1 PENDAHULUAN Perdagangan hewan hidup antar negara, antar pulau maupun antar benua sudah berlangsung sejak puluhan tahun. Perpindahan ternak dan hewan piaraan dari satu negara/daerah ke negara/daerah lain sejalan dengan perpindahan manusia. Perpindahan hewan tersebut selain memindahkan hewan, juga berpotensi menyebarkan penyakit. Perpindahan hewan dapat terjadi dari satu tempat ke tempat lain secara cepat maupun lambat tergantung sarana transportasi yang digunakan. Salah satu penyakit menular yang sangat mudah menyebar (transboundary animal diseases) adalah Avian Influenza. Peraturan pemerintah yang mengatur pengendalian penyakit AI dituangkan dalam Peraturan Dirjen Peternakan nomor: 46/PD.640/F/08.05. Peraturan tersebut menyatakan bahwa lalu lintas anak ayam umur 1 hari (DOC), anak itik umur 1 hari (DOD), telur dan pakan ternak dari daerah tertular ke daerah bebas dapat diizinkan dengan persyaratan tertentu. Peraturan ini dibuat dengan pertimbangan untuk memenuhi kebutuhan konsumen di daerah bebas penyakit AI. Sebagian besar daerah bebas tersebut tidak memiliki peternakan pembibitan karena sentra industri peternakan unggas terletak di Pulau Jawa yang merupakan daerah tertular. Beberapa ahli melihat adanya pola penyebaran AI di Indonesia berbanding lurus dengan pola penyebaran dan perdagangan DOC. Anak ayam (DOC) komersial tidak lazim terinfeksi virus H5N1 saat menetas. Telur yang telah terinfeksi secara vertikal dari induknya memiliki daya tetas rendah. Anak ayam (DOC) dapat tertular virus AI akibat terkontaminasi dari alat angkut (FAO (2008). Wibawan (2006) menyatakan kondisi virus AI saat ini sudah berbentuk infeksi subklinik, yang berarti bahwa hewan terinfeksi namun tidak menunjukkan gejala klinis sakit. Adanya penyakit yang tidak terdeteksi dengan tepat menyebabkan meluasnya penyakit di lapangan. Penyebaran penyakit AI sampai saat ini akibat perpindahan unggas dewasa. Virus Avian Influenza dapat menyebar bersama perpindahan DOC. Peran DOC sebagai media penyebar virus AI belum banyak diteliti dan diketahui oleh para ahli. Karantina Hewan merupakan instansi yang bertugas mencegah masuk 2 dan menyebarnya penyakit hewan ke Wilayah Indonesia melalui tindakan pengawasan lalu lintas hewan dan produk hewan. Salah satu penjabaran tugas karantina sebagai instansi pencegah masuk dan menyebarnya penyakit hewan ke Wilayah Indonesia adalah melalui kaji tindak deteksi dan diagnosa penyakit. Diagnosa penyakit secara laboratorium menjadi dasar ilmiah dalam tindakan karantina dan kebijakan lalu lintas hewan. Penelitian untuk mendeteksi adanya penyakit AI subklinis pada DOC sangat penting dengan pengambilan sampel yang benar sesuai dengan kaidah-kaidah virologi dan epidemiologi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi dan mengisolasi adanya infeksi virus AI pada DOC yang berpotensi menyebarkan virus dari satu daerah/negara ke daerah/negara yang lain. Deteksi keberadaan virus AI dilakukan dengan reverse transcriptase-polymerase chains reaction (RT-PCR). Anak ayam umur sehari (DOC) yang dilalulintaskan melalui Bandara Soekarno Hatta diambil sampel organ dan serumnya. Sampel serum diuji keberadaan antibodinya dengan uji penghambatan haemaglutinasi. Sampel organ (paru-paru dan trakhea) di kumpulkan (pooling) dalam satu kelompok pengiriman berdasarkan perusahaan produsen DOC. Pengujian untuk pooling sampel organ paru-paru dan trakhea digunakan primer matrik: F-matrik-AI; R-matrik-AI dan H5: F-H5-AI; R-H5-AI (Lee et.al 2001). Berdasarkan hasil pengujian RT-PCR, kemudian dilakukan konfirmasi terhadap sampel yang menunjukan hasil uji negatif untuk menyatakan bahwa hewan yang diperiksa benar-benar negatif. Konfirmasi dilakukan secara individu dari masing masing sampel kuning telur. Pengujian dilakukan dengan 3 jenis primer matrik yaitu: F-Matrik-AI; R-Matrik-AI (Lee et al. 2001), M-Flu 1; M-Flu 2 (Trani et al. 2006) dan FAI; RAI (Lee & Suarez 2004) dilanjutkan dengan 2 jenis primer H5 yaitu: FH5; RH5 (Lee & Suarez 2004) dan HA-1444; H5-1735R (WHO 2002). Sampel dengan hasil uji RT-PCR positif dilakukan penelusuran pada kuning telur secara individu menggunakan primer matrik: FAI; RAI dan H5: FH5; RH5 (Lee & Suarez 2004). Penelusuran dilakukan untuk mengetahui sumber penularan virus AI pada DOC. Berdasarkan hasil uji penelusuran, sampel yang menunjukan hasil positif selanjutnya dilakukan isolasi virus pada telur ayam berembrio.