STUDI SISTEM PENGADAAN TANAMAN LANSKAP DI KELURAHAN BOJONGSARI BARU, KECAMATAN BOJONGSARI, KOTA DEPOK, JAWA BARAT MAULINA ARYANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Sistem Pengadaan Tanaman Lanskap di Kelurahan Bojongsari Baru, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, April 2014 Maulina Aryanti NIM A44070065 ABSTRAK MAULINA ARYANTI. Studi Sistem Pengadaan Tanaman Lanskap di Kelurahan Bojongsari Baru, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Dibimbing oleh TATI BUDIARTI. Tanaman merupakan elemen penting dalam desain lanskap sehingga pengusaha tanaman juga dibutuhkan dalam industri lanskap selain arsitek lanskap, kontraktor lanskap, dan pengelola lanskap. Penelitian ini dilakukan di desa Bojongsari Baru yang merupakan salah satu sentra usaha tanaman hias lanskap, pada bulan Juli-Desember 2013. Tujuan dari penelitian ialah mempelajari sistem pengadaan tanaman di nurseri skala kecil yang dijalankan oleh warga Bojongsari Baru dan menyusun strategi pengembangan usaha tanaman hias tersebut. Metode penelitian dengan observasi dan wawancara terhadap warga kemudian dilakukan analisis deskriptif dan kuantitatif untuk mendapatkan gambaran kondisi usaha dan analisis SWOT untuk menyusun strategi pengembangan usaha. Hasil penelitian ini menunjukkan budidaya, pemeliharaan tanaman, dan pemasaran yang dilakukan masih menggunakan metode konvensional dan alat-alat sederhana disebabkan terbatasnya ketersediaan lahan pertanian dan modal usaha, namun warga memiliki keinginan untuk mengembangkan usaha ini. Beberapa strategi yang direkomendasikan bagi warga Bojongsari Baru untuk pengembangan usahanya yakni perencanaan produksi yang cermat, pengoptimalan penggunaan lahan, dan pencatatan keuangan yang lebih terperinci. Kata kunci: lanskap, nurseri, pengusaha tanaman,tanaman hias. ABSTRACT MAULINA ARYANTI. The Study of Landscape Plant Procurement System in Bojongsari Baru Village, Bojongsari District, Depok, West Java. Supervised by TATI BUDIARTI. Plants are important elements in landscape design so that nurseryman are also required in landscape industry besides landscape architects, landscape contractors and landscape managers. This research was conducted in Bojongsari Baru village which is one of the business centers of ornamental plants, in JulyDecember 2013. The purpose of this study was to study the procurement system of small-scale nurseries run by Bojongsari Baru citizens and to compose some strategies for ornamental plant business development. Research methods with observation and interviews of citizens then performed descriptive and quantitative analysis to get an overview of plant business conditions and SWOT analysis for business development strategy. The results of this study indicate cultivation, plant maintenance, and marketing is still done using conventional methods and simple tools due to the limited availability of agricultural land and capital, but citizens have a desire to develop this business. Several strategies recommended for nurserymen in Bojongsari Baru are careful production planning, optimization of land use, and more detailed financial records. Keywords: landscape, nursery, nurseryman, ornamental plant. STUDI SISTEM PENGADAAN TANAMAN LANSKAP DI KELURAHAN BOJONGSARI BARU, KECAMATAN BOJONGSARI, KOTA DEPOK, JAWA BARAT MAULINA ARYANTI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 ii © Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penyusunan kritik, dan peninjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB. iii Judul Skripsi : Studi Sistem Pengadaan Tanaman Lanskap di Kelurahan Bojongsari Baru, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat Nama : Maulina Aryanti NIM : A44070065 Disetujui oleh Dr Ir Tati Budiarti, MS Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Bambang Sulistyantara, M.Agr Ketua Departemen Tanggal Lulus: iv PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan ini adalah tanaman lanskap, dengan judul Studi Sistem Pengadaan Tanaman Lanskap di Kelurahan Bojongsari Baru, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat. Terima kasih penulis ucapkan kepada: 1. Ibu Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku pembimbing atas segala arahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini, 2. Bapak Dr. Ir. Setia Hadi, MS dan Ibu Dr. Ir. Indung Sitti Fatimah, MSi selaku dosen penguji dalam ujian sidang, 3. Bapak Karmuin sekeluarga, Bapak Hadi Sumarna, dan Bapak H. Satibi beserta seluruh petani tanaman hias dari Kawasan Wisata Tanaman Hias Rotan dan warga dari Kelurahan Bojongsari Baru yang telah membantu selama pengumpulan data, 4. Orangtua serta seluruh keluarga dan sahabat atas segala doa, kesabaran, dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, April 2014 Maulina Aryanti v DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3 TINJAUAN PUSTAKA 4 Tanaman sebagai Elemen Pembentuk Lanskap 4 Peranan Pengusaha Tanaman dalam Industri Lanskap 6 Usaha Tanaman Hias 7 Sistem Pengadaan Tanaman Lanskap di Nurseri Berskala Besar 8 Sistem Pengadaan Tanaman Lanskap di Nurseri Berskala Menengah dan Rumahan 9 METODE 10 Lokasi dan Waktu Penelitian 10 Batasan Penelitian 11 Kerangka Pemikiran 11 Metode Penelitian 12 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 Gambaran Umum Kelurahan Bojongsari Baru 14 Keadaan Umum Usaha Tanaman Hias Kelurahan Bojongsari Baru 16 Sistem Pengadaan Tanaman 27 Tipe Pelaku Usaha Tanaman Hias Berdasarkan Kegiatan Produksi dan Pemasaran 31 Karakteristik Tanaman Hias di Kelurahan Bojongsari Baru 32 Manfaat Usaha Tanaman Hias bagi Masyarakat dan Lingkungan 35 Analisis Permasalahan dalam Pengelolaan Nurseri di Kelurahan Bojongsari Baru 35 Analisis SWOT Pengelolaan Usaha Tanaman Hias di Kelurahan Bojongsari Baru 37 Rekomendasi bagi Pengembangan Usaha Tanaman Hias di Kelurahan Bojongsari Baru 39 PENUTUP 41 Simpulan 41 Saran 41 DAFTAR PUSTAKA 42 LAMPIRAN 43 RIWAYAT HIDUP 57 vi DAFTAR TABEL Halaman 1 Luas panen dan produksi tanaman hias di beberapa kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2009 2 2 Potensi pengembangan komoditas tanaman hias di Kota Depok 2 3 Jenis data dan sumbernya 12 4 Perbedaan sistem pengadaan tanaman koleksi dan tanaman proyek 30 5 Jenis tanaman hias lanskap yang terdapat di nurseri Bojongsari Baru 33 6 Matriks SWOT pengelolaan usaha tanaman hias 38 DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Halaman Tipe dasar bentuk tanaman 5 Tekstur tanaman 5 Hubungan empat keahlian khusus dalam industri lanskap 6 Hubungan kerja pengusaha tanaman dalam industri lanskap 7 Peta lokasi penelitian 10 Kerangka pemikiran 11 Peta eksisting Kelurahan Bojongsari Baru 15 Layout nurseri 18 Bangunan di kavling Rotan (a) rumah (b) bedeng 19 Bangunan di nurseri (a) tempat duduk di pangkalan pinggir jalan (b) rumah warga 19 Tanaman indoor ditempatkan di bawah paranet 20 Contoh tanaman koleksi (a) anthurium jenmanii (b) aglaonema cochin 20 Diagram karakteristik pelaku usaha 21 Diagram luasan dan kepemilikan lahan usaha 22 Diagram jenis dan asal tanaman 22 Diagram pengaruh usaha tanaman hias terhadap perekonomian keluarga 23 Diagram keberlanjutan usaha tanaman hias 26 Contoh kegiatan budidaya (a) persiapan media tanam, (b) pemilihan anakan 29 Contoh kegiatan pemeliharaan (a) penyiraman (b) repotting 29 Contoh kegiatan pemasaran (a) pengepakan (b) pengiriman tanaman 30 Pekarangan rumah warga Bojongsari Baru (a) RW 07 (b) RW 08 31 Areal Rotan (a) nurseri tanaman oudoor (b) nurseri tanaman indoor 32 Pangkalan pinggir jalan raya (a) Douglass Flora (b) Aneka Bunga Nurseri 32 Grafik jumlah nurseri yang menjual jenis tanaman (a) penutup tanah (b) semak dan perdu (c) pohon 34 vii DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Kuesioner penelitian 43 2 Luas panen dan jumlah produksi beberapa tanaman lanskap di Kota Depok tahun 2012 48 3 Karakteristik tanaman hias di Kelurahan Bojongsari Baru 49 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman merupakan salah satu elemen penting penyusun lanskap. Tanaman dapat diperuntukkan bagi berbagai pekerjaan lanskap, baik skala luas maupun skala kecil. Jenis tanaman yang digunakan sangat mempengaruhi hasil pekerjaan lanskap tersebut. Perkembangan industri lanskap bergantung pada keberhasilan tiga keahlian khusus yang utama yaitu arsitek lanskap, kontraktor, dan pengelola lanskap. Pengusaha tanaman lanskap atau nurseryman merupakan partisipan keempat dalam industri lanskap yang juga harus diperhatikan karena mempunyai peranan penting dalam penyediaan tanaman untuk kepentingan pembangunan sebuah lanskap. Jenis tanaman yang digunakan dalam perancangan lanskap termasuk ke dalam kategori tanaman hias. Indonesia memiliki potensi untuk pengembangan agribisnis tanaman hias karena memiliki wilayah yang luas dan subur dengan iklim yang mendukung, dan keanekaragaman sumberdaya tanaman hias yang cukup besar. Berdasarkan data Departemen Pertanian tahun 2010, produksi tanaman hias Indonesia tumbuh secara mengesankan dalam beberapa tahun terakhir dan telah memberikan kontribusi pada PDB yang juga meningkat setiap tahun. Pada tahun 2007 omset bisnis tanaman hias Indonesia yang dihitung dari keseluruhan petani, termasuk petani kecil, sedikitnya mencapai Rp 30-40 miliar per tahun dan terus meningkat dengan laju pertumbuhan sebesar 13,6% per tahun. Kesadaran masyarakat Indonesia akan kesehatan lingkungan dan estetika mendorong peningkatan minat terhadap tanaman hias. Masyarakat khususnya kalangan menengah ke atas kini kian menggemari hobi tanaman hias. Peningkatan minat masyarakat inilah yang menjadikan agribisnis tanaman hias di Indonesia berkembang dengan pesat. Usaha tanaman hias kini makin berkembang di banyak daerah, melibatkan baik petani kecil maupun pengusaha besar. Berkembangnya tanaman hias dalam negeri akan mampu meningkatkan pendapatan petani, membuka lapangan kerja, memenuhi tuntutan keindahan lingkungan, menjadikan kompleks perumahan, perhotelan dan perkantoran bertambah asri serta menunjang pembangunan industri pariwisata. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011, provinsi Jawa Barat menempati urutan pertama sebagai sentra produksi tanaman hias terbesar di Indonesia dengan jumlah produksi mencapai 34,5% dari total produksi tanaman hias seluruh Indonesia. Sentra produksi tanaman hias di provinsi Jawa Barat tersebar di beberapa kota yaitu Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Bekasi, Depok, Cimahi, Tasikmalaya, dan Banjar dapat dilihat pada Tabel 1 (Hapsari, 2011). Berdasarkan Tabel 1, luas lahan Kota Depok menempati urutan pertama, meskipun produksi tanaman hias yang dihasilkan separuhnya jika di bandingkan Kota Bogor, namun masih ada peluang bagi Kota Depok untuk meningkatkan produktivitas tanaman hiasnya dengan memanfaatkan luas lahan yang ada. Hal ini yang dijadikan peluang bagi beberapa pengusaha untuk berbisnis di sektor tanaman hias. 2 Tabel 1 Luas panen dan produksi tanaman hias di beberapa kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2009 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat (2009) Lahan pontensial yang terluas berada di daerah Sawangan dengan luas 40 ha dan lahan yang sudah diusahakan sekitar 15 ha, sedangkan peluang lahan yang masih dapat dimanfaatkan untuk usaha tanaman hias yaitu seluas 25 ha. Potensi pengembangan komoditas tanaman hias di Kota Depok berdasarkan luas lahan dapat dilihat pada Tabel 2 (Hapsari, 2011). Tabel 2 Potensi pengembangan komoditas tanaman hias di Kota Depok Sumber: Dinas Pertanian Kota Depok (2009) Bisnis tanaman hias yang dinilai cukup menjanjikan tidak hanya mendorong para petani tanaman hias itu sendiri, namun juga berdampak pada banyaknya para petani yang beralih komoditas. Lebih dari itu, masyarakat awam pun tergerak untuk mengusahakan tanaman hias. Ketersediaan banyaknya lahan juga dapat dipakai untuk usaha pembudidayaan ataupun menggunakan halaman pekarangan rumah sebagai sarana pembudidayaan, menjadikan usaha tersebut tersebar di seluruh penjuru kota Depok. Kelurahan Bojongsari Baru merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Bojongsari yang dahulu termasuk Kecamatan Sawangan, Kota Depok. Di Kelurahan Bojongsari Baru, terdapat lahan seluas 3 hektar yang digunakan sebagai nurseri/usaha pembibitan berupa kavling-kavling yang diisi oleh petani tanaman hias dengan beragam jenis tanaman. Selain di areal khusus nurseri, warga di Kelurahan Bojongsari Baru juga bertani tanaman hias dengan memanfaatkan pekarangan rumah sebagai lahan produksi tanaman hias. Saat ini Kelurahan Bojongsari Baru telah menjadi salah satu sentra tanaman hias lanskap di daerah Jabodetabek. Usaha tanaman hias yang dilakukan warga Bojongsari Baru ini termasuk nurseri skala kecil/rumahan dan menengah yang memiliki potensi untuk 3 dikembangkan. Sebagian besar warga Bojongsari Baru menjadikan usaha ini sebagai mata pencarian utama maupun sampingan, sehingga pengembangan usaha tanaman hias/nurseri tentunya akan berpengaruh terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat Bojongsari Baru khususnya, kemajuan agribisnis tanaman hias Indonesia umumnya, serta ketersediaan tanaman bagi industri lanskap. Akan tetapi, dalam pengelolaan nurseri-nurseri tersebut tentunya terdapat berbagai permasalahan yang perlu dicari solusinya. Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Bojongsari Baru, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok untuk mempelajari dan mengevaluasi bagaimana kondisi sistem pengadaan tanaman lanskap pada nurseri skala kecil/rumahan dan menengah yang dilakukan oleh warga Bojongsari Baru dan bagaimana strategi yang dapat diterapkan bagi pengembangan usaha tanaman hias tersebut. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menguraikan sistem pengadaan tanaman hias lanskap di Kelurahan Bojongsari Baru dan 2. Menyusun rekomendasi strategi bagi pengembangan usaha tanaman hias lanskap di Kelurahan Bojongsari Baru. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Menambah informasi mengenai jenis tanaman hias yang banyak diminati dan digunakan pada proyek-proyek lanskap, 2. Memberikan gambaran kondisi usaha tanaman hias yang dilakukan oleh warga Bojongsari Baru, dan 3. Memberikan rekomendasi mengenai pengembangan usaha pada nurseri skala kecil dan menengah. 4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman sebagai Elemen Pembentuk Lanskap Tanaman lanskap adalah tanaman yang belum, sedang dan sudah dibudidayakan, ditanam atau sudah ada di suatu tapak/lahan yang secara fungsional berdayaguna dan secara estetis memiliki seni/nilai keindahan sehingga antara satu dan lainnya dapat melahirkan suatu kesatuan yang harmonis. Tanaman lanskap mempunyai berbagai bentuk, ukuran, warna, tekstur, dan karakter yang beragam. Penggolongan Tanaman Berdasarkan Aspek Arsitektural Penggolongan tanaman berdasarkan aspek arsitektural artinya menciptakan ruang dengan unsur tanaman. Unsur tanaman digunakan secara arsitektural dalam fungsi lanskap sebagai komponen struktural seperti lantai, atap, dan dinding. Berdasarkan aspek arsitektural, tanaman dapat digolongkan berdasarkan fungsinya sebagai pembentuk ruang, penyekat, dan pengendali keleluasaan pribadi. Dalam fungsinya sebagai pembentuk ruang, rumput atau tanaman penutup tanah (groundcover) dapat digunakan untuk membentuk bidang dasar (lantai), tanaman semak dapat digunakan sebagai pembentuk bidang vertikal (dinding), dan pohon dapat digunakan untuk membentuk bidang atap. Berbagai kesan ruang dapat diciptakan dengan elemen tanaman, antara lain, ruang yang bersifat terbuka, semi terbuka, tertutup, intim, publik, semi publik, dan sebagainya. Penggolongan Tanaman Berdasarkan Aspek Visual Kegunaan arsitektural lebih ditekankan pada aspek struktural, sedangkan kegunaan estetika lebih menyangkut pada kualitas visual suatu perancangan. Kualitas visual dalam penataan tanaman sangat penting, karena tanggapan seseorang merupakan reaksi terhadap apa yang terlihat. Secara umum, karakteristik visual tanaman mencakup ukuran, bentuk, warna, dan tekstur. Berdasarkan ukuran, tanaman dikategorikan menjadi: pohon besar dan sedang, pohon kecil (perdu), semak tinggi, semak sedang, semak rendah, dan tanaman penutup tanah (groundcover). Berdasarkan bentuk tajuk, tanaman terbagi menjadi bentuk: tinggi-ramping (fastigiate), silinder (columnar), menyebar (spreading), bulat (rounded), kerucut (pyramidal), merunduk (weeping), dan bentuk yang menarik (picturesque). Bentuk-bentuk tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Tekstur tanaman dipengaruhi oleh ukuran daun, ukuran ranting dan cabang, konfigurasi kulit tanaman, habitat pertumbuhan secara keseluruhan, dan jarak dimana tanaman tersebut dilihat. Tekstur tanaman biasanya diklasifikasikan sebagai kasar, sedang, dan halus, yang ditunjukkan pada Gambar 2. Penggolongan Tanaman Berdasarkan Habitus Fungsional Berdasarkan habitus fungsional, tanaman dapat digolongkan dengan ―ciri khas‖ (bunga, daun, buah atau tajuk), ―watak dan kebiasaan‖ (ciri pertumbuhan, cepat lambatnya), ―kesukaan‖ dan kegunaan suatu tanaman. Peletakan setiap jenis tanaman haruslah disesuaikan dengan apa maksud dan tujuan dari tanaman tersebut, apakah ditanam sebagai pelindung ataukah sebagai pagar dan lain sebagainya. Penggolongan tanaman berdasarkan habitus fungsional terdiri atas tanaman indoor dan outdoor, tanaman peneduh/parkir, pohon tepi jalan, tanaman 5 median jalan, tanaman pagar, tanaman border/tepi, tanaman penutup tanah, tanaman berdaun/berbunga indah, tanaman memanjat/pergola, tanaman rumput lapangan, dan tanaman lapangan rumput. Sumber: Booth, 1983 Gambar 1 Tipe dasar bentuk tanaman Sumber: Booth, 1983 Gambar 2 Tekstur tanaman 6 Peranan Pengusaha Tanaman dalam Industri Lanskap Untuk menciptakan suatu lanskap yang sesuai dengan rencana dan rancangan diperlukan tanaman dengan spesisifikasi dan jumlah tertentu sehingga tujuan dari pembuatan lanskap tersebut dapat tercapai. Industri lanskap dalam perkembangannya bergantung pada keberhasilan tiga keahlian khusus yakni arsitek lanskap, kontraktor, dan pengelola lanskap. Pengusaha tanaman atau nurseryman merupakan partisipan keempat yang harus diperhatikan dalam industri lanskap. Pengusaha tanaman sering dianggap mempunyai hubungan kurang penting dengan ketiga ahli lainnya tetapi masih memiliki peranan penting dalam pembangunan lanskap (Carpenter, Walker, Lanphear, 1975) seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Arsitek Lanskap Kontraktor Lanskap Pengusaha Tanaman Pengelola Lanskap Keterangan: Hubungan erat Hubungan kurang erat Gambar 3 Hubungan empat keahlian khusus dalam industri lanskap (Maulida, 2002, dengan modifikasi) Menurut Soetomo (2000), masalah yang banyak dihadapi dalam pengadaan tanaman dalam pembuatan suatu lanskap antara lain: 1. Jenis tanaman yang dibutuhkan tidak tersedia, 2. Jumlah tidak mencukupi, 3. Spesifikasi tidak sesuai, 4. Pengiriman tanaman terhambat, 5. Tanaman tidak dapat menyatu dengan lanskap, dan 6. Kualitas tanaman tidak seragam. Hubungan kerja pengusaha tanaman/nurseri dalam pembangunan lanskap tidak terbatas dalam hal pengadaan tanaman, seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Hubungan kerja ini berawal dari penentuan jenis, spesifikasi, kemasan, dan jumlah tanaman serta waktu yang dibutuhkan pengusaha tanaman untuk mempersiapkan tanaman dan faktor yang mempengaruhinya seperti akses dan lama waktu pengiriman. Waktu yang diperlukan dalam persiapan penyediaan tanaman meliputi lama pengadaan, lama perbanyakan, lama pembesaran, dan lama pengiriman (Soetomo, 2002). Kontraktor lanskap bergantung pada pengusaha tanaman dalam pengadaan tanaman sesuai kebutuhan. Pengiriman harus tepat waktu sehingga tidak mengalami keterlambatan pembangunan proyek (Carpenter et al, 1981). Hubungan kerja pengusaha tanaman berlanjut setelah tanaman tiba dan siap untuk ditanam. Pengusaha tanaman bekerjasama dengan pengelola lanskap dalam hal pemeliharaan tanaman-tanaman tersebut. 7 Pengusaha tanaman memiliki hubungan yang erat dengan arsitek lanskap, kontaktor, dan pengelola lanskap. Setiap tahapan dalam pembangunan lanskap membutuhkan kerja sama dengan pengusaha tanaman sehingga proyek tersebut dapat terlaksana dengan lancar dan hasilnya memuaskan. Oleh karena itu, pengusaha tanaman memiliki peranan penting dalam menciptakan lanskap yang fungsional dan estetik. Arsitek Lanskap Kontraktor Lanskap Pengelola Lanskap Penyedia Elemen Lunak Pengusaha Tanaman Kebutuhan Pasar Permintaan Konsumen Penentuan: Jenis Spesifikasi Kemasan Jumlah Penyiapan Tanaman: Pengadaan Perbanyakan Pembesaran Pengiriman Pemeliharaan Gambar 4 Hubungan kerja pengusaha tanaman dalam industri lanskap Gambar 25. (Maulida, 2002) Usaha Tanaman Hias Usaha tanaman hias dicirikan dengan trend yang dinamis di mana setiap saat, jenis tanaman hias yang diminati oleh konsumen dapat berubah. Trend tanaman hias yang dinamis ini memunculkan peluang bisnis yang prospektif, tidak hanya di kota besar, namun juga hingga ke daerah. 8 Menurut hasil pengamatan Balai Penelitian Tanaman Hias tahun 2008, terdapat tiga hal yang menarik dalam perkembangan usaha tanaman hias, yaitu: 1) keragaman dan keunikan flora yang mempunyai peluang untuk diberdayakan sebagai komoditas komersial, 2) peningkatan penggunaan teknologi yang memudahkan bisnis tanaman hias dalam kegiatan budidaya maupun pemasaran, dan 3) pengaruh trend akibat peningkatan gaya hidup masyarakat terhadap tanaman hias. Potensi usaha tanaman hias dapat dimanfaatkan melalui berbagai pilihan usaha, tergantung besarnya modal. Luas lahan sendiri bukanlah faktor penentu keberhasilan berbisnis tanaman. Berdasarkan besar kecilnya skala usaha (Redaksi Agromedia, 2007), bisnis tanaman hias dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yakni: a. Skala rumahan, merupakan usaha sampingan dengan lahan terbatas. Biasanya hanya memanfaatkan lahan pekarangan dan hanya menjual kepada end user. Modal yang digunakannya pun relatif kecil. b. Skala menengah, memiliki kapasitas produksi tertentu, serta sudah bisa menjual ke pedagang lain, tidak hanya kepada end user. c. Skala besar (industri), memiliki sistem manajemen yang bagus, kuantitas produksi dan jenis produk yang dihasilkan sudah jelas, serta memiliki planning produksi dan pemasaran yang jelas, paling tidak sampai 25 tahun ke depan. Sistem Pengadaan Tanaman Lanskap di Nurseri Berskala Besar Benara Nurseries Indonesia (BNI) merupakan nurseri seluas 30 hektar di Kabupaten Karawang yang menyediakan berbagai jenis tanaman dalam jumlah besar untuk digunakan dalam proyek lanskap. Pembangunan BNI bekerjasama dengan Benara Nurseries Australia pada tahun 1994 kemudian mulai diberlakukan penjualan tanaman pada tahun 1997. Tanaman yang dikembangkan merupakan tanaman tropis yang terdiri dari palem, tanaman buah dan bunga, serta banyak lagi jenis lainnya. Nurseri ini berskala besar sehingga dari awal pemilihan lokasi, perencanaan dan disain nurseri, sampai ke pengelolaannya dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan terorganisasi. BNI memiliki fasilitas dan utilitas yang memadai dan struktur kerja yang jelas untuk memastikan kegiatan produksi dan pemasaran berjalan dengan baik. Proses produksi tanaman di BNI diawali dengan perencanaan produksi berdasarkan potensi dan perkembangan tanaman di pasar. Setiap proses produksi dilakukan oleh kerjasama tim untuk mendapat keselarasan antara permintaan pasar, kegiatan produksi, dan anggaran biaya. Proses produksi terdiri dari perbanyakan tanaman, pengepotan, dan media tanamyang dilakukan dengan metode ilmiah menggunakan perhitungan dan pengawasan yang ketat pada setiap tahapnya. Setiap pekerja wajib mencatat laporan untuk pengecekan kesesuaian produksi tanaman yang telah dilakukan. Pengelolaan nurseri meliputi pemeliharaan fisik tanaman, pemeliharaan utilitas dan fasilitas, pengelolaan tenaga kerja, evaluasi, dan rencana anggaran biaya pengelolaan. Pengelolaan ini pun dilakukan secara terperinci dan terorganisir dengan tenaga kerja yang sesuai dengan bidang keahliannya. 9 Pemasaran dilakukan setelah proses produksi, juga dilakukan dengan perencanaan, pengelolaan, dan kerjasama tenaga kerja sesuai prosedur yang berlaku. Pemasaran diawali dari kebijakan penetapan harga jual dan potongan harga, distribusi niaga, sampai pengepakan dan transportasi. Produksi dan pemasaran dilakukan dengan cermat untuk menghindari kerugian nurseri dan menghasilkan berbagai jenis tanaman dengan spesifikasi sesuai yang dibutuhkan konsumen. Faktor yang masih menjadi hambatan di nurseri ini antara lain pengadaan bibit tanaman lokal, produktifitas kerja yang masih rendah, koordinasi antar pegawai yang masih kurang, kegiatan pemasaran yang sangat berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan, adanya hama dan penyakit tanaman, serta kondisi tapak yang sangat mudah terkena banjir dan angin kencang yang mengakibatkan robohnya sebagian tanaman. Akan tetapi, keberadaan Benara Nurseries Indonesia dapat bertahan dan berkembang sampai saat ini sehingga menjadi salah satu sumber pengadaan tanaman dalam industri lanskap. (Maulida, 2002) Sistem Pengadaan Tanaman Lanskap di Nurseri Berskala Menengah dan Rumahan Selain nurseri berskala besar/industri seperti Benara Nurseries Indonesia, terdapat pula nurseri berskala lebih kecil yakni skala menengah dan rumahan. Nurseri di Indonesia kebanyakan termasuk ke dalam skala ini. Nurseri skala menengah memiliki kapasitas produksi tertentu, serta sudah bisa menjual ke pedagang lain, tidak hanya kepada end user. Sedangkan nurseri skala rumahan biasanya hanya memanfaatkan lahan pekarangan dan hanya menjual kepada end user, modal yang digunakannya pun relatif kecil. Berbeda dengan nurseri berskala besar, nurseri menengah dan rumahan memiliki lahan yang tidak terlalu luas, hanya menggunakan lahan pekarangan atau lahan pinggir jalan untuk memproduksi dan menjual tanaman hias. Produksi, pemasaran, dan pengelolaan yang dilakukan pun tidak terperinci dan terencana dengan baik seperti nurseri skala besar. Usaha nurseri ini biasanya dilakukan oleh warga dengan teknik dan alat sederhana. Sentra-sentra produksi tanaman hias di Indonesia terdiri dari petani tanaman hias yang menjalankan usaha nurseri kecil ini. Kota Depok merupakan salah satu sentra produksi tanaman hias terutama Kecamatan Sawangan, Kecamatan Bojongsari, dan sekitarnya. Di daerah Sawangan dan Bojongsari ini banyak terdapat nurseri skala menengah dan rumahan. Warga memanfaatkan lahan pekarangannya sebagai lahan produksi dan penjualan tanaman hias sehingga tanaman hias menjadi salah satu komoditas unggulan di Kota Depok. (Redaksi KONTAN, 2010) 10 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Bojongsari Baru, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Dahulu kelurahan ini termasuk ke dalam Kecamatan Sawangan tetapi hasil pemekaran menurut Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2007 Kelurahan Bojongsari Baru menjadi termasuk Kecamatan Bojongsari. Gambar 5 menunjukkan Kelurahan Bojongsari Baru yang terletak di Kota Depok bagian barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2013. Sumber: http://dc369.4shared.com/doc/82BUY9fR/p review.html (diakses 9 Juli 2013) (Skala 1 : 25000) Sumber: Dep. Manajemen Sumberdaya Lahan Fak. Pertanian IPB (2013) Gambar 5 Peta lokasi penelitian 11 Batasan Penelitian Hasil dari penelitian ini terbatas pada uraian sistem pengadaan tanaman hias lanskap di Bojongsari Baru; meliputi penyediaan bibit, produksi, sampai pemasaran tanaman hias; dan rekomendasi strategi pengembangan usaha tanaman hias di Bojongsari Baru. Kerangka Pemikiran Gambar 6 Kerangka pemikiran 12 Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan melewati beberapa tahap, yakni: 1. Pengumpulan Data Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari data yang telah dipublikasikan sebelumnya. Pengumpulan data primer dilakukan dengan observasi langsung dan wawancara dengan panduan kuesioner (tercantum di Lampiran 1) kepada 20 responden. Seluruh responden merupakan petani tanaman hias yang memiliki lahan usaha/nurseri di Kelurahan Bojongsari Baru. Tabel 3 menunjukkan jenis data beserta sumber data yang digunakan dalam pencapaian tujuan penelitian. Tabel 3 Jenis data dan sumbernya No Jenis Data Profil Kelurahan 1 Bojongsari Baru 2 Profil koperasi tanaman hias 3 Profil usaha tanaman hias 4 5 Jenis tanaman hias di lahan usaha Produksi dan pemasaran tanaman Unsur Data Peta wilayah, keadaan alam, kependudukan, sosial ekonomi Anggota dan pengurus, cakupan wilayah, peran koperasi Nama, lokasi, luasan dan kepemilikan lahan, pengelolaan, tenaga kerja Nama, morfologi, foto tampilan, fungsi, perbanyakan dan perawatan Teknik budidaya, pemeliharaan, hasil penjualan tanaman, besar pendapatan dan keuntungan Sumber Data Primer dan sekunder Primer melalui observasi ldan wawancara Primer melalui observasi dan wawancara Primer melalui observasi dan wawancara Primer melalui observasi dan wawancara dengan panduan kuesioner 2. Analisis Data yang telah terkumpul lalu dianalisis. Analisis yang dilakukan meliputi: a. Analisis kuantitatif dan deskriptif untuk menentukan profil usaha tanaman hias dan jenis tanaman yang banyak diproduksi di Kelurahan Bojongsari Baru, serta analisis deskriptif mengenai proses produksi dan proses pemasaran tanaman hias yang dilakukan warga Bojongsari Baru. b. Identifikasi jenis tanaman yang dibudidayakan dan diperjualbelikan di lahan usaha. Identifikasi ini meliputi karakteristik jenis tanaman yakni: pembagian berdasarkan ketinggian/ukuran tanaman (penutup tanah, semak, pohon), nama umum dan nama ilmiah tanaman, ciri fisik/morfologi yang merupakan deskripsi tampilan tanaman (bentuk tajuk, bentuk daun, warna bunga, daya tarik tanaman), fungsi tanaman (penutup tanah, border, screen, pengarah jalan, dan focal point), dan cara perbanyakan dan pemeliharaan tanaman. 13 c. Analisis deskriptif permasalahan dalam pengelolaan nurseri di Kelurahan Bojongsari Baru. d. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) untuk merumuskan strategi pengelolaan pengembangan usaha tanaman hias di Kelurahan Bojongsari Baru. Analisis SWOT mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan (Anonim, 2009). 3. Hasil Akhir Dari analisis keseluruhan didapat hasil gambaran kondisi umum usaha dan profil warga yang menjalankan usaha tanaman hias/nurseri, uraian sistem pengadaan tanaman, jenis-jenis tanaman yang banyak diproduksi dan diperjualbelikan, uraian permasalahan yang terdapat dalam pengelolaan nurseri, dan strategi-strategi yang dapat digunakan bagi pengembangan usaha tanaman hias di Kelurahan Bojongsari Baru. 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kelurahan Bojongsari Baru Kondisi Fisik Kelurahan Bojongsari Baru merupakan salah satu dari tujuh kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Bojongsari, Kota Depok. Kelurahan ini memiliki luas 179 hektar terdiri dari sembilan rukun warga (RW) dan 24 rukun tetangga (RT). Batas wilayah kelurahan Bojongsari Baru ialah: Utara : Kelurahan Kedaung dan Kelurahan Serua Timur : Kelurahan Bojongsari Lama Barat : Kelurahan Curug Selatan : Kelurahan Bojongsari Lama dengan orbitasi sebagai berikut: Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan : 2 km Jarak dari ibukota kabupaten/kota : 15 km Jarak dari ibukota provinsi : 145 km Jarak dari ibukota negara : 30 km Berdasarkan data Pemkot Depok tahun 2010 didapat kondisi geografis yakni sebagian besar wilayah Kota Depok memiliki kemiringan lereng kurang dari 15%. Kelurahan Bojongsari Baru termasuk ke dalam kemiringan lereng 8-15%. Wilayah dengan kemiringan datar hingga sedang ini digunakan untuk berbagai keperluan khususnya pemukiman, industri dan pertanian. Wilayah Depok termasuk daerah beriklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim muson, musim kemarau Bulan April–September dan musim penghujan antara Bulan Oktober–Maret. Kondisi iklim di daerah Depok relatif sama yang ditandai oleh perbedaan curah hujan rata-rata bulanan sekitar 327 mm. Tanah di Kelurahan Bojongsari Baru termasuk tanah latosol coklat kemerahan, yakni tanah yang belum begitu lanjut perkembangannya, terbentuk dari tufa vulkan andesitis–basaltis, tingkat kesuburannya rendah–cukup, mudah meresapkan air, tahan terhadap erosi, dan bertekstur halus. Kecamatan Bojongsari, Kecamatan Sawangan, Pancoran Mas bagian selatan dan sebagian Kecamatan Cimanggis termasuk sesuai untuk penggunaan lahan pertanian. Penggunaan lahan di Kota Depok dipengaruhi oleh Kota Metropolitan sehingga masalah yang dihadapi adalah konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian karena perkembangan nilai tanah yang lebih tinggi dibandingkan dengan produktifitas pertanian sehingga diperkirakan akan semakin mempercepat perubahan lahan. Kondisi Sosial Desa-desa yang berbatasan dengan Kelurahan Bojongsari Baru yakni Kelurahan Kedaung, Serua, Bojongsari Lama, dan Curug memiliki kondisi fisik yang sama begitupun dengan kondisi sosial masyarakatnya. Selain sebagai pegawai dan wiraswasta, warga Bojongsari Baru dan sekitarnya banyak yang berprofesi sebagai petani khususnya tanaman hias dan buah. Komoditas unggulan di Kelurahan Bojongsari Baru ini ialah tanaman hias dan ikan hias. Warga menjadikan usaha tanaman hias sebagai mata pencarian utama atau sampingan. Gambar 7 menunjukkan kondisi eksisting Kelurahan Bojongsari Baru dimana warganya banyak menjalankan usaha tanaman hias. 15 Gambar 7 Peta eksisting Kelurahan Bojongsari Baru 16 Gambar 7 menunjukkan wilayah Bojongsari Baru sebelah timur yang berbatasan dengan Kelurahan Bojongsari Lama, yakni perkampungan RW 07 dan RW 08, rumah-rumahnya memiliki pekarangan yang luas sehingga warganya banyak yang bertani tanaman hias memanfaatkan pekarangan tersebut (seperti ditunjukkan pada foto 9, 10, 11, dan 12). Sementara itu, wilayah sebelah barat yakni RW 01, RW 02, RW 03, RW 04, dan RW 09 memiliki banyak jalan kecil/gang dengan rumah-rumah yang berdempetan dan berhadapan langsung dengan gang tanpa memiliki lahan pekarangan untuk ditanami (foto 5), selain itu juga terdapat lahan kosong yang belum dimanfaatkan (foto 7), tetapi ada beberapa lahan terbuka yang cukup luas yang digunakan khusus untuk budidaya tanaman hias (seperti contoh yang ditunjukkan foto 8). Di wilayah barat ini, usaha tanaman hias terkonsentrasi di pinggir jalan raya Bojongsari. Jalan raya Bojongsari yang ramai menjadi lokasi strategis bagi beberapa pangkalan tanaman hias yang cukup luas dengan berbagai tanaman yang tersedia (foto 4 dan 6). Wilayah sebelah utara yakni sekitar RW 05 dan RW 06 memiliki lahan terbuka yang cukup luas seperti di Jalan Rotan yang dibangun Kawasan Wisata Tanaman Hias ROTAN (foto 2 dan 3). Walaupun konsep wisata tidak lagi diupayakan di kawasan Rotan tetapi lahan seluas 3 hektar ini merupakan areal nurseri yang telah menjadi sentra tanaman hias di daerah Jabodetabek sampai saat ini. Di jalan Rotan juga terdapat kantor Kelurahan Bojongsari Baru (foto 1) yang terletak tidak jauh dari areal nurseri tersebut. Keadaan Umum Usaha Tanaman Hias Kelurahan Bojongsari Baru Sejarah Perkembangan Usaha Tanaman Hias Usaha tanaman hias di Kelurahan Bojongsari Baru dipelopori oleh Pak Satibi, warga asli Bojongsari. Pada tahun 2000, Pak Satibi yang hobi bertani tanaman hias ini keluar dari pekerjaannya sebagai pegawai lalu mulai membuka usaha tanaman hias di rumahnya. Saat itu harga tanaman masih relatif murah tetapi saingan sedikit. Tidak berapa lama kemudian usaha ini mulai maju dan berkembang. Kelurahan Bojongsari Baru dahulu termasuk Kecamatan Sawangan sehingga Pak Satibi pun dikenal sebagai pengusaha tanaman hias dari daerah Sawangan. Dinas Pertanian Kota Depok lalu mengajak Pak Satibi untuk mengadakan kampanye dalam rangka mengembangkan usaha tanaman hias di Kota Depok. Para warga diajak untuk turut serta menanam tanaman hias di pekarangan rumah masing-masing dengan tujuan untuk penghijauan, pemanfaatan pekarangan, dan penambahan pendapatan keluarga jika tanaman tersebut berkualitas baik dan berpotensi untuk dijadikan usaha tanaman hias. Melihat permintaan pasar yang cukup besar terhadap tanaman hias dan prospek yang cukup menjanjikan, akhirnya banyak warga Sawangan yang mulai memanfaatkan pekarangannya untuk ditanami. Kemudian dibentuklah paguyuban khusus petani tanaman hias yang anggotanya mencakup Kecamatan Sawangan. Pada tahun 2003, paguyuban ini menjadi bentuk koperasi agar resmi dan bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah. Koperasi tanaman hias di Kecamatan Sawangan ini diberi nama Koperasi Maju Bersama, dengan Pak Satibi sebagai ketua koperasi yang pertama. Koperasi 17 ini cukup aktif dengan berbagai kegiatan dan bantuan bagi anggotanya, seperti pelatihan tanaman hias, bantuan bibit dan modal dari pemerintah, dan pinjaman dari bank. Untuk mengembangkan usaha tanaman hias ini, maka koperasi menyewa lahan seluas tiga hektar di jalan/gang Rotan Kelurahan Bojongsari Baru yang diperuntukkan bagi warga sekitar. Lahan ini terbagi menjadi kavling-kavling yang dapat ditanami berbagai jenis tanaman hias. Pada tahun 2007, anthurium menjadi trend dan booming dengan harga yang sangat tinggi, bahkan tanaman ini dijual dengan menghitung jumlah daunnya. Melihat peluang ini, banyak warga dari daerah lain yang juga tertarik untuk berbisnis anthurium. Warga dari luar Sawangan ingin ikut bertani di kavling Rotan karena tidak mempunyai lahan. Warga sekitar yang awalnya menghuni kavling Rotan mulai menyewakan lahan mereka di Rotan kepada para pendatang kemudian warga memilih bertani di pekarangannya sendiri daripada harus membayar sewa di Rotan. Bahkan saat ini kebanyakan penyewa kavling Rotan adalah orang-orang dari luar Kota Depok. Sekitar tahun 2008, mulai timbul beberapa masalah di dalam koperasi. Kepengurusan koperasi diserahkan kepada angkatan muda yang ada di Rotan yang sebagian besar merupakan warga pendatang, anggotanya pun bukan hanya petani tanaman hias melainkan juga petani ikan hias dan petani buah-buahan. Di samping itu, banyak petani anggota koperasi yang ikut program pinjaman dari bank. Program pinjaman ini sangat mudah didapatkan dengan koperasi sebagai jaminan sehingga banyak anggota koperasi yang terlibat utang-piutang karena tidak membayar pinjaman. Oleh karena masalah utang-piutang ini, banyak para anggota yang enggan untuk datang ke pertemuan koperasi sehingga anggota koperasi menjadi semakin sedikit dan tidak aktif. Uang koperasi pun banyak yang digunakan untuk menanggung utang kepada bank. Berbagai masalah tersebut membuat koperasi mulai mengalami kemunduran sehingga saat ini bisa dikatakan vakum dan kepengurusannya tidak jelas. Walaupun koperasi saat ini sedang tidak berjalan tetapi kegiatan jual-beli tanaman hias di Bojongsari Baru tetap berjalan lancar dan didatangi pelanggan dari berbagai daerah. Klasifikasi Lahan Usaha Berdasarkan lokasi lahan usahanya, bisnis tanaman hias di Kelurahan Bojongsari Baru dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bagian yakni areal gang Rotan, pangkalan pinggir jalan, dan pekarangan rumah, seperti ditunjukkan pada Gambar 8. Setiap lokasi lahan usaha ini memiliki karakteristik yang sedikit berbeda sehingga desain dan pengelolaannya pun berbeda. Tata letak/layout nurseri yang terdapat di masing-masing lahan cenderung hampir seragam. Nurseri terdiri dari bangunan, area tanaman, dan jalur sirkulasi. Gambar 8 menunjukkan bahwa bangunan di Rotan, pangkalan, dan pekarangan berbeda struktur dan ukurannya. Di Rotan, bangunan yang ada berupa rumah sederhana bagi petani yang tinggal sehari-hari di kavling dan berupa bedeng/gubuk bagi petani yang tinggal di rumah mereka di luar Rotan, seperti ditunjukkan pada Gambar 9. Bangunan di pangkalan pinggir jalan biasanya hanya berupa saung untuk tempat duduk menunggu pembeli datang sehingga ukurannya lebih kecil, sedangkan bangunan di pekarangan adalah rumah warga seperti ditunjukkan pada Gambar 10. 18 Gambar 8 Layout nurseri 19 Bangunan di nurseri berfungsi sebagai tempat tinggal, tempat penyimpanan/gudang, dan area pelayanan administrasi dan transaksi penjualan. (a) (b) Gambar 9 Bangunan di kavling Rotan (a) rumah (b) bedeng (a) (b) Gambar 10 Bangunan di nurseri (a) tempat duduk di pangkalan pinggir jalan (b) rumah warga Oleh karena luasan lahan yang tidak terlalu besar, maka area produksi dan area display tanaman biasanya digabung ke dalam area tanaman. Akan tetapi, area untuk tanaman indoor dan outdoor dipisah untuk melindungi tanaman indoor dari sinar matahari. Warga yang bertani di pekarangan rumah kebanyakan tidak memiliki tanaman indoor sedangkan pangkalan pinggir jalan biasanya memiliki tanaman indoor yang cukup banyak sehingga luas areanya lebih besar. Jalur sirkulasi terdiri dari jalur sirkulasi kendaraan dan jalan setapak. Di areal nurseri rotan, terdapat jalur sirkulasi untuk akses kendaraan masuk sedangkan di dalam setiap kavling terdapat jalan setapak bagi pengunjung untuk melihat tanaman. Pangkalan pinggir jalan raya aksesnya lebih mudah yakni jalan raya Bojongsari yang lebar dan dilalui banyak kendaraan setiap harinya. Pekarangan rumah warga terletak di antara rumah-rumah lainnya dengan akses jalan kecil/gang yang sebagian yang hanya dapat dilewati pejalan kaki dan motor. Klasifikasi Tanaman Hias Dalam usaha tanaman hias, jenis tanaman yang dibudidayakan biasanya dibagi ke dalam dua kategori yakni tanaman indoor dan tanaman outdoor. Tanaman indoor adalah tanaman hias yang berada di ruangan. Umumnya tanaman indoor ditempatkan di bawah jaring paranet agar terlindungi dari sinar matahari seperti ditunjukkan oleh Gambar 11. 20 Tanaman yang termasuk tanaman indoor adalah aglaonema, bromelia, dan anthurium. Tanaman outdoor yakni tanaman yang diletakkan di ruangan terbuka dan terkena sinar matahari langsung. Tanaman yang termasuk tanaman outdoor antara lain sambang dara, brokoli hias, pucuk merah, dan aneka palem. Gambar 11 Tanaman indoor ditempatkan di bawah paranet Tanaman indoor seperti aglaonema dan anthurium terkenal dengan keindahan daunnya. Tanaman-tanaman ini memiliki varietas yang beragam dengan keindahan yang berbeda bentuk, corak, dan warna daun. Varietas tanaman indoor yang unik dan jarang ditemukan disebut tanaman koleksi karena tanaman ini dicari oleh para kolektor tanaman hias dan dinilai dengan harga yang mahal untuk persatuan unitnya, seperti anthurium jenmani cobra dan aglaonema chocin yang ditunjukkan pada Gambar 12. (a) (b) Sumber: (a) http://indonetwork.co.id/alloffers/jenmanii-cobra.html (diakses 24 Desember 2013) (b) http://araindnurseri.itrademarket.com/1438103 (diakses 24 Desember 2013) Gambar 12 Contoh tanaman koleksi (a) anthurium jenmanii (b) aglaonema cochin Berbeda dengan tanaman koleksi, tanaman outdoor harganya relatif murah. Tanaman outdoor kebanyakan digunakan untuk proyek pembangunan lanskap/taman sehingga disebut tanaman proyek. Tanaman proyek ini dibagi berdasarkan ketinggiannya yakni penutup tanah, semak, perdu, dan pohon. Tanaman penutup tanah memiliki ketinggian kurang dari atau sama dengan 0,5 meter, biasanya ditanam secara berkelompok untuk memperlunak permukaan tanah sehingga terkesan lebih natural. Tanaman semak memiliki percabangan yang langsung menyebar dari permukaan, biasanya digunakan sebagai pembatas ruang (border), pagar, dan tabir (screen). Semak rendah berukuran 0,5-1 meter, semak sedang 1-2 meter, dan semak tinggi 2-3 meter. Tanaman perdu memiliki batang berkayu dan tumbuh meninggi. Perdu rendah berukuran kurang dari 2 meter, dan perdu tinggi lebih dari 2 meter. 21 Tanaman pohon biasanya digunakan sebagai daya tarik utama taman, peneduh, pengarah jalan, dan pembatas massif. Pohon rendah tingginya kurang dari 6 meter, pohon sedang 6-15 meter, dan pohon tinggi bisa mencapai lebih dari 15 meter. Profil Usaha Tanaman Hias Penelitian dilakukan terhadap 20 nurseri sampel di Kelurahan Bojongsari Baru yang meliputi 10 nurseri Gang Rotan, 5 nurseri pangkalan pinggir jalan, dan 5 nurseri pekarangan rumah. Berdasarkan data kuesioner (contoh kuesioner terdapat di Lampiran 1) dan wawancara yang dilakukan, didapat hasil mengenai profil usaha tanaman hias di Bojongsari Baru. a. Karakteristik Pelaku Usaha 61-70 tahun 51-60 5% tahun 5% Usia 41-50 tahun 25% 21-30 tahun 5% 31-40 tahun 60% Tingkat Pendidikan S1 10% Perempuan 5% Jenis Kelamin Laki-laki 95% Asal Daerah SMP 15% Luar Bojong sari 40% SMA 75% Bojong sari 60% Gambar 13 Diagram karakteristik pelaku usaha Gambar 13 menunjukkan karakteristik pemilik usaha tanaman hias di Bojongsari Baru. Para pemilik nurseri berusia antara 30 sampai 65 tahun, kebanyakan berusia sekitar 31-40 tahun. Hampir semua pemilik nurseri berjenis kelamin laki-laki yang merupakan kepala keluarga yang bertugas memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Pendidikan terakhir meliputi setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai perguruan tinggi, dengan jumlah terbanyak berpendidikan setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Pemilik usaha tanaman hias di lahan pekarangan dan pangkalan pinggir jalan merupakan warga asli Bojongsari, sedangkan para petani tanaman hias di Rotan sebagian besar merupakan pendatang dari luar Bojongsari seperti Bogor, Cirebon, dan Malang. 22 b. Luasan dan Kepemilikan Lahan Usaha Luas Lahan 12011500 m2 15% Kepemilikan Lahan 100300 m2 10% Pribadi 35% 301-600 m2 20% 901-1200 m2 20% Sewa 65% 601-900 m2 35% Gambar 14 Diagram luasan dan kepemilikan lahan usaha Gambar 14 menunjukkan luasan lahan dan kepemilikan lahan yang digunakan warga untuk usaha tanaman hias. Lahan usaha yang terdapat di Bojongsari Baru berkisar antara 100-1500 m2, dengan luas lahan terbanyak sekitar 600-900 m2. Pekarangan yang digunakan sebagai lahan usaha berkisar antara 1001000 m2, lahan usaha pangkalan pinggir jalan berkisar antara 500-1500 m2, dan areal nurseri Rotan memiliki luas 3 hektar diisi oleh 27 petani yang masingmasing menempati lahan sekitar 600-1200 m2. Lahan usaha ini sebagian dimiliki oleh pribadi yakni pekarangan rumah warga, sedangkan sebagian besar merupakan lahan sewa yakni lahan di pangkalan dan areal Rotan. Lahan milik pribadi tidak perlu membayar sewa sehingga warga asli Bojongsari lebih memilih bertani tanaman hias di pekarangan rumahnya daripada di Rotan. Areal nurseri Rotan seluruhnya merupakan lahan sewa yang kebanyakan diisi oleh para pendatang yang tidak memiliki lahan pribadi. Para pendatang dari luar Bojongsari tidak memiliki lahan di tempat asalnya dan melihat peluang dan pangsa pasar di Rotan cukup besar sehingga mereka menyewa kavling dan bergabung dengan petani tanaman hias lain di Rotan. Ada beberapa warga asli Bojongsari yang menyewa lahan di Rotan dan pangkalan pinggir jalan tetapi sebagian besar memiliki pekarangan sehingga dapat memanfaatkan pekarangan tersebut. Terbatasnya ketersediaan lahan kosong untuk usaha tanaman hias menyebabkan banyak warga yang mencari lahan sampai ke luar Bojongsari seperti ke sekitar Curug dan Gunung Sindur Kabupaten Bogor. c. Jenis dan Asal Tanaman Jenis Tanaman Luar Bojong sari 10% Asal Tanaman Koleksi 15% Proyek Lanskap 85% Bojong sari 90% Gambar 15 Diagram jenis dan asal tanaman 23 Gambar 15 menunjukkan jenis dan asal tanaman yang terdapat di Bojongsari Baru. Pengusaha tanaman hias di lahan pekarangan semuanya memilih tanaman proyek lanskap seperti brokoli hias, taberna, dan pucuk merah untuk ditanami di lahan mereka, sedangkan pemilik nurseri di Rotan dan pangkalan kebanyakan juga menjual tanaman proyek tetapi ada beberapa yang menjual tanaman koleksi seperti anthurium. Tanaman koleksi biasanya didatangkan dari luar Bojongsari sedangkan tanaman proyek biasanya berasal dari dalam Bojongsari kecuali untuk tanaman yang susah didapat seperti beringin korea dan cemara udang didapatkan dari luar Bojongsari. d. Pengaruh Usaha Tanaman Hias terhadap Perekonomian Keluarga Usaha Tanaman Hias sebagai Mata Pencarian Awal Mula Usaha Samping an 5% Ikut tetangga/ teman /saudara 60% Utama 95% 21-25 tahun 5% Pengalaman Usaha 16-20 tahun 15% 11-15 tahun 25% Bisnis turun temurun keluarga 40% Jumlah Pendapatan 8-10 juta/bulan 10% 1-5 tahun 15% 6-8 juta/bulan 25% 6-10 tahun 40% <2 juta/bulan 5% 2-4 juta/bulan 25% 4-6 juta/bulan 35% Pemenuhan Kebutuhan Keluarga dari Usaha Tanaman Hias Mencukupi 100% Gambar 16 Diagram pengaruh usaha tanaman hias terhadap perekonomian keluarga Gambar 16 menunjukkan pengaruh usaha tanaman hias terhadap perekonomian keluarga di desa Bojongsari Baru. Hampir semua warga 24 menjadikan usaha tanaman hias ini sebagai mata pencarian utama, sebagian lainnya menjadikannya sampingan untuk menambah pendapatan. Warga asli Bojongsari yang bertani baik di areal nurseri Rotan, di pangkalan pinggir jalan, maupun di pekarangan rumah kebanyakan meneruskan usaha tanaman hias dari orang tua mereka sebelumnya. Sementara itu, hampir semua pendatang yang menjalankan bisnis ini bermula dari ikut teman atau saudara yang memiliki usaha tanaman hias kemudian mulai membuka usaha sendiri. Para pendatang yang telah sukses dalam menjalankan usaha tanaman hias di Rotan kemudian mengembangkan usaha dibantu oleh keluarga dan kerabatnya di daerah asal mereka masing-masing. Sampai dengan saat ini, para pengusaha tanaman hias di Bojongsari telah memiliki pengalaman usaha sekitar 4-25 tahun. Warga yang menjalankan usaha di pekarangan kebanyakan dibantu oleh istri dan anaknya dalam pengelolaan nurseri sehingga tidak perlu mempekerjakan pekerja, seluruh anggota keluarga yang turut mengelola memiliki pengetahuan tentang tanaman hias. Sementara itu, petani di Rotan sebagian ada yang tinggal di kavling masingmasing bersama istri dan anaknya, sebagian lain yang berasal dari tempat jauh tidak membawa keluarga sehingga tidak dapat membantu pengelolaan nurseri. Pengelolaan nurseri dibantu oleh 1-2 orang pekerja tetap ditambah beberapa pekerja insidental saat ada pekerjaan besar. Pekerja ini biasanya berasal dari Bojongsari atau dari daerah asal pemilik nurseri. Pendapatan yang diperoleh dari usaha tanaman hias ini tidak tetap setiap bulannya tetapi berkisar antara 1-10 juta rupiah per bulan, dengan rata-rata pendapatan 4-6 juta rupiah per bulan. Walaupun pendapatan ini bersifat fluktuatif tetapi semua pengusaha tanaman hias baik di Rotan, pangkalan, maupun pekarangan menyatakan bahwa bisnis tanaman hias ini sudah cukup memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Berikut adalah contoh analisis usaha tanaman hias di beberapa nurseri di Bojongsari Baru: 1. Nurseri A Nurseri A terletak di areal gang Rotan. Nurseri A telah menjalankan usaha tanaman hias di Rotan selama 8 tahun, dengan modal awal 50 juta rupiah. Nurseri ini memiliki luas lahan 600 m2 dengan jenis tanaman meliputi tanaman koleksi dan proyek yang kebanyakan dibudidayakan sendiri. Ragam usaha yang dilakukan yakni penjualan tanaman dan pembuatan proyek taman untuk skala individu maupun perumahan. Perhitungan Laba atau Rugi (per bulan) Pendapatan (perbulan) dari penjualan tanaman: Asumsi pemasukan per bulan Biaya operasional (per bulan)*: Sewa tempat Gaji pegawai 2 orang = 2 x Rp750.000 Bibit tanaman hias Pupuk, obat-obatan, dan media tanam Pot dan polybag Biaya listrik dan air Total biaya operasional per bulan Rp 8.500.000 Rp 250.000 Rp 1.500.000 Rp 500.000 Rp 500.000 Rp 500.000 Rp 250.000 Rp 3.500.000 25 Laba bersih (perbulan)= Pendapatan (perbulan)-Biaya operasional (perbulan) = Rp 8.500.000 – Rp 3.500.000 = Rp 5.000.000 (*tidak termasuk biaya penyusutan) Perhitungan laba di atas hanya berasal dari penjualan tanaman, sedangkan pemasukan dari pembuatan proyek taman/lanskap berkisar 1,5 juta10 juta tiap taman tergantung luas taman dan jenis tanaman. Laba atau keuntungan dari penjualan tanaman yang didapat sekitar 30%-50% untuk tanaman proyek dan bisa mencapai 80% untuk tanaman koleksi yang unik. 2. Nurseri B Nurseri B terletak di lahan pangkalan pinggir jalan raya Bojongsari. Nurseri B telah menjalankan usaha tanaman hias selama 15 tahun, meneruskan bisnis orangtua. Nurseri ini memiliki luas lahan 1000 m2 dengan jenis tanaman dikhususkan pada tanaman koleksi yang tidak mudah dicari seperti cemara udang dan beringin korea yang didatangkan dari luar Bojongsari. Usaha tanaman hias yang dilakukan hanya membeli tanaman dari luar kemudian memelihara dan menjualnya tanpa dibudidayakan. Perhitungan Laba atau Rugi (per bulan) Pendapatan (perbulan) dari penjualan tanaman: Asumsi pemasukan per bulan Biaya operasional (per bulan)*: Pembelian tanaman Pupuk, obat-obatan, dan media tanam Pot dan polybag Biaya listrik dan air Total biaya operasional per bulan Rp 10.000.000 Rp 2.000.000 Rp 500.000 Rp 200.000 Rp 300.000 Rp 3.000.000 Laba bersih (perbulan)= Pendapatan (perbulan)-Biaya operasional (perbulan) = Rp 10.000.000 – Rp 3.000.000 = Rp 7.000.000 (*tidak termasuk biaya penyusutan) Nurseri B memilih meneruskan menjual jenis tanaman yang cukup unik agar harga per unitnya lebih mahal dan tidak banyak nurseri saingan. Tidak terdapat jenis tanaman proyek yang biasanya terdapat di hampir semua nurseri di Bojongsari. Lahan usaha merupakan milik pribadi sehingga tidak perlu membayar uang sewa setiap bulannya. Pegawai pun berasal dari keluarga sendiri sehingga tidak ada pengeluaran untuk gaji pegawai. 3. Nurseri C Nurseri C terletak di pekarangan rumah warga. Nurseri C baru menjalankan usaha tanaman hias di Rotan selama 2 tahun mengikuti jejak tetangga yang sukses bertani tanaman hias. Nurseri ini memiliki luas lahan 200 m2 ditanami beberapa jenis tanaman proyek. Tanaman ini dibudidayakan di lahan sendiri kemudian disalurkan kepada pedagang tanaman atau petani di Rotan untuk dijual kepada konsumen. Usaha ini dilakukan sebagai mata pencarian sampingan untuk menambah pendapatan memenuhi kebutuhan keluarga. 26 Perhitungan Laba atau Rugi (per bulan) Pendapatan (perbulan) dari penjualan tanaman: Asumsi pemasukan per bulan Biaya operasional (per bulan)*: Bibit tanaman hias Pupuk, obat-obatan, dan media tanam Pot dan polybag Biaya listrik dan air Total biaya operasional per bulan Rp 2.000.000 Rp Rp Rp Rp Rp 200.000 200.000 150.000 150.000 700.000 Laba bersih (perbulan)= Pendapatan (perbulan)-Biaya operasional (perbulan) = Rp 2.000.000 – Rp 700.000 = Rp 1.300.000 (*tidak termasuk biaya penyusutan) Nurseri C memilih jenis tanaman proyek karena mudah diperbanyak, mudah dipelihara, dan memiliki jumlah permintaan yang tinggi. Lahan usaha merupakan milik pribadi sehingga tidak perlu membayar uang sewa setiap bulannya. Pegawai pun berasal dari keluarga sendiri sehingga tidak ada pengeluaran untuk gaji pegawai. e. Keberlanjutan Usaha Tanaman Hias Prospek Usaha Keberlanjutan 10 Tahun ke Depan Ingin meneruskan usaha 100% Menjanjikan 100% Rencana Mewariskan Usaha Tidak ingin mewaris kan ke anak 40% Ingin mewaris kan ke anak 60% Gambar 17 Diagram keberlanjutan usaha tanaman hias Gambar 17 menunjukkan diagram keberlanjutan usaha tanaman hias di Bojongsari Baru. Walaupun bisnis ini termasuk fluktuatif dengan pendapatan yang tidak tetap setiap bulannya tetapi warga menganggap usaha tanaman hias ini sangat menguntungkan dan memiliki peluang besar dengan prospek yang menjanjikan sehingga berniat untuk melanjutkan bisnis ini setidaknya sampai sepuluh tahun ke depan. 27 Para pendatang kebanyakan masih berusia muda dengan anak yang masih kecil sehingga belum memikirkan kemungkinan untuk mewariskan usaha kepada anak-anak. Warga asli Bojongsari yang telah menjalankan bisnis ini secara turun temurun memiliki keinginan meneruskan kepada anak-anaknya sehingga diharapkan usaha tanaman hias di Kelurahan Bojongsari Baru dapat berkelanjutan dan terus berkembang. Sistem Pengadaan Tanaman Penyediaan Bibit Tanaman Warga Bojongsari yang berperan sebagai produsen dalam usaha tanaman hias memproduksi sendiri tanaman di lahan usaha masing-masing. Bibit tanaman proyek biasanya didapat dari sesama petani tanaman hias. Petani tanaman hias ini biasanya membeli bibit tanaman baru dari nurseri besar yang mengembangkannya. Selanjutnya para petani tanaman hias baik antar petani di Bojongsari maupun dari daerah lain saling berkoordinasi mengenai informasi trend tanaman kemudian membeli bibit tanaman baru yang sedang trend dari petani yang memilikinya. Bibit ini lalu diperbanyak sendiri di nurseri masing-masing. Untuk tanaman koleksi yang berharga mahal ada juga petani yang sengaja mencari bibit dari tempat yang jauh karena sulit mendapatkannya. Ketika Koperasi Maju Bersama masih aktif, koperasi ini juga membantu menyediakan bibit bagi para anggotanya. Produksi Tanaman Produksi tanaman sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar dan permintaan dari konsumen terhadap jenis tanaman tertentu. Tahapan produksi tanaman terdiri dari budidaya/perbanyakan dan pemeliharaan sampai tanaman siap untuk dipasarkan. Untuk mengetahui tanaman yang sedang trend dapat dilakukan tukar informasi dengan pihak lain yang berhubungan dengan nurseri seperti arsitek dan kontaktor lanskap, pedagang tanaman, dan nurseri lain. Hal ini sangat membantu dalam pengembangan tanaman selanjutnya sehingga tidak terjadi pengadaan dan perbanyakan tanaman yang dapat merugikan seperti tidak laku di pasaran atau kelebihan kuantitas produk. Jenis tanaman yang diproduksi di Bojongsari dibagi menjadi tanaman koleksi dan tanaman proyek. Tanaman koleksi dan tanaman proyek berbeda karakteristiknya sehingga sistem pengadaannya pun berbeda. Produksi tanaman koleksi cenderung sulit, harga jual dan jumlah permintaan pun berubah tergantung selera pasar sehingga diperlukan strategi pemasaran yang tepat agar tidak merugi. Dengan adanya beberapa resiko tersebut menyebabkan warga yang membudidayakan dan menjual tanaman koleksi cenderung sedikit. Berbeda dengan tanaman koleksi, tanaman proyek lebih mudah dibudidayakan dan pemeliharaannya pun mudah sehingga jumlah yang diproduksi oleh petani dan warga pun banyak. Modal yang dibutuhkan untuk memperbanyak tanaman proyek lebih rendah dan waktu untuk panennya pun lebih cepat. Jumlah permintaan terhadap tanaman proyek ini cukup besar dan cenderung stabil, dengan maraknya pembangunan perumahan dan penghijauan menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan tanaman ini. Kemudahan-kemudahan ini yang membuat petani dan warga Bojongsari lebih banyak menanam tanaman proyek. 28 Pengadaan tanaman proyek terhalang pada masalah ketersediaan lahan. Untuk memproduksi tanaman dalam jumlah besar diperlukan lahan yang luas sedangkan wilayah Depok saat ini lahan terbukanya semakin berkurang. Hal ini membuat banyak petani yang membeli lahan di daerah sekitar Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, karena banyak tersedia lahan kosong untuk pengembangan produksi tanaman. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dirjen Hortikultura tahun 2013, jenis tanaman hias yang diproduksi di Kota Depok pada tahun 2012 adalah tanaman bunga potong dan tanaman lanskap. Tanaman bunga potong diantaranya anggrek, anyelir, anthurium bunga, gerbera herbas, gladiol, krisan, mawar, melati, dan sedap malam. Tanaman lanskap yang terdapat dalam data tersebut adalah jenis adenium, aglaonema, anthurium, caladium, euphorbia, ixora, pakis-pakisan, phylodendron, palem-paleman, dan sansevieria. (Luas panen dan jumlah produksi beberapa tanaman lanskap di Kota Depok tercantum di Lampiran 2). Tanaman lanskap yang memiliki jumlah produksi terbanyak di Kota Depok adalah Phylodendron sp., diikuti oleh Aglaonema sp., Caladium sp., Ixora sp., dan Adenium sp.. Tanaman–tanaman tersebut merupakan tanaman yang berdaun atau berbunga indah sehingga harganya cenderung lebih mahal dari tanaman lanskap lainnya, tanaman tersebut biasanya digunakan sebagai tanaman pot dan tanaman penyemarak atau daya tarik dalam suatu taman sehingga jumlah yang yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman seperti brokoli hias, taberna, dan pucuk merah yang banyak dibudidayakan warga Bojongsari. a. Budidaya Tanaman Teknik budidaya yang digunakan oleh warga Bojongsari Baru masih konvensional dengan cara dan alat sederhana. Jenis tanaman di setiap nurseri tidak terlalu beragam dan kuantitas produksinya masih sedikit sehingga dengan menggunakan teknik sederhana masih dapat memenuhi kebutuhan produksi. Perbanyakan tanaman dilakukan dengan dua cara, yaitu secara generatif (menggunakan benih), dan vegetatif. Tanaman tersebut kemudian dibawa ke tempat pembibitan atau langsung ditanam di lapang. Perbanyakan vegetatif melibatkan reproduksi aseksual melalui regenerasi jaringan bagian tanaman. Pada banyak tanaman, pembiakan vegetatif benar-benar merupakan proses alami, sedangkan pada tanaman lain terdapat proses buatannya. Perbanyakan vegetatif lebih mudah dan lebih cepat dibandingkan perbanyakan generatif. Cara vegetatif sangat banyak dan pemilihan cara tergantung pada tanamannya dan tujuan pembiakan, cara vegetatif ini antara lain: penggunaan benih apomitrik, penggunaan struktur vegetatif khusus seperti sulur dan umbi, induksi akar dan pucuk adventif (cangkok dan stek), serta penyambungan (grafting dan budding) (Harjadi, 1996 dalam Maulida, 2002). Budidaya yang dilakukan hanya untuk memenuhi permintaan dari pelanggan, sehingga tanaman yang diproduksi cenderung sama dari tahun ke tahun. Tidak ada pengembangan atau penelitian untuk memproduksi varietas baru seperti yang dilakukan nurseri besar, karena hal ini membutuhkan modal yang besar dan lebih sulit untuk dipasarkan. Gambar 18 menunjukkan kegiatan budidaya yang dilakukan oleh warga. 29 (a) (b) Gambar 18 Contoh kegiatan budidaya (a) persiapan media tanam, (b) pemilihan anakan Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, pengendalian gulma, pemangkasan, penggantian media tanam, dan repotting/peremajaan. Pemeliharaan ini berbeda tergantung dari jenis tanaman. Pemeliharaan tanaman pun masih sederhana dan tidak menggunakan peralatan canggih, karena lahan yang dimiliki tidak terlalu luas dan jenis tanamannya pun cenderung mudah untuk dirawat. Gambar 19 menunjukkan pemeliharaan tanaman yang dilakukan di gang Rotan. b. (a) (b) Gambar 19 Contoh kegiatan pemeliharaan (a) penyiraman (b) repotting Pemasaran Tanaman Pemasaran merupakan seluruh aktifitas bisnis meliputi aliran barang dan pelayanan dari tempat produksi sampai ke tangan konsumen (Davidson et al., 2000). Tahapan pemasaran meliputi penetapan harga jual, pemesanan dan pembelian, serta pengepakan dan pengiriman tanaman. Penetapan harga jual berdasarkan biaya produksi dan kondisi pasar. Pemesanan dan pembelian dilakukan dengan datang langsung ke nurseri atau dapat melalui telepon/sms dan internet. Pengepakan dan pengiriman harus dilakukan dengan hati-hati sesuai jenis dan ukuran tanaman agar kualitasnya tetap terjaga. Gambar 20 menunjukkan kegiatan pengepakan dan pengiriman tanaman nolina. 30 (a) (b) Gambar 20 Contoh kegiatan pemasaran (a) pengepakan (b) pengiriman tanaman Tanaman koleksi dan tanaman proyek berbeda karakteristiknya sehingga sistem pengadaannya pun berbeda seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4 Perbedaan sistem pengadaan tanaman koleksi dan tanaman proyek Sistem Pengadaan PRODUKSI: Modal/biaya Budidaya/perbanyakan Pemeliharaan Jumlah produksi Asal tanaman PEMASARAN: Harga jual Jumlah permintaan Pembeli Tanaman Koleksi Tanaman Proyek Besar Sulit Sulit Kecil Luar Kecil Mudah Mudah Besar Dalam Tinggi Fluktuatif Kolektor Rendah Stabil Pedagang, Landscaper Ada beberapa hal dalam produksi dan pemasaran tanaman koleksi yang perlu diperhatikan, pemeliharaannya yang cenderung sulit, harga jual tinggi dan fluktuatif, serta diperlukan strategi pemasaran yang tepat agar tidak merugi. Harga jual dan jumlah permintaan yang terus berubah tergantung trend dan selera pasar sehingga memerlukan waktu yang tepat untuk mendapatkan untung besar. Tanaman koleksi ini ditujukan kepada para kolektor tanaman hias yang berburu tanaman ke berbagai daerah sehingga diperlukan koneksi agar tanaman cepat terjual. Salah satu usaha yang bisa dilakukan adalah mengadakan promosi dengan ikut dalam pameran tanaman hias. Tanaman proyek mudah dijual, bahkan bisa laku ketika masih dalam ukuran kecil dan berumur beberapa bulan. Pemasaran tanaman proyek ditujukan kepada para penyedia jasa lanskap dan juga para pedagang tanaman hias dari daerah lain. Ketika ada permintaan dalam jumlah besar, maka tanaman-tanaman ini dikumpulkan dari setiap rumah untuk memenuhi jumlah permintaan. Akan tetapi, biasanya pembeli lebih senang datang langsung ke tiap rumah untuk memilih sendiri tanaman yang akan dibeli sesuai spesifikasi yang dibutuhkan. Selain datang langsung ke tempat penjualan, pelanggan dapat memesan tanaman melalui telepon dan internet untuk kemudian tanaman tersebut akan diantarkan ke tempat pembeli. 31 Tipe Pelaku Usaha Tanaman Hias Berdasarkan Kegiatan Produksi dan Pemasaran Produsen Produsen adalah pelaku usaha tanaman hias yang memproduksi tanaman hias di lahan sendiri. Produsen hanya membudidayakan tanaman hias selanjutnya produsen tidak melakukan pemasaran secara langsung kepada konsumen tetapi melalui pedagang tanaman. Warga yang bertani tanaman hias di pekarangan termasuk ke dalam tipe produsen karena biasanya hasil produksi tanaman hias warga dikumpulkan untuk kemudian dipasarkan kepada pedagang tanaman hias. Warga di Bojongsari Baru memanfaatkan pekarangan rumah sebagai lahan budidaya tanaman hias seperti ditunjukkan pada Gambar 21. (a) (b) Gambar 21 Pekarangan rumah warga Bojongsari Baru (a) RW 07 (b) RW 08 Warga Bojongsari Baru memiliki keterampilan bertani tanaman hias sehingga setelah mendapat bibit dari sesama petani tanaman hias kemudian mereka memperbanyak tanaman tersebut di lahan pekarangan. Tanaman yang dibudidayakan hampir sama jenisnya di setiap rumah yakni tanaman proyek seperti pucuk merah, taberna/crimbosa, dan lili paris yang perawatannya cenderung mudah. Produsen dan Pedagang Produsen dan pedagang adalah pelaku usaha tanaman hias yang tidak hanya memproduksi tanaman tetapi juga mamasarkan langsung ke konsumen. Areal nurseri di gang Rotan termasuk ke dalam tipe produsen dan pedagang karena para petani di setiap kavling melakukan budidaya tanaman kemudian menjualnya ke pedagang tanaman di pangkalan pinggir jalan dan landscaper yang membutuhkan tanaman untuk proyek lanskap. Pelanggan yang datang ke Rotan banyak yang berasal dari luar kota seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, sampai Kalimantan. Jenis tanaman yang dijual kebanyakan tanaman outdoor/proyek, tetapi ada juga beberapa yang khusus menjual tanaman indoor seperti anthurium dan bromelia seperti ditunjukkan pada Gambar 22. 32 (a) (b) Gambar 22 Areal Rotan (a) nurseri tanaman oudoor (b) nurseri tanaman indoor Pedagang Pedagang adalah pelaku usaha tanaman hias yang hanya menjual tanaman tetapi tidak memproduksi tanaman di lahan sendiri. Pengusaha tanaman hias yang termasuk ke dalam tipe ini adalah pedagang di pangkalan pinggir jalan. Budidaya tanaman tidak dilakukan di lahan pangkalan, biasanya tanaman diambil dari gang Rotan dan pekarangan warga atau dari luar daerah untuk tanaman unik yang jarang ditemukan. Pangkalan tanaman hias terletak di tepi jalan raya yang ramai sehingga mudah terlihat dari mobil yang melintas. Di pinggir jalan raya Bojongsari terdapat beberapa pangkalan tanaman hias yang cukup luas dengan berbagai jenis tanaman, seperti ditunjukkan pada Gambar 23. (a) (b) Gambar 23 Pangkalan pinggir jalan raya (a) Douglass Flora (b) Aneka Bunga Nurseri Karakteristik Tanaman Hias di Kelurahan Bojongsari Baru Tanaman yang dibudayakan dan dijual di Bojongsari Baru hampir seragam di setiap nurseri. Penelitian dilakukan terhadap 20 nurseri sampel di Kelurahan Bojongsari Baru yang meliputi 10 nurseri gang Rotan, 5 nurseri pangkalan pinggir jalan, dan 5 nurseri pekarangan rumah. Tabel 5 menunjukkan jenis tanaman hias lanskap yang terdapat di nurseri-nurseri tersebut. 33 Tabel 5 Jenis tanaman hias lanskap yang terdapat di nurseri Bojongsari Baru No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Kategori Penutup tanah Semak dan Perdu Pohon Nama Ilmiah Tanaman Aglaonema sp. Asplenium nidus Bromelia sp. Caladium sp. Chlorophytum sp. Ctenanthe oppenheimiana Iresine herbstii Rhoeo discolor Spatyphyllum sp. Anthurium sp. Hymenocalis speciosa Schefflera sp. Brokoli hias Breynia disticha Cycas revoluta Tabernaemontana sp. Beaucarnea recurvata Cordyline sp. Dracaena sp. Syzigium oleina Casuarina equisetifolia Cyrtostachis renda Phoenix canariensis Phoenix roebellini Plumeria sp. Ptychosperma macarturii Thuja orientalis Bismarckia nobilis Ficus coreana Ravenala madagascariensis Roystonea regia Nama Lain Sri rejeki Paku sarang burung Bromelia Keladi hias Lili paris Tricolor Sambang dara Adam hawa Peace lily Anthurium Spider lily Wali songo Brokoli hias Pretty pink Sikas Pinwheel flower Nolina Hanjuang Drasena Pucuk merah Cemara udang Palem merah Canary palm Dwarf palm Kamboja kuburan Palem hijau Cemara kipas Bismarck palm Beringin korea Pisang Kipas Palem raja Gambar 24 menunjukkan grafik jumlah nurseri yang menjual jenis tanaman lanskap tersebut. Berdasarkan Gambar 24 dapat diketahui bahwa tanaman lanskap yang paling banyak terdapat di nurseri Bojongsari Baru dari kategori tanaman penutup tanah yakni Bromelia sp., Aglaonema sp. (sri rejeki), dan Rhoeo discolor (adam hawa); semak dan perdu yakni Sygium oleina (pucuk merah), Tabernaemontana sp., dan Anthurium sp.; dan pohon yakni Thuja orientalis (cemara kipas), dan palem-paleman. Setiap nurseri kebanyakan menyediakan tanaman semak dan perdu yang banyak digunakan dalam proyek-proyek lanskap. Deskripsi dan gambaran karakteristik tanaman-tanaman tersebut tercantum pada Lampiran 3. 34 Jumlah Nurseri Penutup Tanah 12 10 8 6 4 2 0 Jenis Tanaman (a) Jumlah Nurseri Semak dan Perdu 14 12 10 8 6 4 2 0 Jenis Tanaman (b) Jumlah Nurseri Pohon 6 5 4 3 2 1 0 Jenis Tanaman (c) Gambar 24 Grafik jumlah nurseri yang menjual jenis tanaman (a) penutup tanah (b) semak dan perdu (c) pohon 35 Manfaat Usaha Tanaman Hias bagi Masyarakat dan Lingkungan Usaha tanaman hias yang dijalankan di Bojongsari Baru telah memberikan manfaat bagi masyarakat Bojongsari dan lingkungan sekitar, yakni sebagai berikut: a. Manfaat Ekonomi Usaha pengadaan tanaman hias ini telah memberikan pengaruh ekonomi bagi kehidupan warga masyarakat Bojongsari. Petani dan warga yang menanam tanaman hias mendapatkan uang untuk biaya hidup sehari-hari dari kegiatan jualbeli tanaman hias ini. Usaha tanaman hias memiliki prospek yang cukup menjanjikan sehingga dijadikan sebagai mata pencarian utama dan sampingan oleh warga Kelurahan Bojongsari Baru. b. Manfaat bagi Lingkungan Tanaman dapat berfungsi sebagai penghijauan, memperindah pemandangan, menyerap polutan udara, meredam kebisingan, dan menurunkan suhu udara sekitarnya menjadi sejuk. Oleh karena itu, penanaman tanaman hias dalam jumlah besar di suatu kawasan dapat memperbaiki kondisi lingkungan di kawasan tersebut. Penanaman tanaman hias merupakan pemanfaatan lahan pekarangan serta dapat memperindah rumah dan lingkungan. c. Manfaat Sosial Budaya Usaha tanaman hias di Kelurahan Bojongsari Baru sebagian besar dilakukan oleh warga asli Bojongsari yang memiliki lahan di desa tersebut. Usaha ini biasanya dikelola oleh keluarga, selain kepala keluarga juga istri dan anak-anak turut membantu dalam penanaman, pemeliharaan, sampai ke penjualan tanaman hias. Warga Bojongsari yang telah berhasil menjalankan bisnisnya dengan baik kemudian mewariskan kepada anak-anaknya untuk diteruskan dan dikembangkan. Tanaman hias telah menjadi budaya sehari-hari sehingga warganya memiliki pengetahuan dan keterampilan bertani dan berdagang tanaman hias, bahkan anakanak Bojongsari telah terbiasa mengenal dan belajar menanam tanaman hias sejak kecil sehingga diharapkan dapat meningkatkan bisnis ini di masa yang akan datang. Analisis Permasalahan dalam Pengelolaan Nurseri di Kelurahan Bojongsari Baru Dalam usaha tanaman hias di Bojongsari Baru secara umum ditemukan beberapa permasalahan dalam pengelolaannya. Permasalahan-permasalahan ini dapat menghambat pengembangan nurseri menjadi usaha yang lebih besar. Kondisi setiap nurseri hampir seragam sehingga masalah yang dihadapi pun hampir sama yakni sebagai berikut: 1. Terbatasnya ketersediaan lahan di Bojongsari sehingga nurseri yang ada tidak bisa mengembangkan usahanya dengan menambah luas lahan. Lahan yang digunakan selama ini hanya sebatas pekarangan rumah yang dimiliki pribadi, sedangkan lahan di Rotan merupakan lahan sewa yang juga telah penuh oleh para petani tanaman hias. Lahan terbuka di Bojongsari semakin lama semakin berkurang seiring bertambahnya pembangunan. Lahan yang sempit menyebabkan jumlah produksi tanaman terbatas, karena tanaman memerlukan lahan untuk tumbuh dan berkembang biak dengan baik. 36 Masih ada beberapa lahan pekarangan warga yang belum termanfaatkan bagi penanaman tanaman hias, tapi jumlah ini relatif sedikit dengan luas lahan yang tidak terlalu besar. Akibat terbatasnya lahan ini banyak warga Bojongsari yang mencari lahan ke luar daerah seperti ke Gunung Sindur Kabupaten Bogor dan membuka usaha disana sehingga saat ini Gunung Sindur juga menjadi salah satu sentra tanaman hias. 2. Terbatasnya dana untuk membeli bibit dan memproduksi tanaman varietas baru. Selain lahan yang terbatas, dana yang dimiliki oleh warga cenderung sedikit. Modal yang ada saat ini sudah cukup untuk memproduksi dan menjual tanaman, tetapi jenis tanaman yang ada hampir sama di setiap nurseri dan tidak berubah untuk jangka waktu yang lama. Para petani kecil tidak berani mengambil resiko kerugian karena mencoba memproduksi tanaman varietas baru, di samping karena alat dan teknik produksi yang digunakan petani juga masih sederhana. Koperasi Maju Bersama dulu memberi pinjaman modal berupa dana bagi para anggotanya. Akan tetapi, pinjaman ini mengalami keterlambatan dalam pembayarannya sehingga program ini tidak diteruskan. 3. Jumlah permintaan dan harga tanaman fluktuatif tidak tetap setiap bulannya tergantung trend dan kondisi perekonomian. Trend tanaman hias cenderung berubah, seperti booming anthurium pada tahun 2007 tetapi sekarang anthurium harganya menurun. Trend yang mudah berubah ini menyebabkan jumlah permintaan tanaman yang tidak tetap serta harga tanaman yang juga berubah tergantung kondisi pasar. Perencanaan yang baik diperlukan dalam produksi dan pemasaran tanaman agar tidak merugi. Para pengusaha tanaman hias biasanya saling bertukar informasi mengenai trend tanaman, juga berkoordinasi dengan arsitek dan kontraktor lanskap. 4. Usaha tanaman hias hanya sebatas memproduksi dan menjual tanaman. Usaha tanaman hias yang dijalankan warga saat ini kebanyakan hanya memproduksi dan menjual tanaman. Padahal tanaman hias dapat digunakan untuk usaha lain seperti rental/sewa tanaman untuk dekorasi, dan jasa pembuatan taman. Ada beberapa nurseri yang sudah menyediakan jasa dekorasi dan pembuatan taman ini dan mendapat pemasukan yang cukup besar, tetapi kebanyakan belum mencoba mengembangkan di bidang jasa ini. 5. Tidak adanya pencatatan keuangan dalam proses produksi dan pemasaran. Semua petani yang menjadi sampel penelitian di Bojongsari Baru tidak melakukan pencatatan mengenai pemasukan dan pengeluaran uang setiap bulan. Biasanya pendapatan yang diterima setiap bulan dipakai untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan sisanya digunakan untuk biaya operasional nurseri seperti pembelian bibit dan tanaman, serta pupuk dan obatobatan. Pendapatan yang diterima selama ini tidak tetap setiap bulannya tetapi sudah cukup memenuhi kebutuhan dan mendapat laba yang cukup besar. Akan 37 tetapi, tanpa adanya pencatatan keuangan ini menyebabkan sulit melihat perkembangan nurseri setiap bulannya. 6. Generasi muda kurang terampil bertani tanaman hias. Generasi muda Bojongsari saat ini kurang tertarik dengan usaha tanaman hias ini sehingga mereka kurang memiliki ketrampilan bertani tanaman hias. Padahal bisnis ini dapat menjadi mata pencarian utama maupun sampingan dan bisa memanfaatkan lahan pekarangan yang ada. 7. Vakumnya koperasi tanaman hias. Sewaktu masih aktif, Koperasi Maju Bersama memiliki program-program bagi anggotanya seperti pelatihan ketrampilan tanaman hias, penyediaan bibit, dan bantuan pinjaman modal. Koperasi dapat berperan mendukung dan membantu mengembangkan usaha para petani tanaman hias di Bojongsari dan sekitarnya. Akan tetapi, koperasi saat ini tidak aktif dan paguyuban petani tanaman hias tidak lagi diadakan. Analisis SWOT Pengelolaan Usaha Tanaman Hias di Kelurahan Bojongsari Baru Berdasarkan faktor kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threath) yang mempengaruhi keberlanjutan dan pengembangan usaha tanaman hias ini, dapat dicari strategi penyelesaian permasalahan yang dihadapi dengan menggunakan pendekatan analisis matriks SWOT. Strategi tersebut akan dijadikan rekomendasi bagi pengembangan usaha tanaman hias di Kelurahan Bojongsari Baru. Dalam matriks SWOT dapat dihasilkan empat pertimbangan strategi yang disarankan, yaitu strategi SO (strength-opportunity), strategi WO (weakness-threat), strategi ST (strenghtthreat) dan strategi WT (weakness-threat). Analisis SWOT mengumpulkan permasalahan dan potensi yang ada pada pengelolaan usaha tanaman hias di Bojongsari Baru. Hasil sintesis dari analisis SWOT adalah matriks SWOT. Matriks SWOT menunjukkan beberapa strategi yang dapat diambil untuk mengatasi permasalahan dan mengembangkan potensi yang ada di nurseri Bojongsari Baru. Strategi yang ditentukan dalam matriks SWOT dapat berupa: 1. S-O (strength-opportunity), yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil kesempatan yang ada. 2. S-T (strength-threat), yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi. 3. W-O (weakness-opportunity), yaitu berusaha mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahan-kelemahan. 4. W-T (weakness-threat), yaitu berusaha meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada. Matriks SWOT tersebut terdapat pada Tabel 6. 38 Tabel 6 Matriks SWOT pengelolaan usaha tanaman hias Faktor Internal Faktor Eksternal Peluang/Opportunity (O) Bisnis tanaman hias di Indonesia meningkat Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan lingkungan dan estetika Penggunaan tanaman hias untuk hobi, penyaluran ekspresi dan kegiatan/upacara adat Pembangunan lanskap/taman perumahan dan ruang terbuka hijau yang terus meningkat Bojongsari merupakan salah satu sentra tanaman hias terutama di Jabodetabek Pelanggan dating dari berbagai daerah Ancaman/Threath (T) Jumlah permintaan dan harga tanaman fluktuatif tidak tetap setiap bulannya tergantung trend dan kondisi perekonomian Wilayah Gunung Sindur Kab. Bogor yang berdekatan dengan Bojongsari mulai menjadi sentra produksi tanaman hias Kekuatan/Strength (S) Kondisi fisik dan biofisik mendukung bagi budidaya tanaman Tanaman hias telah dikenal warga sejak dulu sehingga telah menjadi budaya Warga memiliki pengalaman dan keterampilan dalam bertani tanaman hias Usaha tanaman hias menjadi mata pencarian utama sebagian besar warga Warga menilai bisnis ini menguntungkan dan menjanjikan Kemauan warga untuk mewariskan bisnis ini kepada generasi muda Kelemahan/Weakness (W) Terbatasnya ketersediaan lahan Masih ada pekarangan warga yang belum termanfaatkan Terbatasnya dana untuk membeli bibit dan memproduksi tanaman varietas baru Generasi muda kurang terampil bertani tanaman hias Usaha tanaman hias hanya sebatas memproduksi dan menjual tanaman Belum adanya pencatatan keuangan dalam proses produksi dan pemasaran Vakumnya koperasi tanaman hias Strategi S-O Pengenalan tanaman hias sejak anak-anak kepada generasi muda Bojongsari agar mampu melanjutkan bisnis ini Promosi dan perluasan koneksi jaringan usaha Peningkatan pengetahuan dan keterampilan pekerja (atau anggota keluarga) misalnya dengan mengadakan pelatihan Strategi W-O Pengoptimalan penggunaan lahan Penyebarluasan usaha tanaman hias kepada seluruh warga Penambahan ragam usaha selain penjualan tanaman Peningkatan kualitas tanaman dan penambahan varietas tanaman baru Pencatatan setiap hasil produksi dan pejualan agar lebih terorganisir Pengaktifan kembali koperasi Strategi S-T Peningkatan dukungan pemerintah daerah untuk memajukan dan mempromosikan Bojongsari sebagai sentra tanaman hias Strategi W-T Perencanaan produksi yang cermat dengan mempertimbangkan permintaan konsumen dan kondisi pasar 39 Rekomendasi bagi Pengembangan Usaha Tanaman Hias di Kelurahan Bojongsari Baru Berdasarkan analisis yang dilakukan, didapat hasil berupa langkah-langkah yang bisa dilakukan oleh warga yang menjalankan usaha dan pemerintah setempat dalam upaya pengembangan usaha tanaman hias, yakni bagi: a. Pengusaha tanaman hias Bojongsari Baru Membuat perencanaan produksi yang cermat dengan mempertimbangkan permintaan konsumen dan kondisi pasar. Info mengenai tanaman yang sedang trend didapat dari tukar informasi dengan pihak lain yang berhubungan dengan nurseri seperti arsitek dan kontaktor lanskap, pedagang tanaman, dan nurseri lain. Perencanaan meliputi jenis, jumlah, ukuran, dan bentuk tanaman yang akan diproduksi untuk menghindari kerugian seperti tidak laku di pasaran atau kelebihan kuantitas produk. Mengoptimalkan penggunaan lahan. Misalnya dengan menggunakan polybag, pot gantung, atau vertical greenery sehingga kapasitas produksi tanaman lebih besar. Meningkatkan kualitas tanaman dan menambahkan varietas tanaman baru. Misalnya dengan cara membeli bibit dari nurseri besar kemudian dibudidayakan sendiri agar jenis tanaman yang tersedia lebih beragam dan sesuai spesifikasi konsumen. Menambahkan ragam usaha selain penjualan tanaman Misalnya usaha rental/sewa tanaman, jasa dekorasi untuk acara, dan jasa pembuatan taman. Meningkatkan promosi dan memperluas koneksi jaringan usaha untuk menambah jumlah permintaan. Misalnya dengan cara mengikuti pameran tanaman hias dan melalui media internet. Meningkatan pengetahuan dan keterampilan pekerja (atau anggota keluarga) dalam produksi dan pemasaran untuk meningkatkan produktifitas kerja Misalnya dengan mengadakan pelatihan manajemen dan pelatihan budidaya tanaman hias. Mencatat setiap hasil produksi dan penjualan. Hal ini dilakukan agar keuangan lebih terorganisir dan dapat dilihat perkembangannya, walaupun jumlah pendapatan yang dihasilkan fluktuatif setiap bulan. Mengaktifkan kembali koperasi karena koperasi dapat berperan besar membina warga Bojogsari Baru dan sekitarnya memajukan usahanya. Misalnya dengan mendekati dan mengajak para anggota berkumpul bersama secara tidak formal untuk meningkatkan rasa kekeluargaan seperti dulu di paguyuban, dan memperbaiki pengaturan untuk pinjaman modal agar tidak terjadi masalah utang-piutang kembali. 40 b. Pemerintah setempat Menjaga lahan pertanian agar tidak beralih fungsi menjadi lahan non pertanian. Membantu mempromosikan Bojongsari Baru sebagai sentra tanaman hias. Menyebarluaskan usaha tanaman hias dengan mengajak dan membantu warga yang belum memanfaatkan pekarangannya. Mengenalkan tanaman hias kepada anak-anak agar membudaya dan generasi muda Bojongsari mampu melanjutkan bisnis ini. Membantu mengaktifkan koperasi tanaman hias kembali. Memberikan bantuan dan pinjaman modal bagi warga untuk mengembangkan usahanya. 41 PENUTUP Simpulan Kelurahan Bojongsari Baru merupakan salah satu daerah sumber pengadaan tanaman bagi industri lanskap dengan usaha tanaman hias yang dilakukan oleh warga sebagai mata pencarian utama dan sampingan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Warga memanfaatkan lahan pekarangan rumah untuk ditanami tanaman hias dan dijual. Produksi dan pemasaran tanaman yang dilakukan oleh warga masih tergolong sederhana dan konvensional, hal ini dikarenakan luas lahan dan modal yang tersedia tidak cukup besar, namun cukup untuk memenuhi kebutuhan jumlah produksi saat ini. Jenis tanaman hias yang diproduksi dan diperjualbelikan meliputi tanaman indoor untuk koleksi dan tanaman outdoor yang digunakan dalam proyek-proyek lanskap seperti bromelia, pucuk merah, dan palem-paleman. Usaha tanaman hias ini telah memberikan berbagai manfaat bagi warga dan lingkungan Bojongsari Baru yakni manfaat ekonomi, manfaat terhadap lingkungan, dan manfaat sosial budaya. Dalam pengelolaannya, usaha tanaman hias di Bojongsari Baru memiliki beberapa permasalahan diantaranya terbatasnya lahan dan modal yang tersedia, serta jumlah permintaan tanaman yang fluktuatif tergantung trend dan kondisi pasar. Berdasarkan permasalahan dan potensi dalam pengelolaan usaha tanaman hias ini, dapat disusun strategi pengembangan usaha menggunakan analisis SWOT. Strategi yang direkomendasikan bagi pengusaha tanaman hias untuk pengembangan usahanya meliputi aspek produksi, pemasaran, dan manajemen seperti perencanaan produksi yang cermat dengan mempertimbangkan permintaan konsumen dan kondisi pasar, penambahan ragam usaha selain penjualan tanaman, dan pencatatan keuangan yang lebih terperinci setiap bulannya. Selain itu, pemerintah setempat dapat mendukung warganya dengan cara mempromosikan Bojongsari Baru sebagai sentra tanaman hias dan memberikan bantuan pinjaman modal bagi pengembangan usaha tanaman hias. Dengan melakukan langkahlangkah tersebut diharapkan usaha tanaman hias di Bojongsari Baru dapat berkelanjutan dan terus berkembang. Saran Saran bagi usaha tanaman hias di Bojongsari Baru khususnya dan di Indonesia pada umumnya: 1. Untuk melaksanakan rekomendasi strategi pengembangan yang diusulkan perlu adanya dukungan dan koordinasi dari semua pihak yang terkait, seperti masyarakat sekitar dan pemerintah setempat, dan 2. Dapat dilakukan penelitian mengenai usaha tanaman hias ini di sentra produksi tanaman hias di desa-desa lain di Indonesia. 42 DAFTAR PUSTAKA Arifin H.S. 2007. Tanaman HiasTampil Prima. Penebar Swadaya. Jakarta. Booth N.K. 1983. Basic Elements of Landscape Architectural Design. Waveland Pr.Inc. Illinois. Carpenter P.L., T.D. Walker, F.O. Lanphear. 1975. Plants in the Landscape. WH Freeman and Company. San Fransisco. Davidson H.R. Meclenburg, and C. Peterson. 2000. Nursery Management Administration and Culture. Prentice-Hall, Inc. New Jersey. Hapsari T.D. 2011. Analisis Strategi Pemasaran Tanaman Hias pada PT Godong Ijo, Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hartoto A.S. 2008. Kemampuan Adaptasi Usaha Tanaman Hias dalam Lingkungan yang Dinamis (Studi Kasus Pada Wijaya Nurseri, Citeureup, Sentul). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kartikasari M.A. 2008. Analisis Daya Saing Komoditi Tanaman Hias dan Aliran Perdagangan Anggrek Indonesia di Pasar Internasional. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Laurie M. 1975. An Intruduction to Landscape Architecture. American Elsevier Publishing Co. Ltd. New York. Lestari G, Kencana I. P. 2008. Swadaya. Jakarta. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Penebar Lingga L. 2007. Anthurium. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Maulida, I.M. 2002. Pengelolaan Nurseri di Benara Nurseries Indonesia, Kabupaten Karawang dan di Pesona Daun Mas Asri, Kota Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Simonds J.O., Barry W. Starke. 2006. Landscape Architecture: A Manual of Environment Planning and Design. McGraw-Hill Book Co. New York. Sujarwo, R.M. 2008. Budidaya dan Pengelolaan Usaha Tanaman Hias Calla Lily (Zantedeschia Sp.), Krisan (Dendranthemagrandifloratzvelev.) dan Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) di PT Mandiri Jaya Flora Indonesia. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soetomo, A.M. 2000. Peranan Nurseri dalam Lanskap. Prosiding Workshop Florikultura, Malang: Forum Flotikultura Indonesia dan Fakultas Pertanian Brawijaya. 43 LAMPIRAN Lampiran1. Kuesioner penelitian KUESIONER Nomor: Tanggal: Tempat: Judul Penelitian : Studi Sistem Pengadaan Tanaman Lanskap di Kelurahan Bojongsari Baru, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Oleh : Maulina Aryanti Hasil penelitian ini akan dijadikan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1) di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. I. Karakteristik Responden 1) Nama : 2) Usia : 3) Jenis Kelamin : 4) Asal Daerah : 5) Alamat Rumah : 6) Pendidikan : 7) Pekerjaan : II. Lahan Usaha dan Ragam Jenis Tanaman Hias 1) Berapakah luas lahan usaha tanaman hias yang dimiliki Bapak/Ibu? Lokasi: Luas: 1. 1. 2. 2. 2) Apakah Bapak/Ibu memanfaatkan pekarangan rumah sebagai lahan usaha tanaman hias? a. Ya (Luas lahan yang digunakan: ± ) b. Tidak (Alasan: ) 3) Berapa dan apa saja jenis tanaman hias yang terdapat di lahan usaha Bapak/Ibu? Penutup tanah: Semak: Pohon: 4) Apa alasan Bapak/Ibu memilih menanam jenis tanaman hias tersebut? a. Banyak permintaan dari pembeli b. Mudah diperbanyak/dibudidayakan c. Pemeliharaan relatif mudah d. Harganya mahal e. Lainnya: 5) Apa saja jenis tanaman hias yang saat ini menjadi trend atau banyak diminati pembeli? Penutup tanah: Semak: Pohon: 44 6) Mengapa tanaman hias tersebut banyak diminati pembeli? Jenis tanaman: Keunggulan: 1. 1. 2. 2. 3. 3. 4. 4. 5. 5. III. Teknik Budidaya dan Pemeliharaan Tanaman Hias 7) Apakah teknik budidaya tanaman hias yang digunakan Bapak/Ibu? Jenis tanaman: Teknik Budidaya 1. 1. 2. 2. 3. 3. 4. 4. 5. 5. 8) Apakah ada tanaman hias yang didatangkan dari luar (tidak dibudidayakan di lahan sendiri)? a. Ya (Jenis tanaman: ) (Alasan: ) b. Tidak (Alasan: ) 9) Darimana Bapak/Ibu mendapatkan bibit tanaman hias? a. Sesama petani tanaman hias b. Koperasi tanaman hias c. Nurseri besar (Misal: Benara) d. Mencari ke tempat jauh (Nama tempat: ) e. Lainnya: 10) Bagaimanakah pemeliharaan tanaman hias di lahan usaha Bapak/Ibu? a. Penyiraman: b. Pemupukan: c. Pengendalian gulma dan hama: d. Pemangkasan: e. Lainnya: 11) Siapa yang bertugas melakukan pemeliharaan tanaman hias? a. Pemilik lahan usaha b. Pegawai/pekerja ( orang) c. Lainnya: IV. Pemasaran dan Jaringan Usaha Tanaman Hias 12) Siapa saja yang membeli tanaman hias Bapak/Ibu? a. Perorangan (untuk konsumsi sendiri). Jumlah/bulan: b. Pedagang tanaman hias (untuk dijual kembali). Jumlah/bulan: c. Perusahaan lanskap (untuk perumahan, perkantoran). Jumlah: d. Lainnya: 13) Daerah mana saja yang menjadi lokasi pemasaran Bapak/Ibu? a. Jabodetabek (Nama daerah: ) b. Luar Jawa (Nama daerah: ) c. Luar negeri (Nama daerah: ) d. Lainnya: 45 14) Bagaimana cara pembeli mendapatkan tanaman hias dari Bapak/Ibu? a. Datang langsung ke lahan usaha b. Memesan melalui telepon/sms c. Memesan melalui internet (sistem online) 15) Darimana Bapak/Ibu mendapatkan informasi mengenai jaringan pembeli dan penjual tanaman hias? a. Sesama petani dan pedagang tanaman hias b. Koperasi tanaman hias c. Mengadakan promosi (Misal: pameran, brosur, internet) 16) Bagaimanakah segmentasi atau pembagian wilayah produksi tanaman hias di kawasan Sawangan Depok? Nama daerah: Komoditas utama: 1. 1. 2. 2. 3. 3. 17) Darimana saja pesaing dalam usaha tanaman hias ini? Nama daerah: Jenis tanaman hias: V. Pengaruh Usaha Tanaman Hias terhadap Perekonomian Keluarga 18) Sudah berapa lama Bapak/Ibu menekuni usaha tanaman hias ini? Pengalaman di tempat lain: 19) Apakah usaha ini merupakan bisnis keluarga (turun-temurun)? a. Ya. Siapa yang pertama kali memulai usaha ini? b. Tidak. 20) Berapakah pendapatan Bapak/Ibu perbulan? ± (dapat dihitung dari luas lahan, jenis tanaman, kapasitas produksi, harga tanaman, biaya operasional) 21) Berapakah pengaruh usaha ini dalam pemenuhan kebutuhan keluarga? a. Mencukupi (100%) b. Kurang mencukupi: …..% 22) Apakah Bapak/Ibu memiliki usaha lain selain usaha tanaman hias? a. Ya. Sebutkan: b. Tidak 23) Darimanakah asal daerah pekerja yang Bapak/Ibu miliki di usaha tanaman hias ini? Asal daerah: 24) Bagaimana peran anggota keluarga dalam menjalankan usaha tanaman hias ini? Suami (Kepala Keluarga): Istri: Anak-anak: 25) Apakah ada rencana Bapak/Ibu untuk meneruskan usaha ini kepada anakanak? a. Ya (Alasan: ) ) b. Tidak (Alasan: c. Tidak tahu (Alasan: ) 46 26) Apakah anak-anak memiliki keinginan untuk meneruskan usaha tanaman hias ini? a. Ya (Alasan: ) b. Tidak (Alasan: ) c. Tidak tahu (Alasan: ) VI. Peluang, Keberlanjutan, dan Rencana Pengembangan Usaha Tanaman Hias 27) Apa saja jenis usaha di bidang tanaman hias yang Bapak/Ibu lakukan? a. Penjualan tanaman hias b. Rental/sewa tanaman hias c. Jasa dekorasi ruangan ) d. Pembuatan taman (Skala: e. Lainnya: 28) Berapa modal awal yang dikeluarkan untuk usaha tanaman hias ini? Uang: Sewa lahan: Peralatan: Jenis tanaman: 29) Berapa jumlah pekerja yang Bapak/Ibu miliki dalam usaha tanaman hias ini? Jumlah pekerja: 30) Bagaimana perkembangan usaha tanaman hias Bapak/Ibu dari awal sampai dengan saat ini? a. Meningkat dengan cepat b. Meningkat perlahan c. Tidak meningkat d. Menurun 31) Menurut Bapak/Ibu, bagaimana peluang dan prospek usaha tanaman hias di Indonesia umumnya dan di Sawangan khususnya? a. Sangat menjanjikan b. Cukup menjanjikan c. Tidak menjanjikan d. Tidak tahu 32) Apakah Bapak/Ibu akan meneruskan usaha tanaman hias ini untuk 10-20 tahun ke depan? a. Ya (Alasan: ) ) b. Tidak (Alasan: c. Tidak tahu (Alasan: ) 33) Apakah Bapak/Ibu sudah mulai mencatat pengeluaran dan pemasukan keuangan untuk usaha ini? a. Ya (Alasan: ) b. Tidak (Alasan: ) 34) Apakah ada rencana Bapak/Ibu untuk mengembangkan usaha tanaman hias ini? a. Ya (Alasan: ) ) b. Tidak (Alasan: 47 VII. Dukungan Koperasi dan Pemerintah dalam Usaha Tanaman Hias 35) Apakah Bapak/Ibu termasuk ke dalam anggota atau pengurus Koperasi Tanaman Hias Maju Bersama? a. Anggota (Tahun: ) b. Pengurus (Tahun ) c. Tidak. (Alasan: ) 36) Menurut Bapak/Ibu, bagaimana peran koperasi dalam usaha tanaman hias di daerah Sawangan Depok ini? a. Sangat membantu (Jenis bantuan: ) b. Kurang membantu c. Tidak membantu d. Tidak tahu 37) Apakah Bapak/Ibu mengikuti program bantuan yang ada di koperasi? a. Ya. (Jenis bantuan: ) ) b. Tidak (Alasan: 38) Menurut Bapak/Ibu, bagaimanakah dukungan dan bantuan pemerintah dalam perkembangan usaha tanaman hias ini? a. Sangat baik b. Kurang baik c. Tidak baik d. Tidak tahu Aglaonema sp. Anthurium daun Caladium sp. Euphorbia sp. Ixora sp. Pakis-pakisan Phylodendron sp. Palem-paleman Sansevieria sp. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1,165 2,212 2,735 1,180 1,010 2,250 1,940 2,022 4,875 2,520 Luas Panen (m²) 3,855 6,447 9,935 9,610 13,530 6,640 9,670 3,503 20,610 12,840 Produksi (pohon) 3,855 655 2,325 1,200 740 1,180 1,250 695 2,380 2,200 Luas Panen (m²) 700 3,715 12,300 6,300 10,210 4,680 18,150 6,425 13,600 13,400 Produksi (pohon) Triwulan II 1,150 1,230 2,200 800 934 725 735 1,555 2,200 2,014 Luas Panen (m²) 7,060 3,990 23,300 4,520 12,660 3,675 11,100 10,060 11,060 8,130 Produksi (pohon) Triwulan III Sumber: Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura 2013 (dengan modifikasi) Adenium sp. Nama Tanaman 1 No Triwulan I 1,195 460 6,150 750 371 720 590 1,365 1,230 1,350 Luas Panen (m²) 7,365 68,513 Jumlah Total 4,557 13,410 3,930 3,055 4,875 4,515 5,637 10,685 8,084 Total Luas Panen (m²) 6,780 870 25,070 4,400 4,424 3,840 10,720 6,210 7,450 6,210 Produksi (pohon) Triwulan IV Lampiran 2 Luas panen dan jumlah produksi beberapa tanaman hias lanskap di Kota Depok tahun 2012 372,449 18,395 15,022 70,605 24,830 40,824 18,835 49,640 26,198 52,720 40,580 Total Produksi (pohon) Nama dan Tampilan Ciri morfologi Asplenium nidus (paku sarang burung) Bromelia sp. 2 3 Daun dan bunga bromelia berbeda untuk tiap jenisnya. Daun tebal tumbuh membentuk corong. Bunga muncul di antara dedaunan. Daun berwarna hijau mengilap memanjang, ujung runcing, tepi gelombang, dan ibu tulang daun menonjol. Penutup Tanah (tinggi kurang dari atau sama dengan - 0,5 meter) 1 Aglaonema sp. (sri rejeki) Bentuk daun seperti mata tombak, corak dan warna beragam. Tanaman muda tidak berbatang, tanaman tua berbatang pendek bekas pangkal daun yang gugur. No Penutup tanah Lampiran 3 Karakteristik tanaman hias lanskap di Kelurahan Bojongsari Baru Border /Pagar Pengarah Peneduh Fungsi dalam lanskap Screen/ Dinding Focal Point Perbanyakan: anakan, stek batang, stek pucuk, cangkok, biji. Pemeliharaan: repotting jika akar terlalu rapat, pemupukan sekali sebulan. Perbanyakan: spora dan pemisahan anak Pemeliharaan: pemupukan sekali per 3-4 bulan (pupuk cair) Perbanyakan: anakan Pemeliharaan: repotting sekali setahun, pemupukan sekali sebulan. Perbanyakan dan Pemeliharaan Daun tipis hijau atau variegate 1015 cm, bunga putih bertangkai panjang di antara daun. Daun berbentuk lonjong dengan tangkai cukup panjang, warna dan corak daun perpaduan putih hijau dan bawah merah marun. Daun oval merah ungu, batang tidak berkayu, tinggi hanya 30-40 cm dan tumbuh sepanjang tahun. Chlorophytum sp. (lili paris) Ctenanthe oppenheimiana ‗Tricolor‘ Iresine herbstii (sambang dara) 5 6 7 Daun seperti mata 5-25 cm panah, tipis, agak mengilap,. Tinggi 25-50 cm, bunga kuning. Ciri Morfologi Caladium sp. (keladi hias) Nama dan Tampilan 4 No. Lampiran 3 (lanjutan) Penutup tanah Border /Pagar Screen/ Dinding Pengarah Fungsi dalam lanskap Peneduh Focal point Perbanyakan: stek batang Pemeliharaan: pemupukan dan pemangkasan sekali sebulan. Perbanyakan: anakan Permeliharaan: repotting sekali setahun, pemupukan sekali sebulan. Perbanyakan: anakan Pemeliharaan: repotting s insidental, pemupukan 1xseminggu. Perbanyakan dan Pemeliharaan Perbanyakan: anakan, stek batang, biji Pemeliharaan: pemupukan sekali dua minggu. Spathiphyllum sp. 9 11 Hymenocallis speciosa (spider lily) Semak Rendah (tinggi 0,5-1 meter) 10 Anthurium sp. Rhoeo discolor (adam hawa) Nama dan Tampilan 8 No. Lampiran 3 (lanjutan) Mahkota bunga putih, bulat dengan juntaian mirip kaki laba-laba. Daun berwarna hijau tua, tebal, mengilap. Daun hijau mengilap dan tebal. Memiliki banyak varietas dengan bentuk, corak, dan warna daun yang beragam. Daun bulat lonjong, hijau disertai guratan putih atau kuning. Bunga seperti tongkol dengan seludang putih. Daun bagian atas hijau dan bawah merah keunguan, runcing, tebal mengandung air. Bunganya kecil, putih. Ciri Morfologi Penutup tanah Border /Pagar Screen/ Dinding Pengarah Fungsi dalam lanskap Peneduh Focal point Perbanyakan: anakan, biji. Pemeliharaan: pemupukan saat pembungaan, repotting insidental. Perbanyakan: anakan, biji. Pemeliharaan: repotting jika akar rapat, pemupukan sekali sebulan. Perbanyakan: anakan, biji Pemeliharaan: repotting jika akar rapat, pemupukan sekali sebulan. Perbanyakan dan Pemeliharaan Perbanyakan: anakan, biji Pemeliharaan: repotting insidental, pemupukan sekali sebulan. Schefflera sp. (wali songo) Nama dan Tampilan Breynia disticha (pretty pink) Cycas revoluta 14 15 Semak Sedang (1-2 meter) 13 Brokoli Hias 12 No. Lampiran 3 (lanjutan) Daun seperti palem tetapi lebih tebal dan kaku. Bunga strobilus berwarna kekuningan. Tinggi 1-2 meter. Daunnya berwarna perpaduan hijau putih dan pink dengan tepi daun berbentuk membulat. Daun berwarna kuning cerah kehijauan atau hijau muda, membentuk bulatan rapi seperti brokoli. Daun berbentuk jari tangan pada batang utama, hijau variegate, bentuk lonjong, gelombang, atau runcing. Ciri Morfologi Penutup tanah Border /Pagar Screen/ Dinding Pengarah Fungsi dalam lanskap Peneduh Focal point Perbanyakan: stek batang dan cangkok Pemeliharaan: pemupukan sekali dua bulan. Perbanyakan: stek batang dan cangkok Pemeliharaan: pemupukan sekali dua bulan. Perbanyakan: biji Pemeliharaan: pemupukan 4-6 bulan sekali, pemangkasan. Perbanyakan dan Pemeliharaan Perbanyakan: stek cangkok Pemeliharaan: repotting jika akar rapat, pemupukan sekali tiga bulan. Nama dan Tampilan Cordyline sp. (hanjuang) Dracaena sp. 18 19 Perdu Tinggi (batang berkayu, lebih dari 2 meter) 17 Beaucarnearecurvata (nolina) Perdu Rendah (batang berkayu, kurang dari 2 meter) 16 Tabernaemontana sp. (pinwheel flower) No. Lampiran 3 (lanjutan) Daunnya berbagai warna, meruncing dengan panjang 1520 cm. Tingginya bisa mencapai 3 meter Daunnya hijau, sempit, dan bisa mencapai 0,9-1 meter menjuntai ke bawah. Tepi daun bergerigi dan sedikit tajam. Warna daun beragam panjang 30-75 cm dan lebar 10-15 cm, bunga kemerahan. Tinggi bisa mencapai 3 m. Bungamenyerupai baling-baling kapal warna putih pada ujung tangkai. Berbunga sepanjang tahun jika pencahayaan baik. Ciri Morfologi Penutup tanah Border /Pagar Screen/ Dinding Pengarah Fungsi dalam lanskap Peneduh Focal point Perbanyakan: anakan yang timbul pada tangkai bunga Pemeliharaan: pemupukan dua bulan sekali. Perbanyakan: stek batang, cangkok Pemeliharaan: repotting, pemupukan tiga bulan sekali. Perbanyakan: stek batang Pemeliharaan: repotting, pemupukan tiga bulan sekali. Perbanyakan: stek batang dan cangkok Pemeliharaan: pemupukan tiga bulan sekali, pemangkasan. Perbanyakan dan Pemeliharaan Syzygium oleina (pucuk merah) Nama dan Tampilan Cyrtostachis renda (palem merah) Phoenix canariensis (palem kenari) 22 23 Pohon Rendah (pohon, tinggi kurang dari 6 meter) 21 Casuarina equisetifolia (cemara udang) 20 No. Lampiran 3 (lanjutan) Kumpulan daunnya menyerupai sisir. Daunnya cukup tajam, tebal, licin, dan berwarna hijau pucat. Batangnya merah kontras dengan warna hijau daunnya. Daun berbentuk lanset tumbuh di tangkai daun. Tinggi sekitar 4 m tetapi batang meliuk seperti udang. Daun seperti jarum 10—15 cm, cukup rimbun. Warna daun hijau muda, bentuknya kecil batang kecil. Ujung daun mudanya berwarna oranye dan merah. Ciri Morfologi Penutup tanah Border /Pagar Screen/ Dinding Pengarah Fungsi dalam lanskap Peneduh Focal point Perbanyakan: biji. Pemeliharaan: pemupukan 4 bulan sekali, pemangkasan. Perbanyakan: biji, anakan. Pemeliharaan: pemupukan tiga bulan sekali, pemangkasan insidental. Perbanyakan: biji. Pemeliharaan: pemupukan dengan NPK, pemangkasan bonsai. Perbanyakan dan Pemeliharaan Perbanyakan: setek batang Pemeliharaan: pemangkasan 1x2-3 bulan, pemupukan 1x2-3 bulan. pemangkasan 2-3b Phoenix roebelenii (dwarf palm) Plumeria sp. (kamboja kuburan) Ptychosperma macarthurii (palem hijau) Thuja orientalis (cemara kipas) 25 26 27 Nama dan Tampilan 24 No. Lampiran 3 (lanjutan) Tajuknya berbentuk kerucut, daunnya kecil menyerupai sisik, seperti kipas hijau muda kekuningan. Daun hijau bergerombol di ujung tangkai. Tepi daun rata, tulang daun menyirip. Warna bunga kuning, putih, merah Keseluruhan tanaman didominasi hijau. Tinggi mencapai 6 meter. Warna buah merah dan bergerombol pada tandan. Tajuk setengah lingkaran, batang kokoh. Bentuk daun menyirip dan terkumpul di ujung batang. Ciri Morfologi Penutup tanah Border /Pagar Screen/ Dinding Pengarah Fungsi dalam lanskap Peneduh Focal point Perbanyakan: biji, stekbatang, cangkok. Pemeliharaan: pemupukan, pemangkasan. Perbanyakan: stek batang, biji Pemeliharaan: pemupukan sekali 4-6 bulan, pemangkasan 1xsetahun. Perbanyakan: biji Pemeliharaan: pemupukan sekali per 6 bulan, pemangkasan. Perbanyakan dan Pemeliharaan Perbanyakan: biji Pemeliharaan: pemupukan dua bulan sekali, pemangkasan daun kuning. Nama dan Tampilan Ravenala madagascariensis (pisang kipas) 30 Pohon Tinggi (pohon, lebih dari 15 meter) 31 Roystonea regia (palem raja) Ficus coreana (beringin korea) 29 Pohon Sedang (pohon, tinggi 6-15 meter) 28 Bismarckia nobilis (bismarck palm) No. Lampiran 3 (lanjutan) Batang kokoh 2530 m. Daun hijau menyirip. Pelepah yang rontok akan meninggalkan garis abu-abu putih. Tajuknya unik seperti kipas. Batang utama mulai 30 cm mencapai 1 meter lebih. Cabangnya mencapai 7 m. Tajuknya setengah lingkaran. Daun membentuk kipas lebar. Ujung daun bergerigi dengan lekukan yang cukup tajam. Daunnya berbentuk bulatan, berwarna hijau tua dan tebal. Dapat dijadikan tanaman bonsai. Ciri Morfologi Penutup tanah Border /Pagar Screen/ Dinding Pengarah Fungsi dalam lanskap Peneduh Focal point Perbanyakan: biji. Pemeliharaan: pemupukan 4-6 bulan sekali, pemangkasan. Perbanyakan: biji Pemeliharaan: pemupukan sekali 4-6 bulan, pemangkasan. Perbanyakan: biji, stek batang dan cangkok Pemeliharaan: pemupukan NPK pada masa pertumbuhan Perbanyakan: anakan. Pemeliharaan: pemupukan NPK, pemangkasan insidental. Perbanyakan dan Pemeliharaan 57 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 28 September 1990, merupakan putri keempat dari empat bersaudara pasangan Abidin Adimihardja dan Nani Nuraini. Penulis bersekolah di SMP Negeri 49 Jakarta, lalu melanjutkan ke SMA Negeri 2 Kuningan Jawa Barat, kemudian masuk ke Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Departemen Arsitektur Lanskap melalui jalur SPMB. Penulis mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) IPB selama tahun ajaran 2008/2009 dan 2009/2010. Penulis pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa bidang Teknologi (PKM-T) pada tahun 2010. Dalam bidang non-akademik, penulis menjadi pengurus Forum Komunikasi Rohis Departemen (FKRD) Fakultas Pertanian pada tahun 2008-2009. Kemudian penulis menjadi anggota Badan Pengawas Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (BP HIMASKAP) tahun 2009-2010. Selain itu, penulis juga menjadi pengurus organisasi mahasiswa daerah Kuningan, Himpunan Mahasiswa Aria Kamuning (HIMARIKA) tahun 2007-2010.