BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seluruh logam berpotensi sebagai pencemar lingkungan dan berakibat buruk bagi lingkungan jika keberadaannya telah mencapai ambang batas tertentu (Freedman, 1995). Logam berat seperti perak (Ag), cadmium (Cd), krom (Cr), kobalt (Co), tembaga (Cu), besi (Fe), seng (Zn) dan unsur-unsur yang lebih ringan seperti alumunium (Al), arsen (Ar) dan selenium (Se) mempunyai potensi terbesar mengakibatkan efek toksik bagi organisme. Masuknya logam ke lingkungan dapat melalui berbagai cara, baik secara alamiah seperti; kegiatan gunung berapi, erosi dan pelapukan tebing dan tanah, kebakaran hutan, partikel debu atmosfir, maupun dari kegiatan manusia seperti; kegiatan pertambangan, praktek pertanian yang tidak terkontrol, cairan limbah rumah tangga, limbah dan buangan industri, dan lain-lain. Aktivitas yang dilakukan manusia akhir-akhir ini secara langsung maupun tidak langsung telah menjadi sumber utama masuknya logam-logam kelingkungan. Proses penyebaran logam selanjutnya sangat tergantung kepada kondisi fisika-kimia (suhu, pH, bahan organik, kadar ionik dan lain-lain) lingkungan dimana logam-logam ini berada. Selain proses pemasukan awal yang telah melebihi ambang batas, maka proses penyebaran inilah yang bertanggung jawab terhadap akumulasi dan pencemaran logam-logam di lingkungan selanjutnya. Aktivitas industri dan pertambangan manusia menjadi salah satu sumber utama pencemaran logam di lingkungan, khususnya di tanah dan perairan. Salah satu contoh seperti yang terjadi di Enyigba, Nigeria. Menurut Obiora dkk. (2015) urutan kandungan logam pencemar Pb > Mn > Zn > Cr > Cu > Ni > Co > As > Mo > Cd dalam tanaman pertanian dan kandungan tanah pada sekitar wilayah tambang Pb-Zn telah mencapai ambang batas. Secara terus menerus mengkonsumsi tanaman yang tercemar logam Pb, Mn dan Zn dapat meningkatkan potensi penyakit Alzheimers dan Manganism (Khan dkk., 2013) 1 2 Persebaran limbah logam banyak ditemukan di beberapa daerah industri dan tambang contohnya di daerah sungai Membramo yang merupakan salah satu sungai terbesar di Provinsi Papua. Daerah pada hulu sungai merupakan daerah dataran yang kaya akan sumber daya tambang logam, aktivitas pertambangan pada daerah tersebut dapat mencemari sungai dan aktivitas perikanan pada daerah aliran sungai. Kandungan logam berat pada aliran sungai diteliti oleh Tarigan dkk. (2003) dengan melakukan pengamatan kandungan logam berat Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni. Hasil penelitian menunjukkan kadar Zn lebih banyak dalam air dan kadar Ni lebih tinggi pada sedimen tanah. Penelitian untuk memanfaatkan bioadsorben banyak dilakukan dalam rangka mengurangi dampak pencemaran lingkungan. Metode ini lebih banyak dipilih karena bioadsorben dinilai lebih efektif dalam menurunkan kadar level logam, berlimpah di alam, murah (seperti sampah bio-material, bioproduk sisa dari makanan dan serat yang berasal dari industri agrokultur) dan mudah dalam penanganannya. Salah satu contoh adalah penelitian dari Meitei dan Prasad (2013) yang telah melakukan uji adsorpsi logam Cu(II), Mn(II) dan Zn(II) menggunakan Spirodela polyrhiza (L.) merupakan tanaman yang banyak tumbuh di danau Loktak, Phoomdi, India. Penelitian lainnya menggunakan bioadsroben dilakukan oleh Sadeek dkk. (2015) menggunakan variasi bioadsroben yaitu sekam padi, daun palem dan enceng gondok untuk adsorbsi Cu (II), Co (II) dan Fe (III). Pada penelitian ini, digunakan asam humat yang merupakan salah satu fraksi dari senyawa humat sebagai adsorben alami. Ketersebaran senyawa humat sangat tinggi, sehingga sangat mudah ditemui contoh: dalam tanah gambut, sungai, danau, laut, sedimen maupun dalam batu bara dan endapan geologi lainnya. Senyawa humat sangat penting dalam pertanian, yaitu sebagai pemacu pertumbuhan tanaman, berperan dalam pembentukan tanah, dan dalam translokasi ataupun mobilitas tanah liat, alumunium dan besi (Stevenson, 1994). Senyawa humat sebagai hasil peruraian bahan organik tanaman memegang peranan penting dalam mempengaruhi sifat-sifat tanah dan spesies kimia dalam tanah dan perairan. Studi adsorpsi ini bertujuan menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang ketersebaran logam dalam bahan organik tanah, khususnya 3 adsorpsi Zn(II) pada asam humat yang merupakan fraksi senyawa humat. Pengikatan logam oleh bahan organik menjadi penting untuk dipelajari mengingat spesiasi logam-logam dalam cairan limbah buangan didominasi oleh kompleks organik-logam, dan di lingkungan tanah keberadaan logam-logam dipengaruhi oleh bahan organik tanah khususnya senyawa humat (Tan, 1998). Kemampuan asam humat sebagai adsorben telah banyak diuji. Salah satu contoh penelitian yang dilakukan oleh Filipe dkk. (2009) yaitu menggunakan asam humat sebagai adsorben untuk menguji sifat adsorpsi-desorpsi limbah Thiram yang merupakan limbah pestisida. Penelitian lainnya Sudiono (2001), melakukan pengujian mengenai sifat asam-basa Asam humat dan interaksinya pada logam kromium(III), tembaga(II), kobalt(II) dan nikel(II). Kemampuan asam humat dalam mengadsorpsi logam dikarenakan kayanya asam humat akan gugus fungsional –COOH dan OH fenolat yang mampu berikatan kompleks dengan asam humat. Selain kemampuan asam humat dalam mengadsorpsi limbah logam, sisi aktif asam humat juga memiliki keunggulan khusus dalam melakukan adsorpsi-reduksi emas. Ismillayli (2009) melakukan penelitian mengenai aplikasi asam humat untuk adsorpsi-reduktif emas. Selanjutnya Prasasti (2011) melakukan penelitian kembali mengenai sisi aktif asam humat yang berperan terhadap adsropsi-reduksi emas dengan melakukan eterifikasi dan esterifikasi. Dalam aplikasi asam humat sebagai adsorpsi-reduksi emas pada limbah elektronik ditemui kendala yang dominan terjadi yaitu keberadaan logam penggangu. Ardini (2014) melakukan uji kinetika adsorpsi kompetitif dengan keberadaan logam pengganggu Cu(II) dan Ni(II) pada asam humat. Penelitian ini akan dilakukan studi isotherm dan kinetika adsorpsi Zn(II) oleh asam humat. Kemampuan adsorpsi logam Zn(II) pada asam humat akan diawali dengan dilakukan peninjauan terhadap pH optimum adsorpsi. Selanjutnya pada variasi temperatur dilakukan penelitian mengenai isotherm adsorpsi dan kinetika reaksi adsorpsi Zn(II) terhadap asam humat, selanjutnya dapat diketahui kapasitas adsorpsi maksimum, energi entalpi maupun energi aktivasi reaksi. Asam humat yang digunakan merupakan hasil isolasi dari tanah gambut Rawa Pening, 4 kemudian dilakukan pemurnian dengan HCl/HF hingga kadar abu kurang dari 2%. I. 2. Tujuan Penelitian 1. Isolasi asam humat dari tanah gambut Rawa Pening 2. Penentuan pH optimum adsorpsi Zn oleh asam humat 3. Penentuan parameter termodinamik adsorpsi Zn oleh asam humat 4. Penentuan parameter kinetika adsorpsi Zn oleh asam humat I. 3. Manfaat penelitian Secara umum penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama dalam bidang ilmu kimia tanah dan sebagai masukan bagi penentu kebijakan dalam rangka pendayagunaan lahan gambut, baik untuk sektor pertanian, sektor industri maupun sektor lingkungan. Secara khusus diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan acuan antara lain 1. Sebagai bahan pendukung atau pertimbangan adsorpsi emas oleh asam humat dengan logam pengganggu Zn. 2. Sebagai bahan pendukung atau pertimbangan kualitas adsorben asam humat untuk adsorpsi limbah Zn.