BAHAN AJAR BAB I. OBAT YANG BEKERJA PADA SARAF PERIFER DAN PUSAT A. PENDAHULUAN Materi kuliah obat-obat yang bekerja pada syaraf perifer dan pusat meliputi anastetika lokal dan analgetika. Materi akan didahului dengan penjelasan tentang perbedaan mekanisme obat-obat yang bekerja pada saraf penfer dan pusat disertai penjelasan singkat tentang definisi, mekanisme kerja dan klasifikasi anastetika lokal dan analgetika Mahasiswa diharapkan memahami efek farmakologi dan pemberian anastetika lokal maupun analgetika dan dapat menjelaskan mekanisme kerja serta aplikasinya. Pemberian materi juga meliputi teknik-teknik pemberian anastetika lokal serta etek samping yang dapat terjadi akibat pemberian obat tersebut. Materi alberikan dalam waktu lima kali tatap muka ( 5 jam). Setelah mengikuti kuliah diharapkan mahasiswa memahami dan memberi respon aktif serta dapat menjelaskan penggunaan serta memilih obat yang tepat untuk terapi gangguan pada saraf perifer dan pusat. Universitas Gadjah Mada 1 B. PENYAJIAN I. ANASTETIKA LOKAL Definisi : secara lokal akan mengurangi rasa nyeri dengan memblokir impuls sarat sensorik dan reseptor-kortek. Beda dengan anastetika umum hilangnya rasa terjadi setelab hilang kesadaran. Semua anastetika lokal kecuali cocaine adalah sintetis dan merupakan senyawa amina, mengandung nitrogen dan bersifat basa. Oleh karen itu pada daerah yang meradang tidak membenkan hasil yang memuaskan sebab pH ekstraseluler jaringan rendah sehingga fraksi anstetika lokal yang non ion kecil dengan demikian yang berdifusi ke dalam sel kecil. Peningkatan keasaman jaringan yang meradang akan menurunkan aktifitas zat anastetika lokal (pH nanah ± 5). Secara kimiawi dibagi menjadi 1. gol. Ester, tidak stabil dalam larutan 2. gol. Amida Sifat umum: Anastetika lokal pada kortek motorik: menghambat impuls yang menuju kortek Pada kulit : transmisi impuls sensoris dihambat Pada batang saraf : paralisis sensoris dan motorik daerah yang dienervasi saraftersebut. Anastetika lokal mempengaruhi syaraf dalam waktu tertentu setelah masa habis diikuti pemulihan lengkap fungsi saraf yang bersangkutan tanpa menyebabkan kerusakan serabut dan sel saraf. Mekanisme kerja: Pada membran saraf : 1. mencegah timbulnya impuls (menutup saluran Na+ sehingga gerak ion terhambat) 2. mencegah konduksi impuls ( meningkatkan ambang rasa sehingga eksitabilitas berkrang, kelancaran konduksi berkurang. Anastetika lokal : menurunkan permeabilitas membran terhadap ion Na. Pada membran saraf dalam keadaan istirahat terdapat perbedaan potensial akibat tingginya konsentrasi Na di luar membran maka dalam membran bermuatan negatif sehingga di luar positif. Pada keadaan ini terjadi polarisasi yaitu membran menjadi impermeabel terhadap ion Na dan keadaan ini dipertahankan oleh pompa Na. Universitas Gadjah Mada 2 Bila sarat terangsang → depolarisasi membran akibat pelepasan ion kalsium (Ca++) sehingga terjadi peningkatan permeabilitas membran terhadap ion Na sehingga ion Na masuk potensial (terjadi penjalaran impuls di sepanjang saraf). Pada fase restorase ion Na akan keluar, ion kalium menuju serabut saraf, dan pada saat itu membran dalam keathan repolarisasi. Efek farmakologi: A. EFEK LOKAL : Blokir saraf sensoris dan motorik Efek langsung pada otot polos (mis. Pembuluh darah) B. EFEK REGIONAL : Hilangnya sensasi nyeri, hilangnya tenaga motorik C. EFEK SISTEMIK : terutama padajantung dan SSP Efek pada cor: - mengurangi sensitivitas jantung terhadap dan menstabilisasi membran pada otot jantung. Pembuluh darah: Menyebabkan vasodilatasi kecuali cocain. Vasodilatasi dan vasokonstriksi ini berhubungan dengan stimulasi dan inhibisi pelepasan ion Ca yang terikat janngan. SSP. Cocain selain memiliki efek depresi juga memiliki efek stimulasi (menyebabkan rasa euforia) Farmakokinetik Absorbsi Tergantung pada beberapa faktor antara lain kelarutan dalam lemak. Penambahan vasokonstriktor akan menurunkan laju absorbsi. Absorbsi pada daerah yang meradang dapat menurunkan aktivitas anastetika lokal karena keasaman jaringan yang meradang meningkat. Distribusi: Di dalam plasma berikatan dengan protein plasma, distribusi berlangsung cepat sehingga obat cepat menghilang dan sirkulasi. Biotransformasi: Universitas Gadjah Mada 3 Golongan ester metabolisasi di hepar oleh enzim esterase, di plasma oleh enzim pseudokolin esterase. Pada penyuntikan intratekal anastetsi berlangsung lama dan berakhir setelah obat diserab dalam darah ini disebabakan dalam cairan serebrospinal tidak terdapat enzim esterase. Golongan amida dimetabolisme di hati melalui beberapa cara. Beberapa anatetika lokal mengalami dealkilasi. Ekskresi: Melalui ginjal OBAT TAMBAHAN Tujuan: mendapatkan efek yang optimal. Obat tambahan yang dapat dibenkan antara lain: vasokonstriktor, enzin hyaluronidase, dan sedativa hipnotika. A. Vasokonstriktor: Contoh : adrenalin Norepinefrin (octapressin) Vasopresin Keuntungan : mengahsilkan absorbsi anastetika lokal sehingga efeknya lama. Efek lain : hambatan dalam terapi luka uden dan nekrosis karena kerja vasokonstriktor menyebabkan hipoksia dan kerusakan jaringan. Selain itu vasokonstriktor merupakan senyawa amina simpatomimetik yang rnenyebabkan penambahan pemakaian oksigen jaringan lokal sehingga merangsng reseptor β. Vasokonstriktor efektif bekerja pada daerah yang kaya pembuluh darah. B. Hyaluronidase Enzim yang menghidrolisa asam hyaluronat dengan demikian mengakibatkan penyebaran yang cepat obat ke jaringan dan mempermudah penyebaran. Penggunaannya terutama pada anastesi infiltrasi dan blokade saraf. Hyalurohidase mempersingkat durasi obat anastetika lokal karena mempertinggi penetrasi (daya tembus) obat ke jaringan akibatnya obat cepat masuk dalam sirkulasi. C. Sedativa hipnotika Untuk mengurangi kecemasan dan kegelisahan. Contoh : diazepam, morfin, prometazin. TEKNIK PENGGUNAAN Universitas Gadjah Mada 4 A.Topikal : diberikan pada kulit dan mukosa sehingga menyebabkan hilangnya sensasi akibat paralisa akhiran saraf sensons. Digunakan luas pada membran mukosa mata, hidung, mulut , tidak efektif pada kulit utuh karena penetrasinya lambat. B. Infiltrasi : disuntikkan secara sub kutan dan akan terdifusi masuk ke janngan dan tempat injeksi dan terjadi anastesi serabut dan akhiran saraf. C. Perifer Nerve Block : memblokir konduksi saraf dengan jalan injeksi anastetika lokal ke dalan: - Epidural : injeksi ke dalam ruang epidural dan canalis spinalis daerah lumbosakral - Spinal : injeksi ke dalam ruang sub aranoid. Anastetika konduksi : Anastetika lokal disuntikan di sekitar saraftertentu yang dituju sehingga hantaran saraf diputuskan. Bentuk dan anastetika tsb. : anastesi spinal, epidural para vertebral. MACAM ANASTETIKA LOKAL 1. Cocain Merupakan alkaloid dan tanaman erythroxylum coca, bersifat vasokonstriksi karena menghambat enzim yang menguraikan noradrenalin. Sifat merangsang SSP seperti Universitas Gadjah Mada 5 Analgetika Narkotik merupakan alkaloid opium dan getah somniferum. Alkaloid opium disebut opiat. Termasuk golongan opiat adalah opium-morfin derivat morfin sintetik morfin substansi endogen yang menyerupai obat disebut peptid opioid yang terdiri dan endorfin, enkefalin dan dinorfin. Semua obat opioid bekerja dengan jalan mengikat reseptor opioid yang spesifik di sistem pusat. Reseptor opioid berinteraksi dengan substansi endogen opiat yaitu enkefalin atau dinorfin akan menimbulkan analgesia. Secara umum reseptor opiat terdiri dan 4 tipe reseptor yaitu : a. reseptor (mu) efek analgesi, depresi respirasi, emesis b. reseptor k (kappa) sedasi c. reseptor (sigma) dilatasi pupil, induksi delirium pada anjing d. reseptor (delta) depresi kardiovaskuler dan pernafasan. Mekanisme Kerja Aktivitas saraf aferen sekunder dimodulasi oleh interneuron enkefalinergik yang membebaskan enkefalin sehingga terjadi analgesia. 1. Alkaloid opium ( candu) Terbagi menjadi 2 yaitu: - Golongan Fenatren (morfin dan codein) - Benzil isokinolin (noskapin dan papaferin) Morfin adalah alkaloid tanaman ang pertama diisolasi, dan dikristalisasi dan opium kasar. Morfin Sulfat merupakan garam morfin, opium diperoleh sebagai getah yang dikeringkan dan tumbuhan papaver Somniferum. Opium mengandung banyak alkaloid, tetapi hanya 2 yang digunakan di klinik yaitu morfin dan codein. Kerja farmakologik morfin - Pada sistem sarafpusat Analgesia : stimulasi pada saraf enkefalinergik sehingga enkefalin dibebaskan analgesia. Efek analgesia tersebut hanya terjadi pada anjing, kera dan manusia. Eksitasi : terjadi pada kucing, kuda, kambing, babi dan sapi. Mekanismenya terjadi Universitas Gadjah Mada 6 karena morfin menekan saraf nor adrenergik pada locuscoerulus sehingga terjadi ketidakmampuan nor efinerfin benkatan dengan reseptornya, maka aktivitas loko motor meningkat (eksitasi). - Pada Pusat Pernafasan Efek langsung menekan pusat nafas. Depresi pernafasan mulai dari dosis kecil. CO2 darah naik dan O2 turun. - Pada Mata Menyebabkan miosis karena kerja morfin pada reseptor Mu dan Kappa yang disebabkan rangsangan pada segmen otonom saraf okulomotor. Miosis mi dapat dilawan dengan atropin. - Pada pusat Panas/Thermoregulasi Dapat menyebabkan terjadinya hipotermi atau hipertermi. inii kerja morfin pada saraf seretonergik yang membebaskan serotonin yang menstimulir interneuron yang peka panas sehingga menstimuli pelepasan panas maka temperatur tubuh menurun. - Pada Pusat Muntah Morfin menstimulir saraf dopaminergik sehingga terbebas dopamin yang selanjutnya menstimulir pusat muntah maka terjadi emesis. - Pada Saluran Cerna Menghambat sekresi HC1 pergerakan lambung berkurang menyebabkan isi lambung ke duodenum lambat tinja menjadi keras terjadi konstipasi. Pada usus halus akan menurunkan sekresi empedu dan pankreas. - Pada kardiovaskuler Efek langsung pada pernbuluh darah penfer terjadi pasudilatasi dan menyebabkan hipotensi. Morfin diekresikan sebagian besar lewat urina dalam waktu 24 jam dan sebagian kecil diekskresikan lewat usus. Untuk premedikasi anastesi dan meredakan kolik spasmodik pada kuda. Efek samping menyebabkan adiksi. Dosis Morfin HCI : per oral — larutan morfin HC1 1% Kuda dan sapi: 15-60 ml Domba dan babi : 2-8 ml Anjing : 0,3-1,3 ml Tinctura chloroform dan morfin 0,29 % morfin HCI. Kuda dan sapi : 30 - 60 ml Sapimuda :15 - 30 ml Universitas Gadjah Mada 7 Anjing :0,3 - 1,5 ml Injeksi sub kutan: Anjing :5 - 10mg Kuda dan sapi : 0,14 - 0,3 gram domba dan babi : 30 - 60 mg 2. Devirat morfin - Kodein = methyl morfin. Kristal, puder, putih. Zat ini Iebih aman dan pada morfin. Sifat adiksi lebih kecil. Dosis biasa depresi Dosis tinggi stimulasi kodein juga menekan pusat batuk. Dosis Kuda dan sapi : 0,2 - 2 gram Babi : 15 – 130 mg Anjing : 6 – 130 mg Kucing : 5 – 30 mg - Hydromorfon = Dihydromorfinon. Merupakan derivat morfin. Khasiat analgetik morfin. Kerjanya iebih pendek. Efek samping sama dengan morfin. Dosis : Oral dan rektal tiap 2,5 mg, maksimal 5 mg tiap kali 20 mg dalam 24 jam Subkutan tiap kali 2 mg maksimum 4 mg 12 rngdalam 24 jam - Oxymorfon HCI = Nurnorfon Analgetika ini poten bila penggunaannya dikOmbinasikan dengan neuroleptik atau barbiturat pada anjing dan kucing. Pada kucing : Kombinasi 0,075 mg/lb oxymorfon dan 0,5 mg/lb triflupromazin. Pemberian: S.C, I.M., I.V Pemberian : 1,5 mg/mi oxymorfon dan 20 mg/mi triflupromazin. Pemberian: S.C., I.M., I.V. Universitas Gadjah Mada 8 Dosis parenteral pada hewan kecil - Etomorfin : M. 99 Oripavin. Obat mi semi sintetik. Biasa digunakan untuk spesies hewan besar Etorfin dikombinasikan dengan asetil promazin. 3. Morfin Substitute Meperidin HCI = Demerol, Petidin, Dolantin Merupakan derivat fenil piperidine. Efek terhadap CNS : meperidine menimbulkan anigesia, sedasi dan depresi pernafasan. Efek analgetik meperidin memadai efek analgetik morfin. Onset lebuh cepat (± 10 menit setelah suntikan). Cara pemberian : I.M. paling baik S.C. tidak begitu baik ( mengiritir setempat) P.O. pada hewan besar tidak dianjurkan karena obat kontak dengan mukosa buccal. Pada kucing menimbulkan iritasi dan salivasi. Meperidin P.O , I.M, S.C absorbsinya berlangsung baik. Metabolisme meperidin berlangsung terutama dalam hati. Diekskresikan dalam bentuk tidak berubah dalam urine kecil Sebagian besar dimetilasi dan dihidrolisa sebelum ekskresi dalam urin. Pada manusia diekskresikan tidak berubah 5%. Meperidin mengalami N dimetilasi menjadi normependinat atau konjugasi dengan asam glukoronat. Kira-kira 60 % pemberian meperidin pada orang Universitas Gadjah Mada 9 dapat ditemukan 5% tidak berubah, 5% berbentuk normrperidin dan 20% meperidinat, 7% asam normeperidin dan 12 % masing-masing sebagai ikatan dan normeperidin, yang 40 % belum diketahui. Pada kucing meperidin i.v. 22 mg/kg, halftime 0,7%. Efek analgetik meperidin di tengah-tengah antara Kodein dan Morfin. Pada anjing depresi reflek Pada kuda analgesia setelah beberapa menit pemberian intra vena dan 15 - 25 setelah i.m. Efek spasmolitik Meperidin merelaksasi intestinum dan bronkus. Meperidin, morfin dan metadon mendepres peristaltik intestinum anjing. Toksisitas Dosis : 10 - 15 mg/kg bb S.C. dapat menimbulkan eksitasi dan konvulsi pada kucing. Penggunaan klinik: Mependin untuk mengobati rasa nyen dan efektif sebagai analgetik, tidak poten untuk mendepres CNS. Anjing dan kucing: Untuk premedikasi : 2. 5 - 6,5 mg/kg bb i.m. Terapi : 5 mg/kg tiap 8 -12 jam 2mg/kgtiap2—6jam Babi: : 10mg/kg S.C. Kuda dan Sapi: 500 dan 1000 mg Antagonis morfin Agonis murni : - nalokson - diprenorfin Agonis parsial : - nalorfin - fevalorfan Anaigetika Non Narkotika Merupakan analgetik-antipiretik atau analgetika ringan. Kelompok obat ini umumnya memperlihatkan efek anti-inflamasi dan antipiretik. Sering efek anti inflamasinya lebih Universitas Gadjah Mada 10 menonjol daripada efek antipiretik atau analgetiknya, sehingga hanya digunakan sebagai anti-inflamasi atau antipiretik. Prototip obat analgetik non narkotik ialah aspirin (asam astil salisilat) atau asetosal, sehingga obat Iainnya akan dibandingkan dengan sifat aspirin. Secara kimiawi analgetika non narkotik digolongkan menjadi : 1. Analgetika salisilat. Asam Asetil Salisilat : Aspirin, Asetosal, Naspro Berupa kristal putih, larut dalam air dengan perbandingan 1: 300, dlam alkohol 1: 5. Aspirin dalam praktek diberikan per oral baik berupa tablet maupun serbuk. Aspirin mempunyai khasiat antipiretik, analgetik dan antiinflarnasi yang kuat. Mekanisme kerja: Obat menghambat atau merusak impuls rasa nyeri traktus spinothalamus lateral sehingga dapat memelihara ambang stimuli yang diperoleh dan thalamus ke kortek serebri. Diduga bekerja pada pusat pengatur panas yaitu pada hipothalamus. Sedang di daerah perifer menghambat pembentukan prostaglandin. Aspirin dalam lambung mengiritir mukosa sehingga menyebabkan muntah dan sering terjadi hemoragi pada anjing terutama pada lambung kosong. Dosis Kuda dan sapi : 15 - 20 gram Poultry: 120mg Domba dan babi : I - 4 gram Anjing : 0,3 - 1 gram Kucing : 0,1 - 0,3 gram Na Salisilat =2 hidroxy benzoat Sod. Berupa kristal putih, mudah larut dalam air. Absorbsi cepat di lambung dan usus, mengiritir mukosa membran. Setelah diabsorbsi asam asetil salisilat didistribusi secara luas dan sama. Tidak berefk pada jantung, tetapi akan merelaksasi otot polos pembuluh darah. Salisilat diekskresikan terutama lewat ginjal kira-kira 40% dan dosis tidak berubah dan 40% yang lain diekskresi berupa konjugasi glukoronat dan asam sulfurat, 20% asam salisilat dn gentisilat. Na salisilat bekerja terutama sebagai analgetik dan antipiretik. Dosis Kuda dan sapi : 8 - 30 gram Domba dan babi : 1 - 3 gram Universitas Gadjah Mada 11 Anjing : 0,15 - 1 gram Kucing : 0,1 - 0,3 gram Asam Salisilat Sebagai obat anti fermentasi pada sapi dosis oral 16-24 gram asam salisilat mengurangi jumlah gas yang diproduksi bakteri fermentasi. Sebagai obat kulit, asam salisilat 3% dan asam benzoat 6% dalam kombinasi dilarutkan alkohol digunakan sebagai antifungal (anti jamur). Dermatomikotik biasa dibuat salep R/ as. Salisilat 3 gram As. Benzoat 6 gram Lanolin 5 gram Ditambah vaselin putih menjadi 100 gram Pada kucing : anemia, hemoglobinuria, dan ikterus. Terjadi hemolisis sel darah merah, necrosis sel hepar. 2. Analgetika derivat para aminofenol Acetanilid dan acetofenetidin (fenacetin) Digunakan sebagai analgetik dan antipiretik dan antiinflamasi, potensinya kurang dibanding aspirin. Dosis fenacetin untuk anjing 0,13 —3 gram peroral 1-2 atau 3 X sehari. Penggunaan fenacetin sering dikombinasi dengan aspirin. Dalam perdagangan dibuat tablet APC yang isinya aspirin, fenacetin dan cofein. Acetaminofen = Tylenol = parasetamol Biasa dalarn bentuk tablet isi 325 gr aminofen. Aminofen sebagai analgetik penggunaan sama dengan salisilat yang lain Efek samping Kalau penggunaan lama cyanosis, juga radang ginjal Kondisi cyanosis diberi acetaminofen terjadi hipoksia karena hemoglobin menjadi methemoglobin. Universitas Gadjah Mada 12 Dipyron = Novin = methampiron Merupakan derivat metan sulfonat diberi aminopirin, yang larut dalam air. Digunakan sebagai analgetik dan antipiretik. Untuk mengobati kuda kolik dan spasmus gastrointestinal atau hipermotilitas hewan kecil dan besar. Preparat: - tablet mengandung 500 mg - obat injeksi 500 mg/mi Penggunaan klinik Kuda : 10 - 20 ml s.c. dan i.m., injeksi pelan-pelan diulang 1-2 x sehari Anjing dan kucing : 0,25 ml atau 125 mg/ 10 lb bb i.v., s.c., i.m. Kontraindikasi pada sapi sedang laktasi. Aminopirin = Piramidon Lebih antipiretik dan analgetik dan acetanilid dan acetofenatidin. Absorbsi cepat pada pemberian oral. Aminopirin diekskresikan di urin tidak berubah atau konjugasi dengan glukoronat dan sulfonat. Penggunaan yang terus-menerus pada waktu yang lama membentuk agranulositosis. Dosis : Oral sehari pada anjing 0,13 — 0,4 gram 3. Anal getika derivat pirasolon Aktivitas sebagai analgetik dan antipiretik pada orang _______ efek toksik menimbulkan agranulositosis. Pada derivat ini yang biasa digunakan adalah fenyl butazon, dipyron dan aminopyrin. Fenyl butazon = butazolidin - Tidak larut dalam air - Sebagai anti-inflamasi Pengunaan klinik : sebagai analgetik dan antipiretik dan pengobatan arthritis. Dosis Universitas Gadjah Mada 13 Kuda : 1 - 2 gram/ 1000 lb bb, i.v maksimum 5 hari 1 - 4 gram/1000 lb bb p.o. manusia : 8000 mg/hari anjing : 10 mg/kg bb i. v 20 mg /kg oral 9dibagi 3 X sehari) maksimum 8000 mg/hari. Analgetika non Narkotika yang lain Xylazin UCI = Rompun Diklarifikasikan sebagai analgetika juga menyerupai sedative, namun bukan neuroleptik atau transkuilaiser atau agen anastetik. Xylazin sebagai muskel relaksan obat menghambat efek adrenergik dan kolinergik neuron analgesia atau sedasi. Pada kuda dosis : 1,1 mg/kg i.v. setelah 3 menit sedasi Maksimum durasi 30-40 menit Onset Xylazin Anjing dan kucing : i.m. atau S.C. 10 - 15 menit i.v. 3-5 menit rekoveri 2 4 jam Kuda 2-3 jam Penggunaan klinik: Anjing dan kucing: preparat yang mengandung 100 mg/I ml Xylazin. i.v. : 0,5 mg/lb i.m., s.c. : 1 ml/100 lb Untuk preanastetik i.v. : 0,25 - 0,5 mg/lb BB Dosis optimum 1,1 mg/kg BB, atropin, 0,02 mg/lb. Hasil : 88% dn 81% bagus Sapi : Xylazin 0,22 mg/kg dn atropin 0,44 mg/kg i.m. 0,09 - 0,35 mg/kg i.m deep sedasi 0,05 - 0,1 mg/kg basal narkose selama 1-2 jam 0,05 mg/kg sedasi dan muskel relaksan Universitas Gadjah Mada 14 Avian dan eksotik Spesies 1-2 mg/kg i.m. tidak mempengaruhi behavier dosis di atas 5 mg/kg semua burung depresi CNS Efek samping Xylazin : hipertensi, bradikardi dan muntah pada kucing Pentazocin Lactat atau HCI = Talwin Potensi analgetikanya ½ morfin dan kira-kira 5 kali lebih poten dari meperidin. Metabolismenya Iebih cepat dari meperidin. Dosis: Poni, domba, anjing, kucing : 3 mg/kb bb i.m. Dosis ini lebih tinggi dan manusia 0,6 mg/kg) Kadar puncak dalam plasma dicapai pada anjing, domba/ Babi 15 menit setelah pemberian obat. Waktu paruh pentazocin Anjing 22 menit Poni 97 menit Domba 51 menit Babi 48,6 menit Kucing 83,6 menit Manusia 2 jam setelah i.v. 20 - 25 mg/70 kg atau i/m/ 45 mg/70 kg Etek puncak dicapai antara 30 dan 60 menit setelah pemberian dosis i.m. Penggunaan klinik: Pada pengobatan veteriner sebagai preanastesi, sebab dapat menimbulkan tenang untuk semua hewan. Dosis Anjing : 1,5 – 3 mg/kg i.m Kuda : 200 - 300mg Pada anjing dosis 6-10 mg/kg i.m. dapat menimbulkan tremor dan konvulsi. Universitas Gadjah Mada 15 Efek samping Setelah pemberian 1-2 mg/lb BB i.v. Atau i.m. tampak inkoordinsi, tremor otot, hipertonisitas, hipersensitif terhadap suara gaduh. Propoxiven HCI =Drvon Potensi analgetik lebih kecil dan kodein. Tidak banyak digunakan dalam klinik veteriner. Dosis Kucing 2,2 mg/kg i.m. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan morfin. Propoxifen HCI menimbulkan rasa panas dan iritasi pda tempat suntikan. Efek samping Mual, anoreksia, sembelit dan nyeri perut. Antalgika / obat anti radang Radang : respon jaringan terhadap rangsangan spesifik maupun non spesifik yang merusak. Proses terjadinya radang dimulai dari suatu stimulus yang melepaskan mediator radang seperti histamin. Mediator tersebut akan menvasodilatasi lokal dan meningkatkan aliran darah sehingga timbul reaksi radang seperti panas, merah, bengkak dan nyeri. Termasuk mediator radang antara lain histamin, kinin dan prostaglandin. Obat yang digunakan untuk terapi radang disebut antalgika yang terdiri dan: 1. kortikosteroid 2. obat antiinflamasi non steroid ( OAINS) OAINS merupakan substansi yang menghambat proses peradangan. Obat ini mempunyai efek analgesik antipiretik, anti inflamasi dan tidak mengandung steroid. OAINS terbagi atas dua golongan yaitu - Half life pendek : aspirin, ibuprofen, asam mefenamat, indometacin, diklofenak, dan tenoprofen. - Half life panjang : naproksen, fenilbutazon, piroxicam, salisilat, teknosikam Mekanisme kerja: OAINS dapat bekerja di berbagai tempat pada jalur proses peradangan (inflammatory pathway) terutama melalui hambatan siklooksigenase dengan demikian menghambat Universitas Gadjah Mada 16 sintesa prostaglandin. Hambatan sintesis proetaglandin merupakan salah satu faktor yang berperanan mengurangi reaksi radang. Sejumlah AOINS tententu juga dapat menghambat enzin lipoksogenase yang berperanan penting dalam respon inflamasi, mengganggu berbagai proses yang berhubungan dengan membran sel termasuk aktivitas oksidase NADPH dalam neutrofil dan phospholipase dalam makrofag. Farmakokinetik Secara umum OAINS diabsorbsi hampir sempurna memiliki clearence hati dan metabolisme first pass yang rendah. Ikatan dengan albumin tinggi dan volume distribusi rendah, OAINS dengan waktu panuh panjang berada dalam tubuh lebuh lama dibanding dengan yang waktu paruh pendek. Sedang cleanence beberapa AOINS dipengaruhi oleh ginjal dan umur. Pada dosis rendah berefek sebagai analgesia dan pada dosis tinggi sebagai antiinflamasi. Efek samping: Efek samping yang umum pada pemakaian OAINS adalah gangguan pada gastrointestinal dan ginjal yang disebabkan karena hambatan sintesa prostaglandin. Efek gastrointestinal OAINS mencakup erosi lambung, pembentukan tukak dan perforasi. Pada ginjal dapat menyebabkan gangguan filtrasi glomerulus, oedema, nefritis dan gagal ginjal. Pada kulit menyebabkan urtikaria dan reaksi hipersensitif yan terjadi karena jalur siklooksigenase mendorong mendorong metabolisme arakidonat untuk menghasilkan produk Iipoksigenase sehingga menyebabkan terbebasnya zat anafilaksi. Universitas Gadjah Mada 17 C. PENUTUP Topik mata kuliah ini secara keseluruhan dapat dipahami intisarinya dengan cara mahasiswa mengerjakan soal-soal di bawah ini: 1. Jelaskan dengan singkat teknik penggunaan anastetika lokal. 2. Jelaskan tujuan penguunaan obat-obat tambahan pada anastetika lokal 3. Jelaskan mekanisme kerja dari morfin sehingga menyebabkan analgesia 4. Jelaskan dengan singkat mekanisme kerja aspirin sebagai antipiretika dan antiinflamasi. 5. Jelaskan efek samping dan penggunaan OAINS. Universitas Gadjah Mada 18