BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya kondisi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya kondisi variabel makroekonomi yang kondusif dapat
memberikan lingkungan yang positif terhadap perkembangan perbankan itu sendiri.
Sebaliknya. Kondisi makro dan keuangan yang kurang stabil dapat memengaruhi
resiko pasar dan resiko kredit perbankan yang pada gilirannya dapat berdampak pada
kinerja bank. Layaknya suatu siklus, stabilitas sistem perbankan merupakan unsur
terciptanya stabilitas sistem keuangan dan bermuara kembali pada stabilitas
perekonomian suatu negara (Aviliani, et al, 2015). Dunia perbankan memiliki peran
sentral di dalam perekonomian suatu negara. Bank merupakan sumber institusi penting
dan utama bagi pembiayaan eksternal dalam suatu bisnis hampir di seluruh negara
(Mishkin, 2001). Faktanya, dinegara berkembang seperti di Indonesia, peran industri
perbankan masih mendominasi sistem keuangan dengan pangsa sekitar 77,9 persen
(Bank Indonesia, 2013). Berdasarkan peran yang dominan itulah peran perbankan
menjadi penting dan strategis bagi pengembangan perekonomian suatu negara. Baik
secara individual maupun di dalam sebuah sistem perbankan, kinerja sebuah bank
diharapkan mampu memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian. Berawal
dari kondisi itulah pada akhirnya perlu dipastikan bahwa peran bank dalam
perekonomian dapat berjalan dengan lancar sekaligus efisien. Berdasarkan Peraturan
Bank Indonesia (PBI) Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan
1
Bank Umum, kinerja bank adalah satu faktor yang tercakup dalam menilai tingkat
kesehatan suatu bank selain faktor resiko. Pada Peraturan Bank Indonesia tersebut
faktor kinerja bank terdiri dari tiga unsur yang meliputi penerapan tata kelola yang baik
(Good Corporate Governance), rentabilitas, dan permodalan.
Kinerja bank atau bank performance dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja bank tersebut dapat dibagi menjadi faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dimaksud dapat berwujud daya saing
masing-masing yang dimiliki oleh setiap bank. Menurut Dendawijaya (2001) faktor
internal yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi (bank) meliputi; profit after tax,
debt to total asset, capital adequacy ratio, giro wajib minimum dan juga loan deposit
ratio. Selanjutnya, menurut Mankiw (2007) faktor eksternal yang mempengaruhi
kinerja bank adalah kondisi makroekonomi. Kondisi makroekonomi tersebut antara
lain tingkat inflasi, dan kondisi nilai tukar dalam suatu perekonomian. Bedasarkan dua
faktor besar tersebut dapat diketahui bahwa daya saing masing-masing bank (faktor
internal) dapat berbeda-beda sesuai dengan karakteristik dan keunggulan masingmasing yang dimiliki oleh suatu bank. Akan tetapi kondisi secara makro yang dihadapi
tentunya akan sama jika berada di dalam satu perekonomian yang sama. Hal tersebut
berarti kondisi makro yang baik atau kondusif akan memberikan pengaruh positif bagi
dunia perbankan. Sebaliknya apabila yang terjadi adalah kondisi perekonomian secara
makro kurang kondusif dan tidak mendukung, dampaknya dapat mempengaruhi
kinerja perbankan.
2
Sementara itu dalam merepresentasikan tingkat kesehatan suatu bank, dalam
penelitian ini akan dilihat dari sisi profitabilitas dan vulnerabilitasnya. Menurut Malayu
S.P.Hasibuan (1996), Profitabilitas Perbankan adalah suatu kesanggupan atau
kemampuan bank dalam memperoleh laba. Profitabilitas atau pendapatan bagi bank
menjadi penting karena pendapatan bank ini menjadi sasaran utama yang harus dicapai
sebab bank didirikan untuk mendapatkan profit/laba. Laba ini menjadi kunci utama
pendukung kontinuitas dan dari para debitur. Laba merupakan tujuan utama dari suatu
bank sehingga harus benar-benar diperhatikan secara serius.perkembangan bank
bersangkutan. Laba yang diperoleh dari kegiatan perkreditan itu berupa selisih antara
biaya dana dengan pendapatan bunga yang diterima.
Selanjutnya, yang dimaksud dengan vulnerability atau kerentanan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan kondisi yang dapat menghasilkan akibat
yang tidak dapat terduga. Dalam hal ini di dunia perbankan, kerentanan dapat berarti
tingkat kesanggupan suatu bank dalam menghadapi tekanan dari luar yang dalam
penelitian akan diproksi dengan variabel-variabel makroekonomi. Tingkat kerentanan
perbankan dapat berbeda-beda dari satu bank dengan bank yang lain dilihat dari
berbagai aspek. Di wilayah ASEAN misalnya, Bank BUMN di Indonesia nilai asetnya
masih kalah jauh dengan bank-bank asal Singapura. DBS misalnya, pada publikasi
majalah forbes tahun 2010, DBS merupakan bank terbesar di ASEAN dengan nilai aset
sekitar US$ 184 miliar atau sekitar Rp 1.656 Triliun dan dengan nilai kapitalisasi pasar
sekitar Rp 200 Triliun. Sebagai perbandingan, pada tahun yang sama nilai aset Bank
BUMN terbesar di Indonesia yaitu Bank Mandiri hanya sekitar US$ 32 miliar dengan
3
kapitalisasi pasar senilai US$ 10 miliar atau Rp 90 Triliun. Berdasarkan data tersebut
tampak bahwa nilai aset bank BUMN terbesar Indonesia pun hanya seperenam dari
DBS. Hal tersebut menunjukkan bahwa bank nasional di Indonesia masih relatif rentan
dalam menghadapi pengaruh makroekonomi yang secara global dapat mempengaruhi
semua bank.
Pada kenyataannya, tujuan fundamental bisnis perbankan adalah memperoleh
keuntungan optimal dengan jalan memberikan layanan jasa keuangan kepada
masyarakat. Bagi pemilik saham menanamkan modalnya pada bank bertujuan untuk
memperoleh penghasilan berupa dividen atau mendapatkan keuntungan melalui
meningkatnya harga pasar saham yang dimilikinya (Kuncoro, 2002). Kinerja bank
yang dapat selalu dijaga akan mencerminkan perkembangan dan prospek usaha yang
baik dalam jangka panjang. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi nilai saham bank
yang bersangkutan di pasar sekunder dan jumlah dana pihak ketiga akan naik. Kedua
hal tersebut (nilai saham dan DPK) merupakan salah satu indikator naiknya
kepercayaan masyarakat kepada suatu bank.
Loyalitas pemilik dana terhadap suatu bank menjadi penting di dalam dunia
perbankan karena ada resiko ketika dana tersebut sewaktu-waktu ditarik oleh pemilik
dana yang terjadi adalah suatu kepanikan di dalam dunia perbankan. Penilaian terhadap
kinerja suatu bank tertentu dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap
laporan keuangannya. Laporan keuangan bank yang berupa neraca dapat memberikan
informasi kepada pihak luar bank, misalnya bank sentral, masyarakat umum, dan
investor, mengenai gambaran posisi keuangannya. Oleh karena itu didalam penelitian
4
ini, variabel-variabel yang digunakan sebagai data diperoleh dari laporan keuangan
kuartalan milik Bank BUMN (Kuncoro, 2002).
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, ukuran kinerja bank yang lazim
digunakan adalah return on assets (ROA) dan return on equity atau ROE
(Gizycki,2001; Bonin, Hasan, dan Wachtel, 2003; Athanasoglou, Brissimis, dan Delis,
2005; Ghazali, 2008; Rumler dan Waschiczek, 2010; Sufian, 2011; Alper dan Anbar,
2011; Mirzaei, Liu, dan Moore, 2011; Sastrosuwito dan suzuki, 2011; Ali Akhtar, dan
Ahmed, 2011; Abiodun, 2012). Selain menggunakan ROA, Naceur (2003), Hamadi
dan Awdeh (2012), Saad dan El-Moussawi (2012) menambahkan variabel net interest
margin (NIM) sebagai proksi kinerja. Lainhalnya dengan peneliti-peneliti di atas,
Schinasi (2005), Kool (2006), serta Festic dan Beco (2008)menggunakan variabel non
performing loan (NPL) sebagai salah satu indikator kinerja bank.
Secara umum variabel makroekonomi yang sering dijadikan determinan
terhadap kinerjaperbankan dari berbagai banyak kajian adalah pendapatan nasional
atau pertumbuhan ekonomi,inflasi, dan suku bunga. Naceur (2003) menggunakan
pertumbuhan GDP per kapita dan inflasisebagai variabel makro yang memengaruhi
kinerja perbankan. Ali, et al. (2011), Mirzaei, et al.(2011) menggunakan variabel
pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Sementara pada penelitianGizycki (2001), Alpen
dan Albar (2011), Hamadi dan Awdeh (2012) terdapat variabel makrolain berupa suku
bunga. Festic dan Beco (2008), De Bock dan Demyanets (2012) menambahkan
variabel nilai tukar.
5
Dalam penelitian ini variabel makroekonomi akan diproksi dengan beberapa
variabel yakni, tingkat kurs rupiah terhadap dollar, GDP, inflasi, dan BI rate. Sementara
itu, profitabilitas perbankan BUMN akan diproksi dengan ROA (Return On Asset),
ROE (Return On Equity), dan NIM (Net Interest margin), kemudian tingkat kerentanan
atau kesehatan perbankan akan diproksi denganindikatorCAMEL (Capital, Asset
Quality,
Management
Quality,
Earning
dan
Liquidity).
Kemudian
untuk
mengkhususkannya pada kasus Indonesia, dalam penelitian ini akan digunakan 4 Bank
BUMN yaitu Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia
(BRI), dan Bank Tabungan Negara (BTN) dengan mengambil periode kuartalan dalam
kurun waktu 2005 hingga 2015. Selanjutnya, melalui data yang dihimpun dari Statistik
Perbankan Indonesia, kondisi Bank BUMN (Persero) di dalam perbankan nasional
dapat dilihat melalui perbandingan nilai aset, dana pihak ketiga (DPK), dan juga nilai
kreditnya.
6
Selanjutnya, untuk memberikan gambaran kondisi Bank BUMN di Indonesia,
akan dipaparkan perbandingan nilai aset, perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK),
dan juga perkembangan tingkat penyaluran kredit sebagai berikut.
Gambar 1.1. Aset Bank BUMN tahun 2005 dan tahun 2015
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, OJK, 2015, diolah
Bank umum di Indonesia terdiri dari 6 kelompok yaitu Bank Persero (BUMN),
BUSN Devisa, BUSN non-devisa, BPD, Bank Campuran, dan Bank Asing. Apabila
dilihat dari sisi aset, sejak tahun 2005, BUSN devisa memiliki pangsa terbesar, yaitu
sebesar 38.86 persen. Peringkat berturut-turutnya diduduki oleh Bank Persero (38.48
persen), Bank Asing (9.57 persen), BPD (7.24 persen), Bank Campuran (4.06 persen),
dan BUSN non-devisa (1.79 persen). Setelah sepuluh tahun, terjadi beberapa
perubahan didalam pangsa aset bank umum di Indonesia. Pada bulan Oktober 2015
secara merata beberapa kelompok bank mengalami peningkatan presentase pangsa.
Akan tetapi yang dialami BUSN Devisa, Bank Persero dan Bank Asing justru
sebaliknya. Pangsa milik BUSN Devisa turun tipis menjadi 38.78 persen, dan pangsa
Bank Persero (BUMN) turun menjadi 35.68 persen, sementara pangsa dari Bank Asing
turun di angka 8.29 persen. Meskipun nilai pangsa dari BUSN Devisa dan Bank persero
7
(BUMN) turun, nilainya masih menjadi yang tertinggi diatas BPD (9.16 persen), Bank
Asing (8.29 persen), Bank Campuran (4.89%), dan BUSN non-devisa (3.20 persen).
Meskipun aset BUSN devisa memiliki porsi terbesar, namun jumlah bank
didalam kelompok tersebut sebanyak 39 bank (Oktober 2015), hal itu menunjukkan
rata-rata jumlah aset per bank tidak terlalu besar, yaitu sebesar Rp 59,5 Triliun.
Sementara itu, kelompok Bank Persero (BUMN) hanya terdiri dari 4 bank, sehingga
rata-rata aset per bank nilainya lebih tinggi, yaitusekitar Rp 534 triliun.
Gambar 1.2. DPK Bank BUMN tahun 2005-2015 (dalam Miliar rupiah)
Rp
1,613,246.00
1,582,488.00
1,363,062.00
1,201,284.00
1,039,257.00
898,405.00
783,384.00
669,827.00
571,008.00
480,394.00
431,397.00
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
DPK
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, OJK, 2015, diolah
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/16/PBI/2013, Dana Pihak
Ketiga (DPK) merupakan kewajiban Bank kepada penduduk dan bukan penduduk
dalam Rupiah dan valuta asing, dengan kata lain DPK merupakan dana yang
dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana
dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya
8
yang dipersamakan dengan itu. Berdasarkan definisi tersebut berarti Dana Pihak Ketiga
merupakan salah satu sumber dana penting bagi kegiatan operasional suatu bank dan
merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasionalnya melalui
sumber dana ini.
Pada tahun 2005, nilai Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank BUMN sebesar Rp 431
Triliun. Nilai tersebut naik menjadi sekitar Rp 480 Triliun pada tahun 2006.
Selanjutnya nilai DPK Bank BUMN selalu mengalami tren menaik hingga pada tahun
2015 sudah mencapai Rp 1.613 Triliun. Berdasarkan nilai tersebut artinya pada
penghujung tahun 2015 rata-rata DPK setiap Bank BUMN mencapai nilai sekitar Rp
400 Triliun. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat kepada
bank BUMN masih tinggi dan bahkan terus meningkat dari tahun ke tahun. Tingkat
kepercayaan masyarakat tersebut menjadi penting bagi bank untuk menjalankan
fungsinya sebagai financial intermediaries, seperti yang tercantum dalam undangundang perbankan No.10 tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak. Oleh karena itu DPK dapat menjadi representasi kemampuan
suatu bank dalam menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat agar
perekonomian tetap berjalan sebagaimana mestinya.
9
Gambar 1.3.
Penyaluran Kredit Bank BUMNtahun 2005-2015 (Miliar rupiah)
Rp
1,442,808.00
1,329,941.00
1,187,431.00
961,994.00
776,833.00
642,718.00
544,870.00
470,665.00
356,151.00
287,910.00
256,413.00
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Penyaluran Kredit
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, OJK, 2015, diolah
Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, pada
dasarnya kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dalam gambar 1.3 secara historis, sejak tahun
2005 tren penyaluran kredit oleh Bank BUMN terus meningkat hingga tahun 2015.
Pada tahun 2005, nilai kredit yang diberikan oleh Bank BUMN sebesar Rp 256 Triliun.
Nilai tersebut terus merangkak naik hingga pada tahun 2011 sudah mencapai nilai Rp
776 triliun. Jumlah kenaikan kredit yang diberikan oleh Bank BUMN nilainya semakin
tinggi selepas tahun 2011. Hal itu ditunjukkan oleh nilai kredit pada 2015 yang sudah
10
mencapai Rp 1.442 Triliun yang berarti hampir mencapai dua kali lipat nilai kredit
tahun 2011 hanya dalam kurun waktu 4 tahun.
Pada dasarnya penyaluran kredit yang dilakukan oleh bank juga merupakan
salah satu usaha bank dalam meningkatkan profit. Melalui pendapatan bunga yang
diperoleh dari penyaluran kredit, setiap bank mampu meningkatkan rasio
rentabilitasnya. Pada dasarnya, rasio rentabilitas betujuan untuk mengetahui
kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan
untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional
perusahaannya. Oleh karena itu, dalam kasus ini, kenaikan nilai penyaluran kredit oleh
bank mencerminkan rentabilitas Bank BUMN yang semakin baik dari tahun ke tahun.
1.2 Rumusan masalah
Pada dasarnya kinerja perbankan dipengaruihi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja perbankan dapat berubah
sewaktu-waktu dan tidak bisa dikendalikan oleh perbankan. Berdasarkan kondisi
tersebut maka munculah resiko adanya pengaruh faktor eksternal tersebut terhadap
kerentanan
suatu
bank.
Gejolak
lingkungan
eksternal
merupakan
sumber
ketidakstabilan yang utama. Gejolak ekonomi makro yang terjadi selama kurun waktu
10 tahun terakhir tentunya banyak mempengaruhi kinerja bank. Perubahan angka NPL
dan indikator kinerja perbankan lainnya juga telah membuat perbankan semakin
tertekan menghadapi gejolak ekonomi makro (Bank Indonesia, Januari 2009).
11
Sementara itu dari segi internal perbankan menurut Dendawijaya (2001) faktor
internal yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi (bank) meliputi; profit after tax,
debt to total asset, capital adequacy ratio, girowajib minimum dan juga loan deposit
ratio. Bedasarkan dua faktor besar tersebut dapat diketahui bahwa daya saing masingmasing bank (faktor internal) dapat berbeda-beda sesuai dengan karakteristik dan
keunggulan masing-masing yang dimiliki oleh suatu bank. Akan tetapi kondisi secara
makro yang dihadapi tentunya akan sama jika berada di dalam satu perekonomian yang
sama, oleh karena itu penelitian ini akan lebih berfokus pada faktor eksternal (variabel
makroekonomi).
Dalam proses pengukurannya, kinerja perbankan dapat dilihat melalui analisis
laporan keuangan untuk menunjukkan tingkat profitabilitas dan vulnerabilitasnya.
Analisis laporan keuangan tersebut dapat diukur melalui rasio profitabilitas. Rasio
profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk menganalisis atau mengukur tingkat
efisiensi usaha dan kemampuan untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi
usaha dan kemampuan bank dalam menghasilkan laba, komponennya antara lain:
1. Return On Assets (ROA), yaitu untuk mengukur keberhasilan
manajemen dalam pengelolaan aset menjadi laba.
2. Return On Equity (ROE), yaitu rasio untuk mengukur keberhasilan
modal dalam menghasilkan laba.
3. Net Interest margin (NIM), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba.
12
Selanjutnya dalam mengidentifikasi dan menganalisis tingkat vulnerabilitas
perbankan akan digunakan analisis CAMEL (Capital, Asset Quality, Management
Quality, Earning, dan Liquidity). Berdasarkan indikator tersebut, proksi yang akan
digunakan yaitu:
1. Capital akan menggunakan variabel CAR (Capital Adequacy Ratio)
2. Asset Quality akan menggunakan variabel NPL (Non Performing
Loan)
3. Management Quality akan menggunakan variabel BOPO (Beban
Operasional)
4. Earning akan menggunakan variabel ROA
5. Liquidity akan menggunakan variabel LDR (Loan to deposit ratio)
1.3 Pertanyaan penelitian
Pertanyaan dari penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana pengaruh kurs rupiah terhadap profitabilitas dan vulnerabilitas Bank
BUMN (Bank Mandiri, BNI, BRI, dan BTN).
2. Bagaimana pengaruh GDP terhadap profitabilitas dan vulnerabilitas Bank BUMN
(Bank Mandiri, BNI, BRI, dan BTN).
3. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap profitabilitas dan vulnerabilitas Bank BUMN
(Bank Mandiri, BNI, BRI, dan BTN).
4. Bagaimana pengaruh BI rate terhadap profitabilitas dan vulnerabilitas Bank BUMN
(Bank Mandiri, BNI, BRI, dan BTN).
13
1.4 Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Menganalisis pengaruh kurs rupiah terhadap dollar Amerika terhadap kinerja dan
kerentanan Bank BUMN (Bank Mandiri, BNI, BRI, dan BTN).
2.
Menganalisis pengaruh GDP terhadap dollar Amerika terhadap kinerja dan
kerentanan Bank BUMN (Bank Mandiri, BNI, BRI, dan BTN).
3. Menganalisis pengaruh inflasi terhadap kinerja dan kerentanan Bank BUMN (Bank
Mandiri, BNI, BRI, dan BTN)
4. Menganalisis pengaruh BI rate terhadap kinerja dan kerentanan Bank BUMN
(Bank Mandiri, BNI, BRI, dan BTN)
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini setidaknya adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, penelitian ini akan memberikan tambahan wawasan tentang analisis
kinerja dan kerentanan perbankan dan dapat menambah pengalaman di bidang
penelitian.
2. Bagi dunia perbankan, penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pengambilan
keputusan terkait dengan kondisi makroekonomi yang sedang terjadi.
3. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat menjadi gambaran bagi instansi yang terkait
untuk menyusun kebijakan makroekonomi maupun perbankan.
14
4. Bagi pembaca dan ilmu pengetahuan, dapat digunakan sebagai bahan referensi dan
pengetahuan, sehingga kedepannya dapat ikut mengisi ruang yang masih cukup
lebar bagi penelitian dalam dunia perbankan.
5. Dengan mengetahui hubungan antara kondisi makroekonomi dengan kinerja dan
kerentanan perbankan di Indonesia, maka dapat diketahui apa yang akan terjadi
pada perbankan dalam kondisi makroeekonomi tertentu, dan mungkin begitu juga
sebaliknya.
1.6 Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari lima bab, dengan susunan atau sistematika penulisan
sebagai berikut:
Bab 1 berisi Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah,
rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab 2 akan membahas mengenai survei literatur. Survei literatur menjelaskan
teori yang mendasari penelitian ini, dilengkapi dengan studi empiris yang
menjelaskan hasil temuan penelitian sebelumnya.
Bab 3 akan menjabarkan Metodologi Penelitian. Pada bab ini akan dijelaskan
data yang digunakan, sumber data, dan metode pengumpulan data. Selain itu,
metode analisis, model, atau persamaan yang akan digunakan dalam penelitian ini
juga akan diuraikan secara rinci.
15
Bab 4 menjelaskan analisis dan hasil temuan penelitian ini. Hasil temuan
penelitian adalah jawaban atas seluruh pertanyaan penelitian yang telah disebutkan
di Bab 1.
Bab 5 akan menyajikan Kesimpulan dan Implikasi dari penelitian ini.
Kesimpulan akan menjawab semua pertanyaan penelitian dan temuan penting studi
ini. Implikasi akan mengajukan berbagai saran atau implikasi dalam kaitannya
dengan penelitian selanjutnya.
16
Download