bab ii tinjauan pustaka - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Uraian Teoritis
2.1.1. Tingkat Bunga
Bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku
bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai
persentase dari jumlah yang dipinjamkan. Dengan kata lain, orang harus membayar
kesempatan untuk meminjam uang. Biaya peminjaman uang, diukur dalam dolar per
tahun per dolar yang dipinjam, adalah suku bunga (Samuelson dan Nordhaus, 2004).
Menurut Case dan Fair (2004), tingkat suku bunga adalah pembayaran bunga
tahunan atas suatu pinjaman yang dinyatakan sebagai persentase pinjaman. Besarnya
sama dengan jumlah bunga yang diterima pertahun dibagi jumlah pinjaman.
Tingkat bunga sangat berpengaruh dalam aktivitas perekonomian suatu
negara. Tingkat bunga dapat berpengaruh terhadap tingkat investasi, jumlah uang
beredar, inflasi, obligasi, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada pertumbuhan
ekonomi negara tersebut.
Selain itu tingkat bunga merupakan faktor yang penting dalam perekonomian
suatu negara karena sangat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan perekonomian
negara tersebut. Hal ini tidak hanya mempengaruhi keinginan konsumen untuk
membelanjakan ataupun menabungkan uangnya, tetapi juga mempengaruhi dunia
Universitas Sumatera Utara
usaha dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu tingkat bunga mempunyai
pengaruh yang sangat luas tidak hanya pada sektor moneter tetapi juga pada sektor
riil, sektor ketenagakerjaan, bahkan sektor internasional. Secara teoritis terdapat dua
jalur utama mekanisme transmisi kebijakan moneter, yaitu melalui jumlah uang yang
beredar (quantity targeting) dan jalur harga melalui suku bunga (price targeting).
Dalam kenyataannya terdapat banyak macam tingkat bunga. Tingkat bunga
berbeda terutama dalam hal karakteristik dari pinjaman atau peminjam. Pinjaman
dibedakan atas jangka waktu atau jatuh temponya. Sekuritas jangka panjang banyak
yang memiliki tingkat bunga lebih tinggi dari jangka pendek karena pemberi
pinjaman mau mengorbankan akses cepat ke dana mereka hanya jika mereka dapat
meningkatkan penghasilan mereka.
2.1.2. Tingkat Bunga Riil dan Nominal
Samuelson dan Nordhaus (2004) menjelaskan suku bunga nominal (kadang
juga disebut suku bunga uang) adalah suku bunga atas uang dalam ukuran uang.
Sebaliknya, suku bunga riil dikoreksi karena inflasi dan dihitung sebagai suku bunga
nominal dikurangi tingkat inflasi.
Mankiw (2007) menyatakan bahwa para ekonom menyebutkan tingkat bunga
yang dibayar bank sebagai tingkat bunga nominal (nominal interest rate) dan
kenaikan daya beli sebagai tingkat bunga riil (real interest rate). Jika i menyatakan
Universitas Sumatera Utara
tingkat bunga nominal, r tingkat bunga riil, dan π tingkat inflasi, maka hubungan
antara ketiga variabel tersebut adalah :
r = i – π ...................................................................................................... (i)
Tingkat bunga riil adalah perbedaan diantara tingkat bunga nominal dan
tingkat inflasi. Sedangkan tingkat bunga nominal adalah jumlah tingkat bunga riil dan
tingkat inflasi :
i = r + π ...................................................................................................... (ii)
Persamaan di atas disebut persamaan Fisher (Fisher equation). Persamaan
tersebut menunjukkan tingkat bunga bisa berubah karena dua alasan: karena tingkat
bunga riil berubah atau karena tingkat inflasi berubah.
2.1.3. Penentuan Tingkat Bunga
2.1.3.1. Teori Keynes tentang tingkat bunga
Dalam teori Keynes, tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran
uang. Lebih lanjut dijelaskan bahwa menurut teori ada 3 motif, yaitu: motif transaksi,
berjaga-jaga, dan spekulasi. Ketiga motif ini yang merupakan sumber timbulnya
permintaan akan uang yang diberi nama liquidity preference. Permintaan uang riil
adalah fungsi dari tingkat bunga. Keseimbangan pasar uang terjadi jika permintaan
uang riil sama dengan penawaran uang riil. Sesuai dengan Theory of Liquidity
Preference, peningkatan permintaan uang riil akan menurunkan tingkat bunga,
sedangkan penurunan penawaran uang riil akan menaikkan tingkat bunga. Sebagai
Universitas Sumatera Utara
contoh, jika bank sentral mengurangi penawaran uang M, dengan P tetap, maka M/P
akan semakin kecil. Dengan demikian penawaran uang riil bergeser ke kiri. Sehingga
jika tingkat bunga naik maka masyarakat akan mengurangi jumlah uang riil yang
dipegang. Secara grafik dapat dilihat dalam Gambar 2.1.
r
penurunan pada
penawaran uang
Tingkat
Suku Bunga
r2
L(r)
menaikkan tk. Suku bunga
r1
M 2 /P
M 2 /P
Saldo Uang Riil
M/P
Sumber : Ekonomi Makro. Teori, Anslisis dan Kebijakan, Herlambang, dkk, 2001
Gambar 2.1. Teori Keynes Mengenai Tingkat Bunga
2.1.3.2. Teori Klasik tentang tingkat bunga
Menurut ekonomi klasik, tingkat bunga adalah balas jasa dari modal yang
ditanam. Semakin langka modal maka semakin tinggi tingkat bunga, dan sebaliknya.
Jadi menurut kamus klasik, tingkat bunga (yang telah dikoreksi inflasi) ditentukan
oleh interaksi antara suplai tabungan untuk dipinjamkan (loanable funds) dan
permintaan terhadap tabungan tersebut untuk diinvestasikan. Pasokan loanable funds
Universitas Sumatera Utara
ditentukan oleh tingkat tabungan dalam perekonomian makro, sedangkan tingkat
tabungan ini akan sangat tergantung pada faktor-faktor ekonomi lainnya seperti daya
beli atau pendapatan individu saat sekarang dan ekspektasinya. Faktor intangible
seperti selera, preferensi dan perilaku sosiologis, serta tingkat bunga yang berlaku.
Sementara permintaan terhadap tabungan ditentukan oleh produktivitas aktual dan
prospek dari modal dan pinjaman yang diperlukan untuk menutup kesenjangan antara
investasi dan sumber dana yang ada.
Dengan demikian, keseimbangan tingkat bunga dipengaruhi oleh tabungan
dan investasi, atau jika keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan
pengusaha untuk melakukan investasi. Teori ini juga meyakini bahwa tingkat bunga
akan berubah dengan cepat untuk menciptakan keseimbangan pasar guna
memberikan respons kepada perubahan faktor-faktor ekonomi riil. Secara grafik
dapat dilihat dalam Gambar 2.2.
Universitas Sumatera Utara
Tingkat
bunga
Tabungan
i1
i0
Investasi 1
Investasi 0
0
S0
S1
Dana Investasi (loanable funds)
Sumber : Noegroho, 2002
Gambar 2.2. Teori Klasik Mengenai Tingkat Bunga
2.1.3.3. Konsep paritas suku bunga (interest rate parity)
Interest Rate Parity (IRP) adalah salah satu teori yang paling dikenal dalam
keuangan internasional yang menerangkan bagaimana hubungan bursa valas forex
market dengan international money market (pasar uang internasional).
Teori IRP menyatakan bahwa perbedaan tingkat bunga (securities) pada
international money market akan cenderung sama dengan forward rate premium atau
discount. Dengan kata lain berdasarkan teori IRP akan dapat ditentukan/diperkirakan
berapa perubahan kurs forward atau forward rate (FR) dibandingkan dengan spot
rate (SR), bila terdapat perbedaan tingkat bunga misalnya antara home country dan
foreign country. Menurut IRP, besarnya perubahan FR terhadap SR akan ditentukan
oleh besarnya forward rate premium atau discount, yang timbul sebagai akibat dari
Universitas Sumatera Utara
perbedaan tingkat bunga antara home country dan foreign country. Dengan demikian
seorang pemilik dana akan dapat menentukan dalam mata uang atau valas apa
dananya akan diinvestasikan (Hady, 2001).
Persamaannya dapat diturunkan dari rumus di bawah ini :
i t = i* t + F t - S t ......................................................................................... (i)
i t = i* t + FP .............................................................................................. (ii)
Dimana :
F t = Nilai tukar di masa mendatang
S t = Nilai tukar sekarang
FP (Forward Premium) = F t – S t
2.1.3.4. Model IS – LM
Model IS – LM adalah inti dari teori yang dikembangkan oleh John Maynard
Keynes (1883 – 1946) dalam bukunya The General Theory of Employment, Interest
and Money, 1936. Model ini mengasumsikan harga sebagai variabel eksogen. Sesuai
dengan namanya model ini terdiri dari dua bagian. Pertama kurva IS yang berasal dari
“Investment” dan “Saving”. Kedua adalah LM yang berasal dari “Liquidity
preference” dan “Money”.
Kurva IS mewakili pasar barang dan jasa, sedangkan LM mewakili pasar
uang. Variabel yang menghubungkan kedua pasar ini adalah tingkat bunga, karena
tingkat bunga mempengaruhi investasi (mewakili pasar barang) maupun permintaan
Universitas Sumatera Utara
uang (mewakili pasar uang). Model ini menunjukkan bahwa interaksi antara pasar
barang dengan pasar uang menentukan permintaan agregat (Herlambang,dkk, 2001).
a. Pasar Barang dan Kurva IS
Kurva IS menunjukkan hubungan antara tingkat bunga dengan tingkat
pendapatan pada pasar barang dan jasa. Hubungan ini dapat dilihat dengan
menggunakan teori permintaan barang dan jasa yang sangat sederhana disebut
Keynessian Cross.
a. The Keynessian Cross
Dalam perekonomian yang tertutup, di mana tidak ada transaksi perdagangan
dengan negara luar, ekspor bersih sama dengan nol. Maka pengeluaran yang
direncanakan E sama dengan konsumsi, ditambah investasi yang direncanakan I,
dan pengeluaran pemerintah G.
E = C + I + G .......................................................................................... (i)
Sedangkan fungsi konsumsinya adalah :
C = C(Y – T) ............................................................................................ (ii)
Fungsi di atas menunjukkan bahwa tingkat konsumsi ditentukan oleh disposible
income yaitu pendapatan total dikurangi dengan pajak. Jika investasi yang
direncanakan diasumsikan tetap maka I = I dan dengan kebijakan fiskal tertentu,
pengeluaran pemerintah G dan pajak T juga tetap, maka G = G, T = T.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian persamaan pengeluaran yang direncanakan menjadi :
E = C (Y – T) + I + G ............................................................................. (iii)
Persamaan di atas menunjukkan bahwa pengeluaran yang direncanakan adalah
fungsi dari pendapatan Y, investasi yang direncanakan I (eksogen) dan variabel
kebijakan fiskal G dan T (keduanya juga eksogen). Pada Gambar 2.3.
menunjukkan kondisi pengeluaran sebenarnya sama dengan pengeluaran yang
direncanakan. Dengan tambahan fungsi pengeluaran yang direncanakan, gambar
ini menjadi Keynessian Cross.
E
pengeluaran
yang
direncanakan
Y=E
E=C+I+G
A
o
Keseimbangan Pendapatan
45
0
Y
Pendapatan, output
Sumber : Ekonomi Makro. Teori, Anslisis dan Kebijakan, Herlambang, dkk, 2001
Gambar 2.3. The Keynessian Cross
b.
Tingkat Bunga, Investasi, dan Kurva IS
Hubungan antara tingkat bunga dengan investasi dapat dituliskan dalam
Universitas Sumatera Utara
fungsi investasi sebagai berikut :
I = I (r)
Fungsi investasi ini ditunjukkan pada panel (a) Gambar 2.4. Tingkat bunga
adalah biaya dari dana untuk investasi, maka kenaikan tingkat bunga akan
mengurangi tingkat investasi. Dengan demikian kemiringan fungsi investasi
negatif.
(b) The Keynessian Cross
E
Y=E
E = C(Y-T)
+ I(r 1 ) + G
E = C(Y-T)
+ I(r 2 ) + G
Y1
Y2
Pendapatan, Output
Y
(c) Kurva IS
(a) Kurva Investasi
r
r
r2
r2
r1
r1
IS
I(r 2 ) I(r 1 )
I
Investasi
Y2
Y1
Pendapatan, Output
Y
Sumber : Ekonomi Makro. Teori, Anslisis dan Kebijakan, Herlambang, dkk, 2001
Gambar 2.4. Penurunan Kurva IS
Universitas Sumatera Utara
Fungsi investasi dapat digabungkan dengan Keynessian Cross untuk melihat
bagaimana perubahan tingkat bunga terhadap tingkat pendapatan. Semakin tinggi
tingkat bunga, maka rendah tingkat investasinya. Jika tingkat bunga naik dari r 1 ke r 2 ,
maka investasi menurun dari I(r 1 ) menjadi I(r 2 ). Penurunan investasi yang
direncanakan akan menggeser fungsi pengeluaran yang direncanakan ke bawah,
seperti yang ditunjukkan pada panel (b). Pergeseran fungsi pengeluaran yang
direncanakan akan menurunkan keseimbangan pendapatan dari Y 1 ke Y 2 . Jadi
kenaikan tingkat bunga akan menurunkan tingkat pendapatan.
Kurva IS menghubungkan tingkat bunga dengan pendapatan yang berasal dari
fungsi investasi dan Keynessian Cross. Semakin tinggi tingkat bunga, maka akan
semakin rendah investasi yang direncanakan dan semakin rendah pula tingkat
pendapatan. Oleh karena itu kurva IS kemiringannya negatif, seperti ditunjukkan
pada panel (c) Gambar 2.4.
b. Pasar Uang dan Kurva LM
Kurva LM menunjukkan hubungan antara tingkat bunga dengan pendapatan
pada pasar uang. Hubungan ini dapat dilihat dengan teori tingkat bunga yang sangat
sederhana yaitu Theory of Liquidity Preference.
a. Theory of Liquidity Preference
Adalah interpretasi yang paling sederhana dari teori Keynes tentang tingkat
bunga. Jika Keynessian Cross merupakan unsur utama penyusun kurva IS, maka
Universitas Sumatera Utara
theory of liquidity preference merupakan penyusun utama dari kurva LM. Teori
ini menjelaskan bagaimana permintaan dan penawaran uang riil menentukan
tingkat bunga.
b. Pendapatan, Permintaan Uang, dan Kurva LM
Permintaan uang riil selama ini diasumsikan hanya dipengaruhi oleh tingkat
bunga. Dalam kenyataan tingkat pendapatan Y juga mempengaruhi permintaan
uang. Jika pendapatan tinggi, pengeluaran juga tinggi, sehingga masyarakat juga
melakukan banyak transaksi. Sehingga peningkatan pendapatan juga berarti
peningkatan permintaan uang. Fungsi permintaan uang sekarang dapat dituliskan
menjadi :
M
Pd
= L (r,Y)
Jumlah permintaan uang riil berhubungan negatif dengan tingkat bunga dan
berhubungan positif dengan pendapatan. Kurva LM memperlihatkan hubungan
yang terjadi antara tingkat bunga dengan pendapatan ini. Semakin tinggi tingkat
pendapatan, semakin tinggi pula permintaan uang riil, dan semakin tinggi juga
tingkat keseimbangan suku bunga. Dengan alasan inilah maka diperoleh kurva
LM yang kemiringannya positif, seperti yang ditunjukkan pada panel (b) Gambar
2.5.
Universitas Sumatera Utara
(a)Pasar untuk Saldo Uang Riil
(b)Kurva LM
r
LM
r2
L(r,Y 2 )
r1
M/P
L(r,Y 1 )
r2
r1
M/P
Y1
Y2
Y
Sumber : Ekonomi Makro. Teori, Anslisis dan Kebijakan, Herlambang, dkk, 2001
Gambar 2.5. Penurunan Kurva LM
2.1.4. Tingkat Bunga Domestik dan Tingkat Bunga Internasional
Menurut Edward dan Khan (1985) dalam Erawati dan Llwelyn (2002), ada
dua jenis faktor yang menentukan nilai tingkat bunga, yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal meliputi pendapatan nasional, jumlah uang beredar, dan
inflasi yang diduga. Sedangkan faktor eksternal merupakan tingkat bunga luar negeri
dan tingkat perubahan nilai tukar valuta asing yang diduga. Penentuan tingkat bunga
ini tidak hanya berasal dari dalam negeri saja tetapi juga dari faktor luar negeri. Hal
ini mengindikasikan bahwa kondisi perekonomian terutama sektor moneter sangat
terpengaruh oleh perekonomian dunia.
Menurut Laksmono (2001) dalam Erawati dan Llwelyn (2002), nilai tingkat
bunga domestik di Indonesia sangat terkait dengan tingkat bunga internasional. Hal
ini disebabkan oleh akses pasar keuangan domestik terhadap pasar keuangan
Universitas Sumatera Utara
internasional dengan kebijakan nilai tukar yang kurang fleksibel. Peningkatan akses
tersebut telah memperbesar kendala manajemen moneter Bank Indonesia. Setiap
upaya untuk mempengaruhi money supply dengan meningkatkan tingkat bunga di
atas tingkat bunga internasional akan mendapat gangguan dari arus modal masuk
berjangka pendek. Namun Bank Indonesia terlihat dapat mempertahankan derajat
kebebasan beberapa tingkat bunga domestik sehingga tetap dapat mempengaruhi suku
bunga domestik tanpa merubah kebijakan nilai tukar.
2.1.5. Tingkat Bunga dan Tingkat Inflasi
Hubungan antara tingkat bunga dan inflasi dapat diketahui melalui pengertian
tingkat bunga nominal dan riil. Jika A memiliki uang Rp. 100 dan tingkat bunga yang
berlaku sebesar 8%, sedangkan tingkat inflasi sebesar 10%, maka berarti tahun depan
A akan mengalami penurunan daya beli sebesar 2%. Hubungan seperti ini dikenal
sebagai Fisher Effect (one in one relation) yang menunjukkan 1% perubahan inflasi
akan menyebabkan 1% perubahan tingkat bunga nominal (Herlambang, dkk, 2001).
Jika tidak ada inflasi, tingkat bunga nominal akan sama dengan tingkat bunga
riil. Akan tetapi dengan adanya inflasi tingkat bunga riil akan lebih kecil daripada
tingkat bunga nominal. Pemberi pinjaman dan peminjam lebih memperhatikan
tingkat bunga riil dibandingkan tingkat bunga nominal. Tingkat bunga riil diketahui
hanya setelah kenyataan yang terjadi, yaitu hanya setelah inflasi betul-betul terjadi.
Universitas Sumatera Utara
Tingkat bunga nominal selalu positif, tetapi tingkat bunga riil bisa saja menjadi
negatif.
Dukungan serupa untuk efek Fisher datang dari hasil penelitian variasi
diberbagai negara pada satu waktu. Tingkat inflasi suatu negara dan tingkat bunga
nominalnya saling berkaitan. Negara-negara dengan inflasi yang tinggi cenderung
memiliki tingkat bunga nominal yang tinggi, dan negara-negara dengan inflasi yang
rendah cenderung memiliki tingkat bunga nominal yang rendah pula (Mankiw, 2007).
2.1.6. Tingkat Bunga, Permintaan Uang, dan Obligasi
Tingkat bunga menjadi biaya peluang bagi orang untuk memegang uang.
Semakin tinggi tingkat bunga, semakin tinggi biaya peluang memegang uang dan
semakin sedikit uang yang ingin dipegang. Bila tingkat bunga tinggi, orang lain
mengambil keuntungan dari tingginya penghasilan obligasi, sehingga mereka
memilih untuk memegang sedikit uang (Case dan Fair, 2004).
Universitas Sumatera Utara
%
Tingkat
Suku Bunga
i1
i2
Md
0
m1
m2
Uang, M
Sumber : Prinsip-prinsip Ekonomi Makro, Case dan Fair, 2004
Gambar 2.6. Hubungan Tingkat Bunga dan Permintaan Uang
Di dalam motif spekulasi juga berhubungan dengan tingkat bunga. Salah satu
alasan untuk memegang obligasi bukannya uang, karena nilai pasar obligasi
berbunga, berhubungan terbalik dengan tingkat bunga. Para investor ingin memegang
obligasi bila tingkat bunga turun dengan harapan menjualnya bila tingkat bunga
tinggi.
2.1.7. Tingkat Bunga dan Investasi
Tingkat bunga yang ditetapkan di pasar uang memiliki akibat besar terhadap
investasi yang direncanakan dipasar barang. Bila sebuah perusahaan manufaktur
ingin membangun pabrik baru, maka para kontraktor harus dibayar pada saat pabrik
di bangun. Seorang wirausaha yang ingin membuka kedai makanan baru, maka dia
Universitas Sumatera Utara
membutuhkan meja, kursi, perlengkapan memasak, yang juga harus dibayar pada saat
dipasang.
Uang yang dibutuhkan untuk melaksanakan proyek-proyek tersebut umumnya
dipinjam dari pihak bank ataupun pengusaha-pengusaha, dan harus dibayar kembali
pada saat jatuh tempo berdasarkan kesepakatan. Biaya riil investasi tergantung
sebagian pada tingkat bunga biaya pinjaman. Bila tingkat bunga naik, pinjaman
menjadi lebih mahal sehingga proyek investasi yang mungkin akan dijalankan akan
lebih sedikit. Sedangkan bila tingkat bunga turun, biaya peminjaman akan lebih
murah sehingga lebih banyak proyek investasi yang mungkin akan dijalankan (Case
dan Fair, 2004).
%
Investasi yang direncanakan
adalah fungsi negatif dari tingkat suku bunga
i1
Tingkat
Suku Bunga
i2
i3
0
I1
I2
I3
Investasi yang direncanakan, I
Sumber : Prinsip-prinsip Ekonomi Makro, Case dan Fair, 2004
Gambar 2.7. Hubungan Tingkat Bunga dan Investasi
Universitas Sumatera Utara
2.1.8. Tingkat Bunga dan Nilai Tukar
Manurung (2009) dalam bukunya “Ekonomi Keuangan dan Kebijakan
Moneter” menjelaskan tentang mekanisme transmisi alur harga aset terdiri atas efek
nilai tukar (exchange rate effect), teori q Tobin, dan efek kekayaan (wealth effect).
Pertumbuhan ekonomi internasional dan nilai tukar fleksibel telah meningkatkan
peranan kebijakan moneter internasional dalam penentuan nilai tukar mata uang suatu
negara. Ekspansi moneter yaitu kenaikan jumlah uang beredar awalnya akan
menurunkan tingkat bunga riil domestik dan kemudian mengakibatkan deposit mata
uang luar negeri naik. Peningkatan nilai deposit mata uang luar negeri terhadap
deposit mata uang domestik akan mengakibatkan apresiasi nilai tukar mata uang luar
negeri dan depresiasi nilai tukar mata uang domestik. Depresiasi nilai tukar mata
uang domestik mengakibatkan harga relatif produk atau ekspor lebih murah sehingga
ekspor netto naik, dan akhirnya mengakibatkan naiknya permintaan agregat.
2.1.9. Ekspektasi Inflasi
Menurut Case dan Fair (2004), inflasi adalah kenaikan tingkat harga secara
keseluruhan.
Sedangkan menurut Boediono (1995) inflasi adalah kecenderungan dari harga-
harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua
barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada
atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari barang-barang lain. Manakala
Mankiw (2004) mengartikan inflasi sebagai kenaikan level harga secara umum.
Universitas Sumatera Utara
Dalam melaksanakan kebijakan moneter, BI menganut sebuah kerangka kerja
yang dinamakan Inflation Targeting Framework (ITF). Kerangka kerja ini diterapkan
secara formal sejak Juli 2005, setelah sebelumnya menggunakan kebijakan moneter
yang menerapkan uang primer (base money) sebagai sasaran kebijakan moneter.
Teori Ekspektasi, menurut Dornbusch (1994) dalam Wijaya (2008),
menyatakan bahwa pelaku ekonomi membentuk ekspektasi laju inflasi berdasarkan
ekspektasi adaftif dan ekspektasi rasional. Ekspektasi rasional adalah ramalan optimal
mengenai masa depan dengan menggunakan semua informasi yang ada. Pengertian
rasional adalah suatu tindakan yang logik untuk mencapai tujuan berdasarkan
informasi yang ada. Sedangkan ekspektasi adaftif adalah ramalan inflasi yang
mengacu pada inflasi aktual di masa lalu. Artinya secara sederhana teori ekspektasi
dapat dinotasikan menjadi :
Ekspektasi Inflasi adaftif
: πe = π t-1 → inflasi tahun sebelumnya.
Ekspektasi inflasi rasional
: πe ≠ π t-1 → inflasi yang secara langsung
dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang diamati.
2.2.
Penelitian Terdahulu
Duburcq dan Girardin (2009), melakukan penelitian yang berjudul “Domestic
and External Factors in Interest Rate Determination: The Minor Role of the
Exchange Rate Regime” dengan menggunakan metode vector error correction model
(VECM). Dari hasil penelitian pada delapan negara Amerika Latin (Argentina, Brazil,
Universitas Sumatera Utara
Colombia, Ecuador, Mexico, Panama, Peru, dan Venezuela) di dapat bahwa jumlah
uang beredar dan tingkat suku bunga Amerika Serikat hanya berpengaruh negatif
terhadap tingkat suku bunga Ecuador. Sedangkan negara lainnya berpengaruh positif,
kecuali Brazil menjadi satu-satunya negara yang memiliki otonomi sebagai tingkat
bunga yang hanya disebabkan oleh variabel domestik.
Dua dan Pandit (2001), melakukan penelitian yang berjudul “Interest Rate
Determination In India: The Role of Domestic and External Factors” dengan
menggunakan metode error correction model (ECM) dan ARIMA model. Di mana
penelitian ini menguji peran faktor-faktor domestik dan eksternal penentuan suku
bunga jangka pendek di India pasca reformasi periode Maret 1993 – Mei 2000. Dari
hasil yang didapat menunjukkan bahwa Treasury Bill Rate (3 months dan 12 months)
dan commercial paper rate memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
suku bunga jangka pendek di India.
Edwards dan Khan (1985), melakukan penelitian yang berjudul “Interest Rate
Determination In Developing Countries: a Conceptual Framework” dengan
menggunakan model konsisten sesuai teori Fisher. Tujuan penelitian ini adalah
menguraikan analisis penentuan tingkat suku bunga di negara-negara sedang
berkembang yang sedang dalam proses pengkontrolan sektor keuangan dan
pembatasan pada arus modal. Dalam hal ini negara yang diambil sebagai sample
adalah Kolombia dan Singapura. Kedua negara ini sangat berbeda dalam hal tingkat
pembangunan keuangannya dan derajat keterbukaan. Hasil estimasi menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa di Kolombia baik faktor tingkat bunga asing dan domestik sangat penting,
sementara tingkat bunga domestik di Singapura sepenuhnya ditentukan oleh asing
variasi suku bunga dan nilai tukar.
Gochoco
(1989),
melakukan
penelitian
yang
berjudul
“Financial
Liberalization and Interest Rate Determination: the Case of the Philippines, 1981 –
1985”. Dalam penelitian ini upaya yang dilakukan adalah untuk menjelaskan
bagaimana suku bunga dipengaruhi oleh kondisi moneter domestik serta faktor-faktor
eksternal yang telah diliberalisasi studi kasus di Philippina. Model empiris digunakan
mencakup faktor domestik dan eksternal tersebut. Data yang digunakan adalah
bulanan dimulai dari Januari 1981 sampai Desember 1985. Untuk mengestimasi
model digunakan metode Generalized Least Square (GLS).
Bhattarai (2005), melakukan penelitian yang berjudul “An Empirical Study of
Interest Rate Determination Rules” di Inggris dan negara ekonomi G7. Penelitian ini
untuk melihat hubungan jangka panjang dari kesenjangan output dan kesenjangan
inflasi terhadap tingkat bunga. Uji kointegrasi digunakan untuk melihat hubungan
jangka panjang antara tingkat bunga dan kesenjangan output dan inflasi. Metode
persamaan simultan digunakan untuk menyelidiki keterkaitan antara variabelvariabel, sedangkan uji VAR respons impuls digunakan untuk menganalisis dampak
dari guncangan unit dalam output. Dari hasil uji kointegrasi didapat bahwa kenaikan
kesenjangan inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat bunga, dan
kesenjangan output berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat bunga.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil persamaan simultan didapat bahwa kesenjangan output dipengaruhi tingkat
bunga, sedangkan kesenjangan inflasi dipengaruhi oleh kesenjangan output. Dari
hasil VAR respons impuls didapat bahwa tingkat bunga mengurangi kesenjangan
output dengan respon tertinggal di kesenjangan inflasi, kesenjangan output
mengurangi tingkat bunga dengan respon tertinggal di kesenjangan inflasi, dan
kesenjangan inflasi mengurangi tingkat bunga dengan respon tertinggal di
kesenjangan output.
Universitas Sumatera Utara
2.3.
Kerangka Fikir
Pengeluaran
Pemerintah
Tahun Sebelumnya
g(-1)
Ekspektasi Inflasi
Adaftif
ei(-1)
Tingkat Bunga
Amerika Serikat
(i)
Suku Bunga
BI rate
(r)
Jumlah Uang
Beredar
(m)
Nilai Tukar
Rupiah Terhadap
Dolar AS
(e)
Gambar 2.8. Kerangka Fikir
2.4.
Hipotesis
Berdasarkan uraian teoritis yang dikemukakan di atas, maka penulis membuat
hipotesis sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1.
Terdapat pengaruh positif antara pengeluaran pemerintah terhadap tingkat bunga
BI rate.
2.
Terdapat pengaruh positif antara ekspektasi inflasi adaftif terhadap tingkat bunga
BI rate.
3.
Terdapat pengaruh positif antara tingkat bunga Amerika Serikat terhadap tingkat
bunga BI rate.
4.
Terdapat pengaruh negatif antara jumlah uang beredar terhadap tingkat bunga BI
rate.
5.
Terdapat pengaruh positif antara nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terhadap
tingkat bunga BI rate.
\
Universitas Sumatera Utara
Download