BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inverter merupakan rangkaian elektronika yang berfungsi untuk merubah tegangan listrik DC menjadi tegangan listrik AC. Inverter sering juga disebut sebagai konverter listrik DC ke AC. Umumnya sebuah inverter tersusun atas beberapa bagian diantaranya seperti: sumber listrik DC, unit kendali, serta output filter. Unit kendali umumnya berfungsi untuk men drive sinyal kepada unit switching ( transistor, MOSFET, IGBT) pada rangkaian inverter . Unit kendali biasanya tersusun atas rangkaian osilator yang tersusun atas rangkaian analog maupun dengan menggunakan mikrokontroller. Tegangan output inverter masih berbentuk gelombang AC kotak sehingga diperlukan sebuah filter untuk memperoleh tegangan listrik AC sinusoidal. Pemanfaatn inverter dalam kehidupan sehari-hari cukup banyak kita jumpai baik pada bidang industri maupun rumah tangga, terutama untuk aplikasi motor drive dan energi terbaharukan. Energi terbaharukan merupakan salah satu solusi alternatif yang layak dipertimbangkan untuk dapat mengurangi ketergantungan kita akan sumber energi fosil yang secara umum masih mendominasi konsumsi energi dunia yaitu sekitar 87 % dari total konsumsi energi dunia [1]. Berikut diagram komposisi total konsumsi energi dunia pada tahun 2014. Dalam beberapa dekade terakhir di seluruh dunia termasuk Indonesia, ketersediaan sumber energi fosil khususnya minyak bumi berada dalam kondi si yang semakin mengkhawatirkan. Menurut Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Indonesia, Sudirman Said jika tidak ada upaya eksplorasi sumber minyak baru di Indonesia maka cadangan minyak Indonesia hanya sanggup bertahan dalam waktu kurang lebih 12 tahun lagi [2]. Usaha untuk menemukan sumber minyak baru membutuhkan biaya yang tidak sedikit, untuk itu diperlukan upaya serius untuk mengadakan sumber energi lain sebagai pengganti sumber energi fosil. 1 Gambar 1. 1 Total Konsumsi Energi Dunia Tahun 2014[1]. Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi sumberdaya energi terbaharukan yang melimpah seperti: biomassa, panas bumi, air, serta energi matahari, susmber-susmber energi tersebut dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi seperti energi listrik. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk dapat memproduksi energi listrik dari sumber energi terbarukan. Karakteristik sumber energi terbaharukan sangat tergantung pada kondisi geografis suatu daerah, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi upaya pemanfaatan sumber energi terbaharukan. Indonesia merupakan negara dengan kontur geografis yang sangat beragam sehingga setiap daerah memiliki jenis serta jumlah potensi sumber energi terbaharukan yang yang berbeda [3]. Sistem pembangkit listrik dengan sumber energi terbaharukan berbeda dengan sistem pembangkit energi listrik konvensional. Pada pembangkit listrik konvensional energi listrik yang dihasilkan umumnya dalam jumlah yang relatif besar dan konstan, sedangkan pada pembangkit listrik yang bersumber pada energi terbaharukan sangat tergantung pada kondisi alam sehingga untuk dapat menghasilkan energi listrik siap pakai sesuai dengan standar kebutuhan konsumen diperlukan beberapa perangkat tambahan seperti unit penyimpan energi listrik (Akumulator), serta inverter yang berfungsi untuk mengkonversi energi listrik arus searah (DC) menjadi energi listrik arus bolak balik (AC). Selain aplikasi pada sistem pembangkit energi listrik yang 2 bersumber dari energi terbaharukan, penggunaan inverter juga telah banya dijumpai pada peralatan elektronik sehari-hari misalnya pada aplikasi penggerak motor listrik [4], oven microwave [5], catu daya untuk TV LCD [6], serta masih banyak lagi aplikasi lainnya. Seperti halnya pada pembangkit listrik konvensional, agar terhindar dari kerusakan akibat gangguan listrik, inverter perlu dilengkapi dengan sebuah sistem pengaman arus. Jenis-jenis gangguan listrik pada inverter umumnya sama dengan gangguan pada pembangkit konvensional, tetapi perhatian khusus perlu diberikan pada inverter disebabkan oleh komponen penyusun dari inverter itu sendiri yang terdiri dari rangkaian elektronika daya yang lebih rawan terhadap kerusakan jika dibanding pembangkit konvensional yang umumnya lebih kokoh. Sebagai contoh pada gangguan arus lebih dan hubung singkat, kemam- puan menahan arus pada inverter lebih kecil dan lebih singkat jika dibanding pada pembangkit konvensional. Inverter yang berukuran kecil umumnya hanya dilindungi sebuah sekering (fuse), sedangkan untuk pengaman arus pada inverter yang lebih besar biasanya menggunakan perangkat berupa Circuit Breaker dan beberapa rangkaian tambahan lainnya seperti sistem pengaman arus pada pembangkit konvensional. Sistem pengaman arus yang terdiri dari sekring tersebut tidak menjamin keamanan operasional inverter disebabkan respon terhadap gangguan yang relatif lambat, sehingga diperlukan sebuah sistem pengaman arus yang sesuai untuk sebuah inverter . Sistem pengaman arus pada inverter kecil yang sudah tersedia di pasaran juga kurang fleksibel karena terintegrasi dengan inverter . Penentuan besarnya arus lebih pada inverter umumnya disamakan dengan cara perhitungan pada pengaman arus konvesional yang mentolerir waktu pemutusan yang relatif lambat [7]. Sedangkan piranti elektronika daya seringkali tidak mampu bertahan selama waktu tersebut, sehingga itu perlu dipertimbangkan kecepatan respon terhadap gangguan dalam merancang pengaman inverter . Sistem pengaman arus umumnya memerlukan sensor arus untuk dapat mendeteksi terjadinya gangguan arus lebih. Beberapa sensor arus yang sering digunakan pada inverter diantaranya resistor-shunt, hall-effect, current-sensing MOSFET, trafo arus, dan lainsebagainnya. Pemilihan sensor arus yang optimal 3 tentunya dibutuhkan agar dapat mengahsilkan sistem pengaman arus yang sesuai. Penjelasan mengenai jenis-jenis sensor arus tersebut dapat dilihat pada bagian 2.2.9. Hal yang tidak kalah penting yang harus diperhatikan dalam merancang sistem proteksi inverter adalah ketersediaan komponen elektronik yang digunakan sehingga ketika dibutuhkan perawatan ataupun penggantian, komponen pengganti bisat diperolah dengan mudah. Sistem pengaman juga perlu mempunyai rekaman jejak gangguan untuk dianalis lebih lanjut agar gangguan dapat diminimalisir di kemudian hari, serta dapat digunakan sebagi acuan untuk melakukan perawatan inverter tersebut. Gangguan pada inverter banyak jenisnya namun untuk merealisasikan semua pengaman butuh biaya besar yang terkadang tidak layak untuk sistem yang berdaya kecil. Sebelum merancang sistem pengaman arus pada inverter perlu diidentifikasi gangguan-ganguan yang paling sering terjadi dan yang peling mungkin menyebabkan terjadinya kerusakan pada inverter , kemudian nantinya akan dicari solusi pengamanannya. 1.2 Perumusan Masalah Berdasar latar belakang masalah yang telah dipaparkan pada bagian 1.1, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang terkait dengan sistem pengaman arus inverter satu fase adalah sebagai berikut: 1. Perlu dibuat sebuah sistem pengaman arus yang sensitif dengan respon yang cukup cepat. 2. Sistem pengaman arus yang mengadopsi sistem pengaman arus pada pembangkit konvenional tidak sesuai untuk pengaman inverter , disebabkan komponen penyusun inverter umumnya sangat sensitif terhadap perubahan besaran arus dan tegangan. 3. Sistem pengaman arus yang sudah tersedia di pasaraan sudah terintegrasi dengan inverter , namun komponen pengaman arus yang digunakan relatif sulit untuk diperoleh jika hendak melakukan peggantian komponen ketika terjadi kerusakan. 4