BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pada keadaan normal darah senantiasa berada di dalam sistem pembuluh darah dan berbentuk cair. Keadaan ini dipertahankan bila terdapat keseimbangan antara aktivitas koagulasi dengan aktivitas fibrinolisis pada sistem hemostasis yang melibatkan endotel pembuluh darah, trombosit, protein pembekuan, protein antikoagulan dan enzim fibrinolisis1. Terjadinya defek pada salah satu atau beberapa komponen ini akan menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan hemostasis dan menimbulkan komplikasi perdarahan atau trombosis 2 . Perubahan hemostasis dapat terjadi dengan berbagai kondisi klinik, salah satunya adalah stroke iskemik. Gangguan hemostasis yang terjadi berhubungan dengan koagulopati. Keadaan hiperkoagulasi menjadi dasar timbulnya trombosis dan menjadi signifikan terhadap timbulnya stroke iskemik. Sekitar 80% kejadian stroke iskemik, dasar terjadinya adalah aterotrombosis pada pembuluh darah besar, mikroaterom pada pembuluh darah kecil, dan emboli dari jantung. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga oleh Departemen Kesehatan tahun 1998, penyakit yang didasari trombosis seperti stroke dan jantung koroner menjadi penyebab kematian utama di Indonesia terutama di perkotaan 3 . Studi epidemiologik menunjukkan beberapa faktor resiko terjadinya stoke iskemik, termasuk hipertensi, merokok, diabetes melitus, dan faktor hemostasis 4. Studi sebelumnya mencoba menilai parameter hemostasis yang berhubungan dengan kejadian stroke iskemik. Beberapa diantaranya melalui pemeriksaan Prothrombin Time/PT (faktor koagulasi VII, melalui jalur ekstrinsik ) , activated Partial Thrombin Time/ aPTT (faktor koagulasi VIII,IX, XI,XII, melalui jalur intrinsik), fibrinogen, D-dimer. Natalya, dkk mengungkapkan bahwa trombosis yang terjadi merupakan komplikasi dari aterosklerosis. Pembentukan trombosis dari plak aterosklerosis sebagai aktivasi dari jalur ekstrinsik pembekuan darah. Didalam penelitiannya mendapatkan Universitas Sumatera Utara bahwa faktor intrinsik (f V, VIII, IX, X, Xa) juga meningkat pada pembentukan trombus dari lesi aterosklerotik 5. Pada studi ARIC (Atherosklerosis Risk in Comunities) oleh Suri dkk, dari 15.792 orang yang dilakukan pemeriksaan faktor pembekuan II,V,IX,X,XI,XII, Plasminogen dan α2 antiplasmin termasuk 89 orang yang menderita stroke iskemik, setelah dilakukan analisis multivariat didapatkan hanya faktor XI berhubungan dengan peningkatan resiko stroke iskemik 6. Kadar fibrinogen pada penelitian sebelumnya mempunyai hasil yang berbeda beda. Ada yang mendapatkan kadar fibrinogen sebagai prediktor kejadian stroke iskemik dan ada yang tidak. Suatu studi ARIC yang lain menunjukkan tidak ada hubungan kadar fibrinogen dengan stroke iskemik. Pada studi metaanalisis besar menunjukkan tingginya kadar fibrinogen berhubungan dengan meningkatnya resiko baik stroke iskemik maupun hemoragik 7. D-dimer merupakan produk degenerasi fibrin yang berguna untuk mengetahui abnormalitas pembentukan bekuan darah atau kejadian trombotik dan untuk menilai adanya pemecahan bekuan atau proses fibrinolitik 8. Nilai D-dimer pada stroke iskemik dapat normal ataupun meningkat. Studi oleh Jie ji , didapatkan plasma D-dimer secara signifikan lebih tinggi pada stroke iskemik dibandingkan kelompok orang sehat, peningkatan kadar D-dimer menunjukkan beratnya stroke dan meningkat pada stroke kardioemboli 9. Beberapa Pemeriksaan hemostasis diatas dapat menunjukkan keadaan hiperkoagulasi yang mengakibatkan terjadinya trombosis dan salah satunya menyebabkan stroke iskemik. Dengan mengetahui adanya keadaan hiperkoagulasi maka dapat dilakukan upaya pencegahan dan pengobatan terhadap kemungkinan terjadinya trombosis. Pada saat ini upaya untuk mencegah terjadinya trombosis yang dapat mengakibatkan stroke iskemik adalah pemberian anti agregasi trombosit seperti aspirin. Pemberian antikoagulan juga merupakan salah satu tindakan pencegahan kardioemboli terjadinya stroke iskemik, terutama stroke 10,11,12 . Pemberian anti koagulan juga diberikan untuk pencegahan terjadinya VTE atau emboli paru dimana pasca stroke kejadiannya meningkat 13. Universitas Sumatera Utara Oleh karena perbedaaan nilai-nilai pemeriksaan hemostasis diatas yang berhubungan dengan faktor resiko trombosis dan stroke iskemik, dan karena belum adanya data mengenai abnormalitas hemostasis pada penderita stroke iskemik , oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai status hemostasis pada kelompok penderita ini. 1.2.Perumusan masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut : Apakah ada perbedaan status koagulasi pada penderita stroke iskemik dibandingkan non stroke. 1.3.Hipotesa Ada perbedaan status koagulasi pada penderita stroke iskemik dibandingkan non stroke . 1.4.Tujuan Untuk mengetahui adanya status koagulasi pada penderita stroke iskemik dibandingkan non stroke . 1.5.Manfaat Penelitian 1. Dengan mengetahui adanya hiperkoagulasi pada penderita stroke iskemik, dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap resiko terjadinya trombosis dan dapat menjadi panduan dalam pemberian obat untuk mencegah terjadinya trombosis dan mencegah stroke yang berulang. 2. Sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya dalam upaya menurunkan morbiditas dan mortalitas stroke iskemik. Universitas Sumatera Utara