INFORMASI SINGKAT BENIH No. 27, Desember 2002 Gliricidia sepium (Jacq.) Steud . Taksonomi dan tatanama Famili: Fabaceae (Papilionoideae) Sinonim: Gliricidia lambii Fernald, G. maculata var. multijuga Micheli, Lonchocarpus roseus (Miller) DC., L. sepium (Jacq.) DC., Millettia luzonensis A. Gray, Robinia rosea Miller, R. sepium Jacq., R. variegata Schltdl. Nama lokal: Gamal (Indonesia), Liriksida (Jawa), Cebreng (Sunda). Jenis kerabat : Dua jenis lain dari genus ini adalah G. brennigii dan G. maculata. Hanya G. sepium yang tumbuh di luar sebaran alaminya di Amerika tropika. G. sepium dibedakan dengan dua jenis lainnya dari susunan bunga yang tegak, bunga merah muda, dan ujung helai daun meruncing. Hibrid buatan G. maculata dan G. sepium telah dilakukan, tetapi belum dipastikan hibridisasi terjadi secara alam. Hibridanya tidak potensial untuk penanaman. Penyebaran dan habitat Penyebaran alami tidak jelas karena telah dibudidayakan sejak lama, tetapi bukti kuat menunjukkan bahwa penyebarannya terbatas pada hutan musim kering gugur daun di dataran rendah pesisir Pasifik dan beberapa lembah pedalaman Amerika Tengah dan Meksiko. Tanaman ini diintroduksi berabad-abad ke luar Amerika tropika dan sekarang menyebar diseluruh daerah tropika. Sebagai tanaman eksotik, introduksi menggunakan basis genetik sempit dan ras lahan lokal hasil kawin kerabat. Jenis pioner ini segera menutup tapak terbuka sehingga digunakan untuk reklamasi padang alang-alang. Tumbuh pada berbagai habitat dan jenis tanah, mulai pasir sampai endapan alluvial di tepi danau, pada curah hujan 600-3500 mm/th dan ketinggian 0-1200 m dpl. Meskipun tumbuh baik di curah hujan tinggi, namun musim kering 8-13 minggu diperlukan untuk produksi biji. Berpotensi menjadi gulma, tetapi jarang terjadi karena selalu dipangkas sehingga tidak berbuah. Kegunaan Gliricidia merupakan jenis multiguna. Pada daerah tropika, digunakan sebagai pagar hidup. Kemampuannya bertunas setelah dipangkas cocok untuk pakan ternak, kayu bakar dan tiang. Pada kondisi di bawah optimal, produksi biomas mencapai 12 ton berat kering per hektar per tahun . Merupakan jenis pengikat nitrogen, daunnya dapat digunakan sebagai mulsa dan pupuk hijau sehingga cocok untuk agroforestry. Nama “ibu kokoa” muncul karena sering digunakan sebagai peneduh coklat, kopi dan teh. Kayunya keras dan awet, berat jenis 0,5-0,8g/cm3. Nilai kalorinya 4.900 kkal/kg. 1. Daun; 2. Cabang yang berbunga; 3.Cabang yang berbuah. (Hanum dan van der Maesen, 1997) Deskripsi botani Batang tunggal atau bercabang, jarang yang menyemak, tinggi 2-15 m. Batang tegak, diameter pangkal batang 5-30 cm, dengan atau tanpa cabang di dekat pangkal tersebut. Kulit batang coklat keabuabuan dengan alur-alur kecil pada batang yang telah tua. Daun majemuk menyirip, panjang 19-30 cm, terdiri 7-17 helai daun. Helai daun berhadapan, panjang 4-8 cm dengan ujung runcing, jarang yang bulat. Ukuran daun semakin kecil menuju ujung daun. Bunga merah muda cerah sampai kemerahan, jarang yang putih, panjang 2,5-15 cm, susunan bunga tegak. Deskripsi buah dan benih Buah : Polong panjang 10-17 cm, coklat kemerahan cerah hingga gelap, tangkai pendek, dan menyempit diantara biji. Tepi polong mengayu dan merekah ketika masak. Terdapat 3-10 biji per polong. Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan Benih: Bulat, diameter 8,5-11,5 mm, dan coklat. Jumlah benih per kg bervariasi antara 4.500 sampai 11.000 butir, umumnya sekitar 8.000 butir. Pembungaan dan pembuahan Jenis ini cenderung silang luar, meskipun perkawinan kerabat antar individu juga terjadi. Tidak toleran pada tingkat silang dalam yang tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa persentase bakal biji yang berkembang menjadi biji berhubungan dengan tingkat kekerabatan pohon induknya. Semakin dekat kekerabatan pohon induk, semakin kecil ratio biji: bakal biji. Di sebaran alaminya, perantara penyerbukan adalah lebah pencari nektar, yaitu Xylocopa fimbriata. Sedangkan di luar sebaran alaminya, pemunculan biji sedikit karena kurangnya polinator. Di daerah bermusim kering yang tegas, pohon ini menggugurkan daun, kemudian berganti daun pada musim yang sama. Pembungaan serta pembuahan terjadi ketika daun gugur. Di Amerika Tengah pembungaan terjadi bulan Desember-Maret ketika awal musim kering, dan biji masak setelah satu atau dua bulan. Pada daerah yang tidak tegas musim keringnya, pohon selalu hijau dan berbunga sporadis, dan pembentukan bijinya rendah. Mudah dibiakkan vegetatif dengan stek. Stek besar atau kecil dapat digunakan asalkan berasal dari cabang yang lurus dan sehat, bukan cabang samping. Pohon yang dibiakkan dengan cara stek mempunyai sistem perakaran yang dangkal, bercabang rendah serta kurang tahan angin kencang. Daftar pustaka Amara, D.S. and A. Y. Kamara. 1998. Growth and Yield of Gliricidia sepium (Jacq.) Walp. Provenances on an acid sandy clay loam soil in Sierra Leone. International Tree Crops Journal, vol 9, 169-178. Hanum, I.F. and L.J.G. van der Maesen. 1997. Auxiliary Plants. Plant Resources of South-East Asia, No 11. Backhuys Publishers, Leiden Iji, P.A., G. Tarawali and M. Baba. 1993. The influence of stage of development and sowing depth on seed quality and seedling emergence of Gliricidia sepium. Seed Sci. & Technol., 21, 197-202. Stewart, J.L., G.E. Allison and A. J. Simons (eds). 1996. Gliricidia sepium. Genetic resources for farmers. Oxford Forestry Institude. Pemanenan Polong umumnya dipanen sesaat sebelum pecah ketika kering, tetapi pengunduhan polong dapat pula dilakukan dua minggu sebelum polong terbuka. Polong yang masih hijau harus diperam di tempat teduh yang berventilasi baik. Penanganan dan Pemrosesan Buah dan Benih Polong yang masak dijemur sampai terbuka. Saat polong akan merekah, tempat pengeringan harus diberi jala naungan (shading net) atau dikeringkan di dalam kantong berupa jaring. Penyimpanan dan viabilitas Benih berwatak ortodoks. Pada kadar air rendah (610 %), viabilitasnya dapat dipertahankan lebih dari sepuluh tahun jika disimpan pada suhu 4OC. Pagar hidup. Cochabamba, Bolivia. Gliricidia sepium sering digunakan sebagai pagar hidup dengan mengatur penanamannya. Foto: D. Jøker, DFSC. Dormansi dan perlakuan pendahuluan Benih tidak mengalami dormansi sehingga tidak memerlukan perlakuan pendahuluan. DISIAPKAN OLEH DFSC DITERJEMAHKAN OLEH STAF IFSP Penaburan dan perkecambahan Benih langsung ditabur di kantong dan bibit akan siap tanam setelah 2-3 bulan saat mencapai tinggi 30 cm. Dapat langsung ditanam di lapangan dengan cara menabur 2-3 benih per lubang tanam sedalam 1-2 cm. Persiapan lapangan harus dilakukan sebelum penaburan, dan diikuti pemberantasan gulma sampai tanaman mapan. Penulis : Dorthe Jøker, DFSC Indonesia Forest Seed Project T. H. R. Ir. H. Juanda, Dago Pakar Bandung 40198 P.O. Box 6919 Bandung 40135 Indonesia E-mail: [email protected] Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan DAN Telepon//Faksimil: +62 22 251 5895