Sriwijaya dan Masyarakat Bhinneka USD | 16 August 2017 | 10:54 WIB Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI New Delhi, India, dan Lembaga Studi Realino bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Sanata Dharma (LPPM-USD) mengadakan ceramah umum yang bertemakan “The Roles of Sriwijaya On Developing Borderless Civilization” (Peran Sriwijaya dalam Pembangunan Peradaban Nirbatas). Selaku Ketua Panitia, A. Windarto menyampaikan bahwa ceramah umum ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan terkait kontribusi Sriwijaya dalam peradaban dan sejarah Indonesia. Singkat kata, Sriwijaya memiliki arti penting bagi model masyarakat bhinneka (plural society). Ceramah yang diselenggarakan di ruang seminar Auditorium Driyarkara pada Kamis, 3 Agustus 2017 ini menampilkan dua pembicara, yaitu Dr. Andrea Acri dan Dr. Hudaya Kandahjaya. Dengan dimoderatori oleh Prof. Dr. Iwan Pranoto selaku Atikbud KBRI New Dehli, India. Ceramah dan tanya jawab berlangsung selama dua jam, diikuti oleh kurang lebih 100 peserta. Dalam ceramahnya, Andrea Acri, seorang peneliti dari École Pratique des Hautes Études, Religious Studies Section, Paris, memaparkan tentang jejaring pengetahuan global yang telah terbentuk sejak masa kerajaan Sriwijaya sampai dengan Dinasti Syailendra dan bersifat lintas batas antara Indonesia, India, dan Cina hingga membentuk “masyarakat bhinneka” yang saling mengakui dan menghargai perbedaan kelas Sosial, Agama, dan Rasial. Acri menunjukkan bahwa sistem pendidikan yang terjadi di Nalanda (India), terjadi pula di Sriwijaya (India). Sementara itu, dalam makalahnya yang berjudul “Srivijayapura sejak Yijing hingga Atisa”, Hudaya Kandahjaya menerangkan hubungan antara Yijing dengan Atisa yang telah menjalin relasi cukup intens dengan para sarjana/intelektual Budhis di Sriwijaya hingga mewariskan beragam teks dan artefak di sana. Kandahjaya juga memaparkan soal ilmu astrologi yang digunakan Yijing dalam menggambarkan letak Sriwijaya yang kini tengah diteliti ulang untuk melengkapi data-data sejarah mengenai Sriwijaya. 1/2 Ceramah yang juga dihadiri oleh Rektor USD, Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. ini ditutup dengan pemutaran film “Belajar dari Borobudur” (Learning from Borobudur) yang diantar oleh Y. Ispurayanto Iswarahadi, S.J., selaku Direktur SAV PUSKAT, Yogyakarta. Romo Iswarahadi menerangkan bahwa dalam relief Borobudur, cerita-cerita fabel dimanfaatkan sebagai alegori (perumpamaan) dan kritik sosial terhadap kehidupan masyarakat. Sebagai penutup, menu vegetarian berupa nasi kuning dan gudangan menjadi hidangan istimewa di akhir ceramah. (LA/LSR) 2/2