15 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu

advertisement
MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan dari bulan April sampai
dengan Desember 2011. Lokasi pemeliharaan pada penelitian ini bertempat di
Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Unggas Depertemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan, Fakultas Peternakan IPB, Bogor. Analisa nilai hematologi dilakukan di
Laboratorium Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Darmaga, Bogor.
Materi
Ternak
Penelitian ini menggunakan 48 ekor ayam petelur strain Hy Line Brown umur 19
minggu yang dibagi dalam empat perlakuan dan tiga ulangan. Setiap ulangan terdiri dari
4 ekor ayam sebagai satuan percobaan. Ayam tersebut dipelihara selama 11 minggu.
Gambar 8. Ayam Petelur Penelitian
Kandang dan Perlengkapan
Peralatan yang digunakan pada pemeliharaan ayam petelur adalah kandang
individu. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum. Peralatan lain
yang digunakan adalah timbangan, plastik pakan, ember, thermometer, alat kebersihan
kandang serta peralatan lain yang menunjang.
Peralatan yang digunakan untuk sampling darah diantaranya adalah syringe 5 ml,
tabung berheparin, box es batu, dan rak tabung reaksi. Analisa profil darah yang
dilakukan adalah analisa eritrosit, hemoglobin, hematokrit, leukosit dan deferensiasi
15
leukosit. Peralatan yang digunakan untuk analisa profil darah berupa sahli, mikroskop,
pipet butir darah merah dan putih, hemoglobiner, microcapillary hematocrit reader dan
hemocytometer. Peralatan yang digunakan untuk analisa kandungan kolesterol pada
serum adalah tabung reaksi beserta rak tabung, mikropipet, vortex, dan spektofotometer.
Pakan
Bahan pakan penyusun pakan adalah jagung, dedak padi, bungkil kedelai, tepung
ikan, CPO, tepung daun dan bunga marigold, CaCO3, premix, dan DL-Metionin. Air
minum diberikan ad libitum. Tepung daun dan bunga marigold dianalisis untuk
mengetahui kandungan nutriennya. Hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa daun
marigold mengandung bahan kering 16,16%, protein kasar 18%, serat kasar 8,67%, abu
8,29%, dan energi metabolis 1978 kkal. Untuk bunga marigold mengandung bahan
kering sebesar 18,55%, protein kasar 10,17%, serat kasar 15,13%, abu 3,29%, dan
energi metabolis 2348 kkal.
Tabel 3. Komposisi Pakan Penelitian
Bahan Pakan
P0
P1
P2
P3
Jagung Kuning (%)
48,3
48
47,2
48
Dedak Padi (%)
12,2
8,2
7,75
7,83
Bungkil Kedele (%)
15
15
15,9
15
Tepung Ikan (%)
9,3
8,5
9
9
CPO (%)
5,5
5,6
5,5
5,5
NaCl (%)
0,1
0,1
0,1
0,1
CaCO3 (%)
9
9
9
9
Premix (%)
0,5
0,5
0,5
0,5
DL- Methionin (%)
0,1
0,1
0,05
0,07
Tepung daun Marigold (%)
-
5
-
2,5
Tepung bunga Marigold (%)
-
-
5
2,5
Keterangan
: P0 = pakan kontrol, P1 = pakan mengandung 5% tepung daun marigold, P2 = pakan
mengandung 5% tepung bunga marigold, P3 = pakan mengandung campuran 2,5%
tepung daun dan 2,5% tepung bunga marigold.
16
Pakan disusun untuk memenuhi nutrien untuk ayam petelur berdasarkan
rekomendasi dari Lesson dan Summer (2005) dengan kandungan energi metabolis 2900
kkal/kg dan protein kasar sebesar 18%. Komposisi pakan dan perhitungan komposisi
nutrien pakan penelitian terdapat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Pakan pada penelitian ini
berbentuk mash.
Tabel 4. Perhitungan Komposisi Nutrien Pakan Penelitian
Nutrien
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
90,23
85,68
85,67
85,68
2903,95
2902,95
2915,20
2910,92
Protein Kasar (%)
18,01
18,09
18,23
18,09
Lemak Kasar (%)
8,21
8,07
7,94
7,97
Serat Kasar (%)
3,21
2,72
2,67
2,68
Kalsium (%)
4,06
4,01
4,04
4,04
Pospor total (%)
0,58
0,52
0,53
0,53
Bahan Kering (%)
Energi Metabolis (kkal)/kg
Keterangan
: P0 = pakan kontrol, P1 = pakan mengandung 5% tepung daun marigold, P2 = pakan
mengandung 5% tepung bunga marigold, P3 = pakan mengandung campuran 2,5%
tepung daun dan 2,5% tepung bunga marigold.
Prosedur
Pembuatan Tepung Daun dan Bunga Marigold
Alur pembuatan tepung daun dan bunga Marigold disajikan pada Gambar 8.
Bunga dan Daun
Pelayuan (24 jam) dan
Pengeringan dengan oven (65°C)
Penggilingan
Tepung daun dan Bunga
Gambar 9. Alur Pembuatan Tepung Daun dan Bunga Marigold
17
Tepung yang sudah jadi kemudian dicampurkan ke dalam pakan perlakuan
sesuai dengan formula yang telah dibuat.
Pembuatan Pakan
Pakan dibuat dengan mencampur bahan-bahan pakan yang digunakan secara
manual. Pencampuran pakan dilakukan dengan mencampur bahan pakan berdasarkan
kandungan gizinya yaitu, bahan pakan sumber energi, sumber protein dan sumber
mineral. Tepung daun dan bunga marigold dicampurkan dengan bahan pakan sumber
protein lainnya. Bahan pakan sumber protein dan sumber mineral yang sudah tercampur
rata kemudian dicampur dan diaduk hingga tercampur rata. Campuran tersebut lalu
dicampur dengan campuran bahan pakan sumber energi hingga tercampur rata.
Tabel 5. Kandungan Nutrien Pakan Penelitian (Berdasarkan As Fed)
Perlakuan
Nutrien
P0
P1
P2
P3
Bahan Kering (%)
88,11
88,05
85,19
85,25
Energi Metabolis (kkal/kg)
2478
2648,25
2529,75
2763,75
Protein Kasar (%)
14,64
13,81
14,89
14,12
Lemak Kasar (%)
4,62
5,71
4,92
6,17
Serat Kasar (%)
6,29
6,32
6,81
5,38
Abu (%)
12,12
11,86
11,36
10,86
Beta N (%)
50,44
50,35
48,21
51,72
Kalsium (%)
4,48
5,57
5,56
4,60
Pospor (%)
1,05
1,09
1,16
1,12
Fe (%)*
0,105
0,113
0,091
0,105
Keterangan
:Hasil analisis laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fapet, IPB (2012); *Hasil analisis
laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah (2012); P0 = pakan kontrol, P1 = pakan
mengandung 5% tepung daun marigold, P2 = pakan mengandung 5% tepung bunga
marigold, P3 = pakan mengandung campuran 2,5% tepung daun dan 2,5% tepung bunga
marigold.
Pakan yang sudah jadi kemudian dianalisis untuk mengetahui kandungan nutrien yang
sebenarnya. Kandungan nutrien pakan penelitian terdapat pada Tabel 5. Kandungan
pakan yang sebenarnya ternyata tidak sesuai dengan hasil perhitungan. Hal ini
18
dikarenakan kualitas bahan pakan yang rendah, sehingga kebutuhan ayam petelur
disesuaikan dengan kebutuhan ayam petelur menurut SNI (2006).
Pemeliharaan
Tahap awal yang dilakukan adalah pembersihan kandang dan peralatan yang
akan digunakan dengan desinfektan. Setelah itu dilakukan pengapuran pada dinding dan
lantai kandang. Beberapa hari setelah kapur mengering, dilakukan pemasangan kandang
yang telah dibersihkan terlebih dahulu, lalu dilakukan penyemprotan desinfektan ke
seluruh ruangan kandang dan dibiarkan selama 1 minggu. Tahap selanjutnya adalah
penaburan sekam di lantai bagian bawah kandang individu yang berfungsi sebagai litter.
Pemeliharaan ayam dilakukan selama 11 minggu. Pakan diberikan sebanyak dua
kali sehari, yaitu pagi dan sore. Pada minggu pertama pemeliharaan dilakukan adaptasi
terhadap pakan perlakuan selama 7 hari. Pada hari pertama pemeliharaan, ayam masih
diberikan pakan komersial yang berasal di peternak. Pada hari kedua dan ketiga, ayam
diberikan pakan campuran dari pakan komersial dari peternak sebanyak 75% dan pakan
perlakuan sebanyak 25%. Pada hari keempat dan kelima, ayam diberi pakan campuran
dari 50% pakan komersial yang berasal dari peternak dan 50% pakan perlakuan. Pada
hari keenam dan ketujuh, ayam diberi pakan campuran dari 25% pakan yang berasal dari
peternak dan 75% dari pakan perlakuan. Pada hari kedelapan dan seterusnya, ayam
diberi 100% pakan perlakuan. Pakan diberikan sebanyak dua kali sehari yaitu pagi dan
sore. Air minum diberikan ad libitum. Sisa pakan ditimbang setiap tujuh hari sekali.
Sampling darah
Pengambilan darah dilakukan pada minggu ke 11 pemeliharaan (30 minggu
umur ayam). Darah diambil dari vena jugularis sebanyak 5 ml dengan menggunakan
syringe. Sampel darah dimasukkan dalam tabung berheparin.
19
Tahap Analisis Darah
a. Analisa Profil Darah
1. Perhitungan Jumlah Eritrosit
Pehitungan jumlah sel darah merah dilakukan dengan alat kamar
hitungan sel darah merah menggunakan mikroskop dengan pembesaran 100
kali. Prosedur pengerjaannya sebagai berikut: aspirator dipasang pada pipet
sel darah merah. Darah yang telah dihisap sampai batas angka 0,5 pada
pipet, ujung pipetnya dibersihkan menggunakan tisu. Dengan cepat dan hatihati larutan Hayem dihisap sampai tanda 101 yang tertera pada pipet.Pada
penghisapan ini hindari adanya gelembung, jika terdapat gelembung maka
prosedur harus diulang. Aspirator dilepas dari pipet darah merah, dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk kanan, isi pipet dikocok dengan pola
gerakan angka 8 selama 3 menit. Bagian yang tidak ikut terkocok harus
dibuang. Cairan dengan hati-hati dimasukkan ke dalam kamar hitung
dengan cara menempelkan ujung pipet pada pertemuan antara dasar kamar
hitung dan kaca penutup. Butir-butir darah dibiarkan mengendap selama
kurang lebih satu menit. Perhitungan butir darah merah tersebut dilakukan
menggunakan hand counter. Untuk menghitung sel darah merah dalam
hemocytometer, digunakan kotak sel darah merah yang berjumlah 25 buah
dengan mengambil bagian sebagai berikut: satu kotak pojok kanan atas, satu
kotak pojok kiri, satu kotak tengah, satu kotak pojok kanan bawah, dan satu
kotak kiri bawah. Untuk membedakan kotak sel darah merah dengan kotak
sel darah putih, dapat berpatokan pada garis pemisah pada kotak sel darah
merah dan luas kotak sel darah merah relatif lebih kecil dibandingkan
dengan kotak leukosit. Butir darah merah yang telah dihitung tersebut
disimbolkan dengan a dan untuk mengetahui jumlah sel darah merah dalam
1mm3 darah dihitung dengan menggunakan rumus menurut Sastradipradja et
al. (1989).
a× 104
20
2. Perhitungan Hematokrit
Penentuan hematokrit dilakukan dengan mengisi tabung hematokrit
dengan darah dan antikoagulan. Campuran darah kemudian disentrifikasi
sampai sel-sel darah mengumpul di dasar. Pengisian pipa mikrokapiler
dilakukan dengan memiringkan tabung yang berisi sampel darah dengan
menempatkan ujung mikrokapiler yang bertanda merah. Pipa diisikan darah
sampai mencapai
4
5
bagian kemudian ujung pipa disumbat dengan
crestoseal, pipa mikrokapiler tersebut disentrifikasi selama 15 menit dengan
kecepatan 2.500-4.000 rpm. Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
persentase volume sel darah merah menggunakan alat baca mikrohematokrit
(microcapillary hematocrit reader) (Sastradipradja et al., 1989).
3. Perhitungan Kadar Hemoglobin (Hb)
Metode yang digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin dalam
penelitian ini adalah metode Sahli. Larutan HCL 0,01 N diteteskan pada
tabung Sahli sampai tanda tera 0,1 atau garis bawah, kemudian sampel darah
dihisap menggunakan pipet hingga mencapai tanda tera atas. Sampel darah
segera dimasukkan ke dalam tabung dan ditunngu selama 3 menit atau
hingga berubah warna menjadi coklat kehitaman akibat reaksi antara HCL
dengan hemoglobin membentuk asam hematin. Setelah itu, larutan ditambah
dengan akuades, teteskan sedikit sambil terus diaduk. Larutan akuades
ditambahkan
hingga
warna
larutan
sama
dengan
warna
standar
hemoglobinometer. Nilai hemoglobin dapat dilihat di kolom “gram%” yang
tertera pada tabung hemoglobin, yang berarti banyaknya hemoglobin dalam
gram per 100 ml darah (Sastradipradja et al., 1989).
4. Mean Corpusculas Volume (MCV) dan Mean Corpusculas Hemoglobin
Concentration (MCHC)
Menurut Sastradipradja et al. (1989) nilai MCV dan MCHC dihitung
dengan menggunakan rumus berikut ini:
21
MCV (fl) adalah :
Hematokrit X 10
Σ Eritrosit
MCHC (%) adalah :
Hemoglobin X 100
Σ Hematokrit
5. Perhitungan Leukosit
Perhitungan jumlah leukosit dilakukan menggunakan pipet leukosit
dengan bantuan aspirator hingga batas 0,5 lalu ujung pipet dibersihkan
dengan tisu. Setelah itu, larutan modifikasi Rees & Ecker dihisap hingga
tanda 11 pada pipet leukosit, kemudian dihomogenkan dengan gerakan
tangan pola angka delapan.cairan yang tidak terkocok lalu dibuang. Setelah
itu, sampel darah diteteskan dalam hemacytometer, dibiarkan beberapa saat
hingga cairan mengendap lalu jumlah leukosit dihitung di bawah mikroskop
dengan perbesaran 100 kali. Untuk menghitung jumlah sel darah putih dalam
hemacytometer, digunakan empat kotak yang terletak di empat sudut kamar
hitung, masing-masing terdiri atas 16 buah kotak yang luasnya 1/16 mm2.
Jumlah leukosit yang terhitung disimbolakn dengan b dan untuk mengetahui
jumlah leukosit dalam 1 mm3 darah dihitung dengan rumus menurut
Sastradipradja et al. (1989) sebagai berikut:
b × 50
6. Differensiasi leukosit
Darah dibuat preparat ulas ± 2 cm dari ujung gelas objek. Preparat
ulas difiksasi dengan metanol 75% selama 5 menit kemudian diangkat
sampai kering udara. Ulasan darah direndam dengan larutan giemsa selama
30 menit, diangkat dan dicuci dengan menggunakan air kran yang mengalir
untuk menghilangkan zat warna yang berlebihan, kemudian dikeringkan
dengan kertas isap. Preparat ulas diletakkan di bawah mikroskop
pembesaran 1000 kali dan ditambahkan minyak imersi kemudian dihitung
limfosit, heterofil, monosit, basofil, dan eosinofil secara jigjag dengan
22
pembesaran 1000 kali sampai jumlah total 100 butir leukosit (Sastradipradja
et al., 1989).
Rancangan dan Analisis Data
Perlakuan
Pakan pada penelitian ini dibuat dengan empat perlakuan yaitu:
P0
: Pakan kontrol, tanpa tepung Marigold
P1
: Pakan mengandung 5% tepung daun Marigold (TDM)
P2
: Pakan mengandung 5% tepung bunga Marigold (TBM)
P3
: Pakan mengandung 2,5% TDM dan 2,5% TBM
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Setiap
ulangan terdiri dari 4 ekor ayam.
Model Matematis
Model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yij = µ + ti + eij
Keterangan :
Yij
= nilai pengamatan untuk perlakuan pakan yang diberikan (R0, R1, R2,
dan R3) ke-i dan ulangan ke-j
µ
= rataan umum
ti
= pengaruh perlakuan (R0, R1, R2, dan R3) ke-i
eij
= error perlakuan (R0, R1, R2, dan R3) ke-i dan ulangan ke-j
Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan menggunakan ANOVA
(Analysis of variance) dan jika analisis yang dihasilkan berbeda nyata maka akan
dilanjutkan dengan menggunakan uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993).
Analisis Data
Data hasil penelitian akan diolah dengan analisis statistik berupa uji ANOVA
untuk melihat pengaruh perlakuan pakan terhadap profil darah ayam petelur. Jika
23
diketahui bahwa faktor perlakuan pakan memberikan pengaruh yang nyata terhadap
peubah-peubah yang diamati, akan dilakukan uji lanjut Duncan.
Peubah yang diamati
Peubah yang akan diamati dalam penelitian ini adalah:
1. Konsumsi Pakan (gram/ekor/hari)
Konsumsi pakan dihitung dari selisih dengan mengurangi pemberian pakan awal
dengan sisa pakan setiap minggu dibagi 7 hari.
2. Konsumsi Protein (g/ekor/hari)
Konsumsi protein diperoleh dengan mengalikan antara konsumsi ransum dengan
kandungan protein kasar pada tiap ransum perlakuan.
3. Konsumsi Fe (g/ekor/hari)
Konsumsi Fe ayam petelur diperoleh dengan mengalikan antarakonsumsi ransum
dengan kandungan Fe tiap ransum perlakuan.
4. Jumlah Eritrosit (juta/mm3)
Pengukuran eritrosit ayam petelur dianalisis dengan menggunakan kamar hitung
Neubauer (Sastradipradja et al., 1989).
5. Kadar Hemoglobin (g%)
Nilai hemoglobin ayam petelur dianalisis menggunakan metode Sahli
(Sastradipradja et al., 1989).
6. Persentase Hematokrit (%)
Persentase
hematokrit
ditentukan
dengan
metode
mikrohematokrit
(Sastradipradja et al., 1989).
7. MCV dan MCHC
Mean Corpuscular Volume (MCV) dan Mean Corpuscular Hemoglobin
Concentration (MCHC) dihitung dengan menggunakan rumus menurut
Sastradipradja et al. (1989)
8. Jumlah Leukosit (ribu/mm3)
Pengukuran leukosit ayam petelur dianalisa dengan menggunakan metode
Neubauer.
9. Penentuan Deferensiasi Leukosit (%)
24
Download