VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan: 1) Hasil analisis matriks kebijakan menunjukkan bahwa usaha pembenihan ikan patin Deddy Fish Farm memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif baik pada tahun 2008 maupun 2009. Hal ini dilihat dari nilai PP dan SP yang positif, serta PCR dan DRC yang kurang dari satu. Namun dalam kurun waktu tersebut ditunjukkan bahwa baik keunggulan komparatif maupun kompetitif mengalami penurunan. Selanjutnya dapat disimpulkan juga bahwa pada tahun 2008 usaha pembenihan ikan patin memiliki keunggulan kompetitif lebih tinggi dibandingkan keunggulan komparatif, sedangkan tahun 2009 menunjukkan hal sebaliknya. Hal ini ditunjukkan pada tahun 2008 nilai PCR lebih kecil dibandingkan DRC karena biaya sosial produksi lebih besar dibandingkan biaya finansialnya. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kebijakan pemeritah berjalan efektif sehingga keunggulan kompetitif lebih tinggi daripada keunggulan komparatif. Nilai PCR yang lebih besar dari nilai DRC pada tahun 2009 menunjukkan hal sebaliknya, bahwa kebijakan yang ada tidak berjalan efektif sehingga pengorbanan untuk mendapatkan satu satuan output pada analisis privat lebih besar dibandingkan analisis sosial. 2) Analisis sensitivitas yang dilakukan berupa naiknya UMR 7%, naiknya harga input 4%, melemahnya nilai tukar 6%, menurunnya harga output 20%, pengurangan subsidi BBM, penghapusan PPN pakan 10%, adanya kelembagaan, serta analisis gabungan yang disertai dengan simulasi kebijakan. 102 Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa naiknya UMR 7%, naiknya harga input 4%, menurunnya harga output 20%, dan pengurangan subsidi BBM akan menurunkan keunggulan kompetitif. Penurunan keunggulan kompetitif terbesar ditunjukkan pada analisis sensitivitas jika harga privat benih patin menurun sebesar 20%. Adapun hasil analisis sensitivitas dengan melemahnya nilai tukar 6% membuat keunggulan komparatif mengalami penurunan. Hasil analisis gabungan menunjukkan bahwa penurunan keunggulan kompetitif yang disebabkan oleh naiknya UMR 7%, naiknya harga input 4%, dan menurunnya harga output 20% dapat ditanggulangi dengan kebijakan pemerintah berupa penghapusan PPN pakan sebesar 10% dan adanya kelembagaan yang berfungsi sebagai penampung benih. Hal ini dapat dilihat dari penurunan nilai PCR. Sedangkan penurunan keunggulan komparatif yang disebabkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dapat ditanggulangi dengan kebijakan pemerintah yang berupa kelembagaan seperti koperasi. 8.2. Saran 1) Produksi, produktivitas, dan kualitas benih ikan patin produksi DFF harus ditingkatkan agar dapat memberikan keuntungan yang lebih besar. Selain itu, peningkatan produksi benih juga diharapkan akan meningkatkan produksi patin dewasa untuk memperbesar peluang ekspor. Untuk meningkatkan atau memperkuat dayasaing, dapat dilakukan melalui peningkatan kompetensi lokal maupun membangun usaha melalui pendekatan sistem agribisnis misalnya pola kemitraan usaha. 103 2) Kebijakan pemerintah yang telah ada dapat terus dipertahankan, karena usaha pembenihan ikan patin menguntungkan baik secara finansial maupun ekonomi. Akan tetapi, melihat dari kondisi perekonomian Indonesia yang belum stabil, seperti nilai tukar yang merosot dan inflasi yang tinggi, pemerintah diharapkan mampu untuk menciptakan kondisi yang stabil baik dalam bidang ekonomi maupun politik agar harga input output tetap stabil. Selain itu, walaupun sudah menguntungkan baik dari segi keunggulan komparatif maupun kompetitif, pemerintah perlu memberikan kebijakan yang bertujuan untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi agribisnis perikanan. Misalnya dari segi harga input, pakan merupakan faktor yang banyak memakan biaya. Menurut PP Nomor 7 Tahun 2007 tentang perikanan, pakan ikan dibebaskan dari PPN, namun pada kenyataannya, PPN masih diberlakukan untuk pakan ikan sehingga harga pakan menjadi mahal. Hendaknya pemerintah benar-benas menghapus PPN untuk pakan agar biaya produksi bisa berkurang. 3) Pemerintah juga perlu meningkatkan produksi barang-barang input agar Indonesia tidak tergantung pada impor sehingga diharapkan biaya yang dikeluarkan untuk input dapat diperkecil. Hal ini akan berdampak pada efisiensi usaha yang akan membuat harga output lebih rendah sehingga bisa bersaing di pasaran internasional. Seperti misalnya, artemia merupakan produk impor dari negara Cina dan Kanada, sekarang Indonesia sudah mampu menghasilkan artemia sendiri. Input lainnya seperti pakan, hendaknya pemerintah memberikan insentif agar pakan berbahan baku alternatif seperti 104 magot kelapa sawit dan bungkil bisa diproduksi secara massal karena harganya lebih murah. 4) Dilihat dari sisi harga output, petani ikan, dalam hal ini DFF, masih menghadapi kendala berhubungan dengan harga output. Mengingat ikan merupakan produk pertanian yang harganya fluktuatif, wajar jika harga output turun naik. Akan tetapi pemerintah bisa memberikan insentif agar harga benih patin bisa dinaikkan sehingga penerimaan petani lebih besar. Misalnya dengan adanya kelembagaan lokal, sehingga stabilitas harga akan tercapai. Selain itu, diperlukan kelembagaan yang menyediakan kredit usaha, penyedia barangbarang input, dan lainnya agar biaya produksi dapat diperkecil. 105