skripsi-nadya anastasya-110904105

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Perspektif/ Paradigma Kajian
2.1.1 Positivisme
Paradigma merupakan sebuah perspektif atau sudut pandang yang
merupakan sebuah acuan atau pola pikir seorang peneliti dalam melakukan sebuah
penelitian. Perspektif dalam bidang keilmuan sering disebut paradigma
(paradigm), kadang-kadang disebut pula sebagai mazhab pemikiran ( school of
thought) atau teori. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami
kompleksitas dunia nyata (Mulyana, 2011 :8-9). Paradigma adalah pedoman yang
menjadi dasar bagi para sainstis dan peneliti di dalam mencari fakta-fakta melalui
kegiatan penelitian yang dilakukannnya (Arifin, 2012:146). Paradigma terbagi
dalam berbagai bentuk yakni paradigma positivis, paradigma konstruktivisme dan
paradigma kritis, terkait dengan paradigma mana yang lebih baik, tergantung pada
penelitian yang sedang dilakukan. Metodologi penelitian yang digunakan peneliti
dalam pembahasannya adalah netode deskriptif kualitatif dengan paradigma
positivisme.
Positivisme lahir sebagai evolusi lanjut dari empirisme. Paham ini
meyakini, alam semesta hadir melalui data empirik sensual tertangkap indera.
Ajaran positivisme menyatakan, puncak pengetahuan manusia adalah ilmu yang
dibangun berdasarkan fakta empirik sensual: teramati, terukur, teruji, terulang dan
teramalkan. Positivisme mendominasi wacana ilmu pengetahuan dan mencapai
puncaknya pada abad ke-20, melembagakan pandangan dunianya menjadi doktrin
bagi berbagai bentuk pengetahuan manusia. Sikap dasar positivist menetapkan,
kesatuan pengetahuannya hanya bisa dicapai apabila dikembangkan suatu bahasa
ilmiah yang berlaku pada semua jenis ilmu pengetahuan. Implikasinya, seluruh
pengetahuan ilmu harus berada di bawah payung paradigma positivistik bila ingin
dinyatakan ilmiah (Vardiansyah, 2008:55).
14
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Paradigma positivisme menurut beberapa pendapat yaitu komunikasi
merupakan proses linear atau proses sebab akibat yang mencerminkan upaya
pengiriman pesan untuk mengubah pengetahuan penerima pesan yang pasif
(Ardianto,2009). Berdasarkan penjabaran diatas, penelitian ini menggunakan
paradigma positivisme. Pengguna paradigma positivisme yang identik dalam
penelitian kuantatif juga dapat diterapkan dalam penelitian kualitatif, hal ini
berhubungan dengan prespektif postivisme yang melihat suatu gejala/ fenomena
sosial seperti dalam ilmu komunikasi yang memiliki hubungan sebab-akibat.
Begitu juga dengan penelitian ini yang ingin mengetahui sebab-akibat yang terjadi
antara pembinaan dan ODHA yang menimbulkan pola komunikasi di KDS
tersebut sehingga menciptakan suatu fenomena baru dalam lingkungan
masyarakat. Hal ini menunjukkan menunjukkan fenomena ODHA yang memiliki
pengaruh dalam pembinaan yang sampai akhirnya memutuskan masuk ke KDS
tersebut.
2.2 Kajian Pustaka
Penelitian yang berkaitan dengan pola komunikasi tentunya sudah pernah
dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, namun penelitian tentang pola
komunikasi masih jarang dilakukan oleh peneliti lain. Adapun literatur yang bisa
dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah penelitian yang berjudul Pola
Komunikasi pada Pembinaan ODHA oleh Rizki Ugianti 2014. Peneliti ini ingin
mengetahui pola komunikasi, permasalahan serta kendala komunikasi pada
pembinaan odha. Peneliti ini menggunakan komunikasi interpersonal dan
komunikasi kelompok sebagai dasar penelitian untuk mengetahui pola komunikasi
yang akan terbentuk.Penelitian ini dapat menjadi acuan yang sangat sesuai dalam
penelitian ini membahas pola komunikasi yang terdiri dari tiga tahap yakni
perkenalan, perekrutan, dan pembinaan, karena penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui ketiga proses tersebut dalam pola komunikasi (digilib.uns.ac.id)
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir
dalam memecahkan masalah atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun
kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari
sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 2002:39). Berdasarkan hal
15
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
tersebut, fungsi teori dalam riset atau penelitian adalah membantu peneliti
menerangkan fenomena sosial atau fenomena yang dialami yang menjadi pusat
perhatiannya. Teori adalah himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan proposisi
yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala tersebut (Kriyantono,
2006:43). Adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah :
2.2.1 Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio, dan bersumber
dari kata communis yang berarti sama dalam hal ini adalah sama makna.
Komunikasi menurut komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih
membentuk atau melakukan pertukaran informasi satu dengan yang lainnya, yang
pada gilirannya akan tiba saling pengertian yang dalam. Dari defenisi ini juga
dapat dilihat bahwa komunikasi merupakan suatu proses pertukaran pesan ntara
komunikan dan komunikator dimana menciptakan suatu kesepahaman bersama.
(Roger dkk dalam Cangara,2007 :20).
Kata komunikasi juga berasal dari kata latin cum yaitu kata depan yang
berarti dengan, bersama dengan, dan unus yaitu kala bilangan yang berarti satu.
Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion, yang dalam bahasa inggris
berarti kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan.
Karena untuk berkomunikasi diperlukan usaha dan kerja, dari kata itu dibuat kata
kerja communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, memberikan
sebagian kepada seseorang, tukar-menukar, membicarakan sesuatu dengan
seseorang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar
pikiran, berhubungan, berteman. Kata kerja benda communicare itu pada akhirnya
dijadikan kata kerja benda communication yang berarti komunikasi. Maka secara
harfiah komunikasi berarti pemberitahuan, pembicaraaan, percakapan, pertukaran
fikiran, atau hubungan (Hardjana, 2003:10)
Secara etimologi, komunikasi atau communication dalam bahasa inggris
barakar dari perkataan latin “communts” , yang artinya sama, communico ,
communication atau communicare yang berarti membuat sama (to make common),
yang dimaksud dengan sama adalah sama makna atau sama arti (Mulyana,
16
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2007:41). Komunikasi berasal dari kata latin communis atau dalam bahasa inggris
disebut juga dengan communication yang memilik arti “sama”. Maksudnya bila
seseorang mengadakan kegiatan komunikasi dengan suatu pihak, maka orang
tersebut cenderung berusaha untuk mengadakan persamaaan dengan pihak lain
yang menjadi lawan komunikasinya agar memperoleh suatu kesepakatan arti
(Lubis, 2011:6).
Komunikasi merupakan dasar interaksi antar manusia. Kesepakatan atau
kesepahaman dibangun melalui sesuatu yang berusaha bisa dipahami bersama
hingga interaksi berjalan dengan baik. Kegiatan komunikasi pada prinsipnya
adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan. Secara sederhana, kegiatan
komunikasi dipahami sebagai kegiatan menyampaikan dan penerimaan pesan dari
pihak satu ke pihak lain dengan tujuan mencapai kesamaan pandangan atas ide
yang di dipertukarkan (Fajar,2009:30). Sementara Harold Lasswell mengatakan
bahwa cara baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan
sebagai berikut : who says what in which channel to whom with effect?.
Paradigma Lasswell tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi 5 unsur
sebagai jawaban dari pertanyaan itu, yakni : komunikator (communicator, source,
sender), pesan (message), media (channel), komunikan dan efek. Berdasarkan
paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu
(Effendy, 2003:10).
Berdasarkan arti kata komunikasi di atas lebih dipertegas lagi dengan
pengertian komunikasi di bawah ini, yaitu “Komunikasi adalah proses
penyampaian pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai panduan pikiran
dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, himbauan, dan
sebagainya, yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik secara langsung
(tatap muka) maupun tidak langsung melalui media, dengan tujuan mengubah
sikap, pandangan dan perilaku. (Effendy, 2001 :60)”.
Komunikasi pada prinsipnya mengadakan hubungan sesuai dengan
perkataan diatas disebutkan pemindahan atau penyampaian atau pengoperan
lambanng-lambang (biasanya dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah
17
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
laku orang lain. Pada dasarnya komunikasi merupakan sebuah proses yang
melibatkan dua orang atau lebih terdiri dari lima unsur yakni: sumber, pesan,
saluran atau media, penerima atau komunikan adan efek. Dalam prosesnya,
komunikasi selalu mengandung tujuan, oleh karena itu harus dilakukan dengan
perencanaan. Tujuan perencanaan dalam hal ini yakni memberi tahu atau
mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion) atau perilaku (behavior) (Mulyana,
2005:63-65).
Dengan adanya komunikasi maka akan memungkinkan seseorang untuk
mengkoordinasikan suatu kegiatan kepada orang lain untuk mencapai tujuan
bersama. Namun demikian, komunikasi bukan hanya sekedar transfer makna,
melainkan mengandung suatu proses transaksional, yaitu berkaitan erat dimana
orang berkomunikasi dengan pihak lainnya dalam upaya membentuk suatu makna
serta mengembangkan harapan-harapannya (Ruslan, 2002 :92).
Secara umum komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat
atau perilaku baik langsung secara lisan, maupun tak langsung, sehingga akan
terumuskan tujuan komunikasi yang dilakukan, apakah hanya memberitahu atau
mengubah sikap (attitude), mengubah pendapat (opinion) atau mengubah perilaku
(behavior). Selain itu komunikasi melibatkan tiga unsur dasar yaitu pengirim
(sender), media komunikasi dan penerima (receiver). Jadi agar komunikasi
berlangsung, harus terdapat sumber (source) dan penerima (receiver) yang
memiliki pengalaman yang sama. hal ini didasarkan pada istilah dasar kata
komunikasi yaitu “communis” yang artinya sama. dengan demikian komunikasi
dapat berlangsung apabila terdapat kesamaan antara penerima dan pengirim.
Kesamaan tersebut adalah kesamaan pengetahuan tentang bahasa atau sandi,
konsep, sistem nilai, pengalaman, dan sebagainya.
Dengan adanya kesamaan pengetahuann dan pemahaman tersebut maka
akan diperoleh efektivitas komunikasi yang pada akhirnya akan memberikan
kepuasan baik bagi komunikator maupun komunikan. Gangguan (noise)
menunjukkan hambatan dalam proses atau peristiwa komunikasi, dari ketidak
pahaman statis menjadi ketidakpahaman verbal. Akhirnya umpan balik (feedback)
18
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan pengiriman kembali pesan yang diterima oleh komunikan kepada
komunikator. (Ruslan, 2002:114).
Berdasarkan Defenisi diatas dapat dipahami bahwa komunikasi memiliki
beberapa unsur (Purba, 2010 :39) yang terdiri dari :
1.
Sumber (communicator)
Seseorang atau sekelompok orang yang bertindak pada awalnya memulai
pembicaraan dan selanjutnya menjadi setiap orang yang sedang berbicara
ketika memberikan respon. Seseorang menjadi komunikator ketika sedang
mengirimkan pesan, misalnya berbicara, menulis, menggambar, ataupun
sedang melakukan tindakan, gerak-gerik dan lain-lain.
2.
Pembentukan kode (encoding)
Encoding
merupakan
peran
yang
dijalankan
oleh
komunikator.
Komunikator menjalankan kegiatan menghasilkan pesan. Pesan bersumber
dari ide, gagasan, buah pikiran yang akan disampaikan tersebut kemudian
diubah dalam bentuk kode-kode tertentu sebagai kata-kata tertulis, lisan,
gambar, gerak-gerik maupun isyarat yang sengaja dipilih untuk
menyampaikan pesan.
3.
Pesan (message)
Pesan adalah kata verbal tertulis (written) maupun lisan (spoken), isyarat
(gestural), gambar (pictorial) maupun lambang-lambang lainnya yang
disampaikan oleh komunikator kepada komunikan, dan dapat dimengerti
oleh komunikan.
4.
Saluran (channel)
Saluran adalah media yang dipergunakan oleh komunikator untuk
menyampaikan pesan kepada komunikan. Saluran merupakan rantai yang
harus dilalui oleh pesan untuk sampai kepada tujuan berbeda-beda
tergantung kepada jenis proses komunikasi berlangsung dan jarang sekali
menggunakan hanya satu saluran saja.
19
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
5.
Penerima (communicant)
Seseorang yang sedang menerima pesan dari komunikator. Komunikan
menerima pesan dapat melalui pendengaran, penglihatan, observasi,
rabaan, penciuman, dan lain-lain. Komunikator dengan penerima
merupakan satu kesatuan dari dua istilah yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain dalam proses komunikasi.
6.
Pembacaan kode (decoding)
Fungsi decoding terdapat dalam diri komunikan, tindakan menerima pesan
membaca, melihat, mengamati dan selanjutnya memberikan penafsiran
atau interpretasi terhadap pesan tersebut.
7.
Umpan Balik (feedback)
Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan kembali kepada
sumbernya, memiliki arti yang sangat penting yang menetukan kontinuitas
serta keberhasilan komunikasi tersebut. Umpan balik dapat bersifat positif
dan dapat pulak bersifat negatif.
8.
Efek (effect)
Efek dalam komunikasi adalah hasil yang dicapai dari sebuah prose
komunikasi yang dilakukan dua orang atau lebih. Dampak atau hasil dari
kegiatan komunikasi yang membawa konsekuensi perubahan aspek
kognitif yang berhubungan dengan pengetahuan, aspek afektif yang
berhubungan dengan sikap keyakinan dan emosi, dan aspek psikomotorik
yang berhubungan dengan keterampilan.
Selain memilik unsur-unsur, komunikasi memiliki beberapa dimensi-dimensi
(Purba, 2010: 35-37), diantaranya :
1. Bentuk/ Tatanan Komunikasi
Berdasarkan jumlah komunikan, maka diklasifikasikan menjadi bentukbentuk sebagai berikut :
a.
Komunikasi Pribadi (personal communication)
20
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
-
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)
-
Komunikasi intrapribadi ( intrapersonal communication)
b.
Komunikasi Kelompok (group communication)
-
Komunikasi kelompok kecil (small group communication)
-
Komunikasi kelompok besar ( large group communication)
c.
Komunikasi
Organisasi
(organization
communication)
d.
-
Komunikasi
Komunikasi Massa (mass communication)
media
massa
cetak
(printed
mass
media
communication)
-
Komunikasi
media
massa
elektronik
(electronic
mass
communication)
2. Sifat Komunikasi
Berdasarkan sifatnya, maka komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut :
a.
Komunikasi
verbal
(verbal
communication)
-
Komunikasi lisan (oval communication)
-
Komunikasi tulisan (written communication)
b.
Komunikasi non verbal (non verbal
communication)
-
Komunikasi kial (gestural/body communication)
-
Komunikasi gambar (pictorial communication)
c.
Komunikasi tatap muka ( face to face
communication)
d.
Komunikasi bermedia ( mediated
communication)
3. Tujuan Komunikasi
21
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Berdasrkan tujuannya, komunikasi terbagi empat yakni, sebagai berikut :
a.
b.
Untuk mengubah sikap (to change the attitude)
Untuk mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the
opinion)
c.
Untuk mengubah perilaku (to change the behavior)
d.
Untuk mengubah masyarakat ( to change the society)
4. Fungsi Komunikasi
a.
Menginformasikan (to inform)
b.
Mendidik (to educate)
c.
Menghibur (to entertain)
d.
Mempengaruhi (to influence)
5. Metode komunikasi
a.
Komunikasi
Informatif
(informative
communication)
b.
Komunikasi Persuasif ( persuasive communication)
c.
Komunikasi Pervasif (pervasive communication)
d.
komunikasi Koersif ( coersive communication)
e.
Komunikasi Instruktif (instructive communication)
f.
Komunikasi Manusiawi (human communication)
6. Bidang komunikasi
a. Komunikasi Sosial (social communication)
b. Komunikasi Bisnis (business communication)
c. Komunikasi Politik (political communication)
d. Komunikasi Internasional (international communication)
e. Komunikasi Antarbudaya (intercultural communication)
f. Komunikasi Pembangunan (development communication)
g. Komunikasi Tradisional (traditional communication)
h. Komunikasi Lingkungan (environment communication)
7. Teknik Komunikasi
22
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
a.
Jurnalistik (journalism)
b.
Hubungan Masyarakat (public relation)
c.
Periklanan (advertising)
d.
Propaganda
e.
Publisitas (publicity)
Adanya komunikasi merupakan basis untuk melakukan kerja sama, interaksi dan
mempunyai pengaruh di dalam manajemen organisasi (Ruslan,2002:102),
misalnya dalam hal:
1. Pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang diterima dan akurat serta
jelas sumber-sumbernya.
2. Menempatkan posisi atau lokasi pengambilan keputusan, misalnya top
management atau middle management.
3. Menetapkan sasaran atau tujuan, yaitu perlunya kesatuan pendapata atau
konsensus bersama bagi pihak-pihak yang terlibat, baik individual maupun
dengan pencapaian sasaran dan tujuan utama organisasi.
Myres menyebutkan bahwa secara luas fungsi komunikasi pada suatu tingkat
organisasi dapat dianalisis (Ruslan, 2002: 103) sebagai berikut:
1. Produksi dan pengaturan
a. Menentukan rencana sasaran dan tujuan.
b. Merumuskan bidang-bidang masalah.
c. Mengkoordinasi tugas-tugas secara fungsional.
d. Instruksi, petunjuk, dan perintah untuk melaksanakan fungsi serta tugastugas yang harus dilaksanakan oleh bawahan.
e. Memimpin dan mempengaruhi serta untuk memotivasi bawahan.
f. Menentukan standar hasil prestasi dan kerja karyawan.
g. Untuk menilai prestasi karyawan.
2. Sosialisasi (permasyarakatan)
a. Berkaitan dengan adanya yang mempengaruhi harga diri, kebanggaan, rasa
memiliki, dan tanggung jawab dari pihak bawahan.
b. Human relantions antara pribadi dan manajemen organisasi.
23
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
c. Memotivasi untuk menyatukan keinginan dan tujuan antara individuindividu dengan sasaran dan tujuan pokok organisasi atau perusahaaan.
Selanjutunya, Mulyana (2001:5) menyebutkan empat fungsi komunikasi
berdasarkan pendapat William I Gorden yaitu:
1. Fungsi sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa
komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk
kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan
ketegangan antara lain melalui komunikasi yang menghibur, dan memupuk
hubungan dengan orang lain.
Dengan adanya komunikasi maka akan menjadikan manusia sebagai pengikat
waktu (time-binder) yaitu kemampuan manusia dalam mewariskan pengetahuan
dari generasi ke generasi dan dari budaya ke budaya.
2. Fungsi ekspresif
Komunikasi ekspresif dapat dilakukan sendirian maupun kelompok. Komunikasi
ekspresif tidak otomatis bertujuan untuk mempengaruhi orang lain. Namun dapat
dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan
perasaan-perasaan (emosi). Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan
melalui pesan-pesan nonverbal seperti perasaan sayang, perasaan perduli, simpati,
takut, perihatin, dan lain-lain.
3. Fungsi ritual
Komunikasi ritual merupakan sebuah fungsi komunikasi yang digunakan untuk
pemenuhan jati diri manusia sebagai individu, sebagai anggota komunintas sosial,
dan sebagai salah satu unsur dari alam semesta. Individu yang melakukan ritual
berarti menegaskan komitmennya kepada tradisi keluarga, suku, bangsa, ideologi,
atau agamanya. Beberapa bentuk komunikasi ritual antara lain, upacara
pernikahan, berdoa, upacara bendera, dan lain-lain.
4. Fungsi instrumental
24
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi yang berfungsi sebagai komunikasi instrumental adalah komunikasi
yang berfungsi untuk memberitahukan atau menerangkan (to inform) dan
mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan
pendengarknya mempercayai bahwa fakta dan informasi yang disampaikan adalah
akurat dan layak untuk diketahui. Dengan demikian fungsi komunikasi
instrumental
bertujuan
untuk
menerangkan,
mendorong,
mengubah
sikap
dan
mengajar,
keyakinan,
meninformasikan,
mengubah
perilaku
atau
menggerakkan tindakan, dan juga untuk menghibur.
2.2.2 Komunikasi Interpersonal
Komunikasi
antarpribadi
(interpersonal
communication)
adalah
komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun
nonverbal (Mulyana, 2004 : 73). Pengertian komunikasi interpersonal menurut
Effendy dalam Liliweri, (2007:12) pada hakekatnya komunikasi antar pribadi
adalah komunikasi atara komunikator dengan seorang komunikan, komunikasi
jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat dan
tingkah laku seseorang karena sifatnya dialogis berupa percakapan. Dibandingkan
dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi interpersonal dinilah ampuh
mengubah sikap, kepercayaan, opini komunikan, hal ini disebabkan karena proses
komunikasi interpersonal bersifat dialogis.
Komunikasi interpersonal diadik terjadi antara dua orang atau sekelompok
kecil orang dengan bentuk percakapan langsung dengan efek umpan balik
seketika. Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lain, komunikasi
interpersonal dianggap paling berpengaruh dalam mengubah sikap, opini dan
perilaku komunikan. Karena dalam komunikasi interpersonal terjadi terjadi proses
dialektika yaitu komunikator pada saat tertentu dapat berubah peran menjadi
seorang komunikan, sehingga dalam bentuk komunikasi ini terjadi dialog antara
komunikator dan komunikannya.
Komunikan interpersonal triadik ialah komunikasi interpersonal yang
terjadi antara tiga orang, tetapi komunikasi diadik itu lebih efektif, daripada
komunikasi triadik. Apabila dibandingkan dengan komunikasi triadik, yang lebih
25
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
efektif adalah komunikasi diadik, karena komunikator dapat memusatkan
perhatian hanya pada satu komunikan, sehingga komunikator dapat menguasai
frame
of reference komunikan sepenuhnya juga umpan balik yang sedang
berlangsung (Effendi, 2003 :62-63).
Berdasarkan teori tersebut maka kaitannya seorang komunikator dengan
seorang komunikan atau kelompok kecil yang terlibat dalam proses komunikasi
interpersonal, dan komunikasi interpersonal ini merupakan penyampaian pesan
yang efektif dalam mengubah pola pikir dan menimbulkan umpan balik seketika.
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi anat perorangan dan bersifat
pribadi, baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium). Kegiatan-kegiatan
seperti percakapan melalui telepon, surat-menyurat pribadi merupakan contohcontoh komunikasi antarpribadi. Teori-teori antarpribadi pada umumnya
memfokuskan
pengamatannya
pada
bentuk-bentuk
dan
sifat
hubungan
(relationship), percakapan (discourse), interaksi dan karakteristik komunikator
(Bungin, 2008:252). Adapun pengertian lain dari komunikasi interpersonal adalah
interaksi tatap muka antara dua atau beberapa orang dimana pengirim dapat
menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan
menanggapi secara langsung pula (Hardjana, 2003:85).
Menurut De Vito (dalam Alo Liliweri 1997:13) mengatakan bahwa
“komunikasi interpersonal memiliki lima ciri-ciri yaitu:
1. Keterbukaan
Untuk menunjukkan kualitas keterbukaan dari komunikasi interpersobal
ini paling sedikit ada dua aspek keinginan untuk terbuka bagi setiap orang
yang berinteraksi dengan orang lain dan keinginan untuk menanggapi
secara jujur semua stimuli yang datang kepadanya. Menurut Dekdikbud
(1995:100) keterbukaan adalah kemampuan seseorang untuk bersifat tidak
tertutup terhadap perasaan. Keterbukaan ini mengacu kepada tiga aspek
komunikasi interpersonal yakni menciptakan sifat terbuka kepada semua
orang yang berinteraksi secara jujur dalam melakukan komunikasi dan
mengacu pada perasaan kepribadian serta pemikiran untuk rasa
keingintahuan terhadap orang lain.
26
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2. Empati
Dengan empati dimaksudkan untuk merasakan sebagaimana yang
dirasakan oleh orang lain suatu perasaan bersama yakni mencoba
merasakan dalam cara yang sama dengan perasaan orang lain. Menurut De
Vito (1986:70) empati adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan
apa yang dialami orang lain pada moment-moment tertentu. Untuk dapat
menimbulkan empati pada diri seseorang adalah dengan merasakan apa
yang dirasakan oleh orang lain. Sedangkan untuk menimbulkan rasa
simpato dapat dilakukan dengan cara menolong orang lain dan marasakan
apa yang dirasakan orang lain serta adanya kemauan untuk meminta maaf
dalam upaya menimbulkan simpati.
3. Dukungan
Dukungan adakalanya terucap dan adakalanya tidak terucap. Dukungan
yang tidak terucap tidaklah mempunyai nilai yang negatif, melainkan
merupakan aspek positif dari komunikasi.
4. Rasa Positif
Dalam komunikasi interpersonal, kualitas ini paling sedikit terdapat tiga
aspek perbedaan atau unsur yaitu :
a. Komunikasi interpersonal akan berhasil jika terdapat perhatian yang
positif terhadap diri seseorang.
b. Komunikasi interpersonal akan terpelihara baik jika perasaan positif
terdapat orang lain dikomunikiasikan.
c. Suatu perasaan positif dalam situasi komunikasi umum amat
bermanfaat untuk mengefektifkan kerja sama.
27
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Menurut depdikbud berfikir positif adalah berfikir akan kebenaran pasti dan
terbukti. Seseorang berperilaku positif dalam berkomunikasi interpersonal akan
terlibat dari adanya pemikiran positif pada kepribadiandan menilai kepribadian
orang lain secara positif pula serta juga dapat merasakan suatu naluri dalam
berkomunikasi dengan orang lain.
5. Kesamaan
Ini merupakan karakteristik yang istimewa, karena kenyataannya manusia
tidak ada yang sama. komunikasi interpersonal akan efektif jika orangorang yang berkomunikasi itu terdapat kesamaan. Menurut Depdikbud
persamaan adalah suatu keadaan yang menghapus kedua belah pihak tidak
berbeda atau tidak berlainan. Komunikasi interpersonal akan efektif bila
dalam membina hubungan antar pribadi terjadi kondisi dimana seseorang
memiliki kesamaan pribadinya tidak bisa berkomunikasi. Jadi persamaan
berarti mau menerima dan membuktikan adanya perbedaan seseorang
dengan mencari persamaan mereka.
Agus M Hardjana (2003:86-90) mengemukakan beberapa ciri-ciri komunikasi
interpersonal, antara lain :
1. Verbal dan non verbal.
2. Mencakup perilaku tertentu.
3. Komunikasi yang berproses pengembangan.
4. Mengandung umpan balik, interaksi, dan koherensi.
5. Berjalan menurut peraturan tertentu.
6. Kegiatan aktif.
7. Saling mengubah.
Menurut alo Liliweri (1997:14) ciri-ciri komunikasi interpersonal sebagai berikut:
1. Spontan dan terjadi sambil lalu saja (umumnya tatap muka).
2. Tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu.
3. Terjadi secara kebetulan diantara peserta yang tidak mempunyai identitas
yang belum tentu jelas.
4. Berakibat sesuatu yang di sengaja maupun tidak disengaja.
28
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
5. Kerap kali berbalas-balasan.
6. Memprasyaratkan adanya hubungan paling sedikit dua orang.
7. Harus membuahkan hasil.
8. Menggunakan berbagai lambang-lambang bermakna.
Komunikasi Interpersonal Menurut Fajar (2009:78) :
a. Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain
Salah satu cara untuk mengenal diri kita sendiri adalah melalui
komunikasi antarpribadi. Komunikasi memberikan kesempatan
bagi kita untuk memperbincangkan diri kita sendiri. Melalui
komunikasi antarpribadi kita juga belajar tentang bagaimana dan
sejauh mana kita harus membuka diri pada orang lain.
b. Mengetahui Dunia Luar
Komunikasi antarpribadi memungkinkan kita untuk memahami
lingkungan kita secara baik yakni tentang objek dan kejadiankejadian orang lain.
c. Menciptakan dan Memelihara Hubungan Menjadi Bermakna
Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus makhluk
sosial. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, orang ingin
menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain.
Dengan
begitu,
kita
banyak
menggunakan
waktu
untuk
berkomunikasi antarpribadi yang bertujuan untuk menciptakan dan
memelihara hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan ini
membantu mengurangi kesepian dan ketegangan serta membuat
kita merasa lebih positif tentang diri kita sendiri.
d. Mengubah Sikap dan Perilaku
Dalam komunikasi antarpribadi sering kita berupaya mengubah
sikap
dan
perilaku
orang
29
lain.
Singkatnya
kita
banyak
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
mempergunakan waktu untuk mempersuasi orang lain melalui
komunikasi antarpribadi.
e. Bermain dan Mencari Hiburan
Bermain
mencakup
semua
kegiatan
untuk
memperoleh
kesenangan. Seringkali tujuan ini dianggap tidak penting, tetapi
komunikasi
yang
demikian
perlu
dilakukan,
karena
bisa
memberikan suasana yang lepas.
f. Membantu
Khusus untuk seorang psikiater, psikolog dan ahli terapi
menjadikan komunikasi antarpribadi sebagaoi alat untuk membantu
pasiennya dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan
membicarakannya secara face to face untuk mengubah sikap dan
perilaku pasiennya kearah yang lebih baik.
Dalam komunikasi interpersonal, orang dapat berkomunikasi dalam
beberapa tingkat antara lain sebagai berikut (Hardjana, 2003:107)
a. Komunikasi dari mulut ke mulut
Komunikasi dimana orang saling berkomunikasi secara dangkal
dan kebanyakan sekedar memenuhi kebiasaan, sopan-santun atau
formalitas yang berlaku dalam masyarakat.
b. Komunikasi dari kepala ke kepala
Komunikasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling bertukar
pikiran, gagasan dan ide. Namun dalam komunikasi kepala ke
kepala tidak menjadikan perasaan sebagai hal yang diperhatikan
walaupun hal tersebut tidak dapat dilepaskan dalam komunikasi
antar manusia.
c. Komunikasi dari hati ke hati
30
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi dimana orang saling berhubungan mengungkapkan
perasaan masing-masing. Mereka tidak hanya saling bicara tentang
hal, urusan, perkara, dan masalah, tetapi juga keperihatinan,
kekhawatiran.
d. Komunikasi dari iman ke iman
Komunikasi
dimana
mereka
yang
melaksanakan
saling
menyampaikan pengalaman hidup apa yang telah dialami,
bagaimana perasaan waktu pengalaman itu terjadi, apa hikmah
yang dipetik dari pengalaman itu, apa yang dipelajaru dari
pengalaman itu untuk menjalani hidup selanjutnya.
Komunikasi interpersonal dibandingkan dengan komunikasi lainnya,
diniali paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini dan
perilaku komunikan. Alasannya karena komunikasi ini berlangsung tatap muka,
oleh karena itu dengan komunikasi interpersonal terjadilah kontak pribadi
(personal contact) yaitu pribadi anda menyentuh pribadi komunikan. Ketika
penyampaian pesan, umpan balik berlangsung seketika (immediated feedback)
mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan yang di sampaikan
pada ekspresi wajah dan gaya bicara. Apabila umpan balik positif, artinya
tanggapan itu menyenangkan, kita akan mempertahankan gaya komunikasi
sebaliknya jika tanggapan komunikasi negatif, maka harus mengubah gaya
komunikasi sampai komunikasi berhasil.
Oleh karena keampuhan dalam mengubah sikap, kepecayaan, opini dan
perilaku komunikan itulah maka bentuk komunikasi interpersonal seringkali
digunakan
untuk
menyampaikan
komunikasi
persuasif
(persuasive
communication) yakni suatu teknik komunikasi secara psikologis manusiawi yang
sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan dan rayuan. Dengan demikian maka
setiap pelaku komunikasi akan melakukan empat tindakan yaitu membentuk,
menyampaikan, menerima dan mengolah pesan, keempat tindakan tersebut
lazimnya berlangsung secara berurutan dan membentuk pesan diartikan sebagai
pembuat ide atau gagasan dengan tujuan tertentu.
31
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Di dalam komunikasi Interpersonal biasanya terdapat gangguan atau
hambatan. Hal ini menyebabkan penyampaian pesan tidak berjalan dengan baik
dan efektif sehingga pesan yang ingin disampaikan komunikator tidak diterima
dengan baik oleh komunikan. Gangguan atau hambatan yang ada dalam proses
komunikasi biasanya menimbulkan salah pengertian antara komunikator dengan
komunikannya atau bisa disebut miss communication.
Jalaludin Rakhmad
(2001:129-138) mengemukakan beberapa faktor
penghambat komunikasi interpersonal antara lain :
1. Sikap tidak percaya.
a. Tidak menerima artinya tidak menyetujui semua perilaku orang lain,
menilai pribadi orang lain berdasarkan perilaku yang tidak disenangi.
b. Tidak empati artinya tidak merasakan apa yang dirasakan orang lain.
c. Tidak jujur artinya sering menyembunyikan pikiran dan pendapat.
2. Sikap tidak suportif.
a. Evaluasi artinya penilaian terhadap orang lain seperti mengecam.
b. Kontrol artinya berusaha membantu orang lain, mengendalikan
perilakunya, mengubah sikap, pendapat dan tindakannya.
c. Strategi artinya penggunaan tipu-tipuan ataupun manipulasi untuk
mempengaruhi orang lain.
d. Netralitas artinya memperlakukan orang lain tidak sebagai personal
melainkan sebagai objek.
e. Superioritas artinya sikap lebih tinggi lebih baik dari pada orang lain
karena
status,
kekuasaan,
kemampuan,
intelektual,
kekayaan,
kecantikan atau ketampanan.
f. Kepastian artinya ingin menang sendiri dan melihat pendapatnya
sebagai kebenaran mutlak yang tidak dapat diganggu gugat.
3. Sikap tertutup.
2.2.3 Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama
yang berinteraksi satu sama lainuntuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu
sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut
32
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
(Deddy Mulyana,2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok
diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat
untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan
komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi
berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara
beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan,
konferensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984 ). Michael burgon (dalam
Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara
tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui,
seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggotaanggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain
secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok diatas mempunyai kesamaan,
yakni adanya komunikasi tatap muka, peserta komunikasi lebih dari dua orang,
dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.
Charles Horton Cooley tahun 1909 (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994 )
mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggotaanggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan
kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggotaanggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati
kita.
Jalaluddin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik
komunikasinya, sebagai berikut:
a.
Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dam
meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling
tersembunyi, menyikapi unsur-unsur backstage (perilaku yang kita
tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit
sekali
kendala
yang
menentukan
33
rentangan
dan
cara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat
dangkal dan terbatas.
b.
Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan
kelompok sekunder nonpersonal.
c.
Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan
daripada aspek isi, sedangkan kelompok sekunder sebaliknya.
d.
Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan
kelompok sekunder instrumental.
e.
Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan
kelompok sekunder formal.
2.2.4 Pola Komunikasi
Pengertian pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan
dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat.
Sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Dimensi pola komunikasi terdiri
dari dua macam, yaitu pola komunikasi yang berorientasi pada konsep dan pola
komunikasi yang berorientasi pada sosial yang mempunyai hubungan yang
berlainan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2004), dapat diartikan
sebagai bentuk (struktur ) yang tetap. Pola komunikasi merupakan suatu sistem
penyampaian pesan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dan pengoperan
perangsangan untuk mengubah tingkah laku individu lain. Pola komunikasi dapat
dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman
dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud
dapat dipahami (Djamarah,2004:1).
Pola komunikasi terdiri atas beberapa macam yaitu:
1. Pola komunikasi satu arah adalah proses penyampaian pesan dari
komunikator kepada komunikan baik menggunakan media maupun tanpa
34
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
media, tanpa ada umpan balik dari komunikan dalam hal ini komunikan
bertindak sebagai pendengar.
2. Pola komunikasi dua arah atau timbal balik ( two way traffic
communication) yaitu komunikator dan komunikan menjadi saling tukar
fungsi dalam menjalani fungsi mereka, komunikator pada tahap pertama
menjadi komunikan dan pada tahab berikut saling berganti fungsi. Namun
pada hakekatnya yang memulai percakapan adalah komunikator utama,
komunikator utama mempunyai tujuan tertentu melalui proses komunikasi
tersebut. Prosesnya dialogis, serta umpan balik terjadi secara langsung
(siahaan,1991 :57)
3. Pola komunikasi multi arah yaitu proses komunikasi yang terjadi dalam
suatu kelompok yang lebih banyak di mana komunikator dan komunikan
akan saling bertukar pikiran secara dialogis.
2.2.5 HIV/AIDS
Sejarah tentang HIV/AIDS dimulai ketika tahun 1979 di Amerika Serikat
ditemukan seorang gay muda dengan Pneumocystic Carinii dan dua orang gay
muda dengan Sarcoma kaposi. Pada tahun 1981 ditemukan seorang gay muda
dengan kerusakan sistem kekebalan tubuh. Di Amerika Utara dan Inggris,
epidemik pertama terjadi pada kelompok laki-laki homoseksual, selanjutnya pada
saat ini epidemik terjadi juga pada pengguna obat-obatan yang menggunakan
suntikan dan pada populasi heteroseksual. Seks tanpa alat pengaman (kondom)
adalah modus utama penularan HIV/AIDS di Karibia. Survey menunjukkan
persentase prevalensi HIV berasal dari 80% PSK yang terbagi atas :
- 30% kelompok laki-laki konsumen.
- 30% kelompok mereka yang datang berobat ke klinik penyakit menular
seksual.
- 10% kelompok pendonor darah
- 10% kelompok wanita yang diperiksa di klinik perawatan antenatal.
35
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Sampai dengan tahun 2010 jumlah penderita HIV di selur dunia sebanyak 34 juta
orang (UNAIDS,2011).
Di Indonesia, HIV pertama kali dilaporkan di Bali pada bulan April 1987,
terjadi pada orang kebangsaan Belanda. Sejak pertama kali ditemukan sampai
dengan tahun 2011, kasus HIV/AIDS tersebar di 368 kota (73,9%) dari 498
kabupaten/kota di seluruh (33) provinsi di Indonesia. Secara signifikan kasus
HIV/AIDS terus meningkat dari tahun ke tahun terutama di tahun 2009 ke tahun
2010 terjadi peningkatan yang cukup tajam hal ini disebabkan sudah semakin
baiknya teknologi informasi sehingga pencatatan dan pelaporan kasus HIV/AIDS
yang terjadi di masyarakat sudah semakin baik, serta kerjasama yang baik dari
pemerintah dan masyarakat sehingga populasi komunitas yang beresiko dapat
dijangkau dan diketahui. Kemudian ditahun 2011 terjadi sedikit penurunan kasus
HIV/AIDS hal ini dapat disebabkan penderita yang sudah meninggal dunia dan
efek dari diperkenalkan dan dijalankannya CUP (Condom Use 100 Persen) ( ElHuda, 2012)
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupaka virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia. Orang yang di dalam darahnya terdapat virus
HIV akan tampak sehat dan belum membutuhkan pengobatan, namun orang
tersebut dapat menularkan virusnya kepada orang lain. HIV yang telah masuk ke
dalam tubuh manusia akan merusak sel darah putih yang disebut sel CD4, dimana
sel ini merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh manusia. Fungsinya
sebagai alat pelindung tubuh dari serangan segala macem penyakit, tetapi fungsi
ini akan hilang jika sel-sel tersebut rusak atau hancur. Kerusakan dikarenakan
virus HIV tersebut.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah jenis virus yang tergolong
ke dalam familia retrovirus, sel-sel darah putih yang diserang oleh HIV
menyebabkan si penderita yang terinfeksi gangguan pada sel-sel limfosit T (CD4).
Sel tersebut (kekebalan) tubuh. HIV memperbanyak jumlahnya di dalam sel
limfosit yang diinfeksikannya dengan tujuan untuk merusak sel-sel tersebut,
36
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
sehingga mengakibatkan sistem imun (kekebalan) tubuh terganggu dan daya tahan
tubuh si penderita berangsur-angsur menurun (Daili, F.S., 2009).
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan
gejala penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh, bukan penyakit bawaan tetapi
dibuat
dari
hasil
penularan.
Penyakit
ini
disebabkan
oleh
Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Penyakit ini telah menjadi masalah internasional
karena dalam waktu yang relatif singkat terjadi peningkatan jumlah pasien dan
semakin melanda banyak Negara. Saat ini belum ditemukan vaksin atau obat yang
bisa mengatasi virus ini. Walaupun ada vaksin atau obat pencegah belum ada
yang efektif sehingga menimbulkan keresahan di dunia.
Seseorang yang terinfeksi HIV tidak langsung sakit. Akan ada suatu
waktu/masa yang dikenal dengan masa tanpa gejala yang berlangsung bertahuntahun lamanya. Ketika jumlah CD4 seseorang sudah mencapai angka dibawah
200, ini menunjukkan keadaan dimana sebuah tubuh mengalami kerusakan pada
sistem kekebalan tubuhnya dan sudah sampai masa AIDS.
AIDS (Acquire Immunodeficiency Syndrome) dapat diartikan sebagai
kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan
tubuh akibat terinfeksi oleh virus HIV. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi
virus HIV.
1.
Penularan virus
Penularan virus HIV memilik prinsip sendiri yang dikenal sengan prinsip
ESSE (Exit, Survive, Sufficient, dan Enter). HIV hanya bisa menular jika
keempat unsur dari prinsip itu dipenuhi. Virus ini tidak akan bisa menular
jika hanya salah satu atau sebagian prinsip yang dipenuhi. Setiap unsur
pun memilik kriteria tertentu yang harus dipenuhi sehingga bisa
mengakibatkan virus tersebut menular.
a.
Exit maksudnya adalah jalan keluar. Cairan tubuh yang berpotensi
menularkan virus atau mengandung virus itu harus memiliki jalan
keluar untuk keluar dari tubuh penderitanya.
37
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
b.
Survive maksudnya adalah cairan tubuh yang telah keluar ini harus
memilik kemampuan untuk bertahan. Yang dimaksud dengan
bertahan yaitu mampu bertahan hidup. Bila sudah berada di luar
tubuh inangnya (manusia penderitanya), sesungguhnya virus HIV
itu tidak akan bisa bertahan hidup lama. Jadi walaupun sudah
keluar tubuh, tidak semua virus memilik kemampuan untuk
menular.
c.
Sufficient maksudnya adalah kandungan HIV di dalam cairan tubuh
yang keluar dari orang yang terinfeksi HIV (penderita) harus
berada dalam jumlah yang cukup. Cukup disini maksudnya ialah
secara jumlah bisa menularkan dan bisa membuat orang lain
terinfeksi. HIV tidak akan bisa menginkubasi tubuh manusia
lainnya jika jumlahnya hanya sedikit.
d.
Enter maksudnya ialah terdapat jalan masuk di tubuh manusia yang
memungkinkan kontak dengan cairan tubuh yang mengandung
HIV. Jalan masuk ini contohnya adalah melalui pemakaian jarum
suntik yang bersamaan. Biasa terjadi dengan orang yang
menggunakan narkoba dan kehidupan seks bebas (free sex)
2. Perjalanan penyakit
Orang yang terinfeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan gejala
tertentu. Sebagian memperlihatkan gejala yang tidak khas pada infeksi
HIV akut. Gejala yang terjadi adalah sebagai berikut:
-
Demam
-
Nyeri menelan
-
Pembengkakan kelenjar getah bening
-
Ruam
-
Diare
-
Batuk
38
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Setelah terjadi infeksi akut, dimulailah infeksi tanpa gejala yang berlangsung
selama 8-10 tahun. Seiring makin memburuknya kekebalan tubuh, penderita akan
mulai meunujukkan gejala-gejala seperti berikut :
-
Berat badan menurun
-
Demam lama
-
Rasa lemah
-
Pembesaran kelenjar getah bening
-
Diare
-
Tuberkolosis
-
Infeksi jamur
-
Herpes, dll.
Keunikan virus HIV ini dibandingkan dengan virus penyakit lain adalah masa
laten (asymptomatic stage) sekitar lima tahun. Pada masa ini penderita tidak
menyadari dirinya telah terinfeksi karena belum ada kerusakan fisik yang tampak
nyata, namun ia telah mampu menularkan virus ini kepada orang lain. Pada masa
laten ini (HIV positif), melakukan aktifitas sehari-hari seperti biasanya. Setelah
masa tanpa gejala ini barulah penderita masuk pada tahap AIDS. Ketika telah
memasuki tahap AIDS, jumlag sel CD4 seorang penderita akan berada diangka
200. Gejala-gejala pada tahap ini yaitu munculnya beberapa penyakit diakibatkan
makin menurun dan melemahnya sistem kekebalan tubuh si penderitanya ini
disebut dengan infeksi opurtunistik. Infeksi ini disebabkan oleh berbagai virus,
bakteri, dan jamur.
Orang yang menderita atau terinfeksi HIV/AIDS disebut ODHA. ODHA
merupakan singkatan dari Orang Dengan HIV/AIDS.
39
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.3 Model Teoritik
Orang Dengan HIV/AIDS
Proses Pola Komunikasi Pada
Pembinaan Orang Dengan HIV/AIDS
Pola Komunikasi
Penerapan Pola Komunikasi
Hambatan-hambatan komunikasi
Interpersonal
Komunikasi Kelompok
Gambar 2.1.Proses Pola Komunikasi Pada Pembinaan Orang
Dengan HIV/AIDS
40
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Download