1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Penelitian
Pembangkit listrik tenaga panas bumi merupakan salah satu alternatif
pembangkit listrik yang sedang banyak dikembangkan di Indonesia beberapa
tahun akhir. Indonesia memiliki letak geologis pada pertemuan tiga lempeng
tektonik dunia yang berperan dalam terciptanya pembentukan gunung berapi.
Terdapat 244 titik lokasi daerah panas bumi tersebar sepanjang jalur gunung
berapi dari Aceh hingga Maluku dengan total daya (resources) energi sekitar 29
GW [1]. Pada tahun 1998, Indonesia merupakan negara terbesar ke 5 di dunia
yang memproduksi energi listrik dari sumber panas bumi dengan total produksi
mencapai 589,5 MW yang terdiri dari pembangkit dry steam dan single flash [2].
Energi panas bumi merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang
sedang
dikembangkan
oleh
pemerintah
Indonesia
untuk
mengurangi
ketergantungan negara terhadap sumber energi minyak bumi. Keunggulan dari
pembangkit listrik tenaga panas bumi yaitu mampu menghasilkan energi dalam
jumlah yang cukup besar serta memilki kadar polusi CO₂ relatif jauh lebih kecil
sehingga tidak memberi kontribusi gas rumah kaca, disisi lain untuk
mengembangkan pembangkit ini dibutuhkan biaya investasi yang besar pada
proses pengeboran eksplorasi (wildcat) hingga pengembangannya. Hasil limbah
termal atau brine yang dihasilkan pada proses pemisahan, dapat dimanfaatkan
kembali sebagai pembangkit listrik skala kecil melalui siklus kerja organic
rankine cycle (ORC).
Pembangkit listrik tenaga panas bumi akan terus berkembang di
Indonesia. Dengan masih banyaknya lokasi gunung-gunung berapi yang
berpotensial memiliki cadangan sumber uap panas yang dapat dimanfaatkan
sebagai energi listrik. Pemerintah Indonesia menargetkan pengembangan energi
listrik panas bumi di Indonesia mencapai 9500 MW pada tahun 2025 [3]. Berikut
ini data produksi geotermal di indonesia pada tahun 2010.
1
2
DATA PRODUKSI GEOTHERMAL
DI INDONESIA 2010
5% 1%
17%
5%
19%
22%
31%
Wayang Windu
Derajat
Gunung Salak
Dieng
Kamojang
Lahendong
Sibayak
Gambar I.1 Data produksi Geotermal di Indonesia Tahun 2010
[4]
Proses perubahan energi termal menjadi energi listrik dimulai dari proses
pengaliran fluida panas menuju permukaan, setelah mencapai permukaan fluida
panas yang terdiri dari brine dan uap akan dipisahkan melalui separator. Uap
yang telah dipisahkan selanjutnya dialirkan menuju turbin, dari uap tersebut akan
menggerakan sudu-sudu turbin sehingga menghasilkan energi listrik. Sisa uap
keluaran turbin selanjutnya di kondensasikan di kondenser tetapi tidak semua uap
dapat dikondensasikan. Terdapat noncondensable gases (NCG) seperti karbon
dioksida, hidrogen sulfida, metane dan amonia yang merupakan unsur-unsur
senyawa tidak dapat dikondensikan di kondenseor [5]. Dibutuhkan kerja dari
liquid ring vacuum pump (LRVP) untuk menyedot gas-gas NCG yang selanjutnya
dialirkan menuju menara pendingin. Disamping itu penggunaan LRVP juga
membutuhkan konsumsi daya dalam pengoperasinanya sehingga berpengaruh
terhadap daya yang di produksi sistem pembangkit.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemodelan sistem termodinamika PLTP PT. GEO DIPA
ENERGI Unit Dieng menggunakan Cycle Tempo 5.0
2. Bagaimana analisis sistem termodinamika PLTP PT. GEO DIPA ENERGI
Unit Dieng berdasarkan hasil simulasi pada Cycle Tempo 5.0
3
3. Bagaimana pengaruh pengoperasian liquid ring vacuum pump (LRVP)
pada ekstraksi uap kondenser utama dan pengauhnya terhadap produksi
daya PLTP PT. GEO DIPA ENERGI Unit Dieng
I.3 Batasan Masalah
Pada pengerjaannya kondisi pemodelan dan analisis sistem pembangkit
panas bumi ditetapkan pada keadaan tunak. Sehingga keadaan saat start up
sampai sistem sebelum keadaan maksimal akan diabaikan. Sistem mulai dianalisis
ketika sistem sudah berada pada kerja maksimal. Analisis termodinamika
dilakukan berdasarkan hasil perhitungan MS. Excel yang telah terintegrasi dengan
fluidprop 2.3. Sebelum dilakukan pemodelan dilakukan terlebih dahulu dilakukan
beberapa perhitungan guna mempermudah simulasi yang akan dilakukan.
Data operasi yang digunakan merupakan data pada beban daya 42 MW
yang diperoleh dari penelitian sebelumnya yang dilakukan Musra Asia Gandi [6].
Analisis dan pembahasan difokuskan pada pengaruh kinerja liquid ring vacuum
pump (LRVP) terhadap penurunan tekanan kondenser utama.
Pemodelan dibatasi dengan fasilitas yang tersedia pada Cycle Tempo 5.0,
sehingga untuk beberapa komponen yang digunakan disesuaikan dengan fasilitas
yang terdapat pada Cycle Tempo 5.0. Pada penelitian kali ini tidak dilakukan
analisis exergi dan analisis ekonomi. Energi sendiri terdiri dari exergi dan anergi,
exergi merupakan energi yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan kerja
sedangkan anergi merupakan energi yang tidak dapat dimanfaatkan dan akan
dilepas ke lingkungan.
I.4 Tujuan
1. Mendapatkan pemodelan sistem pembangkit panas bumi menggunakan
Cycle Tempo 5.0 dangan data beban 42 MW yang telah terverifikasi
2. Melakukan pemodelan liquid ring vacuum pump (LRVP) pada sistem
pembangkit panas bumi menggunakan Cycle Tempo 5.0
3. Memperoleh pengaruh kinerja liquid ring vacuum pump (LRVP) terhadap
variasi tekanan kondenser utama dan pengaruhnya terhadap produksi daya
bersih yang dihasilkan.
4
I.5 Manfaat
Liquid ring vacuum pump (LRVP), berfungsi untuk menjaga tekanan pada
kondenser utama dengan cara menyedot NCG yang tidak terkondensasi pada
kondenser. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi mengenai
pengoperasian liquid ring vacuum pump (LRVP) pada sistem pembangkit panas
bumi yang dimodelkan dengan Cycle Tempo 5.0 serta didapatkan pengaruh
penggunaan liquid ring vacuum pump (LRVP) terhadap variasi tekanan kondenser
utama.
Download