BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini bersifat verifikatif karena penelitian dilakukan untuk mendeskripsikan nilai variabel-veriabel penelitian serta memastikan adanya hubungan dan pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini, tingkat intervensi peneliti adalah minimal intervensi, karena pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang dibagikan secara individual atau kepada satu per satu pelanggan di restoran Nanny’s Pavillon Terrace. Study setting yang digunakan adalah studi lapangan karena pengambilan data melalui penyebaran kuesioner yang dilakukan satu kali tanpa ada perbandingan (crosssectional), serta tidak dilakukan manipulasi terhadap variabel bebas. Tabel 3. 1 Desain Penelitian Desain Penelitian Tujuan Penelitian Jenis Penelitian Unit Analisis Time Horizon T-1 Verifikatif Individual One Shot Cross-sectional T-2 Verifikatif Individual One Shot Cross-sectional T-3 Verifikatif Individual One Shot Cross-sectional T-4 Verifikatif Individual One Shot Cross-sectional T-5 Verifikatif Individual One Shot Cross-sectional Sumber: Peneliti (2012) 43 44 Keterangan: T-1: Untuk mengetahui apakah experiential marketing memiliki pengaruh terhadap relationship marketing. T-2: Untuk mengetahui apakah experiential marketing dan relationship marketing secara simultan atau parsial mempengaruhi experiential value. T-3: Untuk mengetahui apakah experiential value memiliki pengaruh terhadap customer behavioral intention. T-4: Untuk mengetahui apakah experiential marketing memiliki pengaruh terhadap customer behavioral intention baik secara langsung maupun secara tidak langsung dengan melalui experiential value. T-5: Untuk mengetahui apakah relationship marketing memiliki pengaruh terhadap customer behavioral intention baik secara langsung maupun secara tidak langsung dengan melalui experiential value. 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini dioperasionalisasikan berdasarkan dimensi pengukuran yang diperoleh dari kajian pustaka pada bab sebelumnya dan dirangkum dalam tabel di bawah ini. 45 Tabel 3. 2 Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel Experiential marketing Dimensi Sense Feel Think Definisi Rangsangan fisik yang direspon oleh panca indera, dapat berupa ciri-ciri visual atau verbal yang dapat menciptakan kesan secara utuh. Mempengaruhi perasaan terdalam (inner feeling) dan emosi konsumen dengan menciptakan perasaan positif terhadap merek serta kesan yang diasosiasikan dengan kegembiraan atau kebanggaan. Menciptakan pengalaman kognitif dan problem-solving yang menuntut konsumen untuk berpikir kreatif Indikator 1) Sight 2) Hearing 3) Touch 4) Taste 5) Smell 1) Inner feeling 2) emotion 1) Convergent thinking 2) Divergent thinking Instrumen Pengukuran Kuesioner dengan skala likert Skala Ordinal 46 Variabel Dimensi Act Relate Relationship Financial marketing Bond Definisi Indikator Menciptakan pengalaman yang berkaitan dengan jasmani fisik, pola perilaku yang nyata dan gaya hidup, serta interaksi dengan orang lain Meliputi aspek sense, feel, think, dan act, bertujuan untuk memberikan pengalaman individual sehingga individu dapat menghubungkan nya dengan konsep diri, budaya, atau orang lain. Mengandalkan insentif finansial untuk menjaga agar pelanggan tetap loyal dan mendorong mereka untuk membeli lebih banyak dan menjadi pembeli rutin. 1) Pengalaman fisik 2) Lifestyle 3) Interaksi Instrumen Pengukuran Skala Pengalaman yang dihubungkan dengan konsep diri, budaya, atau orang lain. Promosi penjualan Kuesioner dengan skala likert Ordinal 47 Variabel Dimensi Social Bond Structural Bond Definisi Indikator Pendekatan interpersonal di mana perusahaan mengutamakan proses penyampaian jasa, menjaga komunikasi yang lebih dekat dengan konsumen untuk mengubah konsumen menjadi pelanggan. Menyediakan layanan yang bernilai bagi konsumen yang biasanya berbasis teknologi, yang dirancang sebagai bagian dari keseluruhan sistem pelayanan. 1) Communicati on 2) Trust 3) Emphaty 4) Commitment Sistem pelayanan yang bernilai bagi konsumen. Instrumen Pengukuran Skala 48 Variabel Experiential value Customer Behavioral Intention Dimensi Extrinsic/ intrinsic Value Definisi Indikator Instrumen Pengukuran Kuesioner dengan skala likert Konsumen 1) Efficiency melihat nilai 2) Excellence atas 3) Status kepemilikan 4) Esteem atau 5) Aesthetic penggunaan 6) Play produk atau jasa 7) Ethics sebagai sarana 8) Spirituality untuk mencapai tujuan akhir tertentu atau hanya untuk pengalaman itu sendiri. SelfKonsumen /Othersmelihat nilai oriented sebagai manfaat bagi dirinya sendiri atau manfaat bagi orang lain. Active/ Konsumen Reactive melihat nilai Value melalui penggunaan langsung suatu objek atau melalui pemahaman, apresiasi, dan respon terhadap suatu objek. Repurchase Kecenderungan konsumen untuk Kuesioner intention membeli kembali produk atau jasa. dengan skala Recommen Bentuk word-of-mouth yang positif. likert dation to Konsumen memberikan saran others positif kepada orang lain. Skala Ordinal Ordinal 49 Variabel Dimensi Price tolerance Crossbuying Definisi Indikator Rentang perubahan harga yang dapat diterima oleh konsumen. Perilaku konsumen membeli tambahan produk atau jasa dari perusahaan selain dari yang telah dibelinya. Sumber: peneliti (2012) Instrumen Pengukuran Skala 50 3.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian Tabel 3. 3 Jenis dan Sumber Data Data Data Experiential marketing Data Relationship marketing Data Experiential Value Sumber Data Tujuan T-1 T-2 T-3 T-4 T-5 √ √ - √ - √ √ - - √ - √ √ - - - - √ √ √ Kualitatif - Data Primer dari kuesioner konsumen Kualitatif - Data Primer dari kuesioner konsumen Kualitatif - Data Primer dari kuesioner konsumen Data Kualitatif - Data Customer Primer dari Behavioral kuesioner Intention konsumen Sumber: peneliti (2012) Keterangan: T-1: Untuk mengetahui apakah experiential marketing memiliki pengaruh terhadap relationship marketing. T-2: Untuk mengetahui apakah experiential marketing dan relationship marketing secara simultan atau parsial mempengaruhi experiential value. T-3: Untuk mengetahui apakah experiential value memiliki pengaruh terhadap customer behavioral intention. 51 T-4: Untuk mengetahui apakah experiential marketing memiliki pengaruh terhadap customer behavioral intention baik secara langsung maupun secara tidak langsung dengan melalui experiential value. T-5: Untuk mengetahui apakah relationship marketing memiliki pengaruh terhadap customer behavioral intention baik secara langsung maupun secara tidak langsung dengan melalui experiential value. 3.4 Teknik Pengumpulan Data 1) Studi Pustaka Peneliti melakukan studi pustaka untuk mengumpulkan teori-teori pendukung, variabel, dan indikator mengenai experiential marketing, relationship marketing, experiential value dan customer behavioral intention melalui jurnal dan buku. Selain itu informasi mengenai restoran Nanny’s Pavillon diperoleh dari situs web serta artikel online. 2) Kuesioner Kuesioner untuk penelitian ini disusun menggunakan skala likert untuk memperoleh data mengenai experiential marketing, relationship marketing, experiential value dan customer behavioral intention pada restoran Nanny’s Pavillon. Kuesioner disebarkan kepada pelanggan Nanny’s Pavillon Terrace Central Park Mall. 3) Wawancara Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai strategi pemasaran yang diterapkan dan bagaimana Nanny’s Pavillon membina hubungan 52 baik dengan pelanggan. Narasumber adalah pihak internal perusahaan yaitu Marketing Communication Nanny’s Pavillon. 3.5 Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengambilan sampel probabilita simple random sampling. Dengan menggunakan simple random sampling, setiap elemen dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih sebagai subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah orang yang pernah berkunjung dan makan di restoran Nanny’s Pavillon Terrace sebanyak minimal dua kali. Ukuran sampel ditentukan dengan mempertimbangkan pendapat dari para pakar dalam SEM. Kline (2011:12) menyebutkan bahwa ukuran sampel yang umum digunakan dalam penelitian yang menggunakan SEM adalah sebanyak 200 sampel. Sementara itu Kline (2005) dalam Latan (2012:45) mensyaratkan bahwa jumlah sampel yang cocok bagi SEM adalah >200. Namun, Hair, Black, Babin, & Anderson (2010:643) menyimpulkan bahwa jumlah sampel untuk SEM yang disarankan adalah antara 100-400 sampel. Dengan demikian, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka peneliti akan membagikan kuesioner kepada 400 orang responden. 53 3.6 Metode Analisis Metode analisis yang digunakan adalah Structural Equation Modeling dengan bantuan software LISREL versi 8.8, yang didasarkan pada tujuan penelitian yang terdapat dalam tabel berikut ini. Tabel 3. 4 Metode Analisis Berdasarkan Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian T-1 T-2 T-3 T-4 T-5 Metode Analisis Structural Equation Modeling Structural Equation Modeling Structural Equation Modeling Structural Equation Modeling Structural Equation Modeling Sumber: Peneliti (2012) 3.6.1 Structural Equation Modeling Structural Equation Modeling merupakan teknik analisis multivariat yang menggabungkan antara analisis faktor, analisis regresi, dan analisis jalur untuk mengatasi keterbatasan masing-masing teknik tersebut (Hox dan Bechger dalam Andriyani, 2008). SEM banyak digunakan dalam ilmu sosial karena banyak variabel yang bersifat laten (Santoso, 2011:1). Variabel-variabel laten tersebut baru dapat diukur dengan sejumlah indikator atau variabel manifes. Seperti teknik analisis lainnya, SEM juga mensyaratkan agar dilakukan uji normalitas terlebih dahulu untuk mengetahui distribusi data penelitian. Menurut Santoso (2011:7) variabel laten adalah variabel yang tidak dapat diukur secara langsung kecuali diukur dengan satu atau lebih variabel manifes. 54 Variabel ini disebut juga dengan istilah unobserved variable, konstruk, atau konstruk laten. Sedangkan variabel manifes adalah variabel yang digunakan untuk mengukur atau menjelaskan sebuah variabel laten. Variabel ini disebut juga observed variable, measured variable, atau indikator. Variabel Manifes Variabel Manifes Variabel Manifes Variabel Laten Gambar 3. 1 Variabel Laten dan Manifes Sumber: Singgih Santoso (2011:8) Dalam SEM juga dikenal istilah variabel eksogen dan endogen. Variabel eksogen adalah variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen. Sedangkan variabel endogen adalah variabel dependen yang dipengaruhi oleh variable independen. SEM menggunakan notasi matematik sebagai lambang dari masingmasing variabel. Notasi matematik dari variabel laten eksogen adalah variabel laten endogen dilambangkan dengan (eta). (ksi) dan 55 Tabel 3. 5 Notasi Variabel Laten Variabel Laten Kategori Simbol Experiential Marketing Variabel Eksogen Relationship Marketing Variabel Endogen Experiential Value Variabel Endogen Customer Behavioral Intention Variabel Endogen Sumber: peneliti (2012) Variabel manifes yang mengukur variabel laten eksogen diberi notasi matematik dengan label X, sedangkan yang mengukur variabel laten endogen diberi notasi matematik dengan label Y. Tabel 3. 6 Notasi Variabel Manifes untuk Experiential Marketing Variabel Manifes Sight Hearing Touch Taste Smell Inner feeling Emotion Convergent thinking Divergent thinking Pengalaman fisik Lifestyle Interaksi Pengalaman yang dihubungkan dengan konsep diri, budaya, atau orang lain Sumber: peneliti (2012) Simbol X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 56 Tabel 3. 7 Notasi Variabel Manifes untuk Relationship Marketing Variabel Manifes Promosi penjualan Communication Trust Emphaty Commitment Sistem pelayanan berbasis teknologi yang bernilai bagi konsumen Sumber: peneliti (2012) Simbol Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Tabel 3. 8 Notasi Variabel Manifes untuk Experiential Value Variabel Manifes Efficiency Excellence Status Esteem Play Aesthetic Ethics Spirituality Simbol Y7 Y8 Y9 Y10 Y11 Y12 Y13 Y14 Sumber: peneliti (2012) Tabel 3. 9 Notasi Variabel Manifes untuk Customer Behavioral Intention Variabel Manifes Repurchase intention Recommendation to others Price tolerance Cross-buying Sumber: peneliti (2012) Simbol Y15 Y16 Y17 Y18 57 Model SEM secara umum dibagi menjadi dua, yaitu model pengukuran (measurement model) dan model struktural (structural model) yang akan dijabarkan dalam sub-bab selanjutnya. 3.6.2 Model Pengukuran dalam SEM Model pengukuran adalah bagian dari model SEM yang menggambarkan hubungan antara variabel laten dengan indikator-indikatornya (Santoso, 2011:1011). Variabel laten dihubungkan dengan variabel manifes melalui model pengukuran yang berbentuk analisis faktor. Setiap variabel laten dimodelkan sebagai sebuah faktor yang mendasari variabel-variabel terkait (Andriyani, 2008). Parameter yang menghubungkan variabel laten dengan variabel manifes disebut muatan faktor (factor loading) yang diberi notasi (lambda). Error dalam model pengukuran dibagi menjadi dua. Error yang berhubungan dengan variabel laten eksogen dinotasikan dengan (delta). Sedangkan error yang berhubungan dengan variabel laten endogen dinotasikan dengan (epsilon) (Santoso, 2011:14). Andriyani (2008) menuliskan bahwa persamaan dalam model pengukuran dibentuk dengan formula berikut ini : Indikator = konstruk + error X= variabel laten eksogen + error Y= variabel laten endogen + error 58 3.6.3 Model Struktural dalam SEM Model struktural menggambarkan hubungan antar variabel-variabel laten atau antara variabel laten eksogen dan endogen (Santoso, 2011:11). Parameter yang menggambarkan hubungan variabel laten eksogen dan endogen dinotasikan dengan simbol (gamma). Sedangkan parameter untuk menggambarkan hubungan antara variabel laten endogen pada variabel laten endogen lainnya dinotasikan dengan simbol (beta). Variabel laten eksogen juga dapat memiliki hubungan dalam dua arah (covariance) yang dinotasikan dengan simbol (phi). Error dalam model struktural menunjukkan keragaman yang tidak dapat dijelaskan dalam variabel endogen yang disebabkan oleh faktor-faktor lain di luar penelitian yang tidak dapat diukur (Santoso, 2011:14). Notasi untuk error dalam model struktural adalah (zeta). Persamaan model struktural dalam penelitian ini dibangun dengan formula berikut : Model pengukuran dan model struktural bersama-sama membentuk Full atau Hybrid Model seperti ditunjukkan dalam gambar di bawah ini: 59 X5 X4 X3 X2 X1 Y7 Y8 Y9 Y10 Y11 Y12 Y13 Y14 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Gambar 3. 2 Full Hybrid Model Sumber: peneliti (2012) Y15 Y16 Y17 Y18 60 3.6.4 Tahapan dalam SEM Menurut Cooper dan Schindler yang dikutip oleh Srirezeki (2010), tahapan dalam SEM dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 3. 3 Tahapan dalam SEM Sumber: Diadaptasi dari Srirezeki (2010) dan Santoso (2011) Kelima tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1) Spesifikasi Model Menurut Yamin dan Kurniawan (2009:14-15), terdapat lima langkah yang harus dilakukan dalam tahap spesifikasi model, antara lain: o Menyusun konsep permasalahan yang diteliti dengan membuat pernyataan atau dugaan hipotesis. 61 o Mendefinisikan variabel-variabel penelitian dan menentukannya sebagai variabel eksogen dan endogen. o Menentukan metode pengukuran untuk variabel tersebut, apakah dapat diukur secara langsung atau membutuhkan variabel manifes (indikator). o Mendefinisikan hubungan kausal struktural antara variabel eksogen dan endogen, apakah hubungan recursive atau nonrecursive. Hubungan recursive merupakan pola hubungan yang memiliki satu arah, sedangkan hubungan nonrecursive bersifat dua arah (timbal balik). o Pembuatan model baik pengukuran maupun struktural dengan menggunakan diagram dan persamaan matematis. 2) Identifikasi Setelah model pengukuran dan struktural dibuat, dilakukan uji identifikasi untuk mengetahui apakah model memiliki nilai yang unik atau tidak sehingga model tersebut dapat diestimasi. Terdapat tiga kemungkinan identifikasi model dalam SEM (Latan, 2012:64-65), yaitu: o Unidentified model: terjadi jika t > s/2, hal ini berarti model tidak memiliki nilai yang unik sehingga tidak dapat diidentifikasi. Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi unidentified model adalah: Menambah indikator atau variabel manifes dari konstruk laten. 62 Menentukan nilai tetap parameter tambahan sehingga menghasilkan nilai degree of freedom = 0. Mengasumsikan bahwa antara parameter yang satu dengan lainnya memiliki nilai yang sama. o Just-identified model: terjadi jika t = s/2 o Over-identified model: terjadi jika t < s/2 Keterangan: t = jumlah parameter yang diestimasi s = jumlah varians dan kovarians antar indikator 3) Pengujian dan Estimasi Model Pengujian model dilakukan untuk mengetahui keeratan hubungan antara indikator dengan konstruknya. Metode estimasi model ditentukan oleh uji normalitas data. Apabila data berdistribusi normal, estimasi model dilakukan dengan menggunakan Maximum Likelihood Estimation. Menurut Ghozali dan Fuad (Srirezeki, 2010) metode ini adalah metode estimasi yang tepat digunakan untuk data yang berskala ordinal. Apabila data tidak berdistribusi normal, maka alternatif metode estimasi yang digunakan adalah Weight Least Square, Diagonal Weight Least Square, atau Robust Maximum Likelihood. 4) Uji Kecocokan Uji ini dilakukan untuk mengevaluasi derajat kecocokan (goodness of fit) antara data dengan model. Uji kecocokan untuk keseluruhan model 63 (overall model) melibatkan model struktural dan model pengukuran secara terintegrasi yang dibagi menjadi tiga kelompok pengujian, yaitu: a) Ukuran kecocokan absolut (absolute fit measures): ukuran kecocokan model secara keseluruhan terhadap matriks korelasi dan matriks kovarians. b) Ukuran kecocokan model inkremental (incremental fit measures): ukuran kecocokan model relatif untuk membandingkan model yang diusulkan dengan model dasar yang digunakan. c) Ukuran kecocokan parsimoni (parsimonious fit measures): ukuran kecocokan yang mempertimbangkan banyaknya koefisien dalam model. Berikut ini adalah beberapa ukuran derajat kecocokan dalam SEM: Tabel 3. 10 Ukuran Derajat Kecocokan Goodness of Fit Test Chi Square Normed Chi Square Keterangan Menguji persamaan kovarians populasi dengan kovarians sampel. Digunakan untuk n=100-200. Model dikatakan baik apabilai nilai dan df tidak jauh berbeda. Perbandingan antara nilai Chi Square dan Degrees of Freedom. Tingkat Kecocokan yang Bisa Diterima P ≥ 0.05 2.0 ≤ ≤ 5.0 64 Goodness of Fit Test Non-Centrality Parameter (NCP) Keterangan Mengukur penyimpangan antara sample covariance matrix dan fitted (model). Scale NonNCP yang dinyatakan Centrality Parameter dalam bentuk rata-rata perbedaan setiap observasi dalam rangka perbandingan antarmodel. Scale NCP dihitung dengan rumus berikut = NCP/n Goodness-of-Fit Menguji kemampuan Indices (GFI) model dalam menjelasakan keragaman data. Root Mean Square Rata-rata perbedaan df Error of yang diharapkan terjadi Approximation dalam populasi. (RMSEA) Root Mean Square Residu rata-rata antara Residual (RMR) matriks kovarian teramati dan hasil estimasi. Standardized Root RMR yang Mean Square distandarisasi. Residual (SRMR) Expected Cross Mengukur Validation Index penyimpangan antara (ECVI) fitted (model) matriks kovarian pada sampel yang dianalisis dan matriks kovarian yang akan diperoleh pada sampel lain, tetapi memiliki ukuran sampel yang sama besar Tingkat Kecocokan yang Bisa Diterima Semakin kecil semakin baik & interval yang sempit Semakin kecil semakin baik GFI = 1.00 → perfect fit 0.90 ≤ GFI ≤ 1.00 → good fit 0.80 ≤ GFI ≤ 0.90 → mediocre fit RMSEA ≤ 0.05→close fit 0.05 ≤ RMSEA ≤ 0.08→good fit 0.08 ≤ RMSEA ≤ 0.10→mediocre fit RMSEA > 0.10 →poor fit RMR = 0 → perfect fit RMR ≤ 0.05 → good fit SRMR = 0 → perfect fit SRMR ≤ 0.05 → good fit Semakin kecil semakin baik. Nilai ECVI dari model yang mendekati nilai Saturated ECVI menunjukkan Good Fit 65 Goodness of Fit Test Adjusted Goodnessof-Fit Indices (AGFI) Tucker-Lewis Index (TLI) / Non-normed Fit Index (NNFI) Normed-Fit Index (NFI) Incremental Fit Index (IFI) Comparative Fit Index (CFI) Relative Fit Index (RFI) Parsimonious Goodness-of-Fit Index (PGFI) Parsimonious Normed-Fit-Index (PNFI) Akaike’s Information Criterion (AIC) Keterangan Menyesuaikan GFI berdasarkan degree of freedom. Ukuran perbandingan antarmodel yang mempertimbangkan banyaknya koefisien dalam model. Perbandingan nilai model yang diusulkan dengan null model atau model dasar. Null model merupakan model di mana setiap variabel terukur tidak berkorelasi satu sama lain. Hampir sama dengan NFI, namun IFI dapat mengoreksi masalah ukuran sampel. Menguji kelayakan model yang diusulkan dengan model dasar. Hampir sama dengan TLI dan CFI. Modifikasi GFI dengan menyesuaikan loss of degree of freedom. Modifikasi NFI dengan menyesuaikan degree of freedom. - Tingkat Kecocokan yang Bisa Diterima AGFI = 1.00 → perfect fit 0.90 ≤ AGFI ≤ 1.00 → good fit 0.80 ≤ AGFI ≤ 0.90 → mediocre fit TLI ≥ 0.90 → good fit 0.80 ≤ TLI < 0.90 → mediocre fit NFI ≥ 0.90 → good fit 0.80 ≤ NFI < 0.90 → mediocre fit IFI ≥ 0.90 → good fit 0.80 ≤ IFI < 0.90 → mediocre fit CFI ≥ 0.90 → good fit 0.80 ≤ CFI < 0.90 → mediocre fit RFI ≥ 0.90 → good fit 0.80 ≤ RFI < 0.90 → mediocre fit Nilai PGFI semakin tinggi semakin baik. Direkomendasikan nilai PGFI ≥ 0.60 Nilai PNFI semakin tinggi semakin baik. Nilai positif yang semakin kecil semakin baik. Nilai AIC dari model yang mendekati nilai Saturated AIC menunjukkan Good Fit 66 Goodness of Fit Test Consistent Akaike Information Criterion (CAIC) Keterangan - Tingkat Kecocokan yang Bisa Diterima Nilai positif yang semakin kecil semakin baik. Nilai CAIC dari model yang mendekati nilai Saturated CAIC menunjukkan Good Fit Sumber: Peneliti disadur dari Hooper, Coughlan & Mullen (2008), Yamin & Kurniawan (2009), Jusuf (2010), Srirezeki (2010), dan Wijanto (2008) 5) Respesifikasi Jika model telah diuji dan terdapat hasil yang tidak memenuhi ketentuan kecocokan model, maka perlu dilakukan respesifikasi. Respesifikasi dilakukan dengan menghapus koefisien jalur yang tidak signifikan (Bachrudin dan Tobing dalam Srirezeki, 2010). 6) Interpretasi dan Komunikasi Menyajikan model struktural berikut seluruh koefisien variabel untuk menunjukkan tingkat hubungan antar variabel yang diteliti. 3.6.5 Pengujian Model SEM Pengujian model dalam SEM dibagi menjadi dua, yaitu pengujian model pengukuran dan pengujian model struktural. Pengujian model pengukuran dilakukan dengan menguji validitas convergent, validitas discriminant, dan reliabilitas (Latan, 2012). Latan (2012:46-47) menerangkan bahwa validitas convergent menunjukkan bahwa indikator-indikator pengukur (variabel manifes) 67 dari sebuah konstruk laten seharusnya berkorelasi tinggi, sedangkan validitas discriminant menunjukkan bahwa indikator-indikator dari konstruk yang berbeda seharusnya tidak berkorelasi tinggi. Uji reliabilitas juga diperlukan untuk mengetahui akurasi, konsistensi, dan ketepatan instrumen dalam mengukur konstruk (Latan, 2012:47). Tabel berikut menjelaskan kriteria pengujian validitas dan reliabilitas dalam SEM: Tabel 3. 11 Kriteria Pengujian Validitas & Reliabilitas Validitas dan Reliabilitas Parameter Loading factor Validitas Convergent Average Variance Extracted (AVE) Cross Loading Validitas Discriminant Akar kuadrat AVE dan Korelasi antar konstruk laten Cronbach’s Alpha Reliabilitas Composite/Construct Reliability Sumber: Latan (2012, p48) Kriteria kelayakan model > 0.7 untuk Confirmatory Research > 0.5 untuk Confirmatory maupun Exploratory Research Indikator loading > seluruh Cross loading Akar kuadrat AVE > Korelasi antar konstruk laten > 0.7 untuk Confirmatory Research > 0.7 untuk Confirmatory Research Nilai Construct reliability dan Average Variance Extracted tidak dikeluarkan dalam Lisrel, sehingga harus dihitung secara manual. Rumus untuk menghitung construct reliability (Yamin & Kurniawan, 2009) antara lain: 68 di mana: = standardized factor loading (muatan faktor baku) = measurement error ( ) Sedangkan Average Variance Extracted dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Sementara itu, Menurut Rigdon dan Ferguson serta Doll, Xia, dan Torkzadeh dalam Yamin dan Kurniawan (2009:36), suatu variabel memiliki validitas convergent yang baik terhadap konstruk laten apabila memenuhi kriteria berikut: 1) Nilai t factor loading lebih besar dari nilai t tabel (1.96) 2) Standardized factor loading (muatan faktor standar) ≥ 0.7 Namun menurut Igbaria et al. (Wijanto, 2008; Yamin dan Kurniawan, 2009) nilai standardized factor loading ≥ 0.5 adalah sangat signifikan, yang berarti memiliki validitas convergent yang baik. Pengujian model struktural dilakukan untuk mengetahui keakuratan model dalam menggambarkan hubungan antara variabel-variabel penelitian dengan menguji apakah koefisien hubungan antar variabel tersebut signifikan atau tidak (Yamin dan Kurniawan, 2009:39). Untuk menguji akurasi model struktural, nilai t-hitung pada persamaan struktural dibandingkan dengan nilai t-statistik 1,96 (dengan tingkat signifikansi 95%). Sementara itu, untuk mengevaluasi 69 keseluruhan persamaan struktural, koefisien determinasi total (overall coefficient of determination) atau digunakan untuk menjelaskan besarnya pengaruh antara variabel eksogen terhadap variabel endogen. Nilai Nilai berkisar antara 0 sampai 1. yang besar atau mendekati 1 menunjukkan bahwa variabel eksogen mampu menerangkan variabel endogen. 3.7 Rancangan Uji Hipotesis Pengujian hipotesis terhadap setiap parameter di dalam SEM dapat dilakukan dengan uji t. Pengujian ini dilakukan terhadap : 1. Parameter Lambda ( yang mengukur variable laten berdasarkan variable manifes (berkaitan dengan validitas instrumen). 2. Parameter Delta ( ) dan Epsilon ( ) yang merupakan error pada pengukuran variable laten berdasarkan variable manifest. 3. Parameter Beta ( ) untuk menguji pengaruh variable endogen terhadap variable endogen. 4. Parameter Gamma ( ) untuk menguji pengaruh variable eksogen terhadap variabel endogen. 3.7.1 Uji Hipotesis Hipotesis Hipotesis nol: menyatakan bahwa setiap parameter yang diuji = 0 Hipotesis alternatif: menyatakan bahwa setiap parameter yang diuji 0. 70 Dasar Pengambilan Keputusan • Jika |t hitung| < |t tabel|, maka hipotesis nol diterima • Jika |t hitung| ≥ |t tabel|, maka hipotesis nol ditolak Nilai t hitung diperoleh dari hasil analisis menggunakan LISREL 8.8, sedangkan nilai t tabel diperoleh dari tabel t. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5% (0.05), maka nilai t tabel adalah 1.96. 3.8 Rancangan Implikasi Hasil Penelitian Setelah semua data berhasil dikumpulkan dan dianalisa, maka hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mendefinisikan hubungan serta pengaruh antara strategi pemasaran Nanny’s Pavillon yang berorientasi pada experiential marketing dengan pemasaran berbasis hubungan pelanggan (relationship marketing), serta dengan variabel lain yaitu nilai pengalaman bagi konsumen dan minat perilaku pelanggan. Apabila diketahui bahwa experiential marketing memiliki hubungan dan mempengaruhi relationship marketing secara signifikan dan positif, maka dengan strategi Nanny’s Pavillon dalam menciptakan pengalaman yang berkesan bagi konsumen melalui konsep suasana atau atmosfer restoran, pelayanan staf, menu makanan, dan lainnya mampu membentuk koneksi atau hubungan dengan konsumen. Apabila diketahui strategi experiential marketing yang diterapkan Nanny’s Pavillon berkontribusi secara positif terhadap experiential value, maka strategi tersebut telah berhasil menciptakan suatu kesan di benak konsumen dan memberikan manfaat tertentu bagi masing-masing individu konsumen yang akan 71 mempengaruhi minat perilaku mereka di masa mendatang. Jika experiential marketing, relationship marketing, dan experiential value berkontribusi secara signifikan terhadap customer behavioral intention, maka pengalaman-pengalaman yang diperoleh konsumen Nanny’s Pavillon dapat membuat mereka tertarik untuk datang kembali, ingin mencoba makan di outlet Nanny’s Pavillon lainnya, bahkan merekomendasikan Nanny’s Pavillon kepada teman, keluarga, atau kerabat lain, yang mengindikasikan bahwa strategi yang selama ini diterapkan tepat. Namun, jika hasil analisis menyatakan sebaliknya, bahwa tidak ada hubungan dan pengaruh yang signifikan antar variabel-variabel tersebut, maka perlu dicari tahu lebih lanjut mengenai penyebabnya melalui pendapat konsumen yang berkaitan dengan aspek fisik restoran, staf pelayan, harga, dan promosi yang selama ini dijalankan, serta akan dibutuhkan usaha-usaha perbaikan berdasarkan pendapat konsumen tersebut.