru dan harapan-harapan sosial
baru. Orang dewasa awal diharapkan memainkan peran baru, seperti
suami/istri, dan pencari nafkah, keinginan-keingan baru, mengembangkan
sikap-sikap baru, dan nilai-nilai baru sesuai tugas baru ini.
d.
Usia Lanjut
Ciri-ciri konsumen lanjut usia :
1.
Umumnya kelompok ini memiliki pola berfikir sesuai pengalamannya.
2.
Tidak mengikuti atau kurang update terhadap perputaran jaman
sehingga sering menanyakan barang-barang yang sudah tidak
diproduksi.
3.
Tidak terburu-buru dalam melakukan pembelian.
4.
Bersikap tenang dan ramah.
15
Cara menyikapi pelanggan lanjut usia :
3
1.
Harus banyak menyisikan waktu untuk melayaninya.
2.
Diperlukan kesabaran dan pengertian.
3.
Dengarkan nasihat-nasihat mereka yang baik.
Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah studi mengenai proses keputusan
konsumen yang mendorong mereka membeli dan mengkonsumsi berbagai
produk. Konsumen membuat banyak Proses Keputusan pembelian setiap
hari, kebanyakan perusahaan besar meneliti Proses Keputusan pembelian
konsumen secara sangat rinci untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang
dibeli konsumen, dimana mereka membeli dan berapa banyak yang mereka
beli, pemasar dapat mempelajari pembelian konsumen yang sebenarnya
untuk menemukan apa yang mereka inginkan.
Pengertian mengenai perilaku konsumen dikemukakan oleh Phillip
Kotler & Kotler Keller (2009:166) “perilaku konsumen merupakan studi
tentang individu kelompok dan organisasi memilih, membeli, menggunakan
dan bagaimana barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan mereka”.
16
a. Jenis Perilaku Pembelian
Perilaku Pembeli sangat berbeda dalam menentukan pilihan sebuah
produk. Semakin kompleks kebutuhan biasanya akan melibatkan semakin
banyak pihak yang terkait dari sekian banyak pertimbangan. Table no.2.1
menggambarkan
tipe-tipe
perilaku
pembelian
berdasarkan
tingkat
keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan diantaranya berbagai merek.
Gambar no. 2.1
Empat Tipe Perilaku Pembelian
KETERLIBATAN
KETERLIBATAN
TINGGI
RENDAH
(High involvement)
(Low Involvement)
Banyak Perbedaan antar Perilaku pembeli yang Perilaku pembelian yang
merek dagang
kompleks
mencari keragaman
Sedikit Perbedaan antar Perilaku
pembeli Perilaku
merek dagang
ketidak kebiasaan
pengurangan
nyamanan atau Pembeli
Disonansi
Sumber Phillip Kotler & Gary Armstrong (2008)
pembelian
17
1. Perilaku Pembelian Kompleks
Konsumen melakukan perilaku pembelian
kompleks (Complex
buying behavior) ketika mereka sangat terlibat dalam
pembelian dan
merasa ada perbedaan yang signifikan antar merek. Konsumen mungkin
sangat terlibat ketika produk itu mahal berisiko, jarang dibeli, dan sangat
memperlihatkan ekspresi diri. Umumnya, konsumen harus mempelajari
banyak hal tentang kategori produknya. Pembeli ini akan melewati proses
pembelajaran, mula-mula ia mengembangkan keyakinan tentang produk,
lalu sikap dan kemudian membuat pilihan pembelian yang dipikirkan
masak-masak. Pemasar produk yang memerlukan keterlibatan tinggi harus
memahami pengumpulan informasi dan perilaku evaluasi yang dilakukan
konsumen dengan keterlibatan tinggi. Para pemasar perlu membantu
konsumen untuk mempelajari atribut produk dan kepentingan relative
atribut tersebut.
2. Perilaku Pembelian Mencari Keragaman
Konsumen melakukan perilaku pembelian mencari keragaman
(variety-seeking buying behavior) dalam situasi yang mempunyai karakter
keterlibatan konsumen rendah tetapi anggapan perbedaan merek yang
signifikan. Dalam kasus semacam itu, konsumen sering melakukan banyak
pertukaran merek. Konsumen memiliki beberapa kepercayaan memilih
suatu produk tanpa banyak penilaian, dan menilainya pada waktu
menggunakan produk tersebut, namun dalam waktu berikutnya, konsumen
18
mungkin akan membeli merek lain karena bosan dengan merek yang biasa
dibelinya atau ada keinginan sekedar untuk mencoba-coba. Pengertian
merek terjadi semata mata untuk memperoleh variasi, bukan karena
ketidakpuasan terhadap suatu produk.
3. Pembelian
Pengurangan
Disonansi
(Pengurangan
Ketidaknyamanan)
Perilaku pembelian pengurangan disonansi (Dissonance-reducing
buying behavior) terjadi ketika konsumen sangat terlibat dalam pembelian
yang mahal, jarang dilakukan atau berisiko, tetapi hanya melihat sedikit
perbedaan antar merek. Dalam kasus ini karena anggapan perbedaan mereka
tidak besar pembeli mungkin berkeliling untuk mempelajari merek yang
tersedia, tetapi pembeli dalam waktu relatif singkat. Mereka akan
memberikan respon terutama terhadap harga yang bagus atau kenyamanan
membeli. Setelah pembelian mungkin konsumen mengalami disonansi
pasca pembelian (Ketidaknyamanan pasca penjualan). Ketika mereka
mengetahui kerugian tertentu dari merek suatu produk yang dibeli atau
mendengar hal hal yang menyenangkan tentang merek yang tidak dibeli
Untuk menghadapi disonansi semacam itu, komunikasi pasca penjualan
yang dilakukan pemasar harus memberikan dan dukungan untuk membantu
konsumen merasa nyaman dengan pilihan merek mereka.
19
4. Perilaku Pembelian Kebiasaan
Perilaku pembelian kebiasaan (Habitual Buying Behavior) terjadi
dalam keadaan keterlibatan konsumen yang rendah dan sedikit perbedaan
merek. Dalam kasus seperti ini, perilaku konsumen tidak melewati urutan
keyakinan - sikap - perilaku yang biasa. konsumen tidak secara ekstensif
mencari informasi tentang merek, mengevaluasi karakteristik merek, dan
mempertimbangkan keputusan tentang mana yang akan dibeli. Sebagai
gantinya mereka akan menerima informasi secara pasif ketika mereka
menonton tv atau membaca majalah. Pengulangan iklan menciptakan
kebiasaan akan suatu merek dan bukan keyakinan merek. Konsumen tidak
membentuk sikap yang kuat terhadap suatu merek, mereka memilih merek
karena terbiasa dengan merek tersebut.
4
Proses Keputusan Pembelian
Dalam tahap evaluasi konsumen menentukan peringkat merk dan
membentuk niat pembelian pada umumnya, Proses Keputusan pembelian
(purchase decision) konsumen adalah membeli merk yang paling disukai
tetapi dua faktor bisa berada antara niat pembelian dan keputusan
pembelian.
Menurut Schiffman
& Kanuk (2008:8) keputusan adalah seleksi
terhadap dua pilihan atau lebih. Dengan perkataan lain pilihan komplen
harus tersedia bagi seseorang ketika pengambilan keputusan keinginan
20
untuk membeli pada konsumen akan timbul ketika mereka merasa tertarik
ingin menggunakan dan memiliki produk yang dilihatnya.
Menurut
Kotller
(2009:13)
Keputusan
pembelian
seseorang
dipengaruhi oleh faktor psikologi antara lain persepsi serta keyakinan dan
pendirian.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen
Menurut Phillip Kotler (2008:159) perilaku pembelian konsumen
dipengaruhi oleh empat faktor, diantaranya sebagai berikut:
a.
Faktor budaya
Budaya, subbudaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku
pembelian. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling dasar.
Anak-anak yang sedang tumbuh akan mendapatkan seperangkat nilai,
persepsi, preferensi, dan perilaku dari keluarga dan lembaga-lembaga
penting lainnya. Contohnya, pada anak-anak yang dibesarkan di Amerika
Serikat sangat terpengaruh dengan nilai-nilai sebagai berikut: prestasi,
aktivitas,
efisiensi,
kemajuan,
kenikmatan
materi,
individualisme,
kebebasan, humanisme, dan berjiwa muda.
Masing-masing
subbudaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang
lebih menampakkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya
seperti kebangsaan, agama, kelompok, ras, dan wilayah geografis.
21
Pada dasarnya dalam sebuah tatanan kehidupan dalam bermasyarakat
terdapat sebuah tingkatan (strata) sosial. Tingkatan sosial tersebut dapat
berbentuk sebuah sistem kasta yang mencerminkan sebuah kelas sosial yang
relatif homogen dan permanen yang tersusun secara hirarkis dan para
anggotanya menganut nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial
tidak hanya mencerminkan penghasilan, tetapi juga indikator lain seperti
pekerjaan, pendidikan, perilaku dalam berbusana, cara bicara, rekreasi dan
lain-lainya.
b.
Faktor Sosial
Selain faktor budaya, perilaku pembelian konsumen juga dipengaruhi
oleh faktor sosial diantarannya sebagai berikut:
1) Kelompok Acuan
Kelompok acuan dalam
perilaku
pembelian konsumen dapat
diartikan sebagai kelompok yang dapat memberikan pengaruh secara
langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang
tersebut. Kelompok ini biasanya disebut dengan kelompok keanggotaan,
yaitu sebuah kelompok yang dapat memberikan pengaruh secara langsung
terhadap seseorang. Adapun anggota kelompok ini biasanya merupakan
anggota dari kelompok primer seperti keluarga, teman, tetangga dan rekan
kerja yang berinteraksi dengan secara langsung dan terus menerus dalam
keadaan yang informal. Tidak hanya kelompok primer, kelompok sekunder
22
yang biasanya terdiri dari kelompok keagamaan, profesi dan asosiasi
perdagangan juga dapat disebut sebagai kelompok keanggotaan.
2) Keluarga
Dalam sebuah organisasi pembelian konsumen, keluarga dibedakan
menjadi dua bagian. Pertama keluarga yang dikenal dengan istilah keluarga
orientas. Keluarga jenis ini terdiri dari orang tua dan saudara kandung
seseorang yang dapat memberikan orientasi agama, politik dan ekonomi
serta ambisi pribadi, harga diri dan cinta. Kedua, keluarga yang terdiri dari
pasangan dan jumlah anak yang dimiliki seseorang. Keluarga jenis ini biasa
dikenal dengan keluarga prokreasi.
3) Peran dan status
Hal selanjutnya yang dapat menjadi faktor sosial yang dapat
mempengaruhi perilaku pembelian seseorang adalah peran dan status
mereka di dalam masyarakat. Semakin tinggi peran seseorang didalam
sebuah organisasi maka akan semakin tinggi pula status mereka dalam
organisasi tersebut dan secara langsung dapat berdampak pada perilaku
pembeliannya. Contoh, seorang direktur di sebuah perusahaan tentunya
memiliki status yang lebih tinggi dibandingkan dengan seorang supervisor,
begitu pula dalam perilaku pembeliannya. Tentunya, seorang direktur
perusahaan akan melakukan pembelian terhadap merek-merek yang
berharga lebih mahal dibandingkan dengan merek lainnya.
23
c.
Pribadi
Keputusan pembelian juga dapat dipengaruhi oleh karakterisitik
pribadi diantaranya usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan
ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli.
1)
Usia dan Siklus Hidup Keluarga
Orang membeli barang dan jasa yang berbeda-beda sepanjang
hidupnya yang dimana setiap kegiatan konsumsi ini dipengaruhi oleh siklus
hidup keluarga
2)
Pekerjaan dan Lingkungan Ekonomi
Pekerjaan dan lingkungan ekonomi seseorang dapat mempengaruhi
pola konsumsinya. Cotohnya, direktur perusahaan akan membeli pakaian
yang mahal, perjalanan dengan pesawat udara, keanggotaan di klub khusus,
dan membeli motor mewah. Selain itu, biasanya pemilihan produk juga
dilakukan berdasarkan oleh keadaan ekonomi seseorang seperti besaran
penghasilan yang dimiliki, jumlah tabungan, utang dan sikap terhadap
belanja atau menabung.
3)
Gaya Hidup
Gaya hidup dapat di artikan sebagai sebuah pola hidup seseorang
yang terungkap dalam aktivitas, minat dan opininya yang terbentuk melalui
sebuah kelas sosial, dan pekerjaan. Tetapi, kelas sosial dan pekerjaan yang
24
sama tidak menjamin munculnya sebuah gaya hidup yang sama. Melihat hal
ini sebagai sebuah peluang dalam kegiatan pemasaran, banyak pemasar
yang mengarahkan merek mereka kepada gaya hidup seseorang. Contohnya,
perusahaan telepon seluler berbagai merek berlomba-lomba menjadikan
produknya sesuai dengan berbagai gaya hidup remaja yang modern dan
dinamis seperti, munculnya telepon selular dengan fitur multimedia yang
ditujukan untuk kalangan muda yang kegiatan tidak dapat lepas dari
berbagai hal multimedia seperti aplikasi pemutar suara, video, kamera dan
sebagainya. Atau kalangan bisnis yang menginginkan telepon selular yang
dapat menujang berbagai kegiatan bisnis mereka.
4)
Kepribadian
Setiap orang memiliki berbagai macam karateristik kepribadian yang
bebeda-beda yang dapat mempengaruhi aktivitas kegiatan pembeliannya.
Kepribadian merupakan ciri bawaan psikologis manusia yang berbeda yang
menghasilkan sebuah tanggapan relatif konsiten dan bertahan lama terhadap
rangsangan lingkungannya. Kepribadian biasanya digambarkan dengan
menggunakan ciri bawaan seperti kepercayaan diri, dominasi, kemampuan
bersosialisasi, pertahanan diri dan kemapuan beradaptsi (Harold H kasarjian
1981:160). Kepribadian dapat menjadi variabel yang sangat berguna dalam
menganalisis pilihan merek konsumen. Hal ini disebabkan karena beberapa
kalangan
konsumen
kepribadiannya.
akan
memilih
merek
yang
cocok
dengan
25
d.
Psikologis
Terakhir, faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen adalah faktor psikologis. Faktor ini dipengaruhi oleh empat
faktor utama diantaranya sebagai berikut:
1)
Motivasi
Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu-waktu tertentu.
Beberapa dari kebutuhan tersebut ada yang muncul dari tekanan biologis
seperti lapar, haus, dan rasa ketidaknyamanan. Sedangkan beberapa
kebutuhan yang lainnya dapat bersifat psikogenesis; yaitu kebutuhan yang
berasal dari tekanan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan,
penghargaan atau rasa keanggotaan kelompok. Ketika seseorang mengamati
sebuah merek, ia akan bereaksi tidak hanya pada kemampuan nyata yang
terlihat pada merek tersebut, melainkan juga melihat petunjuk lain yang
samar seperti wujud, ukuran, berat, bahan, warna dan nama merek tersebut
yang memacu arah pemikiran dan emosi tertentu.
Frederick
Herzerberg
mengembangkan
teori
dua-faktor
yang
membedakan dissatisfier (faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan)
dan satisfier (faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan) yang dapat
memotivasi kegiatan pembelian konsumen. Ia mencotohkan dalam kegiatan
pembelian komputer yang dimana tidak adanya garansi dapat menjadi faktor
disatisfier tetapi adanya garansi juga tidak menjadi pemuas atau motivator
26
pembelian, karena garansi bukan merupakan sumber kepuasan instrinsik
komputer. Melainkan kemudahan penggunaanlah yang dapat menjadi
satisfier yang dapat memotivasi kegiatan pembelian.
2)
Persepsi
Seseorang yang termotivasi siap untuk segera melakukan tindakan.
Bagaimana tindakan seseorang yang termotivasi akan dipengaruhi oleh
persepsinya terhadap situasi tertentu. Persepsi dapat diartikan sebagai
sebuah proses yang digunakan individu untuk memilih, mengorganisasi, dan
menginterprestasi masukan informasi guna menciptakan sebuah gambaran
(Bernard Barelson, dalam Kotler 2003:217). Persepsi tidak hanya
bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang
berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang
bersangkutan.
Setiap persepsi konsumen terhadap sebuah produk atau merek yang
sama dalam benak setiap konsumen berbeda-beda karena adanya tiga proses
persepsi yaitu:
a.
Perhatian selektif
Perhatian selektif dapat diartikan sebagai proses penyaringan atas
berbagai informasi yang didapat oleh konsumen. Dalam hal ini para
pemasar harus bekerja keras dalam rangka menarik perhatian konsumen dan
memberikan sebuah rangsangan nama yang akan diperhatikan orang. Hal ini
27
disebabkan karena orang lebih cenderung memperhatikan rangsangan yang
berhubungan dengan kebutuhnnya saat ini, memperhatikan rangsangan yang
mereka antisipasi dan lebih memperhatikan rangsangan yang memiliki
deviasi besar terhadap ukuran rangsangan normal seperti, orang cenderung
akan memperhatikan iklan yang menawarkan potongan dan bonus sebesar
rp.100.000 ketimbang iklan komputer yang hanya memberikan bonus atau
potongan yang bernilai rp.50.000.
b.
Distorsi Selektif
Distorsi selektif merupakan proses pembentukan persepsi yang
dimana pemasar tidak dapat berbuat banyak terhadap distorsi tersebut. Hal
ini karena distorsi selektif merupakan kecenderungan orang untuk
mengubah informasi menjadi bermakna pribadi dan menginterpretasikan
informasi yang didapat dengan cara yang akan mendukung pra konsepsi
konsumen.
c.
Ingatan Selektif
Orang akan banyak melupakan banyak hal yang merek pelajari namun
cenderung akan senantiasa mengingat informasi yang mendukung
pandangan dan keyakinan mereka. Karena adanya ingatan selektif, kita
cenderung akan mengingat hal-hal baik yang yang disebutkan tentang
produk yang kita sukai dan melupakan hal-hal baik yang disebutkan tentang
produk yang bersaing.
28
3)
Pembelajaran
Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari
pengalaman. Banyak ahli pemasaran yang yakin bahwa pembelajaran
dihasilkan melalui perpaduan kerja antara pendorong, rangsangan, isyarat
bertindak, tanggapan dan penguatan. Teori pembelajaran mengajarkan
kepada para pemasar bahwa mereka dapat membangun permintaan atas
suatu produk dengan mengaitkan pada pendorongnya yang kuat,
menggunakan isyarat yang memberikan motivasi, dan memberikan
penguatan positif karena pada dasarnya konsumen akan melakukan
generalisasi terhadap suatu merek. Cotohnya, konsumen yang pernah
membeli
komputer
merek
IBM
yang
mendapatkan
pengalaman
menyenangkan dan persepsi yang positif akan mengasumsikan bahwa
merek IBM merupakan merek komputer yang terbaik, ketika konsumen
akan membeli printer merek IBM mungkin konsumen juga berasumsi hal
yang sama bahwa IBM menghasilkan printer yang baik.
4)
Keyakinan dan Sikap
Melalui betindak dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan
sikap. Keduanya kemudian mempengaruhi perilaku pembelian konsumen .
Keyakinan dapat diartikan sebgai gambaran pemikiran seseorang tentang
gambaran sesuatu. Keyakinan orang tentang produk atau merek akan
mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Contohnya studi tentang
keyakinan merek yang menemukan bahwa konsumen sama-sama menyukai
29
Diet Coke dan Diet Pepsi ketika mencicipi keduanya dalam tanpa merek.
Tetapi, ketika mencicipi Diet yang diberi tahu mereknya, konsumen
memilih diet Coke 65% dan Diet Pepsi 23%. Dalam contoh tersebut dapat
disimpulkan bahwa keyakinan akan merek dapat mempengaruhi keputusan
pembelian konsumen.
Selain keyakinan, sikap merupakan hal yang tidak kalah pentingnya.
Sikap adalah evaluasi, perasaan emosi, dan kecenderungan tindakan yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama pada
seseorang terhadap suatu objek atau gagasan tertentu. (David Kreh, dalam
Kotler 2003:219).
Tahapan proses-proses pengambilan keputusan :
Tahap-tahap proses keputusan pembelian dapat digambarkan
dalam sebuah model di bawah ini:
Gambar no 2.2
Proses Pengambilan Keputusan
Pengenalan
Pencarian
Evaluasi
Keputusan
Kebutuhan
Informasi
Alternatif
Pembelian
Sumber : Philip Kotler (2008)
Perilaku
setelah
pembelian
30
1.
Pengenalan Masalah
Proses membeli dimulai dengan mengenal masalah atau kebutuhan.
Pembeli menyadari suatu perbedaan keadaan sebenarnya dan keadaan yang
diinginkan. Kebutuhan itu dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri
pembeli, misalnya rasa haus dan lapar. Kebutuhan ini akan semakin
meningkat hingga mencapai titik tertentu dan kemudian akan timbul
dorongan untuk bertindak. Kebutuhan yang ditimbulkan oleh rangsangan
dari luar pembeli atau rangsangan eksternal misalnya seseorang yang
mengagumi motor baru tetangganya, maka orang tersebut akan memiliki
keinginan untuk mencoba motor tersebut. Pengenalan masalah dapat diukur
dengan menggunakan dimensi Kebutuhan dan Keinginan.
2.
Pencarian Informasi
Seorang akan tergugah niatnya jika dorongan pelanggan kuat dan
obyek yang dapat memuaskan kebutuhanya tersedia, pelanggan akan
membeli obyek tersebut. Keaktifan pelanggan dalam mencari informasi
sangat tergantung pada kekuatan dorongan kebutuhan atau keinginannya.
Pengukuran pencarian informasi dapat menggunakan dimensi sumber
informasi konsumen yang terdiri dari empat kelompok yaitu:
1) Sumber Pribadi
: keluarga, teman, tetangga, dan kenalan
2) Sumber komersial : Iklan, wiraniaga, pedagang perantara, kemasan,
dan pajangan
31
3) Sumber publik
: Media masa, organisasi
4) Sumber pengalaman : Penanganan, pemeriksaan, pengguna produk.
Pencarian informasi mulai dilakukan ketika konsumen memandang
bahwa
kebutuhan
tersebut
bisa
dipenuhi
dengan
membeli
dan
mengkonsumsi suatu produk. Konsumen akan mencari informasi yang
tersimpan di dalam ingatannya (pencarian Internal) dan mencari informasi
dari luar (Pencarian Eksternal) seperti yang dijelaskan dibawah ini :
a. Pencarian Internal
1). Konsumen akan berusaha mengingat semua produk dan merek.
Konsumen akan mendapatkan beberapa produk dan merek yang sangat
dikenalnya, namun konsumen juga akan mengingat beberapa produk
atau merek tetapi tidak dikenalnya secara baik. Produk dan merek
yang diingat tersebut akan muncul dalam memori jangka panjangnya.
2). Konsumen akan berfokus kepada produk dan merek yang sangat
dikenalnya. Ia akan membagi produk dalam tiga kategori :
a). Kelompok yang dipertimbangkan (Consedaration Set atau Evoked
Set) yaitu, kumpulan produk atau merek yang dipertimbangkan
lebih lanjut.
b). Kelompok yang tidak berbeda (Inern Set) yaitu, kumpulan produk
atau merek yang dipandang tidak berbeda satu sama lain.
32
c). Kelompok yang ditolak yaitu kelompok produk atau merek yang
tidak bisa diterima.
b. Pencarian Eksternal
Proses pencarian informasi mengenai berbagai produk dan merek,
pembelian maupun konsumsi kepada lingkungan konsumen. Konsumen
akan bertanya kepada teman, saudara, tetangga atau tenaga penjual dan
konsumen akan membaca kemasan, surat kabar, majalah konsumen, melihat
dan mendengar berbagai iklan dan seterusnya. Adapun dimensi yang
digunakan dalam pencarian informasi eksternal adalah sebagai berikut :
Besarnya pencarian, Arah pencarian dan Urutan pencarian.
3.
Evaluasi Alternatif
Dalam tahap ini pelanggan membentuk preferensi atas merek-merek
dalam kumpulan pilihan. Tidak ada proses evaluasi tunggal yang sederhana
yang digunakan oleh pelanggan atau oleh seorang pelanggan dalam situasi
pembelian. Model proses evaluasi pelanggan yang ada sebagian besar
bersifat kognitif yaitu menganggap pelanggan membentuk penilaian atas
produk terutama berdasarkan kesadaran atau rasional. Adapun dimensi yang
digunakan untuk mengukur evaluasi alternatif adalah penentuan tujuan,
Penilaian dan seleksi pilihan alternatif.
33
4.
Keputusan Pembelian
Kemampuan konsumen didalam memutuskan dari setiap komponen
pembelian yang sudah diseleksi dan dijadikan pilihan alternatif. Terdapat
dua faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pelanggan untuk
melakukan pembelian yaitu :
1). Faktor pertama adalah pendirian orang lain.
Sejauh mana pendirian orang lain mengurangi alternative yang disukai
seseorang akan tergantung pada dua hal yaitu : intensitas pendirian negative
orang lain terhadap alternative yang disukai oleh pelanggan dan motivasi
pelanggan untuk menuruti keinginan orang lain.
2). Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diantisipasi.
Faktor ini dapat muncul dan mengubah niat pembelian, misalnya
seorang calon pelanggan akan membeli suatu produk, tetapi karena
pelayanan toko yang tidak memuaskan maka calon pembeli tersebut akan
membatalkan pembelian. Jadi, preferensi dan bahkan niat pembelian
bukanlah peramal perilaku yang benar-benar handal.
Tahap-tahap Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian
Proses pengambilan keputusan dapat dipandang sebagai tiga tahap
yang berbeda namun berhubungan satu sama lain, yaitu : Tahap Masukan
(Input), Tahap Proses dan Tahap Keluaran (Output).
34
a.
Tahap Masukan (Input)
Mempengaruhi pengenalan konsumen terhadap kebutuhan atas produk
dan terdiri dari dua sumber informasi utama : Usaha pemasaran perusahaan
(produk itu sendiri, harganya, promosinya dan dimana ia dijual) dan
pengaruh sosiologis eksternal atas konsumen (keluarga, teman-teman,
tetangga sumber informal dan non-komersial lain, kelas sosial serta
keanggotaan budaya dan subbudaya). Dampak kumulatif dari setiap usaha
pemasaran perusahaan, pengaruh keluarga, temen-teman, tetangga dan tata
perilaku masyarakat yang ada, semuanya merupakan masukan yang
mungkin mempengaruhi apa yang dibeli konsumen dan bagaimana mereka
menggunakan apa yang mereka beli.
b.
Tahap Proses
Memfokuskan pada cara konsumen mengambil keputusan. Berbagai
faktor psikologis yang melekat pada setiap individu (motivasi, persepsi,
pengetahuan, kepribadian dan sikap) mempengaruhi cara masukan dari luar
pada tahap masukan mempengaruhi pengenalan konsumen terhadap
kebutuhan, pencarian informasi sebelum pembelin dan evaluasi terhadap
barbagai alternative, pada gilirannya akan mempengaruhi sifat psikologis
konsumen yang ada.
35
c.
Tahap Keluaran (Output)
Dalam model pengambilan keputusan konsumen terdiri dari dua
macam kegiatan setelah pengambilan keputusan yang berhubungan erat:
Perilaku membeli dan evaluasi setelah membeli.
Adapun dimensi yang digunakan untuk keputusan pembelian adalah
pilihan produk, pilihan merek, pilihan dealer, jumlah pembelian, saat yang
tepat melakukan pembelian dan metode pembayaran.
5
Perilaku Setelah Pembelian
Perilaku setelah pembelian (Post-purchase behavior) merupakan
tahap proses keputusan pembeli konsumen melakukan tindakan lebih lanjut
setelah pembelian berdasarkan pada kepuasan atau ketidak puasan mereka.
Menurut Kotler dan Armstrong (2008:181) yang menentukan puas
tidak pusanya pembelian terletak pada hubungan antara harapan konsumen
dan kinerja produk yang dirasakan. Jika produk jauh di bawah harapan
konsumen, maka konsumen akan merasa kecewa; jika produk memenuhi
harapannya, konsumen akan terpuaskan; jika melebihi harapannya, maka
konsumen akan sangat senang. Dan biasanya jika produk atau jasa yang
ditawarkan sesuai dengan harapan konsumen maka konsumen akan
merekomendasikan produk atau jasa tersebut kepada orang lain.
36
Penelitian Sebelumnya
No.
1
Nama Peneliti
Dan Tahun
Dr. M. Arutselvi
2012
2
Amily Fikry and
Mohd Reeza
Bustami 2012
3
Savira
(2012)
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
A study on women’s
purchase decision of
durable products India
Tidak ada hubungan yang
signifikan antara orientasi peran
gender dan pembelian
Pengaruh perempuan
berhubungan positif dengan
keputusan pembelian keluarga.
Malthus, hypothesisH1was
diterima. Temuan ini
mendukung hasil diungkapkan
oleh Beatty dan Talpade (1994)
Foxmanet al. (1989) dan Fikry
(2009). Hasil Juga
Menunjukkan Bahwa lebih
penting
video game konsol adalah untuk
para remaja, para remaja
memiliki lebih Pengaruh pada
mereka ini
keputusan pembelian keluarga
Terdapat perbedaa antara lakilaki dan perempuan.
The impact of
teenagers’ gender and
product importance on
family decisions to
purchase game
consoles in Malaysia
Miranti Pengaruh Perbedaan
Jenis Kelamin
Terhadap Perilaku
Pembelian Produk
Ramah Lingkungan Di
Jakarta
37
B.
Kerangka Pemikiran
Kerangka Pemikiran merupakan logika yang dijadikan dasar untuk
merumuskan hipotesis (Aritonang R 2007:37). Berdasarkan tinjauan teori
maka dapat disusun sebuah kerangka pemikiran yang tersaji dalam gambar
sebagai berikut:
H3
x1
H1
H3
x2
y
H2
keterangan :
x1 : Persepsi Gender Konsumen
x2 : Persepsi Usia Konsumen
y : Proses Keputusan Pembelian
C.
Hipotesis
Aritonang R. (2007:42)
menjelaskan bahwa hipotesis berfungsi
sebagai jawaban sementara atas permasalahan penelitian sebagai jawaban,
hipotesis dirumuskan dalam kalimat pernyataan. Disebut sebagai jawaban
sementara karena kebenarannya masih harus diversifikasikan secara
empiris, harus diuji secara empiris, yaitu dengan mengumpulkan data
38
empiris mengenai tiap variabel yang tercakup pada permasalahan maupun
hipotesis penelitian.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ha1
: Terdapat pengaruh Persepsi Gender terhadap Proses Keputusan
Pembelian.
Ho1
: Tidak terdapat pengaruh Persepsi Gender terhadap Proses
Keputusan Pembelian.
Ha2
: Terdapat pengaruh Persepsi Usia terhadap Proses Keputusan
Pembelian.
Ho2
: Tidak terdapat pengaruh Persepsi Usia terhadap Proses Keputusan
Pembelian.
Ha3
: Pesepsi Gender dan Persepsi Usia berpengaruh secara simultan
terhadap Proses Keputusan Pembelian.
Ho3
: Pesepsi Gender dan Persepsi Usia tidak berpengaruh secara
simultan terhadap Proses Keputusan Pembelian.
Download