BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 107
1. PSAK Tentang Akuntansi Pembiayaan Ijarah
Berdasarkan perkembangan per 1 September 2007, Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) telah membuat standar baru untuk transaksi syariah
berbagai entitas bisnis, yaitu PSAK 101 sampai dengan PSAK 108 sebagai
pengganti PSAK 59. Dimana PSAK 107 sebagai pengganti PSAK 59,
tentang Akuntansi Perbankan Syariah yang berhubungan dengan
pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan Ijarah.
2. PSAK 107 Akuntansi Ijarah
PENDAHULUAN
Tujuan
1) Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran,
penyajian dan pengungkapan transaksi ijarah.
Ruang Lingkup
2) Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi
ijarah.
8
9
3) Pernyataan ini mencakup pengaturan untuk pembiayaan multijasa
yang menggunakan akad ijarah, namun tidak mencakup pengaturan
perlakuan
akuntansi
untuk
obligasi
syariah
(sukuk)
yang
menggunakan akad ijarah.
Definisi
4) Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam
pernyataan ini:
-
Aset Ijarah adalah aset berwujud maupun tidak berwujud,
yang atas manfaatnya disewakan.
-
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
aset dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah)
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu sendiri.
Sewa adalah sewa operasi (operating lease)
-
Ijarah Muntahiyah Bittamlik adalah ijarah dengan wa’d
perpindahan kepemilikan aset yang di ijarahkan pada saat
tertentu.
-
Nilai
Wajar
mempertukarkan
adalah
suatu
jumlah
aset
yang
antara
dipakai
pihak-pihak
untuk
yang
berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu
transaksi dengan wajar (arms length transaction).
-
Obyek Ijarah adalah manfaat penggunaan aset berwujud atau
tidak berwujud
10
-
Sewa Operasi adalah sewa yang tidak mengalihkan secara
substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan
kepemilikan aset.
-
Umur Manfaat adalah suatu periode dimana aset diharapkan
akan digunakan atau jumlah produksi/unit serupa yang
diharapkan akan diperoleh dari aset.
-
Wa’d adalah janji dari satu pihak kepada pihak lain untuk
melaksanakan sesuatu.
Karakteristik
5) Ijarah merupakan sewa menyewa objek ijarah tanpa perpindahan
risiko dan manfaat yang terkait kepemilikan aset terkait, dengan
atau tanpa wa’ad untuk memindahkan kepemilikan dari pemilik
(mu’jir) kepada penyewa (musta’jir) pada saat tertentu
6) Perpindahan kepemilikan suatu aset yang diijarahkan dari pemilik
kepada penyewa, dalam ijarah muntahiyah bittamlik, dilakukan jika
akad ijarah telah berakhir atau diakhiri dan aset ijarah telah
diserahkan kepada penyewa dengan membuat akad terpisah secara:
-
Hibah;
-
Penjualan sebelum akhir masa akad;
-
Penjualan pada akhir masa akad;
-
Penjualan secara bertahap.
11
7) Pemilik dapat meminta penyewa untuk menyerahkan jaminan atas
ijarah untuk menghindari risiko kerugian.
8) Spesifikasi obyek ijarah, misalnya jumlah, ukuran, dan jenis harus
jelas diketahui dan tercantum dalam akad.
PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
Akuntansi Pemilik (Mu’jir)
Biaya perolehan
9) Obyek ijarah diakui pada saat obyek ijarah diperoleh sebesar biaya
perolehan.
10) Biaya perolehan obyek ijarah yang berupa aset tetap mengacu ke
PSAK 16: Aset Tetap dan Aset Tidak Berwujud mengacu ke PSAK
19: Aset Tidak Berwujud.
Penyusutan dan Amortisasi
11) Obyek ijarah disusutkan atau diamortisasi, jika berupa aset yang
dapat disusutkan atau diamortisasi, sesuai dengan kebijakan
penyusutan atau amortisasi untuk aset sejenis selama umur
manfaatnya (umur ekonomis).
12) Kebijakan
penyusutan
atau
amortisasi
yang
dipilih
harus
mencerminkan pola konsumsi yang diharapkan dari manfaat
ekonomi di masa depan dari obyek ijarah. Umur ekonomis dapat
berbeda dengan umur teknis. Misalnya, mobil yang dapat dipakai
12
selama 10 tahun diijarahkan dengan akad ijarah muntahiyah
bittamlik selama 5 tahun. Dengan demikian, umur ekonomisnya
adalah 5 tahun.
13) Pengaturan penyusutan obyek ijarah yang berupa aset tetap sesuai
dengan PSAK 16: Aset Tetap dan amortisasi aset tidak berwujud
sesuai dengan PSAK 19: Aset Tidak Berwujud.
Pendapatan dan Beban
14) Pendapatan sewa selama masa akad diakui pada saat manfaat atas
aset telah diserahkan kepada penyewa.
15) Piutang pendapatan sewa diukur sebesar nilai yang dapat
direalisasikan pada akhir periode pelaporan.
16) Pengakuan biaya perbaikan obyek ijarah adalah sebagai berikut:
- biaya perbaikan tidak rutin obyek ijarah diakui pada saat
terjadinya; dan
- jika penyewa melakukan perbaikan rutin obyek ijarah dengan
persetujuan pemilik, maka biaya tersebut dibebankan kepada
pemilik dan diakui sebagai beban pada saat terjadinya.
17) Dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan secara
bertahap, biaya perbaikan obyek ijarah yang dimaksud dalam
paragraf 16 huruf (a) dan (b) ditanggung pemilik maupun penyewa
sebanding dengan bagian kepemilikan masing-masing atas obyek
ijarah.
13
18) Biaya perbaikan obyek ijarah merupakan tanggungan pemilik.
Perbaikan tersebut dapat dilakukan oleh pemilik secara langsung
atau dilakukan oleh penyewa atas persetujuan pemilik.
Perpindahan Kepemilikan
19) Pada saat perpindahan kepemilikan obyek ijarah dari pemilik
kepada penyewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik dengan cara:
a)
hibah, maka jumlah tercatat obyek ijarah diakui sebagai beban;
b)
penjualan sebelum berakhirnya masa akad, maka selisih antara
harga jual dan jumlah tercatat obyek ijarah diakui sebagai
keuntungan atau kerugian;
c)
penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga
jual dan jumlah tercatat obyek ijarah diakui sebagai keuntungan
atau kerugian;
d)
penjualan secara bertahap, maka:
-
selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagian obyek
ijarah yang telah dijual diakui sebagai keuntungan atau
kerugian; dan
-
bagian obyek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui
sebagai aset tidak lancar atau aset lancar sesuai dengan
tujuan penggunaan aset tersebut.
14
Akuntansi Penyewa (Musta’jir)
Beban
20) Beban sewa diakui selama masa akad pada saat manfaat atas aset
telah diterima.
21) Utang sewa diukur sebesar jumlah yang harus dibayar atas manfaat
yang telah diterima.
22) Biaya pemeliharaan obyek ijarah yang disepakati dalam akad
menjadi tanggungan penyewa diakui sebagai beban pada saat
terjadinya.
23) Biaya pemeliharaan obyek ijarah, dalam ijarah muntahiyah
bittamlik melalui penjualan obyek ijarah secara bertahap, akan
meningkat sejalan dengan peningkatan kepemilikan obyek ijarah.
Perpindahan Kepemilikan
24) Pada saat perpindahan kepemilikan obyek ijarah dari pemilik
kepada penyewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik dengan cara:
a)
hibah, maka penyewa mengakui aset dan keuntungan sebesar
nilai wajar obyek ijarah yang diterima;
b)
pembelian sebelum masa akad berakhirnya, maka penyewa
mengakui aset sebesar nilai wajar atau pembayaran tunai yang
disepakati;
15
c)
pembelian setelah masa akad berakhir,
maka penyewa
mengakui aset sebesar nilai wajar atau pembayaran tunai yang
disepakati;
d)
pembelian secara bertahap, maka penyewa mengakui aset
sebesar nilai wajar.
Jual dan Ijarah
25) Transaksi jual dan ijarah harus merupakan transaksi yang terpisah
dan tidak saling bergantung (ta’alluq) sehingga harga jual harus
dilakukan pada nilai wajar.
26) Jika suatu entitas menjual obyek ijarah kepada lain dan kemudian
menyewanya kembali, maka entitas tersebut mengakui keuntungan
atau kerugian pada periode terjadinya penjualan dalam laporan laba
rugi dan menerapkan perlakuan akuntansi penyewa.
27) Keuntungan atau kerugian yang timbul dari transaksi jual dan ijarah
tidak dapat diakui sebagai pengurang atau penambah beban ijarah.
Ijarah Lanjut
28) Jika suatu entitas menyewakan lebih lanjut kepada pihak lain atas
aset yang sebelumnya disewa dari pemilik, maka entitas tersebut
menerapkan perlakuan akuntansi pemilik dan akuntansi penyewa
dalam Pernyataan ini.
16
29) Jika suatu entitas menyewa obyek ijarah (sewa) untuk disewa
lanjutkan, maka entitas mengakui sebagai beban ijarah (sewa)
tangguhan untuk pembayaran ijarah jangka panjang dan sebagai
beban ijarah (sewa) untuk sewa jangka pendek.
30) Perlakuan akuntansi penyewa diterapkan untuk transaksi antara
entitas (sebagai penyewa) dengan pemilik dan perlakuan akuntansi
pemilik diterapkan untuk transaksi antara entitas (sebagai pemilik)
dengan pihak penyewa lanjut.
PENYAJIAN
31) Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban
yang terkait, misalnya beban penyusutan, beban pemeliharaan dan
perbaikan, dan sebagainya
PENGUNGKAPAN
32) Pemilik mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi
ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada:
a)
penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi
tidak terbatas pada:
-
keberatan wa’d pengalihan kepemilikan dan mekanisme
yang digunakan (jika ada wa’d pengalihan kepemilikan);
-
pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut;
17
b)
agunan yang digunakan (jika ada);
nilai perolehan dan akumulasi penyusutan atau amortisasi
untuk setiap kelompok aset ijarah;
c)
keberadaan transaksi jual dan ijarah (jika ada).
33) Penyewa mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi
ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas pada:
a)
penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi
tidak terbatas pada:
-
total pembayaran;
-
keberadaan wa’d pemilik untuk pengalihan kepemilikan
dan mekanisme yang digunakan (jika ada wa’d pemilik
untuk pengalihan kepemilikan);
b)
-
pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut;
-
agunan yang digunakan (jika ada);
keberadaan transaksi jual dan ijarah dan keuntungan atau
kerugian yang diakui (jika ada transaksi jual dan ijarah).
KETENTUAN TRANSISI
34) Pernyataan ini diterapkan secara prospektif. Penerapan secara
retrospektif diperkanankan, tetapi tidak disyaratkan.
18
TANGGAL EFEKTIF
35) Pernyataan ini berlaku untuk penyusunan dan penyajian laporan
keuangan entitas yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 januari
2010. Penerapan lebih dini dianjurkan. Jika entitas menerapkan
Pernyataan ini untuk periode yang dimulai sebelum 1 Januari 2010,
maka fakta tersebut harus diungkapkan.
PENARIKAN
36) Pernyataan ini menggantikan PSAK 59: Akuntansi Perbankan
Syariah yang berhubungan dengan perlakuan akuntansi untuk
pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan atas transaksi
ijarah.
B.
Pembiayaan Ijarah
1. Pengertian Ijarah
Ijarah adalah akad sewa-menyewa antara pemilik mu’jir (obyek
sewa) dan musta’jir (penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas obyek
sewa yang disewakannya. Ijarah muntahiyah bittamlik adalah akad sewamenyewa antara pemilik obyek sewa dan penyewa untuk mendapatkan
imbalan atas obyek sewa yang disewakannya dengan ”opsi perpindahan
hak milik” obyek sewa pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa.
19
Perpindahan hak milik obyek sewa kepada penyewa dalam ijarah
muntahiyah bittamlik dapat dilakukan dengan:
a)
hibah;
b)
penjualan sebelum akad berakhir sebesar harga yang sebanding
dengan sisa cicilan sewa;
c)
penjualan pada akhir masa sewa dengan pembayaran tertentu yang
disepakati pada awal akad; dan
d)
penjualan secara bertahap sebesar harga tertentu yang disepakati
dalam akad.
Pemilik obyek sewa dapat meminta penyewa menyerahkan
jaminan atas ijarah untuk menghindari risiko kerugian. Jumlah, ukuran dan
jenis obyek sewa harus jelas diketahui dan tercantum dalam akad.
2. Rukun dan Syarat Ijarah
Rukun Ijarah adalah:
1.
Musta’jir / penyewa
2.
Mu’ajjir / pemilik barang
3.
Ma’jur / barang atau obyek sewaan
4.
Ajran atau Ujrah / harga sewa atau manfaat sewa
5.
Ijab Qabul
Syarat-syarat Ijarah adalah:
1.
Pihak yang terlibat harus saling ridha
20
2.
Ma’jur (barang/obyek sewa) ada manfaatnya :
a)
manfaat tersebut dibenarkan agama/halal
b)
manfaat
tersebut
dapat
dinilai
dan
diukur/
diperhitungkan
c)
manfaatnya dapat
diberikan kepada pihak
yang
menyewa
d)
3.
Ma’jur wajib dibeli Musta’jir
Akuntansi Ijarah bagi Bank Syariah selaku Pemilik Aset
(Mu’jir)
Pengakuan dan Pengukuran
1. Pada saat biaya perolehan persediaan ijarah yang telah diatur oleh
PSAK 107 paragraf 9 dan 10, yang secara lengkap dapat diuraikan
seperti dibawah ini:
Dr Aset Ijarah
Kr Kas/Rekening
xxx
xxx
2. Pada saat dilakukan penyusutan asset ijarah, dengan menggunakan
metode penyusutan atau amortisasi sesuai dengan PSAK 107
paragraf 11 dan 12 yang terkait dengan masa manfaat sesuai
kebijakan akuntansi bank syariah adalah :
a) Pada saat transaksi ijarah yang akan dibeli dengan metode
garis lurus, maka beban penyusutannya yaitu:
21
Dr Beban Penyusutan Aset Ijarah
xxx
Kr Akumulasi Penyusutan Aset Ijarah
xxx
b) Pada saat transaksi Ijarah Muntahiyah Bittamlik yang akan
dibeli
dengan
metode
garis
lurus,
maka
beban
penyusutannya yaitu:
Dr Beban Penyusutan Aset Ijarah
xxx
Kr Akumulasi Penyusutan Aset Ijarah
xxx
3. Pada saat perbaikan/pemeliharaan asset ijarah, untuk mencatat
pengeluaran beban perbaikan atau pemeliharaan asset ijarah adalah :
Dr Beban Perbaikan Aset Ijarah
xxx
Kr Kas/Rekening Nasabah
xxx
4. Pada saat Pengakuan Pendapatan dan Beban yang telah diatur oleh
PSAK 107 paragraf 14-18, yang secara lengkap dapat diuraikan
seperti: pendapatan sewa selama masa akad diakui pada saat
manfaat atas asset yang telah diserahkan kepada penyewa. Piutang
pendapatan sewa diukur sebesar nilai yang dapat direalisasikan pada
akhir periode pelaporan. Terdapat 3 (tiga) klasifikasi yaitu:
a) Pembayaran sewa oleh nasabah dilakukan saat jatuh tempo,
maka jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah adalah:
Dr Kas/Rekening Nasabah
Kr Pendapatan Ijarah
xxx
xxx
22
b) Pembayaran sewa oleh nasabah dilakukan setelah tanggal jatuh
tempo, maka jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah adalah :
Dr Piutang Pendapatan Ijarah
xxx
Kr Pendapatan Ijarah
xxx
c) Pembayaran sewa oleh nasabah dilakukan sebagian pada saat
jatuh tempo dan sebagian lagi setelah jatuh tempo, maka jurnal
yang harus dibuat oleh bank syariah ada 2 (dua) yaitu (1)
penerimaan kas dari nasabah dan (2) pengakuan pendapatan
sewa akrual untuk sisa sebagian yang belum dibayar nasabah.
Berikut kedua jurnalnya yang harus dicatat oleh bank syariah :
Dr Kas/Rekening Nasabah
xxx
Kr Pendapatan Ijarah
Dr Piutang Pendapatan Ijarah
xxx
xxx
Kr Pendapatan Ijarah
xxx
Selanjutnya sisa yang belum dibayar nasabah, dapat dilunasi
oleh nasabah di kemudian hari. Jurnal yang harus dibuat oleh
bank syariah atas penerimaan uang dari nasabah atas
kekurangan pembayaran periode sebelumnya adalah :
Dr Kas/Rekening Nasabah
xxx
Kr Pendapatan Ijarah
Dr Piutang Pendapatan Ijarah
Kr Pendapatan Ijarah
xxx
xxx
xxx
23
5. Pada saat perpindahan kepemilikan objek ijarah dari pemilik kepada
penyewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik dengan cara : (PSAK
107, 2009, par. 19)
a) Hibah, maka jumlah yang tercatat objek ijarah diakui
sebagai beban;
Dr Akumulasi penyusutan aset Ijarah xxx
Dr Beban pelepasan aktiva Ijarah
xxx
Kr Aktiva Ijarah
xxx
b) Pada saat penjualan sebelum masa akad, maka selisih antara
harga jual dan jumlah tercatat objek ijarah yang diakui
sebagai keuntungan atau kerugian;
Dr Kas
xxx
Dr Akumulasi penyusutan aktiva ijarah
xxx
Kr Keuntungan Penjualan aset ijarah
xxx
Kr Aset Ijarah
xxx
c) Pada saat penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih
antara harga jual dan jumlah tercatat objek ijarah yang
diakui sebagai keuntungan atau kerugian:
Dr Kas
xxx
Dr Akumulasi penyusutan aktiva ijarah
xxx
Kr Keuntungan Penjualan aset ijarah
xxx
Kr Aset Ijarah
xxx
24
Apabila penjualannya dengan harga jual di bawah nilai sisa,
maka akan diakui adanya kerugian. Maka jurnal yang harus
dibuat oleh penyewa:
Dr Kas
xxx
Dr Akumulasi penyusutan aktiva ijarah
xxx
Dr Kerugian Penjualan aset ijarah
xxx
Kr Aset Ijarah
xxx
d) Penjualan secara bertahap, maka :
-
Selisih antara harga jual dan jumlah nilai tercatat sebagai
objek ijarah yang telah dijual diakui sebagai keuntungan
atau kerugian; dan
-
Bagian objek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui
sebagai aset tidak lancer atau aset lancer sesuai dengan
tujuan penggunaan aset tersebut. (paragraph 19).
4.
Akuntansi
Ijarah
bagi
Bank Syariah
selaku
Penyewa
(Musta’jir)
Pengakuan dan Pengukuran
1. Pada saat Pengeluaran Beban Sewa yang telah diatur oleh PSAK
107 paragraf 20-23, secara lengkapnya dapat diukur dari jumlah
yang harus dibayarkan atas manfaat yang telah diterima, maka
jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah pada saat pengeluaran
beban sewa adalah :
25
a) Beban sewa yang diakui selama masa akad pada saat
manfaat atas aset yang telah diterima, maka jurnal yang
dibuat oleh penyewa :
Dr Beban ijarah
xxx
Kr Kas
xxx
b) Pada saat Utang sewa yang diukur dari jumlah yang harus
dibayar atas manfaat yang telah diterima, maka jurnal yang
dibuat :
Dr Beban ijarah
xxx
Kr Utang Ijarah
xxx
c) Biaya pemeliharaan objek ijarah yang disepakati dalam akad
menjadi tanggungan penyewa diakui sebagai beban pada
saat terjadinya, maka jurnal ynag dibuat oleh penyewa :
Dr Beban ijarah
xxx
Kr Kas
xxx
d) Biaya pemeliharaan objek ijarah dalam ijarah muntahiyah
bittamlik melalui penjualan objek ijarah secara bertahap,
akan meningkat sejalan dengan peningkatan kepemilikan
objek ijarah.
2. Pada saat Pengeluaran Beban Pemeliharaan/Perbaikan, maka
jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah sebagai penyewa yang
menanggung biaya perbaikan adalah :
26
Dr Beban Perbaikan/Pemeliharaan Ijarah
xxx
Kr Kas/Utang/Perlengkapan
xxx
Apabila biaya perbaikan masih menjadi tanggung jawab dari
pemilik objek sewa, namun pihak penyewa atas persetujuan dari
pemilik membayar terlebih dahulu, maka jurnal yang harus
dibuat oleh bank syariah adalah :
Dr Piutang
xxx
Kr Kas/Utang/ Perlengkapan
xxx
3. Pada saat Perpindahan Kepemilikan yang telah diatur oleh PSAK
107 paragraf 24, yang secara lengkap dapat diuraikan seperti
dibawah ini dengan cara:
a) Hibah, maka penyewa mengakui asset dan keuntungan
sebesar nilai wajar objek ijarah yang diterima. Maka jurnal
yang harus dicatat oleh bank syariah adalah:
Dr Aset Nonkas (mobil)
xxx
Kr Keuntungan hibah asset ijarah
xxx
b) Pembelian sebelum masa akad berakhir, maka penyewa
mengakui asset sebesar sisa cicilan sewa atau jumlah yang
disepakati. Jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah adalah:
Dr Aset Nonkas (mobil)
xxx
Kr Keuntungan selisih nilai wajar
xxx
Kr Kas
xxx
27
c) Pembelian setelah masa akad selesai, maka penyewa
mengakui asset sebesar pembayaran yang disepakati. Jurnal
yang harus dibuat oleh bank syariah :
Dr Aset Nonkas (mobil)
xxx
Kr Keuntungan selisih nilai wajar
xxx
Kr Kas
xxx
d) Pembelian objek ijarah secara bertahap, maka penyewa
mengakui asset sebesar biaya perolehan objek ijarah yang
diterima.
Jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah adalah:
Dr Aset Nonkas (mobil)
xxx
Kr Keuntungan selisih nilai wajar
xxx
Kr Kas
xxx
4. Pada saat transaksi menjual aset ijarah lanjut yang telah diatur
oleh PSAK 107 paragraf 25-27, yang secara lengkap dapat
diuraikan seperti dibawah ini:
a) Transaksi jual dan ijarah harus merupakan transaksi yang
terpisah dan tidak saling tergantung (ta’alluq) sehingga
harga jual harus dilakukan pada nilai wajar
b) Jika suatu entitas menjual obyek ijarah kepada pihak lain
dan kemudian menyewanya kembali maka entitas tersebut
mengakui keuntungan atau kerugian pada periode terjadinya
28
penjualan dalam laporan laba rugi dan menerapkan
perlakuan akuntansi penyewa
c) Keuntungan atau kerugian yang timbul dari transaksi jual
dan ijarah tidak dapat diakui sebagai pengurang atau
penambah beban ijarah.
Maka jurnal yang akan dibuat adalah :
Dr. Kas
xxx
Dr. Akumulasi Penyusutan
xxx
Kr. Keuntungan pelepasan asset
xxx
Kr. Mobil (misalnya)
xxx
5. Pada saat Ijarah lanjut yang telah diatur oleh PSAK 107 paragraf
28-30, yang secara lengkap dapat diuraikan seperti dibawah ini:
a) Jika suatu entitas menyewakan lebih lanjut kepada pihak lain
atas asset yang sebelumnya disewa dari pemilik, maka
entitas tersebut menerapkan perlakukan akuntansi pemilik
dan akuntansi penyewa dalam pernyataan ini (PSAK 107)
b) Jika suatu entitas menyewa obyek ijarah (sewa) untuk
disewa lanjutkan, maka entitas mengakui sebagai beban
ijarah atau sewa tangguhan untuk pembayaran ijarah jangka
panjang dan sebagai beban ijarah atau sewa untuk jangka
pendek
c) Perlakuan akuntansi untuk penyewa diterapkan untuk
transaksi antara entitas (sebagai penyewa) dengan pemilik
29
dan perlakuan akuntansi pemilik diterapkan untuk transaksi
antara entitas sebagai pemilik dengan pihak penyewa lanjut.
Penyajian
Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban
yang terkait, misalnya beban penyusutan, beban pemeliharaan dan
perbaikan, dan sebagainya. (paragraph 31)
Pengungkapan
Pengungkapan selengkapnya diatur dalam PSAK 107 paragraf
32-33 sebagai berikut :
Pemilik mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait
transaksi ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik, tetapi tidak
terbatas, pada :
a) Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi
tetapi tidak terbatas pada :
-
Keberadaan
wa’ad
pengalihan
kepemilikan
dan
mekanisme yang digunakan (jika ada wa’ad pengalihan
kepemilikan);
-
Pembatasan-pembatasan, misalnya, ijarah lanjut;
-
Agunan-agunan yang digunakan (jika ada);
30
b) Nilai perolehan dan akumulasi penyusutan atau amortisasi
untuk setiap kelompok asset ijarah;
c) Keberadaan transaksi jual dan ijarah (jika ada).
Penyewa mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait
transaksi ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik, tetapi tidak
terbatas, pada :
a)
Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi
tetapi tidak terbatas pada :
-
Total pembayaran;
-
Keberadaan
wa’ad
pengalihan
kepemilikan
dan
mekanisme yang digunakan (jika ada wa’ad pengalihan
kepemilikan);
b)
-
Pembatasan-pembatasan, misalnya, ijarah lanjut;
-
Agunan-agunan yang digunakan (jika ada);
Keberadaan transaksi jual dan ijarah dan keuntungan atau
kerugian yang diakui (jika ada transaksi jual dan ijarah).
5.
Landasan Hukum pada Akad Sewa Menyewa (Ijarah) dalam
Praktik Perbankan Syariah:
1. Landasan syariah
a) Al-Quran
Surat Al-Baqarah ayat 233 yang artinya:
”Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain
maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
31
pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada
Allah dan ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa yang
kamu perbuat”
b) Hadist
Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan
Muslim dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Muhammad SAW
mengemukakan:
”Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu
upahnya kepada tukang bekam itu”.
Juga dapat dilihat dalam hadist yang diriwayatkan oleh
Abu Daud dan An Nasa’i dari Abi Waqqash r.a, berkata :
”Dahulu kami menyewa tanah dengan jalan membayar
dari tanaman yang tumbuh. Lalu Rasulullah melarang
kami cara itu dan memerintahkan kami agar
membayarnya dengan uang emas atau perak”.
c) Ijmak
Mengenai ijarah ini juga sudah mendapatkan ijmak
ulama,
berupa kebolehan
seorang
muslim
untuk
membuat dan melaksanakan akad ijjarah atau perjanjian
sewa-menyewa.
2. Landasan Hukum Positif
Landasan produk ijarah dalam hukum positif dapat kita
jumpai dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan. Hal ini dapat kita baca dalam ketentuan Pasal 1
ayat (13) yang mendefenisikan mengenai Prinsip Syariah.
Secara eksplisit ujarah dan ijarah dan ijarah wa’iqtina
32
merupakan salah satu produk pembiayaan dalam perbankan
syariah.
Dewan Syariah Nasional menetapkan aturan tentang
Ijarah sebagaimana tercantum dalam fatwa Dewan Syariah
Nasional nomor 09/DSN-MUI/IV/2000 tertanggal 13 April
2000.
Sedangkan fatwa yang berkaitan dengan al-Ijarah
Muntahiyah al-Bittamlik (IMBT) sebagaimana tercantum
dalam
Fatwa
Dewan
Syariah
Nasional
No.27/DSN-
MUI/III/2002 tanggal 28 Maret 2002.
6.
Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Ijarah dan IMBT
PSAK No.59 (2002) mengelompokkan pengakuan dan
pengukuran ijarah dan IMBT menjadi empat (4) kelompok, yakni:
a. Bank sebagai Pemilik Obyek Sewa
1)
Obyek sewa diakui sebesar biaya perolehan pada saat
perolehan obyek sewa dan disusutkan sesuai dengan :
(a). kebijakan penyusutan pemilik obyek sewa untuk aktiva
sejenis jika merupakan transaksi ijarah; dan
(b). masa sewa jika merupakan transaksi IMBT
2)
Pendapatan ijarah dan IMBT diakui selama masa akad secara
proporsional kecuali pendapatan IMBT melalui penjualan
33
secara bertahap maka besar pendapatan setiap periode akan
menurun secara progresif selama masa akad karena adanya
pelunasan bagian per bagian obyek sewa pada saat periode
tersebut.
3)
Piutang pendapatan ijarah dan IMBT diukur sebesar nilai
bersih yang dapat direalisasikan pada akhir periode pelaporan.
4)
Pengakuan biaya perbaikan obyek sewa adalah sebagi berikut:
i. biaya perbaikan tidak rutin obyek sewa diakui pada saat
terjadinya;
ii. jika penyewa melakukan perbaikan rutin obyek sewa
dengan persetujuan pemilik obyek sewa maka biaya
tersebut dibebankan kepada pemilik obyek sewa dan
diakui sebagai beban pada periode terjadinya perbaikan
tersebut; dan
iii. dalam IMBT
melalui penjualan secara bertahap biaya
perbaikan obyek sewa yang dimaksud dalam huruf (a) dan
(b) ditanggung pemilik obyek sewa maupun penyewa
sebanding dengan bagian kepemilikan masing-masing di
dalam obyek sewa.
5)
Perpindahan hak milik obyek sewa dalam IMBT melalui
hadiah diakui pada saat seluruh pembayaran sewa telah
diselesaikan dan obyek sewa yang telah diserahkan kepada
34
penyewa. Obyek sewa dikeluarkan dari aktiva pemilik obyek
sewa pada saat terjadinya perpindahan hak milik obyek sewa.
6)
Perpindahan hak milik obyek sewa dalam IMBT melalui
penjualan obyek sewa dengan harga sebesar sisi ciciln sewa
sebelum berakhirnya masa sewa diakui pada saat penyewa
membeli obyek sewa. Pemilik obyek sewa mengakui
keuntungan atau kerugian atas penjualan tersebut sebesar
selisih antara harga jual dan nilai buku bersih obyek sewa.
7)
Pengakuan pelepasan obyek sewa dalam IMBT melalui
pembayaran sekedarnya adalh sebagai berikut :
i. perpindahan hak milik obyek sewa diakui jika seluruh
pembayaran
sewa telah diselesaikan dan
penyewa
membeli obyek sewa dari pemilik obyek sewa.
ii. obyek sewa dikeluarkan dari aktiva pemilik obyek sewa
pada saat terjadinya perpindahan hak milik obyek sewa.
iii. jika penyewa berjanji untuk membeli obyek sewa tetapi
kemudian memutuskan tidak melakukannya dan nilai
wajar obyek sewa ternyata lebih rendah dari nilai bukunya,
maka selisihnya diakui sebagai piutang pemilik obyek
sewa kepada penyewa; dan
iv. jika penyewa tidak berjanji untuk membeli obyek sewa
dan memutuskan untuk tidak melakukannya, maka obyek
sewa dinilai sebesar nilai wajar atau nilai buku, mana yang
35
lebih rendah dari nilai buku, maka selisihnya diakui
sebagai kerugian pada periode berjalan.
8)
Pengakuan pelepasan obyek sewa dalam IMBT melalui
penjualan obyek sewa secara bertahap adalah sebagai berikut :
i. perpindahan hak milik sebagian obyek sewa diakui jika
seluruh pembayaran sewa telah diselesaikan dan penyewa
membeli sebagian obyek sewa dari pemilik obyek sewa;
ii. nilai buku bagian obyek sewa yang telah dijual
dikeluarkan dari aktiva pemilik obyek sewa pada saat
terjadinya perpindahan hak milik bagian obyek sewa;
iii. pemilik obyek sewa mengakui keuntungan atau kerugian
sebesar selisih antara harga jual dan nilai buku atas bagian
obyek sewa yang telah dijual; dan
iv. jika penyewa tidak melakukan pembelian atas obyek sewa
yang tersisa maka perlakuan akuntansinya sesuai dengan
pragraf 115 huruf (c) dan (d).
9)
Dalam IMBT jika obyek sewa mengalami penurunan nilai
permanen sebelum perpindahan hak milik kepada penyewa
dan penurunan nilai tersebut timbul bukan akibat tindakan
penyewa atau kelalaiannya, serta jumlah cicilan ijarah yang
sudah dibayar melebihi nilai sewa yang wajar, maka selisih
antara keduanya, (jumlah yang sudah dibayar penyewa untuk
tujuan pembelian aktiva tersebut dan nilai sewa wajarnya)
36
diakui sebagai kewajiban kepada penyewa dan dibebankan
sebagai kerugian pada periode terjadinya penurunan nilai.
b. Bank sebagai Penyewa
1)
Beban ijarah dan IMBT diakui secara proporsional selama
akad
2)
Jika biaya akad menjadi beban penyewa maka biaya tersebut
dialokasikan secara konsisten dengan alokasi baban ijarah atau
IMBT selama masa akad
3)
Jika biaya pemeliharaan rutin dan operasi obyek sewa
berdasarkan akad menjadi beban penyewa maka biaya tersebut
diakui sebagai beban pada saat terjadinya, biaya pemeliharaan
rutin dan operasi dalam IMBT melalui penjualan obyek sewa
secara bertahap akan meningkat secara progresif sejalan
dengan peningkatan kepemilikan obyek sewa.
4)
Perpindahan hak milik obyek sewa dalam IMBT melalui
hadiah diakui pada saat seluruh pembayaran sewa ijarah telah
diselesaikan dan obyek sewa telah diterima penyewa. Obyek
sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar
nilai wajar pada saat terjadinya. Penerimaan obyek sewa
tersebut disisi lain akan menambah
i. saldo laba, jika sumber pendanaan berasal dari modal
bank;
37
ii. dana investasi tidak terikat, jika sumber pendauran berasal
dari simpanan pihak ketiga; atau
iii. saldo laba dan dana investasi tidak terlihat secara
proporsional, jika sumber pendanaan berasal dari modal
bank dan simpanan pihak ketiga.
5)
Perpindahan hak milik obyek sewa dalam IMBT melalui
pembelian obyek sewa dengan harga sebesar sisa cicilan sewa
sebelum berkahirnya masa sewa diakui pada saat penyewa
membeli obyek sewa. Penyewa mengakui obyek sewa yang
diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar kas yang
dibayarkan.
6)
Pengakuan penerimaan obyek sewa dalam IMBT melalui
pembayaran sekadarnya adalah sebagai berikut :
i. perpindahan hak milik obyek sewa diakui jika seluruh
pembayaran sewa ijarah telah diselesaikan dan penyewa
membeli obyek sewa dari pemilik obyek sewa; dan
ii. obyek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa
sebesar kas yang dibayarkan.
7)
Pengakun penerimaan obyek sewa diakui dalam IMBT
melalui pembelian obyek sewa secara bertahap adalah
sebagberikut :
i. perpindahan hak milik sebagian obyek sewa diakui jika
seluruh pembayaran sewa ijarah telah diselesaikan dan
38
penyewa membeli sebagian obyek sewa dari pemilik sewa;
dan
ii. bagian obyek sewa yang diterima diakui sebagai ktiva
penyewa sebesar biaya perolehannya.
8)
Obyek sewa yang telah dibeli oleh penyewa disusutkan sesuai
dengan kebijakan penyusutan penyewa.
9)
Jika obyek sewa mengalami penurunan nilai permanen
sebelum perpindahan hak milik kepada penyewa dan penurun
nilai tersebut timbul bukan akibat tindakan penyewa atau
kelalaianya, serta jumlah ciciln sewa yang sudah dibayara
melebihi nilai yang wajar, maka selisih antara keduanya
(jumlah yang sudah diby penyewa untuk tujuan pembelian
aktiva tersebut dan nilai sewa wajarnya) diakui sebagai
piutang jatuh tempo penyewa kepada pemilik sewa dan
mengoreksi beban IMBT
c. Penjualan dan Penyewaan Kembali
1)
Jika nasabah menjual aktiva kepda bank dan menyewany
kembali, maka perlakuan akuntansi bnk sebagai pemilik obyek
sewa diterapkan.
2)
Jika bank menjual aktiva kepada nasabah dan menyewanya
kembali, maka perlakuan akuntansi bank sebagai penyewa
diterapkan sebagai berikut :
39
i. keutungan atau kerugian penjualan aktiva diakui bank
pada saat terjadinya transaksi penjualan jika penyewaan
kembali dilakukan secara ijarah; dan
ii. keuntungan atau kerugian penjualan aktiva dialokasikan
sebagai penyesuaian terhadap beban ijarah selama masa
akad jika penyewaan kembali dilakukan secara IMBT
d. Sewa dan Penyewaan Kembali
Jika bank menyewakan kepada nasabah aktiva yang
sebelumnya disewa oleh bank dari pihak ketiga, maka perlakuan
akuntansi bank sebagai pemilik obyek sewa dan penyewa
diterapkan. Beban pemeliharaan akan disajikan dilaporan laba
rugi tahun berjalan.
C.
Akuntansi Syariah
1.
Pengertian Akuntansi Syariah
Menurut Sri Nurhayati – Wasilah (2009 : 2), akuntansi adalah
identifikasi transaksi yang kemudian diikuti dengan kegiatan
pencatatan, penggolongan, serta pengikhtisaran transaksi tersebut
sehingga meghasilkan laporan keuangan yang dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan.
Definisi selanjutnya terdapat dalam APB No. 4 (Muhammah 2002 :
10) yang dapat menjelaskan :
40
Akuntansi sebagai suatu aktivitas jasa yang memiliki fungsi
menyediakan
informasi
kuantitatif,
terutama
yang
bersifat
keuangan tentang satuan – satuan ekonomi yang dapat bermanfaat
dalam menetapkan pilihan – pilihan yang logis diantara berbagai
tindakan alternatif.
Akuntansi Syariah adalah secara etimologi, kata akuntansi berasal
dari bahasa inggris, accunting, dalam bahasa arabnya disebut
“Muhasabah” yang berasal dari kata hasaba, hasiba, muhasabah atau
wazan yang lain adalah hasaba, hasban, hisabah, artinya menimbang,
memperhitungkan mengkalkulasikan, mendata atau menghisap, yakni
menghitung dengan seksama atau teliti yang harus dicatat dlm
pembukuan tertentu.
2.
Pengertian Bank Islam (Bank Syariah)
Menurut Muhammad (2004 : 1) bank syariah adalah lembaga
keuangan perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan
berlandaskan Al – Qur’an dan Hadist Nabi SAW.
Sedangkan menurut PSAK No. 59 (2002 : 1) syariah adalah bank
yang berasaskan antara lain pada asas kemitraan, keadilan,
transparansi, dan universal serta melakukan kegiatan usaha perbankan
berdasarkan prinsip syariah.
Ini berarti operasi perbankan mengikuti tata cara serta perjanjian
berusaha berdasarkan Al – Qur’an dan Sunah Rasullah SAW, dan
41
bukan memakai tata cara perjanjian berusaha yang ditentang Al –
Qur’an dan Sunah Rasullah SAW.
3.
Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional
Tabel 2.1
Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
No
Bank Syariah
1
Melakukan
Bank Konvensional
investasi-investasi Investasi yang halal dan haram
yang halal
2
Berdasarkan
prinsip
bagi Memakai perangkat bunga
hasil,jual beli dan sewa
3
Hubungan dengan nasabah dalam Hubungan debitor-kreditor
bentuk kemitraan
4
Penghimpun dan penyalur dana Tidak terdapat dewan sejenis
sesuai
dengan
fatwa
dewan
syariah
(sumber muhammad antonio syafi’I 2001)
4.
Prinsip Dasar Operasional Bank Syariah
Dalam operasionalnya bank syariah didasarkan pada prinsip bagi
hasil, jual beli, dan sewa sesuai dengan syariah islam. Prinsip –
prinsip syariah yang digunakan oleh bank syariah sebagai dasar
kegiatan usahanya, yaitu :
a) Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana,
42
sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku
pengelola, keuntungan usaha dibagi diantara mereka sesuai
kesepakatan sedangkan kerugian financial hanya di tanggung oleh
pengelola dana.
b) Musyarakah adalah akad kerjasama antara duapihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu, dimana masing – masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan
dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan risiko berdasarkan
porsi kontribusi dana.
c) Murabahah adalah akad jual beli dengan menyertakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual
dan pembeli.
d) Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan
pengiriman di kemudian hari oleh muslam illahi (penjual) dan
pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati
sesuai dengan syarat – syarat tertentu.
e) Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati antara (pembeli, mustashni’) dengan penjual (pembuat,
shani’).
f) Ijarah adalah akad sewa menyewa antara pemilik ma’jur (obyek
sewa) dan musta’jir (penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas
43
obyek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek
sewa yang disewakan.
g) Wadiah
adalah
titipan
nasabah
yang
harus
dijaga
dan
dikembalikan setiap saat apabila nasabah yang bersangkutan
menghendaki.
h) Pinjaman Qardh adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat
dipersamakan
dengan
itu
berdasarkan
persetujuan
dan
kesepakatan antar peminjam dengan pihak yang meminjamkan
mewajibkan peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu
tertentu.
5.
Produk Operasional Bank Syariah
Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan
uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tetapi dalam
rangka mendapatkan keuntungan nisbahnya. Untuk membantu
masyarakat dalam kegiatan bermuamalahnya, menurut Muhammad
(2005:177) bank syariah mengelompokkan produk menjadi tiga
kelompok, yaitu :
a)
Produk penghimpunan dana, seperti : giro wadiah, tabungan
mudharabah, dan deposito mudharabah.
b)
Produk penyaluran dana, seperti : pembiayaan mudharabah,
musyarakah, dan ijarah
c)
Produk jasa, seperti : kafalah, hiwalah, dan wakalah.
Download