analisis manajemen pelaksanaan pada kesiapsiagaan dan

advertisement
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
ANALISIS MANAJEMEN PELAKSANAAN PADA
KESIAPSIAGAAN DAN TANGGAP DARURAT DI GEDUNG
PERKANTORAN X
Maulana Said Handayana, Suroto, Bina Kurniawan
Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email : [email protected]
Abstract : Office building X has an area of 52 753 m2 with a height of 120 m. As
a multi-storey building, of course, office building X has a wide range of risk
emergencies. This study aims to analyze the management of implementation on
preparedness and emergency response in the office building X. This research is
a descriptive qualitative in-depth interviews. The subject of this research consists
of 5 person as the main informants and 3 person as the informant triangulation.
The results showed that the management of office buildings X already have
policies and commitments in terms of preparedness and emergency response.
This is indicated by the emergency response procedures, the top management
support such as funding and systemic policy, the emergency response
organizations, the emergency communications, the emergency response
infrastructure, the transportation of emergency response, the emergency
response training, the emergency response simulation and evaluation of
emergency response procedures. But the management of office buildings X
doesn’t have a program for hazard identification and risk assessment, the
emergency response procedures is not contain of information about protection
facilities and equipment available as well as the duties and responsibilities of
emergency response organizations, there are tenants which has not obtain
information related to emergency response procedures, procedure has not been
set for the recovery of labor conditions or facilities that were damaged, the top
management has not actively participate in simulated emergencies, emergency
response organization is not consist of building occupants and building
managers, unavailability of backup emergency vehicles, unavailability of stretcher
and evacuation chair, assembly point which can not accommodate all the
building occupants, the recapitulation process of building occupants were
evacuated when simulating emergencies requires a long time. The management
of office buildings X should complement existing emergency response
procedures as well as reviewing other supporting facilities such as the support of
top management, emergency response organizations, emergency response
infrastructure, emergency response transportation and emergency response
training.
Key Words
PENDAHULUAN
: muti-storey building, preparedness and emergency response
Latar Belakang
322
JURNAL
KESEHATAN
MASYARAKAT
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN:
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal)
2356-3346)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Bangunan gedung perkantoran adalah
yang telah populer dengan sebutan K3,
bangunan yang berfungsi sebagai tempat
dewasa
manusia melakukan kegiatan perkantoran.
ini
implementasinya
telah
menyebar secara luas di hampir setiap
Bangunan
sektor. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
selama
didefinisikan
dihadapkan
sebagai
suatu
upaya
gedung
ini
perkantoran
relatif
aman,
dengan
yang
sebenarnya
berbagai
risiko
perlindungan agar setiap tenaga kerja dan
bahaya
orang lain yang memasuki tempat kerja
kebakaran, gempa, banjir dan lain-lain.
senantiasa dalam keadaan yang sehat
Potensi bahaya ini dianggap kecil oleh
dan selamat serta sumber-sumber proses
sebagian
besar
produksi dapat dijalankan secara aman,
maupun
penghuni
efisien dan produktif.
(1)
keadaan
darurat
pemilik,
seperti
pengelola
bangunan
gedung
Secara legal,
perkantoran, karena kegiatannya hanya
Pemerintah Indonesia telah mewajibkan
perkantoran, sehingga perencanaan dan
kepada
untuk
persiapan untuk menghadapi keadaan
memenuhi aspek keselamatan kerja di
darurat relatif diabaikan. Kondisi lain
segala tempat kerja yang berada di
adalah,
jika
wilayah
semua
penghuni
setiap
pengusaha
kekuasaan
hukum
Republik
Indonesia.
Dasar
terjadi
keadaan
bangunan
darurat
gedung
perkantoran mengalami kepanikan dan
pertimbangan
pemenuhan
tidak
dapat merespon dengan
cepat
aspek keselamatan kerja tidak hanya
karena tidak memahami apa yang harus
ditujukan untuk tenaga kerja tetapi untuk
dilakukan.(3)
semua orang yang berada di tempat kerja,
Keadaan darurat di bangunan gedung
seperti yang tertuang dalam pertimbangan
perkantoran dapat menyebabkan kerugian
dikeluarkannya UU No. 1 Tahun 1970
materil dan korban jiwa yang sangat
tentang Keselamatan Kerja, yaitu setiap
besar.
tenaga
statistik kejadian kebakaran tahun 2004-
kerja
berhak
mendapatkan
Sebagai
contoh
adalah
data
perlindungan atas keselamatan dalam
2009,
melakukan pekerjaannya, setiap orang
Kebakaran
lainnya yang berada di tempat kerja perlu
bahwa potensi bahaya kebakaran pada
terjamin pula keselamatannya dan setiap
bangunan gedung umumnya dan gedung
sumber
perkantoran pada khususnya merupakan
produksi
perlu
dipakai
dan
dipergunakan secara aman dan efisien.(2)
berdasarkan
ancaman
DKI
yang
data
Jakarta
dari
Dinas
menunjukkan
serius
karena
Salah satu upaya pemenuhan aspek
menimbulkan kecelakaan dan kematian
Keselamatan dan Kesehatan Kerja berada
serta kerugian yang cukup besar. Dari
di
data tersebut terlihat bahwa frekuensi
bangunan
gedung
perkantoran.
323
JURNAL
KESEHATAN
MASYARAKAT
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN:
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal)
2356-3346)
kebakaran tahun 2004-2009 sangat tinggi
sampai minyak dan gas. Dalam hal
yaitu antara 103 sampai dengan 205 kali
kesiapsiagaan
kejadian per tahun, jumlah korban jiwa
manajemen
meninggal
memiliki
dunia
antara
13
sampai
dan
tanggap
gedung
sebuah
darurat
perkantoran
sistem
X
manajemen
dengan 38 orang per tahun, jumlah
kesiapsiagaan dan tanggap darurat yang
korban luka 35 sampai dengan 85 orang
harus diketahui dan dipatuhi oleh setiap
per
penghuni
tahun
dengan
kerugian
material
dan
pengunjung.
Sistem
antara 119 sampai dengan 226 milyar
tersebut berupa prosedur tanggap darurat
rupiah per tahun.(3)
yang
Hasil
survey
dilakukan
pendahuluan
oleh
penulis,
yang
dinamakan
tenant
emergency
procedures dan beberapa lampiran yang
gedung
menunjang.
Sarana/prasarana
perkantoran X berlokasi di Jalan Let Jend
kesiapsiagaan dan tanggap darurat yang
TB Simatupang Jakarta Selatan. Daerah
ada di gedung perkantoran X terdiri dari
TB Simatupang dikenal sebagai kawasan
tangga darurat, sprinkler, detector, alarm,
pusat bisnis potensial di Jakarta dengan
APAR, hidran, area berkumpul dan crisis
permintaan yang besar dari pemilik bisnis
management center.
dan
perusahaan yang
ingin memiliki
Prosedur
tanggap
darurat
harus
kantor di daerah ini. Gedung perkantoran
memberikan beberapa pertimbangan yaitu
X termasuk gedung perkantoran eksklusif
identifikasi potensi situasi darurat dan
dengan beberapa fasilitas yang ada di
lokasi, rincian tindakan yang akan diambil
dalamnya seperti bank, atm center, food
oleh personel selama keadaan darurat,
court, kafe, kolam renang, gym dan area
prosedur evakuasi, tanggung jawab dan
parkir yang dapat menampung 800 unit
wewenang personil dengan peran khusus
kendaraan bermotor. Luas per lantai di
selama keadaan darurat, hubungan dan
gedung perkantoran X berkisar 1000 m2
komunikasi
dengan 29 lantai dan ketinggian lebih dari
komunikasi dengan karyawan,pemerintah
40 meter. Gedung perkantoran X memiliki
dan pihak lain yang berhubungan dan
8 lift yang diperuntukkan untuk penghuni
informasi
dan
melaksanakan
pengunjung
dan
2
lift
yang
dengan
yang
layanan
diperlukan
tanggap
darurat,
untuk
darurat.(4)
diperuntukkan untuk operasional gedung.
Prosedur tanggap darurat yang ada di
Penghuni atau penyewa yang ada di
gedung perkantoran X (tenant emergency
gedung
dari
procedures) tidak menjelaskan tanggung
perusahaan yang beragam mulai dari
jawab dan wewenang personil dengan
perusahaan yang bergerak di bidang
peran khusus (emergency response team)
manufaktur,
selama keadaan darurat, hal ini akan
perkantoran
X
kesehatan,
terdiri
perbankan
324
JURNAL
KESEHATAN
MASYARAKAT
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN:
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
berdampak
pada
ketidaksiapan
(e-Journal)
2356-3346)
dari
Informan utama pada penelitian ini
emergency response team di gedung
adalah pihak yang terlibat langsung dalam
perkantoran
manajemen kesiapsiagaan dan tanggap
X
dalam
menghadapi
keadaan darurat.
darurat di gedung perkantoran X yaitu
Sarana/prasarana
tanggap
darurat
seorang
General
sangat diperlukan untuk penyelamatan
Building
Manager,
penghuni bangunan dan aset gedung
Building Manager, seorang Chief Security
perkantoran.
dan seorang Chief Engineering. Informan
Adapun
prasarana
yang
dibutuhkan adalah sarana jalan keluar
triangulasi
bagi penghuni bangunan, sarana jalur
Warden
masuk
penyewa (tenant).
mobil
kebakaran/ambulan,
pemadam
lapis
Manager,
seorang
seorang
Deputy
adalah
dari
tiga
orang
perwakilan
Floor
perusahaan
perkerasan,
area berkumpul, pos komando teknis.
Sedangkan
antara
sarana
lain
hidran
yang
dibutuhkan
halaman,
hidran
gedung, air yang cukup minimal untuk
pemadaman 30 menit, APAR, sistem
HASIL DAN PEMBAHASAN
alarm, detektor, blower bertekanan untuk
Analisis
tangga darurat.
(3)
Penyusunan
Tanggap
Sarana tanggap darurat
Darurat
dan
Prosedur
Penyusunan
Rencana Simulasi Keadaan Darurat
di gedung perkantoran X belum terdapat
tandu dan kursi evakuasi, hal ini akan
Evaluasi potensi bahaya merupakan
berdampak pada keefektifan tim tanggap
langkah awal dalam mengembangkan
darurat dalam mengevakuasi penghuni
manajemen resiko K3. Evaluasi bahaya
gedung yang mempunyai keterbatasan
merupakan
upaya
fisik.
mengetahui
adanya
penulis
mengetahui
kesiapsiagaan
berkeinginan
sampai
dalam
untuk
bahaya
dalam
aktivitas organisasi.(5) Dari wawancara
Berdasarkan latar belakang tersebut
maka
sistematis
untuk
mendalam
mana
terhadap informan didapatkan hasil yaitu
menghadapi
manajemen gedung perkantoran X belum
sejauh
keadaan darurat di gedung perkantoran X.
belum
yang
mengerti
dilakukan
apa
yang
peneliti
dimaksud
dengan evaluasi potensi bahaya dan
METODE PENELITIAN
metode
Jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif
dengan
melakukan
pendekatan
risiko
observasional dan wawancara mendalam.
325
apa
yang
evaluasi
dipakai
untuk
bahaya/penilaian
JURNAL
KESEHATAN
MASYARAKAT
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN:
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Manajemen gedung perkantoran X
ditetapkan
oleh
manajemen
(e-Journal)
2356-3346)
gedung
sudah memiliki prosedur tanggap darurat
perkantoran X tidak memuat informasi
sebagai
sarana
pedoman
untuk
menghadapi
dan
peralatan
proteksi
yang
keadaan darurat. Akan tetapi terdapat
tersedia serta tugas dan tanggung jawab
pekerja dan perusahaan penyewa yang
dari organisasi tanggap darurat.
belum
mendapatkan
informasi
terkait
Tujuan dari simulasi keadaan darurat
prosedur tanggap darurat karena tidak
adalah agar tim tanggap darurat dan
mendapatkan sirkulasi email dari Deputy
semua penghuni gedung memahami dan
Building Manager.
terlatih
Prosedur tanggap darurat harus jelas
dan
ringkas
untuk
dalam
menghadapi
keadaan
darurat serta untuk memastikan semua
memudahkan
sarana/peralatan darurat selalu dalam
(4)
keadaan siap pakai dan berfungsi dengan
Berdasarkan data yang diperoleh peniliti
baik. Agar pelakasanaan simulasi darurat
didapatkan hasil yaitu prosedur tanggap
berjalan baik, perlu disiapkan skenario
darurat yang ada di gedung perkantoran X
kejadian secara rinci yang memuat siapa
(tenant emergency procedures) hanya
berbuat apa dari sistem/peralatan/sarana
tersedia dalam bahasa inggris, hal ini
yang digunakan.(3) Manajemen gedung
akan berdampak pada kesulitan yang
perkantoran X sudah membuat skenario
akan dialami oleh para penghuni dan
untuk
pengunjung yang tidak mahir berbahasa
darurat.
penggunaannya dalam situasi darurat.
menyusun
simulasi
keadaan
inggris untuk menggunakannya dalam
Analisis Dukungan Top Management
situasi darurat.
Prosedur tanngap darurat yang ideal
Keterlibatan top management secara
memuat antara lain informasi potensi
aktif akan dapat memberikan perubahan-
bahaya, informasi sarana dan peralatan
perubahan fundamental dalam perilaku
proteksi yang tersedia, organisasi tugas
menghadapi keadaan darurat bagi semua
dan
sistem
karyawan maupun penghuni bangunan
pemberitahuan dan notifikasi, memuat
gedung perkantoran. Perubahan perilaku
prosedur tindakan menghadapi keadaan
memerlukan waktu, dengan komitmen
darurat
jenisnya,
yang kuat dari top management akan
pengaturan sistem komando darurat dan
menjadi katalisator yang positif terhadap
koordinasi secara internal dan eksternal
perubahan perilaku.(3) Top management
dan lain lain.(3) Berdasarkan data yang
gedung perkantoran X belum sepenuhnya
diperoleh peneliti didapatkan hasil yaitu
berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan
prosedur tanggap darurat yang sudah
simulasi keadaan darurat.
tanggung
disesuaikan
jawabnya,
dengan
326
JURNAL
KESEHATAN
MASYARAKAT
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN:
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal)
2356-3346)
pemberitahuan tentang kondisi darurat
Analisis Organisasi Tanggap Darurat
kepada
Organisasi tanggap darurat adalah
pengelompokan
orang-orang
semua
gedung.(3)
penghuni
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti
serta
didapatkan hasil yaitu komunikasi darurat
penetapan tugas masing masing dengan
yang
tujuan terciptanya aktifitas yang berkaitan
perkantoran X ke penghuni yang berada
dengan
dengan
di dalam gedung menggunakan alarm dan
tujuan tersebut organisasi tanggap darurat
public announcement hal tersebut senada
pada
perkantoran
dengan hasil wawancara mendalam yang
sebaiknya terdiri dari unsur pengelola
dilakukan peneliti terhadap informan yaitu
(3)
pelaksanaan komunikasi internal tanggap
kedaruratan.
bangunan
bangunan
dan
Sesuai
gedung
penghuni
bangunan.
dilakukan
manajemen
gedung
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti
darurat
yang
didapatkan hasil yaitu organisasi tanggap
gedung
perkantoran
darurat belum terdiri dari unsur pengelola
menggunakan speaker yang ada di setiap
bangunan dan penghuni bangunan.
lantai.
Analisis Komunikasi Tanggap Darurat
Analisis
sarana
komunikasi
darurat
dan
panggilan
umum.
Sarana
X
manajemen
yaitu
dan
dengan
Prasarana
Tanggap Darurat
yang
diperlukan terdiri dari panggilan terbatas
(3)
dilakukan
Sarana/prasarana
darurat
sangat
Panggilan
diperlukan untuk penyelamatan penghuni
terbatas adalah panggilan yang ditujukan
bangunan dan aset gedung perkantoran.
kepada personil tanggap darurat saja,
Adapun
dengan berbagai macam mtode seperti
adalah sarana jalan keluar bagi penghuni
telepon biasa atau handy talki.
(3)
wawancara
peneliti
yang
dilakukan
Dari
prasarana
yang
dibutuhkan
bangunan, sarana jalur masuk mobil
pemadam
kebakaran/ambulan,
lapis
terhadap informan didapatkan hasil yaitu
perkerasan,
untuk
komando teknis. Sedangkan sarana yang
sarana
manajemen
panggilan
gedung
terbatas
perkantoran
X
umum
berfungsi
berkumpul,
pos
dibutuhkan antara lain hidran halaman,
menggunakan handy talki.
Panggilan
area
hidran gedung, air yang cukup minimal
untuk
untuk
pemadaman
30 menit,
APAR,
memberikan informasi darurat ke semua
sistem alarm, detektor, blower bertekanan
penghuni bangunan baik dalam gedung
untuk
maupun di luar gedung. Media yang bisa
menanggulangi
dipakai biasa menggunakan sistem alarm
diperlukan peralatan perseorangan seperti
atau tanda khusus dilanjutkan dengan
megaphone, SCBA, lampu senter, baju
327
tangga
darurat.
keadaan
darurat
Dalam
juga
JURNAL
KESEHATAN
MASYARAKAT
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN:
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
pemadam, tandu, perkakas alat bantu
Manajemen gedung perkantoran X
pemadam (kapak, linggis dll) dan kursi
evakuasi.
(e-Journal)
2356-3346)
sudah
(3)
bekerja
setempat
Organisasi harus menentukan dan
untuk
sama
dengan
menyediakan
PMI
sarana
transportasi darurat yaitu ambulan yang
menilai bagaimana situasi darurat akan
digunakan
berdampak pada semua orang di dalam
gedung yang memerlukan pertolongan ke
dan/atau di sekitar tempat kerja yang
rumah sakit.
dikendalikan
organisasi.
kebutuhan
membawa
penghuni
Pertimbangan
Analisis Pelatihan Tanggap Darurat
harus diberikan kepada mereka yang
memiliki
untuk
misalnya
Suatu organisasi/perusahaan harus
mobilitas,
memastikan bahwa setiap orang dalam
penglihatan dan pendengaran terbatas.
pengendaliannya yang melakukan tugas-
Hal ini dapat mencakup karyawan, pekerja
tugas yang mempunyai dampak pada K3
sementara,
harus kompeten sesuai dengan tingkat
orang-orang
pengunjung.
khusus
dengan
karyawan
kontrak
atau
(4)
Berdasarkan
pendidikan, pelatihan/atau pengalaman
hasil
observasi
yang
dan
menyimpan
catatan-catatannya.
dilakukan oleh peneliti sarana/prasarana
Organisasi harus membuat, menerapkan
evakuai yang ada di gedung perkantoran
dan
X belum memadai. Manajemen gedung
memastikan semua orang yang bekerja
belum menyediakan tandu dan kursi
dalam
evakuasi. Hal tersebut akan berdampak
peranan dan tanggung jawabnya dalam
pada keefektifan tim tanggap darurat
mencapai kesesuaian dengan kebijakan
gedung dalam mengevakuasi penghuni
dan
gedung
persyaratan
yang
terluka
atau
yang
mempunyai keterbatasan fisik.
memelihara
prosedur
pengendaliannya
prosedur-prosedur
sistem
untuk
peduli
akan
K3
dan
manajemen
K3,
termasuk persyaratan kesiagsiagaan dan
tanggap darurat.(4)
Analisis Transportasi Tanggap Darurat
Transportasi
yang
terkait
Manajemen gedung perkantoran X
dengan
sudah
melakukan
berbagai
macam
penanggulangan keadaan darurat adalah
pelatihan
sarana transportasi korban kecelakaan
keadaan darurat seperti pelatihan fire
untuk segera dibawa ke rumah sakit
fighting dan first aid bagi seluruh anggota
seperti kendaraan mobil ambulan dan
tim tanggap darurat. Pelatihan tersebut
kendaraan cadangan ketika dibutuhkan
diberikan berdasarkan identifikasi potensi
dalam keadaan darurat.
(3)
terkait
penanggulangan
keadaan darurat yang mungkin terjadi.
Akan tetapi pihak manajemen gedung
328
JURNAL
KESEHATAN
MASYARAKAT
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN:
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
belum
memberikan
terkait
keadaan darurat, paska kejadian darurat
penanggulangan keadaan darurat kepada
ataupun jika terjadi perubahan sistem dan
semua
struktur
floor
berdampak
pelatihan
(e-Journal)
2356-3346)
warden.
pada
penanggulangan
Hal
ini
keefektifan
keadaan
akan
dalam
darurat
yang
perkantoran.
di
ada
di
gedung
(3)
Manajemen gedung perkantoran X
gedung perkantoran X.
melakukan evaluasi prosedur tanggap
darurat setelah simulasi keadaan darurat
Analisis Simulasi Keadaan Darurat
KESIMPULAN
Keadaan darurat tidak bisa diketahui
kapan
dan
namun
yang
dimana
ada
kesiapsiagaan
keadaan
sampai
sejauh
1. Terdapat beberapa kekurangan terkait
terjadinya,
perencanaan
adalah bagaimana
dalam
darurat.
menghadapi
akan
Untuk
mana
keadaan
kesiapsiagaan
dan
menghadapi
tanggap darurat. Pertama, manajemen
mengetahui
gedung perkantoran X belum memiliki
kesiapsiagaan
program untuk identifikasi bahaya dan
darurat
penilaian
maka
risiko.
Kedua,
darurat
prosedur
diperlukan simulasi keadaan darurat yang
tanggap
yang
disesuaikan dengan kondisi nyata yang
ditetapkan oleh manajemen gedung
ada di bangunan gedung tersbut dalam
perkantoran X tidak memuat informasi
keadaan darurat. Oleh karena itu dalam
sarana dan peralatan proteksi yang
menyusun simulasi keadaan darurat perlu
tersedia
dibuat skenario keadaan darurat terlebih
tanggungjawab
dahulu.(3)
tanggap
serta
tugas
dari
darurat.
dan
organisasi
Ketiga
perusahaan penyewa
Manajemen gedung perkantoran X
sudah
terdapat
dan pekerja
sudah membuat skenario tanggap darurat
yang tidak mendapatkan informasi
sebelum melakukan simulasi keadaan
terkait
darurat
Keempat, belum ditetapkan prosedur
prosedur
tanggap
darurat.
terkait rencana pemulihan keadaan
darurat.
Analisis Evaluasi Prosedur Tanggap
2. Bentuk dukungan partisipasi aktif yang
Darurat
diberikan oleh top management belum
Tujuan dari evaluasi prosedur tanggap
darurat
adalah
untuk
optimal
mengidentifikasi
hal
ini
dikarenakan
top
kelemahan sistem tanggap darurat yang
management belum pernah mengikuti
ada guna perbaikan dalam kesiapsiagaan
kegiatan simulasi keadaan darurat
tanggap
secara langsung.
darurat.
Prosedur
tanggap
3. Organisasi tanggap darurat di gedung
darurat dapat dievaluasi setelah simulasi
perkantoran X tidak terdiri dari unsur
329
JURNAL
KESEHATAN
MASYARAKAT
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN:
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
penghuni bangunan dan pengelola
(e-Journal)
2356-3346)
7. Manajemen gedung sudah melakukan
bangunan. Penghuni gedung hanya
berbagai
dilibatkan sebagai floor warden yang
penanggulangan
berasal dari perwakilan dari setiap
seperti pelatihan fire fighting dan first
perusahaan
aid bagi seluruh anggota tim tanggap
penyewa
di
setiap
macam
lantainya. Akan tetapi rasio jumlah
darurat.
floor warden dengan jumlah penghuni
gedung
per lantaitidaksebanding.
memberikan
4. Komunikasi tanggap darurat di gedung
handy
talki
panggilan
gedung
terbatas
umum
untuk
menggunakan
tetapi
manajemen
perkantoran
8. Simulasi
menggunakan
sedangkan
Akan
darurat
X
belum
pelatihan
terkait
keadaan
darurat
kepada semua floor warden.
terbatas dan panggilan umum. Sarana
panggilan
terkait
keadaan
penanggulangan
perkantoran X terdiri dari panggilan
pelatihan
keadaan
darurat
yang
dilakukan oleh manajemen gedung
sarana
perkantoran X berdasarkan prosedur
internal
tanggap
alarm
dan
public announcement.
5. Sarana/prasarana yang belum dimiliki
darurat
terkait
evacuation.
Terdapat
kekurangan
dalam
building
beberapa
pelaksanaan
simulasi keadaan darurat yaitu tempat
oleh manajemen gedung adalah tandu
assembly
dan kursi evakuasi. Hal yang harus
menampung seluruh penghuni gedung
diperhatikan juga oleh manajemen
dan
gedung adalah akses menuju pintu
penghuni
darurat yang berada di setiap lantai
membutuhkan waktu yang lama.
sering terhalang sesuatu seperti galon
point
proses
yang
belum
rekapitulasi
yang
bisa
jumlah
dievakuasi
9. Evaluasi prosedur tanggap darurat
air atau tempat sampah.
dilakukan setelah kegiatan simulasi
6. Manajemen gedung perkantoran X
keadaan
darurat, Evaluasi prosedur
belum memiliki kendaraan cadangan
tanggap darurat dilakukan oleh pihak
jika sewaktu waktu dibutuhkan dengan
manajemen gedungdan perusahaan
segera.
penyewa.
Untuk
kendaraan
darurat
Pertimbangan
dalam
cadangan setiap perusahaan penyewa
melakukan evaluasi adalah masukan
sebenarnya bisa menggunakan mobil
dari perusahaan penyewa, evaluasi
operasional yang dimiliki oleh masing-
simulasi
masing perusahaan, akan tetapi tidak
perubahan struktur bangunan gedung.
keadaan
darurat
dan
semua perusahaan memiliki mobil
DAFTAR PUSTAKA
operasional tersebut.
1. Tarwaka. Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Manajemen Implementasi K3 di
330
JURNAL
KESEHATAN
MASYARAKAT
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN:
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Tempat
Kerja.
Surakarta. 2008
Harapan
Press.
2. Presiden Republik Indonesia. Undang
Undang Republik Indonesia No 1
Tentang Keselamatan Kerja. Jakarta.
1970
3. Direktorat Bina Kesehatan Kerja,
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Pedoman Kesiapsiagaan
Tanggap Darurat di Perkantoran.
Jakarta. 2010
4. British Standard Institution.
BS
OHSAS 18002 Occupational Health
Safety
Management
System
–
Guidelines for Implementation OHSAS
18001:2007. 2008
5. Ramli, Soehatman. Pedoman Praktis
Manajemen Risiko Dalam Perspektif
K3. Dian Rakyat. Jakarta. 2010
331
(e-Journal)
2356-3346)
Download