BERITA TERKINI Antibiotik Durasi Singkat Efektif untuk Infeksi Intra-abdominal dengan Komplikasi S tudi terbaru menunjukkan bahwa pemberian antibiotik selama 4 hari sama efektifnya dengan 10 hari pada pasien dengan infeksi intra-abdominal dengan komplikasi. Hasil studi ini dipresentasikan oleh Robert G. Sawyer (MD, Department of Surgery, University of Virginia Health System, Charlottesville), dkk. dalam New England Journal of Medicine edisi 21 Mei 2015. Infeksi intra-abdominal dengan komplikasi merupakan masalah umum yang terjadi global, 300.000 kasus apendisitis (radang usus buntu) terjadi setiap tahunnya di Amerika Serikat, dan setidaknya 600.000 kasus infeksi non-apendisitis yang memerlukan perawatan. Terlepas dari perbedaan dalam proses spesifik infeksi intra-abdominal, prinsip penanganannya sama, yaitu resusitasi pasien systemic inflammatory response syndrome (SIRS), kontrol sumber kontaminasi, debridemen luka yang terinfeksi atau nekrotik, dan pemberian obat anti-mikroba untuk eradikasi patogen residual. Akan tetapi, durasi pemberian antibiotik masih belum jelas. Oleh karena itu, peneliti secara acak membagi 518 pasien ke dalam 2 kelompok. Kelompok percobaan yaitu pasien infeksi intra-abdominal dengan komplikasi (n=257) dan kelompok kontrol (n=260). Pasien pada kelompok percobaan menerima regimen antibiotik selama 4±1 hari, dan pasien pada kelompok kontrol menerima antibiotik sampai dengan 2 hari setelah demam, leukositosis, dan ileus reda, dengan durasi terapi maksimum selama 10 hari. Peneliti menemukan tidak ada perbedaan keluaran primer studi, yang merupakan gabungan infeksi pada area operasi, infeksi intra-abdominal rekuren, atau kematian dalam waktu 30 hari setelah prosedur. Secara spesifik, sebanyak 56 (21,8%) pasien pada kelompok percobaan mengalami komplikasi termasuk infeksi area operasi, infeksi intra-abdominal rekuren, atau kematian, dibandingkan dengan 58 (22,3%) pada kelompok kontrol (perbedaan absolut, -0,5%; 95% confidence interval [CI]: -7 s/d 8, p=0,92). Pasien pada kelompok percobaan menjalani terapi antibiotik selama rerata 4 hari (rentang interkuartil 4–5 hari) dibandingkan dengan 8 hari (rentang interkuartil 5–10 hari) pada kelompok kontrol (perbedaan absolut, -4,0 hari; 95% CI: -4,7 s/d -3,3; p<0,001). Tidak terdapat perbedaan tingkat kejadian infeksi sekunder karena patogen resisten, infeksi ekstra-abdominal, atau infeksi Clostridium difficile antara kedua kelompok. Penulis mencatat 47 pasien kelompok percobaan menerima perawatan melebihi durasi protokol spesifik. Dari 47 pasien ini, 16 mengalami peningkatan hitung sel darah putih yang berkelanjutan dan 2 mengalami demam persisten. Antibiotik tidak ditentukan secara spesifik dalam protokol penelitian ini, tetapi dianggap dapat diterima jika sesuai guideline SIS-IDSA. Dalam guideline SIS-IDSA tahun 2010, antibiotik yang direkomendasikan antara lain adalah meropenem, ceftriaxone, ceftazidime, cefepime, levofloxacin, dan amikacin. (AGN) REFERENSI: 1. Brown T. Intra-abdominal infection: Short-course antibiotics effective. Medscape Medical News [Internet] 2015 [Cited 2015 May 22]. Available from: http://www.medscape.com/ viewarticle/845130 2. 3. Sawyer RG, Claridge JA, Nathens AB, Rotstein OD, Duane TM, Evans HL. Trial of short-course antimicrobial therapy for intraabdominal infection. N Engl J Med. 2015; 372: 1996-2005. Solomkin JS, Mazuski JE, Bradley JS, Rodvold KA, Goldstein EJ, Baron EJ, et al. Diagnosis and management of complicated intra-abdominal infection in adults and children: Guidelines by the surgical infection society and the infectious diseases society of America. Clin Infect Dis. 2010; 50: 133-64. 772 CDK-233/ vol. 42 no. 10, th. 2015