JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm ANALISIS MANAJEMEN PELAKSANAAN PADA KESIAPSIAGAAN DAN TANGGAP DARURAT DI GEDUNG PERKANTORAN X Maulana Said Handayana, Suroto, Bina Kurniawan Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email : [email protected] Abstract : Office building X has an area of 52 753 m2 with a height of 120 m. As a multi-storey building, of course, office building X has a wide range of risk emergencies. This study aims to analyze the management of implementation on preparedness and emergency response in the office building X. This research is a descriptive qualitative in-depth interviews. The subject of this research consists of 5 person as the main informants and 3 person as the informant triangulation. The results showed that the management of office buildings X already have policies and commitments in terms of preparedness and emergency response. This is indicated by the emergency response procedures, the top management support such as funding and systemic policy, the emergency response organizations, the emergency communications, the emergency response infrastructure, the transportation of emergency response, the emergency response training, the emergency response simulation and evaluation of emergency response procedures. But the management of office buildings X doesn’t have a program for hazard identification and risk assessment, the emergency response procedures is not contain of information about protection facilities and equipment available as well as the duties and responsibilities of emergency response organizations, there are tenants which has not obtain information related to emergency response procedures, procedure has not been set for the recovery of labor conditions or facilities that were damaged, the top management has not actively participate in simulated emergencies, emergency response organization is not consist of building occupants and building managers, unavailability of backup emergency vehicles, unavailability of stretcher and evacuation chair, assembly point which can not accommodate all the building occupants, the recapitulation process of building occupants were evacuated when simulating emergencies requires a long time. The management of office buildings X should complement existing emergency response procedures as well as reviewing other supporting facilities such as the support of top management, emergency response organizations, emergency response infrastructure, emergency response transportation and emergency response training. Key Words PENDAHULUAN : muti-storey building, preparedness and emergency response Latar Belakang 322 JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm (e-Journal) 2356-3346) Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bangunan gedung perkantoran adalah yang telah populer dengan sebutan K3, bangunan yang berfungsi sebagai tempat dewasa manusia melakukan kegiatan perkantoran. ini implementasinya telah menyebar secara luas di hampir setiap Bangunan sektor. Keselamatan dan Kesehatan Kerja selama didefinisikan dihadapkan sebagai suatu upaya gedung ini perkantoran relatif aman, dengan yang sebenarnya berbagai risiko perlindungan agar setiap tenaga kerja dan bahaya orang lain yang memasuki tempat kerja kebakaran, gempa, banjir dan lain-lain. senantiasa dalam keadaan yang sehat Potensi bahaya ini dianggap kecil oleh dan selamat serta sumber-sumber proses sebagian besar produksi dapat dijalankan secara aman, maupun penghuni efisien dan produktif. (1) keadaan darurat pemilik, seperti pengelola bangunan gedung Secara legal, perkantoran, karena kegiatannya hanya Pemerintah Indonesia telah mewajibkan perkantoran, sehingga perencanaan dan kepada untuk persiapan untuk menghadapi keadaan memenuhi aspek keselamatan kerja di darurat relatif diabaikan. Kondisi lain segala tempat kerja yang berada di adalah, jika wilayah semua penghuni setiap pengusaha kekuasaan hukum Republik Indonesia. Dasar terjadi keadaan bangunan darurat gedung perkantoran mengalami kepanikan dan pertimbangan pemenuhan tidak dapat merespon dengan cepat aspek keselamatan kerja tidak hanya karena tidak memahami apa yang harus ditujukan untuk tenaga kerja tetapi untuk dilakukan.(3) semua orang yang berada di tempat kerja, Keadaan darurat di bangunan gedung seperti yang tertuang dalam pertimbangan perkantoran dapat menyebabkan kerugian dikeluarkannya UU No. 1 Tahun 1970 materil dan korban jiwa yang sangat tentang Keselamatan Kerja, yaitu setiap besar. tenaga statistik kejadian kebakaran tahun 2004- kerja berhak mendapatkan Sebagai contoh adalah data perlindungan atas keselamatan dalam 2009, melakukan pekerjaannya, setiap orang Kebakaran lainnya yang berada di tempat kerja perlu bahwa potensi bahaya kebakaran pada terjamin pula keselamatannya dan setiap bangunan gedung umumnya dan gedung sumber perkantoran pada khususnya merupakan produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien.(2) berdasarkan ancaman DKI yang data Jakarta dari Dinas menunjukkan serius karena Salah satu upaya pemenuhan aspek menimbulkan kecelakaan dan kematian Keselamatan dan Kesehatan Kerja berada serta kerugian yang cukup besar. Dari di data tersebut terlihat bahwa frekuensi bangunan gedung perkantoran. 323 JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm (e-Journal) 2356-3346) kebakaran tahun 2004-2009 sangat tinggi sampai minyak dan gas. Dalam hal yaitu antara 103 sampai dengan 205 kali kesiapsiagaan kejadian per tahun, jumlah korban jiwa manajemen meninggal memiliki dunia antara 13 sampai dan tanggap gedung sebuah darurat perkantoran sistem X manajemen dengan 38 orang per tahun, jumlah kesiapsiagaan dan tanggap darurat yang korban luka 35 sampai dengan 85 orang harus diketahui dan dipatuhi oleh setiap per penghuni tahun dengan kerugian material dan pengunjung. Sistem antara 119 sampai dengan 226 milyar tersebut berupa prosedur tanggap darurat rupiah per tahun.(3) yang Hasil survey dilakukan pendahuluan oleh penulis, yang dinamakan tenant emergency procedures dan beberapa lampiran yang gedung menunjang. Sarana/prasarana perkantoran X berlokasi di Jalan Let Jend kesiapsiagaan dan tanggap darurat yang TB Simatupang Jakarta Selatan. Daerah ada di gedung perkantoran X terdiri dari TB Simatupang dikenal sebagai kawasan tangga darurat, sprinkler, detector, alarm, pusat bisnis potensial di Jakarta dengan APAR, hidran, area berkumpul dan crisis permintaan yang besar dari pemilik bisnis management center. dan perusahaan yang ingin memiliki Prosedur tanggap darurat harus kantor di daerah ini. Gedung perkantoran memberikan beberapa pertimbangan yaitu X termasuk gedung perkantoran eksklusif identifikasi potensi situasi darurat dan dengan beberapa fasilitas yang ada di lokasi, rincian tindakan yang akan diambil dalamnya seperti bank, atm center, food oleh personel selama keadaan darurat, court, kafe, kolam renang, gym dan area prosedur evakuasi, tanggung jawab dan parkir yang dapat menampung 800 unit wewenang personil dengan peran khusus kendaraan bermotor. Luas per lantai di selama keadaan darurat, hubungan dan gedung perkantoran X berkisar 1000 m2 komunikasi dengan 29 lantai dan ketinggian lebih dari komunikasi dengan karyawan,pemerintah 40 meter. Gedung perkantoran X memiliki dan pihak lain yang berhubungan dan 8 lift yang diperuntukkan untuk penghuni informasi dan melaksanakan pengunjung dan 2 lift yang dengan yang layanan diperlukan tanggap darurat, untuk darurat.(4) diperuntukkan untuk operasional gedung. Prosedur tanggap darurat yang ada di Penghuni atau penyewa yang ada di gedung perkantoran X (tenant emergency gedung dari procedures) tidak menjelaskan tanggung perusahaan yang beragam mulai dari jawab dan wewenang personil dengan perusahaan yang bergerak di bidang peran khusus (emergency response team) manufaktur, selama keadaan darurat, hal ini akan perkantoran X kesehatan, terdiri perbankan 324 JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm berdampak pada ketidaksiapan (e-Journal) 2356-3346) dari Informan utama pada penelitian ini emergency response team di gedung adalah pihak yang terlibat langsung dalam perkantoran manajemen kesiapsiagaan dan tanggap X dalam menghadapi keadaan darurat. darurat di gedung perkantoran X yaitu Sarana/prasarana tanggap darurat seorang General sangat diperlukan untuk penyelamatan Building Manager, penghuni bangunan dan aset gedung Building Manager, seorang Chief Security perkantoran. dan seorang Chief Engineering. Informan Adapun prasarana yang dibutuhkan adalah sarana jalan keluar triangulasi bagi penghuni bangunan, sarana jalur Warden masuk penyewa (tenant). mobil kebakaran/ambulan, pemadam lapis Manager, seorang seorang Deputy adalah dari tiga orang perwakilan Floor perusahaan perkerasan, area berkumpul, pos komando teknis. Sedangkan antara sarana lain hidran yang dibutuhkan halaman, hidran gedung, air yang cukup minimal untuk pemadaman 30 menit, APAR, sistem HASIL DAN PEMBAHASAN alarm, detektor, blower bertekanan untuk Analisis tangga darurat. (3) Penyusunan Tanggap Sarana tanggap darurat Darurat dan Prosedur Penyusunan Rencana Simulasi Keadaan Darurat di gedung perkantoran X belum terdapat tandu dan kursi evakuasi, hal ini akan Evaluasi potensi bahaya merupakan berdampak pada keefektifan tim tanggap langkah awal dalam mengembangkan darurat dalam mengevakuasi penghuni manajemen resiko K3. Evaluasi bahaya gedung yang mempunyai keterbatasan merupakan upaya fisik. mengetahui adanya penulis mengetahui kesiapsiagaan berkeinginan sampai dalam untuk bahaya dalam aktivitas organisasi.(5) Dari wawancara Berdasarkan latar belakang tersebut maka sistematis untuk mendalam mana terhadap informan didapatkan hasil yaitu menghadapi manajemen gedung perkantoran X belum sejauh keadaan darurat di gedung perkantoran X. belum yang mengerti dilakukan apa yang peneliti dimaksud dengan evaluasi potensi bahaya dan METODE PENELITIAN metode Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan melakukan pendekatan risiko observasional dan wawancara mendalam. 325 apa yang evaluasi dipakai untuk bahaya/penilaian JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm Manajemen gedung perkantoran X ditetapkan oleh manajemen (e-Journal) 2356-3346) gedung sudah memiliki prosedur tanggap darurat perkantoran X tidak memuat informasi sebagai sarana pedoman untuk menghadapi dan peralatan proteksi yang keadaan darurat. Akan tetapi terdapat tersedia serta tugas dan tanggung jawab pekerja dan perusahaan penyewa yang dari organisasi tanggap darurat. belum mendapatkan informasi terkait Tujuan dari simulasi keadaan darurat prosedur tanggap darurat karena tidak adalah agar tim tanggap darurat dan mendapatkan sirkulasi email dari Deputy semua penghuni gedung memahami dan Building Manager. terlatih Prosedur tanggap darurat harus jelas dan ringkas untuk dalam menghadapi keadaan darurat serta untuk memastikan semua memudahkan sarana/peralatan darurat selalu dalam (4) keadaan siap pakai dan berfungsi dengan Berdasarkan data yang diperoleh peniliti baik. Agar pelakasanaan simulasi darurat didapatkan hasil yaitu prosedur tanggap berjalan baik, perlu disiapkan skenario darurat yang ada di gedung perkantoran X kejadian secara rinci yang memuat siapa (tenant emergency procedures) hanya berbuat apa dari sistem/peralatan/sarana tersedia dalam bahasa inggris, hal ini yang digunakan.(3) Manajemen gedung akan berdampak pada kesulitan yang perkantoran X sudah membuat skenario akan dialami oleh para penghuni dan untuk pengunjung yang tidak mahir berbahasa darurat. penggunaannya dalam situasi darurat. menyusun simulasi keadaan inggris untuk menggunakannya dalam Analisis Dukungan Top Management situasi darurat. Prosedur tanngap darurat yang ideal Keterlibatan top management secara memuat antara lain informasi potensi aktif akan dapat memberikan perubahan- bahaya, informasi sarana dan peralatan perubahan fundamental dalam perilaku proteksi yang tersedia, organisasi tugas menghadapi keadaan darurat bagi semua dan sistem karyawan maupun penghuni bangunan pemberitahuan dan notifikasi, memuat gedung perkantoran. Perubahan perilaku prosedur tindakan menghadapi keadaan memerlukan waktu, dengan komitmen darurat jenisnya, yang kuat dari top management akan pengaturan sistem komando darurat dan menjadi katalisator yang positif terhadap koordinasi secara internal dan eksternal perubahan perilaku.(3) Top management dan lain lain.(3) Berdasarkan data yang gedung perkantoran X belum sepenuhnya diperoleh peneliti didapatkan hasil yaitu berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan prosedur tanggap darurat yang sudah simulasi keadaan darurat. tanggung disesuaikan jawabnya, dengan 326 JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm (e-Journal) 2356-3346) pemberitahuan tentang kondisi darurat Analisis Organisasi Tanggap Darurat kepada Organisasi tanggap darurat adalah pengelompokan orang-orang semua gedung.(3) penghuni Berdasarkan data yang diperoleh peneliti serta didapatkan hasil yaitu komunikasi darurat penetapan tugas masing masing dengan yang tujuan terciptanya aktifitas yang berkaitan perkantoran X ke penghuni yang berada dengan dengan di dalam gedung menggunakan alarm dan tujuan tersebut organisasi tanggap darurat public announcement hal tersebut senada pada perkantoran dengan hasil wawancara mendalam yang sebaiknya terdiri dari unsur pengelola dilakukan peneliti terhadap informan yaitu (3) pelaksanaan komunikasi internal tanggap kedaruratan. bangunan bangunan dan Sesuai gedung penghuni bangunan. dilakukan manajemen gedung Berdasarkan data yang diperoleh peneliti darurat yang didapatkan hasil yaitu organisasi tanggap gedung perkantoran darurat belum terdiri dari unsur pengelola menggunakan speaker yang ada di setiap bangunan dan penghuni bangunan. lantai. Analisis Komunikasi Tanggap Darurat Analisis sarana komunikasi darurat dan panggilan umum. Sarana X manajemen yaitu dan dengan Prasarana Tanggap Darurat yang diperlukan terdiri dari panggilan terbatas (3) dilakukan Sarana/prasarana darurat sangat Panggilan diperlukan untuk penyelamatan penghuni terbatas adalah panggilan yang ditujukan bangunan dan aset gedung perkantoran. kepada personil tanggap darurat saja, Adapun dengan berbagai macam mtode seperti adalah sarana jalan keluar bagi penghuni telepon biasa atau handy talki. (3) wawancara peneliti yang dilakukan Dari prasarana yang dibutuhkan bangunan, sarana jalur masuk mobil pemadam kebakaran/ambulan, lapis terhadap informan didapatkan hasil yaitu perkerasan, untuk komando teknis. Sedangkan sarana yang sarana manajemen panggilan gedung terbatas perkantoran X umum berfungsi berkumpul, pos dibutuhkan antara lain hidran halaman, menggunakan handy talki. Panggilan area hidran gedung, air yang cukup minimal untuk untuk pemadaman 30 menit, APAR, memberikan informasi darurat ke semua sistem alarm, detektor, blower bertekanan penghuni bangunan baik dalam gedung untuk maupun di luar gedung. Media yang bisa menanggulangi dipakai biasa menggunakan sistem alarm diperlukan peralatan perseorangan seperti atau tanda khusus dilanjutkan dengan megaphone, SCBA, lampu senter, baju 327 tangga darurat. keadaan darurat Dalam juga JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm pemadam, tandu, perkakas alat bantu Manajemen gedung perkantoran X pemadam (kapak, linggis dll) dan kursi evakuasi. (e-Journal) 2356-3346) sudah (3) bekerja setempat Organisasi harus menentukan dan untuk sama dengan menyediakan PMI sarana transportasi darurat yaitu ambulan yang menilai bagaimana situasi darurat akan digunakan berdampak pada semua orang di dalam gedung yang memerlukan pertolongan ke dan/atau di sekitar tempat kerja yang rumah sakit. dikendalikan organisasi. kebutuhan membawa penghuni Pertimbangan Analisis Pelatihan Tanggap Darurat harus diberikan kepada mereka yang memiliki untuk misalnya Suatu organisasi/perusahaan harus mobilitas, memastikan bahwa setiap orang dalam penglihatan dan pendengaran terbatas. pengendaliannya yang melakukan tugas- Hal ini dapat mencakup karyawan, pekerja tugas yang mempunyai dampak pada K3 sementara, harus kompeten sesuai dengan tingkat orang-orang pengunjung. khusus dengan karyawan kontrak atau (4) Berdasarkan pendidikan, pelatihan/atau pengalaman hasil observasi yang dan menyimpan catatan-catatannya. dilakukan oleh peneliti sarana/prasarana Organisasi harus membuat, menerapkan evakuai yang ada di gedung perkantoran dan X belum memadai. Manajemen gedung memastikan semua orang yang bekerja belum menyediakan tandu dan kursi dalam evakuasi. Hal tersebut akan berdampak peranan dan tanggung jawabnya dalam pada keefektifan tim tanggap darurat mencapai kesesuaian dengan kebijakan gedung dalam mengevakuasi penghuni dan gedung persyaratan yang terluka atau yang mempunyai keterbatasan fisik. memelihara prosedur pengendaliannya prosedur-prosedur sistem untuk peduli akan K3 dan manajemen K3, termasuk persyaratan kesiagsiagaan dan tanggap darurat.(4) Analisis Transportasi Tanggap Darurat Transportasi yang terkait Manajemen gedung perkantoran X dengan sudah melakukan berbagai macam penanggulangan keadaan darurat adalah pelatihan sarana transportasi korban kecelakaan keadaan darurat seperti pelatihan fire untuk segera dibawa ke rumah sakit fighting dan first aid bagi seluruh anggota seperti kendaraan mobil ambulan dan tim tanggap darurat. Pelatihan tersebut kendaraan cadangan ketika dibutuhkan diberikan berdasarkan identifikasi potensi dalam keadaan darurat. (3) terkait penanggulangan keadaan darurat yang mungkin terjadi. Akan tetapi pihak manajemen gedung 328 JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm belum memberikan terkait keadaan darurat, paska kejadian darurat penanggulangan keadaan darurat kepada ataupun jika terjadi perubahan sistem dan semua struktur floor berdampak pelatihan (e-Journal) 2356-3346) warden. pada penanggulangan Hal ini keefektifan keadaan akan dalam darurat yang perkantoran. di ada di gedung (3) Manajemen gedung perkantoran X gedung perkantoran X. melakukan evaluasi prosedur tanggap darurat setelah simulasi keadaan darurat Analisis Simulasi Keadaan Darurat KESIMPULAN Keadaan darurat tidak bisa diketahui kapan dan namun yang dimana ada kesiapsiagaan keadaan sampai sejauh 1. Terdapat beberapa kekurangan terkait terjadinya, perencanaan adalah bagaimana dalam darurat. menghadapi akan Untuk mana keadaan kesiapsiagaan dan menghadapi tanggap darurat. Pertama, manajemen mengetahui gedung perkantoran X belum memiliki kesiapsiagaan program untuk identifikasi bahaya dan darurat penilaian maka risiko. Kedua, darurat prosedur diperlukan simulasi keadaan darurat yang tanggap yang disesuaikan dengan kondisi nyata yang ditetapkan oleh manajemen gedung ada di bangunan gedung tersbut dalam perkantoran X tidak memuat informasi keadaan darurat. Oleh karena itu dalam sarana dan peralatan proteksi yang menyusun simulasi keadaan darurat perlu tersedia dibuat skenario keadaan darurat terlebih tanggungjawab dahulu.(3) tanggap serta tugas dari darurat. dan organisasi Ketiga perusahaan penyewa Manajemen gedung perkantoran X sudah terdapat dan pekerja sudah membuat skenario tanggap darurat yang tidak mendapatkan informasi sebelum melakukan simulasi keadaan terkait darurat Keempat, belum ditetapkan prosedur prosedur tanggap darurat. terkait rencana pemulihan keadaan darurat. Analisis Evaluasi Prosedur Tanggap 2. Bentuk dukungan partisipasi aktif yang Darurat diberikan oleh top management belum Tujuan dari evaluasi prosedur tanggap darurat adalah untuk optimal mengidentifikasi hal ini dikarenakan top kelemahan sistem tanggap darurat yang management belum pernah mengikuti ada guna perbaikan dalam kesiapsiagaan kegiatan simulasi keadaan darurat tanggap secara langsung. darurat. Prosedur tanggap 3. Organisasi tanggap darurat di gedung darurat dapat dievaluasi setelah simulasi perkantoran X tidak terdiri dari unsur 329 JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm penghuni bangunan dan pengelola (e-Journal) 2356-3346) 7. Manajemen gedung sudah melakukan bangunan. Penghuni gedung hanya berbagai dilibatkan sebagai floor warden yang penanggulangan berasal dari perwakilan dari setiap seperti pelatihan fire fighting dan first perusahaan aid bagi seluruh anggota tim tanggap penyewa di setiap macam lantainya. Akan tetapi rasio jumlah darurat. floor warden dengan jumlah penghuni gedung per lantaitidaksebanding. memberikan 4. Komunikasi tanggap darurat di gedung handy talki panggilan gedung terbatas umum untuk menggunakan tetapi manajemen perkantoran 8. Simulasi menggunakan sedangkan Akan darurat X belum pelatihan terkait keadaan darurat kepada semua floor warden. terbatas dan panggilan umum. Sarana panggilan terkait keadaan penanggulangan perkantoran X terdiri dari panggilan pelatihan keadaan darurat yang dilakukan oleh manajemen gedung sarana perkantoran X berdasarkan prosedur internal tanggap alarm dan public announcement. 5. Sarana/prasarana yang belum dimiliki darurat terkait evacuation. Terdapat kekurangan dalam building beberapa pelaksanaan simulasi keadaan darurat yaitu tempat oleh manajemen gedung adalah tandu assembly dan kursi evakuasi. Hal yang harus menampung seluruh penghuni gedung diperhatikan juga oleh manajemen dan gedung adalah akses menuju pintu penghuni darurat yang berada di setiap lantai membutuhkan waktu yang lama. sering terhalang sesuatu seperti galon point proses yang belum rekapitulasi yang bisa jumlah dievakuasi 9. Evaluasi prosedur tanggap darurat air atau tempat sampah. dilakukan setelah kegiatan simulasi 6. Manajemen gedung perkantoran X keadaan darurat, Evaluasi prosedur belum memiliki kendaraan cadangan tanggap darurat dilakukan oleh pihak jika sewaktu waktu dibutuhkan dengan manajemen gedungdan perusahaan segera. penyewa. Untuk kendaraan darurat Pertimbangan dalam cadangan setiap perusahaan penyewa melakukan evaluasi adalah masukan sebenarnya bisa menggunakan mobil dari perusahaan penyewa, evaluasi operasional yang dimiliki oleh masing- simulasi masing perusahaan, akan tetapi tidak perubahan struktur bangunan gedung. keadaan darurat dan semua perusahaan memiliki mobil DAFTAR PUSTAKA operasional tersebut. 1. Tarwaka. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen Implementasi K3 di 330 JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm Tempat Kerja. Surakarta. 2008 Harapan Press. 2. Presiden Republik Indonesia. Undang Undang Republik Indonesia No 1 Tentang Keselamatan Kerja. Jakarta. 1970 3. Direktorat Bina Kesehatan Kerja, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Kesiapsiagaan Tanggap Darurat di Perkantoran. Jakarta. 2010 4. British Standard Institution. BS OHSAS 18002 Occupational Health Safety Management System – Guidelines for Implementation OHSAS 18001:2007. 2008 5. Ramli, Soehatman. Pedoman Praktis Manajemen Risiko Dalam Perspektif K3. Dian Rakyat. Jakarta. 2010 331 (e-Journal) 2356-3346)