BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Standar Perdagangan Pisang Sesuai dengan Codex Sta 205 – 1997 standar mutu pisang yang diinginkan pasar dunia adalah sebagai berikut : - Utuh dengan mengacu pada kondisi buah. - Buah padat / keras. - Tampak baik : produk yang tidak layak dikonsumsi disingkirkan. - Bersih, bebas dari benda asing. - Bebas dari cacat karena benturan. - Bebas dari hama yang mempengaruhi penampilan produk. - Bebas dari kerusakan yang ditimbulkan hama. - Putik sudah dibuang. - Bebas dari bentuk tidak normal. - Bebas dari kelembaban eksternal yang abnormal, kecuali pengembunan pada saat dikeluarkan dari cold storage dan pada kondisi pengepakan. - Bebas dari bau dan rasa asing. - Porsi yang wajar dari mahkota dan pewarnaan yang normal, sehat dan bebas dari kontaminasi jamur. - Mahkota dipotong, bukan dipatahkan. Sesuai dengan standar perdagangan pisang, maka produk pisang segar dibagi menjadi 3 (tiga) kelas yaitu : 1. Kelas Ekstra Pisang yang masuk kedalam kelas ini harus mempunyai kualitas super. Penampilan luar harus berkarakter sesuai dengan varietas dan atau tipe komersial. Buah tidak cacat, cacat sedikit diijinkan selama tidak mempengaruhi penampilan, kualitas, penanganan mutu dan penampilan kemasan. 2. Kelas I Pisang dalam kelas ini harus mempunyai kualitas baik dan berkarakter sesuai dengan varietas komersial. Cacat ringan masih diperbolehkan sepanjang tidak mempengaruhi penampilan secara umum, kualitas, penanganan mutu dan penampilan kemasan. Beberapa cacat yang dapat ditoleransi : - Sedikit cacat pada bentuk dan warna. - Sedikit cacat karena gesekan atau kerusakan pada permukaan yang tidak melebihi 2 cm2. 3. Kelas II Pisang dalam kelas ini tidak termasuk kualifikasi kelas ekspor dan kelas I, tapi memenuhi persyaratan minimal. Beberapa cacat diperbolehkan, namun pisang tetap memiliki karakteristik utama. - Cacat dalam bentuk dan warna, namun tetap mempunyai karakteristik dari buah pisang. - Kerusakan kulit karena proses pembersihan tidak lebih dari 4 cm² dari total permukaan. Penetapan Ukuran Penetapan ukuran dengan panjang minimal 14 cm dengan diameter buah 2,7 cm dilakukan terhadap : - Sisir, merupakan buah bagian tengah dari baris terluar. - Pada cluster, buah yang terdekat dengan potongan sisiran dari buah terluar. Penetapan toleransi mutu - Kelas ekstra. 5% dari jumlah / berat tidak memenuhi syarat, tetapi memenuhi syarat kelas I. - Kelas I 10% dari jumlah / berat tidak memenuhi syarat, tetapi memenuhi syarat kelas II. - Kelas II 10% dari jumlah / berat buah tidak memenuhi syarat minimal yang ditetapkan, sepanjang tidak ada kerusakan karena proses pembusukan, tidak sempurna atau kelainan lain yang mempengaruhi kualitas untuk dikonsumsi. Penetapan toleransi ukuran Untuk semua kelas, 10% dari jumlah / berat yang tidak memenuhi syarat ukuran tetapi tetap memenuhi persyaratan minimal. Sedangkan standar mutu pisang menurut Standar Nasional Indonesia antara lain adalah untuk pisang Barangan segar, Ambon Kuning Segar dan Kepok Kuning sebagai berikut : a. Pisang Barangan Segar (SNI 01-6153-1999). Tabel 2.1. Klasifikasi/Pengolongan Ukuran Pisang Barangan Segar. Spesifikasi Persyaratan Jumlah buah/sisir Panjang buah terpendek dalam sisir Diameter penampang buah Satuan Buah Persyaratan Spesifikasi Besar Sedang Kecil > 16 14 - 15 < 14 cm > 15 10 - 15 < 10 cm > 2,5 - 4 > 2 – 2,5 2 - <2,5 Tabel 2.2. Syarat Mutu Pisang Barangan Segar Karakteristik Satuan a. Keseragaman kultivar b. Keseragaman ukuran c. Ketuaan buah % % % d. Tingkat kematangan e. Tingkat kerusakan fisik/mekanis f. Kadar kotoran g. Kemulusan kulit h. Tingkat kesegaran % % % % Mutu I Mutu II > 97 > 95 Tua (85 – 90) #3 > 95 > 90 - 95 Tua (85 – 90) #5 #3 > 97 > 97 # 5 > 95 > 95 Mutu III > 90 > 85 - 90 Cukup tua ( < 85) > 5 - 10 > 5 - 10 > 90 > 90 b. Pisang Ambon Kuning Segar (SNI 01-4229-1996). Tabel 2.3. Klasifikasi/Penggolongan Ukuran Pisang Ambon Kuning Segar Persyaratan Spesifikasi Satuan Kelas A Kelas C Kelas B Panjang jari Cm 18,1 – 20,0 16,1 – 18,0 14,1 – 16,0 Berat Sisi Kg > 3,0 2,5 – 3,0 < 2,5 Diameter Pisang Cm > 2,5 > 2,5 < 2,5 Tabel 2.4. Syarat Mutu Pisang Ambon Kuning Segar Karakteristik Persyaratan Satuan Mutu I Mutu II a. Tingkat ketuaan buah b. Keseragaman kultivar c. Keseragaman Ukuran % 70 - 80 < 70 dan > 80 - Seragam Seragam - Seragam Seragam d. Kadar kotoran. % (bobot/bobot) 0 0 % (bobot/bobot) maks 0 0 f. Kemulusan kulit - Mulus Kurang mulus g. Serangga - Bebas Bebas d. Tingkat kerusakan fisik/mekanik c. Pisang Kepok Kuning (SNI 01-4481-1998). Tabel 2.5. Klasifikasi/Pengolongan Ukuran Pisang kapok Kuning Spesifikasi Berat persisir Buah : Berat Panjang Lingkaran Kulit : Warna Kg Kelas A >3 Persyaratan B 2,5 - 3 C < 2,5 Gram Cm Cm 70 – 240 13 - 16 11 – 15 130-200 13 - 16 10 - 14 90-160 13 - 16 8 - 12 Kuning merata halus tidak ber noda kuning merata halus tidak ber noda Satuan Permukaan Kuning merata Halus tidak ber noda Tabel 2.6. Syarat Mutu Pisang Kepok Kuning Segar. No Spesifikasi 1. Keseragaman kultivar 2. Tingkat ketuaan Bentuk Keseragaman ukuran Kadar kotoran Tingkat kerusakan fisik/mekanik Tingkat kesegaran 3. 4. 5. 6. 7. Satu an % Persyaratan Mutu I Mutu II 98 seragam 95 seragam % > 80 < 70 dan >80 % > 90 seragam > 90 seragam 0 75 - < 90 seragam 75 - < 90 seragam 5 % 0 5 % 95 90 2.2 Supply Chain Management Manajemen rantai pasokan adalah sebuah perbincangan yang hangat dalam dunia bisnis balakangan ini. Idenya adalah menggunakan pendekatan seluruh sistem dalam menangani seluruh aliran informasi, material, dan layanan dari pemasok material pasar yang pada akhirnya sampai ke konsumen. Istilah rantai pasokan berasal dari sebuah gambaran mengenai bagaimana organisasi-organisasi terhubung satu sama lain. Perhatikan hubungan antara pemasok yang menyediakan input, operasi-operasi pendukung barang dan jasa yang mengubah input menjadi produk dan jasa, juga penyedia distribusi dan layanan lokal yang melokalisasi produk tersebut. Lokalisasi dapat hanya melibatkan pengiriman produk saja atau beberapa proses yang lebih terlibat yang menangani barang atau jasa tersebut berdasarkan kebutuhan pasar. Dengan mengunakan manajemen rantai pasokan banyak perusahaan mendapatkan banyak keuntungan kompetitif melalui cara mereka merancang dan menangani operasioperasi rantai pasokannya, harus diingat bahwa desain rantai pasokan yang baik sangat dipengaruhi oleh karakteristik usaha yang dijalankan. 2.2.1 Pengertian Supply Chain Management (SCM) Menejemen rantai pasokan adalah model integrasi dari berbagai proses usaha dari pengguna akhir melalui pemasok asal yang menyediakan produk, jasa, dan informasi yang menambah nilai bagi konsumen. (D. Chish and Yacobs, 2004, p ), sehingga secara umum pengertian Supply Chain Management menurut David Sumchi Levi et al, Indrajit dan Djokopranoto (2002) adalah “Supply Chain Management is a set of approaches utilized to efficiently integrated suppliers, manufacturers, warehouse, and stores, so that merchandise is produced and distributed at the right quantities, to the right locations, at the rigt time, in order to minimize systemwide costs while satisfying service level requirement”. Sedangkan Kotler (2003, p 412) mengatakan bahwa Supply Chain Management adalah pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah, mentransformasikan bahan mentah tersebut dan mengirimkan produk tersebut ke konsumen melalui sistem distribusi. Untuk penelitian ini pengertian yang digunakan untuk pengertian Supply Chain Management (SCM) pada komoditas pisang adalah menurut Kotler karena mendekati karakteristik dari penelitian ini yaitu pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah (proses produksi), mentransformasikan bahan mentah tersebut (penanganan panen dan pascapanen) dan mengirimkan produk tersebut (pencari, pengumpul, dan pengecer) ke konsumen melalui sistem distribusi. 2.2.2 Tujuan SCM Sedangkan tujuan dari SCM adalah upaya untuk memaksimalkan nilai yang dihasillkan secara keseluruhan (Chopra, 2001, p5) dengan mensinergikan / menyelaraskan unsur yang terlibat dalam proses distribusi produk seperti suppliers, manufacturer, warehouse, distribution, retail outlets, and customer. 2.2.3 Proses SCM Proses SCM pada komoditas pisang adalah sebagai berikut : Rantai 1 : Petani. Petani merupakan produsen yang menghasilkan pisang segar yang berasal dari proses budidaya/usahatani pisang. Kondisi produk tergantung pada pola dan teknologi budidaya yang diterapkan. Aktivitas usahatani pisang antara lain adalah pemilihan varietas pisang, penyiapan lahan, penyiapan benih, penanaman, pemeliharaan dan perawatan, serta perlakuan panen. Pencari Petani Pedagang Pengumpul Desa Pedagang Pengumpul Kab/Besar Pedagang antar Provinsi/ Regional Pasar Induk (Wholesaler) Konsumen Pengecer Processing Gambar 2.1. Proses SCM pada Komoditas Pisang Rantai 2 : Pencari. Pencari merupakan mata rantai kedua yang dapat ditemui di sentra-sentra produksi, karena kondisi kebun-kebun petani terpencar-pencar dengan luasan yang kecil, maka untuk mengangkut hasil produksi (pisang) biasanya dibutuhkan tenaga pencari. Aktivitas pencari biasanya berdasarkan permintaan dari pedagang pengumpul desa atau kabupaten untuk mencari dan mengumpulkan tandan pisang dan mengantarkannya ke tepi jalan atau ke pasar desa. Rantai 3 : Pedagang Pengumpul Desa. Pedagang pengumpul desa merupakan mata rantai ketiga dari SCM komoditas pisang. Peran dari pengumpul desa adalah mengumpulkan hasil produksi dari petani dalam area produksi yang tersebar dan menyalurkan permodalan yang dibutuhkan oleh petani, disamping itu juga menyampaikan informasi mengenai harga dan jenis/varietas pisang yang dibutuhkan pasar. Pedagang pengumpul desa merupakan representative dari Pedagang pengumpul Kabupaten/Besar. Rantai 4 : Pedagang Pengumpul Kabupaten/Besar. Pedagang Pengumpul Kabupaten/besar berfungsi sebagai koordinator pedagang pengumpul desa. Pedagang pengumpul Kabupaten/besar merupakan penyandang dana operasional serta menginformasikan kepada Pedagang Antar Provinsi mengenai potensi daerah sentra produksi, kapasitas produksi, jenis/varietas pisang, mutu dan jumlah produksi per priode waktu. Peningkatan nilai tambah hanya sebatas pemilahan jenis/vareitas pisang. Rantai 5 : Pedagang Antar Provinsi / Regional. Pedagang Antar Provinsi / Regional merupakan penentu dari mata rantai SCM pisang, karena disini diputuskan harga jual yang pantas bagi produk sesuai dengan kualifikasi yang disusun dan perlakuan nilai tambah yang diperlukan. Pada mata rantai ini dilakukan pembersihan dan trimming, sortasi, pemeraman, grading dan pengiriman. Pada mata rantai ini informasi dari Wholesaler/Pasar Induk diterima seperti harga, jenis/vareitas pisang yang diinginkan, kualitas, jumlah dan waktu pengiriman. Rantai 6 : Pasar Induk (Whosaler Market). Pasar induk merupakan tempat dimana para pedagang professional bertemu untuk menjual dan membeli produk ke para pedagang professional lainnya. Pada mata rantai ini dikumpulkan mengenai informasi mengenai harga, jenis/vareitas pisang yang diinginkan, kualitas, jumlah dan waktu pengiriman. Pasar induk lebih bersifat mediator dari pihak-pihak yang terkait dalam SCM komoditas pertanian termasuk pisang. Rantai 7 : Processing. Processing yaitu pembeli yang sensitive pada harga merupakan pemain yang melakukan aktivitas peningkatan nilai dari produk yang dihasilkan bagi konsumen yang menginginkan kualitas terbaik dari produk pisang. Pada rantai ini produk dapat berasal dari pedagang pengumpul besar atau rekanan / supplier yang telah lama melakukan kerjasama bisnis. Rantai 8 : Pengecer (Retailing). Ritel merupakan penghubung terpenting dalam sebuah rantai pasokan yang menghubungkan konsumen dengan semua rantai pasokan, bertanggung jawab dalam mempertemukan keinginan dan kebutuhan konsumen dan bekerja sama dengan anggota rantai pasokan yang lain– pedagang besar, perusahaan transportasi, dan lainnya- untuk memastikan ketersediaan barang pada saat konsumen menginginkannya. (D. Chish and Yacobs, 2004, p ) Sebagai hasil dari posisi ritel dalam rantai pasokan, maka ritel berada dalam posisi unik dalam mengumpulkan informasi penjualan konsumen per konsumen serta transaksi per transaksi. Informasi ini dapat diberikan pula kepada pemasok agar membantu pemasok merencanakan produksi, promosi, pengiriman, pemilahan barang, dan tingkat ketersediaan barang. (Michel Levy and A. Weizt, 2001). Rantai 9 : Konsumen. Konsumen merupakan rantai terakhir dari rantai pasokan, pada rantai inilah produk berakhir untuk digunakan sebagai buah segar atau olahan, disamping itu semua proses pembiayaan berasal dari pembayaran konsumen terhadap produk yang dibeli. Untuk itu informasi tentang kebutuhan / keinginan konsumen merupakan langkah strategis yang sangat harus diperhatikan seperti standar mutu, jenis/vareitas, jumlah dan waktu permintaan. 2.2.4 Aliran pada Model dari SCM Komoditas Pisang. a. Aliran Produk. Pada arus produk dimulai dari petani dan diakhiri pada konsumen sebagai end user. Aliran produk tersebut adalah : - Petani : berperan sebagai penghasil / produsen pada mata rantai pertama dimana produk berawal, yaitu mengenai jenis/varietas produk, jumlah dan mutu produk. - Pencari : berperan sebagai pengumpulan pisang dari petani yang tersebar di sentra produksi/desa. - Pedagang pengumpul Kecil / Kabupaten : berperan sebagai pengumpul yang menerima produk / pisang dari pencari. - Pedagang pengumpul besar : berperan sebagai penerima hasil pengumpulan dari pedagang pengumpul kecil / kabupaten. - Pasar Induk : berperan sebagai penghubung / mediator dari penjual dan pembeli. - Pengecer kecil (Kios, Asongan, Toko/ kedai Buah) : berperan sebagai penjual ke konsumen dalam jumlah kecil.. - Processing : berperan sebagai pelaku peningkatan nilai tambah bagi konsumen yang menginginkan kualitas yang baik / tinggi. - Supplier (Supermarket, Toko Buah Besar dan Hyperstore) : berperan sebagai penyedia produk ke konsumen. - Konsumen : berperan sebagai pengguna akhir dari produk. b. Aliran Modal. Pada arus aliran modal dimulai dari konsumen dan diakhiri pada petani. Ada dua jenis pembayaran yaitu tunai dan tidak tunai/tunda. Sedangkan sifat pembayaran terdiri dari uang pengikat, penjam uang atau ijon. Arus aliran modal/ dana yang dilakukan adalah : - Konsumen : melakukan pembayaran atas produk yang dipilih. C O N S U M E R S Wholesaler (Pasar Pisang Cengkareng) Street vendor Processing (price sensitive buyers) Chain Store supplier Independ ent high quality bayer PEDAGANG PENGUMPUL BESAR Pedagang pengumpul PETANI PETANI Pencari Pencari PETANI PETANI PETANI Gambar 2.2. Aliran Produk Sumber : Direktorat Tanaman Buah. Ditjen. BPH. Deptan. - Pedagang Pasar Induk, kedai buah, pengecer toko, asongan, gerai/ toko buah, supermarket, hypermarket, processing, dan supplier : melakukan pembayaran kepada pedagang pengumpul besar. - Pedagang pengumpul besar : melakukan pembayaran kepada pedagang pengumpul kecil, pencari atau petani. - Pedagang pengumpul Kecil / Kabupaten : melakukan pembayaran kepada pencari atau petani. - Pedagang pengumpul besar : melakukan pembayaran kepada pedagang pengumpul kecil, pencari atau petani. - Pedagang pengumpul Kecil / Kabupaten : melakukan pembayaran kepada pencari atau petani. - Pencari : melakukan pembayaran kepada petani. C O N S U M E R S Wholesaler Street vendor (Pasar Pisang Cengkareng) Processing (price sensitive buyers) Chain Store supplier Independe nt high quality bayer Jenis : - Perkiraan harga. - Harga komoditas - Perkiraan - Kerugian. - Harga produk dan kontrak pengiriman PEDAGANG PENGUMPUL BESAR Pedagang pengumpul kecil PETANI PETANI Pencari Pencari PETANI PETANI PETANI Gambar 2.3. Aliran Dana/modal Sumber : Direktorat Tanaman Buah. Ditjen. BPH. Deptan. c. Aliran Informasi. Pada aliran informasi yang menjadi simpang aliran informasi adalah pedagang pengumpul besar. Pada rantai ini dilakukan analisa informasi berupa peramalan kebutuhan, penentuan jenis/varietas dan harga komoditas, mutu, jumlah dan waktu pasokan. Aliran informasi yang dilakukan adalah : C O N S U M E R S Wholesaler (Pasar Pisang Cengkareng) Street vendor Processing (price sensitive buyers) Chain Store supplier Independent high quality bayer Jenis : - Perkiraan harga. - Harga komoditas - Perkiraan - Kerugian. - Harga produk dan kontrak PEDAGANG PENGUMPUL BESAR Pedagang pengumpul kecil PETANI PETANI Pencari Pencari PETANI PETANI Gambar 2.4. Aliran Informasi Sumber : Direktorat Tanaman Buah. Ditjen. BPH. Deptan. PETANI d. Aliran Pelayanan. Fungsi dari gambaran aliran pelayanan adalah dapat melihat titik simpang pelayanan pada rantai pasokan sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas informasi yang dibutuhkan.. Pelayanan yang dilakukan adalah : - Pedagang pengumpul besar : merupakan titik utama pelayanan pada rantai pasokan, pada mata rantai ini layanan yang disediakan meliputi layanan penjualan, pelaporan dan evaluasi layanan dari mata rantai sebelum dan sesudahnya, pengamatan pasar, layanan pemberian kredit untuk petani. - Pasar Induk : memberikan layanan penjualan. - Pengecer kecil (kios, asongan, toko/ kedai buah) : memberikan layanan promosi dan pemasaran/penjualan.. - Processing : memberikan layanan pemasaran. - Supplier (Supermarket, Toko Buah Besar dan Hyperstore) : memberikan layanan pemasaran, promosi dan pengamatan pasar. e. Aliran Aktivitas. Pada aliran aktivitas dimulai dari petani dan diakhiri pada konsumen sebagai end user. Aktivitas yang dilakukan adalah - Petani : melakukan proses produksi melalui penentuan jenis/varietas, usahatani pisang, pemanenan, pemilihan, pengumpulan dan tranportasi dari kebun ke pengumpul desa. C O N S U M E R S Wholesaler (Pasar Pisang Cengkareng) Street vendor Independe nt high quality bayer - Pemasaran. - Promosi Pemasaran Processing (price sensitive buyers) Chain Store supplier - Pemasaran. - Promos - Pengamatan pasar Pemasaran PEDAGANG PENGUMPUL BESAR Pedagang pengumpul kecil PETANI PETANI Pencari Pencari PETANI PETANI - Pemasaran. - Promos - Pengamatan pasar. - Pelaporan dari rantai sebelum dan sesudahnya. - Informasi kredit, pendanaan dan penjaman PETANI Gambar 2.5. Aliran Layanan Sumber : Direktorat Tanaman Buah. Ditjen. BPH. Deptan. - Pencari : melakukan pemanenan bila petani tidak melakukannya, pemilihan, pengumpulan dan pengiriman. - Pedagang pengumpul Kecil / Kabupaten : melakukan pemilihan, pengumpulan dan pengiriman / pengangkutan. C O N S U M E R S Wholesaler (Pasar Pisang Cengkareng) Street vendor Processing (price sensitive buyers) Chain Store supplier Independe nt high quality bayer PEDAGANG PENGUMPUL BESAR Pedagang pengumpul kecil PETANI PETANI Pencari Pencari PETANI PETANI PETANI Gambar 2.6. Aliran Aktivitas Sumber : Direktorat Tanaman Buah. Ditjen. BPH. Deptan. - Pedagang pengumpul besar : melakukan pembersihan, sortasi, pemeraman, grading, pengemasan dan pengiriman / pengangkutan. - Pasar Induk : melakukan pemeraman, sortasi, grading, pengemasan ulang dan perdagangan / penjualan. - Pengecer kecil (Kios, Asongan, Toko/ kedai Buah) : melakukan pengkelasan / grading dan penjualan. - Processing yaitu pembeli yang sensitive pada harga : melakukan proses penambahan nilai, pengemasan dan pengiriman. - Supplier (Supermarket, Toko Buah Besar dan Hyperstore) : melakukan pemeraman, pengemasan ulang, grading, pengemasan dan pengiriman serta penjualan. - Konsumen : melakukan pemilihan dan pembelian. 2.2.5 Pembentukan Nilai dan Pengukuran Tingkat Efisiensi pada SCM Upaya yang dilakukan untuk pembentukan nilai adalah dengan mendapatkan banyak keuntungan kompetitif melalui merancang dan menangani operasi-operasi rantai pasokannya sehingga menciptakan nilai tambah. Operasi-operasi tersebut diukur berdasarkan tingkat responsifitas pola rantai pasokan yang dapat diukur berdasarkan : - Tanggapan terhadap permintaan pada rentang produk yang lebar. - Waktu tenggang yang singkat (lead time). - Penanganan produk yang dihasilkan melalui peningkatan nilai tambah. - Mempu melakukan layanan pada tingkat yang tinggi Dua pengukuran umum yang digunakan untuk mengukur efisiensi rantai pasokan adalah pendapatan dari persediaan barang dan waktu yang dibutuhkan dalam pemasokan. Keduanya mengukur hal yang sama penting serta secara matematis menginvers satu sama lain. Pendapatan dari persediaan barang dikalkulasikan sebagai berikut: “Biaya barang terjual adalah biaya tahunan sebuah perusahaan dalam memproduksi barang atau jasa bagi konsumen; biasanya disebut sebagai biaya pendapatan. Di dalamnya tidak termasuk biaya penjualan dan administratif perusahaan“. Sedangkan Nilai persediaan barang kumulatif rata-rata adalah “total nilai seluruh barang yang terdapat dalam persediaan barang untuk dihitung dalam biaya. Di dalamnya termasuk pula bahan baku, proses kerja, barang jadi, dan pengiriman persediaan barang yang dimiliki oleh perusahaan”. (Michel Levy dan A. Weitz, 2001). Nilai pemasukan dari persediaan barang yang baik bervariasi berdasarkan industri dan tipe produk yang ditangani. Pada banyak situasi, khususnya ketika persediaan barang berada pada distribusi, jumlah minggu pasokan dipilih sebagai ukuran. Ini merupakan sebuah ukuran mengenai berapa jumlah minggu yang berguna bagi persediaan barang pada sistem pada titik waktu tertentu. (Michel Levy dan A. Weitz, 2001). Kriteria spesifik yang diajukan oleh Fisher untuk mengidentifikasi produk-produk fungsional antara lain adalah : produk bersiklus kehidupan lebih dari dua tahun, kontribusi marginnya 5 sampai 20 persen, hanya 10 sampai 20 variasi produk, rata-rata kesalahan pada waktu produksi hanya 10 persen, dan waktu awalan untuk pembuatan produk sesuai permintaan dari enam bulan sampai satu tahun. (D. Chish, Yacobs, and J. Aquilano, 2004). Hau Lee yang dikutip oleh D. Chish, Yacobs, and J. Aquilano dalam bukunya Operation Management For Competitive Advantage, 2004; memperluas ide Fisher dengan berfokus pada sisi “pasokan” dari rantai pasokan. Sementara Fisher telah menangkap karekter penting permintaan, Lee menunjuk bahwa terdapat ketidakpastianketidakpastian berputar di sekitar sisi pasokan yang merupakan pengemudi yang sama pentingnya dalam menemukan strategi rantai pasokan yang sesuai. D. Chish, Yacobs, and J. Aquilano mengatakan bahwa Lee menggambarkan proses pasokan yang stabil sebagai satu tempat dimana proses manufaktur dan teknologi pendukungnya dimatangkan dan dasar pasokannya tertanam kuat. Sebaliknya, sebuah proses pasokan yang terus berlangsung adalah tempat di mana proses manufaktur dan teknologi pendukungnya masih berada pada perkembangan awal yang berubah dengan cepat. Sebagai hasilnya, dasar pasokannya mungkin masih terbatas dalam jumlah maupun pengalamannya. Pada proses pasokan yang stabil, tingkat kerumitan manufaktur cenderung rendah atau dapat ditangani. Proses-proses manufaktur yang stabil juga cenderung sangat otomatis, dan jaminan jangka panjang pasokannya tersedia. Pada proses pasokan yang masih terus berlansung, proses manufakturnya memerlukan banyak ketepatan dan seringkali mengalami kerusakan, selain itu juga terdapat ketidakpastian akan penyerahan barang. Dasar pasokannya bisa jadi tidak dapat diandalkan karena para pemasoknya sendiri melalui proses inovasi terus menerus dan meringkas beberapa perbedaan antara proses pasokan stabil dan yang terus-menerus. (D. Chish, Yacobs, and J. Aquilano, 2004). Lee juga berargumentasi bahwa beberapa produk makanan memiliki permintaan yang stabil, namun pasokan (baik secara kualitas maupun kuantitas) produk bergantung pada kondisi cuaca tahunan sedangkan beberapa produk inovatif yang memiliki proses pasokan yang stabil. (D. Chish, Yacobs, and J. Aquilano, 2004). Dari kutipan oleh D. Chish, Yacobs, and J. Aquilano dalam bukunya Operation Management For Competitive Advantage, 2004; Lee mengkarakterisasi empat tipe strategi rantai pasokan dan teknologi informasi memainkan peranan penting dalam membentuk strategi tersebut. • Rantai-rantai pasokan yang efisien. Adalah rantai pasokan yang menggunakan strategi yang bertujuan menciptakan efisiensi biaya tertinggi. Untuk mencapai efisiensi yang demikian, aktivitas non penambah nilai harus dihilangkan, skala ekonomis harus dinaikkan, teknik-teknik optimisasi harus diterapkan dalam rangka mendapatkan penggunaan kapasitas terbaik pada produksi dan distribusi, dan, penghubung-penghubung informasi harus dibangun untuk memastikan terjadinya transmisi informasi yang paling efisien, akurat, dan hemat biaya ke seluruh rantai pasokan. • Rantai-rantai pasokan penjagaan terhadap resiko. Adalah rantai pasokan yang menggunakan strategi yang mengarah pada pengumpulan dan pembagian sumber daya dalam sebuah rantai psokan sehingga resiko gangguan pasokan dapat dibagi. Sebuah unit tunggal dalam rantai pasokan dapat menjadi rentan terhadap gangguan, namun jika ada lebih dari satu sumber pasokan atau jika tersedia sumber pasokan alternatif, maka resiko munculnya gangguan dapat dikurangi. Sebuah perusahaan contohnya, dapat meningkatkan stok pengamanan bagi komponen pentingnya untuk berjaga-jaga terhadap resiko gangguan pasokan, dan dengan membagi stok pengaman dengan perusahaan-perusahaan lain yang juga membutuhkan komponen penting ini, biaya pengadaan stok pengaman ini dapat dibagi. Tipe strategi ini biasa terdapat dalam dunia ritel, di mana toko atau dealer yang berbeda berbagi persediaan barang. Teknologi informasi juga penting dalam mensukseskan strategi-strategi ini karena informasi waktu riil mengenai persediaan barang dan permintaan memungkinkan dilakukannya manajemen dan pengiriman barang antar rekan yang saling berbagi persediaan barang. • Rantai pasokan peka. Adalah rantai pasokan yang menggunakan strategi yang bertujuan menjadi peka dan fleksibel terhadap perubahan dan mengenali kebutuhan konsumen yang berbeda. Untuk menjadi peka, perusahaan menggunakan proses dibuat sesuai pesanan dan mass customozation sebagai alat untuk memenuhi persyaratan khusus yang diminta para konsumen. • Rantai pasokan lincah. Adalah rantai pasokan yang menggunakan strategi bertujuan menjadi peka dan fleksibel terhadap kebutuhan pelanggan sementara mengurangi resiko kehabisan persediaan barang atau gangguan dengan mengumpulkan persediaan barang dan sumber-sumber kapasitas lainnya. Penting bagi rantai-rantai pasokan ini untuk memiliki strategi yang mengkombinasikan kekuatan “penjagaan” dan rantai pasokan “peka”. Mereka lincah karena mereka memiliki kepekaan terhadap perubahan, perberbedaan, dan permintaan konsumen yang tidak terprediksi, sementara meminimalisir resiko gangguan pasokan pada ujung belakang. Ketidakpastian permintaan dan pasokan adalah landasan yang baik dalam memahami rantai pasokan. Produk-produk inovatif dengan permintaan yang tidak terprediksi dan proses pasokan yang terus menerus menghadapi tantangan yang besar. Karena semakin pendeknya siklus hidup produk, tekanan untuk mengadakan penyesuaian dinamis dan pengadopsian strategi rantai pasokan sebuah perusahaan merupakan hal yang sebaiknya dilakukan. Konsep outsourcing, pasokan global, mass customization, dan penundaan merupakan perangkat penting dalam menghadapi ketidakpastian permintaan dan pasokan. DEMAND UNCERTAINTY LOW (FUNGTIONAL PRODUCTS LOW (STABLE PROCESS) SUPPLY UNCERTAINTY HIGH (EVOLVING PROCESS) HIGH (INNOVATIVE PRODUCTS Grocery, basic apparel, food, oil and gas Grocery, basic apparel, food, oil and gas Efficient Supply Chain Responsive Supply Chain Hydroelectric power, some food produce Telecom, high-end computers, semiconductor Agile Supply Chain Risk-Hedging Supply Chain Gambar 2.7. Kuadran Hau Lee’s Sumber : D. Chish, Yacobs, and J. Aquilano dalam bukunya Operation Management For Competitive Advantage, 2004; 2.3 Peran Informasi Dalam Supply Chain Management. Arus-arus informasi yang dimiliki tiap mata rantai dalam sebuah rantai pasokan merupakan informasi yang telah diolah dan disebarkan agar mendapatkan tanggapan dari tiap mata rantai. Dilihat dari sisi teknis fungsi informasi harus memenuhi dua fungsi yaitu fungsi pengelolaan dan fungsi pembagian/shering. 2.3.1 Fungsi Informasi. Menurut Indrajid (2003, p 143), fungsi pengelolaan dari informasi bertujuan untuk mengidentifikasi, menginventarisir dan mengumpulkan data dan informasi yang tersebar pada tiap mata rantai yang selanjutnya dianalisis sesuai dengan kebutuhan setiap mata rantai yang ada sehingga dihasilkan sebuah informasi yang dapat meningkatkan nilai tambah, meminimalkan resiko usaha, menekan pembiayaan, dan menciptakan peluang baru. a. Peningkatan nilai tambah. Pada peningkatan nilai tambah, informasi berperan untuk membentuk nilai yang dapat menjadi sarana yang efektif untuk mengidentifikasi hal-hal yang dapat di transformasikan menjadi value bagi pelanggan. Peningkatan nilai tambah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen, membentuk loyalitas (customer loyalty) sehingga pelanggan selalu bersedia membeli untuk jangka waktu yang panjang. b. Meminimalkan resiko usaha. Setiap bisnis memiliki resiko terutama yang terkait dengan faktor-faktor keuangan. Pada umumnya resiko berasal dari adanya ketidakpastian dari aspek eksternal seperti kurs mata uang yang berfluktuasi, perilaku konsumen yang dinamis, jadwal pasokan barang yang tidak selalu tepat, jumlah permintaan produk yang tidak tetap dan trend perdagangan yang berubah. Tujuan dari informasi adalah mampu mengurangi resiko bisnis, dan menjadi sarana untuk mengelola resiko. Untuk meminimalkan resiko tersebut dapat dilakukan upaya-upaya seperti perkiraan permintaan berdasarkan waktu, peninjauan pasar, perencanaan yang baik dari ahli dan pengaturan keuangan. c. Menekan pembiayaan. Peran informasi perantara/katalisator untuk menekan pembiayaan adalah sebagai dalam memperbaiki efisiensi dan optimalisasi proses- proses bisnis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada profitabilitas mata rantai. Beberapa cara yang ada adalah : - Eliminasi Proses yaitu menghilangkan atau mengurangi proses-proses yang dirasa tidak perlu sehingga dapat meningkatkan pelayanan pada konsumen. - Penyederhanaan/Simplifikasi proses yaitu dengan memangkas rantai proses yang panjang sehingga didapatkan efisiensi yang lebih baik. - Integrasi proses yaitu menggabungkan proses-proses yang ada sehingga lebih cepat dan praktis. d. Menciptakan Peluang Baru. Informasi juga dapat berperan untuk menciptakan peluang baru dengan memanfaatkan teknologi informasi yang ada saat ini. Berbagai konsep ebusiness merupakan cara pandang baru dalam menagggapi mekanisme bisnis di era globalisasi informasi. Sedangkan fungsi penyebaran / sharing informasi bertujuan mengumpulkan dan menyebarkan informasi yang ada sehingga didapatkan suatu informasi yang akurat dan berguna dengan nilai yang tinggi. Aspek-aspek penyebaran informasi antara lain : a. Pengumpulan. Pengumpulan informasi berisikan data-data yang dibutuhkan pada dan untuk setiap mata rantai, pengumpulan informasi bertujuan untuk mendapatkan data dasar yang strategis dalam pengambilan keputusan seperti data harga, jenis/varietas, kebutuhan, lokasi/tempat, waktu dan karakteristik lain yang dibutuhkan. b. Pengaturan. Pengaturan informasi dilakukan untuk mengatur penyebaran informasi yang relevant dan untuk tiap mata rantai, karena setiap mata rantai membutuhkan informasi yang spesifik sesuai dengan fungsinya dalam rantai pasokan. c. Penyeleksian. Informasi yang berhasil dihimpun sebaiknya diseleksi dan diverifikasi untuk memudahkan pencarian dan pemilihan informasi yang dibutuhkan seperti promosi yang baik dilakukan pada bulan apa atau pada acara seperti apa sehingga dapat diperkirakan kebutuhan yang tepat. d. Penggabungan. Aspek penggabungan bertujuan untuk memeriksa silang data-data dan informasi yang dikumpulkan untuk dapat memilah dan meningkatkan nilai informasi tersebut. 2.3.2 Model Informasi Dalam SCM Model informasi menurut Chopra (2001) pada SCM adalah : a. Push versus Pull. Sistem pengelolaan informasi yang didasarkan pada kebutuhan, tingkat harga, jadwal produksi, pasokan, jenis dan volume produk. Biasanya pada penerapannya menggunakan MRP (Material Requerement Planning) yaitu aplikasi untuk pengelolaan informasi. Sedangkan model Pull yaitu pengelolaan informasi berdasarkan permintaan aktual dari konsumen dengan kata lain berdasarkan permintaan konsumen. b. Koordinasi dan Penyebaran Informasi. Kegiatan koordinasi bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan total pada seluruh mata rantai yang tekait. Koordinasi dan penyebaran informasi dilakukan dengan memberikan informasi kepada mata rantai – mata rantai pasokan dan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan. Kekurangan koordinasi berakibat pada menurunnya keuntungan yang diperoleh. c. Perkiraan dan Aggregate planning. Perkiraan dan rencana aktivitas (Aggregate planning) yaitu penggunaaan informasi untuk meramalkan / memperkirakan kebutuhan pasokan berdasarkan informasi waktu sebelumnya dan menyusun aktivitas berdasarkan kebutuhan, tingkat harga, jadwal produksi, pasokan, jenis dan volume produk. d. Penerapan teknologi. Penerapan teknologi informasi bertujuan untuk mendukung pengelolaan data / informasi yang ada untuk dapat diolah dan disebarkan pada mata rantai – mata rantai pasokan. Beberapa teknologi informasi yang diterapkan dalam pengelolaan informasi adalah : - Pertukaran Data Elektronic (Electronic Data Interchange/EDI) adalah pertukaran dokumen usaha antar komputer dari ritel ke pemasok, dan sebaliknya. Data penjualan, order pembelian, tagihan, dan data barang yang dikembalikan dialirkan dari ritel ke pemasok. Ada beberapa cara mentransmisikan data EDI yaitu ditransmisikan lewat kesesuaian sistem EDI yang dimiliki dan dioperasikan baik oleh pihak ritel, pemasok, ataupun provider pihak ke tiga yang dikenal sebagai Jaringan Nilai Tambah / Value Added Network. Kini semakin banyak data EDI yang ditransmisikan melalui internet lewat extranet. Extranet adalah jaringan kerjasama menggunakan teknologi internet yang menghubungkan bisnis dengan para pemasok, pelanggan, ataupun bisnis lain. Extranet biasanya bersifat tertutup dan terjaga karena hanya bisa diakses oleh pihak-pihak tertentu. - Penggunaan Internet. Internet telah merevolusi cara para ritel menjalankan EDI dengan para pemasoknya. Seorang pembeli duduk di balik mejanya siap membeli barang dari luar negeri. Bukannya menggunakan telepon atau mengirim fax, ia mengajukan penawaran harga lewat sebuah website. Tak berapa lama kemudian ia menerima balasannya lalu memutuskan sebuah order dengan sekali mengklik mouse. Sementara para ritel dan pemasok besar telah lama meggunakan EDI, internet menggerakan usaha yang lebih kecil–biasanya pemasok internasional yang tidak mampu menggunakan sistem yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam VAN dan menjadi pelaku di dalamnya. - Penggunaan Enterprise Resource Planning (ERP). Merupakan sistem informasi terpadu yang mengintegrasikan beberapa modul operasi yang dimiliki oleh mata rantai dalam komunitas bisnis, sehingga membentuk jejaring informasi yang sangat besar dan luas cakupannya. - SCM Software. Saat ini telah banyak tersedia program aplikasi SCM yang dapat langsung digunakan bila piranti keras telah tersedia. Hal ini sangat memudahkan tiap mata rantai uintuk menyeragamkan data dan informasi yang ada dan menyebarkannya sesuai dengan kebutuhan dan permintaan. 2.3.3 Jenis Informasi. Setiap mata rantai pada alur pasokan memiliki pengukuran performanya sendiri. Pemasaran, contohnya, dievaluasi pada pertumbuhan keuntungan, pengembangan permintaan dan produk, harga komponen-komponennya, biaya produksi, dan distribusi untuk biaya pengadaan dan peniriman barang ke konsumen. Pengukuran yang berbeda-beda memfokuskan kelompok pada tujuannya masingmasing. Mata rantai pemasaran ingin menawarkan sebanyak mungkin pilihan produk untuk menarik konsumen; mata rantai produksi dan supplier ingin membuat produk dalam volume yang stabil. Jika kelompok-kelompok tersebut tidak terkoordinasi dengan baik, usaha mereka untuk mengoptimalisasi performa mereka sendiri dapat merusak kemampuan pola SCM dalam menciptakan jaringan pasokan yang efisien yang dapat mengirimkan produk yang telah disesuaikan dengan biaya terendah. Untuk itu dibutuhkan data dan informasi yang tepat pada SCM pisang seperti pengiriman (waktu pengiriman, cara pengiriman, alat dan biaya pengangkutan), transaksi (jumlah transaksi dan waktu pembayaran), harga (harga jual, beli dan cara pembayaran), penanganan pisang (penimbangan, pemilahan, penyortiran, pemeraman dan pendinginan), kerugian usaha (pengangkutan, pembongkaran dan waktu tunggu). Sedangkan data dan informasi yang penting pada pedagang grosir adalah modal usaha (asal, jumlah dan bunga modal), tenaga kerja (jumlah dan tingkat upaha tenaga kerja), informasi yang berasal dari pengumpul (harga jual, jenis pisang, mutu pisang, waktu pengiriman, komoditas lain yang menjadi kompetitor pisang), informasi tentang konsumen (pembeli individu, pedagang eceran, supermarket, toko buah, restoran atau katering), kehilangan hasil (jumlah buah yang ada dan waktu tunggu / leadtime) serta masalah yang banyak ditemui (tingkat penjualan, waktu tunggu, pembayaran dari konsumen, keterlambatan pengiriman dan umur panen pisang).