1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering
memerlukan tindakan pembedahan. Penanganan kasus apendisitis sering
mengalami keterlambatan diakibatkan diagnosa yang sering kali kurang cepat dan
akurat. Selama ini dalam menegakkan diagnosa apendisitis digunakan sistim skor.
Skor Alvarado merupakan sistim skor yang paling sering digunakan dalam
mendiagnosa apendisitis akut walaupun dalam beberapa penelitian, skor Alvarado
memiliki kelemahan, terutama pada pasien anak-anak dan pasien wanita usia
produktif skor Alovarado memiliki akurasi diagnostik yang lemah. Sistim skor
Tzanakis merupakan sistim skor yang menggabungkan gejala klinis, laboratorium,
Ultrasonografi (USG) yang diharapkan dapat memberikan akurasi diagnostik yang
lebih baik.
Angka kejadian apendisitis sangat tinggi terhitung lebih dari 40.000 pasien
dirawat di Inggris setiap tahunnya. Apendisitis sering terjadi pada kelompok usia
10-20 tahun tetapi dapat terjadi pada semua golongan umur. Pria lebih sering
terserang daripada wanita dengan perbandingan 1,4:1. Di Amerika Serikat
didapatkan angka insiden apendisitis akut adalah 1 per 1000 orang. Risiko
seseorang terkena apendisitis akut sepanjang hidupnya adalah sekitar 6-9%.
Apendisitis akut merupakan penyakit yang memerlukan penanganan segera. Di
Inggris apendisitis akut merupakan penyebab dari sekitar 40.000 perawatan di
1
2
rumah sakit setiap tahun. Mortalitasnya cukup tinggi terutama jika mengenai
orang usia tua yaitu antara 28-60% (Humes dan Simpson, 2011).
Di Indonesia angka insiden apendisitis cukup tinggi, terlihat dengan adanya
peningkatan jumlah pasien dari tahun ke tahun. Berdasarkan data yang diperoleh
dari Departemen Kesehatan pada tahun 2008, kasus apendisitis yang tercatat pada
tahun 2005 sebanyak 65.755 kasus dan pada tahun 2007 jumlah kasus apendisitis
sebanyak 75.601 orang (Depkes RI, 2007).
Kasus-kasus yang menunjukan nyeri abdomen yang tidak spesifik dan nyeri
apendisitis akut sangat sering terjadi pada kasus bedah, yaitu sekitar 75% kasus
rawat inap dengan keluhan nyeri akut abdomen.Diagnosa appendisitis akut sering
menjadi masalah umum terutama pada anak muda, orang tua dan wanita usia
reproduksi,
dimana
terdapat
beberapa
kondisi
peradangan
lain
seperti
genitourinari dan ginekologi yang tanda dan gejalanya mirip dengan appendisitis
akut. Sampai saat ini diagnosa appendisitis akut didasarkan pada pemeriksaan
klinis dan pemeriksaan laboratorium (Chong et al., 2011).
Penurunan angka morbiditas dan mortalitas dicapai dengan adanya
penatalaksanaan operatif yang agresif dalam menangani nyeri perut tersebut.
Meskipun demikian, terdapat 10-30% prosedur apendisektomi yang mempunyai
hasil negatif (Apendisektomi negatif) (Seetahal et al., 2011).
Pemeriksaan klinis untuk mendiagnosa
kasus appendisitis akut hanya
memiliki akurasi sekitar 70-80%, sekitar 20-30% pasien yang diduga menderita
appendisitis akut tidak memiliki gejala klinis yang jelas sehingga penegakkan
diagnosa menjadi sulit. Kesalahan diagnosa sering terjadi dimana insiden
3
terjadinya perforasi atau komplikasi sebesar 20% dan laparatomi dengan hasil
negatif mencapai 2-30%.
Beberapa sistim penilaian telah dikembangkan untuk membantu dalam
mendiagnosa appendisitis akut. Skor Alvarado adalah sistim skor yang paling
sering digunakan untuk mendiagnosa kasus appendisitis akut, skor dengan nilai 7
atau lebih merupakan diagnostik untuk perlunya dilakukan tindakan operasi.
Sensitivitas dari skor Alvarado pada beberapa penelitian dilaporkan 73-90%
dengan spesifisitas sekitar 87-92% dan negative appendectomy rate 11,3% (Merhi
et al., 2006; Malla dan Batajoo, 2014). Pada beberapa penelitian disebutkan
bahwa skor Alvarado memiliki sensitivitas dan spesifitas yang rendah untuk
mendiagnosa pasien dengan kecurigaan apendisitis akut terutama pada pasien
wanita dengan usia produktif dan pasien anak-anak ( Wani et al., 2006). Peneliti
lainnya tentang apendisitis akut di RSUP Sanglah Denpasar Bali, Stefanus Dhe
Soka pada tahun 2010 diadapatkan angka sensitivitas 85,2%, spesifisitas 62,5%,
akurasi 82,3%
Akurasi diagnostik dapat lebih ditingkatkan dengan beberapa pemeriksaan
penunjang diantaranya adalah USG, Computerized Tomography Scan (CT scan),
Magnetic Resonance Imaging (MRI) terutama pada kasus appendisitis yang
meragukan. USG merupakan alat penunjang pemeriksaan yang paling murah dan
memiliki nilai akurasi yang cukup tinggi dalam mendiagnosa penderita dengan
kecurigaan apendisitis akut. Beberapa laporan penelitian selama dua dekade
terakhir memperlihatkan bahwa sensitivitas USG mendekati 75-90%, spesifitas
antara 80-100%, dan nilai angka prediksi positif mencapai 89-93% serta akurasi
4
secara keseluruhan sebesar 90-94%. Keterbatasan pada pemeriksaan USG sangat
tergantung pada operator dan memerlukan ketrampilan dan pengalaman yang
tinggi (Baldya. et al., 2006). Pada penelitian tentang validitas diagnosa USG pada
apendisitis akut di RSUP Sanglah Denpasar Bali didapatkan sensitivitas 88,2%,
spesifisitas 100%, akurasi 88,9% ( Mahayasa 2006)
Skor Tzanakis merupakan sistem skor untuk mendiagnosa apendisitis akut
berdasarkan 4 variabel yaitu gejala klinis (nyeri perut kanan bawah, rebound
tenderness), marker inflamasi, dan USG dengan skor 15 . Skor Tzanakis >8
merupakan diagnosa dari appendisitis akut yang memerlukan tindakan
pembedahan. Tzanakis et al melaporkan bahwa sistim skor ini memiliki
sensitivitas 95,4%, spesifisitas 97,4% dan akurasi 96,5% . Penelitian lainnya
mendapatkan nilai sensitivitas 91,48%, spesifisitas 66,6%, akurasi 90% pada skor
Tzanakis ( Sigdel et al., 2010).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas diagnostik dari
skor
Tzanakis dalam mendiagnosa kasus apendisitis akut di RSUP Sanglah
Denpasar Bali.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka rumusan masalah pada
penelitian ini yaitu :
Apakah skor Tzanakis mempunyai sensivisitas, spesifisitas dan akurasi yang
baik dalam menegakkan diagnosa apendisitis akut di RSUP Sanglah, Denpasar
Bali.
5
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui validitas diagnosa skor Tzanakis pada penderita
appendisitis akut di RSUP Sanglah Denpasar Bali.
1.3.2. Tujuan khusus
1.
Untuk mengetahui sensivisitas skor Tzanakis pada apendisitis akut.
2.
Untuk mengetahui spesifisitas skor Tzanakis pada apendisitis akut.
3.
Untuk mengetahui nilai prediktif skor Tzanakis pada apendisitis akut
4.
Untuk mengetahui akurasi skor Tzanakis pada apendisitis akut.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Akademik
Penelitian ini dapat dipakai sebagai data awal untuk dapat melakukan
penelitian-penelitian lebih lanjut terutama tentang upaya peningkatan akurasi
diagnosa apendisitis akut.
1.4.2. Manfaat Praktis
Skor Tzanakis dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa apendisitis akut
secara bermakna di RSUP Sanglah Denpasar Bali sehingga tindakan operasi dapat
dipertanggung jawabkan.
Download