TINJAUAN PUSTAKA Hutan Kemenyan (Styrax spp) Menurut (Jayusman, 2014) klasifikasi tanaman kemenyan(Styrax spp) dalam sistematika tumbuhan dapat disusun sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Ebenales Family : Styraceae Genus : Styrax Kemenyan termasuk pohon besar, tinggi dapat mencapai 20 – 40m dan diameter batang mencapai 60 – 100 cm. Batang lurus dengan percabangan sedikit.Kulit beralur tidak terlalu dalam (3-7 mm) dengan warna kulit merah anggur.Kemenyan berdaun tunggal dan tersusun secara spiral.Daun berbentuk oval bulat, bulat memanjang (ellips) dengan dasar daun bulat dengan ujung runcing.Sebelah atas daun berwarna hijau dan sebelah bawah berwarna kekuning-kuningan dengan pinggiran daun rata.Syarat tumbuh tanaman kemenyan tidak memerlukan persyaratan yang khusus terhadap jenis tanah.Dapat tumbuh pada tanah podsolik, andosol, latosol, regosol, dan berbagai asosiasi lainnya mulai dari tanah yang bertekstur berat sampai ringan dan tanah yang kurang subur.Jenis tanaman ini tumbuh pada tanah yang berporositas tinggi sehingga mudah meresapkan air(Jayusman, 2014). 4 Universitas Sumatera Utara BPS Provinsi Sumatera Utara (2015) menunjukkan bahwa Tapanuli Utara memiliki luas kebun Kemenyan seluas 16.212Ha dengan produksi total mencapai 3.800 ton/tahun. Kebun Kemenyan terluas terletak di Kabupaten Tapanuli Utara(16.212 Ha) dan Kabupaten Humbang Hasundutan (4.890 Ha).Pengusahaan kebun Kemenyan tersebut sedikitnya telah melibatkan 60.209 KK (214.000 jiwa) dari jumlah penduduk Tapanuli Utara 705.432 jiwa. Mikroorganisme Tanah Tanah merupakan campuran bahan organik yang tersusun atas 45% senyawa anorganik, 25% air, 25% udara, dan 5 % bahan organik. Senyawa organik merupakan akumulasi sisa-sisa tanaman yang sebagian telah diuraikan (humus), dan bahan organik ini sebagian besar tersusun oleh mikroba: (misal clostridium, rhizobium), jamur, mikroalga (alga biru, alga hijau, diatom), dan protozoa (amoeba, flagellata, ciliata). Umumnya mikroba tanah lebih banyak terdapat dipermukaan tanah dan makin masuk ke dalam tanah makin berkurang.Susunan mikroba tanah sebagian besar tersusun oleh bakteri dan jamur, baru mikroalga.Rata-rata bakteri tanah yang didapatkan adalah 320.000-500.000 sel bakteri/gram tanah pasir, 360.000-600.000 sel bakteri/gram tanah lempung, dan 2.000.000-200.000.000 sel bakteri/gram tanah subur yang mengandung banyak senyawa organik (Waluyo, 2007). Di dalam tanah, keberadaan mikroba sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik, kimia, dan biologi tanah. Ungkapan Beijerinck (The father of microbial ecology) “Everything is everywhere and the milieu selects” menjelaskanbesarnya peran faktor lingkungan dalam seleksi mikroba; lingkunganlahyang memilih, jenis mikroba mana saja yang dapat hidup dan berkembangbiakdalam suatu ekosistem tanah 5 Universitas Sumatera Utara tertentu. Perbedaan berbagai atributmikroba pada berbagai kondisi tanah disebabkan antara lain olehperbedaan jenis dan kandungan bahan organik, kadar air, jenispenggunaan tanah dan cara pengelolaannya. Dengan memperhatikankeberagaman ini, teknik pengambilan contoh tanah yang tepat perludipahami agar waktu, tenaga, dan biaya yang dicurahkan untukpengambilan contoh tanah menjadi lebih efisien. Jumlah contoh yang terlalubanyak merupakan pemborosan, namun apabila jumlah contoh terlalusedikit interpretasi data bisa keliru sehingga informasi yang diperoleh bisa menjadi kurang bermanfaat (Husein, 2007). Komposisi Mikroorganisme 1. Bakteri Bakteri merupakan kelompok mikroorganisme dalam tanah yang paling dominan dan mungkin meliputi separuh dari biomassa mikroba dalam tanah. Bakteri terdapat dalam segala macam tipe tanah tetapi populasinya menurun dengan bertambahnya kedalam tanah. Dalam kondisi anaerob (tidak ada oksigen) bakteri mendominasi tempat dan melaksanakan kegiatan mikrobiologi dalam tanah karena jamur dan actinomycetestidak dapat tumbuh baik tanpa adanya oksigen (Rao, 1994) Bakteri merupakan organisme yang paling besar jumlahnya di dalam tanah, sehingga dalam satu gram saja dapat ditemukan kurang lebih 10 9 bakteri. Dalam keadaan menguntungkan, bakteri dapat berkembang dengan cepat, tetapi keadaan ini tidak dapat bertahan lama sebab lama kelamaan nutrisi yang ada disekitarnya juga berkurang jumlahnya padahal barang-barang atau bahan-bahan tersebut sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangannya (Yulipriyanto, 2010 6 Universitas Sumatera Utara 2. Fungi Fungi menghasilkan miselium ekstensif dan spora-spora dalam tanah dan dalam kompos.Perkembangannya dapat secara generatif yaitu terjadi peleburan benang hipa yang berbeda muatan, dan secara vegetatif dengan pembentukan spora dan tunas.Hidup pada tempat yang lembab, air sangat dibutuhkannya untuk melarutkan bahan organik dan sebagai alat pengangkut makanan serta membantu difusi oksigen. Fungi dalam hubungannya dengan bentuk kehidupan yang berderajat lebih tinggi ternyata sangat besar (Mulyani, 1991) Fungi merupakan organisme mikro tanah yang berupa filamen atau hifa. Karena banyaknya spesies dan genus dari fungi, maka sampai sekarang belum dapat diketahui jumlah genusnya. Namun demikian keanekaragaman spesies fungi yang berfilamen tidak diasingkan lagi. Walaupun hifa fungi berkembang agak lambat, sehingga organisme-organisme menyerupai aktinomisetes yang tak begitu aktif menjadi pesaing terhadap substrat-substrat yang cocok, hifa spesies lain cepat berkembang. Fungi teristimewa aktif dalam menggunakan dua jenis polisakarida yaitu cellulosa dan hemicellulosa, dan mereka organisme-organisme yang banyak menggunakan lignin secara aerob (Yulipriyanto, 2010). 3. Mikroba Perombak Selulosa Mikroba perombak bahan organik atau biodekomposer adalah mikroorganisme pengurai serat, lignin, dan senyawa organik yang mengandung nitrogen dan karbon dari bahan organik (sisa-sisa organi dari jaringan tumbuhan atau hewan yang telah mati). Mikroba perombak bahan organik terdiri atas Trichoderma reesei, T. harzinum, T. koningii, Phanerochaeta crysosporium, Cellulomonas, Pseudomonas, Thermospora, Aspergillus niger, A. terreus, Penicillium dan 7 Universitas Sumatera Utara Streptomyces. Fungi perombak bahan organik umumnya mempunyai kemampuan lebih baik dibandingkan bakteri dalam mengurai sisa-sisa tanaman (hemiselulosa, selulosa dan lignin). Memegang peranan penting karena sisa organik yang telah mati diurai menjadi unsur-unsur yang dukembalikan kedalam tanah dalam bentuk hara mineral N, P, K, Ca, Mg, dan atau dalam bentuk gas yang dilepas ke atmosfer berupa CH atau CO, dengan demikian terjadi siklus hara yang berjalan secara alamiah dan proses kehidupan dimuka bumi dapat berlangsung secara berkelanjutan (Rohmawati, 2013) Keragaman fungsional dan aktivitas organisme tanah sangat dipengaruhi oleh faktor biotik danabiotik setempat.Faktor biotik meliputi kondisi vegetasi, sedangkan faktor abiotik meliputi kondisi iklimdan kondisi tanah (BIS, 2010).Breure (2004) menyatakan bahwa pola penggunaan lahan merupakanbentuk interfensi manusia terhadap keragaman fungsional dalam tanah. 4. Mikroba Perombak Lignin Lignin merupakan bagian dari tumbuhan yang berperan dalam proses pertumbuhan tanaman. Lignin adalah salah satu zat komponen penyusun tumbuhan, komposisi bahan penyusun ini berbeda-beda tergantung jenisnya. Lignin terakumulasi pada batang tumbuhan berbentuk pohon dan semak, lignin berfungsi sebagai bahan pengikat komponen penyusun lainnya, sehingga suatu pohon bisa berdiri tegak. Sisa tanaman yang jatuh ke tanah kemudian didegradasi oleh mikroba yang berperan dalam menguraikan lignin sehingga sisa tanaman diubah menjadi bahan organik yang bermanfaat bagi tanaman(Tillman dkk, 1989). Kulit kayu, biji, serat kasar, batang dan daunmengandung lignin yang berupa substansi kompleks oleh adanya lignin danpolisakarida yang lain. Kadar lignin 8 Universitas Sumatera Utara akan bertambah dengan bertambahnyaumur tanaman. Tanaman pakanmengandung selulosa 20-30%,hemisellulosa 14-20% dan pektin kurang dari 10% serta lignin 2-12% (Young,1986). Faktor Yang Mempengaruhi Keragaman Mikroorganisme Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi keragaman organisme tanah seperti: 1. Kondisi Iklim Faktor iklim terutama suhu dan kelembaban tanah (dipengaruhi oleh curah hujan) sangatmenentukan keragaman fungsional organisme tanah. Secara keseluruhan iklim akan mempengaruhifisiologi organisme tanah, misalnya aktivitas dan pertumbuhan mereka akan meningkat ketika suhu dankelembaban tanah meningkat Karena kondisi iklim di muka bumi berbeda pada daerah yangmemiliki perbedaan letak lintang atau pada daerah lintang yang sama tetapi pada musim yang berbedamaka akan memiliki keragaman fungsional yang berbeda pula. Sehingga keragaman fungsional berbedamenurut tempat (spasial) dan waktu (temporal)(BIS, 2010). 2. Kondisi Tanah Keberadaan mikroba di dalam tanah terutama dipengaruhi oleh sifat kimia dan fisika tanah. Komponen penyusun tanah yang terdiri atas pasir, debu, liat dan bahan organik maupun bahan penyemen lain akan membentuk struktur tanah. Struktur tanah akan menentukan keberadaan oksigen dan lengas dalam tanah. Dalam hal ini akan terbentuk lingkungan mikro dalam suatu struktur tanah. Mikroba akan membentuk mikrokoloni dalam struktur tanah tersebut, dengan tempat pertumbuhan yang sesuai dengan sifat mikroba dan lingkungan yang 9 Universitas Sumatera Utara diperlukan. Dalam suatu struktur tanah dapat dijumpai berbagai mikrokoloni seperti mikroba heterotrof pengguna bahan organik maupun bakteri autotrof dan bakteri aerob maupun anaerob. Untuk kehidupannya, setiap jenis mikroba mempunyai kemampuan untuk merubah satu senyawa menjadi senyawa lain dalam rangka mendapatkan energi dan nutrien. Dengan demikian adanya mikroba dalam tanah menyebabkan terjadinya daur unsur-unsur seperti karbon, nitrogen, fosfor dan unsur lain di alam (Soemarno, 2010). 3. Kondisi Vegetasi dan Populasi Organisme Tanah Organisme tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan organisme lain yang hidup di atastanah dan sebaliknya. Tanaman dapat mempengaruhi secara kuat aktivitas dan komposisi komunitas mikroorganisme rizosfir.Sebaliknya, pertumbuhan tanaman dapatdibatasi atau dipacu oleh keberadaan mikroorganisme tanah.Tumbuhan menentukan komposisi,kemelimpahan dan aktivitas pengendali biologi dan perekayasa ekosistem, sedangkan keragaman fungsional menentukan produktivitas dan komposisivegetasi di atasnya(Widyati, 2013). 4. Penggunaan Lahan Lahan yang menjadi padang rumput memiliki keragaman fungsional yang paling tinggi. Hal inikarena padang rumput yang didominasi oleh tumbuhan berdaur pendek dengan jarak tumbuh yang rapatterjadinya pengembalian bahan organik ke dalam tanah melalui produksi eksudar akar dan tumbuhanyang mati berlangsung secara cepat. Pada ekosistem hutan yang klimaks keragaman fungsional lebihrendah karena cahaya matahari tidak dapat menembus lantai hutan yang rapat.Pada lahan pertanian danhutan tanaman keragaman fungsional juga rendah karena keragaman vegetasinya sangat rendah(monokultur). Disamping itu, 10 Universitas Sumatera Utara pengelolaan yang dilakukan secara intensifikasi dengan melaluipemupukan, aplikasi pestisida dan pengolahan lahan dengan alat berat dapat mengganggu keragamanfungsional dalam tanah (Widyati, 2013). Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba Pertumbuhan mikroorganisme dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tersedianya Nutrien, air dan pH tanah (Waluyo, 2007). 1. Nutrien Jasad renik heterotrof membutuhkan nutrien untuk kehidupan pertumbuhannya yakni, sebagai: (1) sumber karbon, (2) sumber nitrogen, (3) sumber energi, (4) dan faktor pertumbuhan, yakni mineral dan vitamin. Escherichia coli, Enterobacter aerogenes, khamir, dan kapang dapt tumbuh dengan baik pada medium yang hanya mengandung glukosa sebagai sumber nutrien organik. 2. Tersedianya air Sel jasad renik memerlukan air untuk hidup dan berkembang biak. Pertumbuhan jasad renik di dalam suatu bahan sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang tersedia. Tidak semua air ayng tersedia dapat digunakan oleh jasad renik. 3. Nilai pH Nilai pH medium sangat berpengaruh pada jenis mikroba yang tumbuh. Jasad renik pada umumnya dapat tumbuh pada kisaran pH 3-6. Kebanyakan bakteri mempunyai pH optimum, yakni pH dimana pertumbuhan optimum sekitar pH 6,57,5. Pada pH dibawah 5,0 dan diatas 8.5 bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik, kecuali bakteri asam asetat dan bakteri yang mengoksidasi sulfur. Sebaliknya, khamir menyukai pH 4-5 dan dapat tumbuh pada kisaran pH 2,5-8,5. Oleh karena itu , khamir tumbuh pada pH rendah dimana pertumbuhan bakteri terhambat. 11 Universitas Sumatera Utara Kapang mempunyai pH optimum 5,7 tetapi seperti halnya khamir kapang amsih dapat hidup pada pH 3,0-8,5 (Waluyo, 2007). 12 Universitas Sumatera Utara