4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hidroponik Hidroponik adalah suatu

advertisement
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hidroponik
Hidroponik adalah suatu cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah
sebagai tempat menanam tanaman. Perbedaan bercocok tanam dengan tanah dan
hidroponik yaitu, apabila dengan tanah, zat-zat makanan diperoleh tanaman dari
dalam tanah. Sedangkan hidroponik, makanan diperoleh tanaman dari dalam air
yang mengandung zat-zat anorganik. (Mikrajuddin 2007).
Sistem hidroponik dapat memberikan suatu lingkungan pertumbuhan yang
lebih terkontrol. Dengan pengembangan teknologi , kombinasi sistem hidroponik
dengan membran mampu mendayagunakan air, nutrisi, pestisida secara nyata
lebih efisien ( minimalys sistem ) dibandingkan dengan kultur tanah , terutama
untuk tanaman berumur pendek. Penggunaan sistem hidroponik tidak mengenal
musim dan tidak memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan kultur tanah
untuk menghasilkan satuan produktivitas yang sama. (Lonardy 2009).
Salah satu media yang dapat digunakan untuk sistem hidroponik adalah
gel. Pengaturan ukuran gel dalam media tanam sangat diperlukan, karena dapat
mempercepat proses penyerapan air dan penyimpanan air oleh media. Selain itu
ukuran gel juga mempengaruhi penyediaan ruang untuk pengakaran tanaman.
Keuntungan lain penggunaan gel dapat menghindarkan adanya hewan tanah,
dapat diberi pewarna sehingga dapat mempercantik untuk tanaman hias.
(Hakim,2006) Selain gel masih ada media tanam lain yang dapat dimanfaatkan
untuk hidroponik, misalnya arang sekam, Arang sekam merupakan hasil dari
pembakaran kulit gabah. Menurut Murniati (dalam Sari,2009) bahwa arang
sekam memiliki sifat kasar sehingga sirkulasi udara tinggi, ringan dengan berat
jenis sekitar 0,2 gr/cm3 , kapasitas menahan air tinggi dan dapat menghilangkan
pengaruh penyakit karena telah melalui tahap sterilisasi, sehingga relatif bersih
dari hama , bakteri dan gulma.
4
5
Menurut Pramono ( dalam Rahmawaty,2009: ) menyatakan bahwa media
dalam hidroponik berfungsi sebagai penopang tanaman dan memiliki syarat
seperti struktur yang stabil selama pertumbuhan tanaman , bebas dari zat
berbahaya bagi tanaman, bersifat inert, memiliki daya pegang air yang baik,
drainase dan aerase yang baik.
Vertical garden menurut Setianingsih (2012) merupakan sebuah tanaman
hias yang terdiri dari bermacam–macam bunga yang ditanam secara vertikal
sehingga menyerupai taman. Indonesia sendiri memanfaatkan vertical garden
untuk mengurangi polusi yang di timbulkan akibat dari perubahan tata guna yang
semula berupa lahan persawahan berubah alih fungsi menjadi kawasan
pemukiman maupun kawasan industry. Sehingga keberadaan ruang terbuka hijau
(RTH) menjadi berkurang. Dalam segi lingkungan taman vertical ini merupakan
system yang hidup untuk mengurangi kadar polusi udara pada sebuah ruangan
sehingga tercipta lingkungan yang bersih.
Budidaya dengan teknik vertikultur pada prinsipnya tidak jauh berbeda
dengan budidaya di kebun atau di lahan datar. Perbedaan paling mendasar
terletak pada penggunaan lahan produksi. Andoko (2004) menyampaikan bahwa
teknik vertikultur memungkinkan dilakukan pembudidayaan diatas lahan seluas
satu meter persegi dengan jumlah tanaman jauh lebih banyak dibanding di lahan
datar dengan luas yang sama. Media tanam yang digunakan pada teknik
vertikultur ini sama dengan media tanam di lahan datar, tetapi jumlah
penggunaan pada teknik vertikultur lebih sedikit dibanding di lahan datar.
Penanaman dengan teknik vertikultur dapat memberikan aspek estetis karena
tanaman yang tampil berderet secara vertikal dapat menampilkan nuansa
keindahan. Oleh karena itu, umumnya budidaya dengan teknik vertikultur banyak
dilakukan oleh ibu rumah tangga, pensiunan atau remaja untuk sekedar
menyalurkan hobi. Bangunan vertikultur di halaman rumah dengan aneka jenis
tanaman yang berderet ke atas memang sungguh memikat mata serta
menimbulkan perasaan puas dan bangga pada pemiliknya. Disamping dapat
6
menampilkan keindahan, bukan berarti penanaman dengan teknik vertikultur
tidak dapat diterapkan untuk tujuan komersial. Dengan dasar pemikiran bahwa
vertikultur dapat melipatgandakan jumlah tanaman dan produksi maka teknik ini
secara ekonomis dapat dipertanggungjawabkan untuk tujuan komersial. Investasi
yang dibutuhkan untuk penerapan teknik vertikultur ini jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan cara konvensional. Namun, dengan produksi yang lebih
tinggi karena populasi tanaman lebih banyak maka investasi tersebut dapat
tertutupi (Sutarminingsih 2007).
B. Nutrisi Hidroponik
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi
normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan.Pemberian
nutrisi pada tanaman dapat diberikan melalui akar dan daun tanaman. Aplikasi
melalui akar dapat dilakukan dengan merendam atau mengalirkan larutan pada
akar tanaman. Larutan nutrisi dibuat dengan cara melarutkan garam-mineral ke
dalam air. Ketika dilarutkan dalam air, garam-mineral ini akan memisahkan diri
menjadi ion. Penyerapan ion-ion oleh tanaman berlangsung secara kontinue
dikarenakan
akar-akar
tanaman
selalu
bersentuhan
dengan
larutan
(Suwandi 2006).
Larutan nutrisi digunakan sebagai sumber pasokan air dan mineral nutrisi
merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman
hidroponik, sehingga harus tepat dari segi jumlah komposisi ion nutrisi dan suhu.
Larutan nutrisi ini dibagi dua, yaitu unsur makro (C, H, O, N, S, P, K, Ca, dan
Mg) dan unsur mikro (B, Cl, Cu, Fe, Mn, Mo dan Zn). Pada umumnya kualitas
larutan nutrisi ini diketahui dengan mengukur electrical conductivity (EC) larutan
tersebut (Tim Karya Tani Mandiri 2010).
Dalam pembuatan larutan nutrisi, baik untuk sayuran daun, batang dan
daun, bunga serta buah, dibuat dua macam pekatan A dan B. Kedua pekatan
tersebut baru dicampur saat akan digunakan. Pekatan A dan B tidak dapat
dicampur karena bila kation Ca dalam pekatan A bertemu dengan anion sulfat
7
dalam pekatan B akan terjadi endapan kalsium sulfat sehingga unsur Ca dan S
tidak dapat diserap oleh akar. Tanaman pun menunjukkan gajala defisiensi Ca dan
S. Begitu pula bila kation Ca dalam pekatan A bertemu dengan anion fosfat dalam
pekatan B akan terjadi endapan ferri fosfat sehingga unsur Ca dan Fe tidak dapat
diserap oleh akar (Sutiyoso 2009).
Efisiensi penggunaan larutan nutrisi berhubungan dengan kelarutan hara
dan kebutuhan hara oleh tanaman. Bila EC tinggi maka larutan nutrisi semakin
pekat, sehingga ketersediaan unsur hara semakin bertambah. Begitu juga
sebaliknya, jika EC rendah maka konsentrasi larutan nutrisi rendah sehingga
ketersediaan unsur hara lebih sedikit (Sufardi 2005).
Pemberian nutrisi pada selada dapat membuat tanaman tumbuh seperti
pada tanah. Adapun besarnya EC pada awal pemindahan bibit dan beberapa hari
setelah itu berbeda. Biasanya pada awal bibit dipindahkan pada sistem
hidroponik, nilai EC sebesar 1.0- 1.2 dan ph 5.8-6.2, baru setelah 20 hari EC-nya
ditambahkan menjadi 1.5- 2.0 ms/cm. Baru setelah 35 hari selada tersebut dapat
dipanen (Susila dan Koerniawati 2005).
C. Media Hidroponik
Media (substrat) ada dua macam, yaitu substrat organik dan substrat
anorganik. Substrat organik berupa pakis, sekam bakar, debog pisang, cocopeat
dan sebagainya. Sedangkan yang bersifat anorganik meliputi pecahan batu bata,
kerikil, gabus dan sebagainya. Media/substrat yang biasa digunakan adalah
sekam bakar, rockwool-grodan atau cocopeat. Media tanam juga dapat
dikombinasikan antara media yang satu dengan media yang lain dengan
perbandingan tertentu atau yang telah direkomendasikan. Misalnya pasir dengan
cocopeat dengan perbandingan 1:1, pecahan batu bata dengan debog pisang dan
sebagainya (Setyaningsih 2009).
Dalam sistem hidroponik media tanam yang digunakan tidak berfungsi
sebagai tanah. Media tanam hanya berfungsi untuk menopang tanaman dan
menjaga kelembaban tanaman.Oleh karena itu, media tanaman yang digunakan
8
harus berasal dari bahan yang porous dan steril. Pemberian pupuk dilakukan
dengan melarutkan pupuk dengan konsentrasi tertentu yang kemudian disiramkan
ke dalam tanaman hidroponik (Dwi 2008).
Hidroponik dengan media (substrat) diartikan metode budidaya tanaman
dimana akar tanaman tumbuh pada media tanaman porous selain tanah yang
dialiri larutan nutrisi sehingga memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi
dan oksigen secara cukup.Substrat yang digunakan sebaiknya memenuhi
beberapa kriteria tertentu supaya tanaman dapat tumbuh dengan optimal.
Beberapa diantaranya sebaiknya bersifat porus, mudah meloloskan air, dll
(Marsoem 2002).
D. Persemaian Benih Hidroponik
Persemaian tanaman untuk budidaya secara hidroponik dilakukan dengan
dua cara melihat dari ukuran biji yang digunakan sebagai benih. Persemaian
benih besar, sebaiknya dilakukan perendaman di dalam air hangat selama 2-3
jam dan langsung ditanamkan dalam wadah semai yang berisi media dan telah
disiram dengan air. Benih diletakkan dengan pinset secara horisontal 4-5 mm
dibawah permukaan media. Transplanting bibit dari wadah semai ke wadah yang
lebih besar dapat dilakukan ketika tinggi bibit sekitar 12-15 cm (28-30 hari
setelah semai). Persemaian benih kecil, pertama siapkan wadah semai dengan
media
setebal
5-7
cm.
Di
tempat
terpisah
tuangkan
benih
yang
dicampurkandengan pasir kering steril secukupnya dan diaduk merata. Benih
yang telah tercampur dengan pasir ditebarkan di atas permukaan media semai
secara merata, kemudian ditutup dengan media semai tipis-tipis (3-5 mm).
Setelah itu permukaan wadah semai ditutup dengan kertas tisu yang telah
dibasahi dengan handsprayer kemudian simpan di tempat gelap dan aman.Wadah
semai sebaiknya dikenakan sinar matahari tiap pagi selama 1-2 jam agar
perkecambahan tumbuh dengan baik dan sehat (menghindari etiolasi). Setelah
benih mulai berkecambah, kertas tisu dibuang, setelah benih berumur 3-4 minggu
9
setelah semai benih dipindahkan ke dalam pot atau polybag pembibitan, caranya
adalah dengan mencabut kecambah di wadah semai (Widodo 2005).
Media persemaian adalah tempat untuk menumbuhkan benih atau biji
menjadi bibit tanaman yang siap untuk dipindahkan ke lapangan. Ada banyak
tanaman hortikultura yang dibudidayakan dengan melalui tahap penyemaian
terlebih dahulu. Tujuannya untuk mengurangi kematian akibat tanaman yang
belum siap dengan kondisi lapangan. Baik itu melindunginya dari cuaca ataupun
gangguan lainnya. Beberapa jenis yang biasa disemaikan antara lain tomat, cabe,
sawi, selada dan sebagainya (Gadner dan Mitchell 2005).
Media untuk persemaian harus mempunyai aerasi baik, subur dan gembur,
misalnya campuran pasir, pupuk kandang dan sekam yang sudah disterilkan
dengan perbandingan 1:1:1. Media yang gembur, maka akar akan tumbuh lurus
dan memudahkan pemindahan bibit ke polibag pembesaran. Biji yang akan
disemaikan ditabur merata di atas media, lalu ditutup lagi dengan media setebal
1-2 cm dan disiram dengan gembor sampai basah (Nurwardani 2008).
E. Selada
Selada (lactuca sativa) tumbuh sebagai sayuran daun, salah satu tanaman
salad yang paling halus di dunia ini. Selada dianggap sebagai raja dari tanaman
salad. Tanaman tahunan atau dua tahunan beriklim sedang ini dari
keluarga Asteraceae (tumbuhan berbunga). Sayuran ini biasanya dikonsumsi
dingin dan mentah dalam salad, hamburger, taco, dan beberapa hidangan lainnya.
Selada kaya akan garam mineral dengan unsur - unsur alkali sangat
mendominasi. Hal ini yang membantu menjaga darah tetap bersih, pikiran dan
tubuh dalam keadaan sehat. Selada juga memasok vitamin C dan K, kalsium,
serat, folat, dan zat besi. Vitamin K berfungsi membantu pembekuan darah
(Tatik Wardayat 2012)
Taksonomi tanaman selada adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
10
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Sub divisi : Spermatophyta (Menghasilkan Biji)
Kelas
: Dicotyledonae (Berkeping Dua)
Ordo
: Asterales
Famili
: Asteraceae
Genus
: Lactuca
Spesies: Lactuca sativa var. crispa L
Selada termasuk tanaman semusim yang banyak mengandung air
(herbaceous). Batangnya pendek berbuku – buku sebagai tempat kedudukan
daun. Daun – daun selada berbentuk bulat panjang, yang mana panjangnya ± 25
cm dan lebar ±15 cm (Rukmana, 2005).
Selada yang ditanam di dataran rendah cenderung lebih cepat berbunga dan
berbiji. Suhu optimal bagi pertumbuhan selada ialah antara 15-25°C. Jenis tanah
yang disukai selada ialah lempung berdebu, lempung berpasir, dan tanah yang
masih mengandung humus. Meskipun demikian, selada masih toleran terhadap
tanah-tanah yang miskin hara asalkan diberi pengairan dan pupuk organik yang
memadai. Sebaiknya tanah tersebut bereaksi netral. Jika tanah asam, daun selada
menjadi kuning. Oleh karena itu, untuk tanah yang asam sebaiknya dilakukan
pengapuran terlebih dahulu sebelum penanaman.
Secara morfologi, organ – organ penting yang terdapat pada tanaman
selada adalah sebagai berikut.
a. Daun
Daun tanaman selada memiliki bentuk, ukuran, dan warna yang
beragam, bergantung pada varietasnya. Misalnya, jenis selada yang
membentuk krop memiliki bentuk daun bulat atau atau lonjong degan ukuran
daun lebar atau besar, daunnya ada yang berwarna hijau tua, hijau terang, dan
ada yang berwarna hijau agak gelap. Sedangkan jenis selada yang tidak
membentuk krop, daunnya berbentuk bulat panjang, berukuran besar, bagian
tepi daun bergerigi (keriting), dan daunnya ada yang berwarna hijau tua, hijau
11
terang, dan merah. Daun selada memiliki tangkai daun lebar dan tulang –
tulang daun menyirip. Tangkai daun bersifat kuat dan halus. Daun bersifat
lunak dan renyah apabila dimakan, serta memiliki rasa agak manis. Daun
selada umumnya memiliki ukuran panjang 20 cm – 25 cm dan lebar 15 cm
atau lebih.
b. Batang
Tanaman selada memiliki batang sejati. Pada tanaman selada yang
membentuk krop, batangnya sangat pendek dan hampir tidak terlihat dan
terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah. Sedangan selada yang
tidak membentuk krop (selada daun dan selada batang) memiliki batang yang
lebih panjang dan terlihat. Batang bersifat tegap, kokoh, dan kuat dengan
ukuran diameter berkisar antara 5,6 cm – 7 cm (selada batang), 2 cm – 3 cm
(selada daun), serta 2 cm – 3 cm (selada kepala).
c. Akar
Tanaman selada memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar
serabut menmpel pada baying, tumbuh menyebar, ke semua arah pada
kedalaman 20 cm – 50 cm atau lebih. Sedangkan akar tunggangnya tumbuh
lurus ke pusat bumi.
Perakaran tanaman selada dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
pada tanah yang subur, genbur, mudah menyerap air, dan kedalaman tanah
(solum tanah) cukup dalam.
d. Biji
Biji tanaman selada berbentuk lonjong pipih, berbulu,agak keras,
berwarna coklat, tua, serta berukuran sangat kecil, yaitu panjang 4 mm dan
lebar 1mm. Biji selada merupakan biji tertutup dan berkeping dua, dapat
digunakan untuk perbanyakan tanaman (perkembangbiakan).
e. Bunga
Bunga tanaman selada berwarna kuning, tumbuh lebat dalam satu
rangkaian. Bunga memiliki tangkai bunga yang panjang sampai data
12
mencapai 8 cm atau lebih. Tanaman selada yang ditanam di daerah yang
beriklim sedang (subtropik) mudah atau cepat berbuah.
Menurut Darsono (2008) dalam Sari (2011) R/C ratio merupakan
metode analisis untuk mengukur kelayakan usaha dengan menggunakan rasio
penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Analisis kelayakan usaha digunakan
untuk mengukur tingkat pengembalian usaha dalam menerapkan suatu
teknologi. Dengan kriteria hasil: R/C > 1 berarti usaha sudah dijalankan
secara efisien, R/C = 1 berarti usaha yang dijalankan dalam kondisi
titik
impas atau Break Event Point (BEP), R/C ratio < 1 usaha tidak
menguntungkan dan tidak layak.
B/C ratio merupakan angka perbandingan hasil penjualan dengan total
biaya produksi, sekaligus menunjukkan tingkat efisiensi pendapatan suatu
usaha tani. Semakin besar B/C ratio maka semakin menguntungkan usaha tani
tersebut. Suatu usaha dapat dikatakan layak dan dikembangkan apabila
hasilnya lebih dari satu. Semakin tinggi B/C ratio maka berakibat semakin
tinggi keuntungan yang diterima ( Reny 2011).
Menurut Soekartawi (2006) dalam Reny (2010), analisis BEP atau nilai
impas adalah suatu teknis analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya
tetap, biaya variable, keuntungan, volume penjualan BEP dalam penelitian
merupakan pengukuran dimana kapasitas riil pengolahan bahan baku menjadi
output menghasilkan total penerimaan yang sama dengan pengeluaran BEP
dalam unit dan dalam Rupiah.
Download