METODE PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN KAJIAN QS. AN-NAHL AYAT 125-127 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh: CINDI PRATIWI 108011000075 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M / 1435 H ABSTRAK Metode Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an Kajian QS. An-nahl ayat 125-127 Kata Kunci : Metode Pendidikan Islam, Surat An-nahl ayat 125-127 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode pendidikan islam dalam perspektif Al-Qur’an Kajian surat An-nahl 125-127. Karena pada dasarnya banyak sekali metode pendidikan yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Metode yang dilakukan dalam penulisan penelitian ini adalah pure library research (penelitian kepustakaan) sehingga apa yang terdapat di dalam penelitian ini berdasarkan atas buku-buku yang digunakan penulis sebagai bahan rujukan di dalam menganalisa pada setiap ayatnya, sehingga dari hasil penelitian ini dapat penulis simpulkan terdapat lima metode pendidikan islam yang sudah ditafsirkan oleh para ahli tafsir dan dianalisa oleh penulis. Kelima metode tersebut antara lain: 1. Al-hikmah : perkataan yang kuat disertai dengan dalil. 2. Al-mauizah hasanah: Perkataan yang lembut dan benar. 3. Al-Jiddal: membantah dengan cara yang baik. 4. AlMuhtadin : memberikan balasan yang setimpal. 5. Asshabru: perasaan tabah dan menahan diri. Cindi Pratiwi (PAI) i KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sang penentu segala urusan atas berkat, rahmat, taufiq, serta hidayah dan limpahan petunjuk-Nya akhirnyan penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “metode pendidikn dalam perspektif Al-Qur’an kajian QS. An-nahl ayat 125127”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah memberikan petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia. Oleh karena itu, tanpa mengurangi rasa terima kasih kepada orang-orang yang tidak penulis sebutkan namanya, penulis perlu menyampaikan terima kasih khususnya kepada: 1. Dr. Nurlena Rifa’i MA, Ph.D dekan fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan, universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M, Ag. Kepala jurusan pendidikan Agama Islam, yang selalu memberikan kemudahan dalam setiap kebijakan yang beliau berikan selama penulis menjadi mahasiswa di jurusan PAI. 3. Marhamah Saleh, Lc, MA, Sekertaris jurusan Pendidikan Agama Islam fakultas Ilmu Trabiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Siti Khadijah M. A. dosen penasehat akademik jurusan pendidikan agama Islam, yang memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis . 5. Ibu Dra Ello Al-Bugis M.A, dosen pembimbing skripsi yang selalu menyempatkan waktu ditengah kesibukan beliau untuk membimbing, mengarahkan, dan memebrikan semangat selama proses penulisan skripsi ini. 6. Yang paling utama untuk kedua orang tuaku tercita, ibunda Hj. Umiasih dan ayahanda H. mahrod, yang selalu dengan tulus memberikan doa dan dukungan serta semangat yang tak henti-hentinya demi kemajuan penulis. ii 7. Teruntuk suamiku tersayang Badru Salam S.S. yang telah memberikan dukungan baik secara moral dan material, yang terus menerus memberikan semangat sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dan teruntuk putraku tercinta Firaz Aljuffar Badzlin Assalam yang selalu menjadi support dan penyemangat didalam penyusunan skripsi ini. 8. Dan tak lupa pula terima kasih untuk keluarga besarku, kakak-kakakku: Susi Dewi Yanti, Yudi Cahyadi dan Nina Meliyana. Dan untuk adik-adikku : Cepi Jaya permana dan Zahrotul Inayah. Yang senantiasa mendoakan. 9. Kawan-kawan PAI C angkatan 2008, khususnya Devi febrina dan Maryati. Yang menjadi tempat untuk berdiskusi , bertukar pikiran dengan semangat perjuangan kita bersama-sama menuju kesuksesan. 10. Dan kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungan kepada penulis baik secara moral dan materil. Tidak ada yang dapat penulis berikan sebagai balas jasa kepada mereka yang telah memebrikan banyak bantuan dan dukungan kepada penulis, kecuali dengan doa semoga Allah SWT membalas-Nya. Amiiiin. Ciputat, 22 juli 2014 Penulis Cindi Pratiwi iii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ABSTRAK .......................................................................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................ ii DAFTAR ISI ....................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah .......................................................... 5 C. Pembatasan Masalah ......................................................... 5 D. Perumusan Masalah........................................................... 6 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Acuan Teori ....................................................................... 7 1 Pengertian Metode Pendidikan...................................... 7 2 Penggunaan Metode Pendidikan .................................... 9 3 Prinsip-prinsip Metode Pendidikan ................................ 11 4 Dasar-dasar Metode Pendidikan .................................... 13 5 Jenis-jenis Metode Pendidikan ...................................... 16 6 Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an ........................... 24 B. Hasil Penelitian yang Relevan ......................................... 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek dan Waktu Penelitian ......................................... 31 B. Metode Penulisan .......................................................... 31 iv BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Teks ayat dan Terjemahan Surat An-Nahl 125-127 ....... 32 B. Tafsir Surat An-Nahl .................................................... 33 1. Ayat 125 .................................................................... 33 2. Ayat 126 .................................................................... 43 3. Ayat 127 .................................................................... 46 C. Konsep Metode Pendidikan surat An-Nahl 125-127 ........ 48 D. kandungan Makna Surat An-Nahl 125-127 ..................... 50 E. Analisis tentang Metode Pendidikan dalam surat An-Nahl 51 1. Ayat 125 ...................................................................... 51 2. Ayat 126 ...................................................................... 54 3 Ayat 127 ........................................................................ 55 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................... 61 B. Saran ................................................................................. 62 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 61 v 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya manusia yang diarahkan kepada manusia lain dengan harapan agar mereka ini mampu menjadi insan yang dewasa, Berkat pendidikan (pengajaran) itu kelak menjadi manusia yang saleh yang berbuat sebagaimana yang seharusnya diperbuat dan menjauhi apa yang tidak patut dilakukannya.1 Manusia yang baru lahir dari perut ibunya masih sangat lemah, tidak berdaya dan tidak mengetahui apa-apa. Untuk menjadi hamba Allah SWT yang selalu menyembah-Nya dengan tulus dan menjadi khalifah-Nya dimuka bumi, anak tersebut membutuhkan perawatan, bimbingan dan pengembangan segenap potensinya kepada tujuan yang benar. Ia harus dikembangkan segala potensinya kearah yang positif melalui suatu upaya yang disebut sebagai alTarbiyah, al-Ta’dib, al-Ta’lim, atau yang kita kenal dengan “Pendidikan“2 Dalam al-Qu‟ran memuat banyak aspek kehidupan manusia tidak ada rujukan yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan al-Qur‟an yang hikmahnya meliputi seluruh alam dan isinya, baik yang tersirat maupun yang tersurat tidak akan pernah habis untuk digali dan dipelajari. Ketentuanketentuan hukum yang dinyatakan dalam al-Qur‟an dan al-Sunnah berlaku secara universal untuk semua waktu dan tempat. 1 Abdul Fatah jalal, Azas-azas pendidikan Islam, (Bandung: CV. Diponegoro, 1998). cet. 1, h. 11 2 Syahidin, Pendidikan Qur’ani Teori dan Aplikasi, (Jakarta: CV. Misaka Ghaliza, 1999), cet. 1, h 1. 1 2 Ide bahwa Islam sebagai agama yang bersifat universal berarti tidak hanya berkaitan dengan persoalan akidah dan ritual semata. Oleh karena itu, islam tidak mengenal gagasan sekuler yang memisahkan agama dari politik dan kehidupan umum social. Dalam istilah yang sederhana, Islam digambarkan sebagai suatu cara hidup yang komprehensif. Al-Qur‟an sebagai ajaran suci umat Islam didalamnya berisi petunjuk menuju arah kehidupan yang lebih baik tinggal bagaimana manusia memanfaatkannya. Meninggalkan nilai-nilai yang ada didalamnya berarti menanti datangnya kehancuran, sebaliknya kembali kepada al-Qur‟an berarti mendambakan ketenangan lahir dan bathin, karena ajaran yang terdapat didalam al-Qur‟an berisi kedamaian. Ketika umat Islam menjauhi al-Qur‟an atau sekedar menjadikan alQuran hanya sebagai bacaan keagamaan saja maka sudah pasti al-Qur‟an akan hilang relevansinya terhadap realitas-realitas alam semesta. Kenyataannya orang-orang diluar Islamlah yang giat mengkaji realitas alam semesta sehingga mereka dengan mudah dapat mengungguli bangsa-bangsa lain, padahal umat Islamlah yang seharusnya memegang semangat al-Quran.3 Seperti yang dikemukakan oleh Quraish Shihab: “ manusia yang dibina adalah makhluk yang memilki unsur-unsur material (jasmani) dan immaterial (akal dan jiwa). Pembinaan akalnya menghasilkan ilmu, pembinaan jiwanya menghasilkan kesucian dan etika, sedangkan pembinaan jasmaninya menghasilkan keterampilan. Dengan penggabungan unsur-unsur tersebut, terciptalah makhluk dwi dimensi dalam satu keseimbangan, dunia dan akhirat, ilmu dan iman. Itu sebabnya dalam dunia pendidikan Islam dikenal dengan istilah Adab Al-Din dan Adab Al-Dunnya.”4 Tidaklah berlebihan jika ada sebuah ungkapan “aththariqah ahammu minal maddah”, bahwa metode jauh lebih penting dibanding materi, karena sebaik apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh metode yang tepat, 3 Muhammad al-Ghazali, Berdialog dengan Al-Qur’an, ( Bandung : Mizan, 1999), cet IV, h. 21. 4 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1994), cet XIX, h. 173. 3 tujuan tersebut sangat sulit untuk dapat tercapai dengan baik. Namun materi juga menurut saya memiliki peranan yang sangat penting didalam pencapaian keberhasilan peserta didik karena apabila materi yang disampaikan tidak relevan maka akan memberikan pengaruh yang tidak baik juga terhadap keberhasilan peserta didik sehingga sebagai pendidik harus mampu menyeimbangkan antara pemahaman penyampaian materi dan penggunaan metode yang tepat didalam proses belajar mengajar. Sebab metode akanmempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara lengkap atau tidak.Oleh sebab itu pemilihan metode pendidikan harus dilakukan secara cermat, disesuaikan dengan berbagai faktor terkait, sehingga hasil pendidikan dapat memuaskan.5Apa yang dilakukan Rasulullah SAW saat menyampaikan wahyu Allah SWT kepada para sahabatnya bisa kita teladani, karena Rasulullah SAWsejak awal sudah mengimplementasikan metode pendidikan yang tepat terhadap para sahabatnya. Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat dalam menyampaikan ajaran Islam.Rasulullah SAW sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter seseorang, sehingga nilainilai Islami dapat ditransfer dengan baik. Rasulullah SAW juga sangat memahami naluri dan kondisi setiap orang, sehingga beliau mampu menjadikan mereka suka cita, baik meterial maupun spiritual, beliau senantiasa mengajak orang untuk mendekati Allah swt. dan syari‟at-Nya.6 Manusia sebagai makhluk Paedagogik membawa potensi dapat mendidik dan dididik. Dengan potensi tersebut manusia mampu menjadi khalifah dimuka bumi, pendukung dan pengembang kebudayaan. Ia dilengkapi dengan fitrah Allah SWT berupa keterampilan yang berkembang sesuai dengan kedudukannuya sebagai makhluk yang mulia.7 Melihat fenomena yang terjadi, nampaknya di zaman sekarang ini aspek-aspek pendidikan Islam khususnya metode pendidikan Islam adalah hal 5 Qamari Anwar, Pendidikan sebagai karakter budaya bangsa,(Jakarta: UHAMKA Press, 2003), h. 42 6 Ramayulis dan Nizar, Samsu, 2009, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia), h. 35 7 Zakiyah Darajat, ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara bekerja sama dengan Direktorat jendral Pembinaan kelembagaan, 1999), cet . 111, h.1. 4 yang sangat sulit untuk dipraktekan dalam dunia pendidikan yang menciptakan pendidikan yang lebih Islami, karena pada umumnya para pendidik hanya menggunakan metode itu-itu saja yang dikembangkan oleh dunia Barat dalam proses pendidikannya. Akan tetapi tidak sedikit pula para cendikiawan muslim yang sudah menggunakan metode dengan tepat didalam menyampaikan suatu pembelajaran tidak hanya dunia Barat yang mengembangkannya dengan munculnya para cendikiawaan muslim sekarang ini juga sudah menunjukan bahwa orang muslimpun tidak tertinggal oleh Barat karenasebenarnya metode pendidikan itu sudah dijelaskan secara terperinci didalam al-Qur‟an, namun pada prakteknya seolah-olah orang Islam tidak mempergunakannya dan hanya sebagian kecil pendidik yang menggunakannya. Mengingat pentingnya Pendidikan Islam bagi terciptanya kondisi lingkungan yang harmonis, diperlukan upaya serius untuk menanamkan metode pendidikan secara lebih intensif, Pendidikan Islam berfungsi sebagai panduan bagi manusia agar mampu memilih dan menentukan suatu perbuatan dan selanjutnya menetapkan metode mana yang baik diterapkan didalam proses pendidikan yang Islami. Penulis melihat bahwa Q.S An-Nahl : 125-127 memiliki kandungan makna tentang metode pendidikan yang sangat menarik untuk diungkapkan lebih jauh dan mendalam lagi seperti bagaimana cara mengajak orang kepada kebaikan didalam belajar sesuai dengan metode yang terdapat didalam surat An-Nahl 125-127, Didalam ayat ini juga dijelaskan bagaimana seorang guru memberikan hukuman kepada murid yang tidak menyakiti dan membuat kecil hati seorang murid, selain itu dijelaskan pula bahwa seorang guru harus pandai menahan emosi amarahnya kepada murid yang menciptakan guru tersebut harus bersifat lebih sabar dan tabah dalam menghadapi murid. Melihat dari kandungan ayat tersebut membuat hati penulis lebih tertarik untuk mengkaji lebih jauh lagi dari metode-metode apa saja yang terkandung didalamnya dan akan dikaji secara lebih spesifik lagi agar memudahkan penulis didalam penyampaiannya. Atas pertimbangan inilah 5 maka penulis mengangkat permasalah tersebut yang akan dituangkan dalam bentukskripsi dengan judul “METODE PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN(KAJIAN QS. AN-NAHL AYAT 125-127)” B. Identifikasi Masalah Didalam Al-Qur‟an terdapat banyak metode-metode Pendidikan Islam seperti: 1. QS. Luqman ayat 12-19 memiliki beberapa metode Pendidikan Islam yaitu, a). metode mendidik dengan keteladanan atau Qudwah Hasanah, b) metode mendidik dengan kisah atu cerita, c). metode mendidik dengan nasehat. 2. Metode Pendidikan yang terdapat didalam Al-Qur‟an surat An-nahl ayat 125-127. 3. Metode pendidikan yang terdapat didalam Al-Qur‟an surat Yusuf ayat 111 yakni metode kisah. 4. Metode pendidikan yang terdapat didalam Al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 75-76 yakni metode amtsal atau perumpamaan. C. Pembatasan Masalah Dari beberapa banyaknya metode yang penulis ungkapkan didalam identifikasi masalah diatas maka penulis membatasi pembahasan didalam penelitian skripsi ini hanya pada metode-metode yang terkandung didalam surat An-Nahl ayat 125-127. D. Perumusan Masalah Dari uraian di atas, ada permasalahan penting yang akan diungkap dalam penelitian ini, yaitu: Metode pendidikan apakah yang terkandung dalam al-Qur‟an surat an-Nahl ayat 125-127? 6 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui metode Pendidikan dalam Al-Qur‟an (QS. An-Nahl 125-127). 2. Manfaat Penelitian a. Untuk menambah Khasanah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi penulis. b. Dapat memberikan konstribusi dalam ilmu pengetahuan, khususnya dalam dunia Pendidikan Islam. c. Penelitian ini merupakan langkah awal dan dapat ditindak lanjuti oleh peneliti berikutnya. 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Acuan Teori 1. Pengertian metode Pendidikan Kata metode berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologi, kata metode berasal dari dari dua suku perkataan, yaitu meta dan hodos.Meta berarti “melalui dan hodos berrti “jalan” atau “cara”8.Dalam Bahasa Arab metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.9 Sedangkan dalam bahasa Inggris metode disebut method yang berarti cara dalam bahasa Indonesia.10 Sedangkan menurut terminologi (istilah) para ahli memberikan definisi yang beragam tentang metode, terlebih jika metode itu sudah disandingkan dengan kata pendidikan atau pengajaran diantaranya : a. Winarno Surakhmad mendefinisikan bahwa metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan11 8 Ramayulis dan Samsu Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya,( Jakarta : Kalam mulia, 2009), halaman 209. 9 Shalih Abd. Al Aziz, at tarbiyah wa thuriq al tadris, kairo, maarif, 119 H, hal. 196 dalam Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2008), hal. 2-3. 10 John M Echol dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1995), hal. 379. 11 Winarno, Surakhmad, Pengantar interaksi Belajar Mengajar, (Bandung : Tarsito, 1998), hal. 96 7 8 b. Abu Ahmadi mendefinisikan bahwa metode adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur12 c. Ramayulis mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian metode mengajar merupaka alat untuk menciptakan proses pembelajaran.13 Omar Mohammad mendefinisikan bahwa metode mengajar bermakna segala kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestiankemestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan muridnya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan menolong muridmuridnya untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.14 Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli mengenai pengertian metode di atas, beberapa hal yang harus ada dalam metode adalah : a. Adanya tujuan yang hendak dicapai b. Adanya aktivitas untuk mencapai tujuan c. Aktivitas itu terjadi saat proses pembelaran berlangsung d. Adanya perubahan tingkah laku setelah aktivitas itu dilakukan. Ada istilah lain yang dalam pendidikan yang mengandung makna berdekatan dengan metode, yaitu pendekatan dan teknik/strategi. Pendekatan merupakan pandangan falsafi terhadap subject matter yang harus diajarkan15dapat juga diartikan sebagai pedoman mengajar yang bersifat realistis/konseptual. Sedangkan teknik/strategi adalah siasat atau cara penyajian yang dikuasai pendidik dalam mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik di dalam kelas, agar bahan pelajaran dapat dipahami dan digunakan dengan baik. 12 Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : Pustaka Setia, 2005), hal. 52 Ramayulis,Metodologi Pendidikan Agama Islam,(Jakarta : Kalam Mulia, 2008),h.3 14 Omar Mohammad, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1979), hal.553 15 Ramayulis dan Samsu Nizar, Filsafat Pendidikan Islam( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002), hal 209 13 9 2. Penggunaan Metode Pendidikan Kaitannya dengan penggunaan metode, Hasan Langgulung berpendapat bahwa penggunaan metode didasarkan atas tiga aspek pokok yaitu: a. sifat-sifat dan kepentingan yang berkenaan dengan tujuan utama pendidikan Islam, yaitu pembinaan manusia mukmin yang mengaku sebagai hamba Allah. b. Berkenaan dengan metode-metode yang betul-betul berlaku yang disebutkan dalam al-Qur‟an atau disimpulkan dari padanya. c. Membicarakan tentang pergerakan (motivation) dan disiplin dalam istilah al-Qur‟an disebut ganjaran (shawab) dan hukuman ('iqab).16 Dalam pendidikan yang diterapkan di Barat, metode pendidikan hampir sepenuhnya tergantung kepada kepentingan peserta didik, para guru hanya bertindak sebagai motivator, stimulator, fasilitator, ataupun hanya sebagai instruktur.Sistem yang cendrung dan mengarah pada peserta didik sebagai pusat ini sangat menghargai adanya perbedaan individu para peserta didik. Hal ini menyebabkan para guru hanya bersikap merangsang dan mengarahkan para peserta didik mereka untuk belajar dan memberi mereka kebebasan, sedangkan pembentukan krakter dan pembinaan moral hampir kurang menjadi perhatian guru.17 Akibat penerapan metode yang demikian itu menyebabkan pendidikan kurang membangun watak.Dihubungkan dengan fenomena yang timbul di masyarakat di mana guru semakin tidak dihormati oleh peserta didiknya. Selain itu, harus pula diperhatikan terhadap penggunaan metode ialah disesuai dengan turunnya ayat-ayat al-Qur‟an, yang mana ayat-ayat dalam alQur‟an diturunkan secara bertahap dan disesuaikan dengan kondisi masyarakat pada saat itu. 16 Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1985), hlm. 79 17 Ramayulis, Op. Cit., hlm. 5 10 Sehingga dengan begitu penggunaan metode dalam pendidikan harus melihat dan disesuaikan dengan kondisi peserta didik, agar kemudian materi yang disampaikan dalam pendidikan akan mengena sesuai dengan yang direncanakan. Hal tersebut memperkuat dalam penggunaan metode pendidikan tidak boleh asal-asalan, sebisa mungkin disesuaikan dengan perkembangan peserta didik dan membuktikan bahwa adanya al-Qur‟an membantu dalam memformulasikan penggunaan metode dalam pendidikan.Sebab di dalam sumber tersebut banyak hal yang kemudian dapat dijadikan bahan terkait dengan metode pendidikan. Di samping itu, kenggunaan metode pendidikan menurut Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany berguna untuk:18 a. Menolong siswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan berfikir yang logis dan sistematis. b. Membiasakan pelajar berfikir sehat, rajin, sabar, dan teliti dalam menuntut ilmu. c. Memudahkan pencapaian tujuan proses belajar mengajar (PBM) sebagaimana yang telah ditentukan sebelumnya. d. Menciptakan suasana proses belajar mengajar (PBM) yang kondusif, komunikatif, dan terciptanya hubungan yang harmonis antara guru dengan anak didik, sehingga pada akhirnya bermuara kepada pencapaian tujuan pendidikan. 3. Prinsip-prinsip Metode Pendidikan Prinsip merupakan pendirian utama yang dimiliki oleh masing-masing individu, kelompok-kelompok dan lain sebagainya.19Dari pengertian tersebut subuah prinsip sangat dibutuhkan, terlebih lagi dalam metode pendidikan. 18 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), hlm. 96-97 19 M. Dahlan dkk, Kamus Induk Istilah Ilmiah, (Surabaya: Penerbit Target Press, 2003), hlm. 632 11 Menurut A. Fatah Yasi, prinsip-prinsip dalam pendidikan Islam adalah sebagai berikut:20 a. Motivasi. Penerapan metode diarahkan untuk memberikan dorongan agar peserta didik aktif belajar dan mengikuti pelajaran. b. Perhatian. Penerapan metode diarahkan untuk dapat membangkitkan perhatian peserta didik agar tertarik terhadap persoalan-persoalan yang disampaikan atau yang sedang dipelajari, melalui penerapan metode tersebut. c. Peragaan. Penerapan metode diarahkan untuk dapat memberi kesempatan kepada peserta didik supaya memeragakan atau mendemonstrasikan perolehan. d. Apresiasi. Penerapan metode diarahkan untuk dapat dijadikan sebagai sarana penghubung dengan apa yang pernah dikenal oleh peserta didik sebelumnya, berkaitan dengan persoalan yang sedang dipelajari. e. Individualitas. Penerapan metode diarahkan untuk dapat dijadikan sebagai sarana penghubung dengan bakat dan krakter masing-masing individu peserta didik. f. Konsentrasi. Penerapan metode diarahkan untuk dapat dijadikan sebagai sarana yang bisa memusatkan daya konsentrasi peserta didik pada persoalan yang sedang dipelajari. g. Korelasi. Penerapan metode diarahkan untuk dapat dijadikan sebagai sarana yang bisa mengajak peserta didik agar dapat menghubungkan mata pelajaran satu dengan yang lainnya. h. Sosialisasi. Penerapan metode diarahkan untuk dapat dijadikan sebagai sarana yang bisa mengajak peseta didik menyesuaikan dengan keadaan lingkungan sosial. i. Penilaian. Penerapan metode diarahkan untuk dapat dijadikan sebagai sarana yang bisa dipakai oleh pendidik dalam memantau, menilai dan merekam partisipasi aktif peserta didik dalam memahami, menghayati, dan berperilaku dalam belajar. 20 A. Fatah Yasin, Op. Cit., hlm. 138-139 12 Di samping beberapa prinsip di atas, masih ada lagi yang peneliti kutip dari bukunya Abdul Mujib dan Jusuf Muzkkir, yang tidak disebutkan dalam bukunnya A. Fatah Yasin. Beliau berdua menggunakan istilah asas, dalam kamus dan tesaurus bahasa Indonesia antara kata prinsipdan asas mempunya kesamaan arti21. Peneliti sendiri memahami dalam kedua buku tersebut mempunya maksud dan tujuan yang sama. Asas-asas tersebut adalah sebagai berikut22: a. Asas Kebebasan, yaitu asas yang memberikan keleluasaan keinginan dan tindakan bagi peserta didik dengan dibatasi atas kebebasan yang mengacau pada hal-hal yang bersifat negatif. asas ini mengandung tiga aspek, yaitu self-directendnees, self-discipline, dan self-control. asas ini menyarankan membuat keputusan-keputusan tentang tindakan seseorang didasarkan pada ukuran kebijakan, dan mampu membuat pilihan berdasarkan nilai-nilai pribadi, dan adanya pengarahan diri sehingga sistem control diri berkembang. b. Asas Lingkungan, asas yang menentukan metode dengan berpijak pada pengaruh lingkungan akibat interaksi dengan lingkungan. Walaupun peserta didik lahir dengan berbekal pembawaan, pembawaan itu masih bersifat umum yang harus dikembangkan melalui interaksi lingkungan, sehingga pembawaan akanbersatu, merupakan tetapi dan lingkungan bukanlah hal saling batas-batas membutuhkan kemungkinan yang mengingat dapat yang tidak pembawaan dicapai dari lingkungannya. c. Asas Globalisai, asas sebagai akibat pengaruh psikologis totalitas, yaitu peserta didik bereaksi terhadap lingkungan secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tertapi juga secara fisik, sosial dan sebagainya. d. Asas Pusat-pusat Minat, asas yang memperhatikan kecendrungan jiwa yang tetap kejurusan suatu hal yang berharga bagi seseorang. Sesuatu 21 M. Dahlan dkk, Op. Cit., hlm. 632 dan Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), hlm. 36 dan 488 22 Abdul Mujib dan Jusuf Muzakkair. Op. Cit,.hlm. 174-175 13 berharga apabila sesuai dengan kebutuhan. Pelaksanaan asas pusat-pusat minat dalam Islam dengan ruang lingkupnya terdiri atas bahan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, dan manusia terhadap alam semesta. e. Asa Keteladanan, pada fase-fase tertentu, peserta didik memiliki kecendrungan belajar lewat peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang di sekitarnya, khususnya pada pendidik yang utama (orang tua). Asas keteladanan efektif digunakan pada fase-fase ini, misalnya kisah Qabil dalam mengebumikan Habil-adik yang telah membunuhnya-meniru contoh yang diberikan burung gagak dalam mengubur gagak yang lain, di mana penguburan gagak tersebut merupakan ilham dari Allah SWT. (QS. al-Maidah:31) f. Asas Pembiasaan, asas yang memperhatikan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh peserta didik. Pembiasaan merupaka upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukan peserta didik. Upaya pembiasaan sendiri dilakukan mengingat manusia mempunyai sifat lupa dan lemah. 4. Dasar-dasar Metode Pendidikan Metode pendidikan dalam penerapannya banyak menyangkut permasalahan individu atau sosial peserta didik dan pendidikan itu sendiri, sehingga dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan. Sebab metode pendidikan itu hanyalah merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar-dasar metode pendidikan tersebut. Dalam konteks ini, metode pendidikan tidak terlepas dari dasar agamis, biologis, psikologis, dan sosiologis. a. Dasar Agama Pelaksanaan metode pendidikan yang dalam prakteknya banyak terjadi di antara pendidik dan peserta didik dalam kehidupan masyarakat yang luas, memberikan dampak yang besar terhadap kepribaidan peserta 14 didik. Oleh karena itu, agama merupakan salah satu dasar metode pendidikan dan pengajaran.23 Al-Qur‟an dan hadits tidak bisa dilepaskan dari pelaksanaan pendidikan.Dalam kedudukannya sebagai dasar ajaran Islam, maka dengan sendirinya metode pendidikan Islam harus merujuk pada kedua sumber ajaran tersebut.Sehingga segala penggunaan dan pelaksanaan metode pendidikan tidak menyimpang dari tujuan pendidikan itu sendiri. b. Dasar Biologis Perkembangan biologis manusia berpengaruh dalam perkembangan intelektualnya.Sehingga semakin berkembang biologi seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula daya intelektualnya.24Dalam memberikan pendidikan dan pengajaran, seorang pendidik harus memperlakukan biologis peserta didik.25 Perkembangan jasmani (biologis) seorang juga mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap dirinya.26 Seorang peserta didik yang cacat akan berpengaruh terhadap prestasi peserta didik,27 baik pengarus positif maupun negatif. Maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan dan kondisi jasmani itu memegang peranan penting dalam proses pendidikan. Sehingga dalam penggunaan metode pendidikan seorang pendidik harus memperhatikan kondisi biologis peserta didik. 23 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu analisis Psikologis, (Jakarta: AlHusna, 1986), hlm. 40 24 H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Indesipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm. 198 25 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 20 26 F.J. Monks, et.al.,Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Aspeknya, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994), hlm. 21 27 Omor Mohammad al-Tauomy al-Syaibany, falsafat Pendidikan Islam, Terjemahan Hasan Langgulung, (Jakarta, Bulan Bintang, 1979), hlm. 589 15 c. Dasar Psikologis Tentang dasar psikologis, maka yang dimaksud adalah sejumlah kekuatan psikologis termasuk motivasi, kebutuhan, emosi, sikap, keinginan, kesediaan, bakat-bakat, dan kecakapan akal (intelektual)28. Di antara kebutuhan-kebutuhan jiwa yang patut dipelihara guru dalam metode dan cara mengajarnya adalah kebutuhan kepada ketentraman, kebutuhan terhadap kecintaan, kebutuhan kepada penghargaan, kebutuhan untuk menyatakan diri, kebutuhan kepada kejayaan, kebutuhan untuk tergolong dalam kumpulan, dan kebutuhan terhadap perwujudan (self-actualization)29. d. Dasar Sosiologis Interaksi pendidikan yang terjadi dalam masyarakat justru memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan peserta didik dikala ia berada di lingkungan masyarakatnya. Kada-kadang interaksi/ pengaruh dari masyarakat tersebut berpengaruh pula terhadap lingkungan kelas dan sekolah.30 Dengan dasar di atas, seorang pendidik dalam menginternaslisasi nilai yang sudah ada dalam masyarakat (sosial value) diharapkan dapat menggunakan metode pendidikan Islam agar proses pembelajaran tidak menyimpang jauh dari tujuan pendidikan Islam itu sendiri.31 5. Jenis-jenis Metode Pendidikan Secara rinci metode-metode tersebut penjelasannya adalah sebagai berikut:32 a. Metode Ceramah Metode ceramah ialah sebuah bentuk interaksi edukatif melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru atau pendidik terhadap sekelompok pendengar (murid). 28 Omor Mohammad al-Tauomy al-Syaibany, Op. Cit., hlm. 590 Omor Mohammad al-Tauomy al-Syaibany, Ibid.,hlm. 591 30 Harun Nasution dan Bakhtiar Effendy, Hak Asasi Manusia dalam Islam, (Jakarta: P ustaka Firdaus, 1987), hlm. 50 31 Omor Mohammad al-Tauomy al-Syaibany, Op. Cit., hlm. 591 32 Silahkan baca bukunya Zuhairini dan Ghofir, Op. Cit,.hlm. 61-75 dan bukunya Martinis Yamin, Op. Cit., hlm. 152-170 29 16 b. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah cara penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajukan pertanyaan dan murid memberikan jawaban. Atau sebaliknya murid bertanya dan guru memberikan jawabannya.Dengan demikian, diharapkan terjadi dialog antara guru dan murid. c. Metode Diskusi Secara umum, metode diskusi sebagai salah satu metode interaktif edukatif diartikan sebagai metode di dalam mempelajari bahan atau penyampaian bahan pelajaran dengan jalan mendiskusikannya (tukar pendapat), sehingga menimbulkan pengertian, pemahaman, serta perubahan tingkah laku murid.33 d. Metode Latihan Siap Metode latihan siap sebagai salah satu metode interaktif edukatif dalam pendidikan dan pengajaran, dilaksanakan dengan jalan melatih anak-anak (murid) terhadap bahan-bahan pelajaran yang diberikan.Penggunaannya biasanya pada bahan-bahan palajaran yang bersifat motoris dan keterampilan.Dengan melakukan latihan berkali-kali, terus-menerus secara tertib dan teratur, pengetahuan dan pemahaman dapat diperoleh dan disempurnakan oleh murid. e. Metode Demonstrasi dan Eksperimen Demonstrasi dan eksperimen merupakan metode interaktif edukatif yang sangat efektif dalam membantu murid untuk mengetahui proses pelaksanaan sesuatu, apa unsur yang terkandung di dalamnya, dan cara mana yang paling tepat dan sesuai, melalui pengamatan induktif. Dengan pengertian lain, yang lebih sederhana, metode Demonstrasi dan Eksperimen adalah suatu metode mengajar di mana seorang guru atau 33 Adapun masalah yang baik untuk didiskusikan ialah: 1) menarik minat anak-anak sesuai dengan taraf usianya dan merupakan masalah yang up to date. 2) mempunyai kemungkinan pemecahan lebih dari satu jawaban yang masing-masing dapat dipertahankan; kemudian berusaha menemukan jawaban yang setepat-tepatnya dengan jalan musyawarah (diskusi). H. Zuhairi dkk, Methodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Biro Ilmiyah Fakultas tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1981), hlm. 89 17 orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu kaifiyah melakukan sesuatu, misalnya cara mengambil wudhu‟. f. Metode Pemberian Tugas Belajar Metode pemberian tugas34 belajar yang dalam percakapan seharihari disebut metode pekerjaan rumah adalah metode interaktif edukatif, di mana murid diberi tugas khusus (sehubungan dengan bahan pelajaran) di luar jam-jam pelajaran.Dalam pelaksanaanya, murid-murid dapat mengerjakan tugasnya tidak hanya di rumah, tetapi dapat dikerjakan juga di perpustakaan, laboratorium, ruang-ruang praktikum dan sebagainya.Kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan terhadap guru. g. Merode Pembelajaran Terprogram Metode pembelajaran terprogram menggunakan bahan pengajaran yang disiapkan secara khusus.Isi pengajaran di dalamnya harus dipecahkan menjadi langkah-langkah kecil, diurut dengan cermat, diarahkan untuk mengurangi kesalahan, dan diikuti dengan umpan balik segera.Siswa mendapat kebebasan untuk belajar menurut kecepatan masing-masing. h. Metode Latihan Bersama Teman Metode latihan bersama teman memanfaatkan siswa yang telah lulus atau berhasil untuk melatih temannya dan ia bertindak sebagai pelatih, pembimbing seorang siswa yang lain. Ia dapat menentukan metode pembelajaran yang disukainya untuk melatih temannya tersebut. Setelah teman berhasil atau lulus, kemudia ia bertindak sebagai pelatih bagi seorang teman yang lain. 34 Metode pemberian tugas (resitasi) sering diartikan sebagai pekerjaan rumah, akan tetapi sebenarnya metode pemberian tugas ini mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dibandingkan dengan pekerjaan rumah. Karena metode pemberian tugas adalah pemberian tugas dari guru kepada anak-anak untuk diselesaikan dan dipertanggungjawabkan.Siswa dapat menyeleasikan di sekolah, di perpustakaan, di laboratorium, di rumah atau di tempat-tempat lain yang kiranya dapat menunjang terselesainya tugas yang dibebankan kepadanya.Soetomo, Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar, (Surabaya: Penerbit Usaha Nasional, 1993), hlm. 159-160 18 i. Metode Simulasi Metode simulasi ini menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau benda yang sebenarnya. Penggunaan metode simulasi ini perlu memperhatikan; (a) pada tahap permulaan proses belajar mengajar, diperlukan tingkat di bawah realitas. Siswa diharapkan mengindetifikasi lokasi tujuan, sifat-sifat benda, tindakan yang sesuai dengan kondisi tertentu dan sebagainya, (b) pada tahap pertengahan proses belajar mengajar, diperlukan tingkat realitas yang memadai. Siswa diharapkan dapat mempelajari sesuatu dalam kaitan dengan pengetahuan yang lebih luas dan memulai mengkordinasikan keterampilan-keterampilan, (c) pada tahap terakhir diperlukan tingkat realitas yang tinggi, (d) siswa diharapkan dapat melakukan pekerjaan seperti seharusnya. j. Metode Studi Kasus Metode ini berbentuk pelepasan tentang masalah kejadian, atau situasi tertentu, kemudian siswa ditugasi mencari alternatif pemecahannya.Kemudian metode ini dapat juga dipergunakan untuk mengembangkan berfikir kritis dan menemukan solusi baru dari satu topik yang dipecahkan. Metode ini dapat dikembangkan atau diterapkan pada siswa, manakala siswa mempunyai pengetahuan awal tentang masalah ini. Metode ini memiliki keterbatasan sebagai berikut; (a) mendapat kasus yang telah ditulis dengan baik sebagai hasil penelitian lapangan dan sesuai dengan lingkungan kehidupan siswa, (b) mengembangkan kasus yang sangat mahal. k. Metode Insiden Metode ini hampir sama dengan metode studi kasus, akan tetapi siswa dibekali dengan data dasar yang tidak lengkap tentang suatu kejadian atau peristiwa. Mereka harus mencari data tambahan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka tentang kejadian dan peristiwa tersebut data ini sudah tersedia di sekolah dan ada pada guru, maka guru harus mempersiapkan data itu untuk diberikan kepada siswa yang membutuhkannya. 19 Metode ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan metode studi kasus, siswa belajar menyelami permasalahan, kemudian mereka berusaha memecahkan masalah, dalam hal ini menumbuh kembangkan cara berfikir siswa sebagaimana yang dikehendaki dalam studi mandiri, siswa berfikir kritis, kreatif. Metode ini dapat berguna bagi kehidupan siswa dalam memecahkan, menyelami masalah kehidupan sehari-hari. l. Metode Karyawisata Melalui karyawisata, sebagai metode interaktif edukatif, murid dibawah bimbingan guru mengunjungi tempat-tempat tertentu denga tujuan belajar.Dengan demikian, ada keterikatan oleh tujuan dan tugas belajar. Dalam perjalanan karyawisata, ada hal tertentu yang telah diprogramkan dalam proses belajar mengajar untuk dipelajari murid. m. Metode Kerja Kelompok Metode kerja kelompok dalam proses belajar mengajar adalah kelompok kerja dari kumpulan beberapa individu yang bersifar pedagogis yang di dalamnya terdapat adanya hubungan timbal balik (kerja sama) antara individu saling percaya. Dengan pengertian lain, guru dalam menghadapi murid-murid di kelas merasa perlu membagi mereka dalam beberapa kelompok untuk memecahkan suatu masalah atau untuk mengerjakan sesuatu tugas atau pekerjaan secara bersama-sama. n. Metode Sosiodrama atau Bermain Peranan Metode sosiodrama35 adalah metode mengajar dengan mendemonstrasikan cara bertingkah laku dalam hubungan sosial. Sedangkan bermain peranan menekankan kenyataan di mana para murid 35 Bermain mempunyai empat macam arti, yaitu (1) sesuatu yang bersifat sandiwara, di mana pemain memainkan peranan tertentu sesuai dengan lakon yang sudah tertulis, dan memainkannya untuk tujuan hiburan; (2) sesuatu yang bersifat sosiologis, atau pola-pola perilaku yang ditentukan oleh norma-norma sosial; (3) suatu perilaku tiruan atau perilaku tipuan di mana seorang berusaha memperbodoh orang lain dengan jalan berprilaku yang berlawanan dengan apa yang sebenarnya diharapkan, dirasakan atau diinginkan; (4) sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan di mana individu memerankan situasi yang imajinatif dengan tujuan untuk membantu tercapainya pemahaman diri sendiri, meningkatkan keterampilan-keterampilan, menganalisis perilaku, atau ,menunjukkan pada orang lain bagaimana seseorang harus bertingkah laku. Ahmad Munjin Nasih dkk, Metode dan Teknik pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Rafika Aditama, 2009, cetakan pertama), hlm. 77 20 diikutsertakan dalam memainkan peranan di dalam mendemonsrtasikan masalah-masalah sosial. o. Metode Studi Mandiri Metode studi mandiri36 berbentuk pelaksanaan tugas membaca atau meneliti oleh siswa tampa bimbingan atau pengajaran khusus. Metode studi mandiri ini hanya dapa dipergunakan manakala siswa mampu menentukan sendiri tujuannya dan dapat memperoleh sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. p. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving) Metode pemecahan masalah adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan mengajak dan memotivasi murid untuk memecahkan masalah dalam kaitannya dengan kegiatan proses belajar mengajar. Metode ini sangat baik digunakan untuk melatih murid-murid berpikir kritis dan dinamis terhadap suatu masalah tertentu.Selain itu, juga melatih keberanian dan rasa tanggung jawab murid dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan yang ada di masyarakat. q. Metode Praktikum Metode praktikum dapat dilakukan kepada siswa setelah guru memberikan arahan, aba-aba, petunjuk untuk melaksanakannya.Kegiatan ini berbentuk praktik dengan mempergunakan alat-alat tertentu, dalam hal ini guru melatih keterampilan siswa dalam mempergunakan alat-alat yang telah diberikan kepadanya serta hasil dicapai mereka. r. Metode Proyek Metode proyek merupakan pemberian tugas kepada semua siswa secara individual.Siswa dituntut untuk mengamati, membaca, meneliti, emudian siswa diminta untuk membuat laporan dari tugas yang diberikan kepadanya dalam bentuk makalah.Metode ini bertujuan untuk membentuk analisis masing-masing siswa. 36 Metode ini dilakukan dengan cara; a) memberi daftar bacaan kepada siwa yang sesuai dengan kebutuhannya, b) menjelaskan hasil yang ingin diharapkan dicapai oleh siswa pada akhir kegiatan studi mandiri, c) mempersiapkan tes untuk menilai keberhasilan siswa. Martinis Yamin, Op. Cit., hlm. 160 21 s. Metode Seminar Metode seminar merupakan kegiatan belajar sekelompok siswa untuk membahas topik, masalah tertentu.Setiap anggota kelompok seminar dituntut agar berperan aktif, dan kepada mereka dibebankan tanggung jawab untuk mendapatkan solusi dari topik, masalah yang dipecahkan. Guru bertindak sebagai nara sumber. Seminar merupakan pembahasan yang bersifat ilmiyah, topik pembicaraan adalah hal-hal yang bertalian dengan masalah kehidupan sehari-hari.Sebuah seminar adalah sebuah kegiatan pembahasan yang mencari pedoman-pedoman atau pemecahan masalah tertentu.Itulah sebabnya maka seminar selalu diakhiri dengan kesimpulan-kesimpulan dan keputusan-keputusan yang merupakan hasil semua peserta.Malahan tidak jarang seminar melahirkan rekomendasi dan resolusi. t. Metode Simposium Metode simposium adalah metode yang memaparkan suatu seri pembicaraan dalam berbagai kelompok topik dalam materi tertentu.Materi-materi tersebut disampaikan oleh ahli dalam bidangnya, setelah itu peserta dapat menyampaikan pertanyaan dan sebagainya kepada pembicara. Sebuah simposium hampir menyerupai panel, karena simposium harus pula terdiri atas beberapa pembicara, sedikitnya dua orang. Tetapi simposium berbeda dengan panel dalam cara pembahasan persoalan, sifatnya lebih formal. Bentuk lain pola simposium dapat dikelompokkan pada sejumlah aspek, dan setiap aspek disoroti tersendiri dan khusus, tidak perlu dari berbagai sudut pandang. Prasaran menyiapkan tulisan yang dibagi-bagikan kepada peserta dan diadakan sanggahan dari ahli tertentu yang disebut penyanggah utama.Pendengar dapat memberikan pandangan umum dan pertanyaan sesudah penyanggah utama. 22 u. Metode Tutorial Metode tutorial merupakan cara menyampaikan bahan pelajaran yang telah dikembangkan dalam bentuk modul untuk dipelajari siswa secara mandiri. Siswa dapat mengkonsultasikan tentang masalah-masalah dan kemajuan yang ditemuinya secara periodik.Metode ini biasanya dilakukan pada SLTP terbuka, paket B, C dan belajar jarak jauh dengan tatap muka yang terjadwal. v. Metode Deduktif Metode dedukti merupakan pemberian penjelasan tentang prinsipprinsip isi pembelajaran, kemudian dijelaskan dalam bentuk penerapannya atau contoh-contohnya dalam situasi tertentu.Metode ini menjelaskan teoritis ke bentuk realitas atau menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke sifat-sifat khusus. Guru menjelaskan teori-teori yang ditemui oleh para ahli, kemudian menjabarkan kenyataan yang terjadi atau mengambil contoh-contoh. Seperti makhluk yang bernyawa akan mati. Manusia, binatang adalah makhluk yang benyawa, maka ia akan mati. w. Metode Induktif Metode induktif dimulai dengan pemberian berbagai kasus, fakta, contoh, atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip.Kemudian siswa dibimbing untuk berusaha keras mensistensiskan, menemukan, atau menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran tersebut, metode ini disebut dengan metode discovery atau Socratic. x. Metode Computer Assisted Learning (CAL) Metode ini digunakan untuk kegiatan belajar yang berstruktur, di mana computer diprogramkan dengan permasalahan-permasalahan.Siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut atau mencari jawaban dengan mempergunakan computer dan seketika itu juga jawaban siswa diproses secara elektronik.Dalam beberapa detik siswa sudah mendapat jawaban atau umpan balik jawaban tersebut.CAL memberikan siswa untuk maju dengan kecepatan masing-masing mereka. 23 Metode ini dapat dipergunakan pada setiap tingkat pengetahuan dari yang sederhana sampai pada tingkat yang lebih kompkeks.Kesulitan penggunaan metode ini; (a) pengembangan program CAL membutuhkan biaya tinggi dan waktu lama, (b) pengadaan dan pemeliharaan alat mahal. Komentar penulis dari sekian banyak metode yang telah disebutkan diatas, Pada umumnya pendidik khususnya guru Pendidikan Agama Islam masih sering menggunakan metode yang itu-itu saja seperti metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi saja yang memberikan kesan membosankan bagi siswa, Tidak jarang juga pendidik menggunakan metode latihan siap. Metode demonstrasi dan eksperimen menurut penulis kadang digunakan oleh seorang pendidik untuk mengetahui sejauh mana pemahaman seorang siswa tentang materi yang diajarkan seperti melakukan praktik langsung contoh “ tatacarapelaksanaanshalat fardu”. Metode pemberian tugas belajar dilaksanakan diakhir proses belajar mengajar dengan tujuan pendidik mengetahui tingkat keberhasilan pendidik. Metode pembelajaran terprogram dilaksanakan ketika proses pembelajaran belum dimulai seperti perancangan RPP, metode latihan bersama teman sudah mulai dilaksanakan oleh peserta didik. Dan metodemetode lain yang pada umumnya sulit diterapkan didalam pembelajaran Agama Islam seperti metode simulasi, studi kasus, metode insiden, metode karya wisata, metode studi mandiri, dan metode pemecahan masalah.Maka dari itu seorang guru Agama Islam dituntut harus memiliki daya kreatifitas yang tinggi agar tercapainya hasil pembelajaran yang maksimal, menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan tidak membosankan. 6. Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an Ada baiknya sebelum menjelaskan dan merinci metode pendidikan yang terkandung di dalam al-Qur‟an, terlebih dahulu penulis sebutkan beberapa pendekatan yang diperlukan dalam metode pendidikan yang terkandung di dalam al-Qur‟an, pendekatan tersebut ialah sebagai berikut: 24 a. Pendekatan religius, bahwa manusia diciptakan memiliki potensi dasar (fitrah) atau bakat agama. b. Pendekatan filosofis, bahwa manusia adalah makhluk rasional atau berakal pikiran untuk mengembangkan diri dan kehidupannya. c. Pendekatan rasio-kultural, bahwa manusia adalah makhluk bermasyarakat dan berkebudayaan sehingga latar belakangnya mempengaruhi proses pendidikan. d. Pendekatan scientific, bahwa manusia memiliki kemampuan kognitif, dan afektif yang harus dikembangtumbuhkan.37 Sehingga dengan mengacu pada penjelasan di atas, sudah seharusnya dalam mendidik tidak hanya memandang dari perkembangan peserta didiknya saja, tapi juga hal yang sangat penting adalah beberapa hal yang mempengaruhinya. Ada pun beberapa metode yang terkandung di dalam al-Qur‟an, antara lain:38 a. Mau‟izhah hal demikian ditemukan pada diri Luqman yang mana anak dan istrinya dalam keadaan kafir. Oleh karenanya, Luqman menasehatinya sehingga keduanya beriman. b. Dialog, metode ini dapat dipahami sebagai jalan untuk membuka jalur informasi antara pendidik dengan peserta didik. Ada beberapa macam metode dialog di dalam al-Qur'an. Pertama, dialogis dengan pendekatan rasionalis, ditemukan pada nabi Nuh terhadap anaknya Kan'an. Tatkala seruan beriman tidak dihiraukan, kemudian nabi Nuh mendesak untuk beriman karena fuctural-rasional akan terjadi banjir yang siap menghancurkan dan menenggelamkan semuanya. Tetapi tawaran tersebut tidak berhasil, lantas Kan'an menggunakan nalar logisnya untuk menyelamatkan dirinya dengan cara pergi ke gunung. Kedua, dialogis37 Armai Arief, Op. Cit., hlm. 41 Silahkan lihat Mihtahul Huda, Interaksi Pendidikan 10 Cara Al-Qur’an Mendidik Anak, (Malang: UIN-Malang PRESS, 2008), hlm 315-320 dan buku karangan Abdul Mujib dan Jusuf Muzkkir, Op, Cit,.hlm. 189-196 serta buku karangan Triyo Supriyatno, Humanitas Spritual dalam Pendidikan, (Malang: UIN-Malang Press 2009), hlm. 27-28 38 25 demokratis-teologis, sebagaimana terjadi pada nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim mendialogkan mimpinya tentang penyembelihan anaknya (nabi Ismail). dialog tersebut dilakukan secara demokratis sekali, dan beliau menjelaskan bahwa perintah penyembelihan tersebut berasal dari Allah. Ketiga, dialogis-psikologis, yang telah dilakukan oleh nabi Ya'qub terhadap Yusuf, terkait dengan masalah mimpi yang dialami oleh nabi Yusuf. Keempat, dialogis-intuitif, metode ini menggambarkan dialog antara Maryam dan kaumnya yang pada akhirnya melibatkan nabi Isa. Maryam menyadari tidak mungkin menyelesaikan permasalahan yang dituduhkan keumnya. Maryam mengandalkan kekuatan transendental dari Allah dalam bentuk intuisi kepada Isa. Hal ini sebenarnya adalah pendidikan yang terjadi atas kekuatan mu'jizat Allah atas rasulnya. c. Prenatal-posnatal, metode ini dipahami pada interaksi pendidikan Ayarkha Hanna terhadap Maryam dan nabi Zakariya terhadap Yahya. Usaha-usaha untuk mendapatkan anak saleh dilakukan melalui do'a dan nazar. Berkalikali Zakariya berdo'a dengan uslub yang berbeda-beda menunjukkan kesungguhannya dalam memohon anak disaat usianya sendiri tua dan istrinya mandul. Demikian Hanna berazam untuk memiliki anak yang saleh, kemudian Allah mengabulkan dengan kelahiran nabi Yahya. d. Problem Solving, hal ini terlihat dalam interaksi Adam dengan Qabil dan Habil, serta interaksi nabi Ya'qub dengan putra-putranya (nabi Yusuf dengan saudaranya). Pendidikan nabi Adam terhadap anaknya yang sedang bertikai memperebutkan pasanganya. Meskipun pada akhirnya tidak tercapai sasaran yang dimaksud agar terjadi perdamaian antara keduanya. Demikian yang dilakukan nabi Ya'qub yang dilakukan terhadap saudara-saudara Yusuf untuk memberi solusi atas konflik internal keluarganya. e. Bantah-bantahan (al-mujadalah), sebenarnya metode ini hampir sama dengan teknik diskusi, hanya saja teknik ini diikuti oleh peserta yang heterogen, yang mungkin berbeda idiologis, agama, prinsip, filsafat hidup 26 atau perbedaan-perbedaan lainya. Hal ini didasarkan pada al-Qur‟an surat an-Nahl ayat 125. f. Metafora (al-amtsal), Muhammad Rasyid Ridla dalam al-Manar bahwa al-amtsal adalah perumpamaann baik berupa ungkapan, gerak, maupun melalui gambar-gambar. Dalam konteks pendidikan Islam, metode ini lebih mengarah kepada perumpamaann dalam segi ungkapan belaka (perhatiakn QS. al-Ankabut: 41-43, ar-Ra'd: 17, Ibrahim: 24-26, alBaqarah: 26). g. Imitasi (al-qudwah), hal ini dilakukan dengan menampilkan seperangkat teladan bagi diri pendidik untuk peserta didik melalui komunikasi interaksi di dalam kelas maupun di luar kelas. Sehingga tuntutan pendidik tidak hanya berceramah, berkhatbah, atau berdiskusi. Tetapi lebih penting lagi, mengamalkan semua ajaran yang telah dimengerti, sehingga peserta didik dapat meniru dan mencontohnya (QS. Ash-Shad: 2-3). Kemudian dalam bukunya Triyo Supriyatno, terkait dengan metode ini dijelaskan dengan menggunakan istilah metode pemberian teladan, hal ini terkait dengan penjelasan ayat yang artinya: Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia (QS. Al-Mumtahanah, 60: 4). Kemudian keteladanan ini diikuti oleh Muhammad SAW. Metode ini menjadi penting karena terdapat aspek afektif yang terwujud dalam bentuk tingkah laku (behavioral). h. Pemberian hukuman dan ganjaran. Muhammad Quthub mengatakan bila keteladanan dan pembiasaan tidak mampu, maka pada waktu itu harus diadakan tindakan tegas yang dapat meletakkan persoalan pada tempat yang benar, sebagai bentuk kelanjutan dari proses pengarahan dan bimbingan terhadap anak didik ke arah perkembangan yang lebih baik dan terarah, tindakan tegas itu adalah hukuman. Di dalam al-Qur‟an hukuman dikenal dengan ungkapan azab, kata tersebut di dalam al-Qur‟an sebanyak 373 kali (misalnya dalam QS. Al-Taubah : 74, al-Fath: 16, an-Nuh: 23, alMaidah: 38 dan lain sebagainya). Sedangkat ganjaran/ pahala diberikan kepada peserta didik yang taat terhadap aturan dan menunjukkan prestasi 27 yang baik. Dalam al-Qur‟an dikenal dengan istilah ajrun yang diulang sebanyak 105 kali (misalnya dalam QS. Ali Imran: 136, surat Hud: 11 dan lain sebagainya). B. Hasil Penelitian yang Relevan Sepanjang sepengetahuan penulis, skripsi yang membahas tentang metode memang sudah sangat banyak sekali akan tetapi yang membahas tentang metode yang terkandung didalam ayat Al-Qur‟an khususnya surat AnNahl 125-127 baru penulis sajayang mengkajinya secara khusus. Penulis menemukan skripsi yang hampir sama dengan skripsi yang sedang penulis teliti, skripsi tersebut berjudul “ Metode Pendidikan Islam dan Relevansinya dengan Metode Dakwah (kajian surat An-Nahl ayat 125, surat Al-Maidah ayat 67 dan surat Al-Imran ayat 159)” karya kakanda Zulkarnaen Fadli dengan Nim 104011000122 pada tahun 2009. Didalam skirpsinya ini membahas tentang metode dakwahnya saja yang terkandung didalam masingmasing surat dan ayatnya. Penelitian ini lebih menekankan kedalam aspek dakwahnya saja. Yang melihat dakwah dari segi aspek apa (ontologi), bagaimana (epitimologi), dan aspek untuk apa (aksiologi). Terutama yang berkaitan dengan tafsir Al-Misbah dan tafsir Fi Zhilalil Qur‟an yang merupakan fokus didalam penelitian ini. Sedangkan yang penulis tulis disini bukan hanya metode dakwah saja akan tetapi metode-metode yang lain yang terkandung didalam surat An-Nahl ayat125-127. 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis menggunakan Pure Library Research ( penelitian kepustakaan murni ), yaitu mengambil data menurut pendapat para ahli yang telah diformulasikan kedalam buku-buku tafsir dan pendidikan, yang merupakan sumber primer didalam penulisan ini adalah tafsirtafsir Al-Qur‟an yang berkaitan dengan surat An-Nahl ayat 125-127 diantaranya : tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab, tafsir Nurul Qur‟an karya Allamah Kamal Faqih Imani, tafsir Al-Maraghi karya Ahmad Mustafa Al-Maragi,kitab tafsir Aisar at-Tafsiri lil al-kalami al-Aliyyi al-Kabirkarya Abu Bakar Jabir AlJazair, dan buku-buku yang berkaitan dengan dengan isi yang terkandung didalam surat An-Nahl ayat 125-127 yang merupakan sebagai buku sekunder didalam penelitian ini. Dalam menganalisis data yang telah terkumpul, penulis menggunakan metode ContentAnalysis(analisis isi ), yaitu menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an dengan memaparkan berbagai metode yang terkandung didalam ayat tersebut yang sedang diteliti oleh penulis serta menerangkan makna-makna apa saja yang terkandung didalam ayat tersebut. Dalam menyelesaikan penelitian ini akan menggunakan deskriptif analisis, yaitu suatu metode yang membahas permasalahan dengan cara memaparkan atau menguraikan terlebih dahulu dengan pokok permasalahn secara lengkap, untuk kemudian menganalisisnya dalam rangka mendapatkan suatu kesimpulan yang tepat. 28 29 B. Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini menggunakan metode tafsir tahlili, kata tahlili berasal dari bahasa arab, yakni hallala yuhallilu yang berarti menguraikan atau menganalisa, menafsirkan ayat-ayat Quran dengan memaparkan adapun langkahlangkah dari metode dan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecendrungan mufasir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut. Dalam metode ini biasanya mufasir menguraikan maknanya yang dikandung oleh Alquran ayat demi ayat sesuai dengan urutannya di dalam mushaf. Uraian tersebut menyangkut berbagai aspek yang dikandung ayat yang ditafsirkan seperti: pengertian kosakata. Yang disampaikan oleh nabi, sahabat, para tabi‟in maupun mufasir lainnya., melengkapi pembahasan dengan hadist-hadist yang relevan sesuai dengan pokok bahasan, kompeherensif. dan memberi kesimpulan secara 39 1. Teknik Analisa Data Adapun metode pembahasan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode tahlili, yang diuraikan tahapan kerjanya dimulai dari: 1. Bermula dari kosakata yang terdapat pada setiap ayat yang akan ditafsirkan. 2. Menjelaskan munasabah atau hubungan ayat yang ditafsirkan antara ayat yang satu dengan yang lainnya 3. Menjelaskan makna yang terkandung pada setiap potongan ayat dengan menggunakan keterangan yang ada pada berbagai disiplin ilmu sebagai sebuah pendekatan 4. Menarik kesimpulan dari ayat tersebut yang berkenaan dengan hukum mengenai suatu masalah atau lainnya sesuai dengan kandungan ayat tersebut 40 39 Dr. Nasruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Quran, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1998), hal 31 40 Prof. DR.H. Abudin Nata, M.A, Studi islamkomprehesip, (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 169 30 C. Objek dan Waktu Penelitian 1. Objek didalam penelitian ini adalah Tafsir surat An-Nahl ayat 125-127 yang membahas tentang metode yang terkandung didalam ayat tersebut. 2. Waktu penelitian penulis melakukan penelitian dalam penyusunan skripsi ini dimulai dari tanggal 9 bulan juli 2012 sampai selesai. 31 BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Teks ayat dan terjemahan surah An-Nahl ayat : 125-127 )621-621 :61/(اننحم .A .B Artinya: serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmahdan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. dan jika kamu memberikan balasan, Maka balaslah dengan Balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. akan tetapi jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. bersabarlah (hai Muhammad) dan Tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. 31 32 B. Tafsir surat An-Nahl C. 1. Ayat 125 (125 :61/(اننحم .D Menurut beberapa ahli tafsir, ayat diatas ditafsirkan sebagai berikut: a. Abu Bakar Jabir Al-Jazairi Menurut beliau dalam kitab tafsirnya, yaitu kitab Aisar at-Tafâsir li alKalâmi al-Aliyyi al-Kabîr, ayat ini diinterpretasikan sebagai suatu ajakan atau seruan terhadap manusia kepada jalan yang sudah digariskan oleh Allah dengan kata-kata yang bijak, nasihat-nasihat yang baik yang memotifasi dan bantahan yang baik yang tidak ada unsur negatifnya. Berikut ini penafsirannya: 41 41 Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Op. Cit., hlm. 169-170 . 33 “Penjelasan Kata; ( )انى سبيم ربكIlâ Sabîli Rabbika: Yaitu untuk taat kepada-Nya. Karena taat kepada Allah mengantarkan seseorang menuju keridhaan dan karunia-Nya. ( )بانحكمةBil Hikmah: Dengan al-Qur‟an dan perkataan yang bijak lagi benar serta memiliki dalil untuk menjelaskan kebenaran. ( )وانمىعظة انحسنةWal Mau’izhah Hasanah: Pelajaran-pelajaran dari alQuran dan perkataan yang lembut lagi benar. ( )وجادنهم بانتي هي أحسنWa Jâdilhum Billati Hiya Ahsan: membantah dengan cara yang lebih baik dan itu lebih baik dari yang lain. Hikmah adalah dengan al-Qur‟an dan perkataan yang bijak lagi benar serta memiliki dalil untuk menjelaskan kebenaran Mau’izhah adalah pelajaran-pelajaran dari al-Quran dan perkataan yang lembut lagi benar.42Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa mau’izhah berupa nasehat-nasehat, cerita-cerita perumpamaann-perumpamaann, motifasi serta intimidasi yang terdapat pada al-Qur‟an.43 Jidal adalah membantah dengan cara yang lebih baik dan itu lebih baik dari yang lain. Masih menurut beliau, jidal yakni bantahan dengan cara yang baik tidak ada unsur celaan, ejekan, dan sindiran buruk, karena yang demikian itu lebih dapat diterima.44 b. M. Quraish Shihab M Quraish Shihab dalam penafsirannya, terkait dengan surat An-Nahl ayat 125.“Wahai nabi Muhammad, serulah yakni lanjutkanlah usahamu untuk menyeru semua yang engkau sanggup seru kepada jalan yang ditunjukkan Tuhanmu yakni ajaran Islam dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka yakni siapa pun yang menolak atau meragukan ajaran Islam dengan cara yang terbaik. Itulah tiga cara mendidik yang hendaknya engkau tempuh 42 menghadapi Ibid.hlm. 169 Ibid. hlm. 170 44 Ibid hlm.170 43 manusia yang beraneka ragam peringkat dan 34 kecendrungannya; jangan hiraukan cemoohan, atau tuduhan-tuduhan tidak berdasar kaum musyrikin dan serahkan urusanmu dan urusan mereka kepada Allah, karena sesungguhnya Tuhanmu yang selalu membimbing dan berbuat baik kepadamu Dialah sendiri yang lebih mengetahui dari siapa pun yang menduga tahu tentang siapa yang bejat jiwanya sehingga tersesat dari jalanNya dan Dialah saja juga yang lebih mengetahui orang-orang yang sehat jiwanya sehingga mendapatkan petunjuk.”45 Kemudian beliau menjabarkan kata hikmah, yakni: “Kata )(حكمةhikmahantara lain berarti yang paling utama dari segalah sesuatu, baik pengetahuan maupun perbuatan. Dia adalah pengetahuan atau tindakan yang bebas dari kesalahan dan atau kekeliruan.Hikmah juga diartikan sebagai sesuatu yang bila digunakan/ diperhatikan akan mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang besar atau lebih besar, serta menghalangi terjadinya mudharat atau kesulitan yang besar atau lebih besar.Makna ini ditarik dari kata hakamah, yang berarti kendali karena kendali menghalangi hewan/ kendaraan mengarah ke arah yang yang tidak diinginkan, atau menjadi liar.Memilih perbuatan yang terbaik dan sesuai adalah perwujudan dari hikmah.Memilih yang terbaik dan sesuai dari dua hal buruk pun dinamai hikmah, dan pelakunya dinamakan hakim (hakim). Thahir Ibnu „Asyur menggarisbawahi bahwa hikmah adalah nama himpunan segala ucapan atau pengetahuan yang mengarah kepada perbaikan keadaan dan kepercayaan manusia secara seimbang. Thabathaba‟i mengutip ar-Raghib alAshfahani yang menyatakan saecara singkat bahwa hikmah adalah sesuatu yang mengena kebenaran berdasarkan ilmu dan akal.Dengan demikian, menurut Thabathaba‟i, hikmah adalah argumen yang menghasilkan kebenaran yang tidak diragukan, tidak mengandung kelemahan tidak juga kekaburan.”46 45 M. Quraish Shihab, TafsirAl-Mishbah, Volume 7, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 385-386 46 Ibid. hlm. 386-387 35 Di samping itu, M. Quraish Shihab mengutip pendapat pakar tafsir alBiqa‟i yang menggarisbawahi bahwa “al-hakim yakni yang memiliki hikmah, harus yakin sepenuhnya tentang pengetahuan dan tindakan yang diambilnya, sehingga dia tampil dengan penuh percaya diri, tidak berbicara dengan ragu, atau kira-kira tidak pula melakukan sesuatu dengan coba-coba.”47 Lebih lanjut kemudian beliau menjelaskan, “kata ( )انمىعظةal-mau’izhah terambil dari kata ()وعظwa’azha yang berarti nasihat. Mau’izhah adalah uraian yang menyentuh hati yang mengantar kepada kebaikan.Demikian dikemukakan oleh banyak ulama.Sedangkan kata ( )جادنهمjâdilhum terambil dari kata ( )جدالjidâl yang bermakna diskusi atau bukti-bukti yang mematahkan alasan atau dalih mitra diskusi dan menjadikannya tidak dapat bertahan, baik yang dipaparkan itu diterima oleh semua orang maupun hanya mitar bicara. Ditemukan di atas, bahwa mau’izhah hendaknya di sampaikan dengan ( )حسنةhasanah/baik, sedangkan perintah berjadil disifati dengan kata ()أحسن ahsan/yang terbaik, bukan sekedar yang baik.Keduanya berbeda dengan hikmah yang tidak disifati oleh satu sifat pun.Ini berarti bahwa mau’izhah ada yang baik dan ada yang tidak baik, sedangkan jadil ada tiga macam, yang baik, yang terbaik dan yang buruk.”48 Terkait dengan penjelasan hikmah, beliau menjabarkan kembali, yaitu sebagai berikut: “hikmahtidak perlu disifati denga sesuatu karena dari maknanya telah diketahui bahwa ia adalah sesuatu yang mengena kebenaran berdasarkan ilmu dan akal-seperti tulis ar-Raghib, atau seperti tulis Ibn „Asyur, ia adalah segala ucapan atau pengetahuan yang mengarah kepada perbaikan keadaan dan kepercayaan manusia secara bersinambung. Di sisi lain, hikmah yang disampaikan itu adalah yang dimiliki oleh seorang ( )حكيمhakim yang dilukiskan maknanya oleh al-Biqa‟i seperti peneliti nukil di atas, dan itu tentu saja akan disampaikan setepat mungkin, sehingga tampa menyifati dengan satu sifat pun, otomatis dari namanya dan sifat penyandangannya dapat 47 Ibid. hlm. 387 Ibid. hlm. 387 48 36 diketahui bahwa penyampaiannya pastilah dalam bentuk yang paling sesuai.”49 Hubungannya dengan mau’izhah, maka beliau memaparkan sebagai berikut: “maka ia baru dapat mengena hati sasaran bila ucapan yang disampaikan itu disertai dengan pengalaman dan keteladanan dari yang menyampaikannya. Nah, inilah yang bersifat hasanah.Kalau tidak, ia adalah yang buruk, yang sharusnya dihindari. Di sisi lain, karena mau’izhah biasanya bertujuan mencegah sasaran dari sesuatu yang kurang baik, dan ini dapat mengundang emosi-baik dari yang menyapaikan, lebih-lebih yang menerimanya-maka mau’izhah adalah sangat perlu untuk mengingatkan kebaikannya itu.”50 Kemudian beliau menjelaskan Jidal dan mengklasifikasi menjadi tiga macam, “Jidal adalah perdebatan dengan cara yang terbaik yaitu dengan logika dan retorika yang halus, lepas dari kekerasan dan umpatan.”51“Sedangkan jidal terdiri dari tiga macam, yang buruk adalah yang disampaikan dengan kasar, yang mengundang kemarahan lawan serta yang menggunakan dalil-dalil yang tidak benar.yang baik adalah yang disampaikan dengan sopan, serta menggunakan dalil-dalil atau dalih wahyu hanya yang diakui oleh lawan, tetapi yang terbaik adalah yang disampaikan dengan baik, dan dengan argumen yang benar, lagi membungkam lawan.”52 Masih dalam pandangan M. Quraish Shihab, bahwa memilih perbuatan yang terbaik dan sesuai adalah perwujudan dari hikmah.Memilih yang terbaik dan sesuai dari dua hal buruk pun dinamai hikmah, dan pelakunya dinamakan hakim (hakim).53 Kemudian beliau mengutip pendapat Thahir Ibnu „Asyur yang menggarisbawahi bahwa hikmah adalah nama himpunan segala ucapan atau 49 Ibid. hlm. 387 Ibid. hlm. 387-388 51 Ibid. hlm. 386 52 Ibid. hlm. 388 53 Ibid. hlm. 386 50 37 pengetahuan yang mengarah kepada perbaikan keadaan dan kepercayaan manusia secara seimbang.54 Lebih lanjut beliau menjelaskan yang diambil dari pendapat Thabathaba‟i mengutip pendapat ar-Raghib al-Ashfahani yang menyatakan sacara singkat bahwa hikmah adalah sesuatu yang mengena kebenaran berdasarkan ilmu dan akal.Dengan demikian, menurut Thabathaba‟i, hikmah adalah argumen yang menghasilkan kebenaran yang tidak diragukan, tidak mengandung kelemahan tidak juga kekaburan.55 Mau’izhah yakni memberikan nasihat dan perumpamaann yang menyentuh jiwa sesuai dengan taraf pengetahuan objeknya yang sederhana.56kata ( )انمىعظةal-mau’izhah terambil dari kata ()وعظwa’azha yang berarti nasihat.Mau’izhah adalah uraian yang menyentuh hati yang mengantar kepada kebaikan57.Masih dalam pendapatnya, disampaikan dengan ( )حسنةhasanah/ baik. mau‟izhah hendaknya 58 Mau’izhah, akan mengena hati sasaran bila ucapan yang disampaikan itu disertai dengan pengalaman dan keteladanan dari yang menyampaikannya. Nah, inilah yang bersifat hasanah. Kalau tidak, ia adalah yang buruk, yang seharusnya dihindari.59 Masih menurut beliau, di sisi lain karena mau’izhah biasanya bertujuan mencegah sasaran dari sesuatu yang kurang baik, dan ini dapat mengundang emosi-baik dari yang menyapaikan, lebih-lebih yang menerimanya-maka mau’izhah adalah sangat perlu untuk mengingatkan kebaikannya itu.60 Kata ( )جادنهمjâdilhum terambil dari kata ( )جدالjidâl yang bermakna diskusi atau bukti-bukti yang mematahkan alasan atau dalih mitra diskusi dan menjadikannya tidak dapat bertahan, baik yang dipaparkan itu diterima oleh 54 Ibid. hlm. 386 Ibid. hlm. 387 56 Ibid.hlm. 386 57 Ibid. hlm. 386 58 Ibid. hlm. 387 59 Ibid. hlm. 387 60 Ibid. hlm. 387-388 55 38 semua orang maupun hanya mitar bicara.61 Masih menurut beliau, Jidal adalah perdebatan dengan cara yang terbaik yaitu dengan logika dan retorika yang halus, lepas dari kekerasan dan umpatan.62 Sedangkan perintah berjadil disifati dengan kata ( )أحسنahsan/ yang terbaik, bukan sekedar yang baik. Kemudian beliau mengklasifikasi jadil terdiri dari tiga macam: (a) yang buruk adalah yang disampaikan dengan kasar, yang mengundang kemarahan lawan serta yang menggunakan dalildalil yang tidak benar, (b) yang baik adalah yang disampaikan dengan sopan, serta menggunakan dalil-dalil atau dalih wahyu hanya yang diakui oleh lawan, tetapi yang terbaik adalah yang disampaikan dengan baik, dan dengan argumen yang benar, lagi membungkam lawan.63 c. Ahmad Musthofa Al-Maraghi Ahmad Mushtofa al-Maraghi dalam Penafsirannya adalah sebagai berikut: . 64 . Artinya: “ Al-Hikmah: perkataan yang kuat dan disertai dengan dalil, yang menjelaskan kebenaran, dan menghilangkan kesalahpahaman. Al-Mau’izhah al-Hasnah: dalil-dalil bersifat zanni, yang dapat memberi kepuasan kepada orang awam. 61 Ibid hlm. 387 Ibid. hlm. 386 63 Ibid. hlm. 387 64 Ahmad Mushtofa Al-Maraghi, Tafsir Al-Marâghî, Jilid 13 (Bairut: Daru Ihya‟iturats alAraby), hlm. 157-161 62 39 Al-Jidal: percakapan atau perdebatan untuk memuaskan penentang. Wahai Rasul (Muhammad SAW), serulah orang-orang yang kau diutus kepada mereka dengan cara, menyeru kepada syariat yang telah digariskan Allah bagi makhluk-Nya melalui wahyu yang diberikan kepadamu, dan berilah mereka pelajaran dan peringatan yang ditetapakan di dalam kitab-Nya sebagai hujjah atas mereka, serta selalu diingatkan kepada mereka, seperti diulang-ulang dalam ayat ini. Dan bantahlah mereka dengan bantahan yang lebih baik dari bantahan lainnya, seperti memberi maaf kepada mereka jika mereka mengotori kehormatanmu, serta bersikap lemah lembut taehadap mereka dengan menyampaikan kata-kata yang baik. Hikmah ialah perkataan yang kuat dan disertai dengan dalil, yang menjelaskan kebenaran, dan menghilangkan kesalahpahaman.65 Mau’izhah adalah dalil-dalil bersifat zanni, yang dapat memberi kepuasan kepada orang awam.66 Masih dalam pandangan beliau, bahwa mau’izhah yakni menyeru kepada syariat yang telah digariskan Allah bagi makhluk-Nya melalui wahyu yang diberikan kepada Nabi Muhammad, dan memberi pelajaran dan peringatan yang ditetapakan di dalam kitab-Nya sebagai hujjah atas manusia, serta selalu diingatkan kepada manusia.67 Jidal merupakan percakapan atau perdebatan untuk memuaskan penentang.68Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa bantahan dalam perdebatan tersebut adalah bantahan lebih baik dari bantahan lainnya, seperti memberi maaf kepada lawan kita jika mereka mengotori kehormatanmu, serta bersikap lemah lembut tarhadap mereka dengan menyampaikan kata-kata yang baik.69 d. Allamah Kamal faqih Imani MenurutAllamah Kamal faqih Imani hikmah ialah semua kerja dakwah yang harus berorientasi pada Tuhan :… Kepada jalan tuhan mu70. 65 Ahmad Mushtofa Al-Maraghi. Op. Cit,.hlm. 157 Ahmad Mushtofa Al-Maraghi. Op. Cit,.hlm. 158 67 Ibid. hlm. 161 68 Ibid.hlm. 157 69 Ibid. hlm. 161 70 Allamah Kamal Faqih Imani, Tafsir nurul quran, (Jakarta:alhuda,2005), hlm 721 66 40 Mauizhahyaitu Setiap kegiatan dakwah memiliki hirarki (kebijaksanaan, lewat ceramah, dan pedebatan yang baik. Kebijaksanaan menyediakan metode yang rasional, sementara ceramah diarahkan untuk menyentuh emosi):….dengan kebijaksanaan dan nasihat yang baik.71 Jidal yaitu Ceramah harus dilakukan dengan cara yang ramah, baik yang menyangkut isi, bentuk, maupun ungkapan-ungkapan yang digunakan:…..dan bantahlah mereka dengan cara yang paling baik….. Terdapat sepuluh ketentuan etika pergaulan sosial yang menarik dan rasional, yang terkandung didalam ayat ini hingga akhir surah.Ayat suci ini memberikan perintah yang komprehensif kepada semua pendidik, guru besar, maupun ulama. Ia menyeru mereka agar melengkapi dirinya dengan berbagai metode (pengajaran), agar berhasil dalam menghadapi berbagai jenis peserta didik , sebab seseorang tidak dapat berdakwah kepada semua orang dengan hanya menggunakan satu metode saja, setiap orang memiliki watak pelik yang harus dihadapi dan diajak bicara dengan kemampuan tertentu. Manusiamanusia pilihan yang memerlukan penanganan dan penalaran khusus harus dihadapi dengan cara yang sesuai dengan keadaan mereka, sementara kaum awam harus dihadapi dengan seruan-seruan sederhana agar dapat mereka cerna dengan baik. Orang-orang yang menyimpang juga harus diajak bicara dengan menggunakan metode perdebatan yang paling baik. Dalam sebuah nasihat yang baik, dikatakan bahwa seorang pendidik harus berbuat dan beramal sesuai dengan apa yang diucapkannya, sementara perdebatan yang baik adalah perdebatan yang tidak disertai kaya-kata yang menyakiti perasaan peserta didik, dengan begitu kewajiban pendidikan antara lain: 1) Berdakwah :(wahai Nabi) serulah (manusia)…… 2) Semua kerja dakwah harus berorientasi kepada Allah SWT:….kepada jalan Tuhanmu….. 3) Setiap kegiatan dakwah memiliki hirarki (kebijaksanaan, lewat ceramah, dan pedebatan yang baik. Kebijaksanaan menyediakan metode yang 71 Alamah Kamal Faqih Imani.Op.Cit. hlm. 721 41 rasional, sementara ceramah diarahkan untuk menyentuh emosi):….dengan kebijaksanaan dan nasihat yang baik, 1) Ceramah harus dilakukan dengan cara yang ramah, baik yang menyangkut isi, bentuk, maupun ungkapan-ungkapan yang digunakan:…..dan bantahlah mereka dengan cara yang paling baik….. 2) Mengemukakan dampak dan mafaat dari segenap apa yang baik serta mengungkapkan efek-efek buruk dan bahaya dari segenap hal yang jahat dan buruk, termasuk metode dakwah (kebijaksanaan berarti memahami masalah baik dan buruk berdasar pengetahuan dan penalaran). 3) Kita hanya diwajibkan melaksanakan kewajiban-kewajiban kita dan tidak bertanggung jawab atas konsekwensi yang terjadi. 4) Kebijaksanaan dan demonstrasi selamanya merupakan sarana yang memadai untuk meyakinkan orang lain. 5) Islam memberikan kebijaksanaan serta pengayaan spiritual seraya menganjurkan metode-metode logis manakala menghadapi lawan dialog. 6) Kebajikan, dalam pengertiannya yang paling luas, termasuk ihwal menghadapi lawan, bermakna bahwa ketika menghadapi musuh, kita harus berpegang jepada prinsip-prinsip akhlak Islam:…….dan bantahlah dengan cara yang paling baik.... 7) Kemurahan hati dan kebaikan merupakan dua metode dasar didalam semua jenis seruan jika dilakukan pada saat yang tepat dan tempat yang semestinya.72 2. Ayat 126 72 Alamah kamal faqih imani, Tafsir nurul quran, (Jakarta:alhuda,2005), hlm 721-722 42 e. Tafsir Quraish Shihab Sebab turunnya ayat: Ibnu Abdul Barr mengetengahkan sebuah hadis dengan sanad yang dha'if melalui Siti Aisyah r.a. yang menceritakan, bahwa Siti Khadijah bertanya kepada Rasulullah tentang anak-anak kaum musyrikin. Rasulullah saw. Menjawab,"Mereka berasal dari bapak-bapak mereka." Kemudian sesudah itu Siti Khadijah bertanya lagi kepada Rasulullah saw. maka Rasulullah saw. Menjawab, "Allah lebih mengetahui tentang apa yang mereka lakukan (nanti seandainya mereka hidup)." Kemudian Siti Khadijah bertanya lagi kepada Rasulullah saw. Sesudah agama Islam kuat, lalu turunlah firman-Nya, "Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain." (Q.S. Al-Isra 15). Dan Rasulullah saw bersabda, "Anak-anak orang-orang musyrik itu berada dalam fitrah (agama Islam)," atau beliau bersabda, "(Mereka) berada dalam surga." Jika ayat yang lalu memberi pengajaran bagaimana cara-cara berdakwah, ayat ini memberi pengajaran bagaimana seharusnya membalas jika kondisi telah mencapai tingkat pembalasan. Jika ayat 125 menuntun bagaimana cara menghadapi sasaran dakwah yang diduga dapat menerima ajakan tanpa membantah atau bersikeras menolak serta dapat menerima ajakan setelah Jidal (bermujadalah), di sini dijelaskan bagaimana menghadapi mereka yang membangkang dan melakukan kejahatan para pelaku dakwah, yakni da’i/ penganjur kebaikan.Demikian terlihat ayat ini dan ayat yang lalu tersusun urutannya secara bertahap.Begitu penjelasan banyak ulama. Itulah, tulis Thahir ibn Asyur, sehingga ayat ini dimulai dengan “dan”, yakni dan apabila kamu membalas, yakni menjatuhkan hukuman kepada siapa yang menyakiti kamu, maka balaslah, yakni hukumlah dia, persis sama dengan siksaan yang ditimpakan kepada kaum atau kesalahan yang mereka lakukan. Jangan sedikitpun melampaui batas.Akan tetapi, jika kamu bersabar dan tidak membalas, maka sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi para penyabar baik di dunia maupun di akhirat kelak.73 Menurut Quraish Shihab, Almuhtadin yaitu memberi pengajaran bagaimana seharusnya membalas jika kondisi telah mencapai tingkat 73 M.Quraish Shihab. Op.Cit.,hlm 777 43 pembalasan “apabila kamu membalas, yakni menjatuhkan hukuman kepada siapa yang menyakiti kamu, maka balaslah, yakni hukumlah dia, persis sama dengan siksaan yang ditimpakan kepada kaum atau kesalahan yang mereka lakukan. Jangan sedikitpun melampaui batas.”Akan tetapi, jika kamu bersabar dan tidak membalas, maka sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi para penyabar baik di dunia maupun di akhirat kelak. f. Tafsir Ahmad Musthofa Al-Maraghi Allah menyuruh rasulnya untuk berdakwah dan menjelaskan metodenya.Dakwah itu mengandung perintah kepada mereka untuk meninggalkan agama bapak-bapak dan nenek moyang mereka, serta penghukuman mereka dengan kafir dan sesat.Hal ini mendorong sebagian besar mereka untuk menganiaya da‟i, baik membunuh, maupun memukul, ataupun mencaci makinya.Dengan tabiatnya, da‟I pun terdorong untuk membalas penganiayaan orang-orang bodoh itu, kadang dengan membunuh, kadang dengan memukul.Atas dasar ini, tak pelak lagi Allah menyuruh orang-orang yang menegakan kebenaran untuk tetap memelihara keadilan di dalam member balasan dan tidak melebihkannya. Allah berfirman: Makna ayat: Jika kalian, hai orang-orang yang beriman, hendak memberikan balasan kepada orang-orang yang berlaku zalim terhadap kalian, maka hendaknya kalian mengambil salah satu di antara dua alternatif: Pertama: hendaknya kalian membalasnya dengan siksaan yang setimpal yang ditimpakan kepada kalian oleh orang yang berlaku zalim terhadap kalian. Kedua: hendaknya kalian bersabar dan memaafkan dosa yang dilakukan olehnya, kemudian hendaknya kalian menyerahkan kezaliman yang kalian terima dan segala urusan kalian kepada Allah, Dia menguasai penyiksaannya. Kesabaran adalah lebih baik bagi orang-orang yang bersabar dari pada membalas dendam, sebab Allah akan membalas orang yang zalim dengan siksaan yang lebih berat disbanding siksaan yang dibalaskannya. 44 Jika kalian hendak melakukan qisas, maka hendaklah kalian merasa puas dengan memberi balasan yang setimpal, dan jangan melebihinya, karena kelebihan adalah kezaliman, sedang kezaliman tidak disukai dan tidak diridhai oleh Allah.Tetapi jika kalian memaafkan, maka hal itu lebih baik dan lebih kekal, Allah lah yang menguasai penyiksaan terhadap orang yang berlaku zalim, dan dialah yang menolong orang yang diperlakukan secara zalim. Dari paparan ahli tafsir di atas menjelaskan bahwa ayat 126 memberikan penjelasan bagaimana cara kita memberikan balasan. g. Tafsir Allamah kamal Faqih Imani Metode selanjutnya yaitu metode Almuhtadin yang artinya pemberian balasan karena pada isi kandungan ayat 126 ini terdapat isi kandungan yang membahas bagai mana cara memberikan balasan terhadap orang yang berbuat salah. Sampai sekarang, masalah yang dibicarakan adalah bagaimana kita harus berdialog secara logis atau melakukan perdebatan emosional maupun rasional dengan peserta didik. Sekalipun demikian apabila terjadi hal yang buruk dan timbul perikaian maka Al-Qur‟an memerintahkan dengan mengatakan bahwa jika merasa perlu membalas maka balaslah dengan sepadan dengan apa yang kita rasakan dan tidak lebih dari itu. Akan tetapi jika tidak kehilangan kesabaran dan bersikap mengampuni maka itulah hal yang paling baik bagi orang-orang yang bersabar.74 Menurut tafsir Alamah Kamal Faqih Imani, metode Al-Muhtadin yaitu bagaimana kita harus berdialog secara logis atau melakukan perdebatan emosional maupun rasional dengan peserta didik. Sekalipun demikian apabila terjadi hal yang buruk dan timbul perikaian maka Al-Qur‟an memerintahkan dengan mengatakan bahwa jika merasa perlu membalas maka balaslah dengan sepadan dengan apa yang kita rasakan dan tidak lebih dari itu. Akan tetapi jika tidak 74 Alamah Kamal Faqih Imani.Op.Cit, hlm. 724 45 kehilangan kesabaran dan bersikap mengampuni maka itulah hal yang paling baik bagi orang-orang yang bersabar.75 3. Ayat 127 a. Tafsir Quraish Shihab Nabi Muhammad, sebagai manusia sempurna dan teladan laksanakanlah tuntunan ini dan bersabarlah menghadapi gangguan kaummu dalam melaksanakan tugas-tugas dakwah dan tiadalah kesabaranmu ituakan mencapai hasil yang memuaskan melainkan dengan pertolongan Allah kepadamu. Karena itu, andalkanlah Allah dan mohonlah pertolongannya dan jangan engkau bersedih hati terhadap keengganan mereka beriman dan jangan pula engkau bersempit dada, yakni kesal walau sedikit pun, terhadap apa yang terus menerus mereka tipu dayakan guna merintangi dakwahmu. Upaya mereka tidak akan berhasil dan merekapun tidak akan mencelakakanmu karena engkau adalah seorang yang bertakwa dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa, yakni yang menjaga diri dari murka-Nya dengan cara menjauhkan diri dari laranganNya dan orang-orang yang mereka adalah para muhsinin.76 b. Tafsir Ahmad Musthofa Al-Maraghi Dalam ayat ini Allah memperkuat lagi perintah-Nya kepada Rasul agar bersifat sabar dan tabah dalam menghadapi gangguan orang kafir Quraisy dan hambatan mereka terhadap dakwah dan larinya mereka dari padanya.Namun Allah menyatakan kepada Nabi bahwa kesabaran itu terwujud dalam batin disebabkan Allah memberikan pertolongan dan taufik kepadanya. 75 Alamah Kamal Faqih Imani.Op.Cit, hlm. 724 M. Quraish Shihab, TafsirAl-Mishbah, Volume 7, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 76 780 46 Kesabaran merupakan daya perlawanan terhadap gejala emosi manusia dan perlawanan terhadap nafsu yang bergejolak itu.Itulah daya Ilahi yang diberikan kepada hamba-Nya yang dikehendaki Nya.Dengan pernyataan Allah ini hati Nabi saw merasa besar, kesulitan-kesulitan akan terasa ringan berkat anugerah daya Ilahi. Rasul saw tidak perlu merasa risau, cemas dan bersedih hati terhadap sikap lawannya yang menjauh dari seruannya, atau sikap permusuhan mereka yang mendustakan dan mengingkari wahyu yang diturunkan kepada Nya. Apalagi jika Rasul saw merasa kecil hati dan putus asa terhadap ikrar yang mereka terus lakukan. Hal demikian lebih tidak dibenarkan oleh Allah. Seperti beliau dituduh penyihir, dukun, penyair dan sebagainya, yang sebenarnya segala tuduhan itu bermaksud menghalangi orang lain, untuk beriman kepada Rasul saw. Dalam ayat yang lain Allah melarang Nabi berkecil hati terhadap gangguan orang kafir. Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan alasan mengapa sebabnya Dia memerintahkan agar Nabi bersabar dan melarangnya bercemas dan berkecil hati.Allah SWT menegaskan bahwa Dia selalu ada bersama-sama orang yang bertakwa dan orang-orang berbuat kebaikan sebagai penolong mereka dan selalu memenuhi permintaan mereka dan memperkuat serta memenangkan mereka terhadap orang kafir. Pada ayat 127 ini penulis menggunakan penamaan metode Asshabru karena isi kandungan ayat 127 ini menjelaskan tentang kesabaran, dalam dunia pendidikan kita harus mempunyai sifat sabar ketika memberikan pengajaran pada murid. c. Tafsir Allamah Kamal Faqih Imani Amnesti, pengampunan, dan kesabaran seperti itu hanya berpengaruh besar manakala tidak diiringi harapan terhadap imbalan apapun, artinya semua itu dilakukan hanya karena Allah SWT, karena itu al-Qur‟an menambahkan” bersabarlah (wahai Nabi) dan tiadalah kesabranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah”mampuhkan manusia menahan perasaannya manakala menyaksikan pemandangan menyedihkan seperti yang terjadi pada diri Hamzah dalam perang Uhud itu, tanpa memeproleh bantuan Allah dan tanpa memiliki 47 motif spiritual, sementara rasa sakit dan sedih sedemikian meradang didalam hati. Namun disaat yang sama tidak sampai kehilangan kesabaran, tentu saja itu mungkin hanya jika dilakukan demi Allah dan demi pertolongan-Nya. Apabila semua upaya mendakwahkan iman dan menyeru manusia kepada Allah berkaitan dengan pengampunan dan kesabaran tidak berpengaruh, maka kita tidak boleh merasa tertekan dan kehilangan kesabaran namun sebaliknya proses pendidikan harus terus berjalan dengan kesabaran dan ketenangan oleh karena itu menjelang akhir ayat Allah mengatakan:” dan jangan pula kamu bersedih hati karena mereka dan janganlah pula kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan” C.Konsep Metode Pendidikan Surat An-Nahl Ayat125-127 No 1 Surat dan Ayat Terjemahan serulah (manusia) Konsep Metode Al- kepada jalan Tuhanhikmah:artinya mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk. berdialog dengan katakata yang bijak sesuai dengan tingkat kepandaian setiap orang. Al-Mauizah: artinya memebrikan nasihat yang baik. Al- 48 Jiddal:artinya berdiskusi dengan baik tanpa mencela argument atau pendapat dari orang lain. 2 dan jika kamu Al-Muhtadin: memberikan artinya balasan, Maka memebrikan balaslah dengan balasan yang Balasan yang sama setimpal sesuai dengan siksaan yang dengan ditimpakan kesalahannya kepadamu[846]. (siswa). akan tetapi jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.Maksudnya pembalasan yang dijatuhkan atas mereka janganlah melebihi dari siksaan yang ditimpakan atas kita. 3 bersabarlah (hai Asshabru: Muhammad) dan Artinya Tiadalah perasaan tabah 49 kesabaranmu itu dan menahan melainkan dengan diri yang pertolongan Allah dilakukan dan janganlah kamu dengan bersedih hati meminta terhadap (kekafiran) pertolongan mereka dan Allah SWT. janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. D. Kandungan Makna surat An-Nahl ayat 125-127 1. Surat An-Nahl ayat 125 Allah SWT berfirman kepada Rasul-Nya sebagai pemuliaan sekaligus tugas bagi beliau, “serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu…..”yakni kepada agama-Nya yaitu Islam dan hendaklan seruan itu dengan hikmah…..”yaitu dengan Al-Qur‟an yang mulia. “dan pelajaran yang baik…..”berupa nasehat-nasehat, cerita-cerita, perumpaan-perumpaan, motivasi serta intimidasi yang terdapat didalam Al-Qur‟an. “ Dan bantahlah mereka dengan cara yang terbaik…..” tidak ada unsur celaan, ejekan, sindiran buruk, karena yang demikian itu lebih dapat diterima. 2. Surat An-Nahl ayat 126 Pedoman ajaran yang terkandung didalam ayat ini adalah pedoman pengajaran dalam lisan, hujah dengan hujah maksudnya ialah memebrikan balasan yang setimpal atas apa yang telah dilakukan seseorang atas kesalahannya. Akan tetapi sikap tegas juga diperlukan untuk menjunjung tinggi kebenaran didalam proses pengajaran yang berlangsung dalam hal ini proses belajar mengajar. 50 3. Surat An-Nahl ayat 127 Amnesti, pengampunan, dan kesabaran seperti itu hanya berpengaruh besar manakala tidak diiringi harapan terhadap imbalan apapun, artinya semua itu dilakukan hanya karena Allah SWT, karena itu al-Qur‟an menambahkan” bersabarlah (wahai Nabi) dan tiadalah kesabranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah” mampuhkan manusia menahan perasaannya manakala menyaksikan pemandangan menyedihkan seperti yang terjadi pada diri Hamzah dalam perang Uhud itu, tanpa memeproleh bantuan Allah dan tanpa memiliki motif spiritual, sementara rasa sakit dan sedih sedemikian meradang didalam hati. Namun disaat yang sama tidak sampai kehilangan kesabaran, tentu saja itu mungkin hanya jika dilakukan demi Allah dan demi pertolongan-Nya. F. Analisa tentang Metode pendidikan dalam Surat An-Nahl Ayat 1. Ayat 125 Dari interpretasi ahli tafsir di atas, dapat dipahami bahwa metode hikmah adalah dialog dengan menggunakan kata-kata yang benar, bijak, lembut, sopan, memudahkan, disertai dengan dalil-dalil yang kuat (ilmiyah dan logis) dan perumpamaann yang dapat meresap dalam diri atau dapat mempengaruhi jiwa peserta didik. Sehingga mereka dapat mengaplikasikan sikap-sikap positif yang bisa membawa maslahat bagi hidupnya. Di samping itu, metode hikmah diartikan dengan seuatu yang diturunkan dan berasal dari Nabi Muhammad SAW.yaitu alQuran dan as-sunnah.77Hal ini mempertegas dan memperjelas, bahwa metode hikmah harus bersih dari sesutau yang bersifat negatif.Sebab al-Qur‟an dan assunnah merupakan simbol dari segala sesuatu yang bersifa positif dan kemaslahatan. Metode ini dapat diaplikasikan ketika sedang melakukan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, sebelum memulai pelajaran seorang pendidik harus memberikan kata-kata yang bijak, lembut, sopan dan dapat dimengerti dengan baik sehingga peserta didik terbuka pikirannya untuk mengikuti pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Contoh lainnya adalah ketika seorang guru menghadapi 77 Abu Bakar Jabir Al-Jazairi.Op. Cit,.hlm. 169, 51 murid yang keras, tidak bisa diatur maka seorang guru harus lebih menitikberatkan pada kata-kata yang bijak dan lembut dibandingkan dengan tindakan karena kekerasan tidak bisa diselesaikan dengan kekerasan pula.Seorang pendidik harus dapat menyentuh hati seorang murid dengan kata-kata bijak dan lembut.Dengan menggunakan metode ini akan membuat murid tersadar dengan perilakunya sebab pada hakikatnya manusia adalah makhluk fitrah. Ia akan menerima kata-kata dari seorang guru yang penuh dengan hikmah. Adapun metode mau’izhah, yaitu metode dengan nasehat-nasehat yang lemah lembut lagi benar, ajakan pada suatu hal yang positif atau memberi pelajaran dan peringatan dengan dalil-dalil (argumentasi) yang dapat diterima oleh akal atau kemampuan peserta didik, disertai keteladanan dari yang menyampaikan. Ada suatu hal yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik lebih-lebih ketika menggunakan metode ini, yaitu adanya ketauladanan, artinya ada kesesuaian antara yang ia sampaikan dengan prilakunya sehari-hari. Sebab ketika ada seorang guru yang menggunakan metode mau’izhah, tetapi kenyataannya tidak sesuai dengan perilakunya, maka jangan berharap banyak terhadap perubahan perilaku peserta didiknya. Sebagai mana yang dikatakan M. Quraish shihab, metode ini baru dapat mengena hati sasaran bila ucapan yang disampaikan itu disertai dengan pengamalan dan keteladanan dari pendidik .78 Allah berfirman dalam Al-Qur‟an surat As-Shaf ayat 2-3 . Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?.Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan 78 M. Quraish Shihab. Op. Cit,.hlm. 387 52 Dari pengertian ayat tersebut dapat dipahami bahwa seorang pendidik ketika menyampaikan sesuatu kepada peserta didiknya, harus terlebih dahulu mampu mengerjakan atau mengamalkannya.Terutama sesuatu yang disampaikan terkait dengan masalah agama dan nilai-nilai kebaikan. Sebab ketika apa yang ia sampaikan belum diamalkan, sungguh Allah SWT amat benci terhadap pendidik yang demikian. Di samping itu peserta didik akan menjadi ragu dengan kebenaran ilmu yang disampaikan oleh pendidik. Salah satu contoh tindakan ketika seorang guru memberikan nasihat pada peserta didiknya untuk tidak merokok karena dapat merusak kesehattubuh, sedang guru tersebutpun melakukan kegiatan tersebut maka ketika memberikan nasihat untuk tidak merokok pada muridnya seorang pendidik jangn berharap muridnya akan mengikuti nasihat yang disampaikannya. Metode jidal, ialah berdebat atau membantah dengan peserta didik yang tidak menerima pendapat atau ajakan dengan cara-cara yang terbaik, dengan argumentasi dan ide atau dengan bukti-bukti dan alasan-alasan yang tepat serta tanggapan yang tidak emosional, tidak ada unsur celaan, ejekan, sindiran dan kesombongan. Sehingga memuaskan bagi peserta didik yang tidak menerima pendapat atau ajakan pendidik. Lebih lanjut kemudian, berjidal disifati dengan kata ( )أحسنahsan yang mempunyai arti “terbaik”, bukan sekedar yang baik. Dalam hal ini, jidal dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam,79 yaitu: 1. Yang buruk adalah berdebat yang disampaikan dengan kasar, yang mengundang kemarahan peserta didik serta yang menggunakan dalil-dalil yang tidak benar. 2. Yang baik adalah berdebat yang disampaikan dengan sopan, serta menggunakan argumen atau dalih wahyu hanya yang diakui oleh peserta didik. 3. Yang terbaik adalah yang disampaikan dengan baik, dan dengan argumen yang benar, lagi membungkam peserta didik. Dalam melakukan perdebatan harus dilakukan dengan cara yang terbaik. Contohnya adalah dalam kegiatan diskusi maka seorang guru terlebih dahulu 79 M. Quraish Shihab. Op. Cit,.hlm. 387-388 53 harus sudah mempersiapkan diri dan menguasai materi jauh dari peserta didiknya.Sehingga dalam acara forum diskusi tersebut lebih dapat mengarahkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan murid dengan jelas berdasarkan bukti-bukti dan dalil-dalil yang ada.Disampaikan secara lugas dan cerdas sehingga membuat murid-murid dapat menerima ajaran dengan baik. 2. Ayat 126 Metode pendidikan yang dapat diambil dari ayat ini adalah Almuhtadin yaitu hendaknya seorang pendidikmembalasnya dengan siksaan yang setimpal yang ditimpakan kepada peserta didik oleh orang yang berlaku zalim, akan tetapikesabaran adalah lebih baik bagi orang-orang yang bersabar dari pada membalasnya. Pada metode ini kita bisa mengaplikasikan pada seorang murid jika telah melakukan kesalahan dalam proses belajar mengajar, maka metode ini perlu diterapkan, jika kesalahannya ringan makan balasan dari perbuatannya harus ringan pula dengan pemberian hukuman dari seorang guru tidak boleh berlebih sedikit pun, demikian pula jika kesalahannya sudah katagori berat maka harus diberikan hukuman yang membuat peserta didik jera dan tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi. seperti halnya membuatSurat peringatan scorsing untuk tidak mengikuti belajar di sekolah, belajar di rumah beberapa hari dan berpikir atas kesalahan yang diperbuat. 3. Ayat 127 Sejauh pengamatan penulis bahwa ayat ini berkelanjutan dari ayat sebelumnya dan menjadi pendukung metode apa yang harus dilakukan setelah pada ayat 126. Didalam ayat ini menjelaskan tentang berbagai macam cara yang paling baik dilakukan ketika seorang anak murid melakukan kesalahan sekalipun kesalahan yang paling fatal bagi seorang siswa, namun tetap saja pendidik harus memiliki sifat yang sabar karena didalam surah ini juga dijelaskan bagaimana cara manghadapi peserta didik yang memiliki watak dan sifat yang berbeda untuk setiap individunya. Metode ini dapat diaplikasikan didalam kehidupan sehari-hari seperti mendapati murid yang susah menangkap pelajaran maka seorang guru harus tetap bersabar dan terus memberikan motivasi belajar dan pengajaran yang 54 baik karena kemampuan tiap murid berbeda-beda. Ada perumpamaan bahwa tetesan air walaupun sedikit mengenai batu maka akhirnya batu itu pun terpatahkan jua akan keras dan kuatnya batu tersebut. Untuk itu seorang pendidik harus mempunya kesabaran yang tinggi tidak boleh mudah menyerah dan terus bersabar dalam kondisi apapun. Secara umum seluruh paparan data di atas sebagaimana yang telah ungkapkan para ahli tafsir, sudah dapat ditangkap dan dipahami, bahwa kandungan metode pendidikan dalam surat an-Nahl ayat 125-127 ada lima macam, yaitu metode hikmah, metode mau’izhah hasanah, metode wa jâdilhum billatî hiya ahsan, metode Almuhtadin, dan Ashhabru. Dari lima metode yang ada dapat dijadikan acuan untuk menjadi seorang guru yang hebat. Selanjutnya penulisakan membandingkan pengertian dakwah dan pendidikan menurut pakarnya masing-masing, agar tidak terjadi salah persepsi ketika surat an-Nahl ayat 125-127 di pahami dalam konteks pendidikan. Khatib Pahlawan Kayo didalam bukunya menjelaskan pengertian dakwah menurut Prof. Thoha Yahya Oemar, M.A. adalah mengajak manusia dengan bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.80 Menurut H. Rusydi HAMKA dakwah merupakan kegiatan penyampaian petunjuk Allah kepada seseorang atau kelompok masyarakat, agar terjadi perubahan pengertian, cara berfikir, pandangan hidup dan keyakinan, perbuatan, sikap, tingkah laku, maupun tata nilainya yang pada gilirannya akan mengubah situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.81 Selanjutnya menurut M. Quraish Shihab dakwah ialah seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha mengubah situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.82 Kemudian juga dalam bukunya Fathul Bahri an-Nabiry dipaparkan. Menurut pendapat Dr. Muhammad Sayyid al-Wakil, dakwah ialah mengajak dan 80 Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah dari Dakwah Konvensional Menuju Dakwah Profesional, (Jakarta: Amzah, Cetakan Pertama, 2007), hlm. 25 81 Ibid. hlm.26 82 Ibid. hlm.26 55 mengumpulkan manusia untuk kebaikan serta membimbing mereka kepada petunjuk dengan cara ber-amar ma’ruf nahi munkar.83 Menurut Dr. Taufiq al-Wa‟i menjelaskan, dakwah ialah mengumpulkan manusia dalam kebaikan, menunjukkan mereka jalan yang benar dengan cara merealisasikan manhaj Allah di bumi dalam ucapan dan amalan, menyeru kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar, membimbing mereka kepada siratal mustaqim diperjalanan. dan bersabar menghadapi ujian yang menghadang 84 H.M. Arifin, M.Ed menyebutkan dakwah sebagai suatu ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain, baik secara individual maupun secara kelompok, agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan, serta pengamalan terhadap ajaran agama sebagai message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa unsur-unsur pemaksaan.85 Menurut Drs. H.M. Mansur Amin, dakwah adalah suatu aktifitas yang mendorong manusia untuk memeluk agama Islam melalui cara yang bijaksana, dengan materi ajaran Islam, agar mereka mendapat kesejahteraan kini (dunia) dan kebahagiaan nanti (akhirat).86 Jamaluddin Kafie berpendapat, bahwa dakwah adalah suatu sistem kegiatan dari seseorang, sekelompok, segolongan ummat Islam sebagai aktualisasi imaniyah yang dimanifestasikan dalam bentuk seruan, ajakan, panggilan, undangan, dan do‟a yang disampaikan dengan ikhlash dan menggunakan metode, sistem, dan teknik tertentu agar mampu menyentuh qolbu dan fitrah seseorang, keluarga, kelompok, massa, dan masyarakat manusia supaya dapat mempengaruhi tingkah lakunya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.87 Kemudiandalam bukunya M. Munir dan Wahyu Ilahi disebutkan, dakwah menurut pendapatAli Mahfudh, adalah dorongan manusia untuk berbuat kebajikan 83 Fathul Bahri An-Nabiry, Op.Cit.,hlm. 21 Ibid. hlm. 21 85 Ibid. hlm. 21 86 Ibid. hlm. 21 87 Ibid. hlm. 21 84 56 dan mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan munkar agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.88 Muhammad Hidir Husain dalam bukunya “al-Dakwah ilâ al-Ishlah mengatakan, dakwah adalah upaya untuk memotivasi orang agar berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar dengan tujuan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.89 Nashiruddin Lathif menyatakan, bahwa dakwah adalah setiap usaha aktifitas dengan lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah SWT.sesuai dengan garis-garis aqidah dan syari‟at serta akhlak Islamiyah.90 Masdar Helmy mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak dan menggerakkan manusia agar mentaati ajaran-ajaran Allah SWT (Islam) termasuk amar ma’ruf nahi munkar untuk bisa memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.91 Kesimpulan penulis, bahwa metode dakwah merupakan suatu ajakan atau seruan untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, yang sangat erat kaitannya bagi seorang pendidik untuk menciptakan peserta didik yang Islami dan berakhlak mulia. Sedangkan pendidikan dalam pengertian yang sederhana dan umum adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi bawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan Tim Dosen IKIP Malang mengartikan pendidikan sebagai aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan pembinaan potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani), dan jasmani (pancaindra serta keterampilan-keterampilan).92 88 M. Munir dan Wahyu Ilahi, Op. Cit., hlm. 19 Ibid. hlm. 19 90 Ibid. hlm. 20 91 Ibid. hlm. 20 92 Ibid. hlm.25 89 57 Menurut Freeman Butt dalam bukunya yang terkenal “Cultural History of Western Education, pendidikan adalah kegiatan menerima dan memberikan pengetahuan sehingga kebudayaan dapat diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya.93 Kemudian Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir menjelaskan bahwa pendidikan (tarbiyah) diartikan dengan proses transformasi ilmu pengetahuan dari pendidik (rabbânî)94 kepada peserta didik, agar ia memiliki sikap dan semangat yang tinggi dalam memahami dan menyadari kehidupannya, sehingga terbentuk ketakwaan, budi pekerti dan pribadi yang luhur.95 Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba, sebagaimana dikutip oleh Suwarno, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.96 Dari beberapa pendapat beberapa pakar dakwah dan pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses dakwah dan pendidikan ada tujuan yang ingin dicapai, yaitu perubahan ke arah yang positif (perubahan Jasmani maupun rohani) terhadap objek sasarannya, melalui transformasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai atau ajaran-ajaran yang disampaikan melalui aktifitas dan prosesnya masing-masing. Sehingga objek sasarannya menjadi manusia yang lebih baik dan sempurna. Di samping itu, komponen-komponen dari keduanya mempunyai kesamaan yang sangat menyerupai.Pertama, yaitu adanya subjek, dalam konteks dakwah disebut da’i, sedangkan dalam konteks pendidikan disebut pendidik atau 93 Ibid. hlm. 26 Istilah rabbânî (yang seakar dengan tarbiyah) sering diterjemahkan dengan pendeta, rahib, atau ahli agama.Namun dalam konteks QS. Ali Imran dan hadist nabi SAW. Rabbânî lebih tepat diartikan sebagai orang yang memiliki semangat tinggi dalam ketuhanan, yang memiliki sikap-sikap pribadi yang secara sungguh-sungguh berusaha memahami Tuhan dan menaatiNya.Hal ini mencakup kesadaran akhlak manusia dalam kiprah hidupnya di dunia ini.Karena itu, ada korelasi antara takwa, akhlak, dan pribadi luhur. Nurcholis Majid, Islam Doktrin Dan Peradaban (Jakarta: Temprint, 1992), hlm. 45 95 Abdul Mujib dan Jusuf Muzkkir, Op. Cit., hlm.12-13 96 Suwarno,1985. Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru: 1985,hlm 2 94 58 guru.Kemudian, kedua adanya objek, dalam perspektif dakwah disebut mad’u97, sedangkan dalam perspektif pendidikan disebut peserta didik atau siswa/siswi. Ketiga adanya materi, hanya saja materi dakwah lebih terfokus pada ilmu 98 agama .Menurut peneliti terkait dengan materi dakwah ini, tergambar dalam firman Allah surat an-Nahl ayat 125-128, yang berbunyi; ”ربك ”إنى سبيم, para ahli tafsir di atas menafsirkan sebagai suatu jalan yang dapat menjadikan manusia taat pada Allah, agama dan hukum-hukum Islam serta terkait dengan masalah akhlak. Jadi dapat dipahami bahwa materi dakwah terkait dengan masalah agama dan akhlak. Sedangkan materi pendidikan lebih luas dari itu, tidak hanya menyangkut ilmu agama saja, melainkan juga ilmu-ilmu yang lain, misalnya ilmu ekonomi, kewarganegaraan, fisika dan lain sebagainya. Adapun komponen keempat, yaitu adanya tujuan yang hendak dicapai sebagai peneliti jelaskan di atas, yaitu perubahan ke arah yang positif (perubahan Jasmani maupun rohani) terhadap objek (mad’u atau pesrta didik) sasarannya, melalui transformasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai atau ajaran-ajaran yang disampaikan melalui aktifitas dan prosesnya masing-masing. Sehingga objek (mad’u atau peserta didik) tersebut menjadi manusia yang lebih baik dan sempurna serta bertakwa kepada Allah. Melihat dari penjelasan dari pakar dakwah dan pakar pendidikan di atas, maka sah-sah saja dan bahkan bernilai positif bagi perkembangan konsep pendidikan khususnya dalam hal metode pendidikan, ketika penulis mengaitkan pembahasan ayat al-Qur‟an surat an-Nahl ayat 125-127 dalam ranah pendidikan. 97 Mad’u atau penerima dakwah adalah seluruh umat manusia, baik laki-laki ataupun perempuan, tua maupun muda, miskin ataupun kaya, muslim ataupun non muslim, kesemuanya menjadi objek dari kegiatan dakwah Islam. Fathul Bahri An-Nabiry, Op. Cit,.hlm. 230 98 Adapun sumber dari keseluruhan yang didakwahkan, pada dasarnya merujuk pada alQur‟an dan hadist Rasulullah SAW., ra’yu para ulama, serta beberapa sumber lainnya. Fathul Bahri An-Nabiry, Op. Cit,.hlm. 235 59 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis yang sudah penulis lakukan, maka terdapat kesimpulan bahwa : Di dalam al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 125-127 terdapat lima macam metode pendidikan, yakni; metode hikmah, metode mau’izhah, metode jidal, Almuhtadin dan Ashhabru. Kemudian dari beberapa interpretasi ahli tafsir dapat dipahami sebagai berikut, yaitu: 1. Metode hikmah,berdialog dengan kata-kata yang bijak sesuai dengan tingkat kepandaian setiap orang 2. Metode maui’dzah, artinya memberikan nasihat yang baik. 3. Metode jidal, berdiskusi dengan baik tanpa mencela argument atau pendapat dari orang lain. 4. Metode Almuhtadin, memebrikan balasan yang setimpal sesuai dengan kesalahannya. 5. Metode Ashhabru, perasaan tabah dan menahan diri yang dilakukan dengan meminta pertolongan Allah SWT. . B. Saran Adapun saran yang penulis kemukakan dalam penelitian karya ilmiyah ini, antara sebagai berikut: 1. Bagi pendidik khususnya yang berada di lingkungan pendidikan Islam, agar supaya lebih memperhatikan terhadap penguasaan berbagai macam 59 60 metode pendidikan, khususnya metode yang bersumber pada Al-Qur‟an. Adanya metode pendidikan tersebut sungguh sarat dengan nilai-nilai kemanusian dan pendidikan, sehingga sangat relefan terhadap kondisi pendidikan masa kini yang nampaknya sudah jarang mamperhatikan aspek kemanusian peserta didiknya. 2. Apa yang sudah penulis lakukan sudah maksimal adanya. Kekurangan penulis dalam penulisan ini, ialah penulis hanya meneliti metode dalam al-Qur‟an surat an-Nahl ayat 125-127 sebatas dalam variasi metode dan bagaimana pendapat ahli tafsir tentang metode tersebut. Sehingga untuk penulis yang akan meneliti selanjutnya terkait dengan masalah ini, selayaknya berlanjut pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai, kesesuaian metode dengan materi dan perkembangan peserta didik, dan berakhir pada evaluasi pendidikan. Agar kemudian penelitian tersebut menghasilkan sesuatu yang komprehensif dan lebih kongkrit. 61 DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. 2005. Strategi belajar mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Arief , Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam.Jakarta: Ciputat Pres. Daradjat, Zakiah. 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Echol, John M dan Shadily, Hasan. 1995. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. F.J. Monks. 1994. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagi Aspeknya.Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Al-Ghazali, Muhammad. 1999. Berdialog dengan Alquran. Bandung: Mizan. H.M. Arifin. 1994. Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Indesipliner. Jakarta: Bumi Aksara. Huda, Mihtahul. 2008. Interaksi Pendidikan 10 Cara Al-Qur'an Mendidik Anak,.Malang: UIN-Malang PRESS. Al-Jazairi, Abi Bakar Jabir. 2003. Aisiru al-Tafsiri Likalami al-Aliyyi a-Kabir, Juz III. Madinah: Maktabatul ulum wal Hikmah. Langgulung, Hasan. 1985. Pendidikan dan Peradaban Islam. Jakart: Pustaka AlHusna. M. Dahlan dkk. 2003. Kamus Induk Istilah Ilmiah. Surabaya: Penerbit Target Press. 2003. Mujib, Abdul dan Jusuf Muzkkir. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media. Al-Maghari, Ahmad Mushtofa.Tafsir al-Maghari, Juz XIII. Bairut: Daru Ihyai alTurats al-Araby. Nasution, Harun dan Bakhtiar Effendy.1987.Hak Asasi Manusia dalam Islam.Jakarta: Pustaka Firdaus. 62 Ramayulis.2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam.Jakarta: Penerbit Kalam Mulia Cetakan ke Empat. Shihab, M. Quraish. 2002. TafsirAl-Mishbah, Volume VII. Jakarta: Lentera Hati. Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional. Suwarno. 1985. Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru. Al-Syaibany, Omor Mohammad al-Tauomy. 1979. falsafat Pendidikan Islam, Terj. Hasan Langgulung. Jakarta: Bulan Bintang. Yamin, Martinis, 2007. Desain Pembelajran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press. Cetakan Pertama. Yasin, A. Fatah. 2008. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. Malang: UINMALANG PRESS. Cetakan Pertama. Zuhairi dkk.1981. Methodik- Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Biro Ilmiyah Fakultas tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang. Zuhairini dan Abdul Ghafir.2004. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.Malang, UM PRESS. Cetakan Pertama.