GUGATAN TERHADAP PENYELESAIAN HUTANG NASABAH YANG DILAKUKAN OLEH BUPLN DALAM PERSOALAN KREDIT MACET BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1748 K/Pdt/1999 ABSTRAK Dalam perkara Nomor 1748 K/Pdt/1999 ini, BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) selaku pihak kreditur memberikan kredit kepada nasabahnya (debitur) yang dijamin dalam Sertifikat Hak Tanggungan. Di lain waktu kredit tersebut kemudian macet, dikarenakan nasabah pada hari jatuh tempo tidak dapat melunasi hutangnya. Dalam penyelesaian kredit macet ini BRI menyerahkan wewenang penyelesaiannya kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN). Masalah terjadi ketika nasabah menolak tindakan BUPLN yang akan melakukan eksekusi, dengan alasan bahwa belum adanya “Surat Pernyataan Bersama” tentang jumlah hutang yang disepakati kedua belah pihak. Untuk itu nasabah (debitur) mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri, dengan menyatakan bahwa perbuatan BUPLN tersebut adalah “Perbuatan Melawan Hukum” dan juga sebagai “Perbuatan Melanggar Hukum oleh Penguasa”dengan segala akibat hukumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui masalah-masalah yang muncul dalam gugatan terhadap penyelesaian hutang nasabah yang dilakukan oleh BUPLN dalam persoalan kredit macet, mengetahui bagaimanakah pertimbangan hukum Mahkamah Agung Nomor 1748 K/Pdt/1999 dalam penyelesaian kasus kredit macet, serta untuk mengetahui apakah tindakan penyelesaian kredit macet yang dilakukan oleh BUPLN telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif. Spesifikasi penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif analitis, yaitu menganalisis ketentuan-ketentuan yang berhubungan erat dengan masalah aspek hukum perbankan khususnya mengenai kredit dan aspek hukum acara perdata. Berdasarkan hasil penelitian penulis diperoleh kesimpulan bahwa berdasarkan pada Pasal 12 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 49 Tahun 1960 Jo S.K.Menteri Keuangan No.293/KMK.09/1993, BUPLN mempunyai wewenang untuk menangani penyelesaian kredit macet. Dari adanya “Surat Pernyataan Bersama” antara pihak nasabah dengan BUPLN yang memuat jumlah hutang yang telah disepakati, BUPLN mempunyai kewenangan hak parate eksekusi, sehingga BUPLN berhak untuk melaksanakan eksekusi sendiri di luar campur tangan pengadilan. Dalam kasus ini, tindakan penyerahan penyelesaian kredit macet yang dilakukan oleh pihak Bank BRI kepada BUPLN adalah sah dan bukan merupakan “Perbuatan Melawan Hukum”. Serta tindakan penyelesaian kredit macet yang dilakukan pihak BUPLN adalah sah menurut hukum dan bukan merupakan “Perbuatan Melawan Hukum Oleh Penguasa”. Hal ini mengacu juga pada Pasal 12 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 49 Tahun 1960 Jo S.K.Menteri Keuangan No.293/KMK.09/1993. Oleh karena itu Putusan Hakim yang terdapat dalam Putusan MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1748 K/Pdt/1999 telah benar dalam melaksanakan hukumnya. Karena unsur-unsur perbuatan melawan hukum dalam perkara tersebut tidak terbukti. iv