BAB II

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Standar Perdagangan Pisang
Sesuai dengan Codex Sta 205 – 1997 standar mutu pisang yang diinginkan pasar
dunia adalah sebagai berikut :
-
Utuh dengan mengacu pada kondisi buah.
-
Buah padat / keras.
-
Tampak baik : produk yang tidak layak dikonsumsi disingkirkan.
-
Bersih, bebas dari benda asing.
-
Bebas dari cacat karena benturan.
-
Bebas dari hama yang mempengaruhi penampilan produk.
-
Bebas dari kerusakan yang ditimbulkan hama.
-
Putik sudah dibuang.
-
Bebas dari bentuk tidak normal.
-
Bebas dari kelembaban eksternal yang abnormal, kecuali pengembunan pada
saat dikeluarkan dari cold storage dan pada kondisi pengepakan.
-
Bebas dari bau dan rasa asing.
-
Porsi yang wajar dari mahkota dan pewarnaan yang normal, sehat dan bebas
dari kontaminasi jamur.
-
Mahkota dipotong, bukan dipatahkan.
Sesuai dengan standar perdagangan pisang, maka produk pisang segar dibagi
menjadi 3 (tiga) kelas yaitu :
1.
Kelas Ekstra
Pisang yang masuk kedalam kelas ini harus mempunyai kualitas super.
Penampilan luar harus berkarakter sesuai dengan varietas dan atau tipe
komersial.
Buah
tidak
cacat,
cacat
sedikit
diijinkan
selama
tidak
mempengaruhi penampilan, kualitas, penanganan mutu dan penampilan
kemasan.
2.
Kelas I
Pisang dalam kelas ini harus mempunyai kualitas baik dan berkarakter sesuai
dengan varietas komersial. Cacat ringan masih diperbolehkan sepanjang tidak
mempengaruhi penampilan secara umum, kualitas, penanganan mutu dan
penampilan kemasan.
Beberapa cacat yang dapat ditoleransi :
-
Sedikit cacat pada bentuk dan warna.
-
Sedikit cacat karena gesekan atau kerusakan pada permukaan yang tidak
melebihi 2 cm2.
3.
Kelas II
Pisang dalam kelas ini tidak termasuk kualifikasi kelas ekspor dan kelas I, tapi
memenuhi persyaratan minimal. Beberapa cacat diperbolehkan, namun pisang
tetap memiliki karakteristik utama.
-
Cacat dalam bentuk dan warna, namun tetap mempunyai karakteristik dari
buah pisang.
-
Kerusakan kulit karena proses pembersihan tidak lebih dari 4 cm² dari
total permukaan.
Penetapan Ukuran
Penetapan ukuran dengan panjang minimal 14 cm dengan diameter buah 2,7 cm
dilakukan terhadap :
-
Sisir, merupakan buah bagian tengah dari baris terluar.
-
Pada cluster, buah yang terdekat dengan potongan sisiran dari buah terluar.
Penetapan toleransi mutu
-
Kelas ekstra.
5% dari jumlah / berat tidak memenuhi syarat, tetapi memenuhi syarat kelas I.
-
Kelas I
10% dari jumlah / berat tidak memenuhi syarat, tetapi memenuhi syarat kelas
II.
-
Kelas II
10% dari jumlah / berat buah tidak memenuhi syarat minimal yang ditetapkan,
sepanjang tidak ada kerusakan karena proses pembusukan, tidak sempurna atau
kelainan lain yang mempengaruhi kualitas untuk dikonsumsi.
Penetapan toleransi ukuran
Untuk semua kelas, 10% dari jumlah / berat yang tidak memenuhi syarat ukuran
tetapi tetap memenuhi persyaratan minimal.
Sedangkan standar mutu pisang menurut Standar Nasional Indonesia antara lain
adalah untuk pisang Barangan segar, Ambon Kuning Segar dan Kepok Kuning sebagai
berikut :
a.
Pisang Barangan Segar (SNI 01-6153-1999).
Tabel 2.1. Klasifikasi/Pengolongan Ukuran Pisang Barangan Segar.
Spesifikasi Persyaratan
Jumlah buah/sisir
Panjang buah terpendek
dalam sisir
Diameter penampang
buah
Satuan
Buah
Persyaratan Spesifikasi
Besar
Sedang
Kecil
> 16
14 - 15
< 14
cm
> 15
10 - 15
< 10
cm
> 2,5 - 4
> 2 – 2,5
2 - <2,5
Tabel 2.2. Syarat Mutu Pisang Barangan Segar
Karakteristik
Satuan
a. Keseragaman kultivar
b. Keseragaman ukuran
c. Ketuaan buah
%
%
%
d. Tingkat kematangan
e. Tingkat kerusakan
fisik/mekanis
f. Kadar kotoran
g. Kemulusan kulit
h. Tingkat kesegaran
%
%
%
%
Mutu I
Mutu II
> 97
> 95
Tua (85 –
90)
#3
> 95
> 90 - 95
Tua (85 –
90)
#5
#3
> 97
> 97
# 5
> 95
> 95
Mutu III
> 90
> 85 - 90
Cukup tua ( <
85)
> 5 - 10
> 5 - 10
> 90
> 90
b.
Pisang Ambon Kuning Segar (SNI 01-4229-1996).
Tabel 2.3. Klasifikasi/Penggolongan Ukuran Pisang Ambon Kuning Segar
Persyaratan
Spesifikasi
Satuan
Kelas A
Kelas C
Kelas B
Panjang jari
Cm
18,1 – 20,0
16,1 – 18,0
14,1 – 16,0
Berat Sisi
Kg
> 3,0
2,5 – 3,0
< 2,5
Diameter Pisang
Cm
> 2,5
> 2,5
< 2,5
Tabel 2.4. Syarat Mutu Pisang Ambon Kuning Segar
Karakteristik
Persyaratan
Satuan
Mutu I
Mutu II
a. Tingkat ketuaan
buah
b. Keseragaman
kultivar
c. Keseragaman
Ukuran
%
70 - 80
< 70 dan > 80
-
Seragam
Seragam
-
Seragam
Seragam
d. Kadar kotoran.
% (bobot/bobot)
0
0
% (bobot/bobot) maks
0
0
f. Kemulusan kulit
-
Mulus
Kurang mulus
g. Serangga
-
Bebas
Bebas
d. Tingkat kerusakan
fisik/mekanik
c.
Pisang Kepok Kuning (SNI 01-4481-1998).
Tabel 2.5. Klasifikasi/Pengolongan Ukuran Pisang kapok Kuning
Spesifikasi
Berat persisir
Buah :
Berat
Panjang
Lingkaran
Kulit :
Warna
Kg
Kelas A
>3
Persyaratan
B
2,5 - 3
C
< 2,5
Gram
Cm
Cm
70 – 240
13 - 16
11 – 15
130-200
13 - 16
10 - 14
90-160
13 - 16
8 - 12
Kuning
merata
halus tidak
ber noda
kuning
merata
halus tidak
ber noda
Satuan
Permukaan
Kuning
merata
Halus tidak
ber noda
Tabel 2.6. Syarat Mutu Pisang Kepok Kuning Segar.
No
Spesifikasi
1.
Keseragaman kultivar
2.
Tingkat ketuaan
Bentuk
Keseragaman ukuran
Kadar kotoran
Tingkat kerusakan
fisik/mekanik
Tingkat kesegaran
3.
4.
5.
6.
7.
Satu
an
%
Persyaratan
Mutu I
Mutu II
98 seragam
95 seragam
%
> 80
< 70 dan >80
%
> 90 seragam
> 90 seragam
0
75 - < 90 seragam
75 - < 90 seragam
5
%
0
5
%
95
90
2.2 Supply Chain Management
Manajemen rantai pasokan adalah sebuah perbincangan yang hangat dalam dunia
bisnis balakangan ini. Idenya adalah menggunakan pendekatan seluruh sistem dalam
menangani seluruh aliran informasi, material, dan layanan dari pemasok material pasar
yang pada akhirnya sampai ke konsumen. Istilah rantai pasokan berasal dari sebuah
gambaran mengenai bagaimana organisasi-organisasi terhubung satu sama lain.
Perhatikan hubungan antara pemasok yang menyediakan input, operasi-operasi
pendukung barang dan jasa yang mengubah input menjadi produk dan jasa, juga penyedia
distribusi dan layanan lokal yang melokalisasi produk tersebut. Lokalisasi dapat hanya
melibatkan pengiriman produk saja atau beberapa proses yang lebih terlibat yang
menangani barang atau jasa tersebut berdasarkan kebutuhan pasar.
Dengan mengunakan manajemen rantai pasokan banyak perusahaan mendapatkan
banyak keuntungan kompetitif melalui cara mereka merancang dan menangani operasioperasi rantai pasokannya, harus diingat bahwa desain rantai pasokan yang baik sangat
dipengaruhi oleh karakteristik usaha yang dijalankan.
2.2.1 Pengertian Supply Chain Management (SCM)
Menejemen rantai pasokan adalah model integrasi dari berbagai proses usaha dari
pengguna akhir melalui pemasok asal yang menyediakan produk, jasa, dan informasi
yang menambah nilai bagi konsumen. (D. Chish and Yacobs, 2004, p ), sehingga secara
umum pengertian Supply Chain Management menurut David Sumchi Levi et al, Indrajit
dan Djokopranoto (2002) adalah “Supply Chain Management is a set of approaches
utilized to efficiently integrated suppliers, manufacturers, warehouse, and stores, so that
merchandise is produced and distributed at the right quantities, to the right locations, at
the rigt time, in order to minimize systemwide costs while satisfying service level
requirement”.
Sedangkan Kotler (2003, p 412) mengatakan bahwa Supply Chain Management
adalah pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah,
mentransformasikan bahan mentah tersebut dan mengirimkan produk tersebut ke
konsumen melalui sistem distribusi.
Untuk penelitian ini pengertian yang digunakan untuk pengertian Supply Chain
Management (SCM) pada komoditas pisang adalah menurut Kotler karena mendekati
karakteristik dari penelitian ini yaitu pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka
memperoleh bahan mentah (proses produksi), mentransformasikan bahan mentah tersebut
(penanganan panen dan pascapanen) dan mengirimkan produk tersebut (pencari,
pengumpul, dan pengecer) ke konsumen melalui sistem distribusi.
2.2.2 Tujuan SCM
Sedangkan tujuan dari SCM adalah upaya untuk memaksimalkan nilai yang
dihasillkan secara keseluruhan (Chopra, 2001, p5) dengan mensinergikan / menyelaraskan unsur yang terlibat dalam proses distribusi produk seperti suppliers, manufacturer,
warehouse, distribution, retail outlets, and customer.
2.2.3 Proses SCM
Proses SCM pada komoditas pisang adalah sebagai berikut :
Rantai 1 : Petani.
Petani merupakan produsen yang menghasilkan pisang segar yang
berasal dari proses budidaya/usahatani pisang. Kondisi produk tergantung
pada pola dan teknologi budidaya yang diterapkan. Aktivitas usahatani
pisang antara lain adalah pemilihan varietas pisang, penyiapan lahan,
penyiapan benih, penanaman, pemeliharaan dan perawatan, serta
perlakuan panen.
Pencari
Petani
Pedagang
Pengumpul
Desa
Pedagang
Pengumpul
Kab/Besar
Pedagang antar
Provinsi/
Regional
Pasar Induk
(Wholesaler)
Konsumen
Pengecer
Processing
Gambar 2.1. Proses SCM pada Komoditas Pisang
Rantai 2 : Pencari.
Pencari merupakan mata rantai kedua yang dapat ditemui di sentra-sentra
produksi, karena kondisi kebun-kebun petani terpencar-pencar dengan
luasan yang kecil, maka untuk mengangkut hasil produksi (pisang)
biasanya dibutuhkan tenaga pencari. Aktivitas pencari biasanya
berdasarkan permintaan dari pedagang pengumpul desa atau kabupaten
untuk mencari dan mengumpulkan tandan pisang dan mengantarkannya
ke tepi jalan atau ke pasar desa.
Rantai 3 : Pedagang Pengumpul Desa.
Pedagang pengumpul desa merupakan mata rantai ketiga dari SCM
komoditas pisang. Peran dari pengumpul desa adalah mengumpulkan
hasil produksi dari petani dalam area produksi yang tersebar dan
menyalurkan permodalan yang dibutuhkan oleh petani, disamping itu
juga menyampaikan informasi mengenai harga dan jenis/varietas pisang
yang
dibutuhkan
pasar.
Pedagang
pengumpul
desa
merupakan
representative dari Pedagang pengumpul Kabupaten/Besar.
Rantai 4 : Pedagang Pengumpul Kabupaten/Besar.
Pedagang Pengumpul Kabupaten/besar berfungsi sebagai koordinator
pedagang pengumpul desa. Pedagang pengumpul Kabupaten/besar
merupakan penyandang dana operasional serta menginformasikan kepada
Pedagang Antar Provinsi mengenai potensi daerah sentra produksi,
kapasitas produksi, jenis/varietas pisang, mutu dan jumlah produksi per
priode waktu. Peningkatan nilai tambah hanya sebatas pemilahan
jenis/vareitas pisang.
Rantai 5 : Pedagang Antar Provinsi / Regional.
Pedagang Antar Provinsi / Regional merupakan penentu dari mata rantai
SCM pisang, karena disini diputuskan harga jual yang pantas bagi produk
sesuai dengan kualifikasi yang disusun dan perlakuan nilai tambah yang
diperlukan. Pada mata rantai ini dilakukan pembersihan dan trimming,
sortasi, pemeraman, grading dan pengiriman. Pada mata rantai ini
informasi
dari
Wholesaler/Pasar
Induk
diterima
seperti
harga,
jenis/vareitas pisang yang diinginkan, kualitas, jumlah dan waktu
pengiriman.
Rantai 6 : Pasar Induk (Whosaler Market).
Pasar induk merupakan tempat dimana para pedagang professional
bertemu untuk menjual dan membeli produk ke para pedagang
professional lainnya. Pada mata rantai ini dikumpulkan mengenai
informasi mengenai harga, jenis/vareitas pisang yang diinginkan,
kualitas, jumlah dan waktu pengiriman. Pasar induk lebih bersifat
mediator dari pihak-pihak yang terkait dalam SCM komoditas pertanian
termasuk pisang.
Rantai 7 : Processing.
Processing yaitu pembeli yang sensitive pada harga merupakan pemain
yang melakukan aktivitas peningkatan nilai dari produk yang dihasilkan
bagi konsumen yang menginginkan kualitas terbaik dari produk pisang.
Pada rantai ini produk dapat berasal dari pedagang pengumpul besar atau
rekanan / supplier yang telah lama melakukan kerjasama bisnis.
Rantai 8 : Pengecer (Retailing).
Ritel merupakan penghubung terpenting dalam sebuah rantai pasokan
yang menghubungkan konsumen dengan semua rantai pasokan,
bertanggung jawab dalam mempertemukan keinginan dan kebutuhan
konsumen dan bekerja sama dengan anggota rantai pasokan yang lain–
pedagang besar, perusahaan transportasi, dan lainnya- untuk memastikan
ketersediaan barang pada saat konsumen menginginkannya. (D. Chish
and Yacobs, 2004, p )
Sebagai hasil dari posisi ritel dalam rantai pasokan, maka ritel berada
dalam posisi unik dalam mengumpulkan informasi penjualan konsumen
per konsumen serta transaksi per transaksi. Informasi ini dapat diberikan
pula kepada pemasok agar membantu pemasok merencanakan produksi,
promosi, pengiriman, pemilahan barang, dan tingkat ketersediaan barang.
(Michel Levy and A. Weizt, 2001).
Rantai 9 : Konsumen.
Konsumen merupakan rantai terakhir dari rantai pasokan, pada rantai
inilah produk berakhir untuk digunakan sebagai buah segar atau olahan,
disamping itu semua proses pembiayaan berasal dari pembayaran
konsumen terhadap produk yang dibeli. Untuk itu informasi tentang
kebutuhan / keinginan konsumen merupakan langkah strategis yang sangat
harus diperhatikan seperti standar mutu, jenis/vareitas, jumlah dan waktu
permintaan.
2.2.4 Aliran pada Model dari SCM Komoditas Pisang.
a. Aliran Produk.
Pada arus produk dimulai dari petani dan diakhiri pada konsumen sebagai
end user. Aliran produk tersebut adalah :
-
Petani : berperan sebagai penghasil / produsen pada mata rantai
pertama dimana produk berawal, yaitu mengenai jenis/varietas produk,
jumlah dan mutu produk.
-
Pencari : berperan sebagai pengumpulan pisang dari petani yang
tersebar di sentra produksi/desa.
-
Pedagang pengumpul Kecil / Kabupaten : berperan sebagai pengumpul
yang menerima produk / pisang dari pencari.
-
Pedagang pengumpul besar : berperan sebagai penerima hasil
pengumpulan dari pedagang pengumpul kecil / kabupaten.
-
Pasar Induk : berperan sebagai penghubung / mediator dari penjual dan
pembeli.
-
Pengecer kecil (Kios, Asongan, Toko/ kedai Buah) : berperan sebagai
penjual ke konsumen dalam jumlah kecil..
-
Processing : berperan sebagai pelaku peningkatan nilai tambah bagi
konsumen yang menginginkan kualitas yang baik / tinggi.
-
Supplier (Supermarket, Toko Buah Besar dan Hyperstore) : berperan
sebagai penyedia produk ke konsumen.
-
Konsumen : berperan sebagai pengguna akhir dari produk.
b. Aliran Modal.
Pada arus aliran modal dimulai dari konsumen dan diakhiri pada petani. Ada
dua jenis pembayaran yaitu tunai dan tidak tunai/tunda. Sedangkan sifat
pembayaran terdiri dari uang pengikat, penjam uang atau ijon. Arus aliran
modal/ dana yang dilakukan adalah :
-
Konsumen : melakukan pembayaran atas produk yang dipilih.
C O N S U M E R S
Wholesaler
(Pasar Pisang
Cengkareng)
Street vendor
Processing (price
sensitive buyers)
Chain Store
supplier
Independ
ent high
quality
bayer
PEDAGANG PENGUMPUL BESAR
Pedagang pengumpul
PETANI
PETANI
Pencari
Pencari
PETANI
PETANI
PETANI
Gambar 2.2. Aliran Produk
Sumber : Direktorat Tanaman Buah. Ditjen. BPH. Deptan.
-
Pedagang Pasar Induk, kedai buah, pengecer toko, asongan, gerai/ toko
buah, supermarket, hypermarket, processing, dan supplier : melakukan
pembayaran kepada pedagang pengumpul besar.
-
Pedagang pengumpul besar : melakukan pembayaran kepada pedagang
pengumpul kecil, pencari atau petani.
-
Pedagang pengumpul Kecil / Kabupaten : melakukan pembayaran
kepada pencari atau petani.
-
Pedagang pengumpul besar : melakukan pembayaran kepada pedagang
pengumpul kecil, pencari atau petani.
-
Pedagang pengumpul Kecil / Kabupaten : melakukan pembayaran
kepada pencari atau petani.
-
Pencari : melakukan pembayaran kepada petani.
C O N S U M E R S
Wholesaler
Street vendor
(Pasar Pisang Cengkareng)
Processing (price
sensitive buyers)
Chain Store
supplier
Independe
nt high
quality
bayer
Jenis :
- Perkiraan harga.
- Harga komoditas
- Perkiraan
- Kerugian.
- Harga produk
dan kontrak
pengiriman
PEDAGANG PENGUMPUL BESAR
Pedagang pengumpul kecil
PETANI
PETANI
Pencari
Pencari
PETANI
PETANI
PETANI
Gambar 2.3. Aliran Dana/modal
Sumber : Direktorat Tanaman Buah. Ditjen. BPH. Deptan.
c. Aliran Informasi.
Pada aliran informasi yang menjadi simpang aliran informasi adalah
pedagang pengumpul besar. Pada rantai ini dilakukan analisa informasi berupa
peramalan kebutuhan, penentuan jenis/varietas dan harga komoditas, mutu,
jumlah dan waktu pasokan. Aliran informasi yang dilakukan adalah :
C O N S U M E R S
Wholesaler
(Pasar Pisang
Cengkareng)
Street vendor
Processing (price
sensitive buyers)
Chain Store
supplier
Independent
high quality
bayer
Jenis :
- Perkiraan harga.
- Harga
komoditas
- Perkiraan
- Kerugian.
- Harga produk
dan kontrak
PEDAGANG PENGUMPUL BESAR
Pedagang pengumpul kecil
PETANI
PETANI
Pencari
Pencari
PETANI
PETANI
Gambar 2.4. Aliran Informasi
Sumber : Direktorat Tanaman Buah. Ditjen. BPH. Deptan.
PETANI
d. Aliran Pelayanan.
Fungsi dari gambaran aliran pelayanan adalah dapat melihat titik simpang
pelayanan pada rantai pasokan sehingga dapat meningkatkan kualitas dan
kuantitas informasi yang dibutuhkan.. Pelayanan yang dilakukan adalah :
-
Pedagang pengumpul besar : merupakan titik utama pelayanan pada
rantai pasokan, pada mata rantai ini layanan yang disediakan meliputi
layanan penjualan, pelaporan dan evaluasi layanan dari mata rantai
sebelum dan sesudahnya, pengamatan pasar, layanan pemberian kredit
untuk petani.
-
Pasar Induk : memberikan layanan penjualan.
-
Pengecer kecil (kios, asongan, toko/ kedai buah) : memberikan
layanan promosi dan pemasaran/penjualan..
-
Processing : memberikan layanan pemasaran.
-
Supplier (Supermarket, Toko Buah Besar dan Hyperstore) :
memberikan layanan pemasaran, promosi dan pengamatan pasar.
e. Aliran Aktivitas.
Pada aliran aktivitas dimulai dari petani dan diakhiri pada konsumen sebagai
end user. Aktivitas yang dilakukan adalah
-
Petani : melakukan proses produksi melalui penentuan jenis/varietas,
usahatani pisang, pemanenan, pemilihan, pengumpulan dan tranportasi
dari kebun ke pengumpul desa.
C O N S U M E R S
Wholesaler
(Pasar Pisang
Cengkareng)
Street vendor
Independe
nt high
quality
bayer
- Pemasaran.
- Promosi
Pemasaran
Processing (price
sensitive buyers)
Chain Store
supplier
- Pemasaran.
- Promos
- Pengamatan
pasar
Pemasaran
PEDAGANG PENGUMPUL BESAR
Pedagang pengumpul kecil
PETANI
PETANI
Pencari
Pencari
PETANI
PETANI
- Pemasaran.
- Promos
- Pengamatan
pasar.
- Pelaporan
dari rantai
sebelum dan
sesudahnya.
- Informasi
kredit,
pendanaan
dan
penjaman
PETANI
Gambar 2.5. Aliran Layanan
Sumber : Direktorat Tanaman Buah. Ditjen. BPH. Deptan.
-
Pencari : melakukan pemanenan bila petani tidak melakukannya,
pemilihan, pengumpulan dan pengiriman.
-
Pedagang pengumpul Kecil / Kabupaten : melakukan pemilihan,
pengumpulan dan pengiriman / pengangkutan.
C O N S U M E R S
Wholesaler
(Pasar Pisang
Cengkareng)
Street vendor
Processing (price
sensitive buyers)
Chain Store
supplier
Independe
nt high
quality
bayer
PEDAGANG PENGUMPUL BESAR
Pedagang pengumpul kecil
PETANI
PETANI
Pencari
Pencari
PETANI
PETANI
PETANI
Gambar 2.6. Aliran Aktivitas
Sumber : Direktorat Tanaman Buah. Ditjen. BPH. Deptan.
-
Pedagang pengumpul besar : melakukan pembersihan, sortasi,
pemeraman, grading, pengemasan dan pengiriman / pengangkutan.
-
Pasar Induk : melakukan pemeraman, sortasi, grading, pengemasan
ulang dan perdagangan / penjualan.
-
Pengecer kecil (Kios, Asongan, Toko/ kedai Buah) : melakukan
pengkelasan / grading dan penjualan.
-
Processing yaitu pembeli yang sensitive pada harga : melakukan
proses penambahan nilai, pengemasan dan pengiriman.
-
Supplier (Supermarket, Toko Buah Besar dan Hyperstore) :
melakukan pemeraman, pengemasan ulang, grading, pengemasan dan
pengiriman serta penjualan.
-
Konsumen : melakukan pemilihan dan pembelian.
2.2.5 Pembentukan Nilai dan Pengukuran Tingkat Efisiensi
pada SCM
Upaya yang dilakukan untuk pembentukan nilai adalah dengan mendapatkan
banyak keuntungan kompetitif melalui merancang dan menangani operasi-operasi rantai
pasokannya sehingga menciptakan nilai tambah.
Operasi-operasi tersebut diukur berdasarkan tingkat responsifitas pola rantai
pasokan yang dapat diukur berdasarkan :
-
Tanggapan terhadap permintaan pada rentang produk yang lebar.
-
Waktu tenggang yang singkat (lead time).
-
Penanganan produk yang dihasilkan melalui peningkatan nilai tambah.
-
Mempu melakukan layanan pada tingkat yang tinggi
Dua pengukuran umum yang digunakan untuk mengukur efisiensi rantai pasokan
adalah pendapatan dari persediaan barang dan waktu yang dibutuhkan dalam
pemasokan. Keduanya mengukur hal yang sama penting serta secara matematis menginvers satu sama lain. Pendapatan dari persediaan barang dikalkulasikan sebagai
berikut: “Biaya barang terjual adalah biaya tahunan sebuah perusahaan dalam
memproduksi barang atau jasa bagi konsumen; biasanya disebut sebagai biaya
pendapatan. Di dalamnya tidak termasuk biaya penjualan dan administratif perusahaan“.
Sedangkan Nilai persediaan barang kumulatif rata-rata adalah “total nilai seluruh
barang yang terdapat dalam persediaan barang untuk dihitung dalam biaya. Di dalamnya
termasuk pula bahan baku, proses kerja, barang jadi, dan pengiriman persediaan barang
yang dimiliki oleh perusahaan”. (Michel Levy dan A. Weitz, 2001).
Nilai pemasukan dari persediaan barang yang baik bervariasi berdasarkan industri
dan tipe produk yang ditangani. Pada banyak situasi, khususnya ketika persediaan barang
berada pada distribusi, jumlah minggu pasokan dipilih sebagai ukuran. Ini merupakan
sebuah ukuran mengenai berapa jumlah minggu yang berguna bagi persediaan barang
pada sistem pada titik waktu tertentu. (Michel Levy dan A. Weitz, 2001).
Kriteria spesifik yang diajukan oleh Fisher untuk mengidentifikasi produk-produk
fungsional antara lain adalah : produk bersiklus kehidupan lebih dari dua tahun,
kontribusi marginnya 5 sampai 20 persen, hanya 10 sampai 20 variasi produk, rata-rata
kesalahan pada waktu produksi hanya 10 persen, dan waktu awalan untuk pembuatan
produk sesuai permintaan dari enam bulan sampai satu tahun. (D. Chish, Yacobs, and J.
Aquilano, 2004).
Hau Lee yang dikutip oleh D. Chish, Yacobs, and J. Aquilano dalam bukunya
Operation Management For Competitive Advantage, 2004; memperluas ide Fisher
dengan berfokus pada sisi “pasokan” dari rantai pasokan. Sementara Fisher telah
menangkap karekter penting permintaan, Lee menunjuk bahwa terdapat ketidakpastianketidakpastian berputar di sekitar sisi pasokan yang merupakan pengemudi yang sama
pentingnya dalam menemukan strategi rantai pasokan yang sesuai.
D. Chish, Yacobs, and J. Aquilano mengatakan bahwa Lee menggambarkan
proses pasokan yang stabil sebagai satu tempat dimana proses manufaktur dan teknologi
pendukungnya dimatangkan dan dasar pasokannya tertanam kuat. Sebaliknya, sebuah
proses pasokan yang terus berlangsung adalah tempat di mana proses manufaktur dan
teknologi pendukungnya masih berada pada perkembangan awal yang berubah dengan
cepat. Sebagai hasilnya, dasar pasokannya mungkin masih terbatas dalam jumlah maupun
pengalamannya. Pada proses pasokan yang stabil, tingkat kerumitan manufaktur
cenderung rendah atau dapat ditangani. Proses-proses manufaktur yang stabil juga
cenderung sangat otomatis, dan jaminan jangka panjang pasokannya tersedia. Pada proses
pasokan yang masih terus berlansung, proses manufakturnya memerlukan banyak
ketepatan dan seringkali mengalami kerusakan, selain itu juga terdapat ketidakpastian
akan penyerahan barang. Dasar pasokannya bisa jadi tidak dapat diandalkan karena para
pemasoknya sendiri melalui proses inovasi terus menerus dan meringkas beberapa
perbedaan antara proses pasokan stabil dan yang terus-menerus. (D. Chish, Yacobs, and
J. Aquilano, 2004).
Lee juga berargumentasi bahwa beberapa produk makanan memiliki permintaan
yang stabil, namun pasokan (baik secara kualitas maupun kuantitas) produk bergantung
pada kondisi cuaca tahunan sedangkan beberapa produk inovatif yang memiliki proses
pasokan yang stabil. (D. Chish, Yacobs, and J. Aquilano, 2004).
Dari kutipan oleh D. Chish, Yacobs, and J. Aquilano dalam bukunya Operation
Management For Competitive Advantage, 2004; Lee mengkarakterisasi empat tipe
strategi rantai pasokan dan teknologi informasi memainkan peranan penting dalam
membentuk strategi tersebut.
•
Rantai-rantai pasokan yang efisien. Adalah rantai pasokan yang menggunakan
strategi yang bertujuan menciptakan efisiensi biaya tertinggi. Untuk mencapai
efisiensi yang demikian, aktivitas non penambah nilai harus dihilangkan, skala
ekonomis harus dinaikkan, teknik-teknik optimisasi harus diterapkan dalam rangka
mendapatkan penggunaan kapasitas terbaik pada produksi dan distribusi, dan,
penghubung-penghubung informasi harus dibangun untuk memastikan terjadinya
transmisi informasi yang paling efisien, akurat, dan hemat biaya ke seluruh rantai
pasokan.
•
Rantai-rantai pasokan penjagaan terhadap resiko. Adalah rantai pasokan yang
menggunakan strategi yang mengarah pada pengumpulan dan pembagian sumber
daya dalam sebuah rantai psokan sehingga resiko gangguan pasokan dapat dibagi.
Sebuah unit tunggal dalam rantai pasokan dapat menjadi rentan terhadap gangguan,
namun jika ada lebih dari satu sumber pasokan atau jika tersedia sumber pasokan
alternatif, maka resiko munculnya gangguan dapat dikurangi. Sebuah perusahaan
contohnya, dapat meningkatkan stok pengamanan bagi komponen pentingnya untuk
berjaga-jaga terhadap resiko gangguan pasokan, dan dengan membagi stok pengaman
dengan perusahaan-perusahaan lain yang juga membutuhkan komponen penting ini,
biaya pengadaan stok pengaman ini dapat dibagi. Tipe strategi ini biasa terdapat
dalam dunia ritel, di mana toko atau dealer yang berbeda berbagi persediaan barang.
Teknologi informasi juga penting dalam mensukseskan strategi-strategi ini karena
informasi waktu riil mengenai persediaan barang dan permintaan memungkinkan
dilakukannya manajemen dan pengiriman barang antar rekan yang saling berbagi
persediaan barang.
•
Rantai pasokan peka. Adalah rantai pasokan yang menggunakan strategi yang
bertujuan menjadi peka dan fleksibel terhadap perubahan dan mengenali kebutuhan
konsumen yang berbeda. Untuk menjadi peka, perusahaan menggunakan proses
dibuat sesuai pesanan dan mass customozation sebagai alat untuk memenuhi
persyaratan khusus yang diminta para konsumen.
•
Rantai pasokan lincah. Adalah rantai pasokan yang menggunakan strategi bertujuan
menjadi peka dan fleksibel terhadap kebutuhan pelanggan sementara mengurangi
resiko kehabisan persediaan barang atau gangguan dengan mengumpulkan persediaan
barang dan sumber-sumber kapasitas lainnya. Penting bagi rantai-rantai pasokan ini
untuk memiliki strategi yang mengkombinasikan kekuatan “penjagaan” dan rantai
pasokan “peka”. Mereka lincah karena mereka memiliki kepekaan terhadap
perubahan, perberbedaan, dan permintaan konsumen yang tidak terprediksi,
sementara meminimalisir resiko gangguan pasokan pada ujung belakang.
Ketidakpastian permintaan dan pasokan adalah landasan yang baik dalam
memahami rantai pasokan. Produk-produk inovatif dengan permintaan yang tidak
terprediksi dan proses pasokan yang terus menerus menghadapi tantangan yang besar.
Karena semakin pendeknya siklus hidup produk, tekanan untuk mengadakan penyesuaian
dinamis dan pengadopsian strategi rantai pasokan sebuah perusahaan merupakan hal yang
sebaiknya dilakukan. Konsep outsourcing, pasokan global, mass customization, dan
penundaan merupakan perangkat penting dalam menghadapi ketidakpastian permintaan
dan pasokan.
DEMAND UNCERTAINTY
LOW (FUNGTIONAL PRODUCTS
LOW (STABLE PROCESS)
SUPPLY
UNCERTAINTY
HIGH (EVOLVING PROCESS)
HIGH (INNOVATIVE PRODUCTS
Grocery, basic apparel,
food, oil and gas
Grocery, basic apparel,
food, oil and gas
Efficient Supply Chain
Responsive Supply Chain
Hydroelectric power,
some food produce
Telecom, high-end
computers, semiconductor
Agile Supply Chain
Risk-Hedging Supply Chain
Gambar 2.7. Kuadran Hau Lee’s
Sumber : D. Chish, Yacobs, and J. Aquilano dalam bukunya Operation Management For
Competitive Advantage, 2004;
2.3 Peran Informasi Dalam Supply Chain Management.
Arus-arus informasi yang dimiliki tiap mata rantai dalam sebuah rantai pasokan
merupakan informasi yang telah diolah dan disebarkan agar mendapatkan tanggapan dari
tiap mata rantai. Dilihat dari sisi teknis fungsi informasi harus memenuhi dua fungsi yaitu
fungsi pengelolaan dan fungsi pembagian/shering.
2.3.1 Fungsi Informasi.
Menurut Indrajid (2003, p 143), fungsi pengelolaan dari informasi bertujuan untuk
mengidentifikasi, menginventarisir dan mengumpulkan data dan informasi yang tersebar
pada tiap mata rantai yang selanjutnya dianalisis sesuai dengan kebutuhan setiap mata
rantai yang ada sehingga dihasilkan sebuah informasi yang dapat meningkatkan nilai
tambah, meminimalkan resiko usaha, menekan pembiayaan, dan menciptakan peluang
baru.
a. Peningkatan nilai tambah.
Pada peningkatan nilai tambah, informasi berperan untuk membentuk nilai yang
dapat menjadi sarana yang efektif untuk mengidentifikasi hal-hal yang dapat di
transformasikan menjadi value bagi pelanggan. Peningkatan nilai tambah
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen, membentuk
loyalitas (customer loyalty) sehingga pelanggan selalu bersedia membeli untuk
jangka waktu yang panjang.
b. Meminimalkan resiko usaha.
Setiap bisnis memiliki resiko terutama yang terkait dengan faktor-faktor
keuangan. Pada umumnya resiko berasal dari adanya ketidakpastian dari aspek
eksternal seperti kurs mata uang yang berfluktuasi, perilaku konsumen yang
dinamis, jadwal pasokan barang yang tidak selalu tepat, jumlah permintaan
produk yang tidak tetap dan trend perdagangan yang berubah.
Tujuan dari informasi adalah mampu mengurangi resiko bisnis, dan menjadi
sarana untuk mengelola resiko.
Untuk meminimalkan resiko tersebut dapat dilakukan upaya-upaya seperti
perkiraan permintaan berdasarkan waktu, peninjauan pasar, perencanaan yang
baik dari ahli dan pengaturan keuangan.
c. Menekan pembiayaan.
Peran
informasi
perantara/katalisator
untuk
menekan
pembiayaan
adalah
sebagai
dalam memperbaiki efisiensi dan optimalisasi proses-
proses bisnis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada profitabilitas mata
rantai. Beberapa cara yang ada adalah :
-
Eliminasi Proses yaitu menghilangkan atau mengurangi proses-proses yang
dirasa tidak perlu sehingga dapat meningkatkan pelayanan pada konsumen.
-
Penyederhanaan/Simplifikasi proses yaitu dengan memangkas rantai proses
yang panjang sehingga didapatkan efisiensi yang lebih baik.
-
Integrasi proses yaitu menggabungkan proses-proses yang ada sehingga
lebih cepat dan praktis.
d. Menciptakan Peluang Baru.
Informasi juga dapat berperan untuk menciptakan peluang baru dengan
memanfaatkan teknologi informasi yang ada saat ini. Berbagai konsep ebusiness merupakan cara pandang baru dalam menagggapi mekanisme bisnis di
era globalisasi informasi.
Sedangkan fungsi penyebaran / sharing informasi bertujuan mengumpulkan dan
menyebarkan informasi yang ada sehingga didapatkan suatu informasi yang akurat dan
berguna dengan nilai yang tinggi. Aspek-aspek penyebaran informasi antara lain :
a. Pengumpulan.
Pengumpulan informasi berisikan data-data yang dibutuhkan pada dan untuk
setiap mata rantai, pengumpulan informasi bertujuan untuk mendapatkan data
dasar yang strategis dalam pengambilan keputusan seperti data harga,
jenis/varietas, kebutuhan, lokasi/tempat, waktu dan karakteristik lain yang
dibutuhkan.
b. Pengaturan.
Pengaturan informasi dilakukan untuk mengatur penyebaran informasi yang
relevant dan untuk tiap mata rantai, karena setiap mata rantai membutuhkan
informasi yang spesifik sesuai dengan fungsinya dalam rantai pasokan.
c. Penyeleksian.
Informasi yang berhasil dihimpun sebaiknya diseleksi dan diverifikasi untuk
memudahkan pencarian dan pemilihan informasi yang dibutuhkan seperti
promosi yang baik dilakukan pada bulan apa atau pada acara seperti apa
sehingga dapat diperkirakan kebutuhan yang tepat.
d. Penggabungan.
Aspek penggabungan bertujuan untuk memeriksa silang data-data dan informasi
yang dikumpulkan untuk dapat memilah dan meningkatkan nilai informasi
tersebut.
2.3.2 Model Informasi Dalam SCM
Model informasi menurut Chopra (2001) pada SCM adalah :
a. Push versus Pull.
Sistem pengelolaan informasi yang didasarkan pada kebutuhan, tingkat harga,
jadwal produksi, pasokan, jenis dan volume produk. Biasanya pada
penerapannya menggunakan MRP (Material Requerement Planning) yaitu
aplikasi untuk pengelolaan informasi. Sedangkan model Pull yaitu pengelolaan
informasi berdasarkan permintaan aktual dari konsumen dengan kata lain
berdasarkan permintaan konsumen.
b. Koordinasi dan Penyebaran Informasi.
Kegiatan koordinasi bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan total pada
seluruh mata rantai yang tekait. Koordinasi dan penyebaran informasi dilakukan
dengan memberikan informasi kepada mata rantai – mata rantai pasokan dan
mengumpulkan informasi yang dibutuhkan. Kekurangan koordinasi berakibat
pada menurunnya keuntungan yang diperoleh.
c. Perkiraan dan Aggregate planning.
Perkiraan dan rencana aktivitas (Aggregate planning) yaitu penggunaaan
informasi untuk meramalkan / memperkirakan kebutuhan pasokan berdasarkan
informasi waktu sebelumnya dan menyusun aktivitas berdasarkan kebutuhan,
tingkat harga, jadwal produksi, pasokan, jenis dan volume produk.
d. Penerapan teknologi.
Penerapan teknologi informasi bertujuan untuk mendukung pengelolaan data /
informasi yang ada untuk dapat diolah dan disebarkan pada mata rantai – mata
rantai pasokan. Beberapa teknologi informasi yang diterapkan dalam
pengelolaan informasi adalah :
-
Pertukaran Data Elektronic (Electronic Data Interchange/EDI) adalah
pertukaran dokumen usaha antar komputer dari ritel ke pemasok, dan
sebaliknya. Data penjualan, order pembelian, tagihan, dan data barang yang
dikembalikan dialirkan dari ritel ke pemasok. Ada beberapa cara
mentransmisikan data EDI yaitu ditransmisikan lewat kesesuaian sistem
EDI yang dimiliki dan dioperasikan baik oleh pihak ritel, pemasok, ataupun
provider pihak ke tiga yang dikenal sebagai Jaringan Nilai Tambah / Value
Added Network. Kini semakin banyak data EDI yang ditransmisikan melalui
internet lewat extranet. Extranet adalah jaringan kerjasama menggunakan
teknologi internet yang menghubungkan bisnis dengan para pemasok,
pelanggan, ataupun bisnis lain. Extranet biasanya bersifat tertutup dan
terjaga karena hanya bisa diakses oleh pihak-pihak tertentu.
-
Penggunaan Internet.
Internet telah merevolusi cara para ritel menjalankan EDI dengan para
pemasoknya. Seorang pembeli duduk di balik mejanya siap membeli barang
dari luar negeri. Bukannya menggunakan telepon atau mengirim fax, ia
mengajukan penawaran harga lewat sebuah website. Tak berapa lama
kemudian ia menerima balasannya lalu memutuskan sebuah order dengan
sekali mengklik mouse. Sementara para ritel dan pemasok besar telah lama
meggunakan EDI, internet menggerakan usaha yang lebih kecil–biasanya
pemasok internasional yang tidak mampu menggunakan sistem yang
diperlukan untuk berpartisipasi dalam VAN dan menjadi pelaku di
dalamnya.
-
Penggunaan Enterprise Resource Planning (ERP).
Merupakan sistem informasi terpadu yang mengintegrasikan beberapa
modul operasi yang dimiliki oleh mata rantai dalam komunitas bisnis,
sehingga membentuk jejaring informasi yang sangat besar dan luas
cakupannya.
-
SCM Software.
Saat ini telah banyak tersedia program aplikasi SCM yang dapat langsung
digunakan bila piranti keras telah tersedia. Hal ini sangat memudahkan tiap
mata rantai uintuk menyeragamkan data dan informasi yang ada dan
menyebarkannya sesuai dengan kebutuhan dan permintaan.
2.3.3 Jenis Informasi.
Setiap mata rantai pada alur pasokan memiliki pengukuran performanya sendiri.
Pemasaran, contohnya, dievaluasi pada pertumbuhan keuntungan, pengembangan
permintaan dan produk, harga komponen-komponennya, biaya produksi, dan distribusi
untuk biaya pengadaan dan peniriman barang ke konsumen.
Pengukuran yang berbeda-beda memfokuskan kelompok pada tujuannya masingmasing. Mata rantai pemasaran ingin menawarkan sebanyak mungkin pilihan produk
untuk menarik konsumen; mata rantai produksi dan supplier ingin membuat produk
dalam volume yang stabil. Jika kelompok-kelompok tersebut tidak terkoordinasi dengan
baik, usaha mereka untuk mengoptimalisasi performa mereka sendiri dapat merusak
kemampuan pola SCM dalam menciptakan jaringan pasokan yang efisien yang dapat
mengirimkan produk yang telah disesuaikan dengan biaya terendah.
Untuk itu dibutuhkan data dan informasi yang tepat pada SCM pisang seperti
pengiriman (waktu pengiriman, cara pengiriman, alat dan biaya pengangkutan), transaksi
(jumlah transaksi dan waktu pembayaran), harga (harga jual, beli dan cara pembayaran),
penanganan
pisang
(penimbangan,
pemilahan,
penyortiran,
pemeraman
dan
pendinginan), kerugian usaha (pengangkutan, pembongkaran dan waktu tunggu).
Sedangkan data dan informasi yang penting pada pedagang grosir adalah modal
usaha (asal, jumlah dan bunga modal), tenaga kerja (jumlah dan tingkat upaha tenaga
kerja), informasi yang berasal dari pengumpul (harga jual, jenis pisang, mutu pisang,
waktu pengiriman, komoditas lain yang menjadi kompetitor pisang), informasi tentang
konsumen (pembeli individu, pedagang eceran, supermarket, toko buah, restoran atau
katering), kehilangan hasil (jumlah buah yang ada dan waktu tunggu / leadtime) serta
masalah yang banyak ditemui (tingkat penjualan, waktu tunggu, pembayaran dari
konsumen, keterlambatan pengiriman dan umur panen pisang).
Download